EPILEPSI
Dosen Pembimbing :
Oleh Kelompok :
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa ,
yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya , sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Konsep Asuhan Keperawatan
EPILEPSI”
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan
mata kuliah Keperawatan Anak II. Kami menyadari keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki , oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca khusunya tenaga keperawatan pada umumnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
1.3 TUJUAN........................................................................................2
2.1 DEFINISI.......................................................................................3
2.2 ETIOLOGI.....................................................................................3
2.3 KLASIFIKASI...............................................................................5
2.4 PENCEGAHAN.............................................................................8
2.5 PENATALAKSANAAN...............................................................9
2.7 PATHWAY..................................................................................12
2.8 PATOFISIOLOGI........................................................................13
iii
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN EPILEPSI..................18
3.1 PENGKAJIAN.............................................................................18
3.3 DIAGNOSA.................................................................................22
3.5 EVALUASI..................................................................................34
BAB IV PENUTUP...................................................................................35
4.1 KESIMPULAN............................................................................35
DAFTAR PUSTAKA................................................................................38
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Anak merupakan hal yang penting artinya dalam keluarga. Selain sebagai
penerus keturunan anak pada akhirnya sebagai generasi penerus bangsa. Oleh
karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-
pada anak. bangkitkan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh
penyebab demam banyak adalah infeksi saluran pernafasan bagian atas disusul
golongan anak umur 5 bulan sampai 4 tahun. hampir 3% dari anak yang berumur
dibawah 5 tahun pernah menderita kejang. Kejang demam lebih sering pada laki-
berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel-sel otak
kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat baik secara fisik
diagnosa secara Dini serta penggolongan yang tepat sangat diperlukan untuk
menghindari cacat yang lebih parah dan diakibatkan bangkitnya kejang yang
1
sering. untuk itu tenaga perawat atau paramedis dituntut untuk berperan aktif
kepada keluarga dan penderita yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif,
harga diri yang positif, memberikan info kepada keluarga tentang proses penyakit,
1.3 TUJUAN
dengan epilepsi
2
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 DEFINISI
dapat diartikan sebagai modifikasi fungsi otak yang bersifat mendadak dan
sepintas yang berasal dari sekelompok besar sel-sel otak, bersifat sinkron
dan berirama. Bangkitan kejang yang terjadi pada epilepsi kejang akibat
faktor-faktor tersebut.
2.2 ETIOLOGI
Berbagai kelainan fisiologi, biokimiawi dan anatomis merupakan
dampak dari penyakit yang diderita anak. Kelainan dan penyakit yang
dapat membangkitkan kejang antara lain :
1. Trauma lahir
Trauma lahir terutama yang mengenai bagian kepala janin
dapat berakibat peningkatan stressor secara fisik terhadap neuron otak.
Kelainan pada neuron ini dapat berakibat lepasnya muatan listrik pada
neuron yang berlebihan dan tidak terkontrol dengan baik.
2. Trauma kapitis
Trauma kapitis akan menjadikan sejumlah kerusakan pada
neuron otak sehingga dapat mengakibatkan proses eksitasi yang
berlebihan dari pada proses inhibisi di otak.
3
3. Inflamasi pada otak
Inflamasi karena bakteri maupun virus dapat mengakibatkan
gangguan fungsi neuron akibat toksi yang dikeluarkan oleh
mikroorganisme. Kasus peradangan yang sering menyebabkan
serangan epilepsi adalah meningitis dan encepalitis.
4. Keganasan otak
Keganasan dalam otak akan meningkatkan proses dsak ruang
pada otak meningkat sehingga mengganggu fungsi sejumlah besar
neuron otak.
5. Perdarahan otak
Perdarahan akan meningkatkan tekanan intrakranial dan
menurunkan perfusi jaringan otak yang dapat mengganggu proses
eksitasi neuron otak.
6. Gangguan sirkulasi otak
7. Hipoksia otak
Hipoksia ini dapat terjadi akibat gangguan pembulu darah otak
atau menurunnya komposisi darah dan oksigen karena anemia berat
misalnya. Penurunan oksigen dapat memicu serangan karena
menganggu kerja neuron.
8. Stroke
Stroke baik haemorragik maupun non haemorragik akan
mengakibatkan gangguan pada sirkulasi otak sehingga dapat memicu
gangguan otak.
9. Gangguan elektrolit
Terutama adalah natrium dan kalium karena fungsi utama
kedua elektrolit tersebut adalah untuk berlangsungnya proses eksitasi
neuron dengan baik.
10. Gangguan metabolisme otak
Gangguan metabolik ini terutama akibat penyakit diabetes
millitetus dimana terjadi kekurangan glukosa pada otak sebagai unsur
utama untuk menopang kebutuhan energi otak.
4
11. Demam
Demam akan peningkatan metabolik dan meningkatkan eksitasi
persarafan melalui mekanisme percepatan diffusi osmosi ion natrium
di dalam sel neuron.
12. Keracunan
13. Idiopatik
Penyebab idiopatik tidak diketahui secara pasti biasanya
penderita tidak mengalami kelainan neurologis dan ditemukan pada
keluarga yang mempunyai riwayat epilepsi.
14. Herediter
Walaupun sebagian besar kasus epilepsi tidak diwariskan akan
tetapi sejumlah bakat gangguan koordinasi neuron otak yang
merupakan faktor pencetus terjadinya serangan epilepsi dapat
diwariskan dari orangtua kepada anaknya
2.3 KLASIFIKASI
Secara klinis berdasarkan serangan epilepsi terbagi menjadi :
a. Serangan parsial atau fokal
1. Serangan parsial sederhana atau parsial elementer
Serangan ini berupa tiba-tiba muncul sensasi yang aneh
diikuti dengan gerakan menyentak pada sebagian anggota tubuh,
penyimpangan pendengaran atau penglihatan, perasaan tidak enak
diperut dan mendadak timbul rasa takut. Pada serangan parsial
sederhana ini penderita tidak mengalami penurunan kesadaran.
2. Serangan parsial kompleks
Serangan ini dicirikan dengan gerakan lebih rumit dan
diikuti penurunan kesadaran. Selama serangan penderita tampak
bingung, kadang-kadang tampak gerakan tidak bertujuan, gerakan
berputar pada leher, mulut berkomat-kamit dan mata terbelalak.
Setelah sadar penderita tidak ingat lagi gerakan yang telah
dilakukan.
5
b. Serangan umum
Serangan ini terjadi karena seluruh bagian otak terlibat pada
gangguan loncatan listrik. Serangan umum ini dapat dalam bentuk :
1. Serangan absence
Serangan ini berupa kehilangan kesadarn 5-15 detik.
Selama itu penderita terbelalak seakan-akan melihat ke angkasa
dan bola mata dapat berputar ke atas. Pada serangan ini penderita
segera sadar dan melakukan aktivitasnya kembali. Serangan ini
merupakan serangan khas pada anak-anak dan menghilang pada
usia remaja.
2. Serangan tonik-klonik
Serangan kejang terjadi dalam 2 tahap. Pada tahap klonik
penderita akan kehilangan kesadaran kemudian terjatuh dan badan
menjadi kaku. Pada tahap klonik tampak lengan dan tungkai
bergelonjotan. Setelah serangan reda penderita akan berangsur-
angsur pulih kembali.
6
cahaya yang berkedip-kedip (photic stimulation), juga cahaya yang
berasal dari televisi maupun komputer.
3. Kurang tidur
Tidur didalam siklus fisiologi manusia berfungsi untuk
mengistirahatkan sel dan memberi kesemapatan proses perbaikan sel.
Setelah seharian menghadapi situasi yang melelahkan maka sejumlah
neuron otak juga mengalami kelelahan, pada waktunya istirahat
ternyata sejumlah neuron tidak dapat istirahat, barangkali kondisi
semacam inilah yang kemudian merangsang timbulnya loncatan listrik
neuron yang tidak terkoordinasi dengan baik.
4. Makan dan minum yang tidak teratur
Makan yang terlambat sesuai siklus fisiologi manusia dapat
mengakibatkan penurunan kadar gula (hipoglikemia) yang dapat
mengakibatkan penurunan metabolisme pada otak (terutama untuk
penyediaan energi aktifitas otak). Kondisi tersebut dapat memicu
serangan epilepsi. Minum yang kurang dapat menurunkan komposisi
cairan tubuh termasuk dalam darah. Penurunan cairan dapat
mengganggu proses diffusi-osmosis pada nutrisi dan elektrolit tubuh
termasuk natrium yang merupakan unsur utama proses eksitasi
persarafan. Makan yang terlalu kenyang juga dapat memicu timbulnya
serangan karena organ pencernaan akan mendapat rangsangan yang
berlebihan untuk mencerna makanan.
5. Suara tertentu
Suara yang dapat menimbulkan serangan biasanya adalah suara
dengan nada tinggi yang dapat menimbulkan ketegangan mendadak
pada neuron.
6. Membaca
Aktivitas membaca yang sering menimbulkan serangan adalah
membaca yang membutuhkan proses pemahaman yang cukup berat
sehingga menimbulkan ketegangan pada neuron otak
7
7. Lupa minum obat
Obat untuk epilepsi berfungsi untuk meningkatkan inhibisi
pada neuron saat masuk fase eksitasi. Pada saat tidak minum obat
maka inhibisi pada neuron menjadi kecil sehingga dapat memicu
serangan epilepsi.
8. Penyalahgunaan obat
Obat-obat seperti amfetamin apabila dikonsumsi justru
akan berakibat pada gangguan tidur, bingung dan gangguan psikiatri.
Kondisi tersebut dapat memicu kelainan neuron.
9. Menstruasi
Serangan yang terjadi pada menstruasi akibat rendahnya
kadar progesteron dan tingginya estrogen. Hal ini terkait dengan efek
efek dari estrogen yang merangsang eksitasi dan efek dari progesteron
yang merupakan inhibisi dari neuron. estrogen juga berpengaruh
terhadap Axis stres dan mempengaruhi langsung amigdala sebagai
pusat rasa dan suasana hati.
2.4 PENCEGAHAN
Upaya social luas yang menggabungkan tindakan luas harus
digunakan untuk pencegahan epilepsy. Resiko epilepsy muncul pada
bayi dari ibu yang menggunakan obat antikonvulsi ( konvulsi : spasma
atau kekejangan kontraksi otot yang keras dan terlalu banyak,
disebabkan oleh proses pada system saraf pusat, yang menimbulkan
pula kekejangan pada bagian tubuh) yang digunakan sepanjang
kehamilan. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama yang
dapat dicegah. Melalui program yang member keamanan yang tinggi
dan tindakan pencegahan yang aman, yaitu tidak hanya dapat hidup
aman, tetapi juga mengembangkan pencegahan epilepsy akibat cedera
kepala. Ibu ibu yang memiliki resiko tinggi ( tenaga kerja, wanita
dengan latar belakang sukar melahirkan, penggunaan obat obatan,
diabetes atau hipertensi ) harus di identifikasikan dan dipantau ketat
8
selama hamil karena lesi pada otak atau cedera akhirnya menyebabkan
kejang yang sering terjadi pada janin selama kehmilan dan persalinan.
2.5 PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
-Luminal
2. Saat serangan
a. Pembebasan jalan nafas pada saat epilepsi kejadian yang sering adalah
menutupnya lidah pada saluran pernapasan atau penderita tercekik karena
kerah baju atau dasi. pada saat Serangan maka lidah diberikan bantalan
lunak pada sela gigi seperti sapu tangan, handuk, atau dasi yang
dilonggarkan
3. Sebelum serangan
9
1. dibimbing bagaimana cara menurunkan stress
5. tidur cukup
10
8. Individu terdiam tidak bergerak atau bergerak secara automatik, dan
terkadang individu tidak ingat kejadian tersebut setelah episode epilrptikus
tersebut lewat
9. Di saat serangan, penyandang epilepsi terkadang juga tidak dapat
berbicara secara tiba-tiba
10. Kedua lengan dan tangannya kejang, serta dapat pula tungkainya
menendang-nendang
11. Gigi-giginya terkancing
12. Hitam bola matanya berputar-putar
13. Terkadang keluar busa dari liang mulut dan diikuti dengan buang air kecil
11
2.7 PATHWAY
Akimetis Myionik
Petitmal
Jatuh Hipoksia
Ketidakmampua n keluarga
Resiko cidera Kerusakan memori mengambil tindakan yang
tepat
12
Perubaha prose
n keluarga s
2.8 PATOFISIOLOGI
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus
merupakan pusat pengirim pesan (impulsmotorik). Ota ialah rangkaian berjuta-
jutaneron. Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah
aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps.
Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan neurotransmiter. Acetylcholine dan
noreprineprine ialah neurotransmiter eksitatif , sedangkan zat lain yakni GABA
(gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik
sarafi dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber daya listrik
saran diotak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik
akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron disampingnya dan
demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemister otak dapat mengalami
muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat kejang
yang mula-mula setempat selanjutnya akan melebar kebagian tubuh atau anggota
gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan
himesfer yang mengalami depolarisasi , aktivitas listrik dapat merangsang
13
substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan
impuls-impuls kebelahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat
manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.
14
Antikonvulsan tidak terindikasi. Bentuk dominan autosomal familial diduga
terkait dengan lokus pada kromosom 20.
15
menunjukkan kombinasi kejang mioklonik dan tonic yang sering, dan bila
gelombang paku lambat antar kejang nyata pada EEG, gangguan kejang
diklasifikasikan sebagai sindrom Lennox gastaut . Penderita dengan epilepsi
mioklonik Kompleks secara rutin mempunyai gelombang paku lambat antar
kejang dan refrakter terhadap antikonvulsan. Kejang tersebut menetap dan
frekuensi retardasi mental dan masalah perilaku sekitar 75% dari semua penderita.
16
mioklonik sukar dikendalikan, tetapi kombinasi asam valproat dan benzodiazepine
(Misal klonazepam) adalah efektif dalam mengendalikan kejang menyeluruh.
Penyakit lavora, merupakan penyakit autosom resesif, dan diagnosis dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan biopsi kulit untuk inklusi asam schiff periodik
khas, yang adalah paling menonjol pada sel saluran kelenjar keringat ekrin.
17
tampak jelas pada CT scan atau magnetik resonance imaging (MRI)
maupun kerusakan otak yang tak jelas tetapi dilatarbelakangi oleh
masalah antenatal atau perinatal dengan defesit neurologik yang
jelas.
3. Compted tomografi (Scan)
4. Kimia darah : hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar alkohol
darah.
Mengatur kadar gula, kalsium dan natrium dalam darah
Menilai fungsi hati dan ginjal
Menghitung jumlah sel darah putih (jumlah yang meningkat
menunjukkan adanya infeksi)
Pungsi lumbal untuk mengetahui apakah telah terjadi infeksi otak.
18
BAB III
3.1 PENGKAJIAN
a. Biodata
Usia : Penyakit epilepsi dapat menyerang segala umur
Pekerjaan : Seseorang dengan pekerjaan yang sering kali menimbulkan
stress dapat memicu terjadinya epilepsi. Kebiasaan yang
mempengaruhi : peminum alkohol (alkoholic)
19
- Stroke
- Gangguan tidur
- Penggunaan obat
- Hiperventilasi
- Stress emosional
f. Riwayat psikososial
- Intrapersonal : Klien merasa cemas dengan kondisi penyakit yang
diderita
- Interpersonal : gangguan konsep diri dan hambatan interaksi sosial
yang berhubungan dengan penyakit epilepsi (atau “ayan” yang
lebih umum di masyarakat)
g. Riwayat kesehatan
Meskipun epilepsi bukan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
namun kondisi kesehatan sangat berpengaruh terhadap neuron
yang menyebabkan penurunan fungsi neuron sehingga terjadi
epilepsi seperti peradangan pada selaput otak, penderita yang
mengalami tumor otak, defek kongenital atau penyakit sistemik
seperti AIDS dan sifilis.
h. Pola kebutuhan
20
pernapasan takipnea kalau anak-anak pernafasan mungkin lebih
dari 35 kali permenit, kalau dewasa lebih dari 30 kali permenit
dengan irama reguler cepat dan dangkal apalagi kalau terjadi
penutupan saluran pernafasan.
- - Fungsi kardiovaskuler pada serangan epilepsi penderita
mengalami peningkatan denyut jantung karena adanya peningkatan
eksitasi neuron akan meningkatkan jantung untuk dapat mengirim
hasil produk ke seluruh tubuh termasuk neuron penurunan asupan
oksigen atau peningkatan kebutuhan oksigen yang tidak seimbang
dengan asupan dapat mengakibatkan penurunan oksigen di
vaskuler sehingga penderita terlihat pucat.
- - Fungsi belajar anak dengan epilepsi memungkinkan akan
mengalami penurunan daya memori hingga kecenderungan
kemampuan kognitif relatif tertinggal dengan teman sebaya. Anak
agak sulit mengingat informasi yang telah diberikan oleh perawat.
- - Fungsi pertumbuhan dan perkembangan anak dengan epilepsi
dapat mengalami keterlambatan perkembangan motorik kasar dan
halus karena perkembangan motorik membutuhkan synergy yang
baik antara neuron dan otot.
1. Tingkat kesadaran
2. Mata
21
Saat timbul serangan mata penderita ada yang terbelalak dan bola mata
berputar ke atas pada jenis absence. sedangkan pada jenis parsial
pandangan mata pasien tampak sayu seperti orang bingung kalau
dilakukan penyinaran dengan senter pupil pasien tanpa melebar.
3. Mulut
4. Ekstermitas
pada ekstremitas atas dan bawah serta otot luar saat serangan nampak
kaku dan ngecenceng. akan tetapi setelah serangan hilang akan normal
lagi.
22
3.3 DIAGNOSA
1. Resiko tinggi obstruksi jalan nafas berhubungan dengan penutupan faring
oleh lidah, spasme otot bronkus.
2. Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
asupan oksigen dari luar.
3. Resiko gangguan perkembangan kognitif berhubungan dengan kerusakan
sebagian memori.
4. Resiko gangguan perkembangan sosial berhubungan dengan
peningkatan frekuensi kekambuhan dan proteksi yang berlebihan.
5. Resiko cidera (terjatuh, terkena benda tajam) berhubungan dengan
penurunan respon terhadap lingkungan.
6. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d spasme pada jalan nafas ,
obstrusi trakeobronkial
7. Resiko kejang berulang berhubungan dengan riwayat kejang
(Carpenito,2007)
23
meningkat kepala benda asing,
28-35 kali hipereksten contohnya
permenit, si lidah.
Irama nafas Pasang Hiperekstensi
reguler dan Tongspatel membuat jalan
tidak cepat, atau nafas dalam
anak tidak saputangan posisi lurus dan
terlihat yang bebas dari
terengah- digulung hambatan
engah. atau benda mencegah lidah
lunak antara tertekuk yang
lain saat dapat menutup
timbul jalan nafas.
serangan Mengurangi
kejang. tekanan
Bebaskan terhadap
penderita rongga thorax
dari pakaian yang dapat
yang ketat mengakibatkan
Kolaborasi hambatan pada
pemberian perkembangan
anti kejang. paru.
Contohnya diazepa
pemberian m bekerja
diazepam menurunkan
dengan tingkat fase
dosis rata- depolarisasi
rata 0,3 yang cepat di
mg/KgBB/k sistem
ali persarafan
24
pemberian. pusat sehingga
dapat terjadi
penurunan
spasma pada
otot dan
persarafan
perifer.
25
MmHg, mekanik paru-paru.
PCO2 35- maupun Pemberian
45MmHg, cahaya. dengan
HCO3 ̊ 21- Tempatkan masker
25, pasien pasien karena
tidak pada mempunyai
sianosis. ruangan prosentase
dengan sekitar 35%
sirkulasi yang dapat
udara yang masuk ke
baik. saluran
pernafasan.
rangsangan
akan
meningkatkan
fase eksitasi
persarafan
yang dapat
menaikkan
kebutuhan
oksigen
jaringan.
meningkatkan
j jumlah
udara yang
masuk dan
mencegah
hipoksemia
jaringan.
26
3. Resiko Setelah Pantau kesulitan
gangguan dilakukan tingkat dalam
perkembanga tindakan kognitif anak mengingat
n kognitif keperawatan dengan cara hal-hal yang
berhubungan selama 2x24 memberi sederhana
dengan jam respon sebagai
kerusakan terhadap indikasi
sebagian Kriteria petanyaan kerusakan
memori. hasil sesuai usia memori yang
Anak tidak dan sesuai berat.
mengalami pelajaran merangsang
kesulitan yang sudah kemampuan
berlebihan didapatkan. memori
dalam Rangsang sesuai tahap
belajar, anak memori anak perkembanga
dapat dengan n dengan
mengikuti mengingat tanpa
proses materi sesuai memperberat
pembelajara perkembang memori anak.
n sekolah annya misal neurotropik
anak usia 1 meningkatkan
tahun kerja neuron,
diminta protein
mengingat membantu
gambar meregerasi
binatang sel neuron
yang otak yang
familiar mnegalami
seperti kerusakan.
kucing, usia Bahan
27
3-4 tahun makanan
mengingat seperti AA
gambar dan DHA
segitiga dan yang banyak
lain terdapat pada
sebagainya ikan laut
tanpa terlalu meningkatkan
memaksakan kemampuan
. memori otak.
Berikan anak mengurangi
nurisi yang serangan
cukup yang dapat
mengandung nerusak
vitamin memori anak.
neurotropik,
cukup
protein, dan
cukup
mengandung
bahan yang
bermanfaat
untuk
perkembang
an memori
otak
Berikan obat
astiepiepsi
secara
teratur dan
juga
28
anjurkan
orang tua
untuk
emlakukan
hal yang
sama saat
dirumah.
29
tidak dicoba doktrin dari
kambuh untuk orangtua.
sama sekali. menggamba meningkatkan
r dan nilai positif
menjelaska yang ada pada
n anak dan
gambarnya, memperbaiki
anak kelemahan
dikumpulka dengan
n jadi satu kemauan
dengan yang kuat.
teman
sebaya.
Berikan
anak terapi
bermain
dengan
sebaya di
rumah sakit
yang
melibatkan
banyak
anak seperti
main
lempar
bola.
Beri anak
reward
apabila
anak
30
berhasil
melakukan
aktifitas
positif
misalnya
melempar
bola dengan
tepat dan
suport anak
apabila
belum
berhasil.
31
6. Resiko Setelah a. anjurkan pasien a. agar klien merasa
dilakukan untuk nyaman dengan
kejang
tindakan menggunakan pakaian tipis dan
berulang
keperawatan pakaian yang menyerap keringat
berhubungan selama 2x24 mudah menyerap b. diberikan
jam maka kringat kompres hangat agar
dengan
tujuan :tidak b. berikan suhu tubuh klien
riwayat
mengalami kompres hangat segera turun
kejang kejang c. observasi c. untuk memantau
Dengan kejang dan TTV kesadaran klien dan
kriteria hasil tiap 4 jam sekali memantau
a. tidak terjadi d. batasi aktifitas perkembangan klien
serangan selama anak panas d. aktifitas yang
kejang e. kolaborasi berlebih dapat
berulang dengan dokter meningkatkan
b. suhu tubuh pemberian obat metabolisme dan
dalam batas antibiotic, meningkatkan suhu
normal antipeuretik dan tubuh.
c. kesadaran anti kejang. e. sebagai terapi
komposmentis farmakologis untuk
d. respirasi membantu
dalam rentan penyembuhan klien.
normal
32
3.5 EVALUASI
33
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
34
otak. Penyakit seperti fenilketonuria (FKU), sclerosis tuberose dan
neurofibromatosis dapat menyebabkan kejang-kejang yang berulang.
Epilepsi dapat diklasifikasikan menurut klasifikasi bangkitan epilepsi dan
klasifikasi sindroma epilepsi. Klasifikasi sindroma epilepsi berdasarkan faktor-
faktor tipe bangkitan (umum atau terlokalisasi), etiologi (simtomatik atau
idiopatik), usia dan situasi yang berhubungan dengan bangkitan. Sedangkan
klasifikasi epilepsi menurut bangkitan epilepsi berdasarkan gambaran klinis dan
elektroensefalogram.
Salah satu epilepsi umum yang dapat diterangkan patofisiologinya secara
lengkap adalah epilepsi tipe absans. Absans adalah salah satu epilepsi umum,
onset dimulai usia 3-8 tahun dengan karakteristik klinik yang menggambarkan
pasien “bengong” dan aktivitas normal mendadak berhenti selama beberapa detik
kemudian kembali ke normal dan tidak ingat kejadian tersebut. Terdapat beberapa
hipotesis mengenai absans yaitu antara lain absans berasal dari thalamus,
hipotesis lain mengatakan berasal dari korteks serebri. Beberapa penelitian
menyimpulkan bahwa absans diduga terjadi akibat perubahan pada sirkuit antara
thalamus dan korteks serebri. Pada absans terjadi sirkuit abnormal pada jaras
thalamo-kortikal akibat adanya mutasi ion calsium sehingga menyebabkan
aktivasi ritmik korteks saat sadar, dimana secara normal aktivitas ritmik pada
korteks terjadi pada saat tidur non-REM.
Secara etiopatologik, bangkitan epilepsi bisa diakibatkan oleh cedera
kepala, stroke, tumor otak, infeksi otak, keracunan, atau juga pertumbuhan jarigan
saraf yang tidak normal (neurodevelopmental problems), pengaruh genetik yang
mengakibatkan mutasi. Mutasi genetik maupun kerusakan sel secara fisik pada
cedera maupun stroke ataupun tumor akan mengakibatkan perubahan dalam
mekanisme regulasi fungsi dan struktur neuron yang mengarah pada gangguan
pertumbuhan ataupun plastisitas di sinapsis. Perubahan (fokus) inilah yang bisa
menimbulkan bangkitan listrik di otak.
Prinsip penanggulangan bangkitan epilepsi dengan terapi farmaka
mendasar pada beberapa faktor antara lain blok kanal natrium, kalsium,
penggunaan potensi efek inhibisi seperti GABA dan menginhibisi transmisi
35
eksitatorik glutamat. Sekarang ini dikenal dengan pemberian kelompok inhibitorik
GABAergik. Beberapa obat antie- pilepsi. Penggunaan levetirasetam sebagai obat
antikonvulsan mendasar pada ikatan dengan protein SV2A di vsikel. Efektivitas
levetirasetam sebagai anti konvulsan dapat digunakan pada penderita-penyakit
susunan saraf lainnya yang tidak berefek pada gangguan kognitif.
36
DAFTAR PUSTAKA
(terjemahan),
Mediaaction .
UI .
Graha ilmu .
iv