Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA An. G


DI BANGSAL ANAK EDELWEIS RSUD Ir. Soekarno SUKOHARJO

Disusun oleh:

Irfan Hanif Naufal


(P27220018116 )

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Pengasih


Lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat , hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Laporan Pendahuluan ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan Laporan Pendahuluan ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun kata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Sukoharjo, 10 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI................................................................................................
B. FAKTOR PENYEBAB...........................................................................
C. TANDA DAN GEJALA.........................................................................
D. PATOFISIOLOGI...................................................................................
E. PATHWAY.............................................................................................
F. KOMPLIKASI........................................................................................
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG............................................................
H. PENATALAKSANAAN MEDIS...........................................................

BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN…………………………………………………………
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN………………………………………
C. INTERVENSI KEPERAWATAN…………………………………….
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN………………………………...
E. EVALUASI KEPERAWATAN……………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-
anak dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul
secara bersamaan (Meadow, Sir Roy. 2002:153).
ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan Akut) yang diadaptasi dari bahasa
Inggris Acute Respiratory Infection (ARl) mempunyai pengertian sebagai
berikut:
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli beserta
organ secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang digolongkan ISPA. Proses ini dapat berlangsung dari 14
hari.
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami
jalan nafas dalam menghadapi organisme asing.

B. Faktor Penyebab
Penyebab ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus,
Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan
Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan
Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma,
Herpesvirus dan lain-lain. (Suriadi,Yuliani R,2001).
Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada
saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya
bakteri tersebut menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah
misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan.
Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza merupakan penyebab
terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran
nafas bagian bawah (DepKes RI, 2007).

C. Tanda dan Gejala


1. Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:
a. Batuk
b. Nafas cepat
c. Bersin
d. Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
e. Nyeri kepala
f. Demam ringan
g. Tidak enak badan
h. Hidung tersumbat
i. Kadang-kadang sakit saat menelan
2. Tanda-tanda bahaya klinis ISPA:
a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas
lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
hypotensi dan cardiac arrest.
c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan coma.
d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak (Naning R,2002).

D. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke
atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks
spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan
epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan.
E. Pathway
F. Komplikasi
1. Penemonia;
2. Bronchitis;
3. Sinusitis;
4. Laryngitis;
5. Kejang deman (Soegijanto, S, 2009).

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur/biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia dan,
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Suriadi, Yuliani R, 2001).

H. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi
dan adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan
penghisapan lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut. Serta obat
yang lain seperti analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan
kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret.
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi
telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga
drainase sekret akan lebih mudah keluar.
Prinsip perawatan ISPA antara lain:
1. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari,
2. Meningkatkan makanan bergizi,
3. Bila demam beri kompres dan banyak minum,
4. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan yang bersih,
5. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak
terlalu ketat,
6. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menetek,
7. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres, memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu
air es),
8. Mengatasi batuk, dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau
madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
Manajemen Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan secara
komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosiokultural. Pada tahap ini semua
data atau informasi tentang klien dikumpulkan melalui wawancara,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan diagnostik.
1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Riwayat penyakit keluarga
2. Pemeriksaan pernafasan
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi muskus (secret).
2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan kongesti hidung.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi.
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan agen virus/bakteri.
6. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
7. Nyeri akut berhubungan dengan agen biologi.

C. Intervensi Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh b/d proses infeksi
Tujuan : suhu tubuh normal berkisar antara 36-37,5 °C
 Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital.
b. Anjurkan klien/keluarga untuk kompres pada kepala/aksila.
c. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan dapat
menyerap keringatseperti pakaian dari bahan katun.
d. Atur sirkulasi udara.
e. Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000-2500 ml/hari.
f. Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama fase febris penyakit.
g. Kolaborasi dengan dokter:
1) Dalam pemberian terapi, obat antimikrobial
2) Antipiretika
 Rasionalisasi :
a. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan
perkembangan perawatanselanjutnya.
b. Dengan memberikan kompres, maka akan terjadi proses
konduksi/perpindahanpanas dengan bahan perantara.
c. Proses hilanganya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal
dan tidak akanmenyerap keringat.
d. Penyediaan udara bersih.
e. Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
f. Tirah baring untuk mengurangi metabolisme dan panas.
g. Untuk mengontrol infeksi pernafasan dan menurunkan panas.
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
Tujuan : a. Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah pada
BB normal.
b. Klien dapat menoleransi diet yang dianjurkan.
c. Tidak menunjukkan tanda malnutrisi.
 Intervensi:
a. Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari.
b. Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.
c. Tingkatkan tirah baring.
d. Kolaborasi: konsultasi ke ahli gizi untuk memberikan diet sesuai
kebutuhan klien.
 Rasionalisasi:
a. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan BB
dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
b. Untuk menjamin nutrisi adekuat/meningkatkan kalori total.
c. Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks, bersih, dan
menyenangkan.
d. Untuk mengurangi kebutuhan metabolik.
e. Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada
situasi atau kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi
maksimal.
3. Nyeri akut b/d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Tujuan: nyeri berkurang/terkontrol
 Intervensi:
a. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0-
10), faktor yangmemperburuk atau meredakan nyeri, lokasi,
lama, dan karakteristiknya.
b. Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan terhadap debu,
bahan kimia, asap rokok, dan mengistirahatkan/meminimalkan
bicara bila suara serak.
c. Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat.
d. Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan
inhalasi, & analgesik)
 Rasionalisasi:
a. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan
merupakan suatu halyang amat penting untuk memilih intervensi
yang cocok dan untuk mengevaluasikeefektifan dari terapi yang
diberikan.
b. Mengurangi bertambahberatnya penyakit.
c. Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta
mengurangi nyeritenggorokan.
d. Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi
alergi/menghambat pengeluaranhistamin dalam inflamasi
pernafasan. Analgesik untuk mengurangi nyeri.
4. Risiko tinggi penularan infeksi b/d tidak kuatnya pertahanan
sekunder (adanya infeksi penekanan imun).
Tujuan : tidak terjadi penularan, tidak terjadi komplikasi.
 Intervensi :
a. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
b. Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktivitas.
c. Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin.
d. Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak dibawah usia 2 tahun,
lansia, danpenderita penyakit kronis. Konsumsi vitamin C, A dan
mineral seng atau anti oksidanjika kondisi tubuh menurun/asupan
makanan berkurang.
e. Kolaborasi pemberian obat sesuai hasil kultur.
 Rasionalisasi:
a. Menurunkan potensi terpajan pada penyakit infeksius.
b. Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan O₂ dan
memperbaiki pertahananklien terhadap infeksi, meningkatkan
penyembuhan.
c. Mencegah penyebaran patogen melalui cairan.
d. Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan
tahananterhadap infeksi.
e. Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi
dengan kultur dansensitifitas atau diberikan secara profilaktik
karena risiko tinggi.
5. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi sekret.
Tujuan: Bersihan jalan nafas efektifdan jalan nafas paten dengan bunyi
nafas bersih, tidak ada dyspnea, dan sianosis.
 Intervensi:
a. Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada.
b. Auskultasi area paru, satat area penurunan atau tidak ada aliran
udara dan bunyi nafas adventisius, mis. Crackles, mengi.
c. Tawrakan air hangat daripada dingin .
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi,
analgesik.
 Rasional:
a. Pernafasan dangkal, dan gerakan dada tidak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan
paru.
b. Bunyi nafas bronchial dapat juga terjadi pada area konsolidasi.
Crackles, ronchi dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau
ekspirasi pada respon teradap pengupulan cairan , secret kental dan
spasme jalan nafas atau obstruksi.
c. Cairan (khususnya yang hangat)memobilisasi dan mengluarkan
secret.
d. Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena
dapat menurunkan upaya batuk atau menekan pernafasan.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan
untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI.2007.Direktorat Jenderal PPM & PLP.Pedoman Pemberantasan


Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).Jakarta.
Meadow,Sir Roy dan Simen.2006.Lectus Notes:Pediatrika.Jakarta:PT.Gelora
Aksara Pratama.
Naning R.2006.Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan
Anak)PSIK FK UGM tidak dipublikasikan.
Soegijanto, S.2007.Ilmu penyakit anak; diagnosa dan penatalaksanaan.Jakarta:
Salemba medika.
Suriadi,Yuliani R.2001.Asuhan Keperawatan pada Anak.CV sagung Seto:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai