Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

K
DANGAN PPOK EKSARBASI
DI RUANG RAFLESIA RSUD REJANG REBONG

Disusun Oleh :
1. Agnes Feronika (P00320121001)
2. Aris Peransiska (P00320121008)
3. Bayu Prayuda (P00320121009)
4. Della Parwati (P00320121014)
5. Fhazllahtul Zhorrayah (P00320121021)
6. Klara Lova Kontesa (P00320121027)
7. M Zacky Andira (P00320121030)
8. Noviyen (P00320121036)
9. Ranita Safitri (P00320121041)
10. Shintiya Anggraini (P00320121047)
11. Wahyuni (P00320121054)

Dosen Pengajar:
Chandra Buana,MPH

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
T.A. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah mata kuliah “KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
(KMB I)”. Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan
sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah I (KMB). Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada bapak Chandra buana .MPH selaku dosen pembimbing mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan bimbingan serta
arahan selama penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Curup.13 Desember
2022

Kelompok I

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................................6
BAB II......................................................................................................................8
2.1 Definisi Suhu..................................................................................................8
2.2 Klasifikasi.......................................................................................................8
2.3 Patofisiologi....................................................................................................9
2.4 WOC.............................................................................................................11
2.5 Komplikasi ....................................................................................................9
2.6 Pemeriksaan Menunjang..............................................................................13
2.7 Penatalaksanaan............................................................................................14
BAB III..................................................................................................................17
TINJAUAN KASUS..........................................................................................17
3.1 Pengkajian....................................................................................................17
3.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Umum...................................................................17
3.3 Pemeriksaan Penunjang................................................................................17
3.4 Analisis Data................................................................................................26
3.5 Diagnosa.......................................................................................................27
3.6 Intervensi......................................................................................................27
3.7 Implementasi................................................................................................29
3.8 Evaluasi........................................................................................................34

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................25


DAFTAR PUSTAKA............................................................................................56

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit pada saluran
pernapasan, yang dapat mengakibatkan hambatan aliran udara dengan
manifestasi sesak napas dan gangguan oksigenasi jaringan serta diikuti
dengan adanya obstruksi jalan napas yang sifatnya menahun,
berkurangnya kapasitas kerja, dan kekambuhan yang sering terjadi
berulang menyebabkan menurunnya kualitas hidup penderita (Khasanah et
al., 2013).
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan penyakit
yang umum, dapat dicegah dan diobati, penyakit yang ditandai dengan
gejala pernapasan yang persisten dan keterbatasan aliran udara karena
jalan napas dan / atau kelainan alveolar biasanya disebabkan oleh pajanan
partikel yang signifikan atau gas berbahaya (Global Initiative for Chronic
Obstructive Lung Disease, 2017). Menurut Global Initiative for Chronic
Obstructive Lung Disease (2017) Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
saat ini merupakan penyebab utama keempat kematian di dunia, namun
diproyeksikan menjadi ke-3 penyebab utama kematian pada tahun 2020.
Lebih dari 3 juta orang meninggal karena COPD pada tahun 2012
terhitung 6% dari semua kematian secara global. Prevalensi morbiditas
dan mortalitas terkait PPOK telah meningkat dari waktu ke waktu.
Terdapat 600 juta orang menderita PPOK di dunia dengan 65 juta orang
menderita PPOK derajat sedang hingga berat (WHO, 2015). Berdasarkan
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukan prevalensi PPOK di
Indonesia sebesar 3,7% dan lebih tinggi pada laki-laki sebesar 4,2%
sedangkan pada perempuan 3,3%. Pravelensi PPOK tertinggi terdapat di
Nusa Tenggara Timur (10,0%), diikuti Sulawesi Tengah (8,0%), Sulawesi

4
Barat dan Sulawesi Selatan masing-masing (6,7%), serta prevalensi
penyakit PPOK khususnya di Provinsi Bali mencapai 3,5% (Riskesdas,
2013). Data rekam medik ruang IGD RSUD Sanjiwani Gianyar pada tahun
2020 rata-rata jumlah kasus PPOK 97 kasus, tahun 2021 dalam 4 bulan
terakhir yaitu terdapat 8 kasus (Rekam Medik RSUD Sanjiwani Gianyar,
2021). Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan salah satu dari
kelompok penyakit yang tidak menular akan tetapi menjadi masalah
kesehatan masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya
usia angka harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor resiko,
seperti jumlah perokok yang semakin meningkat, dan juga pencemaran
udara didalam ruangan maupun diluar ruangan (Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, 2015). Penyebab salah satu dari PPOK adalah asap tembakau
(perokok aktif), perubahan gaya hidup karena pembangunan ekonomi juga
mempengaruhi peningkatan penggunaan tembakau di negara-negara
berpenghasilan tinggi. Kematian karena PPOK terus meningkat dari tahun
ke tahun (WHO, 2015). Masalah utama dan juga alasan paling sering yang
menyebabkan penderita PPOK mencari pengobatan adalah sesak napas
dan batuk yang diderita yang bersifat persisten dan progresif
(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2015).
Karakteristik PPOK adalah kecenderungan untuk eksaserbasi.
Eksaserbasi PPOK didefinisikan sebagai peristiwa akut yang ditandai
dengan semakin memburuknya kondisi penyakit pasien dari kondisi
sebelumnya dan menyebabkan perubahan dalam pengobatannya (Global
Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, 2017). Menurut
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2015) PPOK dengan eksaserbasi
akut ditandai dengan batuk atau sesak bertambah, sputum bertambah dan
sputum berubah warna. PPOK biasanya dialami oleh usia dewasa
menengah dan lansia dan sangat terkait dengan kebiasaan merokok karena
rokok mengandung bahan kimia yang mengiritasi jalan nafas, merangsang
inflamasi dan kerusakan jaringan. Merokok menyebabkan aktivitas dari
silia mengalami penurunan dan perkembangan sel goblet menjadi tidak

5
normal, mengakibatkan peningkatan produksi mukus yang berlebih dan
mempersempit jalan nafas, apabila produksi mukus berlebihan karena
kondisi abnormal (karena infeksi, gangguan fisik, dan kimiawi) di
membran mukosa akan menyebabkan terjadinya penumpukan mucus
(Kristanti & Nugroho, 2011) .
Penumpukan mucus terjadi karena terhambatnya pembersihan
mukosiliar dan berkurangnya epitel bersilia yang membersihkan mucus
yang disebabkan oleh asap rokok sehingga mengakibatkan bersihan jalan
nafas menjadi tidak efektif (Ikawati, 2016). Dampak yang dapat terjadi
dari bersihan jalan nafas tidak efektif adalah pasien dapat mengalami
kesulitan bernapas dan gangguan pertukaran gas yang terjadi di paru-paru
dan akan mengakibatkan sesak, kelelahan, sianosis, apatis dan merasa
lemah (Oemiati, 2013). Berdasarkan penelitian oleh Marpaung (2017)
keluhan utama yang paling banyak dirasakan oleh pasien PPOK adalah
batuk kronik disertai berdahak kronik dan sesak nafas, proporsi keluhan
yang ditemukan pada pasien PPOK yaitu pasien mengeluh batuk sejumlah
91%, berdahak sebanyak 65%. Penderita PPOK mengeluarkan dahak
hampir setiap hari (5,4 %), mengeluh berdahak yang lamanya kurang lebih
1 bulan (3,5 %), dan mengalami batuk kronik disertai dahak minimal 3
bulan/ tahun (1,3 %) (Tana et all., 2016)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penulisan ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Penyakit Paru Obstruktif Kronis di Ruang SARAF RSUD Rejang Lebong
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Secara umum penulisan ini bertujuan untuk mengetahui Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis di Ruang
Instalasi Gawat Darurat RSUD Sanjiwani Gianyar.
2. Tujuan khusus

6
a. Mendeskripsikan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien
PPOK
b. Mendeskripsikan diagnosis keperawatan pada pasien PPOK
c. Mendeskripsikan perencanaan keperawatan pada pasien PPOK
d. Mendeskripsikan implementasi asuhan keperawatan yang
dilakukan pada pasien PPOK
e. Mendeskripsikan evaluasi asuhan keperawatan yang dilakukan
pada pasien PPOK
f. Menganalisa pemberian fisioterapi dada pada pasien PPOK

D. Manfaat
a. Hasil penulisan studi kasus ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman terhadap asuhan keperawatan pasien PPOK
sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal
pada pasien.
b. Hasil penulisan studi kasus ini diharapkan dapat memberikan masukan
kepada institusi pelayanan kesehatan dalam memberikan standar asuhan
keperawatan yang optimal terhadap pasien PPOK.

7
BAB II

KONSEP TEORI

2.1. Definisi
Penyakit paru-paru Obstruksi kronis PPOK merupakan penyakit
dikarenakan hambatan pada saluran napass yang tidak sempurna revesible
ppok juga merupakan penyakit respiratori yang menghambat pada saluran
kenapa pas Progresif serta berhubungan dengan respon inflamasi paru
terhadap partikel atau gas beracun dan berbahaya (Ridho , 2017 ).
PPOK adalah penyakit yang dicirikan oleh keterbatasan aliran
udara yang tidak dapat pulih sempurna keterbatasan aliran udara biasanya
bersifat Progresif dan dikaitkan dengan respon inflamasi paru yang
abnormal terhadap Particle atau gas berbahaya yang menyebab
penyempitan jalan nafas hipersekresi mucus Dan perubahan pada sistem
pembuluh darah paru penyakit lain seperti Kistik fibrosis bronkiektasis
dan asma yang sebelumnya diklasifikasiakan dalam jenis COPD kini
diklasifikasikan paru kronis meskipun gejala tumpang Tindih dengan
COPD lain. Merokok singaret , polusi udara dan Pajanan di tempat kerja
( batu bara , katun biji bijian padi ) merupakan faktor penting yang
menyebabkan terjadinya copd Yang dapat terjadi dalam Rentang waktu 20
-30 tahun ( Suddrth, 2015 )
2.2 Tanda dan gejala
Tanda dn gejala akan mengarah pada dua tipe:
1.Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis
kronis(blue bloater)
2.Mempunyaigambaran klinik kearah emfisema ( pink puffers)
Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut:
1. Kelemahan badan
2. Batuk

8
3. Sesak nafas
4. Sesak nafas saat aktivitas dan nafas bunyi
5. Mengi atau wheezing
6. Ekspirasi yang memanjang
7. Bentuk dada tong ( Barrel cest) pada penyakit lanjut.
8. Penggunaan otot bantu pernapasan
9. Suara nafas melemah
10. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal
11. Edema kaki,asites dan jari tabuh.

2.3 Etiologi
Penyebab dari timbulnya penyakit Penyakit Paru Obstruksi
Kronik berdasarkan (Djojodibroto, 2016):
a. Merokok merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di
negara berkembang. Perokok aktif dapat mengalami hipersekresi mucus
dan obstruksi jalan napas kronik. Sejumlah zat iritan yang ada di dalam
rokok menstimulasi produksi mucus berlebih, batuk, merusak fungsi
silia, menyebabkan inflamasi, vserta kerusakan bronkiolus dan dinding
alveolus (Elsevier).
2.4 Patofisiologi
Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada
PPOK yang diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada
saluran nafas bagian proksimal, perifer, parenkim dan vaskularisasi
paru yang dikarenakan adanya suatu inflamasi yang kronik dan
perubahan struktural pada paru. Terjadinya peningkatan penebalan
pada saluran nafas kecil dengan peningkatan formasi folikel limfoid
dan deposisi kolagen dalam dinding luar saluran nafas mengakibatkan
restriksi pembukaan jalan nafas. Lumen saluran nafas kecil berkurang
akibat penebalan mukosa yang mengandung eksudat inflamasi, yang
meningkat sesuai beratsakit. Dalam keadaan normal radikal bebas dan
antioksidan berada dalam keadaan seimbang.Apabila terjadi gangguan

9
keseimbangan maka akan terjadi kerusakan di paru. Radikal bebas
mempunyai peranan besar menimbulkan kerusakan sel dan menjadi
dasar dari berbagai macam penyakit paru. Pengaruh gas polutan dapat
menyebabkan stress oksidan, selanjutnya akan menyebabkan
terjadinya peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid selanjutnya akan
menimbulkan kerusakan sel daninflamasi. Proses inflamasi akan
mengaktifkan sel makrofag alveolar, aktivasi sel tersebut akan
menyebabkan dilepaskannya faktor kemotataktik neutrofil seperti
interleukin 8 dan leukotrien B4, tumuor necrosis factor (TNF),
monocyte chemotactic peptide (MCP)-1 dan reactive oxygen species
(ROS). Faktorfaktor tersebut akan merangsang neutrofil melepaskan
protease yang akan merusak jaringan ikat parenkim paru sehingga
timbul kerusakan dinding alveolar dan hipersekresi mukus.
Rangsangan sel epitel akan menyebabkan dilepaskannya limfosit CD8,
selanjutnya terjadi kerusakan seperti proses inflamasi. Pada keadaan
normal terdapat keseimbangan antara oksidan dan antioksidan.
Enzim NADPH yang ada dipermukaan makrofag dan
neutrofil akan mentransfer satu elektron ke molekul oksigen menjadi
anion super oksida dengan bantuan enzim superoksid dismutase. Zat
hidrogen peroksida (H2O2) yang toksik akan diubah menjadi OH
dengan menerima elektron dari ion feri menjadi ion fero, ion fero
dengan halida akan diubah menjadi anion hipohalida (HOCl).
Pengaruh radikal bebas yang berasal dari polusi udara dapat
menginduksi batuk kronisse hingga percabangan bronkus lebih mudah
terinfeksi. Penurunan fungsi paru terjadi sekunder setelah perubahan
struktur saluran napas. Kerusakan struktur berupa destruksi alveol
yang menuju ke arah emfisema karena produksi radikal bebas yang
berlebihan oleh leukosit dan polusidan asap rokok. Muttaqin (2008),

10
2.5 Woc
Rokok , Polusi, Etiologi

PPOK

Perubahan Anatomis Parenkin


Inflamasi Paru

Pembesaran Hati
Sputum Leukosit

Hipertropi kelenjar
mukosa
Batuk Imun

Peneyempitan saluran
udara secara periodik
Bersihan jalan
nafas tidak Kuman patogen
efektif dan endogen di
fagosit Ekpansi paru
makrofag

Suplai o2 tidak adekuat

Sesak nafas
Anoreksia

Hipoksia
Ketidakseimban
gan nutrisi
kurang dari Intoleransi aktivitas
kebutuhan
tubuh

11
Pola nafas tidak Gangguan pola tidur
efektif

2.6 Komplikasi
Komplikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut Irman
Soemantri (2009) :
1. Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 < 55 mmHg,
dengan nilai saturasi okesigen awalnya klien akan mengalami
perubahan mood, penurunan konsentrasi, dan menjadi pelupa. Pada
tahap lanjut akan timbul sianosis
2. Asidosis Respiratori
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda
yang muncul antara lain nyeri kepala, fatgue, letargi, dizzines, dan
takipnea
3. Asidosis Respiratori
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda
yang muncul antara lain nyeri kepala, fatgue, letargi, dizzines, dan
takipnea Terbatasnya aliran akan menyebabkan peningkatan kerja otot
napas dan timbulnya dispnea.
4. Gagal jantung
Teutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru),
harus diobservasi terutama pada klien dengan dispnea berat.
Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronkitis kronis, tetapi
klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini.
5. Kardiak Disritmia
Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau
asidosis respiratori
6. Status Asmatikus

12
Merupakan komplkasi mayor yang berhubungan dengan asma
bronkial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan,
dan sering kali tidak berespon terhadap terapi yang biasa diberikan.
Penggunaan otot bentu pernapasan dan distensi vena leher sering kali
terlihat pada klien dengan asma.

2.7 Pemeriksaan Penungjang


Menurut perasetyo ( 2020 ) pemeriksaan pada pasien PPOK
melalui beberapa pemeriksaan untuk menemukan diagnosa :
1.) uji faal paru
Uji faal paruh dengan sprometri bertujuan untuk menenangkan
diagnosa mengobservasi perkembangan penyakit dan menentukan
pronoksa pemeriksaan digunakan untuk melihat secara objektif adanya
observasi saluran napas dan berbagi tingkat spirometri digunakan
untuk mengukur volume maksimal Udara yang dikeluarkan setelah
inspirasi maksimal atau disebut forced vital capacity ( FVC ).
Spirometri merupakan pemeriksaan penunjang definitif untuk
diagnosis ppok rasiko pengukuran FEV FVC <0,7.
2) Radiologi
Abnormalitas pada rontgen atau CT scan, yaitu hiperinflasi ,
penebalan dinding jalan nafas air trapping hiperlusensi , bullae atau
gambaran lain emfisema namun pada stadium awal dapat normal.
Sehingga teridentifikasi diagnosis lain yaitu bdokiektasis , infeksi paru
seperi tuberkuosis penyakit paru insterstisial atau gagal jantung
3) Analisis gas darah
analisis gas darah dilakukan untuk mengetahui kadar pH dalam
darah atau bersama radiografi bisa dilakukan untuk membantu
menentukan diagnosa PPOK
4) Computed

13
Tomgraphy (CT) scan dilakukan untuk melihat adanya emfisema
pada alveoli. beberapa studi juga menyebut bahwa kekurangan 0-1
antitripsin dapat diperiksa pada pasien ppok maupun asma

2.8 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak
hanya pada faseakut, tetapi juga fase kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan
aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya
dapat dideteksi lebihawal.

Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:


1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya
segera menghentikan merokok,menghindari polusi udara.
2. . Membersihkan sekresi bronkus dengan
pertolongan berbagai cara. Memberantas infeksi dengan
antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
3. antimikrobatidak perlu diberikan. Pemberian
antimikroba harus tepat sesuai dengan kumanpenyebab
infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitasatau pengobatan
empirik.
4. . Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat
bronkodilator Penggunaankortikosteroid untuk mengatasi
proses inflamasi (bronkospasme) masihkontroversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus
diberikan
denganaliran lambat 1 - 2 liter/menit.

14
Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
1. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret
bronkus.
2. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan
pernapasanyang paling efektif.
3. Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk
memulihkankesegaran jasmani.
4. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita
dapatkembali mengerjakan pekerjaan semula

Pathogenesis Penatalaksanaan (Medis)


1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi
udara
2. Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :
a. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi
Infeksi iniumumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia,
maka digunakanampisilin 4 x 0.25-0.56/hari atau eritromisin
4×0.56/hari Augmentin (amoksilindan asam klavulanat) dapat
diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah H.Influenza dan B.
Cacarhalis yang memproduksi B. Laktamase Pemberiamantibiotik
seperti kotrimaksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien
yangmengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan
danmembantu mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya
dalam 7-10hari selama periode eksaserbasi. Bila terdapat infeksi
sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan antibiotik
yang kuat.
b. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernapasan
karenahiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2

15
c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengelurakan sputum
dengan baik.
d. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk
di dalamnyagolongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien
dapat diberikansalbutamol 5 mg dan atau ipratopium bromida 250 mg
diberikan tiap 6 jamdengan nebulizer atau aminofilin 0,25 - 0,56 IV
secara perlahnan

3 . Terapi jangka panjang di lakukan :

a.Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang,


ampisilin 4×0,25- 0,5/hari dapat menurunkan kejadian
eksaserbasi akut.
b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi
saluran napas tiappasien maka sebelum pemberian obat ini
dibutuhkan pemeriksaan obyektif darifungsi faal paru.
4. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
5. Mukolitik dan ekspektoran
6. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal
napas tipe IIdengan PaO2 (7,3Pa (55 MMHg)Rehabilitasi, pasien
cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri danterisolasi,
untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi.

16
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajiann

a.Pengumpulan data

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam


menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita mengidentifikasikan,
kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapatdiperoleh melalui anamnese,
pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratoriumserta pemeriksaan penunjang
lainnya.

b. Anamnese

1) Identitas pasien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,


pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

2) Keluhan Utama Batuk, sesak nafas, dahak tidak bisa keluar dan demam
tidak terlalu tinggi tiga hari yang lalu.

3) Riwayat kesehatan sekarang Berisi tentang kapan terjadinya sesak nafas,


penyebab terjadinya sesak nafas, serta upaya yang telah dilakukan oleh pasien
untuk mengatasinya.

4) Riwayat kesehatan dahulu Adanya riwayat sesak nafas atau penyakit


penyakit lain yang ada kaitannya dengan pernafasan pada kasus terdahulu serta
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obatobatan yang biasa digunakan
oleh penderita.

5) Riwayat kesehatan keluarga Adanya riwayat sakit yang sama pada


keluarga atau penyakit lain yang berpotensi menurun atau menular pada
anggota keluarga lain

17
6) Riwayat psikososial Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan
emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.

c. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum Meliputi keadaan pasien, kesadaran, suara
bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan
kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
3) Sistem integument
Kaji seluruh permukaan kulit, adakah turgor kulit menurun, luka
atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit, tekstur
rambut dan kuku.
4) Sistem pernafasan
Biasanya terdapat sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada dan
terdapat retraksi dinding dada, serta suara tambahan nafas.
5) Sistem kardiovaskuler
Pengkajian untuk mengetahui adakah perfusi jaringan menurun,
nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,
hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem gastrointestinal
Pengkajian untuk mengetahui adakah polifagi, polidipsi, mual,
muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan,
peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
7) Sistem urinary
Pengkajian untuk mengetahui adakah poliuri, retensio urine,
inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.

18
8) Sistem musculoskeletal
Kaji penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi
badan, apakah cepat lelah, lemah dan nyeri, apakah adanya gangren di
ekstrimitas.
9) Sistem neurologis Pengkajian untuk mengetahui apakah terjadi
penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, dan disorientasi.

3.2 Analisa Data


Analisa data yang diperlukan sebelum dan sesudah melakukan
pengkajian kepada klien. Tujuan analisa data yaitu untuk menjelaskan
serta memberitahukan kepada mahasiswa keperawatan bagaimana
analisis data yang terdapat pada pengkajian di proses keperawatan
serta mahasiswa keperawatan dapat menerapkan analisis data pada saat
pengkajian data dan setelah pengkajian data.
Hasil yang dapat disimpulkan dari kajian ini bahwa analisa data
merupakan suatu kemampuan untuk mengkaitkan serta
menghubungkan data dengan konsep dan prinsip yang relevan.
Terdapat empat (4) cara untuk menganalisi data yaitu: Memvalidasi
data dan Observasi , Mengenali Pola atau Pengelompokan, Membuat
kesimpulan.

A. Pengobatan Farmakologi
1. Anti inflamasi (kortikosteroid, natrium kromolinm dan lain-lain)
(Muttaqin, 2014).
2. Bronkodilator
Bronkodilator adalah bagian penting penatalaksanaan gejala pada
pasien PPOK dan diresepkan sesuai kebutuhan atau secara teratur
untuk mencegah atau mengurangi gejala. Brokodilator memperbaiki
pengosongan paru mengurangi hiperinflasi pada saat istirahat dan
selama latihan dan memperbaiki performa latihan. Golongan adrenalin:

19
isoprote Ncl, ossiprenalin, golongan xantin: aminophilin, teophilin
(Murwani, 2011).
3. Antibiotik
Terapi antibiotik sering diresepkan pada eksaserbasi PPOK
dengan
pemilihan antibiotik bergantung kepada kebijakan lokal, terapi secara
umum berkisar pada penggunaan yang disukai anatra amoksilin,
klaritromisin atau trimotopri. Biasanya lama terapi tujuh hari sudah
mencukupi (Muwarni, 2011).
4. Ekspektoran: Amnium karbonat, asetil sistein, bronheksin, bisolvon,
tripsin
5. Vaksinasi
Vaksinasi Influenza mengurangi penyakit serius dan kematian
sekitar 50% pada pasien PPOK. Vaksin yang mengandung virus
tidak aktif, hidup atau mati direkomendasikan karean vaksin tersebut
lebih efektif pada pasien lansia yang mengalami PPOK. Vaksina
influenza dapat mengurangi angka kesakitan yang serius. Jika tersedia,
vaksin pneumococcus direkomendasikan bagi penderita PPOK yang
berusia diatas 65 tahun dan mereka kurang dari 65 tahun tetapi bila
FEV1 nya < 40 % prediksi (Ikawati, 2011).
6. Indikasi oksigen
Asma, bronkitis, pneomonia, cedera paru akut, ARDS, PPOK dan
efisema merupakan beberapa penyakit yang mengubah suplai oksigen.
Pasie PPOK atau efisema harus dipantau dengan ketat untuk melihat
adanya retensi karbon dioksida yang tinggi, sebab komoreseptor
mereka tidak lagi berespon normal tekann parsial karbon dioksida
(PaCO2) dan Ph serum. Tujuan yang diharapkan pada pasien dengan
terapi oksigen adalah nilai saturasi O2 stabil, pernafasan eupnea, serta
mengurangi kecemasan dan sesak nafas (Patricia Gonce et al, 2013).
Oksigen diberikan 12 jam/liter, hal ini akan mengurangi kelebihan sel
darah merah yang disebabkan menurunnya kadar oksigen dalam darah.

20
Pengkajian keperawatan meliputi penilaian tingkat kesadaran pasien,
tanda-tanda vital (termasuk frekuensi, kedalamam nafas), warna
bantalan kuku, kepatenan jalan nafas atau adanya jalan nafas buatan,
SaO2 dan GDA. Sistem penghantaran oksigen sederhana terbagi
menjadi sistem aliran tinggi dan sitem aliran rendah.

B. Pengobatan non farmakologi


1. Rehabilitasi Paru
a) Fisioterapi : terutama di tujukan untuk membantu mengeluarkan
sekret
bronkus.
b) Latihan pernafasan: untuk melatih penderita agar bisa melakukan
pernafasan yang paling efektif baginya.
c) Vocational Suidance: usaha yang dilakukan terhadap penderita agar
dapat kembali mampu mengerjakan perkerjaan semula.
d) Pengelolaan psikososila: terutama di terutama ditujukan untuk
menyesuaikan diri penderita dengan penyakit yang dideritanya (Padila,
2019).
Manfaat rehabilitasi paru pada pasien PPOK meliputi hal-hal berikut
ini:
1. Memperbaiki kapasitas aktifitas fisik.
2. Menguarangi intensitas sesak nafas yang dirasakan.
3. Memperbaiki kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan.
4. Mengurangi hospitalisasi dan hari rawat di ruamah sakit.
5. Mengurangi ansietas dan depresi yang berkaitan dengan PPOK.
6. Memperbaiki fungsi lengan dengan latihan kekuatan dan daya tahan
ekstermitas atas.
7. Manfaat yang berlebih periode latihan segera.
8. Memperbaiki harapan hidup (Rab Tabrani, 2010).
2. Konseling Nutrisi

21
Malnutrisi adalah umum pada pasien PPOK dan terjadi pada lebih
dari 50% pasien PPOK yang masuk rumah sakit. Insiden malnutrisi
bervariasi sesuai dengan derajat abnormalitas pertukaran gas. Malnutri
menyebabkan penurunan otot pernafasan dan kelemahan otot
pernafasan lebih lanjut. Tindakan preventif dapat mencakup
pemberian makanan yang sedikit dan sering untuk pasien yang
mengalami sesak nafas ketika makan: dapat mengatasi kemorbiditas,
misalnya: sepsis pulmonal, tumor paru secara tepat (Morton, 2012).
3. Penyuluhan
Berhenti merokok adalah metode tunggal yang paling efektif
dalam mengurangi resiko terjadinya PPOK dan memperlambat
kemajuan tingkat penyakit. Selain itu, metode ini adalah yang paling
hemat biaya. Sesi konseling singakat (3 menit) untuk mendorong
perokok berhenti merokok yang menyebabkan angka berhenti
merokok menjadi 5% sampai 10% (Morton, 2012).
4. Aktifitas Olahraga
Program aktifitas untuk PPOK atas sepeda ergometri, latihan
treadmill atau berjalan diatur waktunya dan frekuensinaya dapat
berkisar dari setiap minggu, dengan durasi 10 sampai 45 menit persesi
dan intensitas latihan latihan dari 50% konsumsi oksigen puncak
sampai maksimum yang di toleransi. Banyak dokter
menganjurkanpasien untuk melatih diri sendiri (misalnya: berjalan 20
menit setiap hari) jika mereka tidak mampu berpartisipasi dalam
progaram latihan terstuktur.

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Sekresi Yang


Tertahan
2. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan Ketidak seimbangan Antara
Suplai Dan kebutuhan Oksigen
3. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan Kekuatan Otot

22
3.4 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah tindakan perawat yang dilakukan


berdasarkan pertimbangan dan pengetahuan klinis untuk meningkatkan perawatan
klien. Tahap ini harus memperhatikan beberapa hal yaitu menentukan prioritas,
menentukan tujuan, melakukan kriteria hasil, dan merumuskan tindakan
(Herdman & Kamitsuru, 2018).

Pada anak yang mengalami hidrosefalus perlu dilakukkannya memonitor


tanda dan gejala peningkatan TIK dan juga monitor CPP. Serta juga perlu
diciptakannya lingkungan yang aman dan nyaman, suhu tubuh anak juga perlu
diperhatikan

3.5 Implementasi

Implementasi adalah suatu tindakan dari sebuah perencanaan, tindakan


keperawatan terdiri dari tindakan mandiri dan kolaborasi (Herdman & Kamitsuru,
2018).

Pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan evaluasi proses dan hasil


mengacu pada kriteria evaluasi yang telah ditentukan pada masing-masing
diagnosa keperawatan sehingga :

1. Masalah teratasi atau tujuan tercapat (intervensi dihentikan)

2. Masalah teratasi atau tercapai sebagian (intervensi dilanjutkan)

3. Masalah tidak teratasi atau tujuan tidak tercapai (perlu dilakukannya


pengkajian ulang dan intervensi diubah)

23
3.6 Evaluasi

Pengertian evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan adalah mengkaji


respon pasien setelah dilakukan intervensi keperawatan dan mengkaji ulang
asuhan keperawatan yang telah diberikan (Deswani, 2015).

Evaluasi adalah tahap terakhir untuk menentukan tercapainya asuhan


keperawatan, evaluasi membandingkan antara intervensi dan hasil implementasi
apakah sudah tercapai dengan maksimal atau belum terpenuhi (Herdman &
Kamitsuru, 2018).

24
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.K
DENGAN PPOK
4.1 Pengkajian

1) Identitas pasien

Nomor Registrasi : 241560


Tanggal Pengkajian : 12 Desember 2022 Pada Jam 10.00
Tanggal Pasien Masuk RS : 10 Desember 2022 Pada jam 14.45
Inisial Nama Pasien : Tn. K
Tanggal Lahir : 23 Juli 1954
Usia : 68 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan Terakhir : Tamat SD Sederajat
Bahasa Yang Digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Karang Anyar
2) Identitas Penanggung Jawab
Inisial Nama : Tn. A
Usia : 51 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir :-
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Karang Anyar
2) Riwayat Utama Masuk RS :

Klien datang ke IGD dengan keluhan batuk ,sesak kurang lebih 1 minggu
Susah berjalan dan fisik terasa lemah.

3) Riwayat Kesehatan Sekarang :

25
Pada tanggal 11desember dilakukan pengkajian Klien merasakan sesak,
tidak berkurang dari awal masuk rumah sakit sampai sekarang belumter
dapat Perubahan terhadap klien.

4) Riwayat Kesehatan Dulu :

Pada saat pengkajian tidak ditemukan riwayat penyakit Yang lain terhadap
klien .

5) Riwayat kesehatan Keluarga :

Pada saat pengkajian tidak ditemukan gejala atau Riwayat penyakit yang
sama seperti yang dialami Oleh klien.

Genogram

26
: Laki laki Meninggal : Perempuan

: Perempuan Meninggal : Tinggal 1 rumah

: Laki laki : Pasien

6) Riwayat Pola Aktivitas

Pola Kebutuhan Dasar Sebelum Masuk Saat Di RS


RS
Kebutuhan Oksigensi
1. Sesak Ada Ada
2. Penggunaan Ada Ada
Oksigen
3. Keluhan Klien mengatakan Klien mengeluh
sesak sesak tambah parah
Susah untuk bernafas
Kebutuhan sirkulasi
1. Mudah lelah Tidak Ada Ada
2. Kesadaran Sadar Sadar
3. Edema Tidak Ada Tidak Ada
4. Perdarahan Tidak Ada Tidak Ada
5. Keluhan Tidak Ada Lelah akibat sesak

Kebutuhan Nutrisi dan


Cairan 3x 1 hari 3x1 hari
1. Frekuensi Makan
x/hari Baik Tidak Baik

2. Nafsu makan Baik /


Tidak baik alasan 1 porsi Kurang dari 1 porsi

27
3. Porsi Makan Yang
di habiskan Tidak Ada Makanan Rumah
4. Makan yang Tidak Sakit
Disukai Tidak Ada

5. Makan yang Tidak Ada

membuat alergi Tidak Ada

6. Penggunaan obat Tidak Ada


Tidak Ada
sebelum makan
Meraskan sesak Tidak Ada
7. Penggunaan alat
Klien sesak dan tidak
bantu
nafsu makan dan saat
8. Keluhan
makan klien
merasakan mualdan
muntah kalau
memakan makanan
rumah sakt.
Kebutuhan Eliminasi
1.BAK:
a.Frekuensi 3x 1hari 3x selama RS

b.Warna Kuning Bening Kuning Pekat

c. Keluhan Tidak Ada Tidak Ada

d. Penggunaan alat bantu Tidak Ada Tidak Ada

2.BAB
a. Frekuensi 3x dalam 1 hari 3x selama di RS

b. Waktu Pagi dan Sore Pagi dan Sore

c. Warna Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan

d. Konsistensi Keras Keras

e. Penggunaan lakxatif Tidak Ada Tidak Ada

Kebutuhan Istirahat dan


Tidur Tidak Ada 1 jam

28
1. Lama tidur siang 8 jam Kurang lebih 1-2 jam
2. Lama tidur malam
Keluhan
Aktivitas/Mobilisai Tidak Ada Ada Pada Bagian
1. Kelemahan Otot Tidak Ada Kaki
2. Keterbatasan Gerak Tidak Ada Ada
3. Mengganggu Ada
Aktivitas Tidak Ada

4. Mengganggu Tidur Ada

Kebutuhan Rasa Nyaman


1. Nyeri Tidak Ada Tidak Ada
2. Bagian Yang Nyeri Tidak Ada Tidak Ada
3. Mengganggu Tidak Ada Tidak Ada
Aktivitas
4. Mengganggu tidur Tidak Ada Tidak Ada

Kebutuhan Personal
Hygiene
1.Mandi 2x 1 Hari Tidak Dilakukan

a.Frekuensi Pagi dan Sore Tidak Dilakukan

b.Waktu
2.Oral Hygiene 2x1 Hari Tidak Diakukan

a.Frekuensi Pagi dan Sore Tidak Dilakukan

b.Waktu
2x1 Hari Tidak Dilakukan
3.Cuci Rambut
Pagi dan Sore Tidak Dilakukan
a.Frekuensi
b.Waktu

7) Pemeriksaan Fisik

29
Pemeriksaan Hasil
Fisik
Keadaan Umum Keadaaan Umum : Lemah
TD : 100/80 mmhg
HR : 105 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36℃
SpO2: 99 %
Tingkat Kesadaran GCS: (E: V: M: )
Sistem Penglihatan Posisi mata : Simetris
Konjungtiva : AnAnemis
Sclera : Anikterik
Pupil : Isokor
Kesulitan Menggerakkkan Bola Mata :Tidak ada
Sistem Pendengaran Bentuk daun Telinga : Baik dan simetris
Lesi : Tidak terdapat
Membran Timpani : Utuh
Fungsi Pendengaran : Baik
Sistem Pernafasan Jenis Pernapasan : cepat
Frekuensi Nafas : 24 x/m
Irama Nafas : Irregular
Suara Nafas Tambahan : Ada, wheezing
Sistem Kardivaskuler Frekuensi Nadi : 105 x/m
Irama : Tidak Teratur
Teraba : Lemah
TD : 100/80 mmhg
Suara Tambahan : Tidak Ada
Sistem Hematologi Pasien Tampak : Pucat dan Lemah
Perdarahan : Tidak Ada
Sistem Syaraf Pusat Sakit Kepala : Tidak Ada

30
Tingkat Kesadaran :
Sistem Pencernaan Keadaan Mulut : Bersih
Lidah Tidak Kotor : Tidak
Muntah : Ada
Gangguan Menelan : Ada
Abdomen : Simetris
Nyeri Tekan : Tidak Ada
Pemebesaran Hepar : Tidak Ada

Sistem Endokrin Pembesaran Kelenjar Tyroid : Tidak Ada


Sistem Urogenital Warna.: Kuning Pekat
Sistem Integumen Turgor kulit : Tidak Elatis
Warna kulit : Sianosis
Luka : Tidak Ada
Kelainan pigmen: Tidak Ada
Pasien terpasang : Ditangan bagian dektra
Pembengkakan daerah: Tidak Ada
Kemerahan daerah sekitar infus: Tidak Ada
Sistem Keadaan muskulus otot melemah: Lemah
muskuluskletal Pasien tampak: Lemah
Edema : Tidak Ada
Kekuatan otot:
4 4
3 3

8) Pemriksaan Diagnostik
Hasil laboratorium klinik

Jenis Hasil Satuan Nilai


pemriksaan pemeriksaan rujukan

31
1 2 3 5
Hemoglobin 14,4 g/Dl W:11,7-15,5L
Jumlah 12,900 Ul W:3,600-11.000 L
leukosit
Jumlah 5,02 Juta/Ul W:3,8-5,2 L
Eritrosit
Jumlah 452.000 uL 150.000-440.000
Trombosit
Laju Endap 48 Mm W:0-20L
Darah( LED)
Diff Count 0/0/0/86/8/6 % 0-1/2-4/3-5/50-70/25-
40/2-8
Hematrokit 42 % W:35.47L.40 -52
MCV 84 FL 80-100
MCH 29 Pg 26-34
MCHC 34 g/dL 32-36

9)Penatalaksanaan kolaborasi
Terapi hari Senin tanggal 12 Desember 2022
Obat Fungsi obat Pemberian obat Dosis
1. IVPD Untuk mengatur jumlah air IV line 20 tetes
NaCl dalam tubuh per menit

Terapi hari Selasa tanggal 13 Desember 2022


No Nama obat Fungsi obat Pemberian obat Dosis
1 IVPD NaCl Untuk mengatur jumlah air IV line 20 tetes
dalam tubuh per menit
2 Dexamethason Untuk mengurangi atau IV line 500 mg
e menekan proses 3x1
peradangan dan alergi yang

32
terjadi pada tubuh.
3 Esomax untuk mengobati penyakit IV line 40 mg
asam lambung atau 1x1
gastroesophageal reflux
disease(GERD). Obat ini
juga dapat digunakan
untuk mengobati sindrom
Zollinger-Ellison,
esofagitis erosif, atau tukak
lambung.
4 Dexprofen Untuk meredakan rasa IV line 25 mg
nyeri. 3x1
5 Floxaris Untuk mengobati berbagai IV line 400 mg
infeksi saluran pernafasan
6 Gabaxa Untuk penambahan nutrisi IV line 200 mg
untuk tubuh 1x1

ANALISA DATA
Nama : Tn. K Ruangan : Rafflesia
Umur : 68 tahun No RM : 241560
No Hari/tanggal Data Etiologi Masalah
1. Senin, 12 Ds : Sekresi Bersihan
Desember - Klien mengatakan batuk Yang Jalan Nafas
2022 berdahak susah di Tertahan Tidak Efektif
keluarkan
- pasien mengatakan sesak
nafas meningkat ketika
beraktifitas ringan.
-

33
Do :
- Klien tampak Lemas
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak sesak dan
terdapat suara tambahan
wheezing dan ronchi
- TTV
TD : 140/80 mmHg
HR : 71 x/m
RR : 24x/m
T : 36,4 c

2. Senin, 12 Ds : Ketidak Intoleransi


Desember - Klien mengatakan Seimbangan Aktivitas
2022 nafas terasa sesak Antara
- pasien mengatakan Suplai Dan
sesak bertambah kebutuhan
dengan adanya aktifitas oksigen
ringan
- pasien mengatakan
tubuh terasa lemah
- pasien mengatakan
aktifitas di bantu oleh
keluarga dan perawa
Do :
- Klien tampak Lemah
- Klien tampak pucat
- pasien terpasang infus
- pasien terpasang
oksigen

34
- TTV
TD : 140/80 mmHg
HR : 71 x/m
RR : 24x/m
T : 36,4 c
SpO2: 99 %

3. Senin, 12 Ds: Penurunan Gangguan


Desember - Klien mengatakan kekuatan Mobilitas
2022 lemas di bagian kaki Otot Fisik
- Keluarga Klien
Mengatakan klien tidak
dapat berjalan karena
lemah
Do:
- klien tampak lemah
- klien tidak bisa
melakukan kegiatan
seperti biasa

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn. K Ruangan : Rafflesia
Umur : 68 tahun No RM : 241560
NO DITEMUKAN TERATASI DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. 12 Desember 14 Desember Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif


2022 2022 berhubungan dengan Sekresi Yang
Tertahan

35
2. 12 Desember 14 Desember Intoleransi Aktifitas berhubungan
2022 2022 dengan Ketidak seimbangan Antara
Suplai Dan kebutuhan Oksigen

3. 12 Desember 14 Desember Gangguan Mobilitas Fisik


2022 2022 berhubungan dengan penurunan
Kekuatan Otot

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama : Tn. K Ruangan : Rafflesia


Umur : 68 tahun No RM : 241560
Hari/tanggal No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Senin 12 1 Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas
Desember tindakan asuhan Intervensi Utama
2022 keperawatan selama …. Observasi
Pasien menyatakan Sesak
Nafas berkurang atau a) Monitor pola napas
menurun dengan kriteria (frekuensi, kedalaman,
hasil: usaha napas)
batuk efektif b) Monitor bunyi napas
a) Produksi sputum tambahan (misalnya:
menurun gurgling, mengi,
b) Gelisah wheezing, ronchi kering)
membaik c) Monitor sputum (jumlah,
c) Dispenia warna, aroma)
membaik
d) Kesulitan Terapeutik

Berbicara a) Pertahankan kepatenan


jalan napas dengan head-

36
membaik tilt dan chin-lift (jaw
thrust jika curiga trauma
fraktur servikal)
b) Posisikan semi-fowler
atau fowler
c) Berikan minum hangat
d) Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
e) Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15
detik
f) Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
g) Keluarkan sumbatan
benda padat dengan forsep
McGill
h) Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi

a) Anjurkan asupan cairan


2000 ml/hari, jika tidak
ada kontraindikasi
b) Ajarkan Teknik batuk
efektif
Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,

37
jika perlu.

Intervensi Pendukung
Observasi:
a) Auskultasi suara napas
sebelum dan sesudah
dilakukan penghisapan
Terapeutik :
a) Lakukan penghisapan
lebih dari 15 detik
Edukasi:
a) Anjurkan melakukan
teknik napas dalam
Senin 12 2 Setelah dilakukan Manajemen Energi
Desember tindakan asuhan Observasi:
2022 keperawatan selama … f) Identifikasi gangguan
pasien aktifitas pasien fungsi tubuh
meningkat dengan g) yang mengakibatkan
kriteria hasil: kelelahan
b) Saturasi oksigen h) Monitor pola dan jam
membaik tidur
c) Kekuatan tubuh i) Monitor kelelahan fisik
bagian atas dan emosional
meningkat Edukasi:
d) Kekuatan tubuh a) Anjurkan tirah baring
bagain bawah b) Anjurkan melakukan
meningkat aktivitas secara bertahap
e) Persaan Lemah Terapeutik:
a) Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus

38
b) Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
c) Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
d) Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

Intervensi Pendukung :
Observasi
a) Memonitor kondisi umum
selama melakukan
ambulasi
Terapeutik
a) Linatkan keluarga untuk
membantu pasien
dalammeningkatkan
ambulasi
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
Senin 12 3 Setelah dilakukan Gangguan Mobilitas Fisik
Desember tindakan asuhan Intervensi Utama
2022 keperawatan selama Observasi
3x24 jam Mobilitas fisik a) identifikasi adanya nyeri
meningkat dengan atau keluhan fisik lainnya

39
kriteria hasil: b) monitor kondisi umum
a) Pergerakan selama melakukan
ekstremitas ambulasi
meningkat Terapeutik
b) Kekuatan Otot a) melibatkan keluarga untuk
Meningkat membantu pasien dalam
c) Nyeri Menurun meningkatkan ambulasi
d) Kelemahan b) fasilitasi melakukan
fisik Menurun mobilisasi fisik jika perlu
edukasi
a) jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi ajarkan
ambulasi sederhana yang
harus dilakukan

Intervensi Pendukung
Observasi
a) identifikasikan kebiasaan
aktivitas perawatan diri
sesuai usia
b) identifikasi kebutuhan alat
bantu kebersihan diri
berpakaian berhias dan
makan
Terapeutik
a) siapkan keperluan pribadi
jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Edukasi
a) anjurkan melakukan
perawatan diri secara

40
konsisten sesuai
kemampuan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Tn. K Ruangan : Rafflesia
Umur : 68 tahun No RM : 241560
Hari ke 1

41
Tanggal No Jam/waktu Implementasi Paraf

Selasa, 12 1. Memonitor pola nafas


Desember RH: Klien mengatakan kesulitan untuk
2022 bernapas
dengan baik.
RR: 24 x/m

2.Memonitor bunyi napas tambahan


RH: Klien saat bernafas terdengar suara
wheezing.

3.Memonitor sputum
RH: Keluarga klien mengatakan sputum
berwarna kuning keputihan

4.Posisikan semi fowler atau fowler


RH:Klien merasakan nyaman setelah di
posisikan

5.Berikan minuman hangat


RH: Klien mengatakan belum ingin
minum air hangat

6.Lakukan penghisapan lendir kurang


dari 15 detik
RH: Keluarga klien menyetujui tindakan
yang ingin
dilakukn oleh perawat.

7.Berikan oksigen , jik perlu

42
RH: Klien udah terpasang nasal kanul

8.Mengajarkan teknik batuk efektif


RH: Klien dan keluarga paham saat
dilakukan
penjelasan.

Senin,12 1.Memonitor pola dan jam tidur


Desember RH: Klien mengatakan kesulitan tidur
2022 karena sesak
nafas yang dialami klien

2.Monitor kelelahan fisik dan emosional


RH: Klien mengatakan lelah dan lemah
karena
mengalami kesulitan tidur.

3.Mengindentifikasikan gangguan fungsi


tubuh yang mengakibatkan kelelahan.
RH: Klien mengatakan batuk dan sesak
nafas yang
membuat tubuh kelelahan.

4.Menganjurkan tirah baring


RH: Klien mengerti saat dijelaskan dan
mengikuti
arahan perawat.

5.Menyediakan lingkungan nyaman dan


rendah stimulus

43
RH: Klien mengatakan sudah nyaman
dengan
lingkungan sekitar.

6.Memfasilitasi duduk ditempat


tidur ,jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
RH: Klien mengerti tapi belum bisa
mengikuti arahan

Selasa,12 1.Memonitor keadaan umum selama


Desember melakukan ambulasi
2022 RH: Klien masih lemah dan belumkuat
untuk berjalan

2.Melibatkan keluarga untuk membantu


klien dalam meningkatkan ambulasi
RH: Keluarga klien mau mendengarkan
arahan dari perawat

3.Menjelaskan tujuan dan prosedur


ambulasi
RH: Klien dan keluarga mendengarkan
dengan baik
IMPLEMETASI HARI KE-2
Selasa,13 1.Memonitor pola nafas
Desember RH: Klien mengatakan masih kesulitan
2022 untuk bernafas

2.Memonitor bunyi nafas tambahan

44
RH: Masih terdapat suara wezing saat
kalian bernafas

3.Memonitor sputum
RH: Keluarga klien mengatakan foto
masih berwarna kuning keputihan

4.Memposisikan semi follower atau


fowler
RH: Klien merasa nyaman dengan posisi
seperti itu
1.Memonitor pola dan jam tidur
RH: Klien mengatakan masih kesulitan
tidur karena sesak nafas yang dialami.

2.Menganjurkan tirabaring
RH: klien mengerti saat dijelaskan dan
mengikuti arahan perawat

3.Memonitor kelelahan fisik dan


emosional
RH: Klien mengatakan masih lelah dan
lemah karena kesulitan tidur
1.Memonitor keadaan umum selama
melakukan ambulasi
RH: Klien masih lemah dan belumkuat
untuk berjalan

2.Melibatkan keluarga untuk membantu


klien dalam meningkatkan ambulasi
RH: Keluarga klien mau mendengarkan

45
arahan dari perawat

3.Menjelaskan tujuan dan prosedur


ambulasi
RH: Klien dan keluarga mendengarkan
dengan baik
IMPLEMENTASI HARI KE-3
Rabu,14 1 1. Monitor pola nafas
Desember RH: kalian mengeluh masih sulit
2022 bernapas dan akan
dirujuk ke RS Bengkulu

2.Monitor bunyi nafas tambahan


RH: terdapat suara wezing
3.Memonitor sputum
RH: keluarga klean mengatakan sputum
masih
berwarna kuning keputihan

4.Memonitor posisi klien


RH: pelayan rasa nyaman dengan posisi
seperti itu

Rabu 14 2 1. Memonitor pola dan jam tidur


Desember RH: klien mengatakan masih kesulitan
2022 tidur karena
sesak nafas yang dialami

2.Memonitor kelelahan fisik dan


emosional
RH: Klien masih lelah dan lemah karena

46
tidur yang
Kurang
3. Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas
perawatan dari sesuai usia
RH: keluarga klien mengatakan klien
masih tidak bisa
melakukan perawatan diri secara
mandiri

4.Memonitor tingkat kemandirian


RH: klien mengatakan masih belum
mampu
melakukan apapun secara mandiri
karena klien
tidak mampu berjalan dan merasa
lemah
jadwalkan rutinitas perawatan diri

Rabu 14 3 1.Memonitor keadaan umum selama


Desember melakukan ambulasi
2022 RH: Klien masih lemah dan belumkuat
untuk berjalan

2.Melibatkan keluarga untuk membantu


klien dalam meningkatkan ambulasi
RH: Keluarga klien mau mendengarkan
arahan dari perawat

3.Menjelaskan tujuan dan prosedur


ambulasi
RH: Klien dan keluarga mendengarkan

47
dengan baik

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama : Tn. K Ruangan : Rafflesia


Umur : 68 tahun No RM : 241560
Tangal dan No Evaluasi
Jam Diagnos
a

48
Senin,12- 1 S :-Klien mengatakan batuk berdahak susah
desember- dikeluarkan
2022 -Klien mengatakan sesak nafas dan klien merasa
sesak
meningkat ketika beraktifitas ringan
O : -Klien tampak lemas
-Klien tampak gelisah
-Klien tampak sesak
-TTV
TD:140/80 MmHg
HR:71x/m
RR:24x/m
T:36,4℃
A : Masalah belum teratasi
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
1. Produksi sputum v
menurun
2. Gelisah membaik v
3. Dispnea membaik v
4. Kesulitan berbicara v
membaik
P: Intervensi dilanjutkan
2 S: -Klien mengatakan nafa terasa sesak
-Klien mengatakan tubuh teraa lemah
-Klien mengatakan aktivitas dibantu keluarga
O: -Klien tampak lemah
-Klien tampak pucat
-Pasien terpasang infus
-Pasien terpasang oksigen
-TTV

49
TD:140/80MmHg
HR:71x/m
RR:24x/m
T:36,4℃
A:Masalah belum teratasi
No Kriteria hasil 1 2 3 4
1. Saturasi oksigen membaik v
2. Kekuatan tubuh bagian atas v
meningkat
3. Kekuatan tubuh bagian v
bawah meningkat
4. Perasaan lemah v
P:Intervensi dilanjutkan

50
3 S: - Klien mengatakan lemas di bagian kaki
- Keluarga Klien Mengatakan klien tidak dapat
berjalan karena lemah
O - klien tampak lemah
- klien tidak bisa melakukan kegiatan seperti
biasa
A: Masalah belum teratasi
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
1. Pergerakan Ekstremitas v
Meningkat
2. Kekuatan otot Meningkat v
3. Nyeri Menurun v
4. Kelemahan fisik Menurun v
P:Intervensi dilanjutkan

51
SELASA,1 1 S: -Klien mengatakan sputum masih susah
3- dikeluarkan
Desember- -Klien mengatakan masih sesak nafas dan klien
2022 masih
merasa sesak meningkat ketika beraktifitas ringan
O: -Klien masih tampak lemas
-Klien masih tampak gelisah
-Klien masih tampak sesak
-TTV
TD:130/90 MmHg
HR:84x/m
RR:22x/m
T:36,1℃
A:Masalah belum teratasi
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
1. Produksi sputum v
menurun
2. Gelisah membaik v
3. Dispnea membaik v
4. Kesulitan berbicara v
membaik
P:Intervensi dilanjutkan

52
2. S: -Klien mengatakn nafas masih terasa sesak
-Klien mengatakan tubuh masih terasa lemah
-Klien mengatakan aktivitas masih dibantu
keluarga
O: -Klien masih tampak lemah
-Klien masih tampak pucat
-Pasien masih terpasang infus
-Pasien masih terpasang oksigen
-TTV
TD:130/90MmHg
HR:84x/m
RR:22x/m
T:36,1℃
A:Masalah belum teratasi
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
1. Saturasi oksigen v
membaik
2. Kekuatan tubuh bagian v
atas meningkat
3. Kekuatan tubuh bagian v
bawah meningkat
4. Perasaan lemah v
P: Intervensi dilanjutkan

RABU,14 1 S: -Klien sputum sudah mulai bisa untuk dikeluarkan


Desember -Klien mengatakan masih merasa sesak
2022 O: -Klien masih tampak lemas
-Klien masih tampak gelisah
-Klien masih tampak sesak
-TTV

53
TD:130/90 MmHg
HR:84x/m
RR:22x/m
T:36,1℃
A:Masalah teratasi sebagian
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
1. Produksi sputum v
menurun
2. Gelisah membaik v
3. Dispnea membaik v
4. Kesulitan berbicara v
membaik
P:Intervensi dihentikan
2 S: -Klien mengatakn batuk berdahak susah
dikeluarkan
-Klien mengatakan sesak nafas dan klien merasa
sesak
meningkat ketika beraktifitas ringan
O: -Klien masih tampak lemas
-Klien masih tampak gelisah
-Klien masih tampak sesak
-TTV
TD:130/90 MmHg
HR:84x/m
RR:22x/m
T:36,1℃
A:Masalah teratasi
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
1. Produksi sputum v
menurun

54
2. Gelisah membaik v
3. Dispnea membaik v
4. Kesulitan berbicara v
membaik
P:Intervensi dihentikan
3 S: - Klien mengatakan lemas di bagian kaki
- Keluarga Klien Mengatakan klien tidak dapat
berjalan karena lemah
O - klien tampak lemah
- klien tidak bisa melakukan kegiatan seperti
biasa
A: Masalah belum teratasi
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
1. Pergerakan Ektremitas v
Meningkat
2. Kekuatan Otot Meningkat v
3. Nyeri Menurun v
4. Kelemahan Fisik v
Menurun
P:Intervensi dihentikan

55
DAFTAR PUSTKA

Andra Saferi W & Yessie Mariza P.2013. Buku Ajar KMB (Keperawatan
Dewasa).Jakarta: Nuha Medika Butcher, HK.2013. Nursing Interventions

Classification, Ed.6. Jakarta Dalal, S., and Zhukovsky D.S., 2006.


Pathophysiology and Management of Fever.J Support Oncol.

Arthur C, Guyton, John E. Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.


Edisi 12 Jakarta: EGC

PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi


dan IndikatorDiagnostik, Edisi 1. Jakarta : PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi


dan TindakanKeperawatan, Edisi 1. Jakarta : PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan


Kriteria HasilKeperawatan, Edisi 1. Jakarta : PPNI

56

Anda mungkin juga menyukai