LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
I. Data Umum
1. Nama KK : Tn. R
2. Pekerjaan KK : Tani
3. Pendidikan KK : SMA
4. Agama KK : Islam
Camp
BCG DPT POLIO Hepatitis ak / Keluhan
th
1. Ny. R P 19 SMP √ √ √ √ √ Tidak
ada
60
7. Genogram :
Suami Istri
? ? ?
39 35 22
37 34
29 19
2,5
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
X = Meninggal dunia
= Menikah
= klien
G1:orang tua dari Tn.I masih lengkap dan ayah dari Ny.R sudah meninggal
61
G2: Tn. R anak ketiga dari empat bersaudara, Ny. K anak bungsu dari
G3 : Tn.R mempunyai 1 orang anak dan Tn. R tinggal besrsama istri dan
anaknya
8. Tipe Keluarga
Kelurga Inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari
ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduanya.
9. Suku Bangsa
Keluarga yang terdiri suami, istri, dan anak memiliki suku yaitu suku
Jawa
10. Agama
Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak menganut agama Islam
62
II. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
Keluarga dari pihak suami dan istri tidak memiliki riwayat peyakit
keturunan
63
III. Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
jumlah ruangan 5 ruangan yang terdiri dari teras, ruang tamu, 2 kamar,
air minum yang dikonsumsi dari air sumur yang dipanaskan, dan
2. Denah Rumah
S
d e T B
c U
64
Ket:
a. Teras Depan
c. Kamar 1
d. Kamar 2
e. Dapur
f. WC/Toilet
g. : Pintu
3. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RT /RW/Dusun
Indonesia
65
6. Sistem Pendukung Keluarga
kesehatan di puskesmas
Keluarga Tn. R saling menghargai satu sama lain, saling membantu serta
saling mendukung dan apabila ada masalah Ny. K diskusi dengan suami
3. Struktur Peran
a. Tn. R
- Formal
- Informal
b. Ny.K
- Formal
66
- Informal
c. An. N
- Formal
- Informal
V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
2. Fungsi Sosialisasi
67
3. Fungsi Reproduksi
4. Fungsi Ekonomi
sehari-hari
Kurang baik, keluarga tidak tahu tentang ISPA, apa saja faktor
tepat
Cukup baik
68
Keluarga Tn.R selalu menjaga kebersihan rumah namun Tn.R
sedang merokok
masyarakat
ke puskesmas.
digunakan
69
Jika ada masalah dalam keluarga selalu di diskusikan bersama
menyelesaikan masalahnya
- TD mhg mhg -
- Nadi 80 76 92
- Respirasi 18 20 26
0 0 0
- Suhu 36,5 36,2 C 37,5 C
Kepala:
70
Mata:
- Sclera
Telinga :
Hidung
Mulut:
Menelan Baik
Leher
Dada:
71
- Suara paru Normal Normal Normal
- Respirasi
- Bunyi jantung
Abdomen:
Ekstremitas
Integumen:
mencegah penyakit
72
B. Data fokus
R: 26 x/m
S: 37,5 C
73
C. Analisa Data
Data Masalah
bersihan
jalan
Ds: Ketidakefektifan nafas
yang lalu
Do:
- TTV
N: 92 x/m
R: 26 x/m
S: 37,5 C
Ds: Ketidakefektifan
membawanya ke puskesmas
74
anaknya
Do:
Do:
75
- Sebagian 1 2
- Tidak dapat 0
3 Potensial pencegahan: 1/3x1
- Tinggi 3 = 1/3
- Cukup 2 1
- Rendah 1
4 Menonjolnya masalah: 2/2x1
Skala 2 =1
- masalah berat harus 1 1
segera ditangani 0
- ada masalah tapi
tidak perlus egera
ditangani
- masalah tidak
dirasakan
Jumlah skor 4 1/3
76
Skala:
- Mudah 1
- Sebagian 2
- Tidak dapat 1
0
3 Potensial pencegahan: 1 / 3 x 1 = 1/3
- Tinggi
- Cukup 3
- Rendah 2 1
1
4 Menonjolnya masalah: 2/ 2 x 1 = 1
Skala
- masalah berat harus 2 1
segera ditangani
- ada masalah tapi 1
tidak perlus egera
ditangani 0
- masalah tidak
dirasakan
Jumlah skor 3 1/3
77
- Ancaman kesehatan 2
- Keadaan sejahtera
1
2 Kemungkinan masalah 1/2x2=1
dapat diubah:
Skala:
- Mudah 1
- Sebagian 2
- Tidak dapat 1
0
3 Potensial pencegahan: 1 / 3 x 1 = 1/3
- Tinggi
- Cukup 3
- rendah 2 1
1
4 Menonjolnya masalah: 0/2x1=0
Skala
- masalah berat harus 2 0
segera ditangani
- ada masalah tapi 1
tidak perlus egera
ditangani 0
- masalah tidak
dirasakan
Jumlah skor 2 1/3
78
E. Rumusan Diagnosa keperawatan
F. Intervensi keperawatan
KH: mestinya
79
mengidentifikasika dengan
lender
5. Instruksikan
bagaimana agar
bisa batukefektif
pemeliharaan ISPA
kesehatan a. Pengetahuan:Proses
penyakit
perawatan ISPA
a. Partisipasi dalam
mengambil
keputusan
80
merawat anggota ISPA
a. Perilaku patuh:
pengobatan yang
dianjurkan
b. Perilaku patuh :
latihan yang
disarankan
c. TTV
memodifikasi
lingkungan untuk
perawatan penderita
ISPA
pelayanan kesehatan
a. Kepatuhan:
perilaku menerima
pelayanan
kesehatan
81
3. Perilaku 1. Keluarga dapat Pengajaran proses
cenderung ISPA
beresiko a. Pengetahuan:Prose
s penyakit
perawatan ISPA
a. Berpartisipasi
dalam memutuskan
perawatan
kesehatan
a. Vital sign
b. Penampian care
giver perawatan
langsung
memodifikasi
lingkungan
82
a. Lingkungan rumah
yang aman
pelayanan kesehatan
a. Kepatuhan:
perilaku menerima
pelayanan
kesehatan
G. Implementasi
/tgl
jalan sebagaimana O:
untuk an ventilasi
memaksimalkan - Fisioterapi
ventilasi dada
83
3. Lakukan fisioterapi - Batuk efektif
mestinya N: 92 x/m
lender
5. Instruksikan
bagaimana agar
bisa batukefektif
raan pengambilan O:
n 3. Pengajaran - Partisipasi
- Patuh
pengobatan
84
- TTV:
N: 94 x/m
R: 28 x/m
S:37C
A: masalah belum
teratasi
P:lanjutkan intervensi
cenderun pengambilan O:
g keputusan - Pengetahuan
resiko - Patuh :
5. Mengunjungi menghindari
beresiko
- Patuh
mengunjungi
yankes
85
- TTV
N: 90 x/m
R: 24 x/m
S: 36.8 C
A: masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi
H. Evaluasi
napas penyakit O:
3. Fisioterapi mampu
4. Memonitor 5 pertanyaan
- Keluarga
mampu
menjawab 2 dari
5 pertanyaan
86
tentang batuk
efektif
- Keluarga
mampu
menjawab 1 dari
4 pertanyaan
tentang
fisioterapi dada
- TTV
N: 92 x/m
R: 26 x/m
S: 37,5 C
A: masalah belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
kesehatan 2. Dukungan O:
pengambilan - Keluarga
keputusan mampu
pengobatan 5 pertanyaan
87
tentang ISPA
- Keluarga
mampu
menjawab 2 dari
5 pertanyaan
dukungan
keluarga
- Keluarga
mampu
menjawab 1 dari
5 pertanyaan
tentang patuh
pengobatan
A: masalah belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
cenderung ISPA O:
menjawab 1 dari
88
5 pertanyaan
tentang ISPA
- Keluarga
mampu
menjawab 2 dari
5 pertanyaan
tentang
identifikasi
factor resiko
A: masalahbelum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
3. Fisioterapi dada O:
4. Memonitor - Keluarga
TTV mampu
menjawab 3 dari
5 pertanyaan
ISPA
- Keluarga
89
mampu
menjawab 3 dari
5 pertanyaan
batuk efektif
- Keluarga
mampu
menjawab 2 dari
4 pertanyaan
tentang
fisioterapi dada
- TTV
N: 94 x/m
R: 28 x/m
S:37C
A: masalahbelum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
kesehatan 2. Dukungan O:
pengambilan - Keluarga
keputusan mampu
90
3. Patuh menjawab 3 dari
pengobatan 5 pertanyaan
tentang ISPA
- Keluarga
mampu
menjawab 3 dari
5 pertanyaan
tentang
dukungan
pengamblan
keputusan
- Keluarga
mampu
menjawab 3 dari
5 pertanyaan
tentang patuh
pengobatan
A: masalah belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
91
cenderung ISPA O:
menjawab 3 dari
5 pertanyaan
tentang ISPA
- Keluarga
mampu
menjawab 3 dari
5 pertanyaan
tentang
identifikasi
factor resiko
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi
92
O:
- Keluarga
mampu
menjawab 4 dari
5 pertanyaan
tentang ISPA
- Keluarga
mampu
menjawab 2 dari
5 pertanyaan
tentang batuk
efektif
- Keluarga
mampu
menjawab 3 dari
4 pertanyaan
tentang
fisioterapi dada
- TTV
N: 90 x/m
R: 24 x/m
S: 36.8 C
93
A: masalah belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
3.Patuh keluarga
pengobatan O:
- Keluarga
mampu
menjawab 4 dari
5 pertanyaan
tentang ISPA
- Keluarga
mampu
menjawab 4 dari
5 pertanyaan
tentang
dukungan
pengambilan
94
keputusan
- Keluarga
mampu
menjawab 4 dari
5 pertanyaan
tentang patuh
pengobatan
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi
O:
- Keluarga
mampu
menjawab 4 dari
5 pertanyaan
tentang ISPA
- Keluarga
mampu
95
menjawab 3 dari
5 pertanyaan
tentang
identifikasi
factor resiko
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi
96
BAB IV
PEMBAHASAN
pada An. N. Kunjungan dimulai pada tanggal 05 Juli sampai 11 Juli 2018 dengan
kunjungan dilakukan 2 kali dalam sehari selama 3 hari. Berikut peneliti akan
yang telah dilakukan sejak tanggal 05 Juli sampai 11 Juli 2018 selama 2 kali
kunjungan sehari, maka pada bab pembahasan penulis akan menjabarkan adanya
evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses perawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
97
individu (Nursalam, 2011 dalam Siska 2017). Sesuai dengan teori yang dijabarkan
faktor resiko terjadinya ISPA. Penyakit ISPA dapat ditularkan melalui air ludah,
bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat
disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan umur, tetapi ISPA
sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan
diantaranya yaitu bayi / balita, anak tidak mendapatkan ASI atau mendapat ASI
tetapi tidak memadai, kurang gizi, imunisasi tidak lengkap, bayi lahir prematur,
anak tinggal di lingkungan polusi dan lingkungan perokok, anak tinggal dihunian
Dari hasil pengkajian data yang diperoleh yaitu data yang berhubungan
dengan keluarga dan anggota keluarga yang mengalami penyakit ISPA. Keluarga
Tn.I mengatakan tidak mengerti tentang ISPA (pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, cara mencegah dan penanganannya). Tn.I dan Ny.R mengatakan sangat
cemas terhadap penyakit yang diderita anaknya, An. N merupakan anak tunggal di
keluarga Tn.I dan keluarga Tn. I sangat takut jika terjadi apa-apa terhadap
anaknya.
98
2. Diagnosa keperawatan
(P) dapat digunakan tipologi dari (NANDA, 2015-2017) dan etiologi (E)
(Friedman, 2010). Pada perumusan diagnosa yang didapatkan dari analisa data
berdasarkan data subjektif dan objektif. Terdapat kesenjangan teori dan fakta
dimana pada Keluarga Tn.I tidak semua diagnosa muncul, diagnosa keperawatan
3. Intervensi
serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi
dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja
99
Setelah ditemukan masalah keperawatan maka penulis melakukan intervensi
pada setiap diagnosa yang diangkat yaitu pertama, ketidakefektifan bersihan jalan
fisioterapi dada, dan memberikan posisi yang nyaman pada klien. Kedua,
penyakit ISPA (penyebab, tanda dan gejala, cara mencegah dan menangani serta
perilaku- perilaku yang dapat menimbulkan ISPA pada anak seperti perilaku
Berdasarkan intervensi dari teori dan studi lapangan adalah sama dikarenakan
intervensi sudah mencangkup sumber daya dan dana yang dimiliki keluarga serta
disebutkan dalam teori sudah sesuai dengan kondisi yang terjadi di studi lapangan
4. Implementasi
efektif, melakukan fisioterapi dada, dan memberikan posisi yang nyaman pada
100
klien. Kedua, ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan penulis melakukan
pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA (penyebab, tanda dan gejala, cara
mencegah dan menangani serta perilaku- perilaku yang dapat menimbulkan ISPA
pada anak seperti perilaku merokok), modifikasi perilaku yang cenderung beresiko
pada keluarga
5. Evaluasi
napas penyakit O:
7. Fisioterapi mampu
8. Memonitor 5 pertanyaan
- Keluarga
mampu
menjawab 2 dari
101
5 pertanyaan
tentang batuk
efektif
- Keluarga
mampu
menjawab 1 dari
5 pertanyaan
tentang
fisioterapi dada
- TTV
N: 92 x/m
R: 26 x/m
S: 37,5 C
A: masalah belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
kesehatan 5. Dukungan O:
pengambilan - Keluarga
keputusan mampu
102
pengobatan 5 pertanyaan
tentang ISPA
- Keluarga
mampu
menjawab 2 dari
5 pertanyaan
dukungan
keluarga
- Keluarga
mampu
menjawab 1 dari
5 pertanyaan
tentang patuh
pengobatan
A: masalah belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
cenderung ISPA O:
103
menjawab 1 dari
5 pertanyaan
tentang ISPA
- Keluarga
mampu
menjawab 2 dari
5 pertanyaan
tentang
identifikasi
factor resiko
A: masalahbelum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
7. Fisioterapi dada O:
8. Memonitor - Keluarga
TTV mampu
menjawab 3 dari
5 pertanyaan
ISPA
104
- Keluarga
mampu
menjawab 3 dari
5 pertanyaan
batuk efektif
- Keluarga
mampu
menjawab 2 dari
5 pertanyaan
tentang
fisioterapi dada
- TTV
N: 94 x/m
R: 28 x/m
S:37C
A: masalahbelum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
kesehatan 5. Dukungan O:
pengambilan - Keluarga
105
keputusan mampu
pengobatan 5 pertanyaan
tentang ISPA
- Keluarga
mampu
menjawab 3 dari
5 pertanyaan
tentang
dukungan
pengamblan
keputusan
- Keluarga
mampu
menjawab 3 dari
5 pertanyaan
tentang patuh
pengobatan
A: masalah belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
106
kesehatan proses penyakit gejala dan penyebab
cenderung ISPA O:
menjawab 3 dari
5 pertanyaan
tentang ISPA
- Keluarga
mampu
menjawab 3 dari
5 pertanyaan
tentang
identifikasi
factor resiko
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi
107
cara batuk efektif
O:
- Keluarga
mampu
menjawab 4 dari
5 pertanyaan
tentang ISPA
- Keluarga
mampu
menjawab 2 dari
5 pertanyaan
tentang batuk
efektif
- Keluarga
mampu
menjawab 3 dari
5 pertanyaan
tentang
fisioterapi dada
- TTV
N: 90 x/m
R: 24 x/m
108
S: 36.8 C
A: masalah belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
6.Patuh keluarga
pengobatan O:
- Keluarga
mampu
menjawab 4 dari
5 pertanyaan
tentang ISPA
- Keluarga
mampu
menjawab 4 dari
5 pertanyaan
tentang
dukungan
109
pengambilan
keputusan
- Keluarga
mampu
menjawab 4 dari
5 pertanyaan
tentang patuh
pengobatan
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi
O:
- Keluarga
mampu
menjawab 4 dari
5 pertanyaan
tentang ISPA
- Keluarga
110
mampu
menjawab 3 dari
5 pertanyaan
tentang
identifikasi
factor resiko
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi
111
BAB V
A. Kesimpulan
1. Pada hasil pengkajian didapatkan kesamaan data dari kasus yang diangkat
pemeriksaan fisik terlihat sesak nafas, terlihat lemah dan mata memerah.
112
B. Saran
1. Bagi puskesmas
mempertahankan kerja sama baik antar tim kesehatan maupun dengan klien
klien.
ISPA.
4. Bagi penulis
113
DAFTAR PUSTAKA
Adib Huda Mujtaba. 2017. Anatomi Fisiologi Dan Patofisiologi System Pernapasan
Manusia. Dikutib 2 juli 2018.
Cahya Riska W. Sukarto, Dkk. 2016. Jurnal Keperawatan Hubungan Peran Orang
Tua Dalam Pencegahan ISPA Dengan Kekambuhan ISPA Pada Balita Di
Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu: Manado. Universitas Sam Ratulangi
Indah Sari Nurul. 2015. Hubungan Umur Dan Jenis Kelamin Terhadap Kejadian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita Di Puskesmas Tembilahan
Hulu. Akademi Kebidanan Husada Gemilang
Nugraheny Esti Dkk. 2013. Peran Keluarga Terhadap Penanggulangan Awal ISPA
Bukan Pneumonia Pada Balita. Bantul: Akademi Kebidanan Ummi
Khasanah.
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
I. Data Umum
1. Nama KK : Tn. I
2. Pekerjaan KK : Tani
3. Pendidikan KK : SMA
4. Agama KK : Islam
th
1. Ny. R P 19 SMP √ √ √ √ √ Tidak
ada
Suami Istri
? ? ?
39 35 22
37 34
29 19
2,5
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
X = Meninggal dunia
= Menikah
= klien
G1:orang tua dari Tn.I masih lengkap dan ayah dari Ny.R sudah meninggal
S
d e T B
c U
Ket:
a. Teras Depan
b. Ruang tamu dan ruang keluarga
c. Kamar 1
d. Kamar 2
e. Dapur
3. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RT /RW/Dusun
Keluarga Tn. I memiliki hubungan dengan tetangga dan warga sekitar
terjalin baik dan saling mengunjungi satu sama lain.
4. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn. I tidak memiliki kebiasaan berpindah tempat
5. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat
Perkumpulan biasanya dilakukan ketika ada acara-acara keluarga
atau mengikuti kegiatan yang ada dilingkungan seperti senam yang
diadaka oleh tenaga puskesmas basala, interaksi yang dilakukan baik
dengan menggunakan bahasa sehari-hari yaitu bahasa bugis karena
dilingkungannya mayoritas suku bugis dan kadang menggunakan bahasa
Indonesia
6. Sistem Pendukung Keluarga
kesehatan di puskesmas
Keluarga Tn. I saling menghargai satu sama lain, saling membantu serta
saling mendukung dan apabila ada masalah Ny. R diskusi dengan suami
3. Struktur Peran
a. Tn. I
- Formal
- Informal
1. Fungsi Afektif
2. Fungsi Sosialisasi
mencegah penyakit
SATUAN ACARA PENYULUHAN INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN AKUT (ISPA) Di DESA LIPUMASAGENA
a. Latar Belakang
Infeksi saluran pernapasan akut merupakan keadaan infeksi anak
paling lazim, tetapi kemakananya tergantung frekuensi relatif dari
komplikasi yang terjadi pada anak. Sindrom ini lebih luas dari pada orang
dewasa. Biasanya anak dengan ISPA mengalami penurunan nafsu makan
tetapitindakan memaksa dia untuk makan anak-anak untuk makan
hidangan tidak ada gunanya. Sebagian besar penyakit pada anak-anak
adalah infeksi, sebagian besar infeksi adalah ISPA, kebanyakan adalah
virus,. Ispa dapat mencetus kejang demam dan serangan asma.
Dinding dan seluruh sistem pernapasan dilapisi oleh mukosa yang
saling berhubungan sehingga infeksi yang terjadi disuatu tempat dengan
mudah bisa mempengaruhi bagian saluran pernapasan. Ispa juga menjadi
alasan utama mengapa pasienlebih memilih perawatan ambulatory atau
rawat jalan. Oleh karena itu menjadi penting bahwa perawat perlu
dipersiapkan untuk memberikan perawatan terbaik, memberikan
penyuluhan dan informasi mengenai obat-obatan kepada pasien. Meskipun
teknologi kedokteran telah berkembangsedemikian pesatnya, namun
pertanyaan-pertanyaan klinis yang umum untuk penyakit ispa.
Penyakit ispa merupakan suatu masalah kesehatan utama di
indonesia karena masih tingginya angka kejadian ispa terutama pada anak-
anak dan balita. Ispa mengakibatkan sekitar 20%-30% kematian anak
balita. Sebnayak 40%-60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15%-
30% kunjungan berobat dirawat jalan dan rawat inap.
b. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini, diharapkan masyarakat mengetahui
dan memahami kondisi lingkungan polusi yang tercemar agar tidak
terserang ISPA, dan bisa mencegah dari penyakit tersebut dengan
upaya kuratif dan preventif agar keluarga sehat sejahtera.
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti penyuluhan masyarakat dapat :
a. Mampu menyebutkan pengertian dari infeksi saluran pernapasan
akut.
b. Mengetahui dan memahami penyebab dari infeksi saluran
pernapasan akut.
c. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala dari seseorang yang
terinfeksi saluran pernapasannya akut dan dapat menyebutkan
upaya pencegahan dari infeksi saluran pernapasan akut.
d. Mengetahui kegunaan dari masker dan cara serta waktu
menggunakannya.
c. Waktu dan Tempat
Waktu : Jam 9.30-10.30,Hari Kamis 05Juli 2018
Tempat : Kediaman Tn, I
d. Sasaran
Keluarga Tn.I
e. Metode
Ceramah dan tanya jawab
f. Media/alat bantu
Leaflet
g. Kegiatan
Tahap Kegiatan pemateri Kegiatan Peserta Waktu
Pembukaa 1. Menyampaikan salam 1. Membalas salam 10 Menit
n 2. Menjelaskan tujuan 2. Mendengarkan
3. Kontrak waktu 3. Memberi respon
4. Tes awal 4. Menjawab
Inti 1. Menjelaskan pengertian dan 1. Mendengarkan 20 Menit
penyebab dari infeksi saluran dan menyimak
pernapasan, tanda dan gejala 2. Mengajukan
dari infeksi saluran pertanyaan
pernapasan, upaya 3. Mendengarkan
pencegahan dan pengobatan
dari infeksi saluran
pernapasan.
2. Memberikan kesempatan
bertanya
3. Menjawab pertanyaan
Terminasi 1. Tes akhir 1. Menjawab 30 Menit
2. Menyimpulkan hasil 2. Aktif bersama
penyuluhan menyimpulkan
3. Memberi salam penutup 3. Membalas salam
h. Evaluasi
1. Evaluasi Persiapan
a. Materi sudah siap dan dipelajari 1 hari sebelum penyuluhan.
b. Media sudah siap 1 hari sebelum penyuluhan.
c. Tempat sudah siap 1 jam sebelum penyuluhan.
d. SAP sudah siap 1 hari sebelum penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a. Masyarakat,Ibu balita memperhatikan penjelasan penyaji.
b. Ibu Balita aktif bertanya.
c. Media dapat digunakan secara efektif.
3. Evaluasi Hasil
a. Menyebutkan kembali pengertian Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
b. Menyebutkan kembali penyebab Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
c. Menyebutkan kembali tanda dan gejala Infeksi Saluran Pernapasan
Akut.
d. Menyebutkan kembali upaya pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan
Akut.
e. Menyebutkan kembali penatalaksanaan ISPA.
Materi Penyuluhan
Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA)
11. Definisi
Infeksi sluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran
pernapasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang
berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas
laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan
bawah secara stimulant atau berurutan. (Nurrijal, 2009)
Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran
pernapasan, dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: infeksi adalah
masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran
pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli beserta
organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Dengan demikian ISPA secara otomatis mencakup saluran pernapasan
bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-
paru) dan organ adneksa saluran pernapasan. Sesuai dengan batasan ini
maka jaringan paru-paru termasuk saluran pernapasan. Infeksi akut adalah
infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk
menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
(Depkes, 2010).
12. Penyebab
Depkes (2004) menyatakan penyakit ispa dapat disebabkan oleh
berbagaipenyebab seperti bakteri, virus, mycoplasma, jamur dan lain-
lainnya. Ispa bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ispa
bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri, umumnya mempunyai
manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa masalah
dalam penanganannya
Bakteri penyebab ispa antara lain adalah genus streptococcus,
stapilococus, pneumococus,haemophyllus, bordetella dan
corynobacterium. Virus penyebab ispa antara lain golongan
paramykovirus (termasuk didalamnya virus influenza, virus parainfluenza
dan virus campak), adenovirus, coronavirus, picornavirus, herpesvirus, dan
lain-lain. Di Negara-negara berkembang umumnya kuman penyebab ispa
adalah streptococcus pneumonia dan haemopylus influenza.
13. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ispa dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernapasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran napas bergerak
keatas mendorong virus kearah faring atau dengan suatu tangkapan reflex
spasmus oleh laring. Jika reflex tersebut gagal maka virus merusak lapisan
epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya
batuk kering. Kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernapasan
menyebabkan kenaikan aktfitas kelenjar mucus yang banyak terdapat pada
dinding saluran napas, sehingga terjadipengeluaran cairan mukosa yang
melebihi normal. Rangsangan cairan berlebihan tersebut menimbulkan
gejala batuk sehingga pada tahap awal gejala ispa paling menonjol adalah
batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi
sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan
mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada
saluran pernapasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan
bakteri-bakteri pathogen yang terdapat pada saluran pernapasan atas
seperti streptococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut. Infeksi
sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mucus bertambah banyak dan
dapat menyumbat saluran napas sehingga timbul sesak napas dan juga
menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan
adanya factor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan
penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus
pada saluran napas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan
anak.
Virus yang menyerang saluran napas atas dapat menyebar ketempat-
tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang,
demam, dan juga bisa menyebar kesaluran napas bawah. Dampak infeksi
sekunder bakteripun bisa menyerang saluran napas bawah, sehingga
bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernapasan
atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru
sehingga menyebabkan pneumonia bakteri
Penanganan penyalit saluran pernapsan pada anak harus diperhatikan
aspek imunologis saluran napas terutama dalam hal bahwa system imun
disaluran napas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama
dengan system imun sistemik pada umumnya. System imun sluran napas
yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan
cirri khas system imun mukosa. Cirri khas berikutnya adalah bahwa IgA
memegang peranan pada saluran napas bawah, diketahui pula bahwa
sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas
mukosa saluran napas.
Dari uraian diatas, perjalanan klinis penyekit ispa ini dapat dibagi
menjadi 4 tahap, yaitu:
e. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum
menunjukkan reaksi apa-apa
f. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan tubuh
sebelumnya memang sudah rendah
g. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul
gejala demam dan batuk
h. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis dan dapat
meninggal akibat pneumonia
(Nurrijal, 2009)
14. Manifestasi Klinik
Ispa merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian
saluran pernapasan atas maupun bawah, yang meli[uti infiltrate
peradangan dan edema mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi
mucus serta perubahan struktur fungsi siliare. (Muttaqim, 2008)
2. BATUK EFEKTIF
No Pertanyaan B S
1. Apa yang dimaksud dengan batuk efektif
2. Apa tujuan dari batuk efektif
3. Apa saja persiapan alat untuk batuk efektif
4. Bagaimana cara melakukan batukefektif
5. Kapan dilakukan batuk efektif
3. FISIOTERAPI DADA
No Pertanyaan B S
1. Apa yang dimaksud dengan fisioterapi dada
2. Apa tujuan fisioterapi dada
3. Macam-macam fisioterapi dada
4. Tata cara pelaksanaan terapi dada
4. DUKUNGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Mencari informasi yang terpercaya
2. Menyampaikan niat untuk bertindak
3. Mencari pelayanan perawatan kesehatan
4. Identifikasi tingkat pencapaian hasil
5. Evaluasi kepuasan terhadap hasil
5. PATUH PENGOBATAN
No. Pertanyaan Patuh Tidak Patuh
1. Menyimpan obat dengan benar
2. Minum obat sesuai dosis
3. Memantau efek samping obat
4. Memantau tanggal kadaluarsa obat
5. Melaporkan efek lanjut terapi kepada
professional kesehatan