MAKALAH
DI SUSUN OLEH :
RISKA NOFRIANTO
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karunia-Nya dan nikmat sehat yang tiada henti-hentinya sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada An. Z Dengan Kejang Demam Diruang UGD RS Sumber
Kasih”.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu
dan mendukung sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya
bagi pembaca sekalian. Jika ada kekurangan dalam penulisan makalah ini. Saya
sangat berterimakasih apabila ada saran dan kritik bagi penulis yang sifatnya
membangun sehingga akan memperbaiki kualitas saya ini.
DAFTAR
PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
ditemukan pada anak, hal ini terutama pada rentang usia 4 bulan sampai 4
tidak di sebabkan oleh proses di dalam kepala (otak: seperti meningitis atau
radang selaput otak, ensifilitis atau radang otak) tetapi diluar kepala misalnya
pencernaan. Jika hipertemia pada pasien kejang demam tidak teratasi maka
terdapat 21,65 juta penderita kejang demam dan lebih dari 216 ribu
<15 menit, umum, tonik atau klonik, akan berhenti sendiri, tanpa gerakan
1
2 1
fokal atau berulang dalam waktu 24 jam) sedangkan 20% kasus merupakan
kejang demam komplikata (kejang >15 menit, fokal atau kejang umum
didahului kejang parsial, berulang atau lebih dari satu kali dalam 24 jam).
Pada Daerah Eropa Barat dan Amerika tercatat 2-4% angka kejadian kejang
demam per tahunnya Hampir 1,5 juta kejadian kejang demam terjadi tiap
tahunnya di USA, Angka kejadian kejang demam di India sebesar 5-10% dan
dan tidak meninggalkan gejala sisa. Akan tetapi kejang yang berlangsung
oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi
anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan
sehingga terjadinya kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial
yang spontan. Karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat
Maliya, 2008).
Tinggi suhu tubuh pada saat timbul kejang merupakan nilai ambang kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggi
kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang
telah terjadi pada suhu 38ºC sedangkan anak dengan ambang kejang yang
tinggi kejang baru terjadi bila suhu mencapai 40ºC atau lebih. Maka
disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak
2016). Sesuai teori penyakit ini maka diagnosa keperawatan yang akan
yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh
tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh
(Windati 2020). Dari hasil studi kasus yang dilakukan bahwa kompres hangat
KOTA CIREBON”
2 1
1.3 Tujuan
a) Tujuan Umum
Tujuan umum dari Proposal karya tulis ilmiah ini adalah untuk
anak
b) Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
Penulisan
a. Bagi Penulis
c. Bagi Institusi
1. Rumah Sakit
dan optimal.
2. Pendidikan
demam.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi
Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi
(Lestari,2016).
ditemukan pada anak, hal ini terutama pada rentang usia 4 bulan sampai 4
tidak di sebabkan oleh proses di dalam kepala (otak: seperti meningitis atau
radang selaput otak, ensifilitis atau radang otak) tetapi diluar kepala misalnya
pencernaan. Jika hipertemia pada pasien kejang demam tidak teratasi maka
2.1.2 Etiologi
paroksismal yang berlebihan dari suatu populasi neuro yang sangat mudah
7
8
terpicu sehingga mengganggu fungsi normal otak dan juga dapat terjadi
karena keseimbangan asam basa atau elektrolit yang terganggu. Kejang itu
sendiri dapat juga menjadi manifestasi dari suatu penyakit mendasar yang
secara cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Umumnya
Penyebab dari kejang demam menurut Wulandari & Erawati (2016) yaitu :
sekali.
2. Infeksi
pada waktu sakit dengan demam atau pada waktu demam tinggi.
kurang dari 6 menit kurang dari 8% berlangsung lebih dari 15 menit. Sering
kali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti anak tidak memberi
reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit, anak
terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis kejang dapat diikuti
samapi beberapa hari. Kejang unirateral yang lama dapat diikuti oleh
Tanda dan gejala dari kejang demam menurut Wulandari dan Erawati yaitu:
a) Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi
secara tiba-tiba)
e) Kejang timbul dalam 24 jam setelah naiknya suhu badan akibat infeksi
sebagainya
Sistem saraf pusat terdiri atas banyak sel saraf dan tonjolan-
Neuron adalah nama yang di berikan untuk sel saraf beserta seluruh
dan axon. Dendrit adalah tonjolan yang pendek dari badan sel, axon
grisea dan substantia alba. Subtantia grisea terdiri atas sel-sel neuron
serta tersebar di dalam susunan saraf dalam dua bagian simpatis dan
dan usus, sehingga tersedia bagi otak, jantung, dan otot skelet, pada
a) Serabut eferen
sesuai.
b) Serabut aferen
2.1.5 Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan
normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium (K+) dan
sangat sulit dilalui oleh ion Natriun (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion
klorida (CI-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka
dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
keturunan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan suhu tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat
terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas
“neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang
berbeda dan tergantung tinggiu rendahnya ambang kejang seseorang anak akan
dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama
( lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatkanya kebutuhan oksigen
dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoksemia,
artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang
Mk.: Ketidakseimbangan
Kenaikan
Sirkulasi oksigen
Kebutuhan oksigen
inflamasi suhu tubuh demam
Hipertermiaamembrane sel neuron meningkat
meningkat
meningkat metabolisme
D.0130
Kejang
demam Kejang Mekanisme tubuh melawan
demam virus
Kejang demam simpleks
kompleks
Mual,muntah,Nafsu makan
Kejang < 15 mnt batuk berkurang
Lidah jatuh Kurangnya
Timbul dlm 16 jam pertama
setelah muncul demam kebelakang terpapar informasi
Umur anak 6 bln- 4 thn Secret di jalan nafas
sesak
Kejang bersifat umum Mk : Defisit Nutrisi
Pemeriksan saraf normal D..0019
EEG normal Mk : Pola Nafas Tidak Mk : defisit
Mk : Risiko
Frekuensi bangkitan kejang Efektif pengetahu
dlm 1 thn tdk >4 kali Aspirasi
D.0005 an
Tanpa gejala sisa D.0006
D.0111
Sumber : (Lestari, 2016 & Ngastiyah, 2012)
16
17
demam pertama pada bayi (usia <12 bulan ) karena gejala dan
tampak. Pada anak dengan usia >18 bulan, fungsi lumbal dilakukan
jika tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang
khas
2.1.9 Penatalaksanaan
diminimalkan.
3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak kurang dari 3 tahun, 5 mg untuk
10 kg.
1) Antipiretik
diberikan 3 kali.
2) Antikonvulsan
3) Kejang fokal
untuk
pakaian yang tidak tebal, dan memberikan kompres hangat (Rahmasari &
Lestari, 2018)
a. Data subyektif
1. Biodata/Identitas
2. Keluhan utama
3. Riwayat Penyakit
kejang,
c) Lama serangan
d) Pola serangan
e) Frekuensi serangan
per tahun.
kali ?
24
j) Riwayat imunisasi
imunisasi.
k) Riwayat perkembangan
atau lainnya?
m) Riwayat sosial
sebayanya ?
o) Pola nutrisi
per hari ?
p) Pola eliminasi
atau berlendir ?
sebayanya ?
r) Pola tidur/istirahat
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana
2) Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
2) Muka/ wajah
3) Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil
konjungtiva ?
4) Telinga
5) Hidung
jumlahnya?
6) Mulut
7) Tenggorokan
8) Leher
9) Thorax
10) Jantung
11) Abdomen
12) Kulit
kulit ?
13) Ekstremitas
14) Genetalia
tanda-tanda infeksi.
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien menurut
aktivitas berlebih
adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
(PPNI, 2018)
32
Mengajurkan
. Basahi
Dan Kipasi
.
Permukaan
Tubuh
. 7. Untuk
Berikan
Cairan
. Oral
. 8. Untuk
Melakukan
.
Pendinginan
Eksternal
. 9. Untuk
Berikan
Oksigen
. Jika Perlu
.
. Edukasi
. Menganjurka
n Tirah
Baring
. Kolaborasi
10.Kolaboras
i Pemberian
Cairan Dan
Elektrolit
Intravena
Jika Perlu.
34
efek agen
farmakol
ogi
3 Risiko Setelah Dilakukan Observasi
Aspirasi Tindakan 1. Monitor Pola Nafas 1. Untuk
berhubun Keperawatan 2. Monitor Bunyi Nafas Mengetahui
gan Diharapkan Tambahan Pola Nafas
dengan Resiko Aspirasi 3. Monitor Sputum 2. Untuk
Terdapat Dapat Teratsi Teraupetik Mengetahui
Ganggua Dengan Kriteria 4. Posisikan Seni Fowler Bunyi Nafas
n Hasil: Atau Fowler Tambahan
Menelan, -Kemampuan 5. Berikan Minum 3.Untuk
penuruna Menelan Hangat Mengetahui
n reflek Meningkat 6. Lakukan Penghisapan Ada Sputum
muntah, -Kebersihan Mulut Lendir Kurang Dari 15 Teraupetik
disfagia, Meningkat Detik 4.Meposisika
efek agen -Dispnea Menurun 7. Berikan Oksigen Jika n Seni
farmakol -Sianosis Menurun Perlu Fowler Atau
ogis, dan -Gelisah Menurun Edukasi Fowler
ketidakm 8. Anjurkan Asupan 5.Meberikan
atangan Cairan 2000 Minum
koordina Ml/Hari,Jika Tidak Hangat
si Kontraindikasi 6.Melakukan
menghisa Kolaborasi Penghisapan
p, - 9.Kolaborasi Lendir
menelan Pemberian Kurang Dari
dan Bronkodilator,Ek 15 Detik
bernafas, spektoran,Mukoli 7.Meberikan
Peningka tik,Jika Perlu Oksigen Jika
tan Perlu
tekanan Edukasi
36
intragastr 8.Meanjurka
ik n Asupan
Cairan 2000
Ml/Hari,Jika
Tidak
Kontraindika
si
Kolaborasi
9.Kolaborasi
Pemberian
Bronkodilato
r,Ekspektora
n,Mukolitik,J
ika Perlu
4 Defisit setelah dilakukan observasi observasi
Pengetah tindakan 1. Identifikasi kesiapan 1.untuk
uan keperawatan dan kemampan Identifikasi
berhubun diharapkan menerima informasi kesiapan dan
gan pengetahuan 2. Identifikasi faktor – kemampan
dengan meningkat : faktor yang dapat menerima
kurang - Perilaku sesuai meningkatkan dan informasi
terpapar anjuran menurunkan 2,untuk
informasi meningkat (5) motivasi perilaku Identifikasi
,kurang - Pertanyaan hidup bersih dan faktor –
mampu tentang sehat faktor yang
menging masalah yang teraupetik dapat
at,ketida dialami 3.Sediakan materi dan meningkatka
ktahuan menurun (5) media penkes n dan
menemu Persepsi yang 4.Jadwalkan pendidikan menurunkan
kan dikeliru terhadap kesehatan sesuai motivasi
sumber masalah menurun kesepakatan perilaku
37
Kolaborasi
8.kolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan
Sumber : Ngastiyah 2012 dan lestari 2016 : Tim pokja SDKI PPNI (2017)
40
1) S (Subjective) :
Bagian ini meliputi data subjektif atau informasi yang didapatkan dari
pengobatan.
2) O (Objective) :
3) A (Assesment) :
4) P (Planning) :
masalah klien
2.3.1 Pengertian
handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada
ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Purwanti &
2.3.2 Tujuan
2.3.3 Manfaat
tangan, kaki , dan telinga. Aliran darah melalui kulit dapat mencapai 30%
lingkungan sehingga terjadi penurunan suhu tubuh (Potter & Perry, 2011)
Kompres pada area yang memiliki pembuluh darah besar menggunakan air
hangat
B. Tujuan
2. Memberikan kenyamanan
C. Persiapan alat
1. Termometer
2. Sarung tangan
3. Perlak
4. Selimut mandi
5. Waslap
43
8. Termometer air
D. Prosedur pelaksanana
4. Cuci tangan
7. Tuangkan air panas ke dalam baskom berisi air hingga suhu air
dingin
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
A. Identitas Klien
4. A g a m a : Islam
1. Ayah
a. N a m a : Tn. P
b. U s i a : 33 th
c. Pendidikan : SMP
d. Pekerjaan : Pedagang
e. A g a m a : Islam
45
46
2. Ibu
a. N a m a : Ny. B
b. U s i a : 34 th
c. Pendidikan : SMP
d. Pekerjaan : IRT
e. Agama : Islam
f. Alamat : Talang
penyakit Tipes
kejang.
pada pukul 03: 15 Wib, demam klien sering naik turun ,kejang (+),
mual muntah (+), pusing (+), dan, Pemeriksaan tanda – tanda vital
Suhu :
47
Klien datang dari IGD pada tanggal 24 November 2023 Jam 08:30
mengatakan klien sudah demam 2 hari, mual muntah (+), pusing (+),
Kejang (+), Batuk pilek (+), Nafsu makan berkurang (+), Pemeriksaan
tanda – tanda vital Suhu : 37,5 , Spo2 : 98% , Nadi : 120 x/menit, Rr :
23 x/menit.
1. Prenatal care
2. Natal
3. Post natal
4. Ibu klien mengatakan pasien pernah demam dan mencret tetapi tidak
48
belum pernah mengalami sakit parah seperti sekarang, biasanya sakit tapi
mengalami kecelakaan.
ada dan tidak pernah menggunakaan zat atau subtansi yang berbahaya.
¤ Genogram :
: laki-laki : Penghubung
x : Meninggal : klien
Ket:
4. Hepatitis 1 hari 1x - 1x
A. Pertumbuhan fisik
1. Berat badan : 11 kg
1. Berguling : 3 bulan
2. Duduk : 5 bulan
3. Merangkak : 7 bulan
4. Berdiri : 9 bulan
5. Berjalan : 1 tahun
f. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
g. Riwayat Psikososial
h. Riwayat Spiritual
i. Reaksi Hospitalisasi
e. Yang akan tinggal dengan anak : Ibu, ayah dan kakak bergantian
j. Aktivitas sehari-hari
Eliminasi
1. Tempat pembuangan Pampes pampes
2. Frekuensi (waktu)
3. Konsistensi Bab 1x/hari Belum ada bab
4. Kesulitan Bak 4-6x/hari selama dirs
5. Obat pencahar lembek Bak 2-4x/hari
tidak ada belum BAB
tidak ada tidak ada
Istirahat Tidur
1. Jam tidur
- Siang 2-3 jam 1-2 jam
- Malam 8 jam 8 jam
2. Pola tidur Teratur Tidak ada
3. Kebiasaan sebelum tidur minum susu dan minum susu
menonton
4. Kesulitan tidur
Tidak ada Tidak ada
Personal Hygiene
1. Mandi 2x /hari Dilap
2. Cuci rambut 1x/hari Belum pernah
3. Gunting kuku 1x/ minggu cuci rambut
4. Gosok gigi 2x /hari Belum pernah
gunting kuku
1x/hari
2. Kesadaran : Composmentis
b. Suhu : 37,5o C
c. Pernapasan : 23 x/ menit
4. Berat Badan : 11 Kg
6. Kepala
53
Inspeksi
b. Penyebaran : merata
h Palpasi
Tekstur rambut : Ha l u s
7. M u ka
In s pe k s i
Palpasi
8. Mata
Inspeksi
a. Pelpebr : TidakRadang
b. Sclera : An ikterik
54
c. Conjungtiva : An Anemis
d. Pupil : - Isokor
e. Posisi mata :
i. Penglihatan : Normal
Palpasi
9. Hidung
Inspeksi
10. Telinga
palpasi
55
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
b. Gusi
c. Lidah
d. Bibir
12. Tenggorokan
13. leher
inspeksi
palpasi
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
15. Abdomen
inspeksi
Palpasi
pembesaran
pembesaran
Auskultasi
Peristaltik : 15x/m
17. Ektremitas
Ektremitas Atas
Inspeksi
Motorik
Kiri : normal.
Bawah
Motorik
3.1.4 . 4 Penatalaksanaan
Nama : An. Z
Ruangan : IGD
ANALISA DATA
No RM : 236254
3 Ds : Kurangnya Defisit
- ibu klien mengatakan bahwa ia terpapar Pengetahuan
tidak mengetahui bahwa anaknya Informasi
kejang (Mengenai
- ibu klien mengatakan ia tidak Kejang Demam)
mengetahui cara penanganan saat
An. Z kejang demam
Do:
- Ibu an.z tampak bingung
- Ibu An. Z tampak selalu
bertanya mengenai keadan
anaknya.
- suhu tubuh klien 37,5
- Nadi 120 x/menit
- RR: 23x/menit
No RM : 236254
No RM : 236254
66
69
70
71
72
73
74
82
83
88
BAB IV
PENUTU
B. Kesimpulan
C. Saran
baik perluh ditingkatkan sehingga timbul rasa saling percaya, serta untuk
Kakalang, J.P, dkk, (2016). Profil Kejang Demam di Bagian Ilmu Kesehatan
Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kondou Manado periode Januari 2014-Juni
2016. http://download.portalgaruda.org . Diaskes pada tanggal 20
Februari 2022
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: definisi dan kriteria hasil
keperawatan, edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Rahmasari, V., & Lestari, K. (2018). Review: Manajemen Terapi Demam Tifoid:
Kajian Terapi Farmakologis dan Non Farmakologis. Farmaka, 16(1), 184–
195. https://doi.org/10.24198/JF.V16I1.17445
Rekam Medik RSUD Curup. (2016). Laporan tahunan RSUD Curup. Curup.
Riyadi, Sujono & Sukarmin. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Graha
Ilmu: Yogyakarta
Windawati & Dera Alfiyanti, (2020). Jurnal Penurunan HIpertermi Pada Pasien
Kejang Demam Menggunakan Kompres Hangat,Semarang
Wulandari .M & Ernawati.M. (2016). Buku Ajar Keperawatan Anak.
Yogyakarta : Pustaka Pelaja