Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


DENGAN KEJANG DEMAM

Dosen Pengajar :
Rima N, S.Kep., Ners., M.Kep.

Disusun oleh kelompok 5 :


Apip Abdul Muidin (32722001D18018)

Astri Astuti Tasaema (32722001D18020)

Siti Sabila Suherman (32722001D18106)

Sri Rahayu (32722001D18108)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia serta rida-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Asuhan Keperawatan Anak
dengan Kejang Demam” dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen
mata ajar Keperawatan Anak, Ibu Rima N, S.Kep., Ners., M.Kep. karena tanpa
bimbingan dan arahannya, kami tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini, masih


banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kami berharap kepada para
pembaca agar memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga
kami dapat memperbaiki kesalahan tersebut di kemudian hari. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama bagi kami sebagai
penulis.

Sukabumi, 18 Maret 2020

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kejang Demam....................................................................3
2.2 Etiologi...................................................................................................3
2.3 Patofisiologi...........................................................................................4
2.4 Pathway..................................................................................................5
2.5 Manifestasi Klinis..................................................................................6
2.6 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................6
2.7 Penatalaksanaan.....................................................................................7
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM
3.1 Pengkajian..............................................................................................9
3.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan...................................................10
3.3 Implementasi .........................................................................................13
3.4 Evaluasi .................................................................................................13
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...........................................................................................14
4.2 Saran ......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak merupakan hal yang penting bagi sebuah keluarga. Selain


sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi
penerus bangsa. Oleh karena itu tidak ada orang tua yang menginginkan
anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam.

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan


suhu tubuh (suhu rectal 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses
ektrakranium. Kejang tersebut biasanya timbul pada suhu badan yang tinggi
(demam). Demam sendiri dapat disebabkan oleh berbagai sebab, tetapi
paling utama adalah infeksi. Demam yang disebabkan oleh imunisasi juga
dapat memprovokasi terjadinya kejang demam (Price S.A, 2000).

Biasanya kejang demam terjadi pada golongan anak usia 6 bulan


sampai 5 tahun. Hampir 3% dari anak yang berusia di bawah 5 tahun pernah
mengalami kejang demam. Kejang demam dapat mengakibatkan gangguan
tingkah laku, penurunan nilai akademik dan sangat mengkhawatirkan orang
tua dan anak. Bila faktor resiko diketahui lebih awal dapat dilakukan
pencegahan sedini mungkin akan terjadinya bangkitan kejang demam pada
anak.
Untuk itu perawat dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi
keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada
keluarga dan anak yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang anak
sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual.

Dari latar belakang di atas, untuk meningkatkan asuhan keperawatan


yang optimal sehingga bayi dapat sehat dan terhindar dari kejang demam
yang berkelanjutan, kami tergugah untuk menyusun makalah dengan tema
“Konsep Asuhan Keperawatan Anak dengan Kejang Demam”.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Kejang Demam?

2. Bagaimana Etiologi Kejang Demam?

3. Apa Pathofisiologi Kejang Demam?

4. Bagaimana pathway kejang demam?

5. Bagaimana Manifestasi klinis Kejang Demam?

6. Bagaimana Pemeriksaan penunjang Kejang Demam?

7. Bagaimana Penatalaksanaan Kejang Demam?

8. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Kejang demam?

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk


mengetahui berbagai hal yang berhubungan dengan konsep asuhan
keperawatan anak dengan kejang demam dan dapat merancang berbagai
cara untuk mengantisipasi masalah serta dapat melakukan asuhan
keperawatan kepada anak sesuai dengan standar asuhannya.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan kejang demam pada anak


b. Mengetahui pengkajian anamnesa pada anak dengan kejang demam
c. Mengetahui diagnosa, masalah serta kebutuhan dari data yang telah
dikumpulkan terhadap anak dengan kejang demam
d. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan kepada anak dengan
kejang demam berdasarkan data yang dikumpulkan
e. Dapat melakukan tindakan dan evaluasi dari semua data yang didapat

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang
tinggi. Suhu badan ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. Kejang
demam merupakan gangguan transien pada anak-anak yang terjadi
bersamaan dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan
neurologic yang paling sering dijumpai pada masa anak-anak dan
menyerang sekitar 4% anak (Wong, 2009).
Kejang demam sering terjadi pada anak dibawah usia satu tahun
sampai awal kelompok usia 2-5 tahun, karena pada usia ini otak anak sangat
rentan terhadap peningkatan mendadak suhu badan. Sekitar 10% anak
mengalami sekurang-kurangnya 1x kejang. Pada usia 5 tahun sebagian besar
anak telah dapat mengatasi kerentanannya terhadap kejang demam (Hidayat,
2005)
Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kejang
demam adalah kondisi peningkatan suhu tubuh anak yang disebabkan oleh
kelainan ekstrakranial yang menjangkit anak usia kurang dari 1-5 tahun.

2.2 Etiologi

Menurut Randle-Short (1994) kejang demam dapat disebabkan oleh:


a. Demam tinggi, demam dapat di sebabkan oleh tonsilitis, faringitis, otitis
media, gastroentritis, bronkitis, bronchopneumonia, morbili, varrisela,
demam berdarah,dan lain-lain.
b. Efek produk toksik dari mikroorganisme (kuman dan otak) terhadap otak
c. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal
d. Perubahan cairan dan elektrolit
e. Faktor predispsisi kejang demam, antara lain :
 Riwayat keluarga dengan kejang biasanya positif, mencapai 60%
kasus diturunkan secara dominan tapi gejala yang muncul tidak
lengkap
 Angka kejadian adanya latar belakang kelainan masa pre-natal dan
perinatal tinggi

3
 Angka kejadian adanya kelainan neurologis minor sebelumnya juga
tinggi, tapi kelainan neurologi berat biasanya jarang terjadi

Spesialis anak Prof darto saharso spa (k) mengatakan kejang bisa
terjadi pada bayi yang baru lahir dan pada anak-anak. Pada bayi yang baru
lahir, kejang bisa terjadi karena cedera saat persalinan, kekurangan oksigen,
dan bayi kuning. Sedangkan pada anak-anak kejang bisa terjadi karena
infeksi otak, trauma kepala, kekurangan cairan karena diare atau muntaber,
epilepsi atau ayan serta febris konvulsi atau kejang demam.

2.3 Patofisiologi

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi


dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
Kalium (K+ ) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (N+ ) dan elektrolit
lainnya kecuali ion klorida (Cl). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat
keadaan yang sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi di dalam
dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang
terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat
berubah oleh:
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler
2. Rangsangan yang datangnya mendadak seperti mekanis, kimiawi
atau aliran listrik dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran itu sendiri karena penyakit
atau keturunan.

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan


kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat
20%.

4
Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65%
dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya mencapai
15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan
dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari
ion kalium i ion natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadi
pelepasan listrik.
Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas
keseluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan
yang disebut “Neurotransmitter” dan terjadilah kejang.

2.4 Pathway

2.5 Manifestasi Klinis

5
Menurut Arif Mansjoer (2000), kejang demam umumnya berlangsung
singkat, yaitu berupa serangan kejang klonik atau tonik-klonik bilateral.
Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata terbalik ke atas
dengan disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang tanpa
didahului dengan kekakuan atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.
Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang
dari 8% berlangsung lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti dengan
sendirinya. Setelah kejang berhenti, anak tidak memberikan reaksi apapun
untuk sementara waktu, tetapi setelah beberapa detik atau menit, anak
terbangun dan sadar kembali tanpa ada defisit neurologis. Kejang dapat
diikuti dengan hemiparesis sementara. (Todd’s hemiparesis) yang
berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari. Kejang unilateral
yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang
yang berlangsung lama lebih sering terjadi pada kelang demam yang
pertama.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Mansjoer (2000), beberapa pemeriksaan penunjang yang


dilakukan pada pasien dengan kejang demam adalah meliputi:
1. Elektro encephalograft (EEG)

Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik.


EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan
terjadinya epilepsi atau kejang demam yang berulang dikemudian hari.
Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang
demam yang sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak
dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.

2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal Hal ini dilakukan untuk


menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis, terutama pada pasien
kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih kecil seringkali
gejala meningitis fidak jelas sehingga. harus dilakukan lumbal pungsi
pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk yang
berumur kurang dari 18 bulan.

6
2.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis

Menurut livingston (2011) yaitu :


a) Menghentikan kejang secepat mungkin diberikan antikonvulsan
secara intyravena jika klien masih kejang
b) Pemberian oksigen
c) Penghsapan lendir bila perlu
d) Mencari dan mengobati penyebab pengobtan rumah ptofilaksis
intermitten. Untuk mencegah kejang berulangm, diberikan obat
campuran anti konvulsan dan antipiretika.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a) Semua pakaian ketat dibuka
b) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi
lambung
c) Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan
oksigen
d) Monitor suhu tubuh, cra paling akurat adalah dengan suhu rektal
e) Obat untuk penurun panas, pengobatan ini dapat
mengurangiketidaknyamanan anak dan menurunkan suhu 1 sampai
1,5
f) Berikan kompres hangat

Mengompres dilakukan dengan handuk atau washcloth (waslap


atau lap khusu badan) yang di basahi dengan air hangat kemudian
dilapkan seluruh badan.
g) Menaikan asupan cairan anak

Anak dengan demam dapat merasa tidak lapar dan sebaiknya tidak
memaksa anak untuk makan. Akan tetapi cairan seperti susu (ASI
atau susu formula) dan air harus tetap diberikan atau bahkan lebih
sering anak yang lebih tua dapat diberikan sup atau buah-buahan
yang banyak mengandung air.

7
h) Istirahat anak saat demam

Demam menyebabkan anak lemah dan tidak nyaman, orang tua


sebaiknya mendorong anaknya untuk cukup isrtirahat. Sebaiknya
tidak memaksa anak untuk tidur atau istirahat bila anak sudah
merasa baikan dan anak dapat kembali ke sekolah atau aktivitas
lainnya ketika suhu sudah normal dalam 24 jam.

8
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KEJANG DEMAM PADA ANAK

3.1 Pengkajian

1. Biodata
Umur biasanya 6 bulan sampai 4 tahun, jenis kelamin laki-laki
perempuan 2 : 1, insiden tertinggi pada anak umur 2 tahun.
2. Keluhan Utama
Kejang karena panas.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Lama kejang kurang dari 15 menit bersifat general dan terjadi dalam
waktu 16 jam setelah demam.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu pengkajian untuk mengetahui adanya faktor penting terjadinya
kejang demam antara lain : trauma reaksi terhadap imunisasi dll.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya keluarga yang menderita kejang demam.
6. Activity Daily Life
 Nutrisi
Klien akan mengeluh sensitive dengan makanan yang merangsang
aktivitas kejang, kerusakan gigi, adanya hiperplasi ginggiva
sebagai akibat efek samping Dilantin.
 Istirahat dan aktivitas
Klien cepat lelah, letih dan perubahan tonus otot.
7. Pemeriksaan fisik
 TTV
Penurunan kesadaran, peningkatan suhu tubuh, nadi, tensi dan
respirasi.
 Kepala
a. Mata: dilatasi pupil, kedipan kelopak mata, kepala dan mata
menyimpang ke satu sisi.

9
b. Wajah: sentakan wajah.
c. Mulut: produksi saliva berlebihan, bibir mengecap-ngecap.
d. Thorak: Penurunan gerakan pernafasan, apnea, tachipnea,
kesulitan bernafas, jalan nafas tersumbat.
e. Ekstremitas
Gerakan sentakan, tepukan, menggaruk, perubahan tonus otot.
8. Pemeriksaan penunjang
a. Glukosa : hipoglikemia
b. Ureum/kreatinin : meningkat
c. Erytrosit : anemia aplastik
d. Rontgen kepala
e. Lumbal pungsi : untuk menentukan penyebab kejang,
apakah karena infeksi intra cranial/bukan.
f. EEG
g. MRI
h. CT Scan

3.2 Diagnosa dan Intervensi keperawatan


DX 1 : Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
patologis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam proses
patologis teratasi dengan kriteria: TTV stabil, Suhu tubuh dalam batas
normal.
Intervensi
1. Pantau suhu pasien (derajat dan pola): perhatikan adanya menggigil
diaforesi.
Rasional : Suhu 38,9-41,1 0C menunjukkan proses penyakit infeksius
akut.
2. Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai
indikasi
Rasional : Suhu ruangan, jumlah selimut harus dirubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal

10
3. Berikan kompres hangat: hindari penggunaan kompres alkohol.
Rasional: Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan air
es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan
4. Berikan selimut pendingin
Rasional: Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar
dari 39,5-40 0C pada waktu terjadi gangguan pada otak.
5. Kolaborasi: Berikan antipiretik sesuai indikasi
Rasional: Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentral.

DX 2 : Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhann tubuh b.d


peningkatan suhu tubuh
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam
peningkatan suhu tubuh teratasi, dengan kriteria: Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, Menunjukan adanya keseimbangan cairan seperti output urin
adekuat, Turgor kulit baik, Membran mukosa mulut lembab
Intervensi
1. Ukur/catat haluaran urin.
Rasional: Penurunan haluaran urin dan berat jenis akan menyebabkan
hipovolemia.
2. Pantau tekanan darah dan denyut jantung
Rasional: Pengurangan dalam sirkulasi volume cairan dapat mengurangi
tekanan darah/CVP, mekanisme kompensasi awal dari takikardia untuk
meningkatkan curah jantung dan meningkatkan tekanan darah sistemik.
3. Palpasi denyut perifer.
Rasional: Denyut yang lemah, mudah hilang dapat menyebabkan
hipovolemia.
4. Kaji membran mukosa kering, turgor kulit yang tidak elastis
Rasional: Hipovolemia/cairan ruang ketiga akan memperkuat tanda-tanda
dehidrasi.
5. Kolaborasi:Berikan cairan intravena, misalnya kristaloid dan koloid

11
Rasional: Sejumlah besar cairan mungkin dibutuhkan untuk mengatasi
hipovolemia relatif (vasodilasi perifer), menggantikan kehilangan dengan
meningkatkan permeabilitas kapiler.
6. Pantau nilai laboratorium
Rasional: Mengevaluasi perubahan didalam hidrasi/viskositas darah.

DX 3 : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d peningkatan sekresi


mucus
Tujuan: setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam
peningkatan sekresi mukus teratasi, dengan kriteria: Suara nafas vesikuler,
Respirasi rate dalam batas normal
Intervensi
1. Anjurkan pasien untuk mengosongkan mulut dari benda/zat tertentu
Rasional: Menurunkan risiko aspirasi atau masuknya sesuatu benda asing
ke faring.
2. Letakkan pasien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala
selama serangan kejang.
Rasional: Meningkatkan aliran (drainase) sekret, mencegah lidah jatuh
dan menyumbat jalan nafas.
3. Tanggalkan pakaian pada daerah leher/dada dan abdomen.
Rasional: Untuk memfasilitasi usaha bernafas/ekspansi dada.
4. Masukan spatel lidah/jalan nafas buatan atau gulungan benda lunak
sesuai dengan indikasi.
Rasional: Jika masuknya di awal untuk membuka rahang, alat ini dapat
mencegah tergigitnya lidah dan memfasilitasi saat melakukan
penghisapan lendiratau memberi sokongan terhadap pernafasan jika di
perlukan.
5. Lakukan penghisapan sesuai indikasi
Rasional: Menurunkan risiko aspirasi atau asfiksia.
6. Kolaborasi: Berikan tambahan oksigen/ventilasi manual sesuai
kebutuhan pada fase posiktal.

12
Rasional: Dapat menurunkan hipoksia serebral sebagai akibat dari
sirkulasi yang menurunkan atau oksigen sekunder terhadap spasme
vaskuler selama serangan kejang.

3.3 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan disesuaikan dengan intervensi


keperawatan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Di sertai dengan
waktu pelaksanaan intervensi.

3.4 Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan akhir dari proses keperawatan,


dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri anak
dan menilai sejauh mana masalah anak dapat diatasi.

13
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kejang demam adalah suatu kondisi saat tubuh anak sudah tidak dapat
menahan serangan demam pada suhu tertentu (Widjaja, 200 1). Kejang
demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu badan
ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial (Lumbantobing, 1995). Dari
pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kejang demam adalah
kondisi tubuh anak yang tidak dapat menahan demam pada peningkatan
suhu tubuh yang disebabkan oleh karena proses ekstrakranial.

4.2 Saran
Pada saat pembuatan makalah penulis menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis megharapkan
kritik serta saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan makalah
di atas.

14
15
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Medica


Aesculpalus, FKUI.
Hidayat, A.A.A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 1. Jakarta:
Salemba Medika.
Irdawati. 2009. Kejang Demam dan Penatalaksanaannya. Jurnal Berita Ilmu
Keperawatan, (2) 3, 143-146.
Sundari, Wiwik. 2013. Resiko Kejang Demam Berulang. Jurnal Fakultas
Ilmu Kesehatan, 28-50.
Wong, et al. 2009. Buku Ajar Pediatrik (Alih bahasa: Andry Hartono, dkk).
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai