EPILEPSI
Dosen pengampu:
DISUSUN OLEH
DHARMASRAYA
2022
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
pertama dosis maksimal, monoterapi lini kedua dimulai (Wijaya, Saing &
Destariani, 2020). Pemberian obat epilepsi menggunakan injeksi dapat
menimbulkan persepsi nyeri dan rasa tidak nyaman pada pasien anak-anak.
Fenioin merupakan salah satu obat yang paling efektif terhadap kejang parsial dan
umum tonik klonik. Pemberian fenitoin bisa menyebabkan terjadinya Purpule
Glove Syndorme (PGS) dengan karakteristik perubahan warna kebiruan disertai
nyeri dan edema di bagian distal dari lokasi masuknya fenitoin intavena
(Masamah & Supriyanto, 2008).
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Epilepsi
1. Pengertian
2. Epidemiologi
5
aktif diantara 1000 orang penduduk, dengan angka insidensi 50 per
100.000 penduduk. Angka prevalensi dan insidensi diperkirakan lebih
tinggi di negara-negara berkembang. Hasil penelitian Shackleton dkk
(1999) menunjukkan bahwa angka insidensi kematian di kalangan
penyandang epilepsi adalah 6,8 per 1000 orang. Sementara hasil penelitian
Silanpaa dkk (1998) adalah sebesar 6,23 per 1000 penyandang.
3. Etiologi
o Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang
mengalir ke otak (hipoksia), kerusakan karena tindakan.
6
atau gangguan keseimbangan zat kimiawi dan sel-sel saraf pada area
jaringan otak yang abnormal. Penyebab pada kejang epilepsi sebagian
besar belum diketahui (Idiopatik). Sering terjadi pada:
5. Tumor Otak
(Tarwoto, 2007)
genetic causes
7
lack of oxygen to the brain/ kekurangan oksigen, terutama saat proses
kelahiran.
4. Patofisiologi
8
Perubahan-perubahan metabolik yang terjadi selama dan segera
setelah kejang sebagian disebabkan oleh meningkatkannya kebutuhan
energi akibat hiperaktivitas neuron. Selama kejang, kebutuhan metabolik
secara drastis meningkat, lepas muatan listrik sel-sel saraf motorik dapat
meningkat menjadi 1000 per detik. Aliran darah otak meningkat, demikian
juga respirasi dan glikolisis jaringan. Asetilkolin muncul di cairan
serebrospinalis (CSS) selama dan setelah kejang. Asam glutamat mungkin
mengalami deplesi selama aktivitas kejang.
1. Klasifikasi
1. Sawan Parsial
2. Sawan Umum
9
5. Manifestasi Klinis
10
Disertai vertigo
11
Dengan penurunan kesadaran sejak serangan; kesadaran
menurun sejak permulaan kesadaran.
Dengan automatisme
12
4. Dengan komponen klonik. Pada sawan ini, dijumpai otot-
otot ekstremitas, leher atau punggung mendadak
mengejang, kepala, badan menjadi melengkung ke
belakang, lengan dapat mengetul atau mengedang.
5. Dengan automatisme
Dapat disertai:
2. Sawan Mioklonik
3. Sawan Klonik
4. Sawan Tonik
5. Sawan Tonik-Klonik
13
dengan aura, yaitu tanda-tanda yang mendahului suatu sawan.
Pasien mendadak jatuh pingsan, otot-otot seluruh badan kaku.
Kejang kaku berlangsung kira-kira ¼ – ½ menit diikutti kejang
kejang kelojot seluruh tubuh. Bangkitan ini biasanya berhenti
sendiri. Tarikan napas menjadi dalam beberapa saat lamanya.
Bila pembentukan ludah ketika kejang meningkat, mulut
menjadi berbusa karena hembusan napas. Mungkin pula pasien
kencing ketika mendapat serangan. Setelah kejang berhenti
pasien tidur beberapa lamanya, dapat pula bangun dengan
kesadaran yang masih rendah, atau langsung menjadi sadar
dengan keluhan badan pegal-pegal, lelah, nyeri kepala.
6. Sawan atonik
6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pungsi Lumbar
14
- Kunjungan ke dokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit
dalam 48 jam sebelumnya)
2. EEG (electroencephalogram)
3. Pemeriksaan laboratorium
15
ditujukan untuk mencari sumber demam, bukan sekedar sebagai
pemeriksaan rutin.
a. Neuroimaging
b. CT Scan
7. Pemeriksaan Fisik
Palpasi : pembesaran hepar dan limpha, nyeri tekan pada abdomen.
8. Pencegahan
16
Ibu-ibu yang mempunyai resiko tinggi (tenaga kerja, wanita dengan latar
belakang sukar melahirkan, pengguna obat-obatan, diabetes, atau
hipertensi) harus di identifikasi dan dipantau ketat selama hamil karena
lesi pada otak atau cedera akhirnya menyebabkan kejang yang sering
terjadi pada janin selama kehamilan dan persalinan.
9. Pengobatan
17
Penyembuhan akan terjadi pada 30-40% anak dengan epilepsi.
Lama pengobatan tergantung jenis epilepsi dan etiologinya. Pada serangan
ringan selama 2-3th sudah cukup, sedang yang berat pengobatan bisa lebih
dari 5th. Penghentian pengobatan selalu harus dilakukan secara bertahap.
Tindakan pembedahan sering dipertimbangkan bila pengobatan tidak
memberikan efek sama sekali.
10. Penatalaksanaan
Farmakoterapi
Pembedahan
Phenobarbital (luminal).
Primidone (mysolin)
18
Dari kelompok senyawa hidantoin yang paling banyak dipakai
ialah DPH. Berhasiat terhadap epilepsi grand mal, fokal dan lobus
temporalis.
Carbamazine (tegretol).
Diazepam.
Nitrazepam (Inogadon).
Ethosuximide (zarontine).
Na-valproat (dopakene)
19
Efek samping mual, muntah, anorexia
Acetazolamide (diamox).
ACTH
Status epileptikus
Kejang tonik-klonik
Selama kejang :
20
Waktu episode kejang
- jika anak berada dalam posisi berdiri atau duduk, baringkan anak
- letakkan bantal atau lipatan selimut di bawah kepala anak. Jika tidak
tersedia kepala anak bisa disangga oleh kedua tangannya sendiri.
- Jangan :
- Jika anak muntah miringkan tubuh anak sebagai satu kesatuan ke
salah satu sisi
Setelah kejang :
21
- Jangan memberi makanan atau minuman sampai anak benar-benar
sadar dan refleks menelan pulih
11. Prognosis
22
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Identitas
2. Keluhan utama
23
5. Riwayat kehamilan dan kelahiran.
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post
natal. Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang
pernah diderita oleh ibu. Riwayat natal perlu diketahui apakah bayi lahir
dalam usia kehamilan aterm atau tidak karena mempengaruhi sistem
kekebalan terhadap penyakit pada anak. Trauma persalinan juga
mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya aspirasi ketuban untuk anak.
Riwayat post natal diperlukan untuk mengetahui keadaan anak setelah
1. Selama serangan :
24
- Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya
berubah pada satu sisi atau keduanya.
2. Sesudah serangan
- Sesudah serangan apakah pasien masih ingat apa yang terjadi
sebelum, selama dan sesudah serangan.
4. Riwayat Penyakit
25
- Apakah makan obat-obat tertentu
2. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi.
c. Eliminasi
Gejala : diare, nyeri, feses hitam, darah pada urin, penurunan haluaran
urine.
d. Makanan / cairan
e. Integritas ego
f. Neurosensori
g. Nyeri / kenyamanan
26
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi, kram otot.
h. Pernafasan
i. Keamanan
3. Diagnosa Keperawatan
4. Intervensi
27
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot
pernapasan
Intervensi Rasional
Kolaborasi Kolaborasi
28
Intervensi Rasional
8. Kehadiran keluarga
memberikan efek psikologis
pada anak untuk mengurangi
nyeri
29
3. Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan perubahan
kesadaran, kerusakan kognitif selama kejang, atau kerusakan
mekanisme perlindungan diri.
Kriteria hasil :
Riwayat kejang
Tingkatan kejangnya
Intervensi Rasional
30
4. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan :
Intervensi
5. Evaluasi
31
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot
pernapasan.
32
DAFTAR PUSTAKA
www.pediatric.com
33