Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH

SISTEM PERNAFASAN : PNEUMONIA DI RUANG INSTALASI


GAWAT DARURAT DI RSUD SAMBAS

Di susun oleh :
FITRI SHOLIKAH
201133026

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PONTIANAK
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di Tingkat
Regional Tahun 2020"

MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis 
Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan Kerjasama Baik Lokal maupun Regional.
LEMBAR PENGESAHAN

Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Akademik (Clinical Teacher) dan


Pembimbing Klinik (Clinical Instructure).
Telah disetujui pada :
Hari :
Tanggal :

Mahasiswa,

FITRI SHOLIKAH
NIM. 201133033

Mengetahui,

Clinical Teacher Clinical Instructure

______________
BAB I
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Defenisi
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi
dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing. Pneumonia dikelompokkan
menurut agen penyebabnya. Pneumonia bakteri terjadi akibat inhalasi mikroba
yang ada di udara. Aspirasi organisme dari nasofaring (penyebab pneumonia
bakterialis yang paling sering) atau penyebaran hematogen dari fokus infeksi
yang jauh. Bakteri yang masuk ke paru melalui saluran pernapasan, masuk ke
bronkhiolus dan alveoli lalu menimbulkan reaksi peradangan hebat dan
menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan
interstitial (Manurung dkk, 2015).
Pneumonia adalah suatu proses peradangan di mana terdapat konsolidasi
yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak
dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi, begitupun pada
aliran darah di sekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak berfungsi
maksimal. Hipoksemia dapat terjadi, bergantung pada banyaknya jaringan
paru-paru yang sakit.Pneumonia adalah penyakit pernapasan akut yang
menyebabkan perubahan gambaran radiologis. Penyakit ini dikelompokkan
berdasarkan tempat kejadian penularan, karena hal ini mempengaruhi
kemungkinan mokroorganisme patogen penyebab sehingga bisa menentukan
terapi empiris yang paling tepat (Somantri, 2015).

B. Etiologi
Pneumonia dikenal dengan istilah radang paru-paru berkaitan dengan
berbagai mikroorganisme dan dapat menular dari komunitas atau dari rumah
sakit (nosocomial). Klien dapat menghisap bakteri, virus, parasit, atau agen
iritan, atau klien dapat menghirup cairan atau makanan. Klien dapat juga
memproduksi banyak mukus dan pengentalan cairan alveolar sebagai akibat
pertukaran gas terganggu. Semua ini dapat mendorong kepada radang jalur
udara bagian bawah. Organisme yang secara umum dikaitkan dengan infeksi
meliputi Staphylococcus aureus, Streptococus pneumoniae, Haemophilus
influenza, Mycoplasma pneumoniae, Legionella pneumonia, Chlamydia
pneumoniae (parasit), dan Pseudomonas aeruginosa (DiGiulio, Jackson, dan
Keogh, 2014).
Pneumonia bisanya disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya adalah
(Riyadi, 2011):
1. Bakteri (Pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, H. influenza, klebsiela
mycoplasma pneumonia).
2. Virus (Virus adena, virus para influenza, virus influenza)
3. Jamur atau fungi (Kandida abicang, histoplasma, capsulatum, koksidiodes).
4. Protozoa (Pneumokistis karinti).
5. Bahan kimia (Aspirasi makan atau susu atau isi lambung, keracunan
hidrokarbon sepertiminyak tanah atau bensin).

C. Tanda dan Gejala


Menurut DiGiulio, Jackson, dan Keogh (2014) “tanda dan gejala pneumonia
sebagai berikut”:
1. Napas pendek karena inflamasi pada paru-paru, pertukaran gas terganggu.
2. Kesulitan bernapas (dyspnea) karena inflamasi dan mukus pada paru-paru.
3. Demam karena proses infeksi.
4. Kedinginan karena suhu badan naik.
5. Batuk karena produksi mukus dan iritasi jalur udara.
6. Terdengar suara serak karena ada cairan di dalam rongga alveolar dan jalur
udara yang lebih kecil.
7. Rhonci karena lendir di dalam jalur udara, mendesis karena inflamasi di
dalam jalur udara yang lebih besar.
8. Dahak tak berwarna, mungkin bercak darah karena iritasi di jalur udara atau
mikroorganisme menyebabkan infeksi.
9. Takikardia dan tachypnea ketika tubuh berusaha memenuhi kebutuhan
oksigen.
10. Sakit katika bernapas karena inflamasi pleuritic, efusi pleural, atau
atelektasis.
11. Sakit kepala, nyeri otot (myalgia), sakit tulang sendi, atau mual dapat
terjadi tergantung pada organisme yang menginfeksi.
Menurut Riyadi, (2011:118) “gejala klinis pneumonia adalah sebagai
berikut”:
1. Gejala klinik tergantung dari penyebab pneumonia.
2. Keluhan utama berupa batuk (80%)
3. Nyeri dada (tampak sangat sakit dan berkeringat).
4. Demam tinggi pada 5-10 hari pertama.
5. Sesak napas (lebih-lebih bila ada komplikasi).
6. Produksi sputum mukoid, purulen, warna seperti karat.
7. Pusing, anoreksia, malaise, mual sampai muntah.

D. Komplikasi
Bila tidak ditangani secara tepat maka kemungkinan akan terjadi komplikasi
sebagai berikut :
1. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang
berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi
masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara,
kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan timbul efusi.
2. Efusi pleura.
3. Emfisema.
4. Meningitis.
5.  Abses otak.
6. Endokarditis.
7. Osteomielitis.

E. Pemeriksaan diagnostik / Penunjang


Menurut Somantri (2015) “diagnosis studi pneumonia adalah sebagai
berikut”:
1) Chest X-ray: teridektifikasi adanya penyebaran (misal: lobus dan bronkial),
dapat juga menunjukkan multipel abses atau infiltrat, empiema
(Staphylococcus), penyebaran atau lokasi infiltrasi (bakterial), atau
penyebaran/extensive nodul infiltrat (sering kali viral), pada pneumonia
mycoplasma chest x-ray mungkin bersih.
2) Analisis gas darah (Analysis Blood Gasses-ABGs) dan Pulse Oximetry:
abnormalitas mungkin tergantung dari luasnya kerusakan paru-paru
3) Pewarnaan Gram atau Culture Sputum dan Darah: didapatkan dengan
needle biopsy, aspirasi transtrakheal, fiberoptic bronchoscopy, atau biopsi
paru-paru terbuka untuk mengeluarkan orgnisme penyebab. Lebih dari satu
tipe organisme yang dapat ditemukan, seperti Diplococcus pneumoniae,
Staphylococcuc aureus, A. hemolitic streptococcus, dan Hemophilus
influenzae.
4) Periksa Darah Lengkap (Complete Blood Count-CBC): leukositosis
biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan darah putih (white blood
count-WBC) rendah pada infeksi virus.
5) Tes Serologi: membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme
secara spesifik.
6) LED (laju endapan darah): meningkat
7) Pemeriksaan Fisik Paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar): tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udara
menurun, hipoksemia.

F. Penatalaksaan Medis
Menurut DiGiulio, Jackson, dan Keogh (2014), penatalaksanaan medis
yang tepat klien dengan pneumonia sebagai berikut: Oksigen tambahan
diberikan untuk membantu memenuhi kebutuhan tubuh. Antibiotik diberikan
untuk orgasme (secara empiris) sampai hasil kultur dahak didapatkan. Klien
mungkin memerlukan bronkodilator untuk membantu membuka jalan udara.
1. Memberikan oksigen jika diperlukan
2. Untuk infeksi bakterial, memberikan antibiotik seperti macrolides
(azithomycin, clarithomicyn), fluoroquinolones (levofloxacin,
moxifloxacin), beta-lactams (amoxilin atau clavulanate, cefotaxime,
ceftriaxone, cefuroxime axetil, cefpodoxime, ampicillin atau sulbactam),
atau ketolide (telithromycin).
3. Memberikan antipyrethic jika demam agar klien lebih nyaman :
Acitaminophen, ibuprofen
4. Memberikan bronkodilator untuk menjga jalur udara tetap terbuka,
memperkuat aliran udara jika perlu: Albuterol, metaproteranol, levabuterol
via nebulizer atau metered dose inhaler.
5. Menambah asupan cairan untuk membantu menghilangkan sekresi dan
mencegah dehidrasi.
6. Menjelaskan kepada klien bagaimana menggunakan spinometer insentif
untuk mendorong napas dalam, monitor kemajuan.
BAB II
WOC
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan mencakup data tentang identitas klien serta
identitas penanggung jawab. Data identitas klien meliputi : nama, tempat
tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status
pernikahan, suku/bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,
nomer rekam medik, diagnosa medis, alamat.
2. Riwayat Penyakit
Keluhan utama yang biasa muncul pada pasien yang mengalami gangguan
siklus O2 dan CO2 antara lain batuk, peningkatan produksi sputum,
penyempitan jalan napas, dispnea, , wheezing, dan stridor.
3. Riwayat penyakit sekarang
Mengungkapkan keluhan dengan menggunakan metode yang meliputi:
P: Provokatif/paliatif, umumnya pada pasien akan mengalami spasme
yang disebabkan oleh paparan polusi, dan kebiasaan merokok.
Q: Quality/Quantity, pada pasien akan terdengar suara wheezing saat
bernapas.
S: Severty of Scale, intensitas keluhan sesak biasanya dinyatakan dalam
kategori ringan, sedang, dan berat. Pada pasien umumnya akan mengeluh
dada terasa sesak dan terasa sulit untuk bernapas. Diawali dengan batuk
produktif berulang selama 3 bulan dan tidak diketahui penyebabnya.
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang merokok di dalam ataupun di luar rumah dan
adanya riwayat asma pada anak-anak.
6. Aktivitas
Pada pola aktivitas Gejala yang sering muncul berupa :
a. Keletihan
b. Kelemahan
c. malaise.
d. Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit
bernafas.
e. Ketidakmampuan untuk tidur
f. perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
g. Dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau latihan.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Thorak (jantung dan paru )
1) Inspeksi
a) Dada akan berbentuk barrel chest (dada seperti tong) Timbul
akibat terjadinya overinflation paru-paru. Terdapat peningkatan
diameter AP : T (1:1), sering terjadi pada pasien enfisema.
b) Terdapat cara bernapas purse lips breathing (seperti orang
meniup)
c) Terlihat pembesaran dan penggunaan otot bantu pernapasan
d) Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior
(AP) dengan diameter lateral/transversal (T). Rasio normal
berkisar antara 1:2 sampai 5:7, tergantung dari kondisi tubuh dan
cairan tubuh pasien
2) Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan
mengetahui vocal/taktil premitus (vibrasi). Palpasi toraks berguna
untuk mengethaui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti
massa, lesi, dan bengkak. Perlu dikaji juga kelembutan kulit
terutama jika pasien mengeluh nyeri. Perhatikan adanya pergerakan
dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara.
3) Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner dan
organ yang ada disekitanya serta pengembangan (ekskursi)
diafragma. Biasanya pada pasien akan ditemukan suara yang
bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul
pada bagian paru-paru yang abnormal berisi udara (hipersonor).
4) Auskultasi
Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui
jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat darah. Pada auskultasi
pada pasien akan didapatkan:
a) Fremitus melemah
b) Suara nafas vesikuler melemah atau normal, terdengar lembut,
halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang daripada
ekspirasi. Ekspirasi terdengar seperti tiupan.
c) Ekspirasi memanjang Mengi (wheezing), terdengar selama
inspirasi dan ekspirasi dengan karakter suara nyaring, musical,
suara terus-menerus yang disebabkan aliran udara melalui jalan
napas menyempit
d) Ronki, terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter
suara terdengar perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus-
menerus. Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan
sputum
8. Data Penunjang
Pemeriksaan diagnostik menurut (Muttaqin, 2012):
a. Pengukuran fungsi paru
1) Kapasitas inspirasi menurun
2) Volume residu: meningkat pada enfisema, bronkhitis dan asma
3) FEV3 selalu menurun derajat obstruksi progresif penyakit paru
kronis.
b. Analisa gas darah
Pada pasien PaO2 menurun, PCO2 meningkat dan nilai pH normal.
Asidosis, alkalosis, respiratorik ringan sekunder.
c. Pemeriksaan labolatorium
Dilakukan dengan pengambilan darah vena, pemeriksaan yang
dilakukan meliputi hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), dan eritrosit.
Pada pasien hemoglobin dan hematokrit akan meningkat pada
polisitemia sekunder, jumlah darah, eosinophil dan total IgE meningkat,
sedangkan SaO2 oksigen menurun.
d. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan gram kuman/kultur adanya infeksi campuran. Kuman
patogen yang biasa di temukan adalah streptococcus pneumonia dan
hemophylus influenza.
e. Pemeriksaan radiologi
thoraks foto Menunjukan adanya hiperinflasi paru, pembesaran jantung,
dan bendungan area paru.

B. Diagnosa Keperawatan (Nurarif dan Kusuma, 2015)


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasma,
peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental,
penurunan energi atau kelemahan.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ganguan supply oksigen
(obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasma bronkus, jebakan udara),
kerusakan alveoli.
3. Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif
yang tidak adekuat terhadap pengetahuan

C. Intervensi
NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
Keperawatan Kriteria Hasil
1 (D.0001) (L.01001) (I.01006) Latihan Batuk
Bersihan jalan Bersihan Jalan Efektif
nafas tidak Nafas Observasi
efektif Setelah dilakukan a) Identifikasi kemampuan
berhubungan tindakan batuk
dengan keperawatan 3x24 b) Monitor adanya retensi
bronkospasma, jam diharapkan sputum
peningkatan bersihan jalan c) Monitor tanda dan gejala
produksi sekret, nafas meningkat infeksi saluran nafas
sekresi tertahan, dengan kriteria d) Monitor input dan output
tebal, sekresi hasil: cairan (mis. jumlah dan
kental, a. Batuk efektif karakteristik)
penurunan energi meningkat Terapeutik
atau kelemahan b. Produksi a) Atur posisi semi-fowler
sputum atau fowler
menurun b) Pasang perlak dan
c. Mengi bengkok di pangkuan
menurun pasien
d. Wheezing c) Buang sekret pada tempat
menurun sputum
e. Dispnea Edukasi
menurun a) Jelaskan tujuan dan
f. Sianosis prosedur batuk efektif
menurun b) Anjurkan tarik nafas
g. frekuensi nafas dalam melalui hidung
membaik selama 4 detik, ditahan
h. pola nafas selama 2 detik, kemudian
membaik keluarkan dari mulut
dengan bibir mecucu
(dibulatkan) selam 8 detik
c) Anjurkan tarik nafas
dalam hingga 3 kali
2 (D.0003) (L. .01003) (1.01014)Pemantau
Kerusakan Pertukaran Gas Respirasi
pertukaran gas Setelah dilakukan Observasi
berhubungan tindakan a) Monitor frekuensi, irama,
dengan ganguan keperawatan 3x24 kedalaman dan upaya
supply oksigen jam diharapkan nafas
(obstruksi jalan masalah dapat b) Monitor pola nafas
nafas oleh teratasi dengan (seperti bradipnea,
sekresi, spasma kriteria hasil: takipnea, hiperventilasi)
bronkus, jebakan a. Dispnea c) Monitor kemampuan
udara), kerusakan menurun batuk efektif
alveoli b. Bunyi nafas d) Monitor adanya produksi
tambahan sputum
menurun e) Monitor adanya sumbatan
c. Pusing jalan nafas
menurun f) Palpasi kesimetrisan
d. Penglihatan ekspansi paru
kabur menurun g) Auskultasi bunyi nafas
e. Nafas cuping h) Monitor saturasi oksigen
hidung i) Monitor AGD
menurun j) Monitor hasil x-ray
f. PCO2 dan PO2 thoraks
membaik Terapeutik
g. Takikardi a) Atur interval pemantuan
membaik respirasi sesuai kondisi
h. Sianosis pasien
membaik b) Dokumentasikan hasil
i. Pola nafas pemantauan
membaik Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauaan
b) Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3 (D.0111) Defisit (L.12111) Tingkat I.12283 Edukasi Kesehatan
pengetahuan Pengetahuan Observasi
berhubungan Setelah dilakukan a. Mengidentifikasi
dengan kurang asuhan kemampuan menerima
informasi keperawatan informasi dan kaji
selama 3x24 jam, pengetahuan pasien
diharapkan Terapeutik
perilaku pasien a. Berikan kesempatan
sesuai dengan untuk bertanya
pengetahuan Edukasi
dengan kriteria a. Jelaskan manfaat selama
hasil : perawatan dan faktor
a. Perilaku sesuai risiko yang dapat
anjuran memengaruhi kesehatan.
meningkat. Observasi
b. Pertanyaan a. Mengidentifikasi
tentang pengetahuan tentang
masalah yang informasi yang telah
dihadapi diberikan.
menurun
c. Persepsi yang
keliru terhadap
masalah
menurun.
d. Menjalani
pemeriksaan
yang tidak
tepat menurun.

D. Aplikasi pemikiran kritis


Suatu teknik pernafasan yang dapat digunakan pada pasien PPOK untuk
mengurangi dyspnea adalah teknik pernafasan mulut (purse lips breath).
purse lips breath merupakan latihan pernafasan yang terdiri dari dua
mekanisme yaitu kekuatan dan kedalaman inspirasi dan aktif kemudian
ekspirasi yang memanjang. Teknik ini bermanfaat untuk klien mengontrol
pernafasan.
Melalui mekanisme inspirasi yang kuat dan dalam, dengan mengerucutkan
bibir pernapasan mulut ini membantu meningkatkan asupan oksigen ke dalam
alveoli. Tekanan oksigen yang tinggi di alveolus dibandingkan dengan
tekanan oksigen di kapiler paru, atau tekanan carbooksida yang rendah di
alveolus dibandingkan dengan tekanan carbonoksida yang tinggi di kapiler
paru, menyebabkan peningkatan tekanan gas antara dua sisi.
Tingkat gradien tekanan oksigen yang tinggi dapat meningkatkan
pertukaran gas, yakni penyebaran oksigen dari alveolus ke kapiler paru-paru.
Perbedaan tekanan carbonoksida yang tinggi juga meningkatkan pertukaran
gas difusi carbonoksida dari kapiler paru ke alveolus untuk pembuangan
selanjutnya ke atmosfer. Peningkatan jumlah oksigen yang bergerak ke kapiler
paru-paru daapt meningkatkan jumlah oksigen yang diikat oleh Hb dan dapat
mengikat saturasi oksigen, Hb merupakan salah satu komponen dari sel darah
merah, dimana peningkatan jumlah sel darah merah secara otomatis akan
meningkatkan kadar Hb. (Budiono , 2017)
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, John.2015 .Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat
Edisi 2.Jakarta:EGC

Kemenkes RI.2010.Buletin Jendela Epidemiologi Pneumonia


Balita.Jakarta

Muttaqin, Arif 2015.Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan


Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:Salemba Medika.

Soemyarso, Ninik Asmaningsih, Darto Saharso, dan Sjamsul


Arief.2014.Modul Pembelajaran Ilmu Kesehatan
Anak.Surabaya:Airlangga University Press (AUP)

Somantri, Irman.2015.Keperawatan Medikal Bedah Asuhan


Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta:Salemba Medika

Wahab, A Samik. 2015. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. II E/15.


Jakarta: EGC.

Budiono, B., Mustayah, M., & Aindrianingsih, A. (2017). the Effect


of Pursed Lips Breathing in Increasing Oxygen Saturation in Patients With
Chronic Obstructive Pulmonary Disease in Internal Ward 2 of the General
Hospital of Dr. R. Soedarsono Pasuruan. Public Health of Indonesia, 3(3),
117–123. https://doi.org/10.36685/phi.v3i3.132

Nurarif H. Amin & Kusuma Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (North American
Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC. Mediaction Publishing.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Edisi 1 Cetakan 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan


Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai