BRCJOCXJ@PFCJKD
Misusuj Cl`n 7
Rulydjis, U.O`p
(JKF 7 78;88428844)
Mcs`j X`jidfpun 7
XRCA@UK J@RU
FDODUUDR 2824
OD]D X@JIDJ]DR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan terkait penyakit akut pada anakini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.
Penulis sangat berharap laporan pendahuluan ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pemenuhan kebutuhan
dasar khususnya Aktivitas. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan
pendahuluan yang telah penulis buat di masa yang akan datang.
Penulis
MDA]DR KUK
OD]D X@JIDJ]DR.......................................................................................
A. Pengertian……………………………………………………………….
B. Etiologi………………………………………………………………….
C. Klasifikasi……………………………………………………………….
D. Patofisiologi…………………………………………………………….
E. Manifestasi klinis………………………………………………………..
F. Komplikasi…………………………………………………………...….
G. Penatalaksanaan ……….……………………………………………….
H. Pemeriksaan penunjang…………………………………………………
I. Patway…………………………………………………………………...
A. Pengkajian………………………………………………………………
B. Diagnosa Keperawatan………………………………………………….
C. Intervensi Keperawatan…………………………………………………
D. Implementasi………………………………………………………...….
E. Evaluasi………………………………………………………………….
BDB K
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama (Nurarif dan Kusuma, 2015).
C. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak anatomi
1. Pneumonia lobaris Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu
bagian besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena,
maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”.
2. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia) Bronkopneumonia terjadi pada
ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk
membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya.
Pneumonia interstisial Proses implamasi yang terjadi di dalam dinding
alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular ( Nurarif
dan Kusuma, 2013)
D. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme
(jamur, bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan
ludah (droplet) invasi ini dapat masuk kesaluran pernafasan atas dan
menimbulkan reaksi imonologis dari tubuh. reaksi ini menyebabkan
peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh menyesuaikan diri
maka timbulah gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama sekret
semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit
dan pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul dibronkus lama-
kelamaan sekret dapat sampai ke alveolus paru dan mengganggu sistem
pertukaran gas di paru.
Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat
menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat
membuat flora normal dalam usus menjadi agen patogen sehingga timbul
masalah GI.
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme. keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan paru.
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis yang muncul pada penderita bronkopneumonia
menurut ( Nurarif dan Kusuma, 2013), ialah :
1. Biasanya didahului infeksi traktus respiratori bagian atas
serius.
8. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang
menyebabkan atelectasis absorbsi.
F. Komplikasi
1. Obstruksi Jalan nafas
2. Gagal napas — pleura effusion
3. Empiema
4. Otitis media akut
5. Atelectasis
6. Emfisema
7. Meningitis ( Nurarif dan Kusuma, 2013)
G. Penatalaksanaan
Ada dua jenis penatalaksanaan pada pasien bronkopneumonia yaitu
secara asuhan keperawatan dan medis (Nugroho, 2015) :
1. Asuhan keperawatan
a. Melakukan fisioterapi dada atau mengajarkan batuk efektif pada
anak yang mengalami gangguan bersihan jalan nafas
b. Mengatur posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi
g. Kolaborasi pemberian O2
h. Memonitor status nutrisi dan berkolaborasi dengan ahli gizi
2. Medis
a. Farmakologi
Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin,
ampicillin, dan gentamicin. Pemberian antibiotik ini berdasarkan
usia, keaadan penderita, dan kuman penyebab.
b. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi yaitu foto thoraks, terdapat konsolidasi
A. Pengkajian
Menurut Dermawan (2012) pengkajian adalah pemikiran dasar yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan. Pengkajian pada
anak menurut Nursalam (2008) antara lain :
1. Usia : Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak
terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun.
2. Keluhan utama : Saat dikaji biasanya penderita bronkopneumonia
mengeluh sesak nafas.
3. Riwayat penyakit sekarang : Pada penderita bronkopneumonia biasanya
merasakan sulit untuk bernafas, dan disertai dengan batuk berdahak,
terlihat otot bantu pernafasan, adanya suara nafas tambahan, penderita
biasanya juga lemah dan tidak nafsu makan, kadang disertai diare.
4. Riwayat penyakit dahulu : Anak sering menderita penyakit saluran
pernafasan bagian atas, memiliki riwayat penyakit campak atau pertussis
serta memiliki faktor pemicu bronkopneumonia misalnya riwayat terpapar
asap rokok, debu atau polusi dalam jangka panjang.
5. Pemeriksaan fisik :
a. Inspeksi. Perlu diperhatikannya adanya sianosis, dispneu, pernafasan
cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi
produktif, serta nyeri dada pada saat menarik nafas. Batasan takipnea
pada anak 2 bulan — 12 bulan adalah 50 kali/menit atau lebih, sementara
untuk anak berusia 12 bulan — 5 tahun 12 adalah 40 kali/menit atau
lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada
fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada ke dalam
akan tampak jelas.
b. Palpasi Fremitus biasanya terdengar lemah pada bagian yang terdapat
cairan atau secret, getaran hanya teraba pada sisi yang tidak terdapat
secret.
lingkungan
7. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan (mis. Dehidrasi intoksikasi air), diare.
C. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (cutecf`) yang diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI
DPP PPNI 2019).
pemberian dahak
bronkodilator - untuk
memastikan
asupan cairan
perhari
- Untuk
mengisap
lendir
pemantauan produksi
Edukasi pasien
- Untuk
mengetahui
hasil pantau
jalan nafas
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi - Untuk
berhubungan tindakan Observasi mengetahui
mencegah
konstipasi - Untuk
- Berikan makanan mencukupi
tinggi kalori dan kebutuhan
tinggi protein kalori dan
- Berikan suplemen protein pasien
makanan, jika - Pemberian
perlu medikasi
Edukasi untuk
- Anjurkan posisi meningkatkan
duduk nafsu makan
Kolaborasi - Kolaborsi
- Kolaborasi dengan hali
melakukan aktivitas
aktivitas secara - Untuk
bertahap menentukan
- Anjurkan intervensi
menghubungi selanjutnya
- Kolaborasi meningkatkan
cara aktivitas
meningkatka
n asupan
makanan
D. Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari proses
E. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses
Mediaction
Riyadi dan Sukarmin (2009) Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi pertama