Oleh :
KELOMPOK 5
KELAS 2.1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Asuhan
Keperawatan Anak Sakit Meliputi Kejang Demam & Tetralogi Of Fallot ”ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
darimata kuliah Keperawatan Anak.
Penyusunan makalah inidapat diselesaikan berkat bantuan dan motivasi berbagai
pihak. Untuk itu,dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Ida Erni Sipahutar, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Anak Politeknik Kesehatan Denpasar Jurusan Keperawatan;
2. Orang tua penulis selaku fasilitator; dan
3. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu.
Penulis menyadari, makalah ini memiliki banyak kekurangan karena terbatasnya
kemampuan penulis. Untuk itu,penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
konstruktif sehingga penulis dapat menyempurnakan makalah ini dan karya-karya
berikutnya. Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Anak Sakit Kejang Demam...............................3
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Anak Sakit Tetralogi Of Fallot..........................41
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................71
3.2 Saran..................................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Anak Saat Mengalami Sakit Kejang
Demam?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Anak Saat Mengalami Sakit Tetralogi
Of Fallot?
Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh 38°C
Kejang Demam
Gangguan Pertukaaran
Pola Napas Tidak Efektif
Gas
Penurunan kondisi tubuh
↓ Kebutuhan O2 otot skelet
Rawat inap RS
↓ Hipoksemia hiperkapnia
Hospitalisasi
↓ Terjadi metabolisme
Ansietas/Kecema san Terjadi metabolisme anaer
anaerabik
Asidosis
Lebih dari 15 menit
↓
Ap
ne
u
↓
Kebutuhan O2
otak
↓
Hipo
ksia
↓
Kerusakan sel
neuron
↓
Resiko
Cedera
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektro encephalografit (EEG)
Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostic. EEG abnormal
tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsy atau kejang
demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi
dianjurkan untuk pasien kejang demam yang sederhana. Pemeriksaan laboratorium
rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi
2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal
Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis,
terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih kecil
seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal fungsi pada
bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk yang berumur kurang
dari 18 bulan.
3. Darah
b. Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N<200 mq/dl)
c. BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi
nepro toksik akibat dari pemberian obat
d. Elektrolit : K, Ns
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl)
Natrium (N 135-144 meq/dl)
4. Cairan cerebo spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi
pendarahan penyebab kejang
5. Skull ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
6. Transiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka
(dibawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala
J. Penatalaksanaan Medis
Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang
mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut :
a. Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping bukan
terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak.
b. Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut anak seperti sendok atau penggaris
karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan napas.
c. Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.
d. Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan
khusus.
e. Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas
kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas
kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. ada pula sumber yang
menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin tentang
menyatakan batasan menit.
f. Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter untuk
meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah yang
berat, atau anak tampak lemas.
Jika anak dibawa ke fasilitas kesehatan, penanganan yang akan dilakukan selama
poin-poin diatas adalah sebagai berikut :
1. Memastikan jalan nafas anak tidak tersumbat
2. Pemberian oksigen melalui face mask
3. Pemberian diazepam 0,5 mg /kg berat badan per rectal (melalui) atau jika terpasang
selang infuse 0,2 mg / kg per infuse
4. Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan.
1. Pengobatan
a) Pengobatan fase akut
obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam
yang diberikan melalui intravena atau indra vectal. Dosis awal: 0,3 - 0,5
mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan). Bila kejang belum berhenti dapat diulang
dengan dosis yang sama setelah 20 menit.
b) Turunkan panas
Antipiretika : paracetamol / silisilat 10 kg/mg/dosis. Kompres air PAM/OS
c) Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama,
walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada
kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila ada gejala meningitis
atau bila kejang demam berlangsung lama.
d) Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara: profilaksis intermitten/saat demam dan
profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap hari. Untuk profilaksis
intermitten diberikan diazepim secara oral dengan dosis 0,3 - 0,5 mg/hgBB/hari
e) Penanganan sportif
1. Bebaskan jalan nafas
2. berisi zat asam
3. Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Pertahankan tekanan darah
2. Pencegahan
a) Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri
diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai demam.
b) Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata. Dapat digunakan :
1. Fero barbital : 5-7 mg/kg/24
2. Jam dibagi 3 dosis
3. Fenitorri : 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis
4. Klonazepam : (indikasi khusus)
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia terhadap gangguan
kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan respon dari seorang individu, keluarga,
kelompok atau komunitas (Heardman & Shigemi Kamitsuru, 2015). Kemungkinan
diagnosa yang bisa muncul dari penyakit kejang demam :
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, gangguan pusat
pengatur suhu
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan jalan
napas terganggu
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi
4. Risiko cedera berhubungan dengan kurangnya kesadaran, gerakan
tonik atau klonik
5. Kecemasan berhubungan dengan perubahan lingkungan
C. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
o Keperawatan Hasil
(SDKI)
1 Hipertermia Setelah diberikan INTERVENSI
berhubungan asuhan UTAMA
dengan…… keperawatan….X… (MANAJEMEN
dibuktikan jam maka HIPERTERMIA)
dengan…… temoregulasi dengan
kriteria hasil : a. Observasi a. Observasi
membaik
Kadar glukosa 3. Basahi dan 3. Agar
c. Edukasi c.Edukasi
10.Ajarkan individu, 10. Untuk
keluarga dan mengetahui
kelompok risiko tinggi
risiko tinggi bahaya pada
bahaya lingkungan
lingkungan
Pola napas tidak Setelah dilakukan Pemantauan
efektif asuhan keperawatan Respirasi
berhubungan selama… x ... jam
dengan... diharapkan a. Obeservasi a. Obeservasi
Dibuktikan Pertukaran Gas 1. Monitor 1. Untuk
dengan... meningkat dengan frekuensi, mengetahui
kriteria hasil : irama, frekuensi,
- Tingkat kedalam dan irama,
kesadaran upaya napas kedalaman dan
meningkat (5) 2. Monitor pola upaya napas
- Dispnea menurun napas 2. Untuk
(5) (seperti mengetahui pola
- Bunyi nafas bradipnea, napas pasien
tambahan takipnea, 3. Untuk
menurun (5) hiperventilasi mengetahui
- Takikardia , Kussmaul, kesanggupan
menurun (5 Cheyne- batuk efektif
- Penglihatan Strokes, Biot, 4. Untuk
kabur menurun ataksik) mengetahui
(5) 3. Monitor adanya spuntum
- Diaforesis kemampuan 5. Untuk
menurun (5) batuk efektif mengetahui
- Gelisah menurun 4. Monitor adanya
(5) adanya hambatan jalan
- Napas cuping produksi napas
hidung menurun sputum 6. Untuk
(5) 5. Monitor mengetahui
- PCO2 membaik adanya kesimetrisan
(5) sumbatan ekspansi paru
- PO2 membaik jalan napas 7. Untuk
(5) 6. Palpasi mengetahui
- pH arteri kesimetrisan bunyi napas
membaik (5) ekspansi paru 8. Untuk melihat
- Sianosis 7. Auskultasi seberapa banyak
membaik (5) bunyi napas oksigen tubuh
- Pola napas 8. Monitor 9. Untuk
membaik (5) saturasi mengukur kadar
- Warna kulit oksigen oksigen, karbon
membaik (5) 9. Monitor dioksida, pH
AGD dalam darah
10. Monitor x- 10. Untuk
ray thoraks memeriksa
adanya penyakit
atau infeksi
paru-paru,
kanker
payudara,
pembesaran
jantung,
pembuluh darah
yang tersumbat,
ataupun benda
yang tidak
sengaja tertelan
ke dalam tubuh.
b. Terapeutik b. Terapeutik
11. Atur 11. Untuk
internal memantau
pemantau respirasi pasien
respirasi 12. Untuk melihat
sesuai hasil
kondisi pemantauan
pasien
12. Dokumenta
sikan
hasil
pemantauan
c. Edukasi c. Edukasi
13. Jelaskan 13. Untuk
tujuan dan memberikan
prosedur pemahaman
pemantauan agar pasien mau
14. Informasik bekerja sama
an hasil 14. Untuk
pemantauan, transparnsi hasil
jika perlu pemantauan
Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen
efektif asuhan keperawatan Jalan
berhubugan selama… x jam Napas
dengan..... diharapkan pola napas
dibuktikan membaik dengan a. Obeservasi a. Obeservasi
dengan..... kriteria hasil : 1. Monitor pola 1. Untuk
- Dipsnea napas mengontrol pola
menurun (frekuensi, napas
- Penggunaan kedalaman, 2. Untuk
otot bantu usaha napas) mengontrol
napas menurun 2. Monitor bunyi napas
- Pemanjangan bunyi napas tambahan
fase ekspirasi tambahan 3. Untuk
menurun (mis. mengetahui
- Ortopnea gurgling, spuntum yang
menurun mengi, ada
- Pemasangan wheezing,
cuping hidung ronchi b. Terapeutik
menurun kering) 4. Untuk
- Frekuensi 3. Monitor mempertahanka
napas sputum n kepatenan
membaik (jumlah, jalan napas
- Kedalaman warna, 5. Untuk
napas aroma) memberikan
membaik rasa nyaman
- Ekskursi dada b. Terapeutik 6. Untuk
membaik 4. Pertahankan melegakan
- Ventilasi kepatenan tenggorokan
semenit jalan napas 7. Agar pasien
membaik dengan head- merasa nyaman
- Kapasital vital tilt dan chin- 8. Untuk
membaik lift mempermudah
- Diameter (jaw- jalan napas
thoraks thrust jika 9. Untuk
anterior curiga menghindari
posterior trauma hipoksemi
membaik servical) 10.Agar tidak ada
- Tekanan 5. Posisikan yang
ekspirasi semi-fowler menyumbat
membaik atau fowler pernapasan
- Tekanan 6. Berikan 11.Untuk
inspirasi minum membantu
membaik hangat memberikan
7. Lakukan
fisioterapi napas kepada
dada, pasien
c. Edukasi
jika perlu
12.Untuk
8. Lakukan
memperlancar
penghisapan
jalan napas,
lendir kurang
agar tidak
dari 15 detik
dehidrasi
9. Lakukan hip
13.Untuk
eroksigenasi
membantu
sebelum pen
pasien
ghisapan
mengeluarkan
endotrakeal
dahak
10. Keluarkan
sumbatan
d. Kolaborasi
benda pada
14.Untuk
dengan
memberikan
forsep
tindakan lebih
McGill
lanjut kepada
11.Berikan
pasien
oksigen, jika
perlu
c. Edukasi
12. Anjurkan
asupan
cairan 2000
ml/hari,
jika
tidak
kontraindik
asi
13. Ajarkan
tehnik
batuk
efektif
d. Kolaborasi
14. Kolaborasi
pemberian
bronkodilato
r, ekspektora
n, mukolitik,
jika perlu
Ansietas Setelah diberikan Intervensi Utama
berhubungan asuhan keperawatan (Terapi
dengan.... selama …x… jam, Relaksasi)
Dibuktikan diharapkan tingkat a. Observasi a. Observasi
dengan..... ansietas menurun, 1. Identifikasi
1. Untuk
dengan kriteria hasil: penurunan
mengetahui
- Verbalisasi tingkat energy,
tingkat energy,
kebingungan ketidakmampua
ketidakmampua
menurun n
n
- Verbalisasi berkonsentrasi,
berkonsentrasi,
khawatir akibat atau gejala lain
atau gejala lain
kondisi yang yang
yang
dihadapi menurun mengganggu
mengganggu
- Perilaku gelisah kemampuan
kemampuan
menurun kognitif.
kognitif pasien.
- Perilaku tegang 2. Identifikasi
2. Untuk
menurun teknik relaksasi
mengetahui
- Keluhan pusing yang pernah
teknik relaksasi
menurun efektif
yang akan
- Anoreksi menurun digunakan
- Palpitasi menurun 3. Identifikasi diberikan.
- Frekuensi kemampuan, 3. Untuk
pernapasan dan penggunaan mengetahui
menurun teknik tingkat
- Frekuensi nadi sebelumnya keberhasilan
menurun 4. Periksa relaksasi yang
- Tekanan darah ketegangan pernah
menurun otot, frekuensi dilakukan.
- Diaphoresis nadi, tekanan 4. Untuk
menurun darah, dan suhu mengukur
- Tremor menurun sebelum dan ketegangan otot,
- Pucat menurun sesudah latihan. frekuensi nadi,
- Konsentrasi tekanan darah,
membaik dan suhu pasien
- Pola tidur membaik sebelum dan
- Perasaan sesudah latihan.
keberdayaan b. Terapeutik b. Terapeutik
membaik 5. Ciptakan 5. Agar pasien
- Kontak mata lingkungan merasa nyaman
membaik tenang dan dan rileks
- Pola berkemih tanpa gangguan 6. Agar pasien
membaik dengan mengetahui
- Orientasi membaik pencahayaan informasi
dan suhu ruang terhadap
nyaman,jika tindakan yang
memungkinkan akan diberikan
. oleh perawat.
6. Berikan 7. Untuk
informasi memberikan
tertulis rasa nyaman
persiapan dan 8. Untuk
prosedur teknik
relaksasi membangun
7. Gunakan BHSP yang baik
pakaian longgar antara pasien-
8. Gunakan nada perawat
suara yang 9. Untuk
lembut dengan menunjang
irama lambat proses
dan berirama pemulihan
9. Gunakan kondisi pasien
relaksasi
sebagai strategi c. Edukasi
penunjang 10. Agar pasien
dengan memahami
analgetik atau tujuan,manfaat,
tindakan medis batasan, dan
lain,jika sesuai.. jenis relaksasi
yang akan
c. Edukasi dilakukan
10. Jelaskan 11. Agar pasien
tujuan,manfaat, dapat mengikuti
batasan, dan prosedur dengan
jenis relaksasi baik.
yang tersedia 12. Untuk
(mis.musik,med memberikan
itasi,napas rasa nyaman
dalam,relaksasi pada pasien
otot progresif) 13. Untuk
11. Jelaskan secara memberikan
terperinci sensasi rileks
intervensi yang pada pasien
dipilih 14. Untuk
12. Anjurkan mengefektifkan
mengambil hasil dari
posisi yang relaksasi yang
nyaman dilakukan
13. Anjurkan 15. Agar pasien
rileks dan lebih mudah
merasakan memahami
sensasi langkah
relaksasi relaksasi yang
14. Anjurkan akan dilakukan.
sering
mengulangi
atau melatih
teknik yang
dipilih
15. Demonstrasika
n dan latih
teknik relaksasi
(mis.napas
dalam,
peregangan,
atau imajinasi
terbimbing)
2.1.2 Contoh Asuhan Keperawatan Pada Anak Kejang Demam
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
1. Anak
Nama : An. B
Umur : 4 th
Tgl Lahir : 28 Januari 2017
Jenis Kelamin : Perempuan
2. Orang Tua
B. Keluhan Utama
Ny. R mengatakan bahwa anaknya panas, demam sudah 2 hari yang lalu,
kejang dan sesak .
C. Riwayat Kesehatan
a.Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan anaknya panas, kejang dan sesak
b. Riwayat kesehatan lalu
Ibu mengatakan sebelumnya anaknya tidak pernah masuk rumah sakit
c.Imunisasi
Ibu mengatakan anaknya telah diimunisasi pada hari ke-2 setelah
persalinan
d. Aktivitas
Aktivitas melemah, terus menangis
e. Riwayat kesehatan keluarga
Ayah dan ibu mengaku tidak pernah menderita penyakit menular ataupun
penyakit keturunan.
D. Pemeriksaan Umum
E. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : Kepala normal, simetris, rambut tipis
2. Wajah : Simetris, bentuk oval,
3. Mata : Lengkap, simetris, tidak ada kelainan pada mata,
skelera tidak kuning, konjungtiva tida pucat, tidak ada perdarahan
pada mata, tidak ada tanda – tanda infeksi
4. Hidung : Simetris, hidung berlubang kanan dan kiri, tidak
ada pernafasan cuping hidung
5. Mulut : Bersih, bibir warna merah, reflek menelan dan
menghisap kuat,
6. Telinga : Simetris, tidak ada kelainan
7. Leher : Simetris, tidak ada bendungan vena jugularis
8. Ketiak : Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe
9. Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada,
pernafasan kombinasi dada dan perut
10. Abdomen : Simetris,
11. Genetalia : Tidak ada kelainan, labia mayora sudah menutupi
labia minora
12. Anus : Tidak ada kelainan, anus berlubang
13. Ekstremitas : Simetris
F. Pemeriksaan Penunjang
Periksa lab : Leukosit 5400 ul
Data Objektif :
Kulit pasien terasa hangat,
Pasien tampak pucat,
Takikardi diatas normal,
Takipnea meningkat.
TD :120/70 mmHg
Nadi : 124 x/menit
Suhu : 38,5°C
RR : 29 x/menit
Data Objektif :
pasien tampak mengalami
pola napas abnormal
seperti takipnea, fase
ekspirasi pasien tampak
memanjang dan pasien
tampak gelisah dan lemah.
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 124 x/menit
Suhu : 38,5°C
RR : 29 x/menit
V. IMPLEMENTASI
S: - TT
-Membasahi dan kipasi
O : Suhu tubuh pasien sudah
10.30 wita permukaan tubuh
menurun menjadi 380C
-Melakukan pendinginan
14.00 wita S: -
eksternal (mis. Kompres
O : Suhu tubuh
pasien TT
dingin pada dahi)
menurun setelah dilakukan
kompres hangat. Suhu tubuh
37,50C
10.00 wita
- Memonitor suhu tubuh S:-
TT
O : suhu tubuh pasien 37,2°C
11.00 wita
- Memposisikan semi S:
fowler atau fowler O: pasien tamapk belum TT
nyaman dengan posisi
setengah duduk
S:-
12.30 wita - Memberikan oksigen TT
O : pasien menggunakan
oksigen 3Lpm
B. ETIOLOGI
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui
secara pasti, diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor
tersebut antara lain adalah
1) Faktor endogen yaitu berbagai jenis penyakit genetik (kelainan kromosom);
anak yang lahir sebelumnya menderita penyakt jantung bawaan; adanya
penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit
jantung dan kelainan bawaan,
2) Faktor eksogen yaitu riwayat kehamilan ibu : sebelum ikut program KB oral
atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide,
dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu); ibu menderita penyakit
infeksi (rubella); pajanan terhadapsinar-X.
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang
terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus
penyebab adalah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab
harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan
kehamilan pembentukan jantung janin sudahselesai.
C. TANDA & GEJALA
Menurut Wong, dkk (2009), tanda dan gejala TOF antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Murmur
Merupakan suara tambahan yang dapat didengar pada denyut jantung bayi.
Pada banyak kasus, suara murmur baru akan terdengar setelah bayi berumur
beberapahari.
2. Sianosis
Satu dari manifestasi-manifestasi tetralogi yang paling nyata, mungkin tidak
ditemukan pada waktu lahir. Obstruksi aliran keluar ventrikel kanan mungkin tidak
berat dan bayi tersebut mungkin mempunyai pintasan darikiri ke kanan yang besar,
bahkan mungkin terdapat suatu gagal jantung kongesif.
3. Dispneu
Terjadi bila penderita melakukan aktifitas fisik. Bayi-bayi dan anak- anak
yang mulai belajar bejalan akan bermain aktif untuk waktu singkat kemudian
akan duduk atau berbaring. Anak- anak yang lebih besar mungkin mampu
berjalan sejauh kurang lebih satu blok, sebelum berhenti untuk beristirahat.
Derajat kerusakan yang dialami jantung penderita tercermin oleh intensitas
sianosis yang terjadi. Secara khas anak-anak akan mengambil sikap berjongkok
untuk meringankan dan menghilangkan dispneu yang terjadi akibat dari aktifitas
fisik, biasanya anak tersebut dapat melanjutkan aktifitasnya kembali dalam
beberapa menit.
4. Serangan-serangan dispneu paroksimal (serangan-serangan anoksia “biru”)
Terutama merupakan masalah selama 2 tahun pertama kehidupan penderita.
Bayi tersebut menjadi dispneis dan gelisah, sianosis yang terjadi bertambah hebat,
pendertita mulai sulit bernapas. Serangan- serangan demikian paling sering
terjadi pada pagihari.
5. Pertumbuhan danPerkembangan
Yang tidak tumbuh dan berkembang secara tidak normal dapat mengalami
keterlambatan pada tetralogi Fallot berat yang tidak diobati.
Tinggi badan dan keadaan gizi biasanya berada di bawah rata-rata serta otot-otot
dari jaringan subkutan terlihat kendur dan lunak dan masa pubertas juga
terlambat.
6. Biasanya Denyut Pembuluh DarahNormal
Seperti halnya tekanan darah arteri dan vena. Hemitoraks kiri depan dapat
menonjol ke depan. Jantung biasanya mempunyai ukuran normal dan impuls
apeks tampak jelas. Suatu gerakan sistolis dapat dirasakan pada 50% kasus
sepanjang tepi kiri tulang dada, pada celah parasternal ke-3 dan ke-4.
7. BisingSistolik
Yang ditemukan seringkali terdengar keras dan kasar, bising tersebut dapat
menyebar luas, tetapi paling besar intensitasnya pada tepi kiri tulang dada.
Bising sistolik terjadi di atas lintasan aliran keluar ventrikel kanan serta
cenderung kurang menonjol pada obstruksi berat dan pintasan dari kanan ke kiri.
Bunyi jantung ke-2 terdengar tunggal dan ditimbulkan oleh penutupan katup
aorta. Bising sistolik tersebut jarang diikuti oleh bising diastolis, bising yang
terus menerus ini dapat terdengar pada setiap bagian dada, baik di anterior
maupun posterior, bising tersebut dihasilkan oleh pembuluh- pembuluh darah
koleteral bronkus yang melebar atau terkadang oleh suatu duktus
arteriosusmenetap.
D. PATOFISIOLOGI
Menurut Ilmu Kesehatan Anak (2015), patofisologi dari penderita TOF pada
anak adalah sebagai berikut, yaitu:
Sirkulasi darah penderita TOF berbeda dibanding anak normal. Kelainan yang
memegang peranan penting adalah stenesis pulmonal dan VSD. Tekanan antara
ventrikel kiri dan kanan pada pasien TOF adalah sama akibat adanya VSD. Hal ini
menyebabkan darah bebas mengalir bolak balik melalui celah ini. Tingkat keparahan
hambatan pada jalan keluar darah di ventrikel kanan akan menentukan arah aliran
darah pasienTOF.Aliran darah ke paru akan menurun akibat adanya hambatan pada
jalan aliran darah dari ventrikel kanan; hambatan yang tinggi di sini akan
menyebabkan makin banyak darah bergerak dari ventrikel kanan ke kiri. Hal ini
berarti makin banyak darah miskin oksigen yang akan ikut masuk ke dalam aorta
sehingga akan menurunkan saturasi oksigen darah yang beredar ke seluruh tubuh,
dapat menyebabkan sianosis. Jika terjadi hambatan parah, tubuh akan bergantung
pada duktus arteriosus dan cabang-cabang arteri pulmonalis untuk mendapatkan
suplai darah yang mengandung oksigen. Onset gejala, tingkat keparahan sianosis
yang terjadi sangat tergantung pada tingkat keparahan hambatan yang terjadi pada
jalan keluar aliran darah di ventrikel kanan, Redington AN, dkk(2009).
E. MANIFESTASI KLINIS
Anak dengan TOF umumnya akan mengalami keluhan :
1. Sesak yang biasanya terjadi ketika anak melakukan aktivitas (misalnya menangis atau
mengedan)
2. Berat badan bayi tidak bertambah
3. Pertumbuhan berlangsung lambat
4. Jari tangan seperti tabuh gendering/ gada (clubbing fingers)
5. Sianosis /kebiruan sianosis akan muncul saat anak beraktivitas, makan/menyusu, atau
menangis dimana vasodilatasi sistemik (pelebaran pembuluh darah di seluruh tubuh)
muncul dan menyebabkan peningkatan shunt dari kanan ke kiri (right to left shunt).
Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah yang kaya oksigen dimana
percampuran darah tersebut dialirkan ke seluruh tubuh. Akibatnya jaringan akan
kekurangan oksigen dan menimbulkan gejala kebiruan. Anak akan mencoba mengurangi
keluhan yang mereka alami dengan berjongkok yang justru dapat meningkatkan resistensi
pembuluh darah sistemik karena arteri femoralis yang terlipat. Hal ini akan meningkatkan
right to left shunt dan membawa lebih banyak darah dari ventrikel kanan ke dalam paru-
paru. Semakin berat stenosis pulmonal yang terjadi maka akan semakin berat gejala yang
terjadi (Yayan A.I, 2010).
F. KOMPLIKASI
Menurut Wong (2009), komplikasi yang mungkin muncul pada anak dengan
TOF adalah sebagai berikut:
1. TrombosisSerebri
Biasanya terjadi dalam vene serebrum atau sinus duralis, dan terkadang dalam
arteri serebrum, lebih sering ditemukan pada polisitemia hebat. juga dapat
dibangkitkan oleh dehidrasi. trombosis lebih sering ditemukan pada usia di
bawah 2 tahun. pada penderita ini paling sering mengalami anemia defisiensi besi
dengan kadar hemoglobin dan hematokrit dalam batas-batasnormal.
2. AbsesOtak
Biasanya penderita penyakit ini telah mencapai usia di atas 2 tahun. Awitan
penyakit sering berlangsung tersembunyi disertai demam berderajat rendah.
mungkin ditemukan nyeri tekan setempat pada kranium, dan laju endap darah
merah serta hitung jenis leukosit dapat meningkat. dapat terjadi serangan-
serangan seperti epilepsi, tanda- tanda neurologis yang terlokalisasi tergantung
dari tempat dan ukuran absestersebut.
3. Endokarditis Bakterialis
Terjadi pada penderita yang tidak mengalami pembedahan, tetapi lebih
sering ditemukan pada anak dengan prosedur pembuatan pintasan selama
masabayi.
4. Gagal JantungKongestif
Dapat terjadi pada bayi dengan atresia paru dan aliran darah kolateral yang
besar. keadaan ini, hampir tanpa pengecualian, akan mengalami penurunan
selama bulan pertama kehidupan dan penderita menjadi sianotis akibat sirkulasi
paru yang menurun.
5. Hipoksia
Keadaan kekurangan oksigen dalam jaringan akibat dari stenosis pulmonal
sehingga menyebabkan aliran darah dalam paru menurun.
G. PATHWAY
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl
dan hematokrit antara 50-65%.
b. BGA
Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2),
penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) danpenurunanPH.pasien dengan Hn
dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensibesi.
c. Analisa GasDarah
PCV meningkat lebih besar 65% dapat menimbulkan kelainan koagulasi ; waktu
perdarahan memanjang, fragilitas kapiler meningkat, umur trombosit yangabnormal.
d. Desaturasi daraharterial
e. Anemia hipokrom mikrositer (karena defisiensibesi)
2. X foto dada(radiologi)
a. Jantung tidakmembesar
b. Arkus aorta sebelah kanan(25%)
c. Aorta asendensmelebar
d. Konus pulmonaliscekung
e. Apeksterangkat
f. Vaskularitas paruberkurang
g. Jantung berbentuksepatu
3. EKG
Defisiasi sumbu QRS ke kanan (RAD) hipertrofi ventrikel kanan (RVH): gelombang
P diantara II sering tinggi.
4. Ekokardiogram
a. Overidingaorta
b. Defect septumventrikel
c. Jalan keluar ventrikel kananmenyempit
d. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum
ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis
pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan
tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal ataurendah.
I. PENATALAKSANAAN
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan
untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat pernafasan dan
mengatasi takipneu.
3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena
permasalahan bukan karena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran darah ke paru
menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang
dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian
5.Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung
sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit,
dosis awal/ bolus diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan
perlahan dalam 5-10 menit berikutnya
6.Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan
resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative
7.Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penganan
serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung,
sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen
ke seluruh tubuh juga meningkat.
Lakukan selanjutnya
1) Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik
2) Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
3) Hindari dehidrasi
2.2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Tetralogi Of Fallot (Tf)
Asuhan keperawatan pasien TOF pada anak menurut Wong, dkk (2009), adalah sebagai
berikut antara lan :
I. Pengkajian
-Riwayat kehamilan ibu
Ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi (faktor endogen dan eksogen yang
mempengaruhi).
-Riwayat pertumbuhan
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan
dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit.
-Riwayat psikososial / perkembangan
a) Kemungkinan mengalami masalah
perkembangan b)Mekanisme koping anak /
keluarga
c)Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
-Pemeriksaan fisik
a)Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik,bayi tampak biru
setelah tumbuh.
b) Clubbing finger (jari tabuh) tampak setelah usia 6 bulan.
c)Serang sianotik mendadak (blue spells/cyanotic spells/paroxysmal
hiperpnea,hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan dalam ,lemas,
kejang, sinkop (kehilangan kesadaran) bahkan sampai koma dan kematian.
d) Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah
berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia
berjalan kembali.
e)Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal yang semakin
melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi.
f) Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.
g) Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak
menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.
h) Ginggiva hipertrofi, gigi sianotik.
-Pengetahuan anak dan keluarga
a)Pemahaman tentang diagnosis
b)Pengetahuan dan penerimaan terhadap prognosis
c)Regimen pengobatan
d)Rencana perawatan ke depan
e)Kesiapan dan kemauan untuk belajar
II. Diagnosis Keperawatan
Setelah pengumpulan data, menganalisa data dan menentukan diagnosa keperawatan
yang tepat sesuai dengan data yang ditemukan, kemudian direncanakan membuat prioritas
diagnosa keperawatan, membuat kriteria hasil, dan intervensi keperawatan.
1.Gangguan pertukaran gas b.d penurunan alian darah ke pulmonal.
2.Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat
nutrisi ke jaringan.
3.Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
III. PERENCANAAN
Berdasarkan SDKI,SLKI DAN SIKI
Diagnosa Tujuan Rencana
Keperawatan Keperawatan Tindakan Rasional
(SDKI)
Setelah dilakukan Pemantauan
Asuhan keperawatan Respirasi(I.01014) 1. Untuk
selama ...x 24 jam 1.Monitor mengetahui
diharapkan klien frekuensi , irama, frekuensi
dapat gangguan kedalaman dan pernapasan sudah
pertukaran gas dapat upaya napas normal atau
teratasi dengan 2. Monitor pola tidak.
Gangguan
kriteria hasil: napas (seperti
pertukaran
-Dispnea bradipnea, 2.Untuk
gas
Menurun(5) takipnea mengetahui
-Bunyi napas hiperventilasi, sejauh mana
tambahanMenu Kussmaul, penurunan bunyi
run (5) Cheyne- napas indikasi
- Stokes,Biot, atlekasi, ronki
PusingMenuru ataksik) indikasi
n(5) 3. Monitor akumulasi sekret
- kemampuan atau ketidak
GelisahMenuru batuk efektif mampuan
n(5) 4.Monitor adanya membersihkan
- produksi sputum jalan napas
PCO2Membaik 5.Monitor adanya sehingga otot
(5) sumbatan jalan aksesori
- napas digunakan dan
PO2Membaik( 6.Palpasi kerja pernapasan
5) kesimetrisan meningkat.
- ekspansi paru 3.Untuk
TakikardiMem 7.Auskultasi bunyi mengetahui
baik(5) napas sejauh mana
-PH arteri 8.Monitor saturasi batuk efektif
Membaik(5) oksigen dapat membantu
-Pola napas 9.Monitor mengeluarkan
membaik(5) nilaiAGD dahak bila ada.
10. Monitor hasil x- 4.Untuk
ray toraks mengetahui
11. Atur interval sejauh mana
pemantauan klien
respirasi sesuai memahamiprodu
kondisi pasien ksi sputum.
12. Dokumentas 5.Untuk menunjang
ikan hasil proses sumbatan
pemantauan jalan napas.
13. Jelaskan 6.Untuk
tujuan dan mengetahui
prosedur kesimetrisan
pemantauan pergerakan dada
14. Informasikn danmengobserva
hasil pemantauan, si abnormalitas.
jika perlu 7.Untuk
mengetahui
Ronkhi dan
wheezing
menyertai
obstruksi jalan
napas atau
kegagalan
pernapasan.
8.Untuk
mengetahui
penurunanan
status oksigen
mengalami
kekurangan
oksigen yang
dapat
menyebabkan
terjadinya
hipoksia.
9.Untuk menunjang
penyembuhan.
10. Untuk
mempercepat
proses
penyembuhan
11. Untuk
memberikan
rasanyaman
kepadapasien
12. Untuk
memantau sejauh
mana
perkembangan
pasien
13. Untuk
mengatahui apa
tujuan dan
bagaimana
prosedur
pemantauan yang
akan diberikan.
14. Untuk
memberitahukan
pasien sejauh
manahasil
pemantauan.
Setelah dilakukan erawatan 1. Untuk
Asuhan keperawatan Perkembangan mengetahui
selama ...x 24 jam (I.10339) kebiasaan bayi
diharapkan status 1. Identifikasi sehingga
perkembangan klien isyarat perilaku kebutuhan bayi
dapat membaik yang dan fisiologis dapat
Gangguan dibuktikan oleh: yang ditunjukan terpenuhi(mis.m
tumbuh - bayi (mis. lapar, enangis ketika
kembang Keterampilan/p tidak nyaman) lapar)
erilaku seksual 2. Pertahankan 2. Untuk
usia meningkat sentuhan meminimalisir
(5) seminimal sentuhan pada
- Kemampuan mungkin pada kulit bayi
melakukan bayi prematur sehingga dapat
meningkat (5) 3.Berikan mencegah iritasi
- Respon sosiel sentuhan yang kulit bayi
Perawatan bersifat gentle 3. Agar bayi
dirimeningkat dan tidak ragu- merasa aman dan
(5) ragu nyaman saat
- Kontak mata 4.Minimalkan berdekatan
meningkat (5) kebisingan dengan orang tua
- Kemarahan ruangan atau orang lain.
menurun (5) 5.Pertahankan 4. Untuk
- Regresi lingkungan memberikan
menurun (5) yang suasana yang
- Afek mendukung nyaman untuk
membaik (5) perkembangan bayi beristirahat
- Pola tidur optimal 5. Pastikan
membaik (5) 6.Anjurkan orang lingkungan
tua menyentuh perkembangan
dan anak/bayi bebas
menggendong dari
bayinya kebisingan,polu
7.Anjurkan orang si dan segala hal
tua berinteraksi yang dapat
dengan anaknya menghambat
8.Rujuk untuk perkembangan
konseling, jika anak/bayi
perlu 6. Agar terjalin
ikatan batin dan
memberikan
kehangatan
pada bayinya
7. Untuk
mempererat
rasa kasih
sayang yang
diberikan
antara orang
tua dengan
bayinya
8. Untuk
menunjang
proses
perkembangan
dan
mengedukasi
orang tua
Setelah dilakukan Manajemen energi 1. Untuk
Asuhan (I.05178) mengetahui
keperawatan 1. Identifikasi penyebab
selama ...x 24 jam gangguan kelelahan
diharapkan klien fungsi tubuh 2. Untuk
dapat menoleransi yang mengetahui
aktivitas yang biasa mengakibatka penyebab
dilakukan, yang n kelelahan kelelahan fisik
dibuktikan oleh: 2. Monitor dan emosional
- Kemudahan kelelahan fisik 3. Untuk
Intoleransi
dalam dan emosioanl mengetahui
aktivitas
melakukan 3. Monitor pola pola istirahat
aktivitas sehari- dan jam tidur tidur pasien
sehari (skor 5) 4. Monitor lokasi 4. Agar dapat
- Kecepatan dan ketidak mengetahui
berjalan (skor nyamanan letak
5) selama ketidaknyama
- Kekuatan tubuh melakukan nan dalam
bagian atas dan aktivitas beraktivitas
bawah 5. Sediakan 5. Agar pasien
meningkat lingkungan merasa
(skor 5) nyaman dan nyaman
- Keluhan lemah rendah stimulus dengan
menurun (skor (mis . cahaya, lingkungannya
5) suara, 6. Agar pasien
- Perasaan lemah kunjungan) dapat kembali
menurun (skor 6. Lakukan bergerak
5) latihan rentang secara
gerak pasif perlahan
dan/atau aktif 7. Untuk
7.Berikan mengalihan
aktivitas perhatian
distraksi yang pasien yang
menenangkan mengalami
8. Fasilitasi duduk nyeri
di sisi tempat 8. Agar
tidur, jika tidak memudahkan
dapat berpindah pasien untuk
atau berjalan berpindah
9. Anjurkan tirah tempat
baring 9. Untuk
10. Anjurkan menghindari
melakukan kondisi yang
aktivitas secara lebih buruk
bertahap pada pasien
11. Anjurkan yang
menghubungi mengalami
perawat jika kelelahan
tanda dan gejala 10. Untuk
kelelahan tidak mengembalika
berkurang n kemampuan
12. Ajarkan aktivitas
strategi koping pasien
untuk 11. Agar perawat
mengurangi dapat
kelelahan memonitor
13. Kolaborasi kembali tanda
dengan ahli gizi dan gejala
tentang cara 12. Untuk
meningkatkan membantu
asupan makan pasien dalam
mengatasi dan
mengendalika
n situasi/suatu
masalah yang
menyebabkan
kelelahan
13. Agar dapat
mengembalika
n energi dan
pasien dapat
pulih kembali
I.Pengkajian Keperawatan
Tgl. MRS : 25 Januari 2021
Ruangan/kelas : Ratna/I
No. kamar : 2B
Data Dasar :-
Tgl.Pengkajian : 30 Januari 2021
a. Identitas Pasien
Nama Pasien : Asti
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 18 Bulan
Status Perkawinan : Belum
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : Belum
Pekerjaan :-
Alamat : Jl. PB. Sudirman, no. 21 X
Diagnose medis : Tetralogi of Fallot
b.Riwayat Kesehatan
1.Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama : klien mengalami kesulitan dalam bernafas (sesak napas)
2.Riwayat kesehatan masa lalu
Ibu klien mengatakan, klien sebelumnya belum pernah mengalami penyakit seperti ini.
3. Riwayat keluarga
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga, yaitu ibu klien menderita hipertensi dan saat
hamil sering mengkonsumsi obat – obatan tanpa resep dokter.
1. DS : Gangguan Gangguan
- Ibu kalien pertukaran gas pertukaran gas
mengatakan
pasien Sesak napas dan
mengalami kelemahan tubuh
kesulitan dalam
bernafas. Hipoksemia
DO :
- Pasien
Pencampuran darah
tampak Iemah
kaya O2 dengan
dan kebiruan
CO2
(sianosis),
- pasien terlihat
sesak napas Defek sektum
vertikel
o
- Suhu = 36 C
- Nadi = 80 x / menit
- Respirasi = 29 x /
menit
-Tekanan darah = 100
x/80mmHg.
2. DS: Intoleransi aktifitas Intoleransi
- Ibu klien aktifitas.
mengatakan, Aktivitas
aktivitas klien berkurang
berkurang,
karena klien
Sering mengalami
sering
kelelahan dan
mengalami
sesak
kelelahan dan
bernafas.
sering
mengalami sesak
Ketidakseimbangan
dalam bernafas.
antara suplai dan
- Ibu klien
kebutuhan oksigen
mengatakan
bahwa klien
mengalami
kesulitan dalam
bernafas.
DO:
- Pasientampak
Iemah dan
kebiruan
- Suhu = 36oC
- Nadi = 80 x / menit
- Respirasi = 29 x /
menit
-Tekanan darah = 100
x/80mmHg.
III. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksemia dibuktikan dengan Ibu
kalien mengatakan pasien mengalami kesulitan dalam bernafas, pasientampak Iemah
dan kebiruan (sianosis), pasien terlihat sesak napas, suhu 36oC, nadi 80 x / menit,
respirasi = 29 x / menit, tekanan darah = 100 x/80mmHg.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen dibuktikan denganIbu klien mengatakan aktivitas klien berkurang
karena klien sering mengalami kelelahan dan sering mengalami sesak dalam bernafas,
Ibu klien mengatakan bahwa klien mengalami kesulitan dalam bernafas. Pasientampak
Iemah dan kebiruan, suhu = 36oC, nadi = 80 x / menit, respirasi = 29 x / menit, tekanan
darah = 100 x/80mmHg.
IV.PERENCANAAN
VI. EVALUASI
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 oC) yang disebabkan oleh proses
ekstakramium. Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures, kejang demam adalah
bangkitan kejang pada bayi dan anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan sampai 5
tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau
penyebab tertentu.
Pada saat mengalami kejang, anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat,
kemudian kaku, dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu,
nafas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya.
Tetralogi Of Fallot (TOF) adalah penyakit jantung bawaan sianotik (warna kulit)
yang terdiri dari 4 kelainan khas, yaitu Defek Septum Ventrikel (VSD), Stenosis
Infundibulum ventrikel kanan atau biasa disebut stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel
kanan, dan Overriding aorta, Ibrahim E, dkk (2008). Seiring dengan meningkatnya
angka kelahiran di Indonesia, jumlah bayi yang lahir dengan penyakit jantung juga
meningkat. Dua per tiga kasus penyakit jantung bawaan di Indonesia memperlihatkan
gejala pada masa neonatus. Sebanyak 25-30% penderita penyakit jantung bawaan yang
memperlihatkan gejala pada masa neonatus meninggal pada bulan pertama usianya jika
tanpa penanganan yang baik. Sekitar 25% pasien TOF yang tidak diterapi akan
meninggal dalam 1 tahun pertama kehidupan, 40% meninggal sampai usia 4 tahun, 70%
meninggal sampai usia 10 tahun, dan 95% meninggal sampai usia 40 tahun, Anonim
(2012).
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan bagi para
pembaca mengenai konsep asuhan keperawatan kejang demam dan tetralogi of fallot
dimulai dari pengertian, etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, patofisiologi, manifestasi
klinis, komplikasi, penatalaksanaan medis, pathway, Diharapkan kritik dan saran dari
para pembaca agar penyusunan makalah berikutnya menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA