OLEH :
200202073
MEDAN
2021
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain
sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus
bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya
pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 5 bulan
sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah
menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-
Sumijati, 2000;72-73)
adanya cacat baik secara fisik, mental atau sosial yang mengganggu
3
Epilepsi merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera.
Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk
menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang
4
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
pengobatan.
keluarga
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang
muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan
berbagai etiologi .
Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan
ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik
laboratorik.
Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua bahkan
2.2. Etiologi
6
5.Tumor Otak
simtomatik akut, dan epilepsi pada anak-anak yang didasari oleh kerusakan
otak pada saat peri- atau antenatal. Dalam klasifikasi tersebut ada dua jenis
epilepsi menonjol, ialah epilepsi idiopatik dan RSE. Dari kedua tersebut
Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang tampak
jelas pada CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun kerusakan
otak yang tak jelas tetapi dilatarbelakangi oleh masalah antenatal atau perinatal
dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai prediksi sebagai
berikut:
Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu 12
bulan pertama seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang, Apabila defisit
neurologik terjadi pada saat pascalahir maka resiko terjadinya bangkitan ulang
adalah 75% pada 12 bulan pertama dan 85% dalam 36 bulan pertama. Kecuali
itu, bangkitan pertama yang terjadi pada saat terkena gangguan otak akut akan
mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan pertama dan 36 bulan pertama untuk
7
terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan resiko untuk terjadinya
Epilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik yang
serebrum, dan bahkan di batang otak dan talamus. Kejang grand mal
Epilepsi ini biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar atau
3. Epilepsi Fokal
Epilepsi fokal dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik regoi
setempat pada korteks serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada
serebrum dan batang otak. Epilepsi fokal disebabkan oleh resi organik
8
2.4. Patofisiologi
Dispnea O2 Menurun
Parsial Umum
klonik Tonik-klonik
9
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus
merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-
juta neuron. Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah
aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps.
sarafi dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik
saraf di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik
tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran.
merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan
(Hidayat,2009).
2. 5 Manifestasi klinik
penginderaan.
10
3. Tergantung lokasi dan sifat Fokus Epileptogen
4. Dapat mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik
(Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, men cium bau-
bauan tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala
2. 6 Penatalaksanaan
1) Pengobatan medikamentosa
11
- Salah etiologi: kelaianan metabolisme, neoplasma yang tidak
- Termasuk intractable epilepsi.
dosisnya.
- Phenobarbital (luminal).
- Primidone (mysolin)
phenyletylmalonamid.
ialah PH. Berhasiat terhadap epilepsi grand mal, fokal dan lobus
darah.
- Carbamazine (tegretol).
Mempunyaikhasiatpsikotropikyangmungkindisebabkanpengontrol
anbangkitanepilepsiitusendiriataumungkinjugacarbamazinemema
12
ngmempunyaiefekpsikotropik.Sifat ini menguntungkan penderita
gangguanfungsi hati.
- Diazepam.
rektal.
- Nitrazepam (inogadon).
Terutamadipakaiuntukspasmeinfantildanbangkitanmioklonus.
- Ethosuximide (zarontine).
- Na-valproat (dopakene)
- Acetazolamide (diamox).
Kadang-
kadangdipakaisebagaiobattambahandalampengobatanepilepsi.Zat
keadaan hiperpolarisasi.
13
- ACTH
Seringkalimemberikanperbaikan yang
dramatispadaspasmeinfantile Hidayat,2009).
2)Pengobatan Psikososial.
sebagian besar akan terbebas dari sawan. Pasien harus patuh dalam menjalani
pengobatannya sehingga dapat bebas dari sawan dan dapat belajar, bekerja dan
berikutnya.
- Beri oksigen lewat kanul nasal atau masker, atur posisi kepala dan jalan
- Pasang jalur intravena dengan NaC10,9%, periksa gula darah, kimia darah,
intravena.
14
c) Menit ke-10 hingga ke-20
sampai maksimum 20 mg. Jika serangan masih ada setelah 5 menit, dapat
dan 1 mg/kbBB/menit pada anak; monitor EKG dan tekanan darah selama
pemberian.
Jika status masih berlanjut setelah fenitoin 20 mg/kg maka berikan fenitoin
a. Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin
15
e. Jika pasien ditempat tidur singkirkan bantal dan tinggikan pagar tempat
tidur.
f. Jika aura mendahului kejang, masukkan spatel lidah yang diberi bantalan
untuk memasukkan sesuatu, gigi yang patah cidera pada bibir dan lidah
h.Tidak ada upaya dibuat untuk merestrein pasien selama kejang karena
i. Jika mungkin tempatkan pasien miring pada salah satu sisi dengan kepala
pengeluaran salifa dan mucus. Jika disediakan pengisap gunakan jika perlu
j. Setelah kejang: pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah
ekonfusi setelah kejang grand mal. Periode apnoe pendek dapat terjadi
selama atau secara tiba-tiba setelah kejang. Pasien pada saat bangun harus
2. 7 Pemeriksaan Diagnostik
aktivitas kejang.
16
4. Sel Darah Merah : Anemia Aplastik mungkin sebagai akibat terapi obat.
5. Kadar obat pada serum: Untuk membuktikan batas obat anti epilepsi.
infeksi,perdarahan(hemoragik,subarakhnoid,subdural)sebagai penebab
kejang tersebut.
kejang tersebut.
secara tepat.
17
2.8.ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN EPILEPSI
1. Pengkajian
faktor atau kejadian yang dapat menimbulkan kejang. Asupan alkohol dicatat.
c. pengalaman kerja
e. Obsevasi dan pengkajian selama dan setelah kejang akan membantu dalam
1. Selama serangan :
c. f.mulut berbuih.
18
f. i.mata atau kepala menyimpang pada satu posisi.
g. j.Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah pada
keadaan emosional.
2. Sesudah serangan
c.Sesudah serangan pasien masih ingat yang terjadi sebelum, selama dan
sesudah serangan.
maupun visual.
19
4. Riwayat Penyakit
b.Padausiaberapaseranganpertama.
c.Frekuensi serangan.
5. Riwayat kejang
b. Dosis obat
7.Pemeriksaan fisik
a.Tingkat kesadaran
c.Perubahan pupil
d.Garakan motorik
f.Apnea
g.Cyanosis
h.Saliva banyak
20
2. Diagnosa Keperawatan secara teoritis
INTERVENSI RASIONAL
21
4. Melakukan penghisapan sesuai 4. Mengeluarkan mukus yang
indikasi berlebihan menurunkan resiko
aspirasi atau afeksia
Kriterua hasil : Demam berkurang, suhu normal 36,5 – 37,5 ̊ C , Nadi dan
RR normal, tidak ada perubahan warna kulit
INTERVENSI RASIONAL
kepala / ketiak
22
4. Anjurkan untuk menggunakan terhalangi oleh pakaian tebal dan
pakaian tipis yang terbuat dari tidak dapat menyerap keringat.
kain katun
Kriteria Hasil : tidak terjadi cidera fisik pada klien, klien dalam kondisi
aman, tidak ada memar dan tidak ada resiko terjatuh.
INERVENSI RASIONAL
3. Letakkan klien ditempat tidur 3. Area yang rendah dan datar dapat
yang rendah & datar mencegah terjadinya cidera pada
klien
23
mencegah terjadinya tergigitnya kejang karena saat kejang biasanya
lidah saat kejang lidah menjulur kedepan
INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan mengenai prognosis 1. Memberikan kesempatan untuk
penyakit dan perlunya mengklarifikasi kesalahan
pengobatan persepsi & keadaan penyakit yang
ada
24
laboratorium sesuai indikasi
4. Aktivitas yang sedang & teratur
4. Diskusikan manfaat kesalahan dapat membantu
umum yang baik, seperti diet menurunkan/mengendalikan
yang adekuat, & istirahat yang faktor presdiposisi
cukup
2.3.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan
dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan
perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI,
1989;162 )
2.3.5 Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah
tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu
langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa
masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).
BAB III
TINJAUAN KASUS
25
3.1. PENGKAJIAN
Nama : An.A
Alamat : Perumnas Badar
Tempat / tanggal Lahir : Batam, 24 November 2015
Usia : 5 tahun
Nama Ayah / Ibu : Tn.B/Ny.S
Pekerjaan Ayah : Buruh
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Pendidikan Ayah : SMP
Pendidikan Ibu : SMP
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
a. Keluhan Utama
Keluhan utama masalah kesehatan yang dialami oleh An.B adalah Kejang
Demam.
Masalah yang dialami oleh An.B saat ini adalah Kejang Demam. Ibu klien
ketika dirumah saat terjadi kejang pada An.B berlangsung selama kira-kira
± 3-5 menit dan biasanya terjadi di pagi hari dan di sore hari. Ibu klien juga
pagi hari dan di sore hari.Kejang yang dialami An.B selalu disertai dengan
demam tinggi dan terdengar ada suara batuk yang di sertai dengan adanya
penumpukan sekret.
26
1. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a) Prenatal
kecelakaan.
b) Intranatal
c) Postnatal
melakukan tindakan operasi apapun, tidak ada riwayat alergi, tidak ada
27
riwayat kecelakaan dan tidak ada riwayat jatuh ataupun kecelakaan.
Dan ibu klien juga mengatakan sampai dengan usia An.B 5 bulan saat
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal 1 rumah
: Keturunan
: Pernikahan
: Klien
28
An. B adalah anak kedua dari dua orang bersaudara, An.B tinggal bersama
kedua orang tuannya yaitu ayah dan ibunya beserta kakak laki-lakinya. Ibu
An.B mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada riwayat kejang yang
seperti dialami An.B saat ini. Namun Ibu klien mengatakan bahwa sebelumnya
kakak An.B ketika berusia 2 tahun juga pernah mengalami kejang, namun tidak
sampai dibawa kerumah sakit dan dirawat berhari-hari seperti An.B saat ini.
Ibu An.B mengatakan bahwa sejak kecil kedua orang tuanyalah yang merawat,
Hubungan An.B didalam keluarga nya sangat baik, kehadiran An.B di tengah-
tengah keluarga nya sangat diterima dengan baik. Banyak diantara keluarga-
menggendong An.B. An.B anak yang cukup kooperatif, tidak rewel dan jarang
a. Pola Makan
Ibu An.B mengatakan karena saat ini usia An.B masih 5 bulan,jadi ibu
29
mengonsumsi ASI tidak ditemukan masalah apa-apa. Frekuensi An.B
b. Pola Tidur
An.B tidak memiliki kebiasaan apapun sebelum tidur. ibu klien mengatakan
jika sebelum tidur siang ataupun malam hari An.B minum ASI. Tidur An.B
dirasa cukup baik tidak ada masalah dan tidak ada gangguan apapun saat
c. Mandi
An.B mandi 2x dalam sehari dengan menggunakan washlap dan air hangat.
d. Aktivitas Bermain
Ibu An.B mengatakan dalam kesehariannya An.B adalah anak yang cukup
aktif dan kooperatif. An.B saat ini belum bisa menggunakan alat-alat
mulutnya dan kini An.B sedang pada masa tahapan Tumbuh kembang
belajar telengkup.
e. Eliminasi
Ibu An.B mengatakan kebiasaan BAK dalam keseharian An.B 4-6x dalam
sehari. Konsistensi urine berwarna kuning, dengan bau yang khas, kira-kira
± 100cc/hari.
Untuk BAB ibu klien dalam sehari 1-2x/sehari dengan konsistensi cair
warna kuning kecoklatan dengan bau yang khas. dan ibu An.B juga
30
a. Diagnosamedisawaltanggal21april214“KejangDemam”
c. Status nutrisi
Ibu An.B mengatakan karena saat ini usia An.B masih 5 bulan,jadi ibu
d. Status cairan
e. Obat-obatan
1) Ampicilin 3x150 mg
31
7 MCHC 31.8 g/dl pg 32-36
8 PLT 664 103/mm3 103/ul 150-450
g. Pemeriksaan EEG
Dari hasil pemeriksaan EEG yang telah dilakukan pada tanggal 23 April
2014 menunjukkan hasil bahwa An.B dinyatakan hasil EEG abnormal yang
No Pemeriksaan Hasil
a. Tanda-tanda vital
Nadi 120x/menit
RR 42x/menit
Suhu 37.7 OC
Berat Badan 10 kg
Panjang Badan 90 cm
b. Kepala-leher
32
Kepala Bentuk kepala bulat, tidak adaedema,
whezing (-)
d. Jantung Perifer :
Jantung :
33
tidak ada nyeri tekan, suara jantung S1 &
S2 reguler, HR=120x/menit
e. Abdomen Tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan,
usus 5x/menit
f. Genitalia& anus Penis menonjol (+), keadaan genitalia
Klien saat ini masih dalam tahap tumbang bayi berusia 5 bulan dan saat ini
b. Motorik halus
klien sudah mampu meraih benda yang ada disekitarnya dan benda yang
diberikan padanya.
34
d. Motorik kasar
35
anak, persepsi terhada cahaya. An.A cukup baik, klien
mampu berespon
terhadap cahaya.
N. III Okumolotorius Memeriksa ukuran dan reaksi pupil, Respon pupil terhadap
dan periksa kelopak mata terhadap cahaya (+), ukuran
posisi pupil 2mm, posisi
kelopak mata simetris
dan sejajar dengan garis
telinga
N. IVTroklearis Melihat pergerakan mata anak ke Pergerakan bola mata
arah bawah, ke atas, ke samping akttif (+)
N. VTrigeminus Tentukan apakah anak dapat Anak mudah menoleh
merasakan sentuhan halus di atas bila area dekat pipi
pipi dekat mulut disentuh
N. VIAbdusen Kaji kemampuan anak
menggerakan mata secara lateral Belum dapat di kaji
N. VIIFasialis Menguji indra pengecaan anak Belum dapat di kaji
N. VIIIAkustikus Uji pendengaran anak, dengan Klien langsung
memanggil anak dari arah samping menoleh ke arah
telingan nya sumber suara
N. IXGlasofaringeus Kemempuan mengidentifikasi rasa Belum dapat di kaji
larutan pada lidah
N. XVagus Kemampuan terhadap reflek Reflek menelan (+) saat
menelan spatel dimasukkan
kedalam mulut si anak
N. XIAksesorius Memeriksa kemampuan anak Belum dapat di kaji
memutarkan kepala dan gerakan
mengangkat bahu
N. XIIHipoglosus Meminta anak untuk mengeluarkan Belum dapat di kaji
lidah dan kemampuan
mengucapkan huruf “R”
36
3.2 ANALISA DATA
37
2 DS: Termogulasi tidak Peningkatan
- Ibu klien mengatakan efektif metabolic
demam An.B semalam
saat sebelum dibawa ke proses infeksi
Rumah Sakit.
- Ibu Klien mengatakan peningkatan suhu
An.B mengalami demam
setelah 2x mengalami
Kejang
- Ibu Klien mengakatan
kondisi demam yang saat
ini dialami oleh An.B
membuat klien menjadi
gelisah
DO :
- Klien tampak lemas &
lemah
- Suhu An.B (21/04/2014)
Pagi : 37,7 ̊C
Siang : 38,5 ̊C
- Klien An.B tampak
Gelisah
- Klien tampak banyak
mengeluarkan keringat
- Mukosa bibir pucat
3
DS:
- Ibu An.B mengatakan
38
An.B sebelumnya tidak
pernah mengalami kejang Resiko Terhadap Perubahan
- Ibu An.B kejang yang di cidera kesadaran
alami An.B sebelum
dibawa Ke Rumah Sakit kerusakan kognitif
sudah 2x terjadi yaitu pagi selama kejang
& siang.
- Ibu An.B mengatakan saat kerusakan
kejang tubuh anaknya mekanisme
bergetar & kakinya perlindungan diri
menendang-nendang
- Ibu An.B mengatakan aktivitas kejang
kejang yang terjadi yang tidak terkontrol
berlangsung kira-kira ± 5
menit
DO:
- Klien tampak terlihat
gelisah
- Klien terlihat saat demam
tubuhnya bergetar
- Kejang berlangsung ± 5
menit
- Saat kejang terlihat
ibunya memasukkan kain
kedalam mulutnya
4 DS:
- Ibu klien mengatakan
39
tidak tahu apa yg terjadi
pada An.B Kurang pengetahuan Kurang pemajaran
- Ibu klien mengatakan mengenai kondisi
setiap An.B kejang, ibu dan aturan kesalahan
klien selalu panik pengobatan interpretasi
- Ibu klien mengatakan jika informasi
An.B kejang tidak tahu
apa yang harus dilakukan kurang mengingat.
DO:
- Ibu klien tampak terlihat
bingung & sangat panik
saat An.B kejang
- Ibu klien tampak terlihat
cemas & takut jika An.B
kembali kejang
40
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di
endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
Tujuan : Setelah dilakukan askep 3x24 Jam masalah bersihan
jalan nafas tidak efektif tidak terjadi dan teratasi.
Kriteria hasil : nafas normal ( 25 – 30 x/menit ), tidak tejadi aspirasi,
tidak ada dispnea, tidak ada penumpukan sekret.
INTERVENSI RASIONAL
41
Tujuan : Setelah dilakukan askep 3x24 Jam, masalah termogulasi
tidak efektif teratasi.
Kriterua hasil : Demam berkurang, suhu normal 36,5 – 37,5 ̊ C , Nadi dan
RR normal, tidak ada perubahan warna kulit
INTERVENSI RASIONAL
42
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3x24 Jam masalah resiko
terhadap cidera teratasi dan tidak terjadi.
Kriteria Hasil : tidak terjadi cidera fisik pada klien, klien dalam kondisi
aman, tidak ada memar dan tidak ada resiko terjatuh.
INERVENSI RASIONAL
3. Letakkan klien ditempat tidur 3. Area yang rendah dan datar dapat
yang rendah & datar mencegah terjadinya cidera pada
klien
43
Tujuan : Setelah dilakukan askep 1x24 Jam masalah kurang
pengetahuan mengenai kondisi dan aturan
pengobatan teratasi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan mengenai prognosis 1. Memberikan kesempatan untuk
penyakit dan perlunya mengklarifikasi kesalahan persepsi
pengobatan & keadaan penyakit yang ada
44
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi Paraf
& jam
Sabtu,
02/01/2021
45
penghisapan mulut An.B
sesuain indikasi - Klien terlihat dalam
5. Memberikan posisi miring kiri diatas
oksigen sesuai permukaan datar tempat
program terapi O2 tidur
1 liter/menit - Ibu klien tampak
nasal kanul melepaskan pakaian luar
An. B dan hanya
memakaikan kaos dalam
saja pada An. B
- Pukul 19.30 WIB telah
dilakukan penghisapan
secret dengan
menggunakan mesin
suction
- Klien terpasang oksigen 1
liter/menit nasal kanul
Analisis :
- Masalah bersihan jalan
nafas tidak efektif teratasi
sebagian
Planing :
- Lanjutkan Intervensi : 2,4
&5
Hari/Tangga
l Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Sabtu,
02/01/2021
46
suhu juga turun
- Ibu klien mengatakan
09.00 WIB 2. Mengobservasi demam yang dialami
vital sign oleh An. Bsejak
semalam saat setelah
09.10 WIB 3. Mengajarkan dibawa ke Rumah Sakit
keluarga cara - Ibu klien mengatakan
memberikan demam yang di alami
kompres di klien setelah terjadi
bagian kepala / kejang
ketiak
Objektif :
09.30 WIB 4. Menganjurkan - Faktor terjadi demam
untuk akibat kejang yang
menggunakan terjadi setelah berulang
pakaian tipis - Hasil observasi vital
yang terbuat dari sign :
kain katun Suhu : 38,5⁰C Nadi :
120x/menit
09.45 WIB 5. Menganjurkan Pernafasan : 42x/menit
ibu untuk - Mengajarrkan cara
memberikan mengkompres dan
ASI sesering keluarga telah mampu
mungkin mempraktekannya
Analisis :
- Masalah
ketidakefektifan
termoregulasi teratasi
sebagian
Planing :
- Lanjutkan Intervensi :
47
2,3 & 5
08. 30 WIB
1. Menganjurkan Subjektif :
klien untuk - Ibu An. B mengatakan
mengosongkan bahwa anaknya kini
mulut dari dalam keadaan batuk
benda/zat - Ibu An. B mengatakan
tertentu sudah 2 hari anaknya
09.00 WIB
2. Meletakkan mengalami batuk
klien dalam - Ibu An. B mengatakan
posisi miring batuk yang dialami
dan pada anaknya disertai dengan
permukaan secret/dahak
datar
09.10 WIB
3. Menanggalkan Objektif :
pakaian pada - Tampak tidak ada benda
daerah leher asing/zat tertentu di
dan dada, serta mulut An.B
abdomen - Klien terlihat dalam
09.45 WIB
4. Melakukan posisi miring kiri diatas
penghisapan permukaan datar tempat
sesuain indikasi tidur
Masih
terpasang 5. Memberikan - Ibu klien tampak
oksigenn sesuai melepaskan pakaian luar
48
program terapi An. B dan hanya
O2 1 liter/menit memakaikan kaos dalam
saja pada An. B
- Pukul 19.30 WIB telah
dilakukan penghisapan
secret dengan
menggunakan mesin
suction
- Klien terpasang oksigen 1
liter/menit nasal kanul
Analisis :
- Masalah bersihan jalan
nafas tidak efektif teratasi
sebagian
Planing :
- Lanjutkan Intervensi : 2,4
&5
49
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di
endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
Hari/Tangga
l Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Minggu,
03/01/2021
50
- Klien An. B masih
terpasang Oksigen 1
liter/menit nasal kanul
Analisis :
- Masalah bersihan jalan
nafas tidak efektif teratasi.
Planing :
- Intervensi dihentikan.
No Hari/Tangga
. l Implementasi Evaluasi Paraf
DX & Jam
2. Minggu,
03/01/2021
51
4. Memberikan anaknya
antipiretik
Objektif :
- Observasi vital sign : Pagi,
Suhu : 37,5OC
Nadi : 100x/m RR : 34x/m
Siang ; S : 37,4OC N :
110x/m
RR : 30x/menit
- Ibu klien tampak sedang
memberikan kompres hangat
di bagian kepala klien
- Ibu klien tampak sedang
memberikan ASI saat klien
menangis kehausan
- PCT sirup 3 x 1 sendok
Analisis :
- Masalah ketidakefektifan
termoregulasi teratasi
sebagian
Planing :
- Lanjutkan Intervensi : 1 & 2
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Minggu,
03/01/2021
52
09.00 WIB
1. Memberikan Subjektif :
penghalang di - Ibu An. B mengatakan
09.20 WIB tempat tidur klien selalu menjaga &
2. Menyiapkan kain mengawasi An. B di tempat
lunak untuk tidur
mencegah terjadinya - Ibu klien mengatakan selalu
tergigitnya udah saat menyiapkan kain lunak
10.00 WIB kejang disamping tempat tidur An.
3. Memberikan obat B
anti kejang :
- Stesolid.Sup : Objektif :
0,5 mg - Tampak terlihat keluarga
- Diazepam IV : An. B memberikan
0,5 mg penjagaan disamping
tempat tidur klien
- Ibu klien tampak dengan
sigap selalu memasukkan
kain lunak ke dalam mulut
An. B saat terjadi kejang
- Klien selalu mendapatkan
stesolid & Diazepam setiap
kali kejangmya kembali
berulang.
Analisis :
- Masalah Resiko terhadap
cidera sebagian sudah
teratasi.
Planing :
53
- Lanjutkan Intervensi 2 & 3.
54
Objektif :
- Hasil observasi vital sign :
Siang,
Suhu : 39,8OC
Nadi : 118x/m RR : 46x/m
Sore ; S : 39,4OC N :
134x/m
RR : 44x/menit Malam ; S :
36,3OC N : 100x/m RR :
40x/m
- Ibu klien dan keluarga klien
tampak telah memberikan
kompres hangat di bagian
kepala dan ketiak An. B
- PCT sirup 3 x 1 sendok
Analisis :
- Masalah ketidakefektifan
termoregulasi belum teratasi
Planing :
- Lanjutkan Intervensi : 1 & 2
55
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan
kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan
aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )
Hari/Tangga
l Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Minggu,
03/01/2021
19.00 WIB
1. Menyiapkan kain lunak Subjektif :
19.30 WIB untuk mencegah - Ibu An. B mengatakan
terjadinya tergigitnya masih sering merasa panic
udah saat kejang & gelisah setiap kali
2. Memberikan obat anti anaknya kembali kejang
kejang : - Ibu klien mengatakan
- Stesolid.Sup : 0,5 bagaimana caranya agar
mg An. B tidak kembali
mengalami kejang
Objektif :
- Ibu klien tampak terlihat
sedang menyelipkan kain
lunak saat An. B kembali
kejang
- Klien telah diberikan obat
anti kejang stesolid
Analisis :
- Masalah Resiko terhadap
cidera teratasi.
56
Planing :
- Lanjutkan Intervensi ulang
jika klien masih
menngalami kejang
57
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan
dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.
Hari/Tangga
l Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Minggu,
03/01/2021
58
anaknya
- Ibu lien tampak sudah
memahami cara
meningkatkan kesehatan
untuk anaknya
Analisis :
- Masalah Kurang
pengetahuan mengenai
kondisi dan aturan
pengobatan teratasi.
Planing :
- Intervensi di hentikan.
- Memberikan leaflet sebagai
informasi lanjutan.
59
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pengkajian
kejang terjadi.
mengalami Epelepsi
Pada tahap analisa data dan sintesa data dalam kasus nyata penulis
neromuskuler.
60
b. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan
keseimbangan )
kurang mengingat.
4. Perencanaan
5. Pelaksanaan
karena sikap keluarga yang kooperatif dan sarana dan prasarana yang
memadai.
61
6. Evaluasi
4.2. Saran
62
Meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait penyakit Epilepsi sehingga
pengobatan.
4.2. Penutup
kepada ALLAH SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya jua kami dapat
menyelesaikan karya makalah ini, dan tidak lupa pula kepada pihak-pihak
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna
bermanfaat bagi sapa saja yang membacanya terutama bagi kami sendiri.
63
DAFTAR PUSTAKA
Arif, et. All.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculaius.
Doengoes, M.E , Moorhouse, M. F & Geissler, A. C. (2002). Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC.
64