Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIAGNOSA DIARE

PADA ANAK A DIDESA NATAM ACEH TENGGARA

OLEH :

MUTIA MISLIKA

200202040

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

MEDAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Anak yang berjudul
“BBLR”. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan,
akan tetapi berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu, memberi pengarahan, bimbingan, semangat serta doa untuk
keberhasilan penulis, antara lain :

1. Ibu Ns. Rani Kawati Damanik, M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Anak, yang telah membimbing dan memberi masukan kepada
penulis.
2. Ns. Novita Ariyani, M Biomed selaku dosen penguji mata kuliah Keperawatan
Anak yang telah menguji dan memberikan masukan kepada penulis.
3. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca.

Medan, 06 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

1.1 Latar Belakang............................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................
1.3 Tujuan..........................................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS......................................................................................

2.1 Pembahasan...................................................................................................................

2.1.1 Definisi..................................................................................................................

2.1.2 Etiologi..................................................................................................................

2.1.3 Manifestasi Klinis..................................................................................................

2.1.4 Patofisiologi...........................................................................................................

2.1.5 Komplikasi ..........................................................................................................

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................

2.1.7 Penatalaksanaan.....................................................................................................

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................................................

2.2.1 Pengkajian.............................................................................................................

2.2.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................................

2.2.3 Intervensi Keperawatan.........................................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS...........................................................................................

3.1 Pengkajian.....................................................................................................................

3.1.1 Identitas ................................................................................................................

3.1.2 Riwayat Kesehatan................................................................................................


3.1.3 Riwayat Imunisasi ................................................................................................

3.1.4 Riwayat Tumbuh kembang....................................................................................

3.1.5 Riwayat Nutrisi......................................................................................................

3.1.6 Riwayat Psikososial ..............................................................................................

3.1.7 Pemeriksaan Fisik..................................................................................................

3.1.8 Analisa Data ...................................................................................................

3.1.9 Diagnosa Keperawatan .......................................................................................

3.1.10 Intervensi Keperawatan..................................................................................

3.1.11 Implementasi Evaluasi Keperatan ..................................................................

BAB IV PENUTUPAN.....................................................................................................

4.1 Kesimpulan...................................................................................................................

4.2 Saran ........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun)
terbesar didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita meninggal karena
diare. Diare sering kali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global
dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare
membunuh 2 juta anak didunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut
Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab kematian ke 2 terbesar pada
balita.

Solusi dalam hal ini adalah memberikan pengajaran kepada orang tua mengenai
kesehatan dan perawatan anak dan bayi di rumah. Namun dalam menjalankannya
seseorang harus mengetahui bayak hal seperti penyesuaian terhadap kehidupan,
pengkajian klinis dan yang pasti asuhan keperawatan pada bayi baru lahir
(pengkajian, perencanaan, intervensi, implementasi, dan evaluasi) .Melalui makalah
ini pembaca dapat mengetahui tentang asuhan apa saja yang akan diberikan kepada
bayi dan anak yang menderita penyakit tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi penyakit Diare?

2. Apa saja jenis-jenis penyakit Diare?

3. Bagaimana menjelaskan penyebab dan proses terjadinya Diare?

4. Bagaimana menjelaskan cara mengatasi Diare?

5. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada anak yang terkena penyakit


Diare.
1.3 Tujuan

a. Mengetahui tentang penyakit Diare.


b. Mengetahui tentang jenis-jenis penyakit Diare.
c. Menjelaskan penyebab dan proses terjadinya Diare.
d. Menjelaskan cara mengatasi Diare.
e. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada anak yang terkena penyakit
Diare .
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1Pembahasan
2.1.1 Definisi

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengah
padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah
buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare didefinisikan sebagai buang air
besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering
dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI Ditjen PPM dan PLP,
2002). Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis
(Mansjoer,A.1999,501).

Berdasarkan dari pendapat para ahli maka dapat disimpulkan Diare adalah buang air
besar (BAB) yang tidak normal, berbentuk tinja cair disertai lendir atau darah atau
lendir saja, frekuensi lebih tiga kali sehari.
Menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan menjadi :
1. Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi
sedang, diare dengan dehidrasi ringan
2. Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/lebih. Terbagi atas diare persiten
dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi
3. Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah.

2.1.2 Etiologi

a. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus


(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak
– anak)
c. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kurang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
f. Obat-obatan : antibiotic.
g. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis, obstruksi usus.

2.1.3 Manifestasi Klinis

1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah

2. Suhu tubuh meninggi/demam

3. Feces encer, berlendir atau berdarah

4. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu

5. Anus lecet

6. Muntah sebelum dan sesudah diare

7. Anoreksia

8. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang

9. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan,


turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung,
membran mukosa kering.
10. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer

11. Keram abdominal

12. Mual dan muntah

13. Lemah

14. Pucat

15. Perubahan TTV : Nadi dan pernafasan cepat.

16. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine.


2.1.4 Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:


f. Gangguan osmotic

Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan


menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
g. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan


terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus
dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
2. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus


untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
3. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian
mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi
yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

a.Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak


dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya
kematian pada diare.
b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.


Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor
tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat
karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang
bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh
ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na
dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
c.Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare,


lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP.
Hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya
gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul
jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan
50% pada anak-anak
d. Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini


disebabkan oleh:
1. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare
atau muntah yang bertambah hebat.
2. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan
pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
3. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan
diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
e.Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,


akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia,
asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak,
kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan
meninggal.

2.1.5 Komplikasi

Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi
berbagai macam komplikasi, seperti:

1. Dehidrasi
a. Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh
pada keadaan syok.
Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 25-50 ml/kg bb
selanjutnya 125 ml/kg bb/hari
b. Dehidrasi Sedang

Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran


klinik turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan
dalam.
Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 50-100 ml/kg bb
selanjutnya 125 ml/kg bb/hari
c. Dehidrasi Berat

Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran


klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan
kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai
sianosis.
Penatalaksanaan :

1. Bayi baru lahir (berat badan 2-3 kg)

Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam dengan pemberian


cairan 4:1 ( 4 glukosa5%+1 NaHCOз 1½%) dengan cara
pemberian: 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam
berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam.

Bayi berat badan lahir rendah (berat badan < 2 kg)


Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam, pemberian cairan
adalah 4 glukosa 10% + 1 NaHCOз 1½%, dengan
pemberian 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam
berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam .
2. Umur 2-5 tahun (berat badan 3-10kg)

Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 40 ml/kg bb/jam


kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 12 ml/kg bb/menit
dan 16 jam kemudian 125 ml/kg bb.
3. Umur 2-5 tahun (berat badan 10-15 kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 30 ml/kg bb/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit
dan 16 jam kemudian 125 ml/kg bb.
4. Umur 5-10 tahun (berat badan 15-25kg)

Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 20 ml/kg bb/jam


kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit
dan 16 jam kemudian 105 ml/kg bb ( FKUI,1985 ).
b. Renjatan hipovolemik

c. Hipokalemia

d. Hipoglikemia

e. Intoleransi laktosa sekunder

f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik

g. Malnutrisi energi protein.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
2. Kultur tinja
3. Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinine, dan glukosa.
4. Pemeriksaan tinja : pH, leukosit, glukosa, dan adanya darah.

2.1.7 Penatalaksanaan
1. Medis

a. Pemberian cairan.

1. Cairan per oral.

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan


peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan
Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi
ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat
sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang
diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk
pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk
mencegah dehidrasi lebih lanjut.
2. Cairan parenteral.

Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan


tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang
diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
Jadwal pemberian cairan

1. Belum ada dehidrasi

- Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar

- Parenteral dibagi rata dalam 24 jam

2. Dehidrasi ringan

- 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik

- Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari

3. Dehidrasi sedang

- 1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik

- Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari

4. Dehidrasi berat

Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak


b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan
tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu
diperhatikan :

1. Memberikan asi.

2. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori,


protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
3. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi
tim) bila anak tidak mau minum susu.
4. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang
ditemukan misalnya susu rendah laktosa atau asam lemak
yang berantai sedang atau tidak jenuh.
c. Obat-obatan.
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang
hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan
yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain
(gula, air tajin, tepung beras, dll)
- Obat anti sekresi.

- Obat anti spasmolitik.

- Obat pengeras tinja.

- Obat antibiotik.

Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan


lingkungan yang bersih dan sehat :
1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum
menyentuh makanan.
2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.

3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan


sanitasi standar di lingkungan tempst tinggal. Air
dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau,
tidak berwarna dan tidak berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.

5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan,


kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di
sembarangan tempat. Kalau bisa membawa makanan
sendiri saat kesekolah.

7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan


tempat tinggal, seperti air bersih dan jamban/WC yang
memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi
standar. Misalnya, jarak antara jamban (juga jamban
tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10
meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian,
warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan
sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.
9.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Diare


2.2.1 Pengkajian

1. Identitas

Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.
Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini
membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang
lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.
Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi
juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2. Keluhan Utama

BAB lebih dari 3 kali sehari

3. Riwayat Penyakit Sekarang


BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari
(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari
(diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau


kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

5. Riwayat Nutrisi

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa,
porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu.
kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan
makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan
cuci tangan,
1. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

2. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga


kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
3. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

a. Pertumbuhan

- Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara


1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm)
pertahun.
- Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm
ditahun kedua dan seterusnya.
- Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham
pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16
buah
- Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.

b. Perkembangan

Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud:

Fase anal : Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan


libido, mulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/
egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan
adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan
bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana,
hubungna interpersonal, bermain).
Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson:

- Autonomy vs Shame and doundt

- Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari


anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia
peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak
tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan,
berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over
protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka
anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga
halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang
pada diri anak.
- Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan
kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
1) berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan
sedikitpun
2) hitungan (GK)

3) Meniru membuat garis lurus (GH)

4) Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata


(BBK)
5) Melepas pakaian sendiri (BM)

6. Pemeriksaan Fisik

a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar


lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen
membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.

Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup


pada anak umur 1 tahun lebih

c. Mata : cekung, kering, sangat cekung

d. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi


abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan
menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus,
minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau
kelihatan bisa minum
e. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt
karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
f. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah,
tensi menurun pada diare sedang.
g. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2
dt, suhu meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin
(waspada syok), capillary refill time memajang > 2 detik,
kemerahan pada daerah perianal.
h. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria
(200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum
sakit.
i. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
7. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium :

- feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida

 Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi,


hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, PO2 meningkat,
PCO2 meningkat, HCO3 menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan


kehilangan cairan skunder terhadap diare.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare
atau output berlebihan dan intake yang kurang.
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
sekunder terhadap diare.
4. Resiko gangguan integritas kulitberhubungan dengan peningkatan
frekwensi diare.
5. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive.

6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang


pengetahuan.
2.2.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1:

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan


kehilangan cairan skunder terhadap diare

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam


keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal.
Kriteria hasil :

- Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,5 0 c, RR : <
40 x/mnt )
- Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB
tidak cekung.
- Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit R/ Penurunan
sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan
urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk
memperbaiki deficit

2. Beri LRO (larutan rehidrasi oral) R/ Untuk rehidrasi dan penggantian


kehilangan cairan melalui feses
3. Berikan LRO sedikit tapi sering/anjurkan keluarga untuk memberi
minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr R/ Mengganti cairan dan elektrolit
yang hilang secara oral

4. Setelah rehidrasi berikan diet regular pada anak sesuai toleransi R/ Karena
penelitian menunjukkan pemberian ulang diet normal secara dini bersifat
menguntungkan untuk menurunkan jumlah defekasi dan penurunan berat
badan serta pemendekan durasi penyakit
5. Pantau intake dan output (urin, feses, dan emesis) R/ Untuk
mengevaluasi keefektifan intervensi
6. Timbang berat badan setiap hari R/ Mendeteksi kehilangan cairan ,
penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt
7. Kaji TTV, turgor kulit, membrane mukosa, dan status mental setiap 4 jam
atau sesuai indikasi R/ Untuk mengkaji hidrasi

8. Hindari masukan cairan jernih seperti jus buah, minuman berkarbonat, dan
gelatin R/ Karena cairan ini biasanya tinggi karbohidrat, rendah elektrolit,
dan mempunyai osmolaritas yang tinggi
Kolaborasi :

1. Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)R/ koreksi


keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal
(kompensasi).
2. Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur R/ Mengganti cairan dan
elektrolit secara adekuat dan cepat.

Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik) R/ anti


sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar
simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal,
antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.
3. Instruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang tepat,
pemantauan masukkan dan keluaran, dan mengkaji tanda-tanda
dehidrasi R/ Untuk menjamin hasil optimum dan memperbaiki kepatuhan
terhadap aturan terapeutik

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put

Tujuan: setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS


kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria :

- Nafsu makan meningkat

- BB meningkat atau normal sesuai umur


Intervensi:
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat
tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin) R/ Serat tinggi,
lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung
dan saluran usus.
2. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau
sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat R/ situasi yang
nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.

3. Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan R/


Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan

4. Observasi dan catat respos terhadap pemberian makan


R/Untuk mengkaji toleransi pemberian makan
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

- terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu

- obat-obatan atau vitamin ( A) R/ Mengandung zat yang


diperlukan , untuk proses pertumbuhan

6. Instruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat R/ untuk


meningkatkan kepatuhan terhadap program terpautik

Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan


proses infeksi dampak sekunder dari diare

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam


tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
Kriteria :

- suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)

- Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio


leasa)
Intervensi :

1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam R/ Deteksi dini terjadinya perubahan


abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2. Berikan kompres hangat R/ merangsang pusat pengatur panas untuk
menurunkan produksi panas tubuh
3. Kolaborasi pemberian antipirektik R/ Merangsang pusat pengatur panas di
otak.
Diagnosa4: Resiko gangguan integritas kulit perianal
berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB (diare) Tujuan :
setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit
tidak terganggu.

Kriteria :

- Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga Keluarga


mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar

Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur R/
Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila
basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya) R/ Mencegah
terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan
keasaman feces
3. Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam R/ Melancarkan
vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi
iskemi dan irirtasi .

Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

Tujuan: setelah dilakukan tindakan perawatan selama di rumah sakit, klien


mampu beradaptasi
Kriteria : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak
rewel
Intervensi :

1. Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan R/


Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
2. Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS R/ mengurangi rasa
takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS
3. Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan
pengobatan R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan
kemampuannya
4. Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal
maupun non verbal (sentuhan, belaian dll) R/Kasihsaying serta
pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada
klien.
5. Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak.
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 Identitas

1. Nama/Nama panggilan : An.K

2. Tempat tgl lahir/usia : Cirebon, 11 Desember 2016/1 tahun 5 bulan


3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Pendidikan : Belum sekolah

6. Alamat : Jl. Sanara No. 45 03/02 Kel. Gegesik,


Kab.Cirebon

7. Diagnosa medic : Gastrointestinal Akut

B. Identitas Orang tua

1. Ayah

a. Nama : Tn.S

b. Usia : 35 tahun

c. Pendidikan : SLTP

d. Pekerjaan : Pegawai swasta

e. Agama : Islam

f. Alamat : Jl. Sanara No. 45 03/02 Kel.Gegesik, Kab. Cirebon

2. Ibu
a. Nama : Ny. D
b. Usia : 30 Tahun
c. Pendidikan : S1
d. Pekerjaan : Guru
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jl. Sanara No.45 03/02 Kel.Gegesik, Kab.Cirebon
3.1.2 Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Keluhan Utama :

Ibu pasien mengatakan sebelum datang ke rumah sakit anaknya


mencret-mencret, cair, berlendir, ada sedikit ampas, tanpa darah, warna
hijau dan berbau khas disertai demam naik turun sejak hari jumat dan
sorenya berobat ke dokter dan diberi antibiotik saja, namun tidak ada
perubahan. Di rumah pasien muntah 3 kali sehari, muntah berisi cairan
seperti susu tanpa disertai darah. Pada tanggal 19 Mei 2018 orang tua
membawa pasien ke RSUD Arjawinangun, masuk ruang IGD pukul
19.55 WIB dan diagnosa oleh dokter Gastrointestinal Akut (GEA)
dengan dehidrasi ringan- sedang. Dokter menyarankan pasien untuk di
rawat, dan pasien dibawa ke ruang Ade Irma Suryani pukul 21.30 WIB.
b. Keluhan Pada Saat Pengkajian :

Dilakukan pengkajian pada tanggal 20 Mei 2018 pukul 10:00 WIB. Ibu
pasien mengeluh anaknya mencret-mencret, ibu mengatakan anaknya
mencret karena memakan jajanan warung seperti ciki- cikian, coklat,
dan es susu. Saat menangani anaknya mencret ibu memberi olesan
minyak kayu putih di daerah perut pasien dan memberikan minum air
putih. Tinjanya berwarna hijau kekuningan, cair, sedikit ampas, tidak
berlendir, tidak ada darah saat BAB dan berbau khas. Sejak tadi pagi
pukul 05.00 hingga waktu pengkajian pasien sudah BAB lebih dari 10
kali. Ibu pun mengeluh dibagian dubur anaknya terdapat warna
kemerahan. Selama sakit anaknya selalu rewel, nafsu makannya
menurun dan sering merintih “lara” sambil memegangi perutnya.
c. Riwayat Kesehatan Lalu (Khusus untuk anak usia 0-5 tahun)
1. Prenatal Care

a. Ibu memeriksakan kehamilannya jarang dilakukan karena


tempat pemeriksaan yang jauh, pada saat usia kehamilan 5 bulan
dan usia 9 bulan di bidan dan mengatakan anaknya sehat. Saat
masa kehamilan ibu pasien juga sempat drop, lemas dan nafsu
makan menurun karena rasa mual dan muntah yang
berkepanjangan hingga usia kehamilan 5 bulan. Sempat di infus
di puskesmas.

b. Riwayat terkena radiasi : tidak ada riwayat keluarga yang


mempunyai penyakit menular

c. Riwayat berat badan selama hamil : Ibu mengatakan berat badan


naik 13 Kg

d. Riwayat imunisasi TT : ibu mengatakan imunisasi TT pada saat


hamil

e. Golongan darah ibu A, golongan darah ayah B

3. Antenatal Care

a. Tempat melahirkan : RSUD Arjawinangun

b. Jenis persalinan : Secara karena sudah pecah ketuban

c. Penolong persalinan : dr. SpOG

d. Komplikasi yang dialami ibu pada saat melahirkan dan setelah


melahirkan
4. Postnatal Care

a. Kondisi bayi : berat badan bayi saat lahir 2.300 gram, tinggi 34
cm. Appereance : merah muda seluruhnya, Pulse : 110
kali/menit, Grimace : menangis, Activity : fleksi dengan baik,
Respiratory : menangis kuat
b. Anak pada saat lahir tidak mengalami : -

(Untuk Semua Usia)

Klien pernah mengalami penyakit : orang tua pasien


mengatakan pernah mengalami mencret pada usia 7
bulan namun tidak lebih dari 3 kali. Pasien juga pernah
sakit batuk pilek dan demam pada 4 bulan terakhir tidak
lebih dari 3 hari.
 Riwayat kecelakaan : menurut orang tua pasien tidak
pernah mengalami kecelakaan
 Riwayat mengkonsumsi obat-obatan berbahaya tanpa
anjuran dokter dan menggunakan zat/substansi kimia
berbahaya : ibu pasien mengatakan saat pilek dan
demam yang lalu mengkonsumsi obat dari apotek yaitu
obat termorex anak.
 Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya :
d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ket :

Laki-laki : Tinggal serumah :

:
Perempuan : Meninggal :

Ikatan darah : Pasien :

3.1.3 Riwayat Imunisasi (imunisasi lengkap)


No Jenis Imunisasi Waktu pemberian Frekuensi Reaksi frekuensi
setelah
Pemberian
1. Hb0 Saat lahir Demam 2 hari
2. DPT Usia 2,3,4 bulan Deman 2 hari
3. BCG Usia 2 bulan Demam 2 hari
4. Rotavirus Usia 2,4 bulan Demam 2 hari
5. Campak Belum dilakukan
3.1.4 Riwayat Tumbuh Kembang
a. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : 3,7 kg
2. Tinggi badan : 53 cm
3. Waktu tumbuh gigi: 7 bulan, gigi tanggal 1, jumlah gigi 14
buah.
b. Perkembangan Tiap Tahap Usia
anak saat
1. Berguling : 6 bulan

2. Duduk : 7 bulan

3. Merangkak : 8 bulan

4. Berdiri : 9 bulan

5. Berjalan : 13 bulan

6. Senyum kepada orang lain pertama kali : 3 minggu

7. Bicara pertama kali: 1 tahun dengan menyebutkan mama papa


8. Berpakaian tanpa bantuan
3.1.5 Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI

1. Pemberian ASI ± 3 jam setelah lahir, kemudian selanjutnya diberi


ASI saja hingga usia 6 bulan.
2. Pemberian susu formula

3. Alasan pemberian ASI : motivasi ibu karena ASI penting bagi


pertumbuhan, lebih sehat dan hemat biaya
4. Jumlah pemberian : diberikan ketika menangis dan sebanyak
banyaknya.
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian


1. 0-6 bulan ASI Sampai saat ini
2. 6-12 bulan ASI, bubur tim, 3 bulan
pisang yang
dihaluskan
3. Saat ini Nasi/bubur tim, Sampai saat ini
sereal (ikan, telur,
sayur)

3.1.6 Riwayat Psikososial


1. Anak tinggal bersama : Orang tua

2. Lingkungan berada di : lingkungan komplek

3. Rumah dekat dengan : taman dan penduduk lainnya

4. Kamar klien :

5. Rumah ada tangga : ada 1 lt

6. Hubungan antar anggota keluarga : menurut ibu pasien


hubungan dengan keluarga baik, tiak ada sibling sering
bermain dengan ayah dan neneknya.
7. Pengasuh anak : ibu pasien mengatakan yang
mengasuh pasien adalah dirinya sendiri dan bersama suami.

3.1.7 Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan umum : pasien dapat berorientasi sepenuhnya
b. Kesadaran : compos metis E4V5M6, lesu, gelisah, cengeng,
mudah mengantuk
c. Tanda tanda vital
1. Tekanan darah : 100/60 mmHg
2. Denyut nadi : 130x/menit
3. Suhu : 37C
4. Pernafasan :25x/menit
d. berat badan : 8 kg
3.1.8 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS : menurut ibu pasien - Kerusakan mukosa usus Kekurangan
an. K minum dengan - Gangguan absorpsi volume
lahap dan sering merasa cairan dan elektrolit cairan b/d
haus - Peningkatan tekanan kehilangan cairan
DO : osmotic melalui
- Hiperperistaltik Diare feces
1. mukosa bibir kering
- Kehilangan cairan
2. kekenyalan
- Kekurangan Volume
kulit kurang Cairan
3. mata cekung
Balance cairn : input –
output :740-858 =118 ml
2. DS : ibu pasien - Hiperperistaltik Nyeri akut b/d
mengatakan - Kehilangan cairan dan peningkatn
anaknya elekrolit defekasi
Sering merintih - Pengeluaran isi usus

kesakitan terkadang
- Feses berlebihan
memegangi perutnya.
DO :
- Area anus lecet
1. Cengeng

- Nyeri akut
3. DS : ibu mengatakan - Masuknya Kerusakan
terdapat kemerahan mikroorganisme integritas kulit b/d
disekitar anus dalam saluran cerna. iritasi lapisan
DO : - Pertahanan tubuh rektum akibat
memproduksi HCL peningkatan
- Sering buang
- Peningkatan HCL defekasi.
air besar
dalam saluran cerna
Frekuensi BAB lebih dari
- Fecec bersifat asam
10 kali
- Pengeluaran feces
berlebihan
- Kemerahan pada area
anus
- Kerusakan integritas
kulit

3.1.9 Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan melalui feces.


2. Nyeri akut b/d peningkatan defekasi.

3. Kerusakan integritas kulit b/d iritasi lapisan rektum akibat


peningkatan defekasi.

3.1.10 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Kekuranga Setelah dilakukan 1. kaji vital sign. 1. untuk
n volume perawatan selama 3 x mengetahui
2. pertahankan
cairan b/d 24 jam kekuragan gejala dini
intake dan
kehilangan cairan akan teratasi yang terjadi
output yang
cairan dengan indicator : pada pasien.
akurat.
melalui memiliki 2. untuk
3. Pantau
feces keseimbangan asupan memastikan
pendarahan
cairan dan haluaran dengan tepat
pada feces
yang seimbang. input dan
dan daerah
menampilkan hidrasi output pasien.
anus.
yang baik 3. Untuk
4. Kaji status
(mukosa bibir mengetahui
dehidrasi
lembab,turgor kulit
(kelemahan terjadinya
tidak kering, mata
membrane perdarahan di
tidak cekung)
mukosa, saluran
tidak mengalami
nadi pencernaan.
haus yang tidak normal
adekuat). 4. Untuk
5. Timbang mengetahui
berat badan
tanda-
anak.
6. monitor tanda
cairan/maka dehidrasi.
nan dan 5. Mendeteksi
hitung intake kehilangan
kalori cairan ,
harian. penurunan 1
kolaborasikan kg BB sama
pemberian cairan dengan
iv atau oral sesuai kehilangan
program. cairan 1 lt
6. untuk
memberikan
diit dan cairan
yang tepat.
7. untuk
mencegah
komplikasi
yang terjadi.
2. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. kaji 1. Mengevaluasi
b/d perawatan selama 3 x penyebab perkembangan
peningkata 24 jam rasa nyeri nyeri yang nyeri untuk
n defekasi berkurang dengan dirasakan menetapkan
menunjukan : anak. intervensi
1. tidak merintih dan 2. Lakukan selanjutnya.
menangis perubahan 2. Menurunkan
2. skala nyeri posisi dan tegangan
berkurang anjurkan permukaan
menjadi 3 (nyeri orang tua abdomen dan
pinggang) untuk mengurangi
3. mempertahankan masase nyeri.
selera makan punggung 3. Meningkatkan
dengan baik anak. relaksasi,
3. Anjurkan mengalihkan
orang tua fokus perhatian
untuk nyeri dan
memberikan meningkatkan
metode kemampuan
distraksi koping.
dalam
mengurangi
nyeri seperti
bercerita, dan
mengajaknya
bernyanyi.
3. Kerusakan Setelah dilakukan 1. Kaji tanda- 1. Mendeteksi
integritas perawatan selama tanda dini
kulit b/d 3x24jam kerusakan kerusakan kerusakan
iritasi Integritas kulit integritas integritas kulit.
lapisan teratasi dengan tidak kulit Kebersihan.
rektum adanya tanda-tanda meliputi 2. mencegah
akibat kerusakan kulit. kulit yang perkembang
peningkata Seperti : kering, ruam biakan kuman
n defekasi 1. Mukosa kulit dan lecet, 3. Mencegah
ruam dan lecet warna terjadinya
2. Kulit yang kering kemerahan, iritasi kulit
kekeringan yang tak
3. Tidak ada
2. yang diharapkan
kemerahan pada
berlebihan oleh karena
kulit anus
sehari sekali kelebaban dan
4. Kekenyalan kulit
kembali normal. Bersihkan keasaman
kulit saat feces.
terkena 4. Menjaga agar
kotoran. kulit bayi yang
3. Anjurkan kering agar
orang tua tetap lembab
untuk
mengganti
popok setiap
jam atau
basah.
4. Berikan
lotion
pelembab
kulit untuk
anak di kulit
yang kering.

3.1.11 Implementasi dan Evalusi Keperawatan


N Diagnosa Implementasi Evaluasi
o.
1. Kekurangan volume 1. mengkaji vital sign. S : menurut orang
cairan b/d R : ibu pasien mengatakan tua pasien
kehilangan cairan anaknya mencret lebih dari 10 anaknya tidak
melalui feces kali, cair, tekanan darah : merasa haus terus
100/60 mmHg, nadi : 130 menerus.
x/menit, O : mata cekung
RR : 25X/menit, suhu : 370C berkurang,
2. mempertahankan intake dan mukosa bibir
output yang akurat.
lembab, balance
R : balance cairan : input-output
cairan :
: 740-
input – output
1000 = -260 ml : 440-478 = -38 ml
A : masalah
3. memantau pendarahan pada teratasi sebagian
feces dan daerah anus. P : intervensi
R : tidak ada perdarahan pada dihentikan (pasien
feces dan anus. pulang)
4. Mengkaji status
dehidrasi (kelemahan membrane
mukosa, nadi adekuat).
R : anak gelisah, cengeng, lesu,
mukosa bibir kering, mata
cekung, kulit kembali lambat (1
detik ), nadi
: 130 x/menit Balance cairan :
-260
5. menimbang berat badan
anak.
R : berat badan pasien 8 kg
2. Nyeri akut b/d 1. Mengkaji penyebab nyeri S : Ibu pasien
peningkatan yang dirasakan anak. mengatakan
defekasi R : nyeri anak dirasakan anaknya tidak
karena frekuensi BAB yang Rewel jarang
meningkat, pasien terkadang menangis
memgangi perutnya ketika O : pasien terlihat
menangis. tenang, mulai
2. melakukan perubahan posisi diam tidak sering
dan anjurkan orang tua menangis,
untuk masase punggung terkadang
anak. tersenyum.
R : pasien terlihat tenang A : masalah teratasi
dan tidak menangis. P : intervensi
3. Anjurkan orang tua dihentikan
untuk memberikan metode
distraksi dalam mengurangi
nyeri seperti bercerita, dan
mengajaknya bernyanyi.
R:pasien berhenti menangis
3. Kerusakan integritas 1. Mengkaji tanda – tanda S : Ibu pasien
kulit b/d iritasi kerusakan integritas kulit mengatakan tidak
lapisan rektum meliputi kulit yang kering, terdapat kemerahan
akibat peningkatan ruam dan lecet, warna dibagian lapisan
defekasi kemerahan kekeringan yang kulit anus anaknya.
berlebihan sehari sekali. O : Kemerahan di
daerah anus hilang.
R : mukosa bibir kering, tidak
A : Masalah teratasi
ada lecet namun terdapat
P : Intervensi
kemerahan pada daerah
dihentikan.
anus.
2. Membersihkan kulit saat
terkena kotoran.

R : ibu membersihkan kulit


daerah anus saat mengganti
popok.
3. Menganjurkan orang tua
untuk mengganti popok
setiap jam atau basah.

R : ibu mengganti popok setiap


basah dan terasa berat.
4. memberikan lotion pelembab
kulit untuk anak di kulit
yang kering.

R : kulit anak menjadi lembab.


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Diare adalah buang air besar (BAB) yang tidak normal (normal 100-200
cc/jam tinja), berbentuk tinja cair disertai lendir atau darah atau lendir saja,
frekuensi lebih tiga kali. Perlu penanganan yang tepat untuk mencegah diare.
Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang
bersih dan sehat :

1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.

2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.

3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di


lingkungan tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih,
tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.

5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan
muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan
tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah.
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal,
seperti air bersih dan jamban/WC yang memadai.
Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya,
jarak antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber
air sedikitnya 10 meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian,
warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk
memasak, mandi, dan sebagainya
4.2 Saran

Dalam pembuatan makalah asuhan keperawatan pada anak dengan diare kami
masih memiliki banyak kekurangan, kami harap kritik dan saran yang
membangun agar pembuatan makalah selanjutnya lebih baik dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/11323701/ASKEP_diare_anak
http://digillib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/5/jtstikesmuhgo-gdl-nurlalia- 213-1-
askepgas-pdf.
https://www.slideshare.net/mobile/FransiskaOktafiani/asuhan-keperawatan-pada-anak
usia-17-bulan-toddler-dengan-diare

Anda mungkin juga menyukai