Anda di halaman 1dari 64

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

A DENGAN EPILEPSI DIDESA


NATAM KEC. BADAR

OLEH :

200202073

KELOMPOK A STASE ANAK

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTASA FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

MEDAN

2021

1
KATA PENGANTAR

Sebagai pengantar, makalah “ASUHAN KEPERAWATAN PADA


ANAK DENGAN EPILEPSI ” disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah
Keperawatan Anak dan menjadi sumber informasi bagi mahasiswa dan dosen.

Makalah ini ditampilkan dengan pola sistematis yang dapat memberiakan


wawasan bagi mahasiwa perawat untuk bertindak dengan berdasarkan penalaran
ilmiah. Dengan mengupas penyakit epilepsy pada anak dengan menjalankan
asuhan keperawatan.

Penulis menyampaikan ucapan trimakasih kepada pihak-pihak yang telah


berkontribusi dalam penyusunan makalah ini dan kepada penulis dari sumber-
sumber yang digunakan.

Semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa keperawatan dalam


mengaplikasikan asuhan keperawatan anak.

Batam, 02 Januari 2021

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain

sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus

bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya

jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam.

Epilepsi merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai

pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh

(suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.

Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas

disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 2002; 229).

Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 5 bulan

sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah

menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-

laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita

didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME.

Sumijati, 2000;72-73)

Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan

kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama

adanya cacat baik secara fisik, mental atau sosial yang mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah, 2001 : 858) .

3
Epilepsi merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera.

Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk

menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang

sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif

dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan

keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta

memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-

spiritual. Prioritas asuhan keperawatan pada Epilepsi adalah :

Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma,

mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif,

memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis

dan kebutuhan penanganannya. (I Made Kariasa, 2000; 262).

1.2. Tujuan Penulisan


1.2.1. Tujuan Umum
Untuk menegetahui Asuhan Keperawatan pada kasus Epilepsi di
Ruang Anak RSUD Jend. A.Yani Metro.

1.2.2. Tujuan Khusus


a. Mampu melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif
dan data obyektif pada pasien dengan Epilepsi.
b. Mampu menganalisa data yang diperoleh
c. Mampu merumuskan diagnosa Keperawatan pada pasien dengan
Epilepsi
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana yang ditentukan.

4
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan

1.3. Manfaat Penulisan

a. Hasil analisis ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi dan

pengetahuan khususnya untuk pasien Epilepsi dan keluarganya

sehingga diharapkan agar keluarga dapat lebih meningkatkan

kewaspadaan terhadap tanda dan gejala yang terjadi.

b. Hasil analisis ini diharapkan sebagai bahan masukan, acuan dan

pertimbangan bagi profesi keperawatan untuk lebih meningkatkan

edukasi dalam menangani pasien Epilepsi pada saat memberikan

pengobatan.

1.4. Sumber Data

1.4.1. Data primer

Didapatkan melalui wawancara dan observasi terhadap pasien dan

keluarga

1.4.2. Data sekunder

Data sekunder didapatkan melalui : Catatan medik dan catatan

perawatan, Hasil-hasil perawatan yang menunjang, Catatan tenaga

kesehatan lain yang terkait.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian

Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang

akibatlepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel.

Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang

datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas

muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan

berbagai etiologi .

Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan

ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik

neron-neron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan

laboratorik.

Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua bahkan

bayi yang baru lahir (Utopias,2008).

2.2. Etiologi

Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (Idiopatik)

Sering terjadi pada:

1.Trauma lahir, Asphyxia neonatorum

2.Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf

3.Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol

4.Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)

6
5.Tumor Otak

6. Kelainan pembuluh darah

Faktor etiologi berpengaruh terhadap penentuan prognosis. Penyebab utama,

ialah epilepsi idopatik, remote symptomatic epilepsy (RSE), epilepsi

simtomatik akut, dan epilepsi pada anak-anak yang didasari oleh kerusakan

otak pada saat peri- atau antenatal. Dalam klasifikasi tersebut ada dua jenis

epilepsi menonjol, ialah epilepsi idiopatik dan RSE. Dari kedua tersebut

terdapat banyak etiologi dan sindrom yang berbeda, masing-masing dengan

prognosis yang baik dan yang buruk..

Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang tampak

jelas pada CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun kerusakan

otak yang tak jelas tetapi dilatarbelakangi oleh masalah antenatal atau perinatal

dengan defisit neurologik yang jelas. Sementara itu, dipandang dari

kemungkinan terjadinya bangkitan ulang pasca-awitan, definisi neurologik

dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai prediksi sebagai

berikut:

Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu 12

bulan pertama seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang, Apabila defisit

neurologik terjadi pada saat pascalahir maka resiko terjadinya bangkitan ulang

adalah 75% pada 12 bulan pertama dan 85% dalam 36 bulan pertama. Kecuali

itu, bangkitan pertama yang terjadi pada saat terkena gangguan otak akut akan

mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan pertama dan 36 bulan pertama untuk

7
terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan resiko untuk terjadinya

bangkitan ulang tidak konstan. Sebagian besar kasus menunjukan bangkitan

ulang dalam waktu 6 bulan pertama(Tarwoto,2007).

2.3. Klasifikasi Epilepsi

1. Epilepsi Grand Mal

Epilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik yang

berlebihan dari neuron diseluruh area otak-di korteks, di bagian dalam

serebrum, dan bahkan di batang otak dan talamus. Kejang grand mal

berlangsung selama 3 atau 4 menit.

2. Epilepsi Petit Mal

Epilepsi ini biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar atau

penurunan kesadaran selama 3 sampai 30 detik, di mana selama waktu

serangan ini penderita merasakan beberapa kontraksi otot seperti sentakan

(twitch- like),biasanya di daerah kepala, terutama pengedipan mata.

3. Epilepsi Fokal

Epilepsi fokal dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik regoi

setempat pada korteks serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada

serebrum dan batang otak. Epilepsi fokal disebabkan oleh resi organik

setempat atau adanya kelainan fungsiona (Tarwoto,2007).

8
2.4. Patofisiologi

Durasi pendek Durasi pendek


< 15 menit < 15 menit

Hiperkapni Hipoksemia Denyut jantung meningkat

Kerusakan Neuron otak


Demam Meningkat

Takikardi Gangguan saraf otonom


Dx : tidak efektif
termoregulasi
peningkatan suhu Dx : jalan nafas tidak efektif

Dispnea O2 Menurun

Gangguan keseimbangan membran sel neuron Kebutuhan O2 Meningkat

Disfusi Na+& K+ Berlebilahan Kesadaran menurun

Pelepasan muatan listrik semakin meluas ke Dx : gangguan perfusi jaringan


seluruh sel maupun membran sel disekitarnya
dengan bantuan neorotransiter
Dx : Resiko Cidera
Kejang

Parsial Umum

Sederhana Komplek Mioklonik tonik Atonik

klonik Tonik-klonik

9
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus

merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-

juta neuron. Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah

aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps.

Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan nerotransmiter. Acetylcholine dan

norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA

(gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik

sarafi dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik

saraf di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik

akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di sekitarnya dan

demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami

muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat

kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar kebagian

tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran.

Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat

merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan

menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian

akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran

(Hidayat,2009).

2. 5 Manifestasi klinik

1. Klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan

penginderaan.

2. Kelainan gambaran EEG

10
3. Tergantung lokasi dan sifat Fokus Epileptogen

4. Dapat mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik

(Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, men cium bau-

bauan tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala

dan sebagainya) (Hidayat,2009).

2. 6 Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah mencegah timbulnya sawan tanpa mengganggu

kapasitas dan intelek pasien. Pengobatan epilepsi meliputi pengobatan

medikamentosa dan pengobatan psikososial.

1) Pengobatan medikamentosa

Pada epilepsi yang simtomatis di mana sawan yang timbul adalah

manifestasi penyebabnya seperti tumor otak, radang otak, gangguan

metabolic, mka di samping pemberian obat anti-epilepsi diperlukan pula

terapi kausal. Beberapa prinsip dasar yang perlu dipertimbangkan:

a. Pada sawan yang sangat jarang dan dapat dihilangkan factor

pencetusnya, pemberian obat harus dipertimbangkan.

b. Pengobatan diberikan setelah diagnosis ditegakkan; ini berarti pasien

mengalami lebih dari dua kali sawan yang sama.

c. Obat yang diberikan sisesuaikan dengan jenis sawan.

d. Sebaiknya menggunakan monoterapi karena dengan cara ini

toksisitas akan berkurang, mempermudah pemantauan, dan

menghindari interaksi obat.

e. Dosis obat disesuaikan secara individual.

f. Evaluasi hasilnya, bila gagal dalam pengobatan, cari penyebabnya:

11
- Salah etiologi: kelaianan metabolisme, neoplasma yang tidak

terdeteksi, adanya penyakit degenerates susunan saraf pusat.

- Pemberian obat antiepilepsi yang tepat.

- Kurang penerangan: menelan obat tidak teratur.

- Faktor emosional sebagai pencetus.

- Termasuk intractable epilepsi.

g. Pengobatan dihentikan setelah sawan hilang selama minimal 2 – 3

tahun. Pengobatan dihentikan secara berangsur dengan menurunkan

dosisnya.

h. Jenis obat yang sering digunakan, yaitu:

- Phenobarbital (luminal).

Paling seringdipergunakan, murahharganya, toksisitasrendah.

- Primidone (mysolin)

Di hepar primidone di ubah menjadi phenobarbital dan

phenyletylmalonamid.

- Difenilhidantoin (DPH, dilantin, phenytoin).

Dari kelompok senyawa hidantoin yang paling banyak dipakai

ialah PH. Berhasiat terhadap epilepsi grand mal, fokal dan lobus

temporalis, takberhasiatterhadap petit mal, efek samping yang

dijumpai ialah nistagmus,ataxia, hiperlasi gingiva dan gangguan

darah.

- Carbamazine (tegretol).

Mempunyaikhasiatpsikotropikyangmungkindisebabkanpengontrol

anbangkitanepilepsiitusendiriataumungkinjugacarbamazinemema

12
ngmempunyaiefekpsikotropik.Sifat ini menguntungkan penderita

epilepsi lobus temporalis yang sering disertai gangguan

tingkahlaku.Efek samping yang mungkin terlihat ialah nistagmus,

vertigo, disartri, ataxia, depresi sumsum tulang dan

gangguanfungsi hati.

- Diazepam.

Biasanya dipergunakan pada kejang yang sedang berlangsung

(status konvulsi.).Pemberian i.m. hasilnya kurang memuaskan

karena penyerapannya lambat. Sebaiknyadiberikani.v.atau intra

rektal.

- Nitrazepam (inogadon).

Terutamadipakaiuntukspasmeinfantildanbangkitanmioklonus.

- Ethosuximide (zarontine).

Merupakanobatpilihanpertamauntukepilepsi petit mal

- Na-valproat (dopakene)

obat pilihan kedua pada petit mal

Pada epilepsi grand mal pun dapat dipakai.

obat ini dapat meninggikan kadar GABA di dalam otak.

- Acetazolamide (diamox).

Kadang-

kadangdipakaisebagaiobattambahandalampengobatanepilepsi.Zat

ini menghambat enzim carbonic-anhidrase sehingga pH otak

menurun, influks Na berkurang akibatnya membran sel dalam

keadaan hiperpolarisasi.

13
- ACTH

Seringkalimemberikanperbaikan yang

dramatispadaspasmeinfantile Hidayat,2009).

2)Pengobatan Psikososial.

            Pasien diberikan penerangan bahwa dengan pengobatan yang optimal

sebagian besar akan terbebas dari sawan. Pasien harus patuh dalam menjalani

pengobatannya sehingga dapat bebas dari sawan dan dapat belajar, bekerja dan

bermasyarkat secara normal.

3) Penatalaksanaan status epileptikus

a) Lima menit pertama

- Pastikan diagnosis dengan observasi aktivitas serangan atau satu serangan

berikutnya.

- Beri oksigen lewat kanul nasal atau masker, atur posisi kepala dan jalan

nafas, intubasi bila perlu bantuan bentilasi.

- Tanda-tanda vital dan EKG, koreksi bila ada kelaianan.

- Pasang jalur intravena dengan NaC10,9%, periksa gula darah, kimia darah,

hematology dan kadar OAE (bila ada fasilitas dan biaya).

b) Menit ke-6 hingga ke-9

Jika hipoglikemia/gula darah tidak diperiksa, berikan 50 ml glukosa 50%

bolas intravena (pada anak: 2 ml/kgBB/glukosa 25%) disertai 100 mg tiamin

intravena.

14
c) Menit ke-10 hingga ke-20

Pada dewasa: berikan 0,2 mg/kgBB diazepam dengan kecepatan 5 mg/menit

sampai maksimum 20 mg. Jika serangan masih ada setelah 5 menit, dapat

diulangi lagi. Diazepam harus diikuti dengan dosis rumat fenitoin.

d) Menit ke 20 hingga ke-60

Berikan fenitoin 20 mg/kgBB dengan kecepatan <50 mg/menit pada dewasa

dan 1 mg/kbBB/menit pada anak; monitor EKG dan tekanan darah selama

pemberian.

e) Menit setelah 60 menit

Jika status masih berlanjut setelah fenitoin 20 mg/kg maka berikan fenitoin

tambahan 5 mg/kg sampai maksimum 30 mg/kg. Jika status menetap, berikan

20 mg/kg fenobarbital intravena dengan kecepatan 60 mg/menit. Bila apne,

berikan bantuan ventilasi (intubasi). Jika status menetap, anestasia umum

dengan pentobarbiatal, midazolam atau propofal.

4)Perawatan pasien yang mengalami kejang :

a. Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin

tahu (pasien yang mempunyai aura/penanda ancaman kejang memerlukan

waktu untuk mengamankan, mencari  tempat yang aman dan pribadi

b.Pasien dilantai jika memungkinkan lindungi kepala dengan bantalan untuk

mencegah cidera dari membentur permukaan yang keras.

c. Lepaskan pakaian yang ketat

d.Singkirkan semua perabot yang dapat menciderai pasien selama kejang.

15
e. Jika pasien ditempat tidur singkirkan bantal dan tinggikan pagar tempat

tidur.

f. Jika aura mendahului kejang, masukkan spatel lidah yang diberi bantalan

diantara gigi, untuk mengurangi lidah atau pipi tergigit.

g.Jangan berusaha membuka rahang yang terkatup pada keadaan spasme

untuk memasukkan sesuatu, gigi yang patah cidera pada bibir dan lidah

dapat terjadi karena tindakan ini.

h.Tidak ada upaya dibuat untuk merestrein pasien selama kejang karena

kontraksi otot kuat dan restrenin dapat menimbulkan cidera

i. Jika mungkin tempatkan pasien miring pada salah satu sisi dengan kepala

fleksi kedepan yang memungkinkan lidah jatuh dan memudahkan

pengeluaran salifa dan mucus. Jika disediakan pengisap gunakan jika perlu

untuk membersihkan secret

j. Setelah kejang: pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah

aspirasi, yakinkan bahwa jalan nafas paten. Biasanya terdapat periode

ekonfusi setelah kejang grand mal. Periode apnoe pendek dapat terjadi

selama atau secara tiba-tiba setelah kejang. Pasien pada saat bangun harus

diorientasikan terhadap lingkungan   

2. 7 Pemeriksaan Diagnostik

1. 1.Elektrolit : Tidak seimbang dapat berpengaruh atau menjadi predisposisi

pada aktivitas kejang.

2. 2.Glukosa : Hipoglikemia dapat menjadi presipitasi(pencetus kejang.

3. 3.Ureum/Kreatinin : Meningkat dapat meningkatkan resiko timbulnya

aktivitas kejang.

16
4. Sel Darah Merah : Anemia Aplastik mungkin sebagai akibat terapi obat.

5. Kadar obat pada serum: Untuk membuktikan batas obat anti epilepsi.

6. Punksi lumbal : untuk mendeteksi tekanan abnormal dari css, tanda-tanda

infeksi,perdarahan(hemoragik,subarakhnoid,subdural)sebagai penebab

kejang tersebut.

7. Foto ronsen kepala :Untuk mengidentiikasi adanya SOL,fraktur.

8. Elektroensefalogram: Melokalisasi daerah serebral yang tidak berfungsi

dengan baik,mengukur aktivitas otak.Gelombang otak untuk menentukan

karakteristik dari gelombang pada masing –masing tipe dari aktivitas

kejang tersebut.

9. Pemantauan video EEG 24 jam : dapat mengidentifikasikan fokus kejang

secara tepat.

10. Scan CT : mengidentifikasi letak lesi serebral, hematoma, edema

serebral,trauma, abses,tumor,dan dapat dilakukan dengan/tanpa kontras.

11. 11.Positron emission tomography : Mendemontrasikan perubahan

metabolik.Misalnya penurunan metabolisme pada sisi lesi.

12. MRI : Melokalisasi lesi-lesi lokal.

13. 13.Magnetoensefalogram :Memetakan impuls/potensial listrik otak pada

pola pembebasan yang abnormal.

14. Wada : Menentukan hemisfer dominan (dilakukan sebagai evaluasi awal

dari praoperasi lobektomi temporal).

17
2.8.ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN EPILEPSI

1. Pengkajian

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, tangal pengkajian, No

register, tanggal rawat dan penanggung jawab dan perawat mengumbpulkan

informasi informasi tentang riwayat kejang pasien. Pasien ditanyakan tentang

faktor atau kejadian yang dapat menimbulkan kejang. Asupan alkohol dicatat.

Efek epilepsi pada gaya hidup dikaji:

a. ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh gangguan kejang

b. pasien mempunyai program rekreasi atau Kontak sosial

c. pengalaman kerja

d. Mekanisme koping yang digunakan

e. Obsevasi dan pengkajian selama dan setelah kejang akan membantu dalam

mengindentifikasi tipe kejang dan penatalaksanaannya.

1. Selama serangan :

i. ada kehilangan kesadaran atau pingsan.

ii. ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena.

iii. pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai.

b. d.disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang klonik, kejang

tonik-klonik, kejang mioklonik, kejang atonik.

i. pasien menggigit lidah.

c. f.mulut berbuih.

d. g.ada inkontinen urin.

e. h.bibir atau muka berubah warna.

18
f. i.mata atau kepala menyimpang pada satu posisi.

g. j.Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah pada

satu sisi atau keduanya.

h. k.ada keadaan yang mempresipitasi serangan, seperti demam, kurang tidur,

keadaan emosional.

i. l.penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang disertai dengan

gangguan kesadaran, kejang-kejang.

j. m. Apakah pernah menderita cedera otak, operasi otak.

k. n. Apakah makan obat-obat tertentu.

l. o.ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.

2. Sesudah serangan

a. pasien : letargi , bingung, sakit kepala, otot-otot sakit, gangguan bicara

b. ada perubahan dalam gerakan.

c.Sesudah serangan pasien masih ingat yang terjadi sebelum, selama dan

sesudah serangan.

d.terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernapasan atau frekuensi denyut jantung.

e.Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang.

3. Riwayat sebelum serangan

a. ada gangguan tingkah laku, emosi.

b. disertai aktivitas otonomik yaitu berkeringat, jantung berdebar.

c. ada aura yang mendahului serangan, baik sensori, auditorik, olfaktorik

maupun visual.

19
4. Riwayat Penyakit

a.Sejak kapan serangan terjadi.

b.Padausiaberapaseranganpertama.

c.Frekuensi serangan.

5. Riwayat kejang

a. Berapa sering terjadi kejang

b. Gambaran kejang seperti apa

c. sebelum kejang ada tanda-tanda awal

d. yang dilakuakn pasien setelah kejang

6. Riwayat penggunaan obat

a. Nama obat yang dipakai

b. Dosis obat

c.Berapa kali penggunaan obat

7.Pemeriksaan fisik

a.Tingkat kesadaran

b.Abnormal posisi mata

c.Perubahan pupil

d.Garakan motorik

e.Tingkah laku setelah kejang

f.Apnea

g.Cyanosis

h.Saliva banyak

20
2. Diagnosa Keperawatan secara teoritis

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di


endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
2. Termogulasi tidak efektif : Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolik,
proses infeksi
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif
selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang
terkontrol ( gangguan keseimbangan )
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan
kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat(Rencana Asuhan
Keperawatan :262-268)

3. Rencana asuhan Keperawatan Teoritis

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di


endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
Tujuan : Setelah dilakukan askep 3x24 Jam masalah bersihan
jalan nafas tidak efektif tidak terjadi dan teratasi.
Kriteria hasil : nafas normal ( 25 – 30 x/menit ), tidak tejadi aspirasi,
tidak ada dispnea, tidak ada penumpukan sekret.

INTERVENSI RASIONAL

1. Anjurkan klien untuk 1. Menurunkan resiko aspirasi atau


mengosongkan mulut dari masuknya sesuatu benda asing
benda/zat tertentu kedalam tirah baring

2. Letakkan klien dalam posisi 2. Meningkatkan aliran (drainase),


miring dan pada permukaan sekret, mencegah lidah jatuh dan
datar menyumbat jalan nafas

3. Tanggalkan pakaian klien pada 3. Untuk memudahkan usaha klien


daerah leher atau dada dan dalam bernafas dan ekspansi
abdomen dada

21
4. Melakukan penghisapan sesuai 4. Mengeluarkan mukus yang
indikasi berlebihan menurunkan resiko
aspirasi atau afeksia

5. Berikan oksigen sesuai 5. Membantu pemenuhi kebutuhan


program terai oksigen adar tetap adekuat.

2. Termogulasi tidak efektif : Hipertermi berhubungan dengan peningkatan


metabolik, proses infeksi

Tujuan : Setelah dilakukan askep 3x24 Jam, masalah termogulasi


tidak efektif teratasi.

Kriterua hasil : Demam berkurang, suhu normal 36,5 – 37,5 ̊ C , Nadi dan
RR normal, tidak ada perubahan warna kulit

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji faktor-faktor terjadinya 1. Mengetahui penyebab terjadinya


peningkatan suhu peningkatan suhu tubuh karena
penambahan pakaian / selimut dapat
menghambat penurunan suhu.

2. Pemantauan tanda vital yang teratur


2. Observasi tanda – tanda vital dapat menentukan perkembangan
keperawatan selanjutnya.

3. Ajarkan keluarga cara 3. Proses konduksi / perpindahan

memberikan kompres dibagian panas dengan suatu bahan perantara.

kepala / ketiak

4. Proses hilangnya panas akan

22
4. Anjurkan untuk menggunakan terhalangi oleh pakaian tebal dan
pakaian tipis yang terbuat dari tidak dapat menyerap keringat.
kain katun

5. Kebutuhan cairan meningkat karena


5. Berikan ekstra cairan dengan
penguapan tubuh yang meningkat.
menganjurkan klien banyak
minum

1. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan


kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan
aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )

Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3x24 Jam masalah resiko


terhadap cidera teratasi dan tidak terjadi.

Kriteria Hasil : tidak terjadi cidera fisik pada klien, klien dalam kondisi
aman, tidak ada memar dan tidak ada resiko terjatuh.

INERVENSI RASIONAL

1. Identifikasi faktor lingkungan 1. Dengan menjauhkan barang-barang


yang memungkinkan resiko disekitarnya dapat membahayakan
terjadinya cidera saat terjadinya kejang

2. Pasang penghalang ditempat 2. Penjagaan untuk keamanan, untuk


tidur mencegah terjadinya cidera pada
klien

3. Letakkan klien ditempat tidur 3. Area yang rendah dan datar dapat
yang rendah & datar mencegah terjadinya cidera pada
klien

4. Siapkan kain lunak untuk 4. Lidah berpotensi tergigit saat

23
mencegah terjadinya tergigitnya kejang karena saat kejang biasanya
lidah saat kejang lidah menjulur kedepan

5. Berikan obat anti kejang 5. Mengurangi aktivitas kejang yang


berkepanjangan yang dapat
mengurangi suplai oksigen

4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan


dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.

Tujuan : Setelah dilakukan askep 1x24 Jam masalah kurang


pengetahuan mengenai kondisi dan aturan
pengobatan teratasi.

Kriteria hasil : Mampu mengungkapkan pemahaman tentang gangguan


dan berbagai rangsangan yang telah diberikan, mulai
merubah perilaku, mentaati peraturan obat yang
diresepkan.

INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan mengenai prognosis 1. Memberikan kesempatan untuk
penyakit dan perlunya mengklarifikasi kesalahan
pengobatan persepsi & keadaan penyakit yang
ada

2. Berikan informasi yang 2. Pengetahuan yang diberikan


adekuat tentang prognosis mampu menurunkan resiko dari
penyakit dan tentang interaksi efek bahay satu penyakit & cara
obat yang potensial menanganinya

3. Kebutuhan terpeutik dapat


3. Tekankan perlunya untuk
berubah sehingga mempersiapkan
melakukan evaluasi yang
kemungkinan yang akan terjadi
teratur/melakukan pemeriksaan

24
laboratorium sesuai indikasi
4. Aktivitas yang sedang & teratur
4. Diskusikan manfaat kesalahan dapat membantu
umum yang baik, seperti diet menurunkan/mengendalikan
yang adekuat, & istirahat yang faktor presdiposisi
cukup

2.3.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan
dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan
perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI,
1989;162 )

2.3.5 Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah
tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu
langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa
masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).

BAB III
TINJAUAN KASUS

25
3.1. PENGKAJIAN

3.1.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : An.A
Alamat : Perumnas Badar
Tempat / tanggal Lahir : Batam, 24 November 2015
Usia : 5 tahun
Nama Ayah / Ibu : Tn.B/Ny.S
Pekerjaan Ayah : Buruh
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Pendidikan Ayah : SMP
Pendidikan Ibu : SMP
Agama : Islam
Suku Bangsa    : Jawa

3.1.2 RIWAYAT KESEHATAN

a. Keluhan Utama

Keluhan utama masalah kesehatan yang dialami oleh An.B adalah Kejang

Demam.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Masalah yang dialami oleh An.B saat ini adalah Kejang Demam. Ibu klien

mengatakan saat terjadi kejang tubuh An.B seluruhnya bergetar, kaki

menendang-nendangdan mulut terkatup dengan keras. Ibu klien mengatakan

ketika dirumah saat terjadi kejang pada An.B berlangsung selama kira-kira

± 3-5 menit dan biasanya terjadi di pagi hari dan di sore hari. Ibu klien juga

mengatakan sebelumnya An.B tidak ada riwayat kejang, namun sebelum

dibawa kerumah sakit klien sudah 2 kali mengalami kejang di rumahnya di

pagi hari dan di sore hari.Kejang yang dialami An.B selalu disertai dengan

demam tinggi dan terdengar ada suara batuk yang di sertai dengan adanya

penumpukan sekret.

c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

26
1. Riwayat kehamilan dan kelahiran

a) Prenatal

Ibu klien mengatakan ketika mengandung An.B rajin memeriksakan

kondisi kehamilannya satu bulan sekali di bidan praktek dan

puskesmas yang berada disekitar rumahnya. Dan ibu klien juga

mengatakan selama masa kehamilan klien pernah mengalami

hipertensi namun klien tidak memiliki riwayat jatuh ataupun riwayat

kecelakaan.

b) Intranatal

Ibu klien mengatakan proses persalinan saat melahirkan An.B

dilakukan persalinan secara Secsio Cesaria. Namun saat persalinan

berlangsung tidak di temukan masalah apa-apa, tidak ada

perdarahan, dan tidak ada komlikasi yang lainnya.

c) Postnatal

Ibu klien mengatakan setelah melahirkan An.B tidak terjadi masalah

yang menghawatirkan. Ibu klien hanya dirawat selama 3 hari

perawatan di rumah sakit dan setelah itu diperbolehkan pulang

karena tidak ada masalah apapun.

2. Riwayat Masa Lalu

Ibu klien mengatakan An.B sebelumnya tidak memiliki riwayat

penyakit apapun. Ibu klien juga mengatakan An.B tidak pernah

sebelumnya dirawat di rumah sakit, sehingga An.B tidak mengonsumsi

obat-obatan. Ibu An.B juga mengatakan An.B tidak memiliki riwayat

melakukan tindakan operasi apapun, tidak ada riwayat alergi, tidak ada

27
riwayat kecelakaan dan tidak ada riwayat jatuh ataupun kecelakaan.

Dan ibu klien juga mengatakan sampai dengan usia An.B 5 bulan saat

ini imunisasi sudah dilakukan, hanya tinggal beberapa imunisasi saja

yang belum dilakukan karena klien belum mencapai usia tersebut.

3.1.3 RIWAYAT KELUARGA

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Tinggal 1 rumah

: Keturunan

: Pernikahan

: Klien

28
An. B adalah anak kedua dari dua orang bersaudara, An.B tinggal bersama

kedua orang tuannya yaitu ayah dan ibunya beserta kakak laki-lakinya. Ibu

An.B mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada riwayat kejang yang

seperti dialami An.B saat ini. Namun Ibu klien mengatakan bahwa sebelumnya

kakak An.B ketika berusia 2 tahun juga pernah mengalami kejang, namun tidak

sampai dibawa kerumah sakit dan dirawat berhari-hari seperti An.B saat ini.

3.1.4 RIWAYAT SOSIAL

Ibu An.B mengatakan bahwa sejak kecil kedua orang tuanyalah yang merawat,

mengasuh dan tinggal bersama-sama dengan An.B beserta kakak laki-lakinya.

Hubungan An.B didalam keluarga nya sangat baik, kehadiran An.B di tengah-

tengah keluarga nya sangat diterima dengan baik. Banyak diantara keluarga-

keluarganya yang lain senang bermain dan secara bergantian ingin

menggendong An.B. An.B anak yang cukup kooperatif, tidak rewel dan jarang

menangis sehingga banyak yang senang bermain dengannya. Dan lingkungan

disekitar An.B cukup aman karena An.B selalu diawasi oleh

keluarganyakarena saat ini An.B berada ditahapan Tumbuh kembang belajar

untuk telengkup dan merangkak.

3.1.5 KEBUTUHAN DASAR

a. Pola Makan

Ibu An.B mengatakan karena saat ini usia An.B masih 5 bulan,jadi ibu

klien belum memberikan makanan pendamping apapun.saat ini An.B

secaraeklusif hanya mengonsumsi ASI. Ibu An.B mengatakan selama

29
mengonsumsi ASI tidak ditemukan masalah apa-apa. Frekuensi An.B

mengonsumsi ASI setiap 2-3 jam sekali.

b. Pola Tidur

An.B tidak memiliki kebiasaan apapun sebelum tidur. ibu klien mengatakan

jika sebelum tidur siang ataupun malam hari An.B minum ASI. Tidur An.B

dirasa cukup baik tidak ada masalah dan tidak ada gangguan apapun saat

klien tertidur. Dalam sehari klien tidur selama ±9– 10 jam.

c. Mandi

An.B mandi 2x dalam sehari dengan menggunakan washlap dan air hangat.

Setiap ibu klien memandikan, klien selalu diberikan sabun, shampo.

d. Aktivitas Bermain

Ibu An.B mengatakan dalam kesehariannya An.B adalah anak yang cukup

aktif dan kooperatif. An.B saat ini belum bisa menggunakan alat-alat

bermainnya hanya saja An.B suka memasukkan benda mainannya kedalam

mulutnya dan kini An.B sedang pada masa tahapan Tumbuh kembang

belajar telengkup.

e. Eliminasi

Ibu An.B mengatakan kebiasaan BAK dalam keseharian An.B 4-6x dalam

sehari. Konsistensi urine berwarna kuning, dengan bau yang khas, kira-kira

± 100cc/hari.

Untuk BAB ibu klien dalam sehari 1-2x/sehari dengan konsistensi cair

warna kuning kecoklatan dengan bau yang khas. dan ibu An.B juga

mengatakan tidak ada masalah dan gangguan saat BAB.

3.1.6 KEADAAN KESEHATANSAATINI

30
a. Diagnosamedisawaltanggal21april214“KejangDemam”

b. Diagnosa medis akhir tanggal 23 april 214 “Epilepsi”

c. Status nutrisi

Ibu An.B mengatakan karena saat ini usia An.B masih 5 bulan,jadi ibu

klien belum memberikan makanan pendamping apapun.saat ini An.B

secaraeklusif hanya mengonsumsi ASI. Ibu An.B mengatakan selama

mengonsumsi ASI tidak ditemukan masalah apa-apa. Frekuensi An.B

mengonsumsi ASI setiap 2-3 jam sekali.

d. Status cairan

Klien terpasang IVFD D5 ¼ NS 8tts/menit (dengan faktor tetes mikro)

e. Obat-obatan

1) Ampicilin 3x150 mg

(pada pukul 09.00 – 17.00 – 01.00)

2) Stesolid sup 0.5 mg

3) Diazepam injeksi 0.5 mg

4) PCT siruf 3x1 sendok

(pada pukul 09.00 – 17.00 – 01.00

f. Hasil Laboratorium tanggal 20 april 2014

No Jenis Hasil Satuan Nilai Normal


Pemeriksaan
1 WBC 9.3 103/ul 5-10
2 RBC 5.22 106/ul 3,08-5,05
3 HGB 11.6 g/dl 11-16
4 HCT 36.6 % 37-48
5 MCV 70 fL 80-92
6 MCH 22.3 fL 27-31

31
7 MCHC 31.8 g/dl pg 32-36
8 PLT 664 103/mm3 103/ul 150-450

g. Pemeriksaan EEG

Dari hasil pemeriksaan EEG yang telah dilakukan pada tanggal 23 April

2014 menunjukkan hasil bahwa An.B dinyatakan hasil EEG abnormal yang

menyatakan An.B menderita Epilepsi.

3.1.7 PEMERIKSAAN FISIK

No Pemeriksaan Hasil
a. Tanda-tanda vital

Nadi 120x/menit

RR 42x/menit

Suhu 37.7 OC

Berat Badan 10 kg

Panjang Badan 90 cm
b. Kepala-leher

32
Kepala Bentuk kepala bulat, tidak adaedema,

tidak ada nyeri tekan, kaput (-)

Ubun-ubun Ubun-ubun lunak, ubun-ubun besar (+),

ubun-ubun kecil (-)

Mata Konjungtiva ananemis, sklera anikterik,

reaksi pupil terhadap cahaya (+)

Hidung Tidak ada polip ataupun benda asing,

keadaannya cukup bersih, secret tidak ada

Mulut Mukosa tampak pucat, keadaan cukup

bersih, tonsil warna pink, gusi warna

pink, gigi klien belum tumbuh, reflek

Tenggorokan menghisap (+)

Reflek menelan (+), tidak ada infeksi,

Vena jugularis tidak ada nyeri, dan tidak ada edema.

Kelenjar Limfe Tidak ada pembesaran vena jugularis

Tidak ada pembesaran kelenjar limfe


c. Thorax/paru-paru RR= 42x/menit, Retraksi dinding dada

(-), penggunaan otot-otot pernaasan (-),

tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan,

suara paru vesikuler reguler, ronchi (+),

whezing (-)
d. Jantung Perifer :

CRT <2detik (+), sianosis bibir (+)

Jantung :

Tidak ada edema, tidak ada nyeri dada,

33
tidak ada nyeri tekan, suara jantung S1 &

S2 reguler, HR=120x/menit
e. Abdomen Tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan,

bentuk abdomen normal, suara bising

usus 5x/menit
f. Genitalia& anus Penis menonjol (+), keadaan genitalia

cukup bersih, tidak ada edema, Anus (+),

tidak ada hemoroid


g. ekstermitas Kekuatan otot (+), pergerakan cukup
aktif, tidak ada edema, kesadaaran
composmentis PCS = 15 ,tonus otot 5 5
5 5

a. Kemandirian dan bergaul

Klien saat ini masih dalam tahap tumbang bayi berusia 5 bulan dan saat ini

kemampuan kemandirian klien sudah mampu meraih benda yang ada

disekitarnya dan benda yang diberikan padanya.

b. Motorik halus

klien sudah mampu meraih benda yang ada disekitarnya dan benda yang

diberikan padanya.

c. Kognitif dan bahasa

Klien mampu mendengar suaraorang-orang yang memanggil namanya,

dan langsung menolehkan kepalanya kearah sumber suara. Namun, untuk

kemampuan bahasa klien masih belum bisa berbicara, hanya mampu

mengeluarkan kata-kata yang belum jelas dan hanya mampu menangis.

34
d. Motorik kasar

Klien mampu menggerakkan tubuhnya, klien mampu telengkup dengan

sendirinya tampa bantuan orang lain,dan mampu menegakkan kepalanya

a. Pengkajian fungsi motorik

Pengkajian Hasil yang ditemukan

a. Amati bayi atau anak terhadap : Ukuran keala sedang dengan


abnormalitas yang nyata yang ukuran lingkar kepala 35cm,
mempengaruhi fungsi motorik. bentuk kepala bulat, dan tidak ada
Khususnya amati bentuk kepala hematoma ada area tulang
dan ukuran kepala dan periksa belakang kepala.
tulang belakang.

b. Uji kekuatan otot dan : Klien mampu menggenggam jari


kesimetrisan dengan meletakkan tangan si pemeriksa saat
jari tangan di atas telaak tangan diletakkan diatas telapak tangan si
anak agar dapat ia genggam dan anak, dan saat telapak kaki si
dorong telapak kaki anak anak didorong ada perlawanan
dengan tangan si pemeriksa. yang cukup baik dari si anak.

c. Gerakan semua sendi dengan : Klien memiliki rentang gerakan


rentang gerakan. Perhatikan yang fleksibel, mampu mengikuti
flaksiditas atau spasitisitas. atau diarahkan sesuai dengan
gerakan yang dilakukan.

b. Pengkajian fungsi sensorik

Saraf Kranial Pengkajian Fungsi Hasil Yang


Ditemukan
N. IOlfaktorius Mengidentifikasi dengan benar bau Belum dapat dikaji
yang berbeda
N. IIOptikus Memeriksa ketajaman penglihatan Ketajaman penglihatan

35
anak, persepsi terhada cahaya. An.A cukup baik, klien
mampu berespon
terhadap cahaya.
N. III Okumolotorius Memeriksa ukuran dan reaksi pupil, Respon pupil terhadap
dan periksa kelopak mata terhadap cahaya (+), ukuran
posisi pupil 2mm, posisi
kelopak mata simetris
dan sejajar dengan garis
telinga
N. IVTroklearis Melihat pergerakan mata anak ke Pergerakan bola mata
arah bawah, ke atas, ke samping akttif (+)
N. VTrigeminus Tentukan apakah anak dapat Anak mudah menoleh
merasakan sentuhan halus di atas bila area dekat pipi
pipi dekat mulut disentuh
N. VIAbdusen Kaji kemampuan anak
menggerakan mata secara lateral Belum dapat di kaji
N. VIIFasialis Menguji indra pengecaan anak Belum dapat di kaji
N. VIIIAkustikus Uji pendengaran anak, dengan Klien langsung
memanggil anak dari arah samping menoleh ke arah
telingan nya sumber suara
N. IXGlasofaringeus Kemempuan mengidentifikasi rasa Belum dapat di kaji
larutan pada lidah
N. XVagus Kemampuan terhadap reflek Reflek menelan (+) saat
menelan spatel dimasukkan
kedalam mulut si anak
N. XIAksesorius Memeriksa kemampuan anak Belum dapat di kaji
memutarkan kepala dan gerakan
mengangkat bahu
N. XIIHipoglosus Meminta anak untuk mengeluarkan Belum dapat di kaji
lidah dan kemampuan
mengucapkan huruf “R”

36
3.2 ANALISA DATA

N DATA MASALAH ETIOLOGI


O
1 DS: Bersihan jalan nafas Sumbatan lidah di
- Ibu An.B Mengatakan tidak efektif endotrakea
anaknya saat ini sedang
batuk-batuk peningkatan sekret
- Ibu An.B mengatakan saliva
takut yang klien rasakan
setelah dirumah sakit & kerusakan
setelah mengalami kejang neoromuskuler
berulang
- Ibu An.B Mengatakan
batuk yang dialami
anaknya disertai dengan
adanya penumpukan
sekret.
DO:
- An.B terlihat sekali
mengeluarkan suara batuk
- An. B terpasang O₂ 1
Liter/menit nasal kanul
- An. B Telah dilakukan
penghisapan sekret
dengan menggunakan
suction
- Ronchi (+)
- Retraksi dinding dada (-)
- Sianosis (-)
- RR = 38x/menit

37
2 DS: Termogulasi tidak Peningkatan
- Ibu klien mengatakan efektif metabolic
demam An.B semalam
saat sebelum dibawa ke proses infeksi
Rumah Sakit.
- Ibu Klien mengatakan peningkatan suhu
An.B mengalami demam
setelah 2x mengalami
Kejang
- Ibu Klien mengakatan
kondisi demam yang saat
ini dialami oleh An.B
membuat klien menjadi
gelisah

DO :
- Klien tampak lemas &
lemah
- Suhu An.B (21/04/2014)
Pagi : 37,7 ̊C
Siang : 38,5 ̊C
- Klien An.B tampak
Gelisah
- Klien tampak banyak
mengeluarkan keringat
- Mukosa bibir pucat

3
DS:
- Ibu An.B mengatakan

38
An.B sebelumnya tidak
pernah mengalami kejang Resiko Terhadap Perubahan
- Ibu An.B kejang yang di cidera kesadaran
alami An.B sebelum
dibawa Ke Rumah Sakit kerusakan kognitif
sudah 2x terjadi yaitu pagi selama kejang
& siang.
- Ibu An.B mengatakan saat kerusakan
kejang tubuh anaknya mekanisme
bergetar & kakinya perlindungan diri
menendang-nendang
- Ibu An.B mengatakan aktivitas kejang
kejang yang terjadi yang tidak terkontrol
berlangsung kira-kira ± 5
menit

DO:
- Klien tampak terlihat
gelisah
- Klien terlihat saat demam
tubuhnya bergetar
- Kejang berlangsung ± 5
menit
- Saat kejang terlihat
ibunya memasukkan kain
kedalam mulutnya

4 DS:
- Ibu klien mengatakan

39
tidak tahu apa yg terjadi
pada An.B Kurang pengetahuan Kurang pemajaran
- Ibu klien mengatakan mengenai kondisi
setiap An.B kejang, ibu dan aturan kesalahan
klien selalu panik pengobatan interpretasi
- Ibu klien mengatakan jika informasi
An.B kejang tidak tahu
apa yang harus dilakukan kurang mengingat.

DO:
- Ibu klien tampak terlihat
bingung & sangat panik
saat An.B kejang
- Ibu klien tampak terlihat
cemas & takut jika An.B
kembali kejang

3.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di


endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
b. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan
metabolik, proses infeksi
c. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif
selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang
yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan
kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.

3.4. RENCANA KEPERAWATAN

40
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di
endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
Tujuan : Setelah dilakukan askep 3x24 Jam masalah bersihan
jalan nafas tidak efektif tidak terjadi dan teratasi.
Kriteria hasil : nafas normal ( 25 – 30 x/menit ), tidak tejadi aspirasi,
tidak ada dispnea, tidak ada penumpukan sekret.

INTERVENSI RASIONAL

1. Anjurkan klien untuk 1. Menurunkan resiko aspirasi atau


mengosongkan mulut dari masuknya sesuatu benda asing
benda/zat tertentu kedalam tirah baring

2. Letakkan klien dalam posisi 2. Meningkatkan aliran (drainase),


miring dan pada permukaan sekret, mencegah lidah jatuh dan
datar menyumbat jalan nafas

3. Tanggalkan pakaian klien pada 3. Untuk memudahkan usaha klien


daerah leher atau dada dan dalam bernafas dan ekspansi
abdomen dada

4. Melakukan penghisapan sesuai 4. Mengeluarkan mukus yang


indikasi berlebihan menurunkan resiko
aspirasi atau afeksia

5. Berikan oksigen sesuai 5. Membantu pemenuhi kebutuhan


program terai oksigen adar tetap adekuat.

2. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhuberhubungan dengan


peningkatan metabolik, proses infeksi

41
Tujuan : Setelah dilakukan askep 3x24 Jam, masalah termogulasi
tidak efektif teratasi.

Kriterua hasil : Demam berkurang, suhu normal 36,5 – 37,5 ̊ C , Nadi dan
RR normal, tidak ada perubahan warna kulit

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji faktor-faktor terjadinya 1. Mengetahui penyebab terjadinya


peningkatan suhu peningkatan suhu tubuh karena
penambahan pakaian / selimut
dapat menghambat penurunan
suhu.
2. Observasi tanda – tanda vital 2. Pemantauan tanda vital yang
teratur dapat menentukan
perkembangan keperawatan
selanjutnya.

3. Proses konduksi / perpindahan


3. Ajarkan keluarga cara
panas dengan suatu bahan
memberikan kompres dibagian
perantara.
kepala / ketiak

4. Anjurkan untuk menggunakan 4. Proses hilangnya panas akan


pakaian tipis yang terbuat dari terhalangi oleh pakaian tebal dan
kain katun tidak dapat menyerap keringat.

5. Berikan ekstra cairan dengan


5. Kebutuhan cairan meningkat
menganjurkan klien banyak
karena penguapan tubuh yang
minum
meningkat.

3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan


kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan
aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )

42
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3x24 Jam masalah resiko
terhadap cidera teratasi dan tidak terjadi.

Kriteria Hasil : tidak terjadi cidera fisik pada klien, klien dalam kondisi
aman, tidak ada memar dan tidak ada resiko terjatuh.

INERVENSI RASIONAL

1. Identifikasi faktor lingkungan 1. Dengan menjauhkan barang-


yang memungkinkan resiko barang disekitarnya dapat
terjadinya cidera membahayakan saat terjadinya
kejang

2. Pasang penghalang ditempat 2. Penjagaan untuk keamanan,


tidur untuk mencegah terjadinya cidera
pada klien

3. Letakkan klien ditempat tidur 3. Area yang rendah dan datar dapat
yang rendah & datar mencegah terjadinya cidera pada
klien

4. Siapkan kain lunak untuk 4. Lidah berpotensi tergigit saat

mencegah terjadinya kejang karena saat kejang

tergigitnya lidah saat kejang biasanya lidah menjulur kedepan

5. Berikan obat anti kejang 5. Mengurangi aktivitas kejang


yang berkepanjangan yang dapat
mengurangi suplai oksigen

4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan


dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.

43
Tujuan : Setelah dilakukan askep 1x24 Jam masalah kurang
pengetahuan mengenai kondisi dan aturan
pengobatan teratasi.

Kriteria hasil : Mampu mengungkapkan pemahaman tentang gangguan


dan berbagai rangsangan yang telah diberikan, mulai
merubah perilaku, mentaati peraturan obat yang
diresepkan.

INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan mengenai prognosis 1. Memberikan kesempatan untuk
penyakit dan perlunya mengklarifikasi kesalahan persepsi
pengobatan & keadaan penyakit yang ada

2. Berikan informasi yang adekuat 2. Pengetahuan yang diberikan


tentang prognosis penyakit dan mampu menurunkan resiko dari
tentang interaksi obat yang efek bahay satu penyakit & cara
potensial menanganinya

3. Kebutuhan terpeutik dapat berubah


3. Tekankan perlunya untuk
sehingga mempersiapkan
melakukan evaluasi yang
kemungkinan yang akan terjadi
teratur/melakukan pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi

4. Aktivitas yang sedang & teratur


4. Diskusikan manfaat kesalahan
dapat membantu
umum yang baik, seperti diet
menurunkan/mengendalikan faktor
yang adekuat, & istirahat yang
presdiposisi
cukup

44
CATATAN PERKEMBANGAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di


endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.

Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi Paraf
& jam
Sabtu,
02/01/2021

08. 30 WIB 1. Menganjurkan Subjektif :


klien untuk - Ibu An. B mengatakan
mengosongkan bahwa anaknya kini
mulut dari dalam keadaan batuk
benda/zat tertentu - Ibu An. B mengatakan
09.00 WIB 2. Meletakkan klien sudah 2 hari anaknya
dalam posisi mengalami batuk
miring dan pada - Ibu An. B mengatakan
permukaan datar batuk yang dialami
09.15 WIB 3. Menanggalkan anaknya disertai dengan
pakaian pada secret/dahak
daerah leher dan
dada, serta Objektif :
abdomen - Tampak tidak ada benda
10.30 WIB 4. Melakukan asing/zat tertentu di

45
penghisapan mulut An.B
sesuain indikasi - Klien terlihat dalam
5. Memberikan posisi miring kiri diatas
oksigen sesuai permukaan datar tempat
program terapi O2 tidur
1 liter/menit - Ibu klien tampak
nasal kanul melepaskan pakaian luar
An. B dan hanya
memakaikan kaos dalam
saja pada An. B
- Pukul 19.30 WIB telah
dilakukan penghisapan
secret dengan
menggunakan mesin
suction
- Klien terpasang oksigen 1
liter/menit nasal kanul

Analisis :
- Masalah bersihan jalan
nafas tidak efektif teratasi
sebagian

Planing :
- Lanjutkan Intervensi : 2,4
&5

2. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan


metabolik, proses infeksi

Hari/Tangga
l Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Sabtu,
02/01/2021

08. 45 WIB 1. Mengkaji factor Subjektif :


terjadinya - Ibu klien mengatakan
peningkatan demam An. B belum

46
suhu juga turun
- Ibu klien mengatakan
09.00 WIB 2. Mengobservasi demam yang dialami
vital sign oleh An. Bsejak
semalam saat setelah
09.10 WIB 3. Mengajarkan dibawa ke Rumah Sakit
keluarga cara - Ibu klien mengatakan
memberikan demam yang di alami
kompres di klien setelah terjadi
bagian kepala / kejang
ketiak
Objektif :
09.30 WIB 4. Menganjurkan - Faktor terjadi demam
untuk akibat kejang yang
menggunakan terjadi setelah berulang
pakaian tipis - Hasil observasi vital
yang terbuat dari sign :
kain katun Suhu : 38,5⁰C Nadi :
120x/menit
09.45 WIB 5. Menganjurkan Pernafasan : 42x/menit
ibu untuk - Mengajarrkan cara
memberikan mengkompres dan
ASI sesering keluarga telah mampu
mungkin mempraktekannya

6. Memberikan - Klien tampak telah di


antipiretik ganti pakaiannya oleh
ibunya dengan pakaian
yang tipis
- Klien tampak sering
diberikan ASI eksklusif
oleh ibunya
- PCT sirup 3 x 1 sendok

Analisis :
- Masalah
ketidakefektifan
termoregulasi teratasi
sebagian

Planing :
- Lanjutkan Intervensi :

47
2,3 & 5

3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan


kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan
aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )

Hari/Tangga Implementasi Evaluasi Paraf


l
& Jam
Sabtu,
02/01/2021

08. 30 WIB
1. Menganjurkan Subjektif :
klien untuk - Ibu An. B mengatakan
mengosongkan bahwa anaknya kini
mulut dari dalam keadaan batuk
benda/zat - Ibu An. B mengatakan
tertentu sudah 2 hari anaknya
09.00 WIB
2. Meletakkan mengalami batuk
klien dalam - Ibu An. B mengatakan
posisi miring batuk yang dialami
dan pada anaknya disertai dengan
permukaan secret/dahak
datar
09.10 WIB
3. Menanggalkan Objektif :
pakaian pada - Tampak tidak ada benda
daerah leher asing/zat tertentu di
dan dada, serta mulut An.B
abdomen - Klien terlihat dalam
09.45 WIB
4. Melakukan posisi miring kiri diatas
penghisapan permukaan datar tempat
sesuain indikasi tidur
Masih
terpasang 5. Memberikan - Ibu klien tampak
oksigenn sesuai melepaskan pakaian luar

48
program terapi An. B dan hanya
O2 1 liter/menit memakaikan kaos dalam
saja pada An. B
- Pukul 19.30 WIB telah
dilakukan penghisapan
secret dengan
menggunakan mesin
suction
- Klien terpasang oksigen 1
liter/menit nasal kanul

Analisis :
- Masalah bersihan jalan
nafas tidak efektif teratasi
sebagian

Planing :
- Lanjutkan Intervensi : 2,4
&5

49
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di
endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.

Hari/Tangga
l Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Minggu,
03/01/2021

10. 15 WIB 1. Meletakkan klien Subjektif :


- Ibu An. B
dalam posisi
mengatakanbatuk yang
miring dan pada dialami An. B sudah mulai
berkurang
permukaan datar
- Ibu An. B mengatakan
11.30 WIB 2. Melakukan sudah tidak mendengar
suara dahak/secret ketika
penghisapan
An. B batuk
sesuain indikasi
Masih Objektif :
3. Memberikan
terpasang - Klien di posisikan miring
oksigenn sesuai kiri dan di permukaan datar
diatas tempat tidur
program terapi O2
- Klien telah dilakukan
1 liter/menit penghisapan dengan
menggunakan suction
untuk yang terakhir, karena
secret/dahak sudah
berkurang & tidak
terdengar lagi

50
- Klien An. B masih
terpasang Oksigen 1
liter/menit nasal kanul

Analisis :
- Masalah bersihan jalan
nafas tidak efektif teratasi.

Planing :
- Intervensi dihentikan.

2. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan


metabolik, proses infeksi

No Hari/Tangga
. l Implementasi Evaluasi Paraf
DX & Jam
2. Minggu,
03/01/2021

08. 15 WIB 1. Mengobservasi Subjektif :


vital sign - Ibu An. B mengatakan
09.30 WIB 2. Mengajarkan demam di hari ke-2
keluarga cara perawatan di rumah sakit
memberikan sudah berangsur turun
kompres di sedikit demi sedikit
09.00 WIB 3. Memberikan - Ibu klien mengatakn sudah
ekstra cairan rutin memberikan kompres
dengan di bagian kepala anak untuk
menganjurkan menurunkan suhu tubuh
klien banyak - Ibu klien mengatakan sering
minum memberikan ASI kepada

51
4. Memberikan anaknya
antipiretik

Objektif :
- Observasi vital sign : Pagi,
Suhu : 37,5OC
Nadi : 100x/m RR : 34x/m
Siang ; S : 37,4OC N :
110x/m
RR : 30x/menit
- Ibu klien tampak sedang
memberikan kompres hangat
di bagian kepala klien
- Ibu klien tampak sedang
memberikan ASI saat klien
menangis kehausan
- PCT sirup 3 x 1 sendok
Analisis :
- Masalah ketidakefektifan
termoregulasi teratasi
sebagian

Planing :
- Lanjutkan Intervensi : 1 & 2

3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan


kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan
aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )

Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Minggu,
03/01/2021

52
09.00 WIB
1. Memberikan Subjektif :
penghalang di - Ibu An. B mengatakan
09.20 WIB tempat tidur klien selalu menjaga &
2. Menyiapkan kain mengawasi An. B di tempat
lunak untuk tidur
mencegah terjadinya - Ibu klien mengatakan selalu
tergigitnya udah saat menyiapkan kain lunak
10.00 WIB kejang disamping tempat tidur An.
3. Memberikan obat B
anti kejang :
- Stesolid.Sup : Objektif :
0,5 mg - Tampak terlihat keluarga
- Diazepam IV : An. B memberikan
0,5 mg penjagaan disamping
tempat tidur klien
- Ibu klien tampak dengan
sigap selalu memasukkan
kain lunak ke dalam mulut
An. B saat terjadi kejang
- Klien selalu mendapatkan
stesolid & Diazepam setiap
kali kejangmya kembali
berulang.

Analisis :
- Masalah Resiko terhadap
cidera sebagian sudah
teratasi.

Planing :

53
- Lanjutkan Intervensi 2 & 3.

2. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan


metabolik, proses infeksi

Hari/Tangga Implementasi Evaluasi Paraf


l
& Jam
Minggu,
03/01/2021
19.00 WIB
1. Mengobservasi vital Subjektif :
19..45 WIB sign - Ibu An. B mengatakan
2. Memberikan demamnya semakin tinggi
kompres dibagian - Ibu klien mengatakan sangat
kepala/ketiak panic melihat kondisi
3. Memberikan demam An. B yang
antipiretik meningkat
- Ibu klien mengatakan sudah
sering memberikan
kompres hangat setiap kali
An. B demam

54
Objektif :
- Hasil observasi vital sign :
Siang,
Suhu : 39,8OC
Nadi : 118x/m RR : 46x/m
Sore ; S : 39,4OC N :
134x/m
RR : 44x/menit Malam ; S :
36,3OC N : 100x/m RR :
40x/m
- Ibu klien dan keluarga klien
tampak telah memberikan
kompres hangat di bagian
kepala dan ketiak An. B
- PCT sirup 3 x 1 sendok

Analisis :
- Masalah ketidakefektifan
termoregulasi belum teratasi

Planing :
- Lanjutkan Intervensi : 1 & 2

55
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan
kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan
aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )

Hari/Tangga
l Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Minggu,
03/01/2021
19.00 WIB
1. Menyiapkan kain lunak Subjektif :
19.30 WIB untuk mencegah - Ibu An. B mengatakan
terjadinya tergigitnya masih sering merasa panic
udah saat kejang & gelisah setiap kali
2. Memberikan obat anti anaknya kembali kejang
kejang : - Ibu klien mengatakan
- Stesolid.Sup : 0,5 bagaimana caranya agar
mg An. B tidak kembali
mengalami kejang

Objektif :
- Ibu klien tampak terlihat
sedang menyelipkan kain
lunak saat An. B kembali
kejang
- Klien telah diberikan obat
anti kejang stesolid

Analisis :
- Masalah Resiko terhadap
cidera teratasi.

56
Planing :
- Lanjutkan Intervensi ulang
jika klien masih
menngalami kejang

57
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan
dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.

Hari/Tangga
l Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Minggu,
03/01/2021

20.15 WIB 1. Menjelaskan mengenai Subjektif :


prognosis penyakit & - Ibu An. B mengatakan
perlunya pengobatan dirinya sebelumnya tidak
20.30 WIB 2. Memberikan informasi tahu apa yang terjadi pada
yang adekuat tentang anaknya dan bagaimana
prognosis penyakit & cara menanganinya
tentang interaksi obat - Ibu klien mengatakan kini
yang potensial setelah diberikan informasi
20.45 WIB 3. Menekankan bahwa dirinya menjadi tahu
perlunya untuk
melakukan evaluasi yg Objektif :
teratur/melakukan - Ibu klien tampak
pemeriksaaan memperhatikan terkait
laboratorium sesusai penjelasan yang diberikan
indikasi mengenai prognosis
20.50 WIB 4. Mendiskusikan manfaat penyakit & pentingnya
kesehatan umum yang pengobatan
baik seperti diit yang - Ibu klien tampak antusias
adekuat & istirahat yang & cukup kooperatif
cukup. mendengarkan informasi
yang diberikan
- Ibu klien tampak sudah
mengerti apa yang harus
rutin ia lakukan untuk
mengecek kesehatan

58
anaknya
- Ibu lien tampak sudah
memahami cara
meningkatkan kesehatan
untuk anaknya

Analisis :
- Masalah Kurang
pengetahuan mengenai
kondisi dan aturan
pengobatan teratasi.

Planing :
- Intervensi di hentikan.
- Memberikan leaflet sebagai
informasi lanjutan.

59
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada An.A didapatkan kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian terpenting dari Epilepsi adalah melakukan anamnese

selengkap mungkin serta pemeriksaan fisik untuk menetukan penyebab

kejang terjadi.

Apabila dari anamnese dan pemeriksaan fisik masih sulit menentukan

penyebab Epilepsi maka dilakukan pemeriksaan penunjang.

Dan setelah dilakukan pemeriksaan penunjang EEG maka didaatkan

hasil yang menunjukkan hasil EEG abnormal dan menyatakan An.B

mengalami Epelepsi

2. Analisa dan Sintesa Data

Pada tahap analisa data dan sintesa data dalam kasus nyata penulis

hanya menemukan 4 diagnosa keperawatan, yaitu :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan

neromuskuler.

60
b. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan

peningkatan metabolik, proses infeksi

c. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran,

keruskan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme

perlindungan diri dan aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan

keseimbangan )

d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan

berhubungan dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi,

kurang mengingat.

3. Diagnosa / Masalah Keperawatan

Masalah/diagnosa keperawatan yang muncul akibat dari kejang demam

adalah potensial terjadinya kejang ulang berhubungan dengan

hiperthermi, Ketidakefektifan bersihan jalan nafas , Resiko terhadap

cidera, kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit berhubungan

dengan keterbatasan informasi.

4. Perencanaan

Pada tahap perencanaan dalam kasus nyata ada beberapa langkah

tindakan yang ditambahkan penulis selain yang terdapat dalam tinjauan

pustaka sesuai kebutuhan klien saat itu.

5. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dalam kasus nyata tidak menemui kesulitan

karena sikap keluarga yang kooperatif dan sarana dan prasarana yang

memadai.

61
6. Evaluasi

Evaluasi merupakan kunci keberhasilan dari proses keperawatan, terdiri

atas tinjauan laporan pasien dan pengkajian kembali keadaan pasien.

Dengan evaluasi akan membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan

pasien yang dapat berubah-ubah.

4.2. Saran

4.2.1. Bagi Pelayanan Keperawatan

Meningkatkan pengetahuan keluarga dengan cara membuat tool-tool

evaluasi perkembangan pasien di rumah, yang harus diisi oleh keluarga.

Membekali keluarga pasien yang terdekat untuk dapat memahami,

mengenali, dan bertindak secara efektif mengenai permasalahan-permasalah

yang dialami pasien.

4.2.2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Institusi pendidikan dan pelayanan harus lebih aktif dalam meningkatkan

kualitas asuhan keperawatan pada pasien Epilepsi dengan selalu mengikuti

perkembangan evidence based.

4.2.3. Bagi Institusi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan pemberian informasi dan

konseling terkait penyakit Epilepsi dan pengobatannya pada keluarga pasien

agar keluarga dapat lebih memotivasi pasien dalam menjalani program

pengobatan secara baik.

4.2.4. Bagi Masyarakat

62
Meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait penyakit Epilepsi sehingga

apabila terdapat keluarga yang mengalami Epilepsi, keluarga dapat

memotivasi anggota keluarganya yang sedang menjalani program

pengobatan.

4.2. Penutup

Demikianlah kami menyusun makalah ini dan kami sangat bersyukur

kepada ALLAH SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya jua kami dapat

menyelesaikan karya makalah ini, dan tidak lupa pula kepada pihak-pihak

yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini terutama kepada

bapak/ibu selaku dosen pembimbing. kami sangat menyadari dalam

penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu

kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna

menyempurnakan makalah ini, mudah-mudahan makalah ini dapat

bermanfaat bagi sapa saja yang membacanya terutama bagi kami sendiri.

63
DAFTAR PUSTAKA

Arif, et. All.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculaius.
Doengoes, M.E , Moorhouse, M. F & Geissler, A. C. (2002). Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC.

Nurarif,A.H & Kusuma,H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc.Yogyakarta : Media Action.

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G.(2002). BukuAjar Keperawatan Medical Bedah.


volume II. Jakarta : ECG

64

Anda mungkin juga menyukai