Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA


PASIEN PNEUMONIA

NAMA : M. ZAKI ALRAZAK


NIM : P032114401023

PRECEPTOR AKADEMIK PRECEPTOR CLINIC

( ) ( )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RIAU
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Laporan Pendahuluan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi pada Pasien Pneumonia. Penulisan Laporan Pendahuluan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Pasien Pneumonia ini diajukan untuk memenuhi
tugas Praktik Klinik Keperawatan Dasar mata kuliah Keperawatan Dasar. Laporan
Pendahuluan ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Laporan Pendahuluan ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan Laporan Pendahuluan ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
Laporan Pendahuluan ini. Akhir kata saya berharap semoga Laporan Pendahuluan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Pasien Pneumonia ini bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Bukittinggi, 07 November 2022

Penyusun
A. KONSEP GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
a. Definisi Oksigenasi
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh
bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen
merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua proses
penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang
tidak dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan, serta pembiakan
hanya berlaku apabila terdapat banyak oksigen. Oksigen juga merupakan sumber
tenaga yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013).
b. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
Sistem Pernapasan Salah satu sistem tubuh yang berperan dalam oksigenasi adalah
sistem pernapasan atau sistem respirasi. Sistem respirasi dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu sistem pernapasan atas yang terdiri dari hidung, faring, serta laring dan sistem
pernapasan bawah yang terdiri dari trakea dan paru-paru (Saputra, 2013).
Sistem pernapasan atau respirasi memiliki peran sebagai penjamin ketersediaan
oksigen untuk proses metabolisme sel-sel dalam tubuh dan pertukaran gas. Dalam sistem
respirasi oksigen diambil dari atmosfir, dan kemudian dibawa ke paru-paru sehingga
terjadi pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida di dalam alveoli, selanjutnya oksigen
akan di difusi masuk ke kapiler darah untuk digunakan oleh sel dalam proses
metabolisme. Proses pertukaran gas di dalam tubuh disebut dengan proses oksigenasi
(Tarwoto & Wartonah, 2011).
Proses oksigenasi merupakan proses yang dimulai dari pengambilan oksigen di
atmosfir, kemudian oksigen yang diambil akan masuk melalui organ pernapasan bagian
atas yang terdiri dari hidung atau mulut, faring, laring, dan kemudian masuk ke organ
pernapasan bagian bawah seperti trakea, bronkus utama, bronkus sekunder, bronkus
tersier, terminal bronkiolus, dan kemudian masuk ke alveoli. Selain itu organ pernapasan
bagian atas juga berfungsi untuk pertukaran gas, proteksi terhadap benda asing yang akan
masuk ke organ pernapasan bagian bawah, menghangatkan filtrasi, dan melembabkan
gas. Sedangkan organ pernapasan bagian bawah, Poltekkes Kemenkes Padang selain
tempat masuknya oksigen juga berfungsi dalam proses difusi gas (Tarwoto & Wartonah,
2011).

B. KONSEP TEORI PENYAKIT


a. Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena
eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus (Terry & Sharon, 2013). Pneumonia
adalah keadaan akut pada paru yang disebabkan oleh karena infeksi atau iritasi
bahan kimia sehingga alveoli terisi oleh eksudat peradangan (Mutaqin, 2008).
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah, 2015).
Pneumonia adalah peradangan pada baru yang tidak saja mengenai jaringan paru
tapi dapat juga mengenai jaringan paru tapi dapat juga mengenai bronkioli
(Nugroho, 2011).
b. Penyebab
Menurut Nugroho.T (2011), pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti: a. Bakteri: stapilococus, sterptococcus, aeruginosa. b.
Virus: virus influenza, dll c. Micoplasma pneumonia d. Jamur: candida albicans e.
Benda asing Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya
tahan tubuh yang menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP),
penyakit menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan
antibiotik yang tidak sempurna (Ngastiyah, 2015).
c. Tanda dan Gejala
Gambaran klinis pneumonia bervariasi, yang bergantung pada usia anak,
respon sitemik anak terhadap infeksi,agen etiologi, tingkat keterlibatan paru, dan
obstruksi jalan napas. Tanda dan gejala anak yang mengalami pneumonia antara
lain : takipnea, demam, dan batuk disertai penggunaan otot bantu nafas dan suara
nafas abnormal (Terry & Sharon, 2013).
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia
melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi
inflamasi hebat sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari
reaksi inflamasi akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis.
Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi,
edema dan bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis
dan batuk, selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan membuat
daerah paru menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan
meluasnya permukaan membran respirasi dan penurunan 8 rasio ventilasi perfusi,
kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi
hipoksemia.
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul yaitu: nyeri (akut), hipertermi,
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, bersihan jalan nafas tidakk efektif,
gangguan pola tidur, pola nafas tak efekif dan intoleransi aktivitas.
d. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan kasus pneumonia menurut Mutaqin (2008) antara lain:
a. Manajemen Umum
1) Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan berlebihan.
2) Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2 < 60 mmHg
3) Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonenia pasti; pasien harus
didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk memaksimalkan
kemampuan ventilator.
4) Hidrasi: Pemantauan asupan dan keluaran; cairan tambahan untuk
mempertahankan hidrasi dan mencairkan sekresi.
b. Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada: mungkin diperlukan jika masalah
sekunder seperti empiema terjadi
c. Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu perlu
waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya: Penicillin G untuk infeksi
pneumonia staphylococcus, amantadine, rimantadine untuk infeksi pneumonia virus.
Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk infeksi pneumonia.
e. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mutaqin (2008), pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada
orang dengan masalah pneumonia adalah:
a. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial);
dapat juga menyatakan abses.
b. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi
semua organisme yang ada.
c. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
d. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru,menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
e. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
f. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
g. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
C. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI
a. Pengkajian
a. Indentitas: Nama, usia, jenis kelamin,
b. Riwayat sakit dan kesehatan
c. Pemeriksaan fisik : keadaan umum, kesadaran, TTV, kepala, hidung, jantung,
ekstremitas
b. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas, spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, sekresi bronkus,
adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara
aktif
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor
biologis.
c. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
.
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1.Kaji\frekuensi/kedalaman
bersihan jalan nafas tindakan pernapasan dan gerakan
berhubungan keperawatan ...x... dada.
dengan obstruksi diharapkan 2. Auskultasi area paru,
jalan nafas, spasme ketidakefektifanbesihan catat area penurunan/tak
jalan nafas, sekresi jalasn nafas bisa ada aliran udara dan bunyi
tertahan, teratasi dengan kriteria napas adventisius, mis,
banyaknya mukus, hasil: krekels, mengi.
sekresi bronkus, 1. Mengidentifikasi/ 3. Bantu pasien latihan
adanya eksudat di menunjukkan perilaku napas sering. Tunjukkan /
alveolus, adanya mecapai bersihan jalan bantu pasien mempelajari
benda asing di nafas 4. Penghisapan sesuai
jalan nafas. 2. Menunjukkan jalan indikasi.
nafas paten dengan
bunyi nafas bersih,
tidak ada dispnea.
2 Defisit volume Setelah dilakukan 1. Kaji perubahan tanda
cairan berhubungan tindaka vital, contoh peningkatan
dengan kehilangan keperawatan ...x...dihar sushu/demam memanjang,
volume cairan apkan defisit volume takikardia, hipotensi
secara aktif cairan dapat teratasi ortostatik.
dengan kriteria hasil: 2. Kaji turgor kulit,
1. Menunjukkan kelembaban membran
keseimbangan cairan mukosa (bibir,lidah).
dibutuhkan dengan 3. Catata laporan
parameter individual mual/muntah.
yang tepat, mis, 4. Pantau masukan dan
membran mukosa haluaran, catat warna,
lembab, turgor kulit karakter urine. Hitung
baik, pengisian kapiler keseimbangan cairan.
cepat, tanda vital stabil. Waspadai kehilangan yang
tak tampak. Ukur berat
badan sesuai indikasi.
5. Tekankan cairan
sedikitnya 2500 ml/hari
atau sesuai kondisi
individual.
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Identifikasi faktor yang
nutrisi kurang dari tindakan menimbulkan
kebutuhan tubuh keperawatan ...x... mual/muntah, mis, sputum
berhubungan diharapkan banyak, pengobatan
dengan ketidakseimbangan aerosol, dispnea berat,
ketidakmampuan nutrisi kurang dalam nyeri.
untuk memasukkan tubuh teratasi, dengan 2. Berikan wadah tertutup
atau mencerna kriteria hasil: untuk sputum dan buang
nutrisi oleh karena 1. Menunjukkan sesering mungkin.
faktor biologis peningkatan napsu Berikan/bantu kebersihan
makan. muluit setelah muntah,
2. Mempertahankan setelah tindakan aerosol
/meningkatkan berat dan drainase postural, dan
badan. sebelum makan.
3. Jadwalkan pengobatan
pernapasan sedikitnya 1jam
sebelum makan.
4. Auskultasi bunyi usus,
observasi/palpasi distensi
abdomen.

Anda mungkin juga menyukai