R
DENGAN KESIMBANGAN SUHU TUBUH
DI RUANG ANGGREK RSUD REJANG LEBONG
Disusun Oleh :
1. Agnes Feronika (P00320121001)
2. Aris Peransiska (P00320121008)
3. Bayu Prayuda (P00320121009)
4. Della Parwati (P00320121014)
5. Fhazllahtul Zhorrayah (P00320121021)
6. Klara Lova Kontesa (P00320121027)
7. M Zacky Andira (P00320121030)
8. Noviyen (P00320121036)
9. Ranita Safitri (P00320121041)
10. Shintiya Anggraini (P00320121047)
11. Wahyuni (P00320121054)
Dosen Pengajar:
Dr.Rustam Aji .M.Kes
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah mata kuliah “KEPERAWATAN DASAR”. Shalawat
serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah
memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan
umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Dasar.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak
Rustam Aji M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Dasar
yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan.............................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................3
2.1 Definisi Suhu..................................................................................................3
2.2 Klasifikasi.......................................................................................................3
2.3 Faktor-Faktor .................................................................................................4
2.4 Anatomi Fisiologi ..........................................................................................4
2.5 Patofisiologi....................................................................................................6
2.6 WOC...............................................................................................................5
2.7 Pemeriksaan Menunjang................................................................................8
2.8 Penatalaksanaan..............................................................................................8
BAB III..................................................................................................................10
TINJAUAN KASUS..........................................................................................10
3.1 Pengkajian....................................................................................................10
3.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Umum...................................................................10
3.3 Pemeriksaan Penunjang................................................................................11
3.4 Analisis Data................................................................................................11
3.5 Diagnosa.......................................................................................................11
3.6 Intervensi......................................................................................................12
3.7 Implementasi................................................................................................11
3.8 Evaluasi........................................................................................................11
BAB IV..................................................................................................................15
4.1 Kesimpulan...................................................................................................15
4.2 Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu keluhan yang sering terjadi pada orang yang sakit adalah badan
teraba panas. Bila badan teraba panas, dapat dipastikan bahwa suhu tubuhnya
meningkat di atas normal. Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5 – 37,5 °C
tergantung dari usia seseorang. Semakin dewasa umur seseorang semakin
rendah suhu normal tubuhnya.
4
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
Makalah ini adalah “Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan Hipertermi
pada An. R yang mengalami Selulitis inguinalis di ruang Anggrek RSUD curup
tahun 2022?”
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Suhu adalah keadaan panas dan dingin yang diukur
dengan menggunakantermometer. Di dalam tubuh terdapat 2 macam suhu,
yaitu suhu inti dan suhu kulit.Suhu inti adalah suhu dari tubuh bagian
dalam dan besarnya selalu dipertahankankonstan dari hari ke hari,
kecuali bila seseorang mengalami demam. Sedangkan suhukulit berbeda
dengan suhu inti, dapat naik dan turun sesuai dengan suhu lingkungan.Bila
dibentuk panas yang berlebihan di dalam tubuh, suhu kulit akan
meningkat.Sebaliknya, apabila tubuh mengalami kehilangan panas yang
besar maka suhu kulitakan menurun (Guyton & Hall, 2012).
Suhu tubuh adalah keseimbangan antara panas yang
dihasilkan dan panas yangdikeluarkan (Ernawati, 2012). Suhu tubuh
adalah perbedaan antara jumlah panas yangdihasilkan tubuh dengan
jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Panas yangdihasilkan
dikurangi panas yang hilang adalah suhu tubuh (Potter & Perry, 2010).
Suhu tubuh bersifat hampir konstan, Suhu tubuh terendah terdapat
pada pagi haridan meningkat pada siang atau malam hari, Semakin rendah
jika semakin dekat denganpermukaan tubuh itulah yang diukur, Suhu
dipusat tubuh (body care) lebih tinggidaripada permukaan suhu
tubuh, Suhu tubuh pada orang yang sama mempunyaiperbedaan
jika diukur dari area tubuh yang berbeda. Penting untuk mengetahui
suhunormal seseorang karena suhu normal dapat bervariasi dari satu orang
ke orang lain(Ernawati, 2012).
2.2 Klasifikasi
Suhu tubuh yang normal adalah 35,8°C – 37,5°C. Pada
pagi hari suhu akanmendekati 35,5°C, sedangkan pada malam hari
mendekati 37,7°C. Pengukuran suhu direktum juga akan lebih tinggi 0,5°-
6
l°C, dibandingkan suhu mulut dan suhu mulut 0,5°Clebih tinggi
dibandingkan suhu aksila (Sherwood, 2014).
Secara umum suhu tubuh manusia berkisar 36,5 – 37,5 °C.
Gangguan suhu tubuh dapat diklasifikasikan menjadi hipotermia (<35 °C),
demam (>37.5–38.3 °C), hipetermia (>37.5–38.3 °C), dan hiperpireksia
(>40 –41,5 °C). Ditilik dari tingginya suhu, pada demam dan hipertermia
memiliki nilai rentang suhu yang sama yaitu berkisar antara > 37.5-38.3 °C.
Yang membedakan antara keduanya adalah mekanisme terjadinya. Pada
demam, peningkatan suhu tubuh disebabkan oleh peningkatan titik
pengaturan suhu (set point) di hipotalamus. Sementara, pada hipertermia
titik pengaturan suhu dalam batas normal.
Demam memiliki pola tertentu yang mengindikasikan suatu
penyakit. Demam terus-menerus (Continuous fever) memiliki pola suhu
tetap di atas normal sepanjang hari dan tidak terjadi fluktuasi lebih dari 1 °C
dalam 24 jam. Demam ini sering terjadi pada penyakit pneumonia lobaris,
infeksi saluran kemih, atau brucellosis. Apabila fluktuasi suhu lebih dari 1
°C dalam 24 jam disebut dengan demam remitten.
Demam intermitten mempunyai pola peningkatan suhu hanya terjadi pada
satu periode tertentu dan siklus berikutnya kembali normal. Contohnya
demam pada malaria atau septikemia.
7
dewasa muda. Suhu oral senilai 35°C pada lingkungan dingin
cukupumum ditemukan pada dewasa tua. Namun rata - rata suhu
tubuh dari dewasa tuaadalah 36°C. Mereka lebih sensitif terhadap
suhu yang ekstrem karena perburukanmekanisme pengaturan,
terutama pengaturan vasomotor (vasokontriksi
danvasodilatasi) yang buruk, berkurangnya aktivitas
kelenjar keringat danmetabolisme yang menurun.
b) Olahraga
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta
peningkatan pemecahankarbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk
olahraga meningkatkan metabolisme dandapat meningkatkan
produksi panas sehingga terjadi peningkatan suhu
tubuh.Olahraga berat yang lama seperti lari jarak jauh dapat
meningkatkan suhu tubuhsampai 41 °C.
c) Kadar hormon
Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih
besar. Hal tersebutdikarenakan adanya variasi hormonal saat
siklus menstruasi. Kadar progesteronnaik dan turun sesuai
siklus menstruasi. Saat progesteron rendah, suhu
tubuhberada dibawah suhu dasar yaitu sekitar1/10nya. Suhu ini
bertahan sampai terjadiovulasi, kadar progesteron yang memasuki
sirkulasi akan meningkat dan menaikansuhu tubuh kesuhu dasar
atau kesuhu yang lebih tinggi. Variasi suhu ini dapatmembantu
mendeteksi masa subur seorang wanita. Perubahan suhu
tubuh jugaterjadi pada wanita saat menopause. Mereka biasanya
mengalami periode panastubuh yang intens dan prespirasi selama
30 detik sampai 5 menit. Pada periode ini terjadi peningkatan
disebut hot flashes.Hal ini diakibatkan
ketidakstabilanpengaturan vasomotor.
d) Irama sirkadian
8
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1°C selama periode
24 jam. Suhuterendah berada diantara pukul 1 sampai 4 pagi
(gambar 32-2). Pada siang harisuhu tubuh meningkat dan
mencapai maksimum pada pukul 6 sore, lalu menurunkembali
sampai pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada
individuyang bekerja di malam hari dan tidur di siang hari.
Dibutuhkan 1 sampai 3 mingguuntuk terjadinya pembalikan
siklus. Secara umum, irima suhu sirkardian tidakberubah
seiring usia.
e) Stres
Stres fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh
melalui stimulasihormonal dan saraf. Perubahan fisologis ini
meningkatkan metebolisme, yang akanmeningkatkan produksi
panas. Pasien yang gelisah akan memiliki suhu normalyang
lebih tinggi.
f) Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme
kompensasi yangtepat, suhu tubuh manusia berubah mengikuti
suhu lingkungan. Suhu lingkunganlebih berpengaruh terhadap
anak-anak dan dewasa tua karena mekanisme regulasisuhu mereka
yang kurnag efisien.
2.4 Anatomi Fisiologi Dan Gambar
a. Anatomi dan Fisiologi Pengatur Suhu Tubuh
Sistem pengatur suhu tubuh terdiri atas tiga bagian yaitu: reseptor
yang terdapat pada kulit dan bagian tubuh yang lainnya, integrator
didalam hipotalamus, dan efektor sistem yang mengatur produksi panas
dengan kehilangan panas. Reseptor sensori paling banyak terdapat pada
kulit. Kulit mempunyai lebih banyak reseptor untuk dingin dan hangat
dibanding reseptor yang terdapat pada organ tubuh lain seperti lidah,
saluran pernapasan, maupun organ visera lainnya. Bila kulit menjadi
dingin melebihi suhu tubuh, maka ada tiga proses yang dilakukan untuk
9
meningkatkan suhu tubuh. Ketiga proses tersebut yaitu mengigil untuk
meningkatkan produksi panas, berkeringat untuk menghalangi kehilangan
panas, dan vasokontraksi untuk menurunkan kehilangan panas (Asmadi,
2012).
Selain reseptor suhu tubuh yang dimiliki kulit, terdapat reseptor
suhu lain yaitu reseptor pada inti tubuh yang merespon terhadap suhu
pada organ tubuh bagian dalam, seperti : visera abdominal, spinal cord,
dan lain-lain. Thermoreseptor di hipotalamus lebih sensitif terhadap suhu
inti ini. Hipotalamus integrator sebagai pusat pengaturan suhu inti berada
di preoptik area hipotalamus. Bila sensitif reseptor panas di hipotalamus
dirasang efektor sistem mengirim sinyal yang memprakasai pengeluaran
keringat dan vasodilatasi perifer. Hal tersebut dimaksudkan untuk
menurunkan suhu, seperti menurunkan produksi panas dan meningkatkan
kehilangan panas. Sinyal dari sensitif reseptor dingin di hipotalamus
memprakarsai efektor untuk vasokontriksi, menggigil, serta melepaskan
epineprin yang meningkatkan produksi panas. Hal tersebut dimaksudkan
untuk meningkatkan produksi panas dan menurunkan kehilangan panas.
Efektor sitem yang lain adalah sitem saraf somatik. Bila sitem ini
dirangsang, maka seseorang secara sadar membuat penilaian yang cocok,
misalnya menambah baju sebagai respon terhadap dingin, atau mendekati
kipas angin bila kepanasan. Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah
hipothalamus. Hipothalamus ini dikenal sebagai thermostat yang berada
dibawah otak. Terdapat dua hipothalamus, yaitu:
1) Hipothalamus anterior yang berfungsi mengatur pembuangan panas
2) Hipothalamus posterior yang berfungsi mengatur upaya penyimpanan
panas.
10
Saraf-saraf yang terdapat pada bagian preoptik hipotalamus
anterior dan hipotalamus posterior memperoleh dua sinyal, yaitu :
1) Berasal dari saraf perifer yang menghantarkan sinyal dari reseptor
panas/dingin.
2) Berasal dari suhu darah yang memperdarahi bagian hipothalamus itu
sendiri.
Thermostat hipotalamus memiliki semacam titik kontrol yang
disesuaikan untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh turun
sampai dibawah atau naik sampai di titik ini, maka pusat akan memulai
impuls untuk menahan panas atau meningkatkan pengeluaran panas.
1) Termoreseptor perifer Termoreseptor yang terletak dalam kulit,
mendeteksi perubahan suhu kulit dan membran mukosa tertentu serta
mentransmisi informasi tersebut ke hipotalamus.
2) Termoreseptor sentral Termoreseptor ini terletak diantara hipotalamus
anterior, medulla spinalis, organ abdomen dan struktur internal lainnya
juga mendeteksi perubahan suhu darah.
2.5 Patofisiologi
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set
point, tetapi ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas
berlebihan tetapi tidak disertai peningkatan set poin. Demam adalah sebagai
mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi atau
zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing
masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang
berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen
11
eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau
merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi).Pirogen
selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat
pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus.
Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat
serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin. Ini akan
menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan
pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran
panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran
panas.Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini
akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit)
untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang
menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau
sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003).
2.6 WOC
Gangguan Pola
Ganguan Rasa tidur
Nyaman
12
2.7 Pemeriksaan Penujang
a. Hematologi (darah lengkap) :
Hb (Hemoglobin), leukosit, hitung Jenis Leukosi, trombosit.
b. Urin lengkap
Pemeriksaan Urin Lengkap merupakan pemeriksaan yang dapat
memberi petunjuk adanya kelainan pada saluran kencing atau
ginjal. Bila pada pemeriksaan tersebut ditemukan peningkatan
jumlah leukosit (Sel Darah Putih), bakteri, maka hal in merupakan
petunjuk adanya penyakit infeksi pada saluran kencing atau ginjal.
c. Widal
Pemeriksaan Widal, adalah pemeriksaan untuk mengetahui adanya
antibodi terhadap kuman penyebab Tifus (Salmonella). Bila
seseorang terinfeksi kuman Tifus, maka tubuhnya akan membentuk
zat antibodi terhadap kuman tersebut. Oleh karena itu, adanya
peningkatan kadar antibodi Tifus yang nyata dalam darah
seseorang, dapat digunakan sebagai petunjuk adanya infeksi oleh
kuman Tifus. Kenaikan dianggap nyata bila titer antibodi O di atas
1/160 dan antibodi H di atas 1/320. Pemeriksaan antibodi tersebut
dinamakan Test Widal.
d. Feses
Pemeriksaan feses merupakan pemeriksaan yang dapat memberi
petunjuk adanya infeksi pada pasien yang mengalami diare.
e. Rontgen paru Pemeriksaan Rontgen Paru perlu dilakukan pada
demam tinggi yang disertai sesak nafas dan batuk, hal ini penting
untuk mengetahui adanya infeksi atau radang paru yang disebut
Bronchopneumonia, juga pada demam lama yang tidak jelas
penyebabnya, pemeriksaan Rontgen Paru berguna untuk
mengetahui adanya infeksi paru yang disebut Tuberculosis (TBC).
2.8 Penatalaksanaan
a. Non Farmakologi / Secara Fisik
1) Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam.
13
2) Anjurkan pasien untuk memakai pakaian yang tipis, bahkan jika panasnya
tinggi sekali, disarankan untuk tidak memakai baju.
3) Tempatkan pasien di tempat yang cukup mendapatkan udara.
4) Berikan minum yang cukup. Minuman yang diberikan dapat berupa air
putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya
adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh
memperoleh gantinya.
5) Kompres dengan air hangat. Kompres air hangat akan membuat suhu di
luar terasa hangat dan tubuh akan mengisyaratkan bahwa suhu diluar cukup
panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di
otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu
lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit
melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit
terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
(Thobaroni, 2015).
b. Farmakologi / Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu
di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set
point hipotalamus direndahkan dan kembali menjadi normal . Parasetamol
atau asetaminen adalah obat analgesik (penahan rasa sakit) dan antipiretik
(menurunkan demam) yang populer dan digunakan untuk melegakan sakit
kepala dan demam. Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesic
salesma dan flu. Obat ini aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah
didapati, penggunaan berlebihan atau overdosis obat baik sengaja atau tidak
sengaja sering terjadi. Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti
aspirin dan ibuprofen, parasetamol tak memiliki sifat antiradang. Jadi
parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID (Non Steroidal Anti-
inflammatory Drugs). Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti
permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalandarah, ginjal atau duktus
arteriosus pada janin Ibuprofen nama kimia ibuprofen ialah asam (2-4-
14
isobutilfenil-propionat) adalah sejenis obat yang tergolong dalam kelompok
antiperadangan non-steroid (nonsteroidal-anti).
15
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Pengumpulan data Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan
membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan
penderita , mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang
dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
2) C
b. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan pasien, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur /
ganda, diplopia, lensa mata keruh.
3) Sistem integument
Kaji seluruh permukaan kulit, adakah turgor kulit menurun, luka atau
warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit, tekstur
rambut dan kuku.
4) Sistem pernafasan
Biasanya terdapat sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada dan terdapat
retraksi dinding dada, serta suara tambahan nafas.
5) Sistem kardiovaskuler
Pengkajian untuk mengetahui adakah perfusi jaringan menurun, nadi
perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,
hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
16
6) Sistem gastrointestinal
Pengkajian untuk mengetahui adakah polifagi, polidipsi, mual,
muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan,
peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
7) Sistem urinary
Pengkajian untuk mengetahui adakah poliuri, retensio urine,
inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
8) Sistem musculoskeletal
Kaji penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
apakah cepat lelah, lemah dan nyeri, apakah adanya gangren di
ekstrimitas.
9) Sistem neurologis
Pengkajian untuk mengetahui apakah terjadi penurunan sensoris,
parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, dan disorientasi.
c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah:
1) Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,
sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat
komplikasi asma
2) Analisa gas darah:
a) Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan
prognosis yang buruk.
b) Kadang – kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang
meninggi.
c) Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi.
d) Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada
waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari
serangan.
17
e) Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma
atopik.
18
diciptakannya lingkungan yang aman dan nyaman, suhu tubuh anak juga
perlu diperhatikan
3.5 Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan dari sebuah perencanaan, tindakan
keperawatan terdiri dari tindakan mandiri dan kolaborasi (Herdman &
Kamitsuru, 2018).
Pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan evaluasi proses dan
hasil mengacu pada kriteria evaluasi yang telah ditentukan pada masing-
masing diagnosa keperawatan sehingga :
1. Masalah teratasi atau tujuan tercapat (intervensi dihentikan)
2. Masalah teratasi atau tercapai sebagian (intervensi dilanjutkan)
3. Masalah tidak teratasi atau tujuan tidak tercapai (perlu dilakukannya
pengkajian ulang dan intervensi diubah)
3.6 Evaluasi
Pengertian evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan adalah mengkaji
respon pasien setelah dilakukan intervensi keperawatan dan mengkaji ulang
asuhan keperawatan yang telah diberikan (Deswani, 2009).
19
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.R
DENGAN KESIMBANGAN SUHU TUBUH
4.1 Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
Nama Pasien (Inisial) : An. R
Jenis Kelamin : Laki Laki
Umur : 16 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : belum kawin
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Karang Anyar
Tanggal MRS : 20 November 2022
No Register : 241415
Diagnosa Medis : Selulitis
Ruangan : Anggrek
20
Tanggal Pengkajian : 21 November 2022
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan merasa demam saat datatang di sertai dengan keluah
bengkak pada panggkal paha sejak 2 minggu yang lalu merasa nyeri dan
panas
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang dengan keluhan demam dan bengkak pada panggkal paha
yang membesar dan nyeri sekitar 2 minggu.
4. Riwayat Kesehatan (Penyakit Yang Lalu)
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan keluarga klien tidak ada yang mengalami penyakit yang
sama.
6. Pola Persepsi
Klien mengatakan berolahraga 3x dalam seminggu
7. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola aktivitas
Sebelum MRS klien mandiri, setelah MRS kliem dibantu oleh orang
tua kadang kadang
21
b. Pola nutrisi dan metabolik
Aktivitas Sehat Sakit
Menu Nasi putih, lauk pauk Nasi putih, lauk pauk
Porsi 1 porsi, 2x/hari ½ porsi, 2x/hari
d. Pola tidur
Aktivitas Sehat Sakit
Waktu tidur Malam hari Malam hari
Lama tidur 7-8 jam/hari 3-4 jam
Kesulitan Tidak ada Klien mengatakan tidurnya
tidak nyenyak dan sering
terbangun kerena nyeri dan
panas, saat tidur klien sering
sesak
e. Kebersihan diri
Aktivitas Sehat Sakit
Mandi 2x/hari Hanya di lap air hangat
Cuci rambut 1x/hari saat dipagi hari Hanya di lap air hangat
22
8. Pola Kognitif-Perseptual
Klien mengatakan belum mengerti tentang penyakitnya
9. Pola Toleransi Koping Stres / Persepsi Diri
Klien mengatakan penyakitnya akan sembuh, setelah mendapatkan terapi
obat dari rumah sakit
10. Pola Seksualitas / Reproduksi
Klien masih dalam masa pubertas
11. Pola Peran Hubungan
Klien mengatakan bahwa klien seorang anak dan kakak yang baik
12. Pola Nilai Keyakinan
Klien mengatakan bahwa klien menganut agama islam dan menjalankan
ibadah sesuai agama yang dianutnya
13. Riwayat Psikososial
Klien mengatakan jika dirawat di rumah sakit dan berobat secara teratur
dan rutin ia akan sembuh
14. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan vital sign
Kesadaran umum : Compos Metis (GCS 15)
Suhu : 39,0 ⁰C
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 85 x/menit
RR : 20 x/menit
TB : 164 cm
BB : 53 kg
b. Pemeriksaan kepala-leher
1) Kepala : Kepala simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan,
tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
2) Mata : Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera
anikterus, pupil isokor.
23
3) Hidung : Simetris, tidak dan perbedaan warna kulit, tidak ada lesi,
tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan.
4) Mulut : Tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada pembengkakan, tidak
ada lesi, lidah terasa pahit.
5) Telinga : Simetris kanan kiri, tidak ada lesi, tidak ada
pembengkakan, tidak ada nyeri tekan.
6) Leher : Tidak ada pembengkakan, tidak ada peningkatan vena
jugularis, tidak ada lesi, tidak ada kelenjar thyroid, tidak ada
pembengkakan, tidak ada nyeri tekan
c. Pemeriksaan integumen
Inspeksi : Tidak ada lesi, warna kulit normal
Palpasi : Turgor kulit normal kembali <3 detik
d. Pemeriksaan thorax
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Bunyi pulmo
Auskultasi : Tidak ad suara Tambahan
e. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, terdapat bekas
luka di antara abdomen dengan paha
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Bunyi tympani
Auskultasi : Bising usus 15x/menit
f. Pemeriksaan genetalia
Tidak ada kelainan, tidak ada lesi
g. Ekstremitas atas
Terpasang cairan infus di tangan kanan, tonus otot kuat
h. Ekstremitas bawah
Tidak ada kelainan, terdapat luka pada kaki kiri dan di balut perban,
tonus otot kuat
i. Nilai kekuatan otot
24
5555 5555
3333 5555
j. Pemeriksan neurologis
Tidak ada kelainan pada sistem neurologis
15. Pemeriksaan Penunjang (Labor, RO, dan lain-lain)
Pemeriksaan Hasil Satuan Metode Nilai Rujukan
1 2 3 4 5
Glukosa mg/dL GOD-PAP 74-106
sewaktu
Glukosa mg/dL GOD-PAP 74-106
puasa
Glukosa 2 mg/dL GOD-PAP <120
jam PP
Kolesterol mg/dL GOD-PAP <200
HDL mg/dL E.Kolorimetri/ 30-60
kolesterol HDL-Presipitat
25
Bilirubin mg/dL Jendrasik 0-0,2
indek Groff
Bilirubin mg/dL
dilek
Total protein g/Dl Biuret 6-8
albumin g/Dl Bromocresol 3,4-4,8
globulin g/dL
Alkali u/L Enzimatik 30-120
folsfatase kolometri
Gamma GT u/l IFCC 0-30
TIBC ug/dL Kolorimetri 250-450
Serum iron ug/dL Kolorimetri W:65-175 L:50-
170
Transferan % 20-45
Saturasi
CK-NAC u/L Kolorimetri W:26-140 L:38-
174
CKMB u/L Kolorimetri >10
26
Nama Pasien : An. R No. Register : 241415
Umur : 16 th Ruangan : Anggrek
No Data penunjang Masalah/ Etiologi
. Diagnosa
Keperawatan
1. DS : Hipertermi Proses penyakit
1. Klien mengeluh
badannya panas
dingin
2. Klien mengatakan
mulai terasa seperti
pilek
DO :
1. Klien tampak
kepanasan dan
lemas
2. T: 39,0 ⁰C
2. DS : Gangguan Rasa Gejala penyakit
1. Klien mengeluh
Nyaman
tidak nyaman
2. Klien mengeluh
kepanasan
DO :
1. Klien tampak
gelisah
27
Umur : 16 th Ruangan : Anggrek
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi keperawatan
O keperawatan kriteria hasil
1. Hipertermi b.d Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
Proses penyakit tindakan Observasi
(D.0128) keperawatan 3x24 - Identifikasi Penyebab
jam diharapkan Hipertermi
Hipertermi - Monitor suhu tubuh
menurun, dengan - Monitor Haluran Urine
kriteria hasil : Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang
dingin
- Berikan cairan oral
- Ganti Linen Setiap Hari atau
lebih sering jika mengalami
(keringat Berlebihan)
Edukasi
- Anjurkan Tirah Baring
Kolaborasi
- Kolaborasi Cairan dan
elektrolit intavena,jika perlu
2. Gangguan Rasa Setelah dilakukan Terapi Relaksasi
Nyaman b.d tidakan Observasi
Gejala penyakit keperawatan 3x24 - Identifikasi penurunan
(D.0074) jam diharapkan tingkat energi,
Rasa nyaman ketidakamapuan kognitif
membaik, dengan - Monitor respon terhadap
kriteria hasil: terapirelaksasi
Terapeutik
- - ciptakan lingkungan tenang
dan tanpa gangguan dengan
28
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman,jika memungkinkan
- - gunkan pakaian longgar
Edukasi
- Anjurkan mengambil posisi
nyaman
- Anjurkan sering Mengulangi
atau melatih Teknik yang di
pilih
3. Gangguan pola Setelah dilakukan Dukungan Tidur
tidur b.d tidakan Observasi
Hambatan keperawatan 3x24 - identifikasi pola aktivitas dan
Lingkunga jam diharapkan tidur
(D.0055) pola tidur - identifikasi faktor pengganggu
membaik, dengan tidur
kriteria hasil: - identifikasi makanan dan
minuman yang mengganggu
tidur
Teraputik
- modifikasi lingkungan
- batasi waktu tidur siang ,jika
perlu
Edukasi
- jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
-anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
29
Umur : 16 th Ruangan : Anggrek
No Hari/tanggal No dx Jam Tindakan keperawatan paraf
1 Senin 1 09:0 - mengidentifikasi Penyebab
21-11-2022 0 Hipertermi
R: Klien suhu meningkat
Setelah Tindakan post op
- Memonitor suhu tubuh
R; TD: 110/90 mmhg
T:39.0 c
R: 20 x/m
N:60x/m
- Memonitor Haluran Urine
R: klien mengatakan BAK
Sekitar 250ml
- menyediakan lingkungan yang
dingin
R: klien Menggunkan baju tipis
- Memberikan cairan oral
R: klien mengatakan Banyak
minum hari ini
- Mengganti Linen Setiap Hari
atau lebih sering jika
mengalami (keringat
Berlebihan)
R: klien dan keluarga mengerti
- Menganjurkan Tirah Baring
R:klien dan keluarga paham
yang di ajarkan prawat
- Mengolaborasi Cairan dan
elektrolit intavena,jika perlu
2 11:0 - mengidentifikasi penurunan
30
0 tingkat energi,
ketidakamapuan kognitif
R:Klien mulai tamapak lelas
- Memonitor respon terhadap
terapi relaksasi
R: klien tampak Nyaman
- - Menciptakan lingkungan tenang
dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman,jika memungkinkan
- R: klien mengerti
- - Menyarankan mengunkan
pakaian longgar
- R: Klien sudah menggunkan
pakaian longgar
- Menganjurka mengambil posisi
nyaman
R: klien nyaman untuk posisi
supinasi
- Menganjurkan sering
Mengulangi atau melatih Teknik
yang di pilih
R: klien paham akan apa yang di
jelaskan
3 14:0 - Mengidentifikasi pola aktivitas
0 dan tidur
R: klien mengatakan hanya
berbaring dan tidur lama saat
malam hari
- Mengidentifikasi faktor
31
pengganggu tidur
R: klien mengatakan kurang tidur
karena demam dan suhu tubuh
tinggi
- mengidentifikasi makanan dan
minuman yang mengganggu tidur
R: Klien mangatakan tidak
minum dan makan yang
menggangu waktu tidur
- memodifikasi lingkungan
R:klien mengkatakan nyaman
untuk sekarang
- membatasi waktu tidur
siang ,jika perlu
R: klien mengatakan jarang tidur
siang
- menjelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
R: klien paham apa yang di
jelaskan
-menganjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
R: klien paham dan mengerti
2 Selasa 1 09:0 - mengidentifikasi Penyebab
22-11-2022 0 Hipertermi
R: Klien suhu meningkat
Setelah Tindakan post op
- Memonitor suhu tubuh
R; TD: 100/80 mmhg
T:38.0 c
R: 20 x/m
32
N:82x/m
- Memonitor Haluran Urine
R: klien mengatakan BAK
Sekitar 130ml
- menyediakan lingkungan yang
dingin
R: klien Menggunkan baju tipis
- Memberikan cairan oral
R: klien mengatakan Banyak
minum hari ini
- Mengganti Linen Setiap Hari
atau lebih sering jika
mengalami (keringat
Berlebihan)
R: klien dan keluarga mengerti
- Menganjurkan Tirah Baring
R:klien dan keluarga paham
yang di ajarkan prawat
- Mengolaborasi Cairan dan
elektrolit intavena,jika perlu
2 11:0 - mengidentifikasi penurunan
0 tingkat energi,
ketidakamapuan kognitif
R:Klien mulai tamapak lelas
- Memonitor respon terhadap
terapi relaksasi
R: klien tampak Nyaman
- - Menciptakan lingkungan tenang
dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman,jika memungkinkan
33
- R: klien mengerti
- - Menyarankan mengunkan
pakaian longgar
- R: Klien sudah menggunkan
pakaian longgar
- Menganjurka mengambil posisi
nyaman
R: klien nyaman untuk posisi
supinasi
- Menganjurkan sering
Mengulangi atau melatih Teknik
yang di pilih
R: klien paham akan apa yang di
jelaskan
3 14:0 - Mengidentifikasi pola aktivitas
0 dan tidur
R: klien mengatakan hanya
berbaring dan tidur lama saat
malam hari
- Mengidentifikasi faktor
pengganggu tidur
R: klien mengatakan kurang tidur
karena demam dan suhu tubuh
tinggi
- mengidentifikasi makanan dan
minuman yang mengganggu tidur
R: Klien mangatakan tidak
minum dan makan yang
menggangu waktu tidur
- memodifikasi lingkungan
R:klien mengkatakan nyaman
34
untuk sekarang
- membatasi waktu tidur
siang ,jika perlu
R: klien mengatakan jarang tidur
siang
- menjelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
R: klien paham apa yang di
jelaskan
-menganjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
R: klien paham dan mengerti
3 Rabu 1 09:0 - mengidentifikasi Penyebab
23-11-2022 0 Hipertermi
R: Klien suhu meningkat
Setelah Tindakan post op
- Memonitor suhu tubuh
R; TD: 100/80 mmhg
T:36.3 c
R: 20 x/m
N:78x/m
- Memonitor Haluran Urine
R: klien mengatakan BAK
Sekitar 150mlx2
- menyediakan lingkungan yang
dingin
R: klien Menggunkan baju tipis
- Memberikan cairan oral
R: klien mengatakan Banyak
minum hari ini
- Mengganti Linen Setiap Hari
35
atau lebih sering jika
mengalami (keringat
Berlebihan)
R: klien dan keluarga mengerti
- Menganjurkan Tirah Baring
R:klien dan keluarga paham
yang di ajarkan prawat
- Mengolaborasi Cairan dan
elektrolit intavena,jika perlu
2 11:0 - mengidentifikasi penurunan
0 tingkat energi,
ketidakamapuan kognitif
R:Klien mulai tamapak lelas
- Memonitor respon terhadap
terapi relaksasi
R: klien tampak Nyaman
- - Menciptakan lingkungan tenang
dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman,jika memungkinkan
- R: klien mengerti
- - Menyarankan mengunkan
pakaian longgar
- R: Klien sudah menggunkan
pakaian longgar
- Menganjurka mengambil posisi
nyaman
R: klien nyaman untuk posisi
supinasi
- Menganjurkan sering
Mengulangi atau melatih Teknik
36
yang di pilih
R: klien paham akan apa yang di
jelaskan
3 14:0 - Mengidentifikasi pola aktivitas
0 dan tidur
R: klien mengatakan hanya
berbaring dan tidur lama saat
malam hari
- Mengidentifikasi faktor
pengganggu tidur
R: klien mengatakan kurang tidur
karena demam dan suhu tubuh
tinggi
- mengidentifikasi makanan dan
minuman yang mengganggu tidur
R: Klien mangatakan tidak
minum dan makan yang
menggangu waktu tidur
- memodifikasi lingkungan
R:klien mengkatakan nyaman
untuk sekarang
- membatasi waktu tidur
siang ,jika perlu
R: klien mengatakan jarang tidur
siang
- menjelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
R: klien paham apa yang di
jelaskan
-menganjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
37
R: klien paham dan mengerti
P: intervensi dilanjutkan
38
3 Senin Gangguan Pola S:
21-11-2022 Tidur b.d -klien mengeluh sering terjaga
Hmabtan - klien mengeluh istirahat tidak
Lingkungan cukup
O:
-klien tampak lemah dan
kurang tidur
39
P: intervensi dilanjutkan
3 Selasa Gangguan Pola S:
22-11-2022 Tidur b.d -klien mengeluh sering terjaga
Hmabtan - klien mengeluh istirahat tidak
Lingkungan cukup
O:
-klien tampak lemah dan
kurang tidur
40
1. V
2. v
P: intervensi dilanjutkan
3 Rabu Gangguan Pola S:
23-11-2022 Tidur b.d -klien mengeluh sering terjaga
Hmabtan - klien mengeluh istirahat tidak
Lingkungan cukup
O:
-klien tampak lemah dan
kurang tidur
41
DAFTAR PUSTKA
Andra Saferi W & Yessie Mariza P.2013. Buku Ajar KMB (Keperawatan
Dewasa).Jakarta: Nuha Medika Butcher, HK.2013. Nursing Interventions
42