Anda di halaman 1dari 84

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

I. Data Umum

1. Nama KK : Tn. R

2. Pekerjaan KK : Tani

3. Pendidikan KK : SMA

4. Agama KK : Islam

5. Alamat :Purwolerto Lor rt 03/3 Pwt Timur

6. Komposisi Anggota Keluarga

No Nama JK Umur Pddkn Status Imunisasi Penyakit

Camp
BCG DPT POLIO Hepatitis ak / Keluhan
th
1. Ny. R P 19 SMP √ √ √ √ √ Tidak

ada

2. An.N P 2,5 th - √ √ √ √ √ ISPA

60
7. Genogram :

Suami Istri

? ? ?

39 35 22
37 34

29 19

2,5

Keterangan:

= Laki-laki

= Perempuan

X = Meninggal dunia

------ = Tinggal bersama

= Menikah

= klien

G1:orang tua dari Tn.I masih lengkap dan ayah dari Ny.R sudah meninggal

sebelum dia lahir kedunia

61
G2: Tn. R anak ketiga dari empat bersaudara, Ny. K anak bungsu dari

ketiga bersaudara dan semuanya perempuan

G3 : Tn.R mempunyai 1 orang anak dan Tn. R tinggal besrsama istri dan

anaknya

8. Tipe Keluarga

Kelurga Inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari

ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau

keduanya.

9. Suku Bangsa

Keluarga yang terdiri suami, istri, dan anak memiliki suku yaitu suku

Jawa

10. Agama

Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak menganut agama Islam

11. Status Sosial Ekonomi

Keluarga Tn.I memiliki penghasilan dari hasil buruh, sumber pendapatan

yang diperoleh hanya dari Tn.R

12. Aktifitas Rekreasi Keluarga

Keluarga mengisi waktu luang dengan menonton TV. Keluarga

memiliki waktu untuk berkumpul dan bekomunikasi secara santai pada

saat nonton TV. Keluarga jarang rekreasi.

62
II. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini

Tahap II : Keluarga kelahiran anak pertama /child-bearing family ( oldest

child birth to 2,5 years)

2. Tugas Perkembangan Keluarga

Tugas perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi :

- Persiapan menjadi orang tua

- Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi.

- Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan

pasangan. Tugas Perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :

Tidak ada tahapan keluarga yang berlum terpenuhi

3. Riwayat keluarga inti

- Tn. I tidak memiliki riwayat penyakit keturunan namun klien memiliki

riwayat penyakit demam typoid

- Ny. R tidak memiliki riwayat penyakit keturunan namun klien

memiliki riwayat penyakit gastritis

- An. N tidak memiliki riwayat peyakit

4. Riwayat keluarga sebelumnya

Keluarga dari pihak suami dan istri tidak memiliki riwayat peyakit

keturunan

63
III. Lingkungan

1. Karakteristik Rumah

Keluarga Tn. I memiliki jenis rumah papan dengan status yang

dimiliki milik sendiri luas rumah sekitar 12 x 6 meter pesegi dengan

jumlah ruangan 5 ruangan yang terdiri dari teras, ruang tamu, 2 kamar,

dan dapur. Penerangan disiang hari dengan masuknya cahaya matahari

namun dimalam hari menggunakan lampu untuk penerangan, memiliki

ventilasi, dengan kebersihan cukup bersih, tidak memiliki spal, sumber

air minum yang dikonsumsi dari air sumur yang dipanaskan, dan

memiliki jamban leher angsa.

2. Denah Rumah

S
d e T B

c U

64
Ket:

a. Teras Depan

b. Ruang tamu dan ruang keluarga

c. Kamar 1

d. Kamar 2

e. Dapur

f. WC/Toilet

g. : Pintu
3. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RT /RW/Dusun

Keluarga Tn. I memiliki hubungan dengan tetangga dan warga sekitar

terjalin baik dan saling mengunjungi satu sama lain.

4. Mobilitas Geografis Keluarga

Keluarga Tn. I tidak memiliki kebiasaan berpindah tempat

5. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat

Perkumpulan biasanya dilakukan ketika ada acara-acara keluarga

atau mengikuti kegiatan yang ada dilingkungan seperti senam yang

diadaka oleh tenaga puskesmas basala, interaksi yang dilakukan baik

dengan menggunakan bahasa sehari-hari yaitu bahasa bugis karena

dilingkungannya mayoritas suku bugis dan kadang menggunakan bahasa

Indonesia

65
6. Sistem Pendukung Keluarga

Dalam keluarga memiliki sistem pendukung yang baik ketika ada

anggota keluarga yang sakit saling mendukung untuk memeriksakan

kesehatan di puskesmas

IV. Struktur Keluarga

1. Pola Komunikasi Keluarga

Dalam keluarga Tn. R saling terbuka satu sama lain. Dalam

permasalahan yang dihadapi selalu dibicarakan dengan Ny. R

2. Struktur Kekuatan Keluarga

Keluarga Tn. R saling menghargai satu sama lain, saling membantu serta

saling mendukung dan apabila ada masalah Ny. K diskusi dengan suami

dan meminta nasihat kepadanya.

3. Struktur Peran

a. Tn. R

- Formal

Sebagai ayah, suami, menantu

- Informal

Sebagai anggota masyarakat, mencari nafkah dengan bertani

b. Ny.K

- Formal

Sebagai ibu, istri dan anak

66
- Informal

Sebagai anggota masyarakat, IRT dan sering mengikuti kegiatan-

kegiatan dilingkungan tempat tinggal

c. An. N

- Formal

Sebagai anak, cucu

- Informal

Bermain dengan anak-anak sekitar lingkungan tempat tinggal

d. Nilai dan Norma Keluarga

Dalam keluarga Tn. R menerapkan aturan-aturan sesuai dengan

ajaran agama islam dan mengharapkan anaknya kelak dapat menjadi

anak yang sholeha, dan dalam keluarga diterapkan hidup bersih

sebelum makan mencuci tangan.

V. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif

Dalam keluarga menjalin hubungan yang baik sehingga tercipta suasana

saling mengerti, dan saling menyayangi. Dalam anggota keluarga saling

bertanggung jawab dengan peran masing-masing dalam keluarga.

2. Fungsi Sosialisasi

Keluarga Tn.R menekankan perlunya berhubungan dengan orang lain,

mereka membiasakan anaknya bermain dengan teman-temannya

67
3. Fungsi Reproduksi

Dalam keluarga Tn. R memiliki 1 orang anak, tidak merencanakan

jumlah anak, dan metode yang digunakan dalam mengendalikan jumlah

anak dengan Ny.K menggunakan kontrasepsi KB jenis suntik.

4. Fungsi Ekonomi

Kurang baik, pendapatan keluarga yang didapatkan dari hasil bertani

suami dan yang didapatkan dicukupkan untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari

5. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga

a. Kemampuan keluarga mengenal masalah

Kurang baik, keluarga tidak tahu tentang ISPA, apa saja faktor

penyebabnya, serta cara mencegah terjadinya ISPA

b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang

tepat

Cukup baik

c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Kurang baik, keluarga belum mengerti bagaimana cara merawat

keluarga yang sedang sakit, keluarga hanya mengetahui ketika sakit

langsung diberi obat namun dalam proses penyembuhan dapat

diperbaiki di dalam pola makanan yang sehat.

d. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan/memelihara

lingkungan yang sehat untuk perawatan anggota keluarga yang sakit

68
Keluarga Tn.R selalu menjaga kebersihan rumah namun Tn.R

mengatakan sering lupa menjauhkan asap rokok dari anaknya ketika

sedang merokok

e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di

masyarakat

Cukup baik, keluarga mengatakan ketika ada anggota keluarga yang

sakit tidak langsung memeriksakan diri ke puskesmas namun hanya

mengkonsumsi obat warung saja atau mengambil obat pada perawat

terdekat, namun ketika penyakit sudah parah baru memeriksakan diri

ke puskesmas.

VI. Stres Dan Koping Keluarga

1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang

a. Stressor jangka pendek (< 6 bln)

Keluarga mengatakan sangat cemas terhadap anaknya karena

penyakit anaknya tidak sembuh-sembuh

b. Stressor jangka panjang (> 6 bln)

Klien tidak memiliki stres dalam jangka panjang

2. Respon keluarga terhadap stressor dan Mekanisme Koping yang

digunakan

a. Respon keluarga terhadap stressor

69
Jika ada masalah dalam keluarga selalu di diskusikan bersama

suami, keluarga biasanya mencoba mandiri dalam menyelesaikan

masalah-masalah yang dihadapinya

b. Strategi koping yang digunakan

Ny.K meendiskusikan setiap ada masalah pada Tn.R sehingga

masukan atau solusi yang diberikan dapat membantu

menyelesaikan masalahnya

3. Strategi adaptasi disfungsional

Dari hasil pengkajian yang dilakukan tidak adanya cara-cara keluarga

mengatasi masalah secara mal adaftif

VII. Pemeriksaan Fisik

Data Tn. R Ny. K An. N

TTV 120/80m 100/70m

- TD mhg mhg -

- Nadi 80 76 92

- Respirasi 18 20 26

0 0 0
- Suhu 36,5 36,2 C 37,5 C

Kepala:

- Bentuk Simetris Simetris Simetris

- Rambut Hitam Hitam Hitam

- Kulit Kepala Bersih Bersih Bersih

70
Mata:

- Sclera

- Kongjungtiva Tidak Tidak Anemis

- Palpebra anemi anemi

- Fungsi Baik Baik Baik

Telinga :

- Bentuk Simetris Simetris Simetris

- Keadaan Bersih Bersih Bersih

- Fungsi Normal Normal Normal

Hidung

- Bentuk Simetris Simetris Simetris

- Keadaan Bersih Bersih Bersih

- Fungsi Normal Normal Normal

Mulut:

- Gigi Lengkap Lengkap Belum

- Fungsi Baik Baik Lengkap

Menelan Baik

Leher

- Pembesaran Tidak Tidak Tidak

kelenjar tiroid ada ada ada

Dada:

- Bentuk Simetris Simetris Simetris

71
- Suara paru Normal Normal Normal

- Respirasi

- Bunyi jantung

Abdomen:

- Bentuk Simetris Simetris Simetris

- Nyeri Tekan Tidak Tidak Tidak

ada ada ada

Ekstremitas

- Oedema Tidak Tidak Tidak

- Kontrak-tur ada ada ada

- Gerakan Tidak Tidak Tidak

ada ada ada

Integumen:

- Turgor Elastis Elastis Elastis

- Keadaan Normal Normal Normal

- Kuku Bersih Bersih Bersih

VIII. Harapan Keluarga

Keluarga memiliki harapan dengan adanya mahasiswa yang

melakukan praktek keluarga dapat memiliki pengetahuan lebih tentang

pentingnya menjaga kesehatan dan berharap sangat membantu keluarga

mencegah penyakit

72
B. Data fokus

Data subektif Data obyektif

- Keluarga Tn.R mengatakan - Keluarga Tn. R Nampak

cemas terhadap penyakit yang di bertanya-tanya

derita anaknya - Keluarga Tn. R Nampak

- Ny. K mengatakan anaknya cemas

batuk berdahak dan pilek sejak 1 - An. N Nampak lemas

minggu yang lalu - An. N terdengar suara

- Ny. K mengatakan bahwa Tn. R serak

selalu merokok di dekat anaknya - An. N Nampak rewel

- Keluarga Tn.R mengatakan - Nampak mata memerah

sangat merasa bersalah terhadap - An.N Nampak sesak

penyakit yang di derita An. N napas

karena tidak segera - TTV

membawanya ke puskesmas N: 92 x/m

R: 26 x/m

S: 37,5 C

73
C. Analisa Data

Data Masalah

bersihan
jalan
Ds: Ketidakefektifan nafas

- Ny. K mengatakan anaknya batuk

berdahak dan pilek sejak 1 minggu

yang lalu

Do:

- An. N Nampak lemas

- An. N terdengar suara serak

- An. N Nampak rewel

- An. N Nampak sesak napas

- TTV

N: 92 x/m

R: 26 x/m

S: 37,5 C

Ds: Ketidakefektifan

- Keluarga Tn.R mengatakan sangat pemeliharaan kesehatan

merasa bersalah terhadap penyakit yang

diderita An. N karena tidak segera

membawanya ke puskesmas

- Keluarga Tn.R mengatakan cemas

terhadap penyakit yang di derita

74
anaknya

Do:

- Keluarga Tn. R nampak bertanya-tanya

- Keluarga Tn. R nampak cemas

Perilaku kesehatan cenderung


Ds: beresiko

- Ny. K mengatakan bahwa Tn. R selalu

merokok di dekat anaknya

Do:

- Tn.R nampak merokok

D. Skala prioritas masalah

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas

No Kriteria Perhitungan Bobot Pembenaran


1 2 3 4 5
1 Sifat masalah: 3/3x1
Skala: = 1
- Aktual (tidak/ kurang 3
sehat) 1
- Ancaman kesehatan 2
- Keadaan sejahtera
1
2 Kemungkinan masalah 2/2x2
dapat diubah: =2
Skala:
- Mudah 2

75
- Sebagian 1 2
- Tidak dapat 0
3 Potensial pencegahan: 1/3x1
- Tinggi 3 = 1/3
- Cukup 2 1
- Rendah 1
4 Menonjolnya masalah: 2/2x1
Skala 2 =1
- masalah berat harus 1 1
segera ditangani 0
- ada masalah tapi
tidak perlus egera
ditangani
- masalah tidak
dirasakan
Jumlah skor 4 1/3

2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

No Kriteria Perhitungan Bobot Pembenaran


1 2 3 4 5
1 Sifat masalah: 3/3x1=1
Skala:
- Aktual (tidak/ kurang 3 3
sehat)
- Ancaman kesehatan 2
- Keadaan sejahtera
1
2 Kemungkinan masalah 1/2x2=1
dapat diubah:

76
Skala:
- Mudah 1
- Sebagian 2
- Tidak dapat 1
0
3 Potensial pencegahan: 1 / 3 x 1 = 1/3
- Tinggi
- Cukup 3
- Rendah 2 1
1
4 Menonjolnya masalah: 2/ 2 x 1 = 1
Skala
- masalah berat harus 2 1
segera ditangani
- ada masalah tapi 1
tidak perlus egera
ditangani 0
- masalah tidak
dirasakan
Jumlah skor 3 1/3

3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko

No Kriteria Perhitungan Bobot Pembenaran


1 2 3 4 5
1 Sifat masalah: 3/3x1=1
Skala:
- Aktual (tidak/ kurang 3 3
sehat)

77
- Ancaman kesehatan 2
- Keadaan sejahtera
1
2 Kemungkinan masalah 1/2x2=1
dapat diubah:
Skala:
- Mudah 1
- Sebagian 2
- Tidak dapat 1
0
3 Potensial pencegahan: 1 / 3 x 1 = 1/3
- Tinggi
- Cukup 3
- rendah 2 1
1
4 Menonjolnya masalah: 0/2x1=0
Skala
- masalah berat harus 2 0
segera ditangani
- ada masalah tapi 1
tidak perlus egera
ditangani 0
- masalah tidak
dirasakan
Jumlah skor 2 1/3

78
E. Rumusan Diagnosa keperawatan

No. Diagnosa keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas

2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko

F. Intervensi keperawatan

No. Diagnosa NOC NIC

1. Ketidakefektif - Status pernapasan: 1. Monitor status

an bersihan ventilasi pernapasan dan

jalan napas - Status pernapasan: oksigenasi

kepatenan jalan napas sebagaimana

KH: mestinya

- Mendemonstrasikan 2. Posisikan pasien

batuk efektif dan untuk

suara nafas yang memaksimalkan

bersih, tidak ada ventilasi

sianosis dan 3. Lakukan

dypsneu fisioterapi dada

- Menunjukkan jalan sebagaimana

napas yang paten mestinya

- Mampu 4. Buang secret

79
mengidentifikasika dengan

dan mencegah memotivasi

faktor yang dapat pasien untuk

menghambat jalan melakukan batuk

napas atau menyedot

lender

5. Instruksikan

bagaimana agar

bisa batukefektif

2. Ketidakefektif 1. Keluarga dapat Pengajaran: proses

an mengenal masalah penyakit

pemeliharaan ISPA

kesehatan a. Pengetahuan:Proses

penyakit

2. Keluarga dapat Dukungan perilaku

mengambil keputusan keputusan

perawatan ISPA

a. Partisipasi dalam

mengambil

keputusan

3. Keluarga dapat - Pengajaran: pengobatan

80
merawat anggota ISPA

keluarga dengan ISPA - Monitor TTV

a. Perilaku patuh:

pengobatan yang

dianjurkan

b. Perilaku patuh :

latihan yang

disarankan

c. TTV

4. Keluarga dapat Identifikasi faktor resiko

memodifikasi

lingkungan untuk

perawatan penderita

ISPA

a. Faktor resiko ISPA

5. Keluarga dapat Mengunjungi fasilitas

menggunakan fasilitas kesehatan

pelayanan kesehatan

a. Kepatuhan:

perilaku menerima

pelayanan

kesehatan

81
3. Perilaku 1. Keluarga dapat Pengajaran proses

kesehatan mengenal masalah penyakit

cenderung ISPA

beresiko a. Pengetahuan:Prose

s penyakit

2. Keluarga dapat Dukungan membuat

mengambil keputusan keputusan

perawatan ISPA

a. Berpartisipasi

dalam memutuskan

perawatan

kesehatan

3. Keluarga mampu Pengajaran tentang

merawat anggota perilaku beresiko

keluarga yang sakit

a. Vital sign

b. Penampian care

giver perawatan

langsung

4. Keluarga mampu Identifikasi factor resiko

memodifikasi

lingkungan

82
a. Lingkungan rumah

yang aman

5. Keluarga dapat Mengunjungi fasilitas

menggunakan fasilitas kesehatan

pelayanan kesehatan

a. Kepatuhan:

perilaku menerima

pelayanan

kesehatan

G. Implementasi

No. Hari Diagnosa Implementasi Evaluasi

/tgl

1 05 Ketidake 1. Memonitor status S: keluarga

juli fektifan pernapasan dan mengatakan masih

2018 bersihan oksigenasi bingung

jalan sebagaimana O:

napas mestinya - Pengetahuan

2. Posisikan pasien - Memaksimalk

untuk an ventilasi

memaksimalkan - Fisioterapi

ventilasi dada

83
3. Lakukan fisioterapi - Batuk efektif

dada sebagaimana - TTV

mestinya N: 92 x/m

4. Buang secret R: 26 x/m

dengan memotivasi S: 37,5 C

pasien untuk A: Masalah belum

melakukan batuk teratasi

atau menyedot P:lanjutkan intervensi

lender

5. Instruksikan

bagaimana agar

bisa batukefektif

2 06 Ketidake 1. Pengajaran: proses S: keluarga

Juli fektifan penyakit mengatakan agak

2018 pemeliha 2. Dukungan mengerti

raan pengambilan O:

kesehata keputusan - Pengetahuan

n 3. Pengajaran - Partisipasi

pengobatan ISPA pengambilan

4. Memonitor TTV keputusan

- Patuh

pengobatan

84
- TTV:

N: 94 x/m

R: 28 x/m

S:37C

A: masalah belum

teratasi

P:lanjutkan intervensi

3 07 Perilaku 1. Pengajaran: proses S: keluarga

Juli kesehata penyakit mengatakan belum

2018 n 2. Dukungan terlalu mengerti

cenderun pengambilan O:

g keputusan - Pengetahuan

beresiko 3. Pengajaran tentang - Dukungan

perilaku beresiko pengambilan

4. Identifikasi factor keputusan

resiko - Patuh :

5. Mengunjungi menghindari

fasilitas kesehatan perilaku

beresiko

- Patuh

mengunjungi

yankes

85
- TTV

N: 90 x/m

R: 24 x/m

S: 36.8 C

A: masalah teratasi

sebagian

P: lanjutkan intervensi

H. Evaluasi

No. Diagnosa Hari/ NOC SOAP


Tgl
1 Ketidakefektifan Hari I 1. Pengajaran: S: keluarga mengatkan

bersihan jalan proses belum mengerti

napas penyakit O:

2. Batuk efektif - Keluarga

3. Fisioterapi mampu

dada menjawab 1 dari

4. Memonitor 5 pertanyaan

TTV tentang ISPA

- Keluarga

mampu

menjawab 2 dari

5 pertanyaan

86
tentang batuk

efektif

- Keluarga

mampu

menjawab 1 dari

4 pertanyaan

tentang

fisioterapi dada

- TTV

N: 92 x/m

R: 26 x/m

S: 37,5 C

A: masalah belum

teratasi

P: lanjutkan intervensi

2 Ketidakefektifan Hari I 1. Pengajaran: S: keluarga mengatakan

pemeliharaan proses penyakit belum mengerti

kesehatan 2. Dukungan O:

pengambilan - Keluarga

keputusan mampu

3. Patuh menjawab 1 dari

pengobatan 5 pertanyaan

87
tentang ISPA

- Keluarga

mampu

menjawab 2 dari

5 pertanyaan

dukungan

keluarga

- Keluarga

mampu

menjawab 1 dari

5 pertanyaan

tentang patuh

pengobatan

A: masalah belum

teratasi

P: lanjutkan intervensi

3 Perilaku Hari I 1. Pengajaran: S: keluarga mengatakan

kesehatan proses penyakit belum mengerti

cenderung ISPA O:

beresiko 2. Identifikasi - Keluarga

faktor resiko mampu

menjawab 1 dari

88
5 pertanyaan

tentang ISPA

- Keluarga

mampu

menjawab 2 dari

5 pertanyaan

tentang

identifikasi

factor resiko

A: masalahbelum

teratasi

P: lanjutkan intervensi

1 Ketidakefektifan Hari II 1. Pengajaran: S: keluarga menjelaskan

bersihan jalan proses penyakit pengertian, tanda dan

napas 2. Batuk efektif gejala dan penyebab

3. Fisioterapi dada O:

4. Memonitor - Keluarga

TTV mampu

menjawab 3 dari

5 pertanyaan

ISPA

- Keluarga

89
mampu

menjawab 3 dari

5 pertanyaan

batuk efektif

- Keluarga

mampu

menjawab 2 dari

4 pertanyaan

tentang

fisioterapi dada

- TTV

N: 94 x/m

R: 28 x/m

S:37C

A: masalahbelum

teratasi

P: lanjutkan intervensi

2 Ketidakefektifan Hari II 1. Pengajaran: S: pengertian, tanda dan

pemeliharaan proses penyakit gejala dan penyebab

kesehatan 2. Dukungan O:

pengambilan - Keluarga

keputusan mampu

90
3. Patuh menjawab 3 dari

pengobatan 5 pertanyaan

tentang ISPA

- Keluarga

mampu

menjawab 3 dari

5 pertanyaan

tentang

dukungan

pengamblan

keputusan

- Keluarga

mampu

menjawab 3 dari

5 pertanyaan

tentang patuh

pengobatan

A: masalah belum

teratasi

P: lanjutkan intervensi

3 Perilaku Hari II 1. Pengajaran: S: pengertian, tanda dan

kesehatan proses penyakit gejala dan penyebab

91
cenderung ISPA O:

beresiko 2. Identifikasi - Keluarga

faktor resiko mampu

menjawab 3 dari

5 pertanyaan

tentang ISPA

- Keluarga

mampu

menjawab 3 dari

5 pertanyaan

tentang

identifikasi

factor resiko

A: masalah teratasi

P: lanjutkan intervensi

1 Ketidakefektifan Hari III 1. Pengajaran: S: pengertian, tanda dan

bersihan jalan proses penyakit gejala, penyebab, cara

napas 2. Batuk efektif pengobatan ISPA,

3. Fisioterapi dada keluarga dapat

4. Memonitor menjelaskan bagaimana

TTV fisioterapi dada dan

cara batuk efektif

92
O:

- Keluarga

mampu

menjawab 4 dari

5 pertanyaan

tentang ISPA

- Keluarga

mampu

menjawab 2 dari

5 pertanyaan

tentang batuk

efektif

- Keluarga

mampu

menjawab 3 dari

4 pertanyaan

tentang

fisioterapi dada

- TTV

N: 90 x/m

R: 24 x/m

S: 36.8 C

93
A: masalah belum

teratasi

P: lanjutkan intervensi

2 Ketidakefektifan Hari III 1.Pengajaran: S: pengertian, tanda dan

pemeliharaan proses penyakit gejala, penyebab, cara

kesehatan 2.Dukungan pengobatan ISPA, dan

pengambilan keluarga menjelaskan

keputusan tentang dukungan

3.Patuh keluarga

pengobatan O:

- Keluarga

mampu

menjawab 4 dari

5 pertanyaan

tentang ISPA

- Keluarga

mampu

menjawab 4 dari

5 pertanyaan

tentang

dukungan

pengambilan

94
keputusan

- Keluarga

mampu

menjawab 4 dari

5 pertanyaan

tentang patuh

pengobatan

A: masalah teratasi

P: lanjutkan intervensi

3 Perilaku Hari III 1. Pengajaran: S: pengertian, tanda dan

kesehatan proses penyakit gejala, penyebab, cara

cenderung ISPA pengobatan ISPA, dan

beresiko 2. Identifikasi keluarga menjelaskan

faktor resiko indikasi factor resiko

O:

- Keluarga

mampu

menjawab 4 dari

5 pertanyaan

tentang ISPA

- Keluarga

mampu

95
menjawab 3 dari

5 pertanyaan

tentang

identifikasi

factor resiko

A: masalah teratasi

P: lanjutkan intervensi

96
BAB IV

PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada keluarga Tn.I dengan ISPA

pada An. N. Kunjungan dimulai pada tanggal 05 Juli sampai 11 Juli 2018 dengan

kunjungan dilakukan 2 kali dalam sehari selama 3 hari. Berikut peneliti akan

mendeskripsikan hasil studi kasus secara narasi.

Setelah dilakukan penerapan asuhan keperawatan keluarga pada kasus ISPA

di Wilayah Kerja Puskesmas Basala Kecamatan Basala Kabupaten Konawe Selatan

yang telah dilakukan sejak tanggal 05 Juli sampai 11 Juli 2018 selama 2 kali

kunjungan sehari, maka pada bab pembahasan penulis akan menjabarkan adanya

kesesuaian maupun kesenjangan yang terdapat pada partisipan. Tahapan pembahasan

sesuai dengan tahapan asuhan keperawatan yang dimulai dari pengkajian,

merumuskan diagnosa, merumuskan rencana tindakan,pelaksanaan tindakan dan

evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses perawatan dan merupakan suatu

proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengindentifikasi suatu kesehatan kilen. Tahap pengkajian

merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

kenyataan. Kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa

keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan respon

97
individu (Nursalam, 2011 dalam Siska 2017). Sesuai dengan teori yang dijabarkan

diatas, penulis melakukan pengkajian pada An. N serta keluarga dengan

menggunakan metode pengkajian keluarga, wawancara dan pemeriksaan fisik

untuk menambah data yang diperlukan.

Menurut asumsi peneliti lingkungan yang tidak bersih dapat meningkatkan

faktor resiko terjadinya ISPA. Penyakit ISPA dapat ditularkan melalui air ludah,

bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat

kesaluran pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang

disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan umur, tetapi ISPA

sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan

dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene.

Menurut Dewi (2011), faktor resiko meningkatkan resiko penularan

diantaranya yaitu bayi / balita, anak tidak mendapatkan ASI atau mendapat ASI

tetapi tidak memadai, kurang gizi, imunisasi tidak lengkap, bayi lahir prematur,

anak tinggal di lingkungan polusi dan lingkungan perokok, anak tinggal dihunian

padat atau di lingkungan yang tidak sehat.

Dari hasil pengkajian data yang diperoleh yaitu data yang berhubungan

dengan keluarga dan anggota keluarga yang mengalami penyakit ISPA. Keluarga

Tn.I mengatakan tidak mengerti tentang ISPA (pengertian, penyebab, tanda dan

gejala, cara mencegah dan penanganannya). Tn.I dan Ny.R mengatakan sangat

cemas terhadap penyakit yang diderita anaknya, An. N merupakan anak tunggal di

keluarga Tn.I dan keluarga Tn. I sangat takut jika terjadi apa-apa terhadap

anaknya.

98
2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan keluarga mengacu pada P-E-S dimana untuk problem

(P) dapat digunakan tipologi dari (NANDA, 2015-2017) dan etiologi (E)

berkenaan dengan 5 tugas keluarga dalam hal kesehatan/keperawatan menurut

(Friedman, 2010). Pada perumusan diagnosa yang didapatkan dari analisa data

berdasarkan data subjektif dan objektif. Terdapat kesenjangan teori dan fakta

dimana pada Keluarga Tn.I tidak semua diagnosa muncul, diagnosa keperawatan

individu yang muncul yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas yang

berhubungan dengan penumpukan secret sedangkan diagnosa keluarga yang

muncul adalah perilaku kesehatan cenderung beresiko dan ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan. Penulis tidak mengangkat diagnose seperti

ketidakmampuan koping keluarga karena data-data yang tidak mendukung untuk

diangkat sebagai diagnosa.

3. Intervensi

Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis

keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan

merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber,

serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi

dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja

(Friedman, 2010). Dalam mengatasi masalah ini peran perawat adalah

memberikan asuhan keperawatan keluarga untuk mencegah komplikasi lebih

lanjut (Friedman, 2010 dalam Siska, 2017).

99
Setelah ditemukan masalah keperawatan maka penulis melakukan intervensi

pada setiap diagnosa yang diangkat yaitu pertama, ketidakefektifan bersihan jalan

napas berhubungan dengan penumpukan secret penuis merumuskan intervensi

dengan melakukan pengkajian pernapasan, anjurkan batuk efektif, lakukan

fisioterapi dada, dan memberikan posisi yang nyaman pada klien. Kedua,

ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan penulis merumuskan intervensi dengan

menambah pengetahuan memberikan pengajaran tentang proses penyakit, dengan

melakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA, serta memberikan

penjelasan perilaku patuh. Ketiga, pemeliharaan kesehatan cenderung beresiko

penulis merumuskan intervensi dengan melakukan pendidikan kesehatan tentang

penyakit ISPA (penyebab, tanda dan gejala, cara mencegah dan menangani serta

perilaku- perilaku yang dapat menimbulkan ISPA pada anak seperti perilaku

merokok), modifikasi perilaku yang cenderung beresiko pada keluarga.

Berdasarkan intervensi dari teori dan studi lapangan adalah sama dikarenakan

intervensi sudah mencangkup sumber daya dan dana yang dimiliki keluarga serta

aspek pengetahuan, sikap dan psikomotor pada keluarga. Intervensi yang

disebutkan dalam teori sudah sesuai dengan kondisi yang terjadi di studi lapangan

sehingga intervensi dapat digunakan untuk diagnosa tersebut.

4. Implementasi

Implementasi dilapangan pada diagnosa pertama, ketidakefektifan bersihan

jalan napas berhubungan dengan penumpukan secret penuis melaksanakan

implementasi dengan melakukan pengkajian pernapasan, menganjurkan batuk

efektif, melakukan fisioterapi dada, dan memberikan posisi yang nyaman pada

100
klien. Kedua, ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan penulis melakukan

implementasi dengan menambah pengetahuan memberikan pengajaran tentang

proses penyakit, dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit

ISPA, serta memberikan penjelasan perilaku patuh. Ketiga, pemeliharaan

kesehatan cenderung beresiko penulis melakukan implementasi dengan melakukan

pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA (penyebab, tanda dan gejala, cara

mencegah dan menangani serta perilaku- perilaku yang dapat menimbulkan ISPA

pada anak seperti perilaku merokok), modifikasi perilaku yang cenderung beresiko

pada keluarga

5. Evaluasi

No. Diagnosa Hari/ NOC SOAP


Tgl
1 Ketidakefektifan Hari I 5. Pengajaran: S: keluarga mengatkan

bersihan jalan proses belum mengerti

napas penyakit O:

6. Batuk efektif - Keluarga

7. Fisioterapi mampu

dada menjawab 1 dari

8. Memonitor 5 pertanyaan

TTV tentang ISPA

- Keluarga

mampu

menjawab 2 dari

101
5 pertanyaan

tentang batuk

efektif

- Keluarga

mampu

menjawab 1 dari

5 pertanyaan

tentang

fisioterapi dada

- TTV

N: 92 x/m

R: 26 x/m

S: 37,5 C

A: masalah belum

teratasi

P: lanjutkan intervensi

2 Ketidakefektifan Hari I 4. Pengajaran: S: keluarga mengatakan

pemeliharaan proses penyakit belum mengerti

kesehatan 5. Dukungan O:

pengambilan - Keluarga

keputusan mampu

6. Patuh menjawab 1 dari

102
pengobatan 5 pertanyaan

tentang ISPA

- Keluarga

mampu

menjawab 2 dari

5 pertanyaan

dukungan

keluarga

- Keluarga

mampu

menjawab 1 dari

5 pertanyaan

tentang patuh

pengobatan

A: masalah belum

teratasi

P: lanjutkan intervensi

3 Perilaku Hari I 3. Pengajaran: S: keluarga mengatakan

kesehatan proses penyakit belum mengerti

cenderung ISPA O:

beresiko 4. Identifikasi - Keluarga

faktor resiko mampu

103
menjawab 1 dari

5 pertanyaan

tentang ISPA

- Keluarga

mampu

menjawab 2 dari

5 pertanyaan

tentang

identifikasi

factor resiko

A: masalahbelum

teratasi

P: lanjutkan intervensi

1 Ketidakefektifan Hari II 5. Pengajaran: S: keluarga menjelaskan

bersihan jalan proses penyakit pengertian, tanda dan

napas 6. Batuk efektif gejala dan penyebab

7. Fisioterapi dada O:

8. Memonitor - Keluarga

TTV mampu

menjawab 3 dari

5 pertanyaan

ISPA

104
- Keluarga

mampu

menjawab 3 dari

5 pertanyaan

batuk efektif

- Keluarga

mampu

menjawab 2 dari

5 pertanyaan

tentang

fisioterapi dada

- TTV

N: 94 x/m

R: 28 x/m

S:37C

A: masalahbelum

teratasi

P: lanjutkan intervensi

2 Ketidakefektifan Hari II 4. Pengajaran: S: pengertian, tanda dan

pemeliharaan proses penyakit gejala dan penyebab

kesehatan 5. Dukungan O:

pengambilan - Keluarga

105
keputusan mampu

6. Patuh menjawab 3 dari

pengobatan 5 pertanyaan

tentang ISPA

- Keluarga

mampu

menjawab 3 dari

5 pertanyaan

tentang

dukungan

pengamblan

keputusan

- Keluarga

mampu

menjawab 3 dari

5 pertanyaan

tentang patuh

pengobatan

A: masalah belum

teratasi

P: lanjutkan intervensi

3 Perilaku Hari II 3. Pengajaran: S: pengertian, tanda dan

106
kesehatan proses penyakit gejala dan penyebab

cenderung ISPA O:

beresiko 4. Identifikasi - Keluarga

faktor resiko mampu

menjawab 3 dari

5 pertanyaan

tentang ISPA

- Keluarga

mampu

menjawab 3 dari

5 pertanyaan

tentang

identifikasi

factor resiko

A: masalah teratasi

P: lanjutkan intervensi

1 Ketidakefektifan Hari III 5. Pengajaran: S: pengertian, tanda dan

bersihan jalan proses penyakit gejala, penyebab, cara

napas 6. Batuk efektif pengobatan ISPA,

7. Fisioterapi dada keluarga dapat

8. Memonitor menjelaskan bagaimana

TTV fisioterapi dada dan

107
cara batuk efektif

O:

- Keluarga

mampu

menjawab 4 dari

5 pertanyaan

tentang ISPA

- Keluarga

mampu

menjawab 2 dari

5 pertanyaan

tentang batuk

efektif

- Keluarga

mampu

menjawab 3 dari

5 pertanyaan

tentang

fisioterapi dada

- TTV

N: 90 x/m

R: 24 x/m

108
S: 36.8 C

A: masalah belum

teratasi

P: lanjutkan intervensi

2 Ketidakefektifan Hari III 4.Pengajaran: S: pengertian, tanda dan

pemeliharaan proses penyakit gejala, penyebab, cara

kesehatan 5.Dukungan pengobatan ISPA, dan

pengambilan keluarga menjelaskan

keputusan tentang dukungan

6.Patuh keluarga

pengobatan O:

- Keluarga

mampu

menjawab 4 dari

5 pertanyaan

tentang ISPA

- Keluarga

mampu

menjawab 4 dari

5 pertanyaan

tentang

dukungan

109
pengambilan

keputusan

- Keluarga

mampu

menjawab 4 dari

5 pertanyaan

tentang patuh

pengobatan

A: masalah teratasi

P: lanjutkan intervensi

3 Perilaku Hari III 3. Pengajaran: S: pengertian, tanda dan

kesehatan proses penyakit gejala, penyebab, cara

cenderung ISPA pengobatan ISPA, dan

beresiko 4. Identifikasi keluarga menjelaskan

faktor resiko indikasi factor resiko

O:

- Keluarga

mampu

menjawab 4 dari

5 pertanyaan

tentang ISPA

- Keluarga

110
mampu

menjawab 3 dari

5 pertanyaan

tentang

identifikasi

factor resiko

A: masalah teratasi

P: lanjutkan intervensi

111
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus penerapan asuhan keperawatan keluarga pada

kasus ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Basala Kecamatan Basala Kabupaten

Konawe Selatan, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada hasil pengkajian didapatkan kesamaan data dari kasus yang diangkat

dengan teori yang sudah ada. Dimana keluarga mengeluhkan anggota

keluarganya yang sedang mengalami batuk, pilek,dan sesak nafas. Hasil

pemeriksaan fisik terlihat sesak nafas, terlihat lemah dan mata memerah.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ini diagnosa keperawatan

yang muncul ketidakefektifan bersihan jalan napas, ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan, dan perilaku kesehatan cenderung beresiko.

3. Intervensi keperawatan yang direncanakan tergantung kepada masalah

keperawatan yang ditemukan. Intervensi yang dilakukan dirumuskan

berdasarkan diagnosa yang telah didapatkan dengan memberikan penyuluhan

tentang ISPA untuk meningkatkan pengetahuan

4. Implementasi yang telah dilaksanakan yaitu melakukan penyuluhan tentang

ISPA, membimbing dan memotivasi keluarga dalam mengambil keputusan

untuk mengatasi masalah ISPA.

5. Pada tahap akhir peneliti mengevaluasi dengan menanyakan kembali pada

keluarga tentang penyuluhan yang telah diberikan.

112
B. Saran

1. Bagi puskesmas

Diharapkan bisa lebih meningkatkan pelayanan kesehatan dan

mempertahankan kerja sama baik antar tim kesehatan maupun dengan klien

sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat mendukung kesembuhan

klien.

2. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan bisa lebih meningkatkan pendidikan yang lebih berkualitas dan

professional sehingga tercipta perawat yang terampil inovatif dan

professional yang mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

kode etik keperawatan khusunya pemberian asuhan keperaatan dengan kasus

ISPA.

3. Bagi klien dan keluarga

Diharapkan keluarga mampu mengetahui tentang penyakit ISPA dan cara

perawatan anggota keluarga dengan ISPA

4. Bagi penulis

Diharapkan bisa memberikan asuhan keperawatan dengan baik khususnya

pada penderita ISPA

113
DAFTAR PUSTAKA

Adib Huda Mujtaba. 2017. Anatomi Fisiologi Dan Patofisiologi System Pernapasan
Manusia. Dikutib 2 juli 2018.

Cahya Riska W. Sukarto, Dkk. 2016. Jurnal Keperawatan Hubungan Peran Orang
Tua Dalam Pencegahan ISPA Dengan Kekambuhan ISPA Pada Balita Di
Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu: Manado. Universitas Sam Ratulangi

Endah Noer P. Daroham , Mutiatikum. 2009. Penyakit ISPA Hasil Riskesdas


Indonesia. Jakarta: Puslitbang Biomedis Dan Farmasi

Indah Sari Nurul. 2015. Hubungan Umur Dan Jenis Kelamin Terhadap Kejadian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita Di Puskesmas Tembilahan
Hulu. Akademi Kebidanan Husada Gemilang

Kemenkes RI. 2013. Sistem kesehatan. Jakarta:

Nugraheny Esti Dkk. 2013. Peran Keluarga Terhadap Penanggulangan Awal ISPA
Bukan Pneumonia Pada Balita. Bantul: Akademi Kebidanan Ummi
Khasanah.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Nurrijal. 2009. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Gorontalo:

Profil Puskesmas Basala Tahun 2018

Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2015

Profil Kesehatan Konawe Selatan Tahun 2017

RISKESDAS. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: 2013


Rizka Nugraheni. 2012. Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi
Pada An.D Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Di Ruang Melati
RSUD Karangayer. Surakarta:
Siska Handayani, 2017. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada An. N Dan An. A
Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Wilayah
Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang. Padang:
Poltekkes Padang

Yulia ningksih. 2014. Konsep implementasi keperawatan. Ikmnursing.blogspot.id. Di


kutip 1 juli 2018
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

I. Data Umum

1. Nama KK : Tn. I

2. Pekerjaan KK : Tani

3. Pendidikan KK : SMA

4. Agama KK : Islam

5. Alamat :Ds. Lipu Masagena Dusun IV (Padaelo)

6. Komposisi Anggota Keluarga

No Nama JK Umur Pddkn Status Imunisasi Penyakit

BC DPT POLI Hepat Cam /

G O itis pak Keluhan

th
1. Ny. R P 19 SMP √ √ √ √ √ Tidak

ada

2. An.N P 2,5 th - √ √ √ √ √ ISPA


7. Genogram :

Suami Istri

? ? ?

39 35 22
37 34

29 19

2,5

Keterangan:

= Laki-laki

= Perempuan

X = Meninggal dunia

------ = Tinggal bersama

= Menikah

= klien

G1:orang tua dari Tn.I masih lengkap dan ayah dari Ny.R sudah meninggal

sebelum dia lahir kedunia


G2: Tn. I anak ketiga dari empat bersaudara, Ny. R anak bungsu dari ketiga
bersaudara dan semuanya perempuan
G3 : Tn.I mempunyai 1 orang anak dan Tn. I tinggal besrsama istri dan
anaknya
8. Tipe Keluarga
Kelurga Inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari
ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduanya.
9. Suku Bangsa
Keluarga yang terdiri suami, istri, dan anak memiliki suku yaitu suku
Bugis
10. Agama
Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak menganut agama Islam
11. Status Sosial Ekonomi
Keluarga Tn.I memiliki penghasilan dari hasil bertani, sumber
pendapatan yang diperoleh hanya dari Tn.I
12. Aktifitas Rekreasi Keluarga
Keluarga mengisi waktu luang dengan menonton TV. Keluarga
memiliki waktu untuk berkumpul dan bekomunikasi secara santai pada
saat nonton TV. Keluarga jarang rekreasi.

II. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini
Tahap II : Keluarga kelahiran anak pertama /child-bearing family ( oldest
child birth to 2,5 years)
2. Tugas Perkembangan Keluarga
Tugas perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi :
- Persiapan menjadi orang tua
- Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi.
- Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan. Tugas Perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Tidak ada tahapan keluarga yang berlum terpenuhi
3. Riwayat keluarga inti
- Tn. I tidak memiliki riwayat penyakit keturunan namun klien memiliki
riwayat penyakit demam typoid
- Ny. R tidak memiliki riwayat penyakit keturunan namun klien
memiliki riwayat penyakit gastritis
- An. N tidak memiliki riwayat peyakit
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Keluarga dari pihak suami dan istri tidak memiliki riwayat peyakit
keturunan
III. Lingkungan
7. Karakteristik Rumah
Keluarga Tn. I memiliki jenis rumah papan dengan status yang
dimiliki milik sendiri luas rumah sekitar 12 x 6 meter pesegi dengan
jumlah ruangan 5 ruangan yang terdiri dari teras, ruang tamu, 2 kamar,
dan dapur. Penerangan disiang hari dengan masuknya cahaya matahari
namun dimalam hari menggunakan lampu untuk penerangan, memiliki
ventilasi, dengan kebersihan cukup bersih, tidak memiliki spal, sumber
air minum yang dikonsumsi dari air sumur yang dipanaskan, dan
memiliki jamban leher angsa.
8. Denah Rumah

S
d e T B

c U

Ket:
a. Teras Depan
b. Ruang tamu dan ruang keluarga
c. Kamar 1
d. Kamar 2
e. Dapur
3. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RT /RW/Dusun
Keluarga Tn. I memiliki hubungan dengan tetangga dan warga sekitar
terjalin baik dan saling mengunjungi satu sama lain.
4. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn. I tidak memiliki kebiasaan berpindah tempat
5. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat
Perkumpulan biasanya dilakukan ketika ada acara-acara keluarga
atau mengikuti kegiatan yang ada dilingkungan seperti senam yang
diadaka oleh tenaga puskesmas basala, interaksi yang dilakukan baik
dengan menggunakan bahasa sehari-hari yaitu bahasa bugis karena
dilingkungannya mayoritas suku bugis dan kadang menggunakan bahasa
Indonesia
6. Sistem Pendukung Keluarga

Dalam keluarga memiliki sistem pendukung yang baik ketika ada

anggota keluarga yang sakit saling mendukung untuk memeriksakan

kesehatan di puskesmas

IV. Struktur Keluarga

1. Pola Komunikasi Keluarga

Dalam keluarga Tn. I saling terbuka satu sama lain. Dalam

permasalahan yang dihadapi selalu dibicarakan dengan Ny. R

2. Struktur Kekuatan Keluarga

Keluarga Tn. I saling menghargai satu sama lain, saling membantu serta

saling mendukung dan apabila ada masalah Ny. R diskusi dengan suami

dan meminta nasihat kepadanya.

3. Struktur Peran

a. Tn. I

- Formal

Sebagai ayah, suami, menantu

- Informal

Sebagai anggota masyarakat, mencari nafkah dengan bertani


b. Ny.R
- Formal
Sebagai ibu, istri dan anak
- Informal
Sebagai anggota masyarakat, IRT dan sering mengikuti kegiatan-
kegiatan dilingkungan tempat tinggal
c. An. N
- Formal
Sebagai anak, cucu
- Informal
Bermain dengan anak-anak sekitar lingkungan tempat tinggal
d. Nilai dan Norma Keluarga
Dalam keluarga Tn. I menerapkan aturan-aturan sesuai dengan ajaran
agama islam dan mengharapkan anaknya kelak dapat menjadi anak
yang sholeha, dan dalam keluarga diterapkan hidup bersih sebelum
makan mencuci tangan.
V. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif

Dalam keluarga menjalin hubungan yang baik sehingga tercipta suasana

saling mengerti, dan saling menyayangi. Dalam anggota keluarga saling

bertanggung jawab dengan peran masing-masing dalam keluarga.

2. Fungsi Sosialisasi

Keluarga Tn.I menekankan perlunya berhubungan dengan orang lain,

mereka membiasakan anaknya bermain dengan teman-temannya


3. Fungsi Reproduksi
Dalam keluarga Tn. I memiliki 1 orang anak, tidak merencanakan jumlah
anak, dan metode yang digunakan dalam mengendalikan jumlah anak
dengan Ny.R menggunakan kontrasepsi KB jenis suntik.
4. Fungsi Ekonomi
Kurang baik, pendapatan keluarga yang didapatkan dari hasil bertani
suami dan yang didapatkan dicukupkan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari
5. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah
Kurang baik, keluarga tidak tau apa itu ISPA, apa saja faktor
penyebabnya, serta cara mencegah terjadinya ISPA
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang
tepat
Cukup baik
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Kurang baik, keluarga belum mengerti bagaimna cara merawat
keluarga yang sedang sakit, keluarga hanya mengetahui ketika sakit
langsung diberi obat namun dalam proses penyembuhan dapat
diperbaiki di dalam pola makanan yang sehat.
d. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan/memelihara
lingkungan yang sehat untuk perawatan anggota keluarga yang sakit
Keluarga Tn.I selalu menjaga kebersihan rumah namun Tn.I
mengatakan sering lupa menjauhkan asap rokok dari anaknya ketika
sedang merokok
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di
masyarakat
Cukup baik, keluarga mengatakan ketika ada anggota keluarga yang
sakit tidak langsung memeriksakan diri ke puskesmas namun hanya
mengkonsumsi obat warung saja atau mengambil obat pada perawat
terdekat, namun ketika penyakit sudah parah baru memeriksakan diri
ke puskesmas.
VI. Stres Dan Koping Keluarga
1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
c. Stressor jangka pendek (< 6 bln)
Keluarga mengatakan sangat cemas terhadap anaknya karena
penyakit anaknya tidak sembuh-sembuh
d. Stressor jangka panjang (> 6 bln)
Klien tidak memiliki stres dalam jangka panjang
2. Respon keluarga terhadap stressor dan Mekanisme Koping yang
digunakan
c. Respon keluarga terhadap stressor
Jika ada masalah dalam keluarga selalu di diskusikan bersama
suami, keluarga biasanya mencoba mandiri dalam menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapinya
d. Strategi koping yang digunakan
Ny.R meendiskusikan setiap ada masalah pada Tn.I sehingga
masukan atau solusi yang diberikan dapat membantu
menyelesaikan masalahnya
3. Strategi adaptasi disfungsional
Dari hasil pengkajian yang dilakukan tidak adanya cara-cara keluarga

mengatasi masalah secara mal adaftif


VII. Pemeriksaan Fisik

Data Tn. I Ny. R An. N


TTV 120/80m 100/70m
- TD mhg mhg -
- Nadi 80 76 92
- Respirasi 18 20 26
0 0 0
- Suhu 36,5 36,2 C 37,5 C
Kepala:
- Bentuk Simetris Simetris Simetris
- Rambut Hitam Hitam Hitam
- Kulit Kepala Bersih Bersih Bersih
Mata:
- Sclera
- Kongjungtiva Tidak Tidak Anemis
- Palpebra anemi anemi
- Fungsi Baik Baik Baik
Telinga :
- Bentuk Simetris Simetris Simetris
- Keadaan Bersih Bersih Bersih
- Fungsi Normal Normal Normal
Hidung
- Bentuk Simetris Simetris Simetris
- Keadaan Bersih Bersih Bersih
- Fungsi Normal Normal Normal
Mulut:
- Gigi Lengkap Lengkap Belum
- Fungsi Baik Baik Lengkap
Menelan Baik
Leher
- Pembesaran Tidak Tidak Tidak
kelenjar tiroid ada ada ada
Dada:
- Bentuk Simetris Simetris Simetris
- Suara paru Normal Normal Normal
- Respirasi
- Bunyi jantung
Abdomen:
- Bentuk Simetris Simetris Simetris
- Nyeri Tekan Tidak Tidak Tidak
ada ada ada
Ekstremitas
- Oedema Tidak Tidak Tidak
- Kotrak-tur ada ada ada
- Gerakan Tidak Tidak Tidak
ada ada ada
Integumen:
- Turgor Elastis Elastis Elastis
- Keadaan Normal Normal Normal
- Kuku Bersih Bersih Bersih

VIII. Harapan Keluarga

Keluarga memiliki harapan dengan adanya mahasiswa yang

melakukan praktek keluarga dapat memiliki pengetahuan lebih tentang

pentingnya menjaga kesehatan dan berharap sangat membantu keluarga

mencegah penyakit
SATUAN ACARA PENYULUHAN INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN AKUT (ISPA) Di DESA LIPUMASAGENA

a. Latar Belakang
Infeksi saluran pernapasan akut merupakan keadaan infeksi anak
paling lazim, tetapi kemakananya tergantung frekuensi relatif dari
komplikasi yang terjadi pada anak. Sindrom ini lebih luas dari pada orang
dewasa. Biasanya anak dengan ISPA mengalami penurunan nafsu makan
tetapitindakan memaksa dia untuk makan anak-anak untuk makan
hidangan tidak ada gunanya. Sebagian besar penyakit pada anak-anak
adalah infeksi, sebagian besar infeksi adalah ISPA, kebanyakan adalah
virus,. Ispa dapat mencetus kejang demam dan serangan asma.
Dinding dan seluruh sistem pernapasan dilapisi oleh mukosa yang
saling berhubungan sehingga infeksi yang terjadi disuatu tempat dengan
mudah bisa mempengaruhi bagian saluran pernapasan. Ispa juga menjadi
alasan utama mengapa pasienlebih memilih perawatan ambulatory atau
rawat jalan. Oleh karena itu menjadi penting bahwa perawat perlu
dipersiapkan untuk memberikan perawatan terbaik, memberikan
penyuluhan dan informasi mengenai obat-obatan kepada pasien. Meskipun
teknologi kedokteran telah berkembangsedemikian pesatnya, namun
pertanyaan-pertanyaan klinis yang umum untuk penyakit ispa.
Penyakit ispa merupakan suatu masalah kesehatan utama di
indonesia karena masih tingginya angka kejadian ispa terutama pada anak-
anak dan balita. Ispa mengakibatkan sekitar 20%-30% kematian anak
balita. Sebnayak 40%-60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15%-
30% kunjungan berobat dirawat jalan dan rawat inap.
b. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini, diharapkan masyarakat mengetahui
dan memahami kondisi lingkungan polusi yang tercemar agar tidak
terserang ISPA, dan bisa mencegah dari penyakit tersebut dengan
upaya kuratif dan preventif agar keluarga sehat sejahtera.
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti penyuluhan masyarakat dapat :
a. Mampu menyebutkan pengertian dari infeksi saluran pernapasan
akut.
b. Mengetahui dan memahami penyebab dari infeksi saluran
pernapasan akut.
c. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala dari seseorang yang
terinfeksi saluran pernapasannya akut dan dapat menyebutkan
upaya pencegahan dari infeksi saluran pernapasan akut.
d. Mengetahui kegunaan dari masker dan cara serta waktu
menggunakannya.
c. Waktu dan Tempat
Waktu : Jam 9.30-10.30,Hari Kamis 05Juli 2018
Tempat : Kediaman Tn, I
d. Sasaran
Keluarga Tn.I
e. Metode
Ceramah dan tanya jawab
f. Media/alat bantu
Leaflet
g. Kegiatan
Tahap Kegiatan pemateri Kegiatan Peserta Waktu
Pembukaa 1. Menyampaikan salam 1. Membalas salam 10 Menit
n 2. Menjelaskan tujuan 2. Mendengarkan
3. Kontrak waktu 3. Memberi respon
4. Tes awal 4. Menjawab
Inti 1. Menjelaskan pengertian dan 1. Mendengarkan 20 Menit
penyebab dari infeksi saluran dan menyimak
pernapasan, tanda dan gejala 2. Mengajukan
dari infeksi saluran pertanyaan
pernapasan, upaya 3. Mendengarkan
pencegahan dan pengobatan
dari infeksi saluran
pernapasan.
2. Memberikan kesempatan
bertanya
3. Menjawab pertanyaan
Terminasi 1. Tes akhir 1. Menjawab 30 Menit
2. Menyimpulkan hasil 2. Aktif bersama
penyuluhan menyimpulkan
3. Memberi salam penutup 3. Membalas salam

h. Evaluasi
1. Evaluasi Persiapan
a. Materi sudah siap dan dipelajari 1 hari sebelum penyuluhan.
b. Media sudah siap 1 hari sebelum penyuluhan.
c. Tempat sudah siap 1 jam sebelum penyuluhan.
d. SAP sudah siap 1 hari sebelum penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a. Masyarakat,Ibu balita memperhatikan penjelasan penyaji.
b. Ibu Balita aktif bertanya.
c. Media dapat digunakan secara efektif.
3. Evaluasi Hasil
a. Menyebutkan kembali pengertian Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
b. Menyebutkan kembali penyebab Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
c. Menyebutkan kembali tanda dan gejala Infeksi Saluran Pernapasan
Akut.
d. Menyebutkan kembali upaya pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan
Akut.
e. Menyebutkan kembali penatalaksanaan ISPA.
Materi Penyuluhan
Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA)
11. Definisi
Infeksi sluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran
pernapasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang
berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas
laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan
bawah secara stimulant atau berurutan. (Nurrijal, 2009)
Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran
pernapasan, dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: infeksi adalah
masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran
pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli beserta
organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Dengan demikian ISPA secara otomatis mencakup saluran pernapasan
bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-
paru) dan organ adneksa saluran pernapasan. Sesuai dengan batasan ini
maka jaringan paru-paru termasuk saluran pernapasan. Infeksi akut adalah
infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk
menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
(Depkes, 2010).
12. Penyebab
Depkes (2004) menyatakan penyakit ispa dapat disebabkan oleh
berbagaipenyebab seperti bakteri, virus, mycoplasma, jamur dan lain-
lainnya. Ispa bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ispa
bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri, umumnya mempunyai
manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa masalah
dalam penanganannya
Bakteri penyebab ispa antara lain adalah genus streptococcus,
stapilococus, pneumococus,haemophyllus, bordetella dan
corynobacterium. Virus penyebab ispa antara lain golongan
paramykovirus (termasuk didalamnya virus influenza, virus parainfluenza
dan virus campak), adenovirus, coronavirus, picornavirus, herpesvirus, dan
lain-lain. Di Negara-negara berkembang umumnya kuman penyebab ispa
adalah streptococcus pneumonia dan haemopylus influenza.
13. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ispa dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernapasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran napas bergerak
keatas mendorong virus kearah faring atau dengan suatu tangkapan reflex
spasmus oleh laring. Jika reflex tersebut gagal maka virus merusak lapisan
epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya
batuk kering. Kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernapasan
menyebabkan kenaikan aktfitas kelenjar mucus yang banyak terdapat pada
dinding saluran napas, sehingga terjadipengeluaran cairan mukosa yang
melebihi normal. Rangsangan cairan berlebihan tersebut menimbulkan
gejala batuk sehingga pada tahap awal gejala ispa paling menonjol adalah
batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi
sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan
mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada
saluran pernapasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan
bakteri-bakteri pathogen yang terdapat pada saluran pernapasan atas
seperti streptococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut. Infeksi
sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mucus bertambah banyak dan
dapat menyumbat saluran napas sehingga timbul sesak napas dan juga
menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan
adanya factor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan
penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus
pada saluran napas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan
anak.
Virus yang menyerang saluran napas atas dapat menyebar ketempat-
tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang,
demam, dan juga bisa menyebar kesaluran napas bawah. Dampak infeksi
sekunder bakteripun bisa menyerang saluran napas bawah, sehingga
bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernapasan
atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru
sehingga menyebabkan pneumonia bakteri
Penanganan penyalit saluran pernapsan pada anak harus diperhatikan
aspek imunologis saluran napas terutama dalam hal bahwa system imun
disaluran napas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama
dengan system imun sistemik pada umumnya. System imun sluran napas
yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan
cirri khas system imun mukosa. Cirri khas berikutnya adalah bahwa IgA
memegang peranan pada saluran napas bawah, diketahui pula bahwa
sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas
mukosa saluran napas.
Dari uraian diatas, perjalanan klinis penyekit ispa ini dapat dibagi
menjadi 4 tahap, yaitu:
e. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum
menunjukkan reaksi apa-apa
f. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan tubuh
sebelumnya memang sudah rendah
g. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul
gejala demam dan batuk
h. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis dan dapat
meninggal akibat pneumonia
(Nurrijal, 2009)
14. Manifestasi Klinik
Ispa merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian
saluran pernapasan atas maupun bawah, yang meli[uti infiltrate
peradangan dan edema mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi
mucus serta perubahan struktur fungsi siliare. (Muttaqim, 2008)

Depkes RI membagi tanda dan gejala ISPA menjadi tiga yaitu :

d. Gejala dari ispa ringan


Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu
atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
5) Batuk
6) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
7) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung
8) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37 C
e. Gejala dari ispa sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika ditemukan satu
atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
7) Pernapasan cepat ( fast breathing) sesuai umur yaitu: untuk
kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi napas 60 kali per
menit atau lebih untuk umur 2-<12 bulan dan 40 kali per menit atau
lebih padaumur 12 bulan-<5 tahun.
8) Suhu tubuh lebih dari 39C
9) Tenggorokan berwarna merah
10) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak
11) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
12) Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)
f. Gejala dari ispa berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ditemukan satu
atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
7) Bibir atau kulit membiru
8) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
9) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
10) Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernapas
11) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
12) Tenggorokan berwarna merah
KUESIONER

1. PENGETAHUAN TENTANG ISPA


No. Pertanyaan B S
1. Apa yang dimaksud dengan ISPA
2. Apa penyebab ISPA
3. Bagaimana tanda dan gejala ISPA
4. Apa saja makanan cara pencegahan ISPA
5. Bagaimana cara penanganan ISPA

2. BATUK EFEKTIF
No Pertanyaan B S
1. Apa yang dimaksud dengan batuk efektif
2. Apa tujuan dari batuk efektif
3. Apa saja persiapan alat untuk batuk efektif
4. Bagaimana cara melakukan batukefektif
5. Kapan dilakukan batuk efektif

3. FISIOTERAPI DADA
No Pertanyaan B S
1. Apa yang dimaksud dengan fisioterapi dada
2. Apa tujuan fisioterapi dada
3. Macam-macam fisioterapi dada
4. Tata cara pelaksanaan terapi dada
4. DUKUNGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Mencari informasi yang terpercaya
2. Menyampaikan niat untuk bertindak
3. Mencari pelayanan perawatan kesehatan
4. Identifikasi tingkat pencapaian hasil
5. Evaluasi kepuasan terhadap hasil

5. PATUH PENGOBATAN
No. Pertanyaan Patuh Tidak Patuh
1. Menyimpan obat dengan benar
2. Minum obat sesuai dosis
3. Memantau efek samping obat
4. Memantau tanggal kadaluarsa obat
5. Melaporkan efek lanjut terapi kepada
professional kesehatan

Anda mungkin juga menyukai