A. Definisi
Diabetes melitus adalah suatu keadaan didapatkan peningkatan kadar gula darah
yang kronik sebagai akibat dari gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein karena kekurangan hormon insulin. Masalah utama pada penderita DM ialah
lemak akibat ketidakcukupan sekresi insulin atau resistensi insulin pada jaringan
(Dorlan, 2005).
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.
B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus menurut Smeltzer et, al, (2013) ada 3 yaitu:
ditandai dengan destruksi sel-sel beta pankreas akibat faktor genetik, imunologis
Sekitar 90% sampai 95% pasien mengalami diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2
Tanda dan gejala diabetes mellitus menurut Smmeltzer et al, (2013) dan Kowalak (
2011):
a. Poliuria (air kencing keluar banyak) dan polydipsi (rasa haus yang berlebihan)
yang disebabkan karena osmolalitas serum yang tinggi akibat kadar glukosa
b. Anoreksia dan polifagia (rasa lapar yang berlebihan) yang terjadi karena
c. Keletihan (rasa cepat lelah) dan kelemahan yang disebabkan penggunaan glukosa
d. Kulit kering, lesi kulit atau luka yang lambat sembuhnya, dan rasa gatal pada
kulit.
e. Sakit kepala, mengantuk, dan gangguan pada aktivitas disebabkan oleh kadar
elektrolit.
h. Sensasi kesemutan atau kebas di tangan dan kaki yang disebabkan kerusakan
jaringan saraf.
Tanda dan gejala klasik DM yaitu: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan
D. Penyebab
sebagai berikut:
a. Hereditas
b. Stress
Stres fisik dan emosional meningkatkan kadar hormonal stres (kortisol, epinefrin,
darah.
Pada orang secara genetik rentan terkena DM karena perubahan gaya hidup,
e. Obesitas
Obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor insulin di dalam tubuh. Insulin yang
f. Antagonis efek insulin yang disebabkan oleh beberapa medikasi, antara lain
E. Komplikasi
a. Penyulit akut :
1. Ketoasidosis diabetik
3. Hipoglikemi.
b. Penyulit menahun :
1. Makroangiopati :
2. Mikroangiopati :
o Retinopati diabetik
o Nefropati diabetik
3. Neuropati
4. Rentan infeksi, misalnya tuberkulosis paru, ginggivitis, dan infeksi saluran
kemih
5. Kaki diabetik
F. Pencegahan
a. Pencegahan primer
Pada seseorang yang mempunyai risiko diabetes dan mempunyai berat badan
lebih, penurunan berat badan merupakan cara utama untuk menurunkan risiko
munculnya DM tipe 2.
2. Diet sehat
setelah makan.
3. Latihan jasmani
aktivitas/ minggu.
4. Menghentikan merokok
b. Pencegahan sekunder
penyulit pada pasien yang telah menderita DM. Dilakukan dengan pemberian
pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini penyulit sejak awal
dilakukan sejak pertemuan pertama dan perlu selalu diulang pada setiap
kesempatan berikutnya.
c. Pencegahan tersier
1. Pencegahan tersier
menetap. Sebagai contoh aspirin dosis rendah (80-325 mg/ hari) dapat
penyulit mikroangiopati.
3. Pada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan
keluarga.
G. Penatalaksanaan
a. Tujuan Penatalaksanaan
tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolan pasien secara
komplikasi.
Pemeriksaan visus
3) Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan, tergantung fasilitas yang
tersedia:
Urinalisis rutin
Albumin serum
Kreatinin
SGPT
EKG
Foto paru
Funduskopi
Penyulit DM
Perencanaan makan
Kegiatan jasmani
Perawatan kaki
Tiap tahun:
3) kreatinin
4) SGPT
6) EKG
7) Funduskopi
Idealnya semua psien DM mendapat kesempatan dan perlakuan yang sama pada
dengan fasilitas yang ada. Demikian pula tingkat pelayanan yang diperiksa
disesuaikan dengan kapasitas dan fasilitas yang ada. Penyuluhan dan pencegahan
Pilar penatalaksanaan DM
1. Edukasi
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologis
beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai
sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO)
dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan
berat badan yang menurun dengan cepat, dan adanya ketonuria, insulin dapat
segera diberikan.
1. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah
pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara
dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada mereka
Karbohidrat
tinggi.
buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
Lemak
- Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh
tunggal.
lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging berlemak dan susu
Protein
Natrium
anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau
dapur.
- Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan
Serat
vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang baik untuk kesehatan.
Pemanis alternatif
berkalori.
2) Kebutuhan kalori
- Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah
BB Normal : BB ideal ± 10 %
- BB Normal 18,5-22,9
- BB Lebih ≥ 23,0
o Obes I 25,0-29,9
o Obes II > 30
- Jenis Kelamin
kal/kgBB.
- Umur
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam
glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang
bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa
malasan.
4. Terapi farmakologis
makan.
2) Suntikan
Ketoasidosis diabetik
Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin. Hal ini bertujuan untuk
H. Komplikasi
a. Komplikasi akut:
1. Ketoasidosis diabetik
kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl), disertai dengan adanya
tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-
1200 mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat
Catatan:
3. Hipoglikemi
mg/dL
2) Bila terdapat penurunan kesadaran pada penyandang diabetes harus
kerja obat telah habis. Terkadang diperlukan waktu yang cukup lama
dengan gagal ginjal kronik atau yang mendapatkan terapi OHO yang
b. Komplikasi menahun
1. Makroangiopati:
2. Mikroangiopati:
1) Retinopati diabetik
2) Nefropati diabetik
3. Neuropati
berupa hilangnya sensasi distal. Berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki
dan amputasi.
Gejala yang sering dirasakan kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, dan
kemih
5. Kaki diabetik