Anda di halaman 1dari 37

TUGAS MATA KULIAH

KEPERAWATAN ANAK
MAKALAH KEJANG DEMAM

Dosen pengampu : ns. Oryza intan suri s.kep, M.kep


Nama kelompok 3 :

 Bisma hamdilah 202140069


 Five egva yunita 202142002
 Putri atdah 202140036
 Reysky mayzahra 202140044
 Satira rahma 202140051
 Siti nur aisyah 202140056
 Wahyu nuril anisa 202140062
 Widyaning isdiana 202140064
 Yunita 202140066

STIKES ICHSAN MEDICAL CENTRE BINTARO (IMC)


Jl. Jombang Raya No. 56, Bintaro, Jombang, Ciputat Tangerang Selatan 15414
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “kejang demam anak” tepat
pada waktunya. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari
pihak yang telah membantu kami khususnya Dosen mata kuliah keperawatan anak dan
terima kasih kepada teman- teman kelompok atas kerja samanya untuk menyelesaikan
makalah ini hingga selesai.

kami harap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pegalaman
bagi para pembaca. Kami juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempuran. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik
dan saran,mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran yang membangun dan demi
kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.

Demikian makalah ini semoga bermanfaat.

Tangerang selatan, 29 Juni 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar belakang..........................................................................................................
BAB II...................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................3
2.1 Pengertian.................................................................................................................
2.2 Klasifikasi Kejang Demam.......................................................................................
2.3 Tanda dan Gejala......................................................................................................
2.4 Etiologi Kejang Demam...........................................................................................
2.5 Patofisiologi Kejang Demam....................................................................................
2.6 Manifestasi Klinis.....................................................................................................
2.7 Penatalaksanaan Kejang Demam..............................................................................
2.8 Penatalaksanaan keperawatan...................................................................................
2.9 Komplikasi Kejang Demam.....................................................................................
2.10 Pemeriksaan Penunjang Kejang Demam........................................................
2.11 Pertolongan Pertama Kejang Demam.............................................................
BAB III...............................................................................................................................12
TINJAUAN KASUS...........................................................................................................12
3.1 Pengkajian................................................................................................................12
3.2 ANALISA DATA...................................................................................................
3.3 Diagnose keperawatan............................................................................................
3.4 Intervesi..................................................................................................................
3.5 Implementasi Dan Evaluasi....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................35

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kesehatan merupakan komponen utama dalam Index Pembangunan Manusia
(IPM) yang dapat mendukung terciptanya sumber daya manusia yang cerdas, trampil
dan ahli menuju keberhasilan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan
adalah salah satu hak dasar masyarakat yaitu hak untuk memperoleh pelayanan
kesehatan (Kemenkes RI,2011). Untuk mencapai tujuan tersebut maka menjaga
kesehatan sejak usia bayi sangat penting. Beberapa peyakit yang umum sering
diderita bayi dan balita antara lain demam, infeksi saluran pernafasan, dan diare.
Kejang biasa terjadi pada bayi yang baru lahir dan pada anak-anak. Pada bayi yang
baru lahir , kejang biasa terjadi karena cedera saat persalinan, kekurangan oksigen,
dan bayi kuning. Sedangkan pada anak-anak, kejang bisa terjadi karena infeksi otak,
trauma kepala, kekurangan cairan karena diare atau muntaber, epilepsi atau ayan serta
febris konvulsi atau kejang demam (Bulan A, 2013).
Kejang Demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering ditemukan
pada anak, hal ini terutama pada rentang usia 4 bulan sampai 4 tahun. Kejang demam
merupakan gangguan transien pada anak-anak yang terjadi bersamaan dengan
demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering
dijumpai pada masa kanak-kanak dan menyerang sekitar 4% anak. Pada setiap anak
memiliki ambang kejang yang berbeda-beda, hal ini tergantung dari tinggi serta
rendahnya ambang kejang seorang anak. Anak dengan kejang rendah, kejang dapat
terjadi pada suhuu 38ºC, tetapi pada anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang
baru akan terjadi pada suhu 40ºC atau bahkan lebih, kejang demam sederhana kejang
demam yang berlangsung singkat kurang 15 menit (Sodikin, 2012).

Kejang demam sederhana kejang demam yang berlangsung singkat kurang dari
15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk tonik dan klonik,
tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam (Wulandari &
Erawati,2016). Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang
demam (Gunawan,2012). Kejang demam yang tidak tepat penanganannya akan
1
berdampak buruk terhadap kesehatan.
Dampak kejang demam yang tidak teratasi dapat menyebabkan kerusakan sel
otak. Setiap kejang menyebabkan konstriksi pembuluh darah sehingga aliran darah
tidak lancar dan mengakibatkan peredaran O2 juga terganggu. Kekurangan O2 pada
otak akan mengakibatkan kerusakan sel otak dan dapat terjadi kelumpuhan sampai
retardasi mental bila kerusakannya berat (Ngastiyah, 2014). Untuk mencegah dampak
yang ditimbulkan maka perlu dilakukan upaya yang tepat dalam menurunkan demam
pada anak. Upaya dalam penanganan penurunan suhu tubuh dapat dilakukan dengan
cara pemberian kompres hangat. Kompres hangat dengan benar dapat menurunkan
demam lebih cepat (Ayu, 2015). Masalah kejang demam pada anak bukan hanya
terjadi di Indonesia tetapi juga terjadi di negara-negara lain yang ada di dunia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Demam merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap masalah yang

terjadi dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya, tetapi bila demam tinggi

dapat menyebabkan masalah serius pada anak. Masalah yang sering terjadi pada

kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC yaitu kejang demam (Ngastiyah, 2012 dalam (Regina

Putri, 2017).

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38℃

biasanya terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun. Sedangkan usia < 4 minggu dan pernah

kejang tanpa demam tidak termasuk dalam kategori ini. (Ridha,2017). Kejang demam

yang sering disebut step, merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi ataupun

anak mengalami demam tanpa infeksi sestem saraf pusat yang dapat timbul bila seorang

anak mengalami demam tinggi (Sudarmoko, 2013).

Jadi bedasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kejang demam adalah

bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38℃) yang

disebabkan oleh proses ekstrakranium terutama pada anak umur 3 bulan- 5 tahun.

2.2 Klasifikasi Kejang Demam

Ada 2 golongan kejang demam menurut Ridha 2017:

a. Kejang demam sederhana

3
1) Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy

2) Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyakit apapun

3) Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6 tahun

4) Lamanya kejang berlangsung < 20 menit

5) Kejang tidak bersifat tonik klonik

6) Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang

7) Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurology atau abnormalitas

perkembangan

8) Kejang tidak berulang dalam waktu singkat

9) Tanpa gerakan fokal dan berulang dalam 24 jam.

b. Bila kejang tidak memenuhi kriteria tersebut diatas, maka golongan sebagai

kejang demam kompleks. (Ridha, 2017)

2.3 Tanda dan Gejala

Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Saat kejang, anak akan

terlihat aneh untuk beberapa saat, hilang kesadaran, tangan dan kaki kaku, tersentak-

sentak atau kelojotan, dan mata berputar-putar sehingga hanya putih mata yang

terlihat. Anak tidak responsive untuk beberapa waktu, napas akan terganggu dan kulit

akan tampak lebih gelap dari biasanya. Namun, tidak seberapa lama kemudian, anak

akan segera normal kembali (Sudarmoko, 2017).

2.4 Etiologi Kejang Demam

Penentuan etiologi kejang berperan penting dalam tata laksana kejang

selanjutnya. Keadaan ini sangat penting terutama pada kejang yang sulit diatasi atau

kejang berulang. Etiologi kejang yang tersering pada anak dapat dilihat

4
Tabel 1
Etiologi Kejang pada Anak

Kejang Demam Sederhana Gangguan metabolik


Infeksi : hipoglikemia
- Infeksi intrakranial: - hiponatremia
meningitis, ensefalitis - hipoksemia
- hipokalsemia
- Shigellosis - Gangguan elektrolit atau dehidrasi
Keracunan : - Defisiensi piridoksin
- Alkohol - Gagal ginjal
- Gagal hati
- Teofilin
- Kelainan metabolik bawaan
- Kokain
Lain-
Penghentian obat anti epilepsi Trauma
lain: kepala
- Ensefalopati hipertensi
- Tumor otak
- Perdarahan intrakranial
- Idiopatik

Dikutip dari: Schweich Pj, dkk. Oski’s pediatrics,1999. Dalam (Pudjiadi, et al, 2011)

2.5 Patofisiologi Kejang Demam

Pada keadaan demam, kenaikan suhu sebanyak 1℃ akan menyebabkan

kenaikan kebutuhan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat

sebanyak 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai

65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Pada

kenaikan suhu tubuh tertentu dapat menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan

dari membran sel neuron. Dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium

5
maupun ion Natrium melalui membran tadi, akibatnya terjadinya lepasan muatan

listrik. Lepasan muatan listrik ini dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel

tetangganya dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak

mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung pada tinggi atau rendahnya

ambang kejang seseorang anak pada kenaikan suhu tubuhnya. Kebiasaannya,

kejadian kejang pada suhu 38ºC, anak tersebut mempunyai ambang kejang yang

rendah, sedangkan pada suhu 40º C atau lebih anak tersebut mempunyai ambang

kejang yang tinggi. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang

demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah (Ngastiyah, 2007).

2.6 Manifestasi Klinis

Sebagian besar kejang demam merupakan kejang umum. Bentuk kejang

umum yang sering dijumpai adalah mata mendelik atau terkadang berkedip-kedip,

kedua tangan dan kaki kaku, terkadang diikuti kelojotan, dan saat kejang anak tidak

sadar tidak memberi respons apabila dipanggil atau diperintah. Setelah kejang anak

sadar kembali. Umumnya kejang demam akan berhenti sendiri dalam waktu kurang

dari 5 menit dan tidak berulang lebih dari satu kali dalam 24 jam (Soebadi, 2015).

2.7 Penatalaksanaan Kejang Demam

Penatalaksanaan kejang demam menurut (Ngastiyah, 2014) yaitu :

1) Penatalaksanaan medis

(1) Bila pasien datang dalam keadaan kejang, obat pilihan utama yaitu
diazepam untuk memberantas kejang secepat mungkin yang diberikan
secara intravena.
(2) Untuk mencegah edema otak, berikan kortikosteroid dengan dosis 20-30
mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis atausebaliknya glukortikoid misalnya

6
deksametazon 0,5-1 ampul setiap 6 jam.
2.8 Penatalaksanaan keperawatan

(3) Baringkan pasien di tempat yang rata, kepala dimiringkan.


(4) Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar pasien.
(5) Lepaskan pakaian yang menganggu pernapasan.
(6) Jangan memasang sudip lidah (tongue spatel), karena risiko lidah
tergigit kecil. Sudip lidah dapat membatasi jalan napas.
(7) Bila pasien sudah sadar dan terbangun berikan minum hangat.
(8) Pemberian oksigen untuk mencukupi perfusi jaringan.
(9) Bila suhu tinggi berikan kompres hangat.

2.9 Komplikasi Kejang Demam

Komplikasi kejang demam menurut (Waskitho, 2013 dalam Wulandari &


Erawati, 2016) yaitu :

1) Kerusakan neurotransmitter lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya


sehingga dapat meluas ke seluruh sel ataupun membrane sel yang menyebabkan
kerusakan pada neuron.

2) Epilepsi Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat


serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari
sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan.

3) Kelainan anatomis di otak Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat
menyebabkan kelainan di otak yang lebih banyak terjadi pada anak baru berumur
4 bulan - 5 tahun.

4) Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena disertai demam.

5) Kemungkinan mengalami kematian.

2.10 Pemeriksaan Penunjang Kejang Demam

Menurut Widodo (2011) pemeriksaan penunjang kejang demam


yaitu :

• Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium tidak


7
dikerjakan secara rutin pada kejang demam, teteapi dapat dikerjakan
untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam atau keadaan
lain, misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan
laboratorium yang dapat dikerjakan, misalnya darah perifer, elektrolit,
dan gula darah (level II-2 dan level III, rekomendasi D).

• Pungsi Lumbal Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan


untuk menegakkan atau meningkirkan kemungkinan meningitis. Risiko
terjadinya meningitis batrerialis adalah 0,6 % - 6,7 %. Pada bayi kecil
seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis
meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu,
pungsi lumbal dianjurkan pada : a. Bayi (kurang dari 12 bulan)
sangat dianjurkan dilakukan b. Bayi 12-18 bulan dianjurkan c. Anak umur
>18 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu
dilakukan fungsi lumbal.

• Elektroensefalografi Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG)


tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan
kemungkinan kejadian epilepsy pada pasien kejang demam. Oleh
karenanya, tidk direkomendasikan (level II2, rekomendasi E).
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam
yang tidak khas, misalnya kejang demam kompleks pada anak usia
lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.

• Pencitraan Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed


tomography scan (CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI)
jarang sekali dikerjakan, tidak rutin, dan hanya atas indikasi, seperti :

(1) Kelainan neurologic fokal yang menetap (hemiparesis)


(2) Paresis nervus VI
(3) Papilledema

Sedangkan menurut Pudi astuti (2011) pemeriksaan penunjang kejang demam


yaitu :

1) EEG (electroencephalogram) adalah pemeriksaan gelombang


8
otakuntuk meneliti ketidaknormalan gelombang. Pemeriksaan ini tidak
dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam yang baru terjadi sekali
tanpa adanya defisit (kelainan) neurologis. Walaupun dapat diperoleh
gambaran gelombang yang abnormal setelah kejang demam, gambaran
tersebut tidak bersifat prediktif terhadap risiko berulangnya kejang
demam atau risiko epilepsi.

2) Punksi lumbal merupakan pemeriksaan cairan yang ada di otak


dank anal tulang belakang (cairan serebrospinal) untuk meneliti
kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam
pertama pada bayi (usia <12 bulan ) karena gejala dan tanda meningitis
pada bayimengkin sangat minimal atau tidak tampak. Pada anak dengan
usia >18 bulan, fungsi lumbal dilakukan jika tampak tanda peradangan
selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan kecurigaan infeksi
system saraf pusat.

3) Neuroimaging Pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah


CT-scan dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang
demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya.

4) Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium harus


ditujukan untuk mencari sumber demam, bukan sekedar sebagai
pemeriksaan rutin. Pemeriksaannya meliputi pemeriksaan darah ruti,
kadar elektrolit, kalsium, fosfor, magnesium, atau gula darah.

2.11 Pertolongan Pertama Kejang Demam

Pertolongan pertama adalah pemberian pertolongan segera kepada penderita

sakit yang memerlukan bantuan medis dasar. Medis dasar yang dimaksud disini

adalah tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat dimiliki orang

awam (Ronald, 2015).

Langkah awal yang dapat dilakukan dalam melakukan pertolongan pertama

9
untuk mencagah terjadinya kejang pada anak demam adalah segera memberi obat

10
penurun panas, kompres air biasa atau hangat yang diletakkan di dahi, ketiak, dan

lipatan paha. Beri anak banyak minum dan makan makanan berkuah atau buah-

buahan yang banyak mengandung air, bisa berupa jus, susu, teh, dan minuman

lainnya. Jangan selimuti anak dengan selimut tebal, selimut dan pakaian tebal dan

tertutup justru akan meningkatkan suhu tubuh dan menghalangi penguapan. Ketika

terjadi kejang dan tidak berhenti setelah lima menit, sebaiknya anak segera dibawa ke

fasilitas kesehatan terdekat. Jika anak pernah mengalami kejang demam di usia

pertama kehidupannya, maka ada kemungkinan ia akan mengalami kembali kejang

meskipun temperature nya lebih rendah (Labir et al., 2008).

Menurut (Sofyan et al., 2016) penanganan pertama saat anak mengalami

kejang adalah:

1) Tetap tenang dan tidak panik.

2) Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.

3) Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bila terdapat muntah, bersihkan

muntahan atau lendir di mulut atau hidung.

4) Walaupun terdapat kemungkinan (yang sesungguhnya sangat kecil) lidah tergigit,

jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.

5) Ukur suhu, observasi, dan catat bentuk dan lama kejang.

6) Tetap bersama anak selama dan sesudah kejang.

7) Berikan diazepam rektal bila kejang masih berlangsung lebih dari 5 menit. Jangan

berikan bila kejang telah berhenti. Diazepam rektal hanya boleh diberikan satu

kali oleh orangtua.

11
8) Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih, suhu

tubuh lebih dari 40 derajat Celsius, kejang tidak berhenti dengan diazepam rektal,

kejang fokal, setelah kejang anak tidak sadar, atau terdapat kelumpuhan.

12
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian

I. Identitas klien

Nama : An. F

Tempat/tgl lahir : Tanjung alam, 27 April 2013

Umur : 5 th

Jenis kelamin : Laki-laki

Nama ibu : Rita raffia

Pekerjaan ayah : Petani

Pekerjaan ibu : IRT

Suku : Minang

Agama : Islam

Alamat : Baso, pancuran putiah

Diagnosa medis : Kejang Demam

Data penanggung jawab

Nama : Rita rafia

Umur : 40 th

Hubungan dg klien : Ibu Kandung

Pekerjaan : IRT

13
II. Alasan masuk

Klien masuk KEPUSKESMAS dengan keluhan demam sejak Rabu siang,

kejang di rumah 1x sejak demam berlangsung. Mencret sudah 8 kali

berbetuk cair , Batuk (-), kemudian di rujuk kerumah sakit melalui IGD.

III. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

 Ibu klien mengatakan panas badan anaknya sudah berkurang.

 Ibu klien mengatakan anak nya sudah tidak rewel lagi.

 Ibu klien mengatakan kejang sudah tidak ada lagi sejak masuk RS.

 Ibu klien mengatakan anaknya sudah bisa tertawa lagi.

 Ibu klien mengatakan nafsu makan anak nya sudah ada.

 Ibu klien mengatakan klien sudah boleh pulang.

 Ibu klien mengatakan takut terhadap anaknya akan terjadi nya

kejang berulang.

 TTV: S : 36,80 C . N: 82 x / i , P: 23 x / i.

 Frekuensi BAK 3-4 x/ hari.

 Mukosa bibir klien tampak kering.

 Ibu klien mengatakan tidak tahu betul tentang penyakit kejang

demam.

 Nafsu makan klien terlihat sudah ada.

14
2) Riwayat kesehatan dahulu

Ibu klien mengatakan sebelumnya klien pernah dirawat dirumah sakit

batu sangkar dengan peyakit hernia sekitar 4 tahun yang lalu.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Ibu klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami

penyakit seperti ini.Ibu klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan

seperti hipertensi, diabetes militus, asma, dll.

IV. Genogram

Keterangan :

: Perempuan

: Laki- laki

: Pasien yang mengalami kejang demam.

15
V. Data tumbuh kembang

 Riwayat kehamilan

Ibu klien mengatakan masa gestasi cukup bulan, tidak ada masalah

selama kehamilan.

 Persalinan dan melahirkan

Jenis persalinan normal, klien lahir dengan BB saat lahir 3200 gr dan

PB 50 cm.

 Imunisasi

Ibu klien mengatakan imunisasi lengkap. (Imunisasi BCG, DPT,

Polio)

 Pemeriksaan tingkat perkembangan ( DDST)

o Perkembangan sosial

Ibu klien mengatakan anak nya kadang bisa berinteraksi dengan

baik walaupun kadang – kadang cengeng.

o Perkembangan motorik

- Motorik halus

Sudah dapat berbicara memanggil mama nya.Berbicara masih

satu atau dua kata saja.

- Motorik kasar

Ibu klien mengatakan klien sudah mampu bermain dengan

aktif.

16
VI. Pemeriksaan Fisik

Tingkat kesadaran : Compos Mentis

GCS : 15 E : 4 (spontan), M: 6 (mematuhi perintah),

V: 5 (tersenyum dan menangis dengan tepat)

BB dan PB : 15,5 kg / 60 cm

Tanda-Tanda Vital :

 Tekanan darah :-

 Nadi : 82 x/i

 Pernafasan : 23 x/i

 Suhu : 36,8 ºC

Kekuatan otot :
55555555

55555555

Head to Toe

1. Kepala

 Bentuk kepala simetris, pertumbuhan rambut merata, tidak ada lesi

pada kulit kepala, tidak ada nyeri tekan pada kepala.

 Mata

17
Simetris kanan & kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ihterik,

palpebra tidak ada oedema, tidak ada gangguan penglihatan.

 Telinga

Daun telinga normal, simetris kiri dan kanan, tidak terdapat serumen,

pendengaran normal / tidak terdapat alat bantu pendengaran.

 Hidung

Rongga hidung lengkap, tidak ada secret, tidak ada cuping hidung.

 Mulut & gigi

Mukosa bibir tampak kering, jumlah gigi lengkap Stomatitis tidak

ada.

2. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid/getah bening.

3. Thorak

 Paru-paru

I : Pergerakan dinding dada sama kiri kanan.

P : Premitus kiri dan kanan, tidak ada massa teraba.

P : Sonor

A : Bunyi nafas normal / vesikuler

 Jantung

I : Tidak ada terlihat adanya ictus cordis. Garis midklavikula

sinistra. P : Denyut jantung lebih terasa pada Ics V.

P : Tidak ada pembengkakan pada jantung.

18
A : Normal/ tidak ada kelainan.

4. Abdomen

I : Bentuk simetris kiri kanan, letak umbilikus normal, tidak terdapat

bekas operasi.

A : Bising usus pasien (15 x/ menit ).

P : Terdapat nyeri tekan pada bagian permukaan abdomen.

P : Terdengar hipertimpani.

5. Punggung

Simetris, tidak ada kelainan tulang, tidak terdapat lesi atau luka

dekubitus.

6. Integumen

Kulit tampak sedikit kering, tidak ada luka decubitus, warna kulit sawo

matang.

7. Ekstremitas

Lengkap atas & bawah, simetris kiri & kanan, pada ekstremitas kiri atas

terpasang infus KAEN 1B 10 tetes, pergerakan bebas.

8. Genitalia

Ibu klien mengatakan genetalia normal , tidak ada kelainan.

19
VII. Data Biologis

NO AKTIVITAS SEHAT SAKIT

1. Makanan
-menu Nasi ,lauk pauk + ML
sayuran
-porsi 1 piring 1 piring kecil
-pantangan Tidak ada Tidak ada
2 Minuman
-jumlah 3-5 gelas/ hari 2-3 gelas/ hari
-pantangan Tidak ada Tidak ada
3 Eliminasi
BAB
-frekuensi 1x sehari 4-6x sehari
-warna Kuning Kuning
kecoklatan kehijauan
-Bau Khas Khas
-konsistensi Padat lunak
-kesulitan Tidak ada Tidak ada
BAK
-frekuensi 4-5 x sehari 3- 4 x sehari
-warna Kuning jernih Kuning pekat
-bau Pesing Pesing
-konsistensi Cair Cair
-kesulitan Tidak ada Tidak ada
4 Istirahat dan tidur
-waktu tidur Malam Siang dan
malam
-lama tidur 8-10 jam sehari 5-6 jam

20
sehari
-kesulitan Tidak ada Tidak ada
5 Personal hygiene
-mandi 2x sehari Di lap saja
-cuci rambut Setiap mandi Tidak ada

-gosok gigi 1x sehari Tidak ada

-potong kuku 1x seminggu 1x seminggu

VIII. Riwayat Alergi

Klien tidak ada alergi terhadap cuaca dingin, cuaca panas dan makanan

atau obat apapun.

IX. Data Psikologis

Keluarga klien mengatakan kawatir dengan penyakit kejang demam

yang di alami klien saat ini, keluarga juga sering bertanya tentang

kondisi klien kepada perawat.

X. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboraturium

a) Pemeriksaan darah ,06 April 2018

- HGB : 14,3

- RBC : 5,49

- HCT : 41,0

b) Kimia klinik, 07 April 2018

21
- Kalium : 3,73

- Natrium : 132,5

- Khlorida : 41,0

c) Tinja 07 April 2018

- Warna : Hijau

- Konsitensi : Lunak

d) Urinalise 07April 2018

- PH : 6,0

- Benda keton +

- BJ :1.020

XI. Data Pengobatan

Diberikan pada saat di UGD:

 Infus KAEN 1B 10 tetes/menit.

 Ampicilin 4x500 mg.

 Kloramphenikol 4x250 mg.

 Sibital 2x30 mg.

 Paracetamol

XII. Data fokus

1) Data subjektif

 Ibu klien mengatakan klien masih BAB lebih dari 4 kali.

22
 Ibu klien mengatakan klien selama sakit susah untuk diberi minum

air putih.

 Ibu klien mengatakan nafsu makan anaknya sudah ada.

 Ibu klien mengatakan klien tampak lemah.

 Ibu klien mengatakan selama sakit klien tidak pernah dimandikan.

 Ibu klien mengatakan klien tampak kotor.

 Ibu klien mengatakan takut terhadap anaknya akan terjadi nya

kejang berulang.

 Ibu klien mengatakan tidak tahu betul tentang penyakit kejang

demam.

 Ibu klien mengatakan panas badan anaknya sudah berkurang.

 Ibu klien mengatakan kejang sudah tidak ada lagi sejak masuk RS.

2) Data objektif:

 Klien tampak tidak mau minum air.

 Frekuensi BAK 3-4 x/ hari.

 Klien tampak sudah mau makan bubur dan roti.

 Mukosa bibir kering.

 TTV: S : 36,80 C. N: 82 x / i , P: 23 x / i.

 Badan klien tampak kotor.

 Baju klien tampak kontor.

 ADL tampak dibantu.

23
 Ibu klien sering bertanya-tanya tentang penyakit anaknya.

 Saat di tanya tentang penyakit kejang demam, ibunya kurang tahu

dalam menjawabnya.

 Klien tampak sudah bisa tertawan.

3.2 ANALISA DATA

No DATA MASALAH ETIOLOGI


1. DS Resiko kurang volume Intake yang tidak
cairan tubuh adekuat.
• Ibu klien mengatakan klien
selama sakit susah untuk diberi
minum air putih.
• Ibu klien mengatakan nafsu
makan anaknya sudah ada.

DO:
• Klien tampak tidak mau
minum air.
• Frekuensi BAK 3-4 x/ hari.
• Klien tampak sudah mau makan
bubur dan roti.
• Mukosa bibir kering.

24
2. DS:
Defisit perawatan diri
• Ibu klien mengatakan selama
sakit klien tidak ada dimandikan

• Ibu klien mengatakan klien


tampak kotor
3. DS: .
DO: Kurang pengetahuan Kurang informasi
• Ibu klien mengatakan takut
tentang penyakit
• Badan klien tampak
penyakit anaknyakotor
kambuh
yang dialami.
lagi.
• Baju klien tampak kotor
• Ibu klien mengatakan tidak
• ADL tampak dibantu
tahu betul tentang penyakit
kejang demam.
• Ibu klien mengatakan panas
badan anaknya sudah
berkurang.
• Ibu klien mengatakan kejang
sudah tidak ada lagi sejak
masuk RS

DO:
• Ibu klien terlihat sering
bertanya-tanya.
• Saat di tanya tentang
penyakit kejang demam,
ibunya kurang tahu dalam
menjawabnya.
• Klien tampak tidak banyak
rewel lagi.
• Klien tampak sudah bisa
tertawa.

25
3.3 Diagnose keperawatan

1. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan intake

cairan yang tidak adekuat.

2. Defisit perawatan diri.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang

penyakit yang dialami anak.

3.4 Intervesi

26
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan - Kaji tinggkat pendidikan
3. Kurang pegetahua Tujuan :
1. Resiko kurang Tujuan : - Pantau tanda-tanda
berhubugan dengan Pengetahuan
Kebutuhan anakcairanmeningkat.
terpenuhi. keluarga
vital. klien
volume
kurang informasi cairan Kriteria
Kriteria hasil:
hasil: -- Anjurkan
Kaji tingkat
klien pengetahuan
- Mukosa bibir tidak kering.
tentang penyakit
tubuh yang
berhubungan - Keluarga mengerti keluarga klien.
memakan makanan
dialami anaknya yang tidak
dengan intake dengan proses penyakit
- Jelaskan pada keluarga klien
mengandung serat.
cairan yang tidak kejang demam, tentang penyakit kejang demam
- Berikan makanan
melalui
yang penkes.
lunak.
adekuat. - keluarga klien tidak
- Berikan cairan
bertanya lagi tentang
- melalui
Beri kesempatan
infus. pada keluarga
penyakit, perawatan dan
untuk menanyakan
- Anjurkan klien hal yang
kondisi klien banyak minum.
belum dimengerti
- Pantau intake dan
output.

- Lakukan personal
2. Defisit perawatan diri Tujuan : hygine.
.setelah dilakukan tindakan - Pantau kebersihan
keperawatan selama 1x 24 kuku
jam diharapkan klien - Pantau integritas
kulit
mampu melakukan
perawatan diri secara
mandiri dengan Kriteria
hasil:
- Mampu melakukan
aktifitas fisik dan
pribadi secara
mandiri.
- Mampu
membersihkan tubuh
secara mandiri
- Mampu merawat
mulut, gigi secara
mandiri.

27
3.5 Implementasi Dan Evaluasi

NO TANGGAL NO JAM IMPLEMENTASI JAM EVALUASI


DX

1 Kamis, 1 09.00 -Menganjurkan ibu klien agar 09.10 S:


WIB banyak memberi anaknya minum WIB
07 juni 2018 • Ibu klien mengatakan
air putih dengan menyuruh klien selama sakit
minum sebanyak 8 gelas dalam susah untuk diberi
sehari. minum air putih.
-Melakukan TTV • Ibu klien mengatakan
S : 36,80 C. N: 82 x / i , P: 23 x / nafsu makan anaknya
i.
sudah ada.
-Memberikan makanan yang
O:
lunak seperti nasi
• Klien tampak tidak mau
lunak,pisang,kentang dan sup.
minum air.
-Melakukan pemberian caira
• Frekuensi BAK 3-4 x/
infus KAEN 1B 10 tetes.
hari.
-Memantau intake dan output • Klien tampak sudah mau
dengan intake menghitung cairan makan bubur dan roti.
masuk,banyak klien minum • Mukosa bibir
cuman 3 gelass dalam sehari dan sedikit kering.
output caicara keluar, banyak A:
urine pasien yg keluar 300 cc. - Masalah belum teratasi.
P:
- intervensi
dilanjutkan dan keesokan
hari dikaji kembali

28
2 Kamis, 2 10.00WIB - Melakukan personal hygine 10.30WIB S:
07 juni 2018 dengan memandikan klien • Ibu klien mengatakan
dengan menggunakan Alat- selama sakit klien tidak
alat seperti handuk, sabun, ada dimandikan.
waslap, selimut mandi, • Ibu klien mengatakan
celemek, pakaian ganti klien, klien tampak kotor.
baskom 2 berisi air hangat ,
O:
perlak.
• Badan klien tampak kotor
- Melakukan kebersihan kuku
• Baju klien tampak kotor
dengan melakukan memotong
• ADL tampak dibantu
kuku klien, alat yang
digunakan cepit kuku, A:
kom,perlak, baskom kecil yg  Masalah sebagian
berisi air hangat, teratasi dengan memandikan
waslap,dengan cara merendam klien
kuku klien terlebih dahulu
selama 5 menit, setelah itu
P:
keringkan kuku klien terlebih
- Intervensi dilanjudkan
dahulu baru dipotong. dengan tindakan
selanjudnya
- Memantau integritas kulit jika
kulit klie kering maka kita
lakukan Tindakan seperti
mengelap badan klien

29
3 Kamis, 3 11.00WIB - Mengkaji tinggkat 11.30WIB S: .
07 juni 2018 pendidikan keluarga • Ibu klien mengatakan
klien dengan takut penyakit anaknya
menanyakan ibu klien kambuh lagi.
pendidikan terakhir nya, • Ibu klien mengatakan
ibu klie hannya tamat tidak tahu betul tentang
SMP. penyakit kejang demam.
- Mengulang kembali • Ibu klien mengatakan
tingkat pengetahuan panas badan anaknya
keluarga klien, dengan sudah berkurang.
menanyakan apakah • Ibu klien mengatakan
keluarga klien tahu kejang sudah tidak ada
tentang penyakit anaknya lagi sejak masuk RS
dan ibu klien mejawab
O:
tidak tau dengan
• Ibu klien terlihat sering
penyakit anaknya
bertanya-tanya.
terseburt.
- menjelaskan pada • Saat di tanya tentang
penyakit kejang demam,
keluarga klien tentang
ibunya kurang tahu
penyakit kejang demam
dalam menjawabnya.
melalui penkes atau
dengan cara melakukan A:

peyuluhan kepada - Masalah belum teratasi


keluarga. P:
- Memberi kesempatan
- Intervensi dilanjudkan
pada keluarga untuk
dan dikaji kembali
menanyakan hal yang
keesokan harinya
belum dimengerti.

30
NO TANGGAL NO JAM IMPLEMENTASI JA EVALUASI
M
DX
1 Jumat, 1 09.00WIB - Menganjurkan ibu klien agar 09.10WS :
IB
07 juni 2018 banyak memberi anaknya • Ibu klien mengatakan
minum air putih dengan klien sudah mau
menyuruh minum sebanyak 8 minum air putih
gelas dalam sehari. sesering mungkin.
- Melakukan TTV • Ibu klien mengatakan
S : 36,80 C. nafsu makan anaknya
N: 82 x / i , sudah ada.
P: 23 x /i.
O:
- Memberikan makanan
yang seperti • Klien tampak mau
nasi,kentang dan sup minum air.
- melakukan pemberian cairan infus • Diare sudah tidak ada
KAEN 1B 10 tetes lagi
- Memantau intake dan output • Klien tampak sudah mau
dengan intake menghitung cairan makan bubur dan roti.
masuk,banyak klien minum 3 A:
gelas dalam sehari dan output
banyak urine pasien yg keluar 300 • Masalah sebagian
cc. teratasi.
P:
• intervensi dihentikan
karena klien diizinkan
pulang oleh dokter jam
10.00 wib .

31
- Melakukan personal hygine 10.30 WIB S:
2 Jumat, 2 10.00WIB
dengan memandikan klien • Ibu klien
07 juni 2018
dengan menggunakan Alat- mengatakan klien
alat seperti handuk, sabun, sudah membersihkan
waslap, selimut mandi, badan klien meskipun
celemek, pakaian ganti hannya dilap saja.
klien, baskom 2 berisi air • Ibu klien
hangat , perlak. mengatakan klien
- Malakukan kebersihan tampak sudah bersih
kuku dengan melakukan O:
memotong kuku klien, alat
yang digunakan cepit kuku, • Badan klien tampak
kom,perlak, baskom kecil yg bersih
berisi air hangat, • Baju klien
waslap,dengan cara
merendam kuku klien tampak sudah diganti
terlebih dahulu selama 5 setiap dibersihkan
menit , setelah itu keringkan
A:
kuku klien terlebih dahulu
baru dipotong. - Masalah teratasi
- Memantau integritas kulit
P:
jika kulit klie kering maka
kita lakukan tindakan seperti - Intervensi
mengelap badan klien
dihentikan karena
klien diizinkan
pulang oleh dokter
jam 10.00 wib

32
3 11.00 - Mengulang kembali tinggkat 11.30WIB S: .
3. Jumat, WIB pendidikan keluarga klien • Ibu klien mengatakan
07 juni 2018
dengan menanyakan ibu sudah mulai tahu
klien pendidikan terakhir kejang demam.
nya, ibu klien hannya tamat • Ibu klien mengatakan
SMP. panas badan anaknya
- Mengulang kembali tingkat sudah berkurang.
pengetahuan keluarga klien,
dengan menanyakan apakah • Ibu klien mengatakan
keluarga klien tahu tentang
kejang sudah tidak ada
penyakit anaknya dan ibu
klien mejawab tidak tau lagi sejak masuk RS
dengan penyakit anaknya
terseburt. O:
- menjelaskan pada keluarga
klien tentang penyakit kejang • Saat di tanya tentang
demam melalui penkes atau penyakit kejang demam,
dengan cara melakukan
peyuluhan kepada keluar ibunya sudah tahu dalam
- memberi kesempatan pada menjawabnya.
keluarga untuk menanyakan
hal yang belum dimengerti. A:

• Masalah sudah teratasi

P:

• Intervensi dihentikan
karena klien diizinkan
pulang oleh dokter jam
10.00 wib. tentang
penyakit

33
DAFTAR PUSTAKA

34

Anda mungkin juga menyukai