K
DANGAN PPOK EKSARBASI
DI RUANG RAFLESIA RSUD REJANG REBONG
Disusun Oleh :
1. Agnes Feronika (P00320121001)
2. Aris Peransiska (P00320121008)
3. Bayu Prayuda (P00320121009)
4. Della Parwati (P00320121014)
5. Fhazllahtul Zhorrayah (P00320121021)
6. Klara Lova Kontesa (P00320121027)
7. M Zacky Andira (P00320121030)
8. Noviyen (P00320121036)
9. Ranita Safitri (P00320121041)
10. Shintiya Anggraini (P00320121047)
11. Wahyuni (P00320121054)
Dosen Pengajar:
Chandra Buana,MPH
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah mata kuliah “KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
(KMB I)”. Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan
sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah I (KMB). Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada bapak Chandra buana .MPH selaku dosen pembimbing mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan bimbingan serta
arahan selama penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Curup.13 Desember
2022
Kelompok I
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................................6
BAB II......................................................................................................................8
2.1 Definisi Suhu..................................................................................................8
2.2 Klasifikasi.......................................................................................................8
2.3 Patofisiologi....................................................................................................9
2.4 WOC.............................................................................................................11
2.5 Komplikasi ....................................................................................................9
2.6 Pemeriksaan Menunjang..............................................................................13
2.7 Penatalaksanaan............................................................................................14
BAB III..................................................................................................................17
TINJAUAN KASUS..........................................................................................17
3.1 Pengkajian....................................................................................................17
3.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Umum...................................................................17
3.3 Pemeriksaan Penunjang................................................................................17
3.4 Analisis Data................................................................................................26
3.5 Diagnosa.......................................................................................................27
3.6 Intervensi......................................................................................................27
3.7 Implementasi................................................................................................29
3.8 Evaluasi........................................................................................................34
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit pada saluran
pernapasan, yang dapat mengakibatkan hambatan aliran udara dengan
manifestasi sesak napas dan gangguan oksigenasi jaringan serta diikuti
dengan adanya obstruksi jalan napas yang sifatnya menahun,
berkurangnya kapasitas kerja, dan kekambuhan yang sering terjadi
berulang menyebabkan menurunnya kualitas hidup penderita (Khasanah et
al., 2013).
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan penyakit
yang umum, dapat dicegah dan diobati, penyakit yang ditandai dengan
gejala pernapasan yang persisten dan keterbatasan aliran udara karena
jalan napas dan / atau kelainan alveolar biasanya disebabkan oleh pajanan
partikel yang signifikan atau gas berbahaya (Global Initiative for Chronic
Obstructive Lung Disease, 2017). Menurut Global Initiative for Chronic
Obstructive Lung Disease (2017) Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
saat ini merupakan penyebab utama keempat kematian di dunia, namun
diproyeksikan menjadi ke-3 penyebab utama kematian pada tahun 2020.
Lebih dari 3 juta orang meninggal karena COPD pada tahun 2012
terhitung 6% dari semua kematian secara global. Prevalensi morbiditas
dan mortalitas terkait PPOK telah meningkat dari waktu ke waktu.
Terdapat 600 juta orang menderita PPOK di dunia dengan 65 juta orang
menderita PPOK derajat sedang hingga berat (WHO, 2015). Berdasarkan
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukan prevalensi PPOK di
Indonesia sebesar 3,7% dan lebih tinggi pada laki-laki sebesar 4,2%
sedangkan pada perempuan 3,3%. Pravelensi PPOK tertinggi terdapat di
Nusa Tenggara Timur (10,0%), diikuti Sulawesi Tengah (8,0%), Sulawesi
4
Barat dan Sulawesi Selatan masing-masing (6,7%), serta prevalensi
penyakit PPOK khususnya di Provinsi Bali mencapai 3,5% (Riskesdas,
2013). Data rekam medik ruang IGD RSUD Sanjiwani Gianyar pada tahun
2020 rata-rata jumlah kasus PPOK 97 kasus, tahun 2021 dalam 4 bulan
terakhir yaitu terdapat 8 kasus (Rekam Medik RSUD Sanjiwani Gianyar,
2021). Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan salah satu dari
kelompok penyakit yang tidak menular akan tetapi menjadi masalah
kesehatan masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya
usia angka harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor resiko,
seperti jumlah perokok yang semakin meningkat, dan juga pencemaran
udara didalam ruangan maupun diluar ruangan (Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, 2015). Penyebab salah satu dari PPOK adalah asap tembakau
(perokok aktif), perubahan gaya hidup karena pembangunan ekonomi juga
mempengaruhi peningkatan penggunaan tembakau di negara-negara
berpenghasilan tinggi. Kematian karena PPOK terus meningkat dari tahun
ke tahun (WHO, 2015). Masalah utama dan juga alasan paling sering yang
menyebabkan penderita PPOK mencari pengobatan adalah sesak napas
dan batuk yang diderita yang bersifat persisten dan progresif
(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2015).
Karakteristik PPOK adalah kecenderungan untuk eksaserbasi.
Eksaserbasi PPOK didefinisikan sebagai peristiwa akut yang ditandai
dengan semakin memburuknya kondisi penyakit pasien dari kondisi
sebelumnya dan menyebabkan perubahan dalam pengobatannya (Global
Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, 2017). Menurut
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2015) PPOK dengan eksaserbasi
akut ditandai dengan batuk atau sesak bertambah, sputum bertambah dan
sputum berubah warna. PPOK biasanya dialami oleh usia dewasa
menengah dan lansia dan sangat terkait dengan kebiasaan merokok karena
rokok mengandung bahan kimia yang mengiritasi jalan nafas, merangsang
inflamasi dan kerusakan jaringan. Merokok menyebabkan aktivitas dari
silia mengalami penurunan dan perkembangan sel goblet menjadi tidak
5
normal, mengakibatkan peningkatan produksi mukus yang berlebih dan
mempersempit jalan nafas, apabila produksi mukus berlebihan karena
kondisi abnormal (karena infeksi, gangguan fisik, dan kimiawi) di
membran mukosa akan menyebabkan terjadinya penumpukan mucus
(Kristanti & Nugroho, 2011) .
Penumpukan mucus terjadi karena terhambatnya pembersihan
mukosiliar dan berkurangnya epitel bersilia yang membersihkan mucus
yang disebabkan oleh asap rokok sehingga mengakibatkan bersihan jalan
nafas menjadi tidak efektif (Ikawati, 2016). Dampak yang dapat terjadi
dari bersihan jalan nafas tidak efektif adalah pasien dapat mengalami
kesulitan bernapas dan gangguan pertukaran gas yang terjadi di paru-paru
dan akan mengakibatkan sesak, kelelahan, sianosis, apatis dan merasa
lemah (Oemiati, 2013). Berdasarkan penelitian oleh Marpaung (2017)
keluhan utama yang paling banyak dirasakan oleh pasien PPOK adalah
batuk kronik disertai berdahak kronik dan sesak nafas, proporsi keluhan
yang ditemukan pada pasien PPOK yaitu pasien mengeluh batuk sejumlah
91%, berdahak sebanyak 65%. Penderita PPOK mengeluarkan dahak
hampir setiap hari (5,4 %), mengeluh berdahak yang lamanya kurang lebih
1 bulan (3,5 %), dan mengalami batuk kronik disertai dahak minimal 3
bulan/ tahun (1,3 %) (Tana et all., 2016)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penulisan ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Penyakit Paru Obstruktif Kronis di Ruang SARAF RSUD Rejang Lebong
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Secara umum penulisan ini bertujuan untuk mengetahui Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis di Ruang
Instalasi Gawat Darurat RSUD Sanjiwani Gianyar.
2. Tujuan khusus
6
a. Mendeskripsikan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien
PPOK
b. Mendeskripsikan diagnosis keperawatan pada pasien PPOK
c. Mendeskripsikan perencanaan keperawatan pada pasien PPOK
d. Mendeskripsikan implementasi asuhan keperawatan yang
dilakukan pada pasien PPOK
e. Mendeskripsikan evaluasi asuhan keperawatan yang dilakukan
pada pasien PPOK
f. Menganalisa pemberian fisioterapi dada pada pasien PPOK
D. Manfaat
a. Hasil penulisan studi kasus ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman terhadap asuhan keperawatan pasien PPOK
sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal
pada pasien.
b. Hasil penulisan studi kasus ini diharapkan dapat memberikan masukan
kepada institusi pelayanan kesehatan dalam memberikan standar asuhan
keperawatan yang optimal terhadap pasien PPOK.
7
BAB II
KONSEP TEORI
2.1. Definisi
Penyakit paru-paru Obstruksi kronis PPOK merupakan penyakit
dikarenakan hambatan pada saluran napass yang tidak sempurna revesible
ppok juga merupakan penyakit respiratori yang menghambat pada saluran
kenapa pas Progresif serta berhubungan dengan respon inflamasi paru
terhadap partikel atau gas beracun dan berbahaya (Ridho , 2017 ).
PPOK adalah penyakit yang dicirikan oleh keterbatasan aliran
udara yang tidak dapat pulih sempurna keterbatasan aliran udara biasanya
bersifat Progresif dan dikaitkan dengan respon inflamasi paru yang
abnormal terhadap Particle atau gas berbahaya yang menyebab
penyempitan jalan nafas hipersekresi mucus Dan perubahan pada sistem
pembuluh darah paru penyakit lain seperti Kistik fibrosis bronkiektasis
dan asma yang sebelumnya diklasifikasiakan dalam jenis COPD kini
diklasifikasikan paru kronis meskipun gejala tumpang Tindih dengan
COPD lain. Merokok singaret , polusi udara dan Pajanan di tempat kerja
( batu bara , katun biji bijian padi ) merupakan faktor penting yang
menyebabkan terjadinya copd Yang dapat terjadi dalam Rentang waktu 20
-30 tahun ( Suddrth, 2015 )
2.2 Tanda dan gejala
Tanda dn gejala akan mengarah pada dua tipe:
1.Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis
kronis(blue bloater)
2.Mempunyaigambaran klinik kearah emfisema ( pink puffers)
Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut:
1. Kelemahan badan
2. Batuk
8
3. Sesak nafas
4. Sesak nafas saat aktivitas dan nafas bunyi
5. Mengi atau wheezing
6. Ekspirasi yang memanjang
7. Bentuk dada tong ( Barrel cest) pada penyakit lanjut.
8. Penggunaan otot bantu pernapasan
9. Suara nafas melemah
10. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal
11. Edema kaki,asites dan jari tabuh.
2.3 Etiologi
Penyebab dari timbulnya penyakit Penyakit Paru Obstruksi
Kronik berdasarkan (Djojodibroto, 2016):
a. Merokok merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di
negara berkembang. Perokok aktif dapat mengalami hipersekresi mucus
dan obstruksi jalan napas kronik. Sejumlah zat iritan yang ada di dalam
rokok menstimulasi produksi mucus berlebih, batuk, merusak fungsi
silia, menyebabkan inflamasi, vserta kerusakan bronkiolus dan dinding
alveolus (Elsevier).
2.4 Patofisiologi
Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada
PPOK yang diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada
saluran nafas bagian proksimal, perifer, parenkim dan vaskularisasi
paru yang dikarenakan adanya suatu inflamasi yang kronik dan
perubahan struktural pada paru. Terjadinya peningkatan penebalan
pada saluran nafas kecil dengan peningkatan formasi folikel limfoid
dan deposisi kolagen dalam dinding luar saluran nafas mengakibatkan
restriksi pembukaan jalan nafas. Lumen saluran nafas kecil berkurang
akibat penebalan mukosa yang mengandung eksudat inflamasi, yang
meningkat sesuai beratsakit. Dalam keadaan normal radikal bebas dan
antioksidan berada dalam keadaan seimbang.Apabila terjadi gangguan
9
keseimbangan maka akan terjadi kerusakan di paru. Radikal bebas
mempunyai peranan besar menimbulkan kerusakan sel dan menjadi
dasar dari berbagai macam penyakit paru. Pengaruh gas polutan dapat
menyebabkan stress oksidan, selanjutnya akan menyebabkan
terjadinya peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid selanjutnya akan
menimbulkan kerusakan sel daninflamasi. Proses inflamasi akan
mengaktifkan sel makrofag alveolar, aktivasi sel tersebut akan
menyebabkan dilepaskannya faktor kemotataktik neutrofil seperti
interleukin 8 dan leukotrien B4, tumuor necrosis factor (TNF),
monocyte chemotactic peptide (MCP)-1 dan reactive oxygen species
(ROS). Faktorfaktor tersebut akan merangsang neutrofil melepaskan
protease yang akan merusak jaringan ikat parenkim paru sehingga
timbul kerusakan dinding alveolar dan hipersekresi mukus.
Rangsangan sel epitel akan menyebabkan dilepaskannya limfosit CD8,
selanjutnya terjadi kerusakan seperti proses inflamasi. Pada keadaan
normal terdapat keseimbangan antara oksidan dan antioksidan.
Enzim NADPH yang ada dipermukaan makrofag dan
neutrofil akan mentransfer satu elektron ke molekul oksigen menjadi
anion super oksida dengan bantuan enzim superoksid dismutase. Zat
hidrogen peroksida (H2O2) yang toksik akan diubah menjadi OH
dengan menerima elektron dari ion feri menjadi ion fero, ion fero
dengan halida akan diubah menjadi anion hipohalida (HOCl).
Pengaruh radikal bebas yang berasal dari polusi udara dapat
menginduksi batuk kronisse hingga percabangan bronkus lebih mudah
terinfeksi. Penurunan fungsi paru terjadi sekunder setelah perubahan
struktur saluran napas. Kerusakan struktur berupa destruksi alveol
yang menuju ke arah emfisema karena produksi radikal bebas yang
berlebihan oleh leukosit dan polusidan asap rokok. Muttaqin (2008),
10
2.5 Woc
Rokok , Polusi, Etiologi
PPOK
Pembesaran Hati
Sputum Leukosit
Hipertropi kelenjar
mukosa
Batuk Imun
Peneyempitan saluran
udara secara periodik
Bersihan jalan
nafas tidak Kuman patogen
efektif dan endogen di
fagosit Ekpansi paru
makrofag
Sesak nafas
Anoreksia
Hipoksia
Ketidakseimban
gan nutrisi
kurang dari Intoleransi aktivitas
kebutuhan
tubuh
11
Pola nafas tidak Gangguan pola tidur
efektif
2.6 Komplikasi
Komplikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut Irman
Soemantri (2009) :
1. Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 < 55 mmHg,
dengan nilai saturasi okesigen awalnya klien akan mengalami
perubahan mood, penurunan konsentrasi, dan menjadi pelupa. Pada
tahap lanjut akan timbul sianosis
2. Asidosis Respiratori
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda
yang muncul antara lain nyeri kepala, fatgue, letargi, dizzines, dan
takipnea
3. Asidosis Respiratori
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda
yang muncul antara lain nyeri kepala, fatgue, letargi, dizzines, dan
takipnea Terbatasnya aliran akan menyebabkan peningkatan kerja otot
napas dan timbulnya dispnea.
4. Gagal jantung
Teutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru),
harus diobservasi terutama pada klien dengan dispnea berat.
Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronkitis kronis, tetapi
klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini.
5. Kardiak Disritmia
Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau
asidosis respiratori
6. Status Asmatikus
12
Merupakan komplkasi mayor yang berhubungan dengan asma
bronkial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan,
dan sering kali tidak berespon terhadap terapi yang biasa diberikan.
Penggunaan otot bentu pernapasan dan distensi vena leher sering kali
terlihat pada klien dengan asma.
13
Tomgraphy (CT) scan dilakukan untuk melihat adanya emfisema
pada alveoli. beberapa studi juga menyebut bahwa kekurangan 0-1
antitripsin dapat diperiksa pada pasien ppok maupun asma
2.8 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak
hanya pada faseakut, tetapi juga fase kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan
aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya
dapat dideteksi lebihawal.
14
Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
1. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret
bronkus.
2. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan
pernapasanyang paling efektif.
3. Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk
memulihkankesegaran jasmani.
4. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita
dapatkembali mengerjakan pekerjaan semula
15
c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengelurakan sputum
dengan baik.
d. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk
di dalamnyagolongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien
dapat diberikansalbutamol 5 mg dan atau ipratopium bromida 250 mg
diberikan tiap 6 jamdengan nebulizer atau aminofilin 0,25 - 0,56 IV
secara perlahnan
16
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajiann
a.Pengumpulan data
b. Anamnese
2) Keluhan Utama Batuk, sesak nafas, dahak tidak bisa keluar dan demam
tidak terlalu tinggi tiga hari yang lalu.
17
6) Riwayat psikososial Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan
emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
c. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum Meliputi keadaan pasien, kesadaran, suara
bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan
kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
3) Sistem integument
Kaji seluruh permukaan kulit, adakah turgor kulit menurun, luka
atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit, tekstur
rambut dan kuku.
4) Sistem pernafasan
Biasanya terdapat sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada dan
terdapat retraksi dinding dada, serta suara tambahan nafas.
5) Sistem kardiovaskuler
Pengkajian untuk mengetahui adakah perfusi jaringan menurun,
nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,
hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem gastrointestinal
Pengkajian untuk mengetahui adakah polifagi, polidipsi, mual,
muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan,
peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
7) Sistem urinary
Pengkajian untuk mengetahui adakah poliuri, retensio urine,
inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
18
8) Sistem musculoskeletal
Kaji penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi
badan, apakah cepat lelah, lemah dan nyeri, apakah adanya gangren di
ekstrimitas.
9) Sistem neurologis Pengkajian untuk mengetahui apakah terjadi
penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, dan disorientasi.
A. Pengobatan Farmakologi
1. Anti inflamasi (kortikosteroid, natrium kromolinm dan lain-lain)
(Muttaqin, 2014).
2. Bronkodilator
Bronkodilator adalah bagian penting penatalaksanaan gejala pada
pasien PPOK dan diresepkan sesuai kebutuhan atau secara teratur
untuk mencegah atau mengurangi gejala. Brokodilator memperbaiki
pengosongan paru mengurangi hiperinflasi pada saat istirahat dan
selama latihan dan memperbaiki performa latihan. Golongan adrenalin:
19
isoprote Ncl, ossiprenalin, golongan xantin: aminophilin, teophilin
(Murwani, 2011).
3. Antibiotik
Terapi antibiotik sering diresepkan pada eksaserbasi PPOK
dengan
pemilihan antibiotik bergantung kepada kebijakan lokal, terapi secara
umum berkisar pada penggunaan yang disukai anatra amoksilin,
klaritromisin atau trimotopri. Biasanya lama terapi tujuh hari sudah
mencukupi (Muwarni, 2011).
4. Ekspektoran: Amnium karbonat, asetil sistein, bronheksin, bisolvon,
tripsin
5. Vaksinasi
Vaksinasi Influenza mengurangi penyakit serius dan kematian
sekitar 50% pada pasien PPOK. Vaksin yang mengandung virus
tidak aktif, hidup atau mati direkomendasikan karean vaksin tersebut
lebih efektif pada pasien lansia yang mengalami PPOK. Vaksina
influenza dapat mengurangi angka kesakitan yang serius. Jika tersedia,
vaksin pneumococcus direkomendasikan bagi penderita PPOK yang
berusia diatas 65 tahun dan mereka kurang dari 65 tahun tetapi bila
FEV1 nya < 40 % prediksi (Ikawati, 2011).
6. Indikasi oksigen
Asma, bronkitis, pneomonia, cedera paru akut, ARDS, PPOK dan
efisema merupakan beberapa penyakit yang mengubah suplai oksigen.
Pasie PPOK atau efisema harus dipantau dengan ketat untuk melihat
adanya retensi karbon dioksida yang tinggi, sebab komoreseptor
mereka tidak lagi berespon normal tekann parsial karbon dioksida
(PaCO2) dan Ph serum. Tujuan yang diharapkan pada pasien dengan
terapi oksigen adalah nilai saturasi O2 stabil, pernafasan eupnea, serta
mengurangi kecemasan dan sesak nafas (Patricia Gonce et al, 2013).
Oksigen diberikan 12 jam/liter, hal ini akan mengurangi kelebihan sel
darah merah yang disebabkan menurunnya kadar oksigen dalam darah.
20
Pengkajian keperawatan meliputi penilaian tingkat kesadaran pasien,
tanda-tanda vital (termasuk frekuensi, kedalamam nafas), warna
bantalan kuku, kepatenan jalan nafas atau adanya jalan nafas buatan,
SaO2 dan GDA. Sistem penghantaran oksigen sederhana terbagi
menjadi sistem aliran tinggi dan sitem aliran rendah.
21
Malnutrisi adalah umum pada pasien PPOK dan terjadi pada lebih
dari 50% pasien PPOK yang masuk rumah sakit. Insiden malnutrisi
bervariasi sesuai dengan derajat abnormalitas pertukaran gas. Malnutri
menyebabkan penurunan otot pernafasan dan kelemahan otot
pernafasan lebih lanjut. Tindakan preventif dapat mencakup
pemberian makanan yang sedikit dan sering untuk pasien yang
mengalami sesak nafas ketika makan: dapat mengatasi kemorbiditas,
misalnya: sepsis pulmonal, tumor paru secara tepat (Morton, 2012).
3. Penyuluhan
Berhenti merokok adalah metode tunggal yang paling efektif
dalam mengurangi resiko terjadinya PPOK dan memperlambat
kemajuan tingkat penyakit. Selain itu, metode ini adalah yang paling
hemat biaya. Sesi konseling singakat (3 menit) untuk mendorong
perokok berhenti merokok yang menyebabkan angka berhenti
merokok menjadi 5% sampai 10% (Morton, 2012).
4. Aktifitas Olahraga
Program aktifitas untuk PPOK atas sepeda ergometri, latihan
treadmill atau berjalan diatur waktunya dan frekuensinaya dapat
berkisar dari setiap minggu, dengan durasi 10 sampai 45 menit persesi
dan intensitas latihan latihan dari 50% konsumsi oksigen puncak
sampai maksimum yang di toleransi. Banyak dokter
menganjurkanpasien untuk melatih diri sendiri (misalnya: berjalan 20
menit setiap hari) jika mereka tidak mampu berpartisipasi dalam
progaram latihan terstuktur.
22
3.4 Intervensi Keperawatan
3.5 Implementasi
23
3.6 Evaluasi
24
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.K
DENGAN PPOK
4.1 Pengkajian
1) Identitas pasien
Klien datang ke IGD dengan keluhan batuk ,sesak kurang lebih 1 minggu
Susah berjalan dan fisik terasa lemah.
25
Pada tanggal 11desember dilakukan pengkajian Klien merasakan sesak,
tidak berkurang dari awal masuk rumah sakit sampai sekarang belumter
dapat Perubahan terhadap klien.
Pada saat pengkajian tidak ditemukan riwayat penyakit Yang lain terhadap
klien .
Pada saat pengkajian tidak ditemukan gejala atau Riwayat penyakit yang
sama seperti yang dialami Oleh klien.
Genogram
26
: Laki laki Meninggal : Perempuan
27
3. Porsi Makan Yang
di habiskan Tidak Ada Makanan Rumah
4. Makan yang Tidak Sakit
Disukai Tidak Ada
2.BAB
a. Frekuensi 3x dalam 1 hari 3x selama di RS
28
1. Lama tidur siang 8 jam Kurang lebih 1-2 jam
2. Lama tidur malam
Keluhan
Aktivitas/Mobilisai Tidak Ada Ada Pada Bagian
1. Kelemahan Otot Tidak Ada Kaki
2. Keterbatasan Gerak Tidak Ada Ada
3. Mengganggu Ada
Aktivitas Tidak Ada
Kebutuhan Personal
Hygiene
1.Mandi 2x 1 Hari Tidak Dilakukan
b.Waktu
2.Oral Hygiene 2x1 Hari Tidak Diakukan
b.Waktu
2x1 Hari Tidak Dilakukan
3.Cuci Rambut
Pagi dan Sore Tidak Dilakukan
a.Frekuensi
b.Waktu
7) Pemeriksaan Fisik
29
Pemeriksaan Hasil
Fisik
Keadaan Umum Keadaaan Umum : Lemah
TD : 100/80 mmhg
HR : 105 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36℃
SpO2: 99 %
Tingkat Kesadaran GCS: (E: V: M: )
Sistem Penglihatan Posisi mata : Simetris
Konjungtiva : AnAnemis
Sclera : Anikterik
Pupil : Isokor
Kesulitan Menggerakkkan Bola Mata :Tidak ada
Sistem Pendengaran Bentuk daun Telinga : Baik dan simetris
Lesi : Tidak terdapat
Membran Timpani : Utuh
Fungsi Pendengaran : Baik
Sistem Pernafasan Jenis Pernapasan : cepat
Frekuensi Nafas : 24 x/m
Irama Nafas : Irregular
Suara Nafas Tambahan : Ada, wheezing
Sistem Kardivaskuler Frekuensi Nadi : 105 x/m
Irama : Tidak Teratur
Teraba : Lemah
TD : 100/80 mmhg
Suara Tambahan : Tidak Ada
Sistem Hematologi Pasien Tampak : Pucat dan Lemah
Perdarahan : Tidak Ada
Sistem Syaraf Pusat Sakit Kepala : Tidak Ada
30
Tingkat Kesadaran :
Sistem Pencernaan Keadaan Mulut : Bersih
Lidah Tidak Kotor : Tidak
Muntah : Ada
Gangguan Menelan : Ada
Abdomen : Simetris
Nyeri Tekan : Tidak Ada
Pemebesaran Hepar : Tidak Ada
8) Pemriksaan Diagnostik
Hasil laboratorium klinik
31
1 2 3 5
Hemoglobin 14,4 g/Dl W:11,7-15,5L
Jumlah 12,900 Ul W:3,600-11.000 L
leukosit
Jumlah 5,02 Juta/Ul W:3,8-5,2 L
Eritrosit
Jumlah 452.000 uL 150.000-440.000
Trombosit
Laju Endap 48 Mm W:0-20L
Darah( LED)
Diff Count 0/0/0/86/8/6 % 0-1/2-4/3-5/50-70/25-
40/2-8
Hematrokit 42 % W:35.47L.40 -52
MCV 84 FL 80-100
MCH 29 Pg 26-34
MCHC 34 g/dL 32-36
9)Penatalaksanaan kolaborasi
Terapi hari Senin tanggal 12 Desember 2022
Obat Fungsi obat Pemberian obat Dosis
1. IVPD Untuk mengatur jumlah air IV line 20 tetes
NaCl dalam tubuh per menit
32
terjadi pada tubuh.
3 Esomax untuk mengobati penyakit IV line 40 mg
asam lambung atau 1x1
gastroesophageal reflux
disease(GERD). Obat ini
juga dapat digunakan
untuk mengobati sindrom
Zollinger-Ellison,
esofagitis erosif, atau tukak
lambung.
4 Dexprofen Untuk meredakan rasa IV line 25 mg
nyeri. 3x1
5 Floxaris Untuk mengobati berbagai IV line 400 mg
infeksi saluran pernafasan
6 Gabaxa Untuk penambahan nutrisi IV line 200 mg
untuk tubuh 1x1
ANALISA DATA
Nama : Tn. K Ruangan : Rafflesia
Umur : 68 tahun No RM : 241560
No Hari/tanggal Data Etiologi Masalah
1. Senin, 12 Ds : Sekresi Bersihan
Desember - Klien mengatakan batuk Yang Jalan Nafas
2022 berdahak susah di Tertahan Tidak Efektif
keluarkan
- pasien mengatakan sesak
nafas meningkat ketika
beraktifitas ringan.
-
33
Do :
- Klien tampak Lemas
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak sesak dan
terdapat suara tambahan
wheezing dan ronchi
- TTV
TD : 140/80 mmHg
HR : 71 x/m
RR : 24x/m
T : 36,4 c
34
- TTV
TD : 140/80 mmHg
HR : 71 x/m
RR : 24x/m
T : 36,4 c
SpO2: 99 %
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn. K Ruangan : Rafflesia
Umur : 68 tahun No RM : 241560
NO DITEMUKAN TERATASI DIAGNOSA KEPERAWATAN
35
2. 12 Desember 14 Desember Intoleransi Aktifitas berhubungan
2022 2022 dengan Ketidak seimbangan Antara
Suplai Dan kebutuhan Oksigen
INTERVENSI KEPERAWATAN
36
membaik tilt dan chin-lift (jaw
thrust jika curiga trauma
fraktur servikal)
b) Posisikan semi-fowler
atau fowler
c) Berikan minum hangat
d) Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
e) Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15
detik
f) Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
g) Keluarkan sumbatan
benda padat dengan forsep
McGill
h) Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
a) Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
37
jika perlu.
Intervensi Pendukung
Observasi:
a) Auskultasi suara napas
sebelum dan sesudah
dilakukan penghisapan
Terapeutik :
a) Lakukan penghisapan
lebih dari 15 detik
Edukasi:
a) Anjurkan melakukan
teknik napas dalam
Senin 12 2 Setelah dilakukan Manajemen Energi
Desember tindakan asuhan Observasi:
2022 keperawatan selama … f) Identifikasi gangguan
pasien aktifitas pasien fungsi tubuh
meningkat dengan g) yang mengakibatkan
kriteria hasil: kelelahan
b) Saturasi oksigen h) Monitor pola dan jam
membaik tidur
c) Kekuatan tubuh i) Monitor kelelahan fisik
bagian atas dan emosional
meningkat Edukasi:
d) Kekuatan tubuh a) Anjurkan tirah baring
bagain bawah b) Anjurkan melakukan
meningkat aktivitas secara bertahap
e) Persaan Lemah Terapeutik:
a) Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
38
b) Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
c) Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
d) Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Intervensi Pendukung :
Observasi
a) Memonitor kondisi umum
selama melakukan
ambulasi
Terapeutik
a) Linatkan keluarga untuk
membantu pasien
dalammeningkatkan
ambulasi
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
Senin 12 3 Setelah dilakukan Gangguan Mobilitas Fisik
Desember tindakan asuhan Intervensi Utama
2022 keperawatan selama Observasi
3x24 jam Mobilitas fisik a) identifikasi adanya nyeri
meningkat dengan atau keluhan fisik lainnya
39
kriteria hasil: b) monitor kondisi umum
a) Pergerakan selama melakukan
ekstremitas ambulasi
meningkat Terapeutik
b) Kekuatan Otot a) melibatkan keluarga untuk
Meningkat membantu pasien dalam
c) Nyeri Menurun meningkatkan ambulasi
d) Kelemahan b) fasilitasi melakukan
fisik Menurun mobilisasi fisik jika perlu
edukasi
a) jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi ajarkan
ambulasi sederhana yang
harus dilakukan
Intervensi Pendukung
Observasi
a) identifikasikan kebiasaan
aktivitas perawatan diri
sesuai usia
b) identifikasi kebutuhan alat
bantu kebersihan diri
berpakaian berhias dan
makan
Terapeutik
a) siapkan keperluan pribadi
jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Edukasi
a) anjurkan melakukan
perawatan diri secara
40
konsisten sesuai
kemampuan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Tn. K Ruangan : Rafflesia
Umur : 68 tahun No RM : 241560
Hari ke 1
41
Tanggal No Jam/waktu Implementasi Paraf
3.Memonitor sputum
RH: Keluarga klien mengatakan sputum
berwarna kuning keputihan
42
RH: Klien udah terpasang nasal kanul
43
RH: Klien mengatakan sudah nyaman
dengan
lingkungan sekitar.
44
RH: Masih terdapat suara wezing saat
kalian bernafas
3.Memonitor sputum
RH: Keluarga klien mengatakan foto
masih berwarna kuning keputihan
2.Menganjurkan tirabaring
RH: klien mengerti saat dijelaskan dan
mengikuti arahan perawat
45
arahan dari perawat
46
tidur yang
Kurang
3. Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas
perawatan dari sesuai usia
RH: keluarga klien mengatakan klien
masih tidak bisa
melakukan perawatan diri secara
mandiri
47
dengan baik
EVALUASI KEPERAWATAN
48
Senin,12- 1 S :-Klien mengatakan batuk berdahak susah
desember- dikeluarkan
2022 -Klien mengatakan sesak nafas dan klien merasa
sesak
meningkat ketika beraktifitas ringan
O : -Klien tampak lemas
-Klien tampak gelisah
-Klien tampak sesak
-TTV
TD:140/80 MmHg
HR:71x/m
RR:24x/m
T:36,4℃
A : Masalah belum teratasi
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
1. Produksi sputum v
menurun
2. Gelisah membaik v
3. Dispnea membaik v
4. Kesulitan berbicara v
membaik
P: Intervensi dilanjutkan
2 S: -Klien mengatakan nafa terasa sesak
-Klien mengatakan tubuh teraa lemah
-Klien mengatakan aktivitas dibantu keluarga
O: -Klien tampak lemah
-Klien tampak pucat
-Pasien terpasang infus
-Pasien terpasang oksigen
-TTV
49
TD:140/80MmHg
HR:71x/m
RR:24x/m
T:36,4℃
A:Masalah belum teratasi
No Kriteria hasil 1 2 3 4
1. Saturasi oksigen membaik v
2. Kekuatan tubuh bagian atas v
meningkat
3. Kekuatan tubuh bagian v
bawah meningkat
4. Perasaan lemah v
P:Intervensi dilanjutkan
50
3 S: - Klien mengatakan lemas di bagian kaki
- Keluarga Klien Mengatakan klien tidak dapat
berjalan karena lemah
O - klien tampak lemah
- klien tidak bisa melakukan kegiatan seperti
biasa
A: Masalah belum teratasi
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
1. Pergerakan Ekstremitas v
Meningkat
2. Kekuatan otot Meningkat v
3. Nyeri Menurun v
4. Kelemahan fisik Menurun v
P:Intervensi dilanjutkan
51
SELASA,1 1 S: -Klien mengatakan sputum masih susah
3- dikeluarkan
Desember- -Klien mengatakan masih sesak nafas dan klien
2022 masih
merasa sesak meningkat ketika beraktifitas ringan
O: -Klien masih tampak lemas
-Klien masih tampak gelisah
-Klien masih tampak sesak
-TTV
TD:130/90 MmHg
HR:84x/m
RR:22x/m
T:36,1℃
A:Masalah belum teratasi
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
1. Produksi sputum v
menurun
2. Gelisah membaik v
3. Dispnea membaik v
4. Kesulitan berbicara v
membaik
P:Intervensi dilanjutkan
52
2. S: -Klien mengatakn nafas masih terasa sesak
-Klien mengatakan tubuh masih terasa lemah
-Klien mengatakan aktivitas masih dibantu
keluarga
O: -Klien masih tampak lemah
-Klien masih tampak pucat
-Pasien masih terpasang infus
-Pasien masih terpasang oksigen
-TTV
TD:130/90MmHg
HR:84x/m
RR:22x/m
T:36,1℃
A:Masalah belum teratasi
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
1. Saturasi oksigen v
membaik
2. Kekuatan tubuh bagian v
atas meningkat
3. Kekuatan tubuh bagian v
bawah meningkat
4. Perasaan lemah v
P: Intervensi dilanjutkan
53
TD:130/90 MmHg
HR:84x/m
RR:22x/m
T:36,1℃
A:Masalah teratasi sebagian
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
1. Produksi sputum v
menurun
2. Gelisah membaik v
3. Dispnea membaik v
4. Kesulitan berbicara v
membaik
P:Intervensi dihentikan
2 S: -Klien mengatakn batuk berdahak susah
dikeluarkan
-Klien mengatakan sesak nafas dan klien merasa
sesak
meningkat ketika beraktifitas ringan
O: -Klien masih tampak lemas
-Klien masih tampak gelisah
-Klien masih tampak sesak
-TTV
TD:130/90 MmHg
HR:84x/m
RR:22x/m
T:36,1℃
A:Masalah teratasi
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
1. Produksi sputum v
menurun
54
2. Gelisah membaik v
3. Dispnea membaik v
4. Kesulitan berbicara v
membaik
P:Intervensi dihentikan
3 S: - Klien mengatakan lemas di bagian kaki
- Keluarga Klien Mengatakan klien tidak dapat
berjalan karena lemah
O - klien tampak lemah
- klien tidak bisa melakukan kegiatan seperti
biasa
A: Masalah belum teratasi
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
1. Pergerakan Ektremitas v
Meningkat
2. Kekuatan Otot Meningkat v
3. Nyeri Menurun v
4. Kelemahan Fisik v
Menurun
P:Intervensi dihentikan
55
DAFTAR PUSTKA
Andra Saferi W & Yessie Mariza P.2013. Buku Ajar KMB (Keperawatan
Dewasa).Jakarta: Nuha Medika Butcher, HK.2013. Nursing Interventions
56