DENGAN EPILEPSI
OLEH
NIM : 20089144008
STIKES BULELENG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nyalah penulisan Asuhan
Keperawatan Epilepsi Pada Anak ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang asuhan keperawatan pada anak dengan epilpsi,
mulai dari pengertian tentang epilepsi, penyebab, hingga penatalaksanaan
keperawatan pada anak dengan epilepsi dengan tujuan untuk memenuhi tugas
individu dengan mata kuliah keperawatan anak.
Penulis sepenuhnya menyadari, tanpa bantuan dan kerjasama dari pihak yang
terkait, Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Epilepsi ini tidak akan sesuai
dengan harapan. Untuk itu pada kesempatan yang baik ini tidak lupa disampaikan
terima kasih dan penghargaan kepada Bapak/Ibu Dosen mata kuliah keperawatan
anak yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan tuntutan
dalam pembuatan makalah Asuhan Keperawatan Pada Anak Epilepsi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….III
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Anak merupakan hal yang penting, artinya bagi sebuah keluarga. Selain
sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa.
Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit,
lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam. Epilepsy merupakan kelainan
neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi
karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan
bagian atas diusul infeksi saluran pencernaan.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
b) Untuk dapat mengetahui apa sajakah penyebab dan patofisiologi dari epilepsi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Trauma lahir
Trauma lahir terutama yang mengenai bagian kepala janin dapat berakibat
peningkatan stressor secara fisik terhadap neuron otak. Kelainan pada neuron
ini dapat berakibat lepasnya muatan listrik pada neuron yang berlebihan dan
tidak terkontrol dengan baik.
3
b. Trauma kapitis
d. Keganasan otak
Keganasan otak akan meningkatkan proses desak ruang pada otak meningkat
sehingga mengganggu fungsi sejumlah besar neuron otak.
e. Perdarahan otak
f. Hipoksia otak
Hipoksia ini dapat terjadi akibat gangguan pembuluh darah otaka atau
menurunya komposisi darah dan oksigen karena anemia berat. Penurunan
oksigen dapat memicu serangan karena mengganggu kerja neuron.
g. Stroke
h. Gangguan elektrolit
Terutama adalah natrium dan kalium karena fungsi utama kedua elektrolit
tersebut adalah untuk berlangsungnya proses eksitasi neuron dengan baik.
4
i. Gangguan metabolisme otak
j. Demam
k. Idiopatik
l. Herediter
Walaupun sebagian besar kasus epilepsi tidak diwariskan akan tetapi sejumlah
bakat gangguan koordinasi neuron otak yang merupakan faktor pencetus
terjadinya serangan epilepsy dapat diwariskan dari orang tua kepada anaknya.
PATOFISIOLOGI
Serangan epilepsi terjadi apabila proses eksitasi didalam otak lebih dominan
dari pada proses inhibisi ( hambatan). Seperti kita ketahui bersama bahwa aktifitas
neuron diatur oleh konsentrasi ion di dalam ruang ekstraseluler dan didalam
5
intraseluler dan oleh gerakan keluar masuk ion-ion tersebut tidak terkoordinasi
dengan baik sehinga dapat timbul loncatan muatan. Akibat lonacatan neuron yang
tidak terkoordinasi dengan baik sekelompok neuron akan mengalami abnormal
depolarisasi yang berkepanjangan berkenaan dengan cetusan potensial aksi secara
cepat dan berulang-ulang. Cetusan listrik yang abnormal ini kemudian mengajak
neuron-neuron sekitarnya sehingga menimbulkan serangkaian gerakan yang
melibatkan otot dan menimbulkan kejang.
Spasme pada otot terjadi pada hampir semua bagian termasuk otot mulut
sehingga penderita mengalami ancaman perlukaan pada lidah. Kelainan sebagian
besar dari neuron otak yang diakibatkan gangguan listrik juga mengakibatkan
penurunan kesadaran secara tiba-tiba sehingga berisiko cidera karena benturan benda
sekitar atau terkena benda yang berbahaya seperti api, listrik, dan benda lain.
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksimal yang berlebihan dari sebuah
focus kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan
patologik. Aktivitas kejang sebagian bergantung pada lokasi muatan yang berlebihan
tersebut. Lesi di otak tengah, talamus dan korteks serebrum kemungkinan besar
bersifat apileptogenik, sedangkan lesi di serebrum dan batang otak umunya tidak
memicu kejang. Di tingkat membrane sel, sel focus kejang memperlihatkan beberapa
fenomena biokimiawi, termasuk yang berikut :
6
peningkatan berlebihan neurontransmitter aksitatorik atau deplesi
neurotransmitter inhibitorik.
Pathway
Kerusakan
Stabilisasi Ketidakseimbangan
membran
Depolarisasi
Invlux Na GABA zat
asetikolin zat
G3 presensori
Ketidakseimbangan
KEJANG Isolasi sosial
ion
Parsial Umum
Sederhana Komplek
s abse miokloni Tonik Atoni
kesadaran G3 Aktifitas
peredaran
Metabolime
Resti Injuri refleks Pen meningkat
akumulasi
Permeabilitas Kebutu hipertermi
kapiler han o2
G3 bersihan jalan nafas tidak efektif
asfiksi
7
Gangguan
Perfusi
Jaringan
2.3 KLASIFIKASI EPILEPSI
2) Serangan umum
Serangan ini terjadi karena esluruh bagian otak terlihat pada gangguan
loncatan listrik. Serangan ini dalam bentuk :
Serangan tonik-tonik yaitu serangan ini terjadi dalam dua tahap. Pada
tahap klonik penderita akan kehilangan kesadaran kemudian terjatuh
8
dan badan menjadi kaku. Pada tahap klonik tampak lengan dan tungkai
bergelonjotan. Setelah serangan reda penderita akan berangsur-angsur
pulih kembali.
Stress
Cahaya tertentu
Kurang tidur
9
Makan yang terlambat sesuai siklus fisiologi manusia dapat mengakibatkan
penurunan kadar gula ( hipoglikemia) yang dapat mengakibatkan penurunan
metabolisme pada otak ( terutama untuk penyediaan energi aktifitas otak ).
Kondisi itu dapat memicu serangan epilepsi. Minum yang kurang dapat
menurunkan komposisi cairan tubuh termasuk dalam darah. Penurunan cairan
dapat mengganggu proses diffusi-osmosis pada nutrisi dan elektrolit tubuh
termasuk natrium yang merupakan unsur utama psoses eksistasi persarafan.
Makan yang terlalu kenyang juga dapat memicu timbulnya serangan karena
organ pencernaan akan mendapat rangsangan yang berlebihan untuk
mencerna makanan.
Suara tertentu
Suara dapat menimbulkan serangan biasanya adalah suara dengan nada tinggi
yang dapat menimbulkan ketegangan mendadak pada neuron.
Membaca
Obat untuk epilepsy berfungsi untuk mengingkatkan inhibisi pada neuron saat
masuk fase eksitasi. Pada saat tidak minum obat maka inhibisi pada neuron
menjadi kecil sehingga dapat memicu serangan epilepsi.
Penyalahgunaan obat
10
Menstruasi
Pada anak dengan usia > 18 bulan, fungsi lumbar dilakukan jika
tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan
kecurigaan infeksi sistem saraf pusat. Pada anak dengan kejang demam yang
telah menerima sistem antibiotic sebelumnya, gejala meningitis dapat
tertutupi, karena itu pada kasus seperti ini fungsi lumbar sangat dianjurkan
untuk dilakukan.
11
2) EEG (electroencephalogram)
3) Pemeriksaan laboratorium
4) Neuroimaging
5) Pemeriksaan fisik
12
Perkusi : perkusi pada bagian thorak dan abdomen
2.6 PENATALAKSANAAN
1) Farmakologi
Obat-obatan anti epilepsy (OAE) ini dikonsumsi baik saat ada serangan
maupun saat tidak ada serangan. Obat yang diberikan antara lain :
Luminal
2) Saat serangan
Tidur cukup
1. Pengkajian
a. Identitas
14
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan
diagnose medis.
b. Keluhan utama
Pasien dengan epilepsi kalau masuk rumah sakit keluhan yang paling
menonjol adalah timbulnya serangan kejang umum yang sering dan
mengganggu aktifitas penderita atau keluhan berakibat dari kejang seperti
mengalami luka bakar, terkena bentura.
Merupakan riwayat klien saat ini meliputi keluhan, sifat dan hebatnya keluhan
mulai timbul. Biasanya ditandai dengan anak mulai rewel, kelihatan pucat,
demam, anemia, terjadi perdarahan (pendarah gusi dan memar tanpa sebab),
kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan tanpa pembengkakan.
e. Riwayat kesehatan
Meskipun epilepsy bukan penyakit infeksi tetapi kondisi kesehatan yang lalu
terkait dengan fungsi neuron juga ikut menjadi pemicu timbulnya epilepsi
seperti peradangan pada selaput otak (meningitis), penderita yang mengalami
tumor otak, defek konginetal, atau penyakit sistemik seperti AIDS dan sifilis.
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post natal.
Dalam riwayat prematal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah
diderita oleh ibu. Riwayat natal perlu diketahui apakah bayi lahir dalam usia
15
kehamilan aterm atau tidak, karena akan mempengaruhi sistem kekebalan
terhadap penyakit pada anak. Trauma persalinan juga mempengaruhi
timbulnya penyakit contohnya : aspirasi ketuban untuk anak. Riwayat post
natal diperlukan untuk mengetahui keadaan anak setelah kelahiran,
pertumbuhan dan perkembangan.
h. Pola kebutuhan
Pola kebutuhan yang mengalami gangguan pada saat serangan antara lain :
16
Fungsi belajar : anak dengan epilepsy kemungkinan akan mengalami
penurunan daya memori sehingga kecendrungan kemampuan kognitif
relative tertinggal dengan teman sebaya. Anak agak sulit mengingat
informasi yang telah diberikan oleh perawat.
i. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang sering terlihat sebagai indikasi serangan asma antara
lain :
Saat timbul serangan mata penderita ada yang terbelalak dan bola mata
berputar ke atas (pada jenis absence). Sedangkan pada jenis parsial
pandangan mata pasien tampak sayu seperti orang bingung. Kalau
dilakukan penyinaran dengan senter pupil pasien tampak melebar.
Mulut : pada tipe absence mulut pasien tampak komat kamit seperti
membaca doa.
Ekstremitas : pada ekstremitas atas dan bawah serta otot luar saat
serangan tampak kaku dan ngecengceng. Akan tetapi setelah serangan
hilang akan normal lagi.
2. Diagnosa
17
Berdasarkan perjalanan patofisiologi penyakit dan manifestasi klinik
yang muncul maka diagnose keperawatan yang sering muncul pada pasien
dengan epilepsy adalah :
18
ngececeng, saat serangan anak tidak berespon terhadap panggilan atau
rangsangan yang keras.
3. Rencana tindakan
Rencana tindakan :
19
Kolaborasi pemberian anti kejang. Contohnya pemberian
diazepam dengan dosis rata-rata 0,3 mg/KgBB/kali pemberian.
Rasional : diazepam bekerja menurunkan tingkat fase
depolarisasi yang cepat disistem persarafan pusat sehingga
dapat terjadi penurunan spasme pada otot dan persarafan
perifer.
Rencana tindakan :
20
Tempatkan pasien pada ruangan dengan sirkulasi yang baik.
Rasional : men ingkatkan jumlah udara yang masuk dan
mencegah hipoksemia jaringan.
Rencana tindakan :
21
Berikan obat antiepilepsi secara teratur dan anjuran orang tua
untuk melakukan hal yang sama di saat di rumah. Rasional :
mengurangi serangan yang dapat merusak memori anak.
Rancana tindakan :
22
e) Risiko cedera (terjatuh, terkena benda tajam) berhubungan dengan
penurunan respon terhadap lingkungan. Hasil yang diharapkan ; anak
tidak terluka atau jatuh saat rangsangan kejang.
Rencana tindakan :
Tempatkan anak pada tempat tidur yang lunak dan rata seperti
bahan matras. Rasional : menjaga posisi tubuh lurus yang
dapat berdampak pada lurusnya jalan nafas.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Epilepsi dibagi menjadi dua klasifikasi yaitu : serangan parsial atau fokal dan
serangan umum. Pencetus serangan epilepsy yaitu : stress, cahaya tertentu, kurang
tidur, makan dan minum yang tidak teratur, suara tertentu, mambaca, lupa minum
obat, penyalahgunaan obat, serta menstruasi. Dengan penatalaksaan pada epilepsy
dengan farmakologi, saat serangan, serta sebelum serangan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Ryadi, Sujono. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Wong, Donna. 2008. Buku Ajar Keprawatan Pediatrik Wong. Volume 2. Alih
Brunner and Sudarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta EGC
25