Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKHITIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Capaian Praktikum Keperawatan Dasar

Dibimbing oleh : Dr. Lisna Anisa Fitriana, S.Kep.,Ners.,M.Kes. AIFO

Disusun Oleh :

Putri Zahra Lutfiah

2009730

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2021
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian Bronkhitis
Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh adanya inflamasi bronkus
(Ngastiyah, 2003). Bronkhitis adalah suatu infeksi akut saluran besar paru (yaitu
trachea dan bronchus) karena infeksi virus atau bakteri (Catzel dan Robert, 1998).
Bronkitis adalah inflamasi pada saluran nafas yang luas (trakea dan bronchi) yang
kebanyakan selalu berhubungan dengan infeksi respiratori atas (Wong, 2003).
Bronkitis adalah peradangan pada saluran bronkial, menyebabkan
pembengkakan yang berlebihan dan produksi lendir. Batuk, peningkatan pengeluaran
dahak dan sesak napas adalah gejala utama bronkitis (Cohen J, 2010). Bronkitis dapat
bersifat akut atau kronis. Bronkitis akut disebabkan oleh infeksi yang sama yang
menyebabkan flu biasa atau influenza dan berlangsung sekitar beberapa minggu
(Karunanayake et al, 2017).
Berdasarkan lama waktu kejadiannya bronkitis terbagi menjadi dua yakni akut
dan kronik, dimana bronkitis kronis berkembang dari kondisi peradangan akut pada
bronkus yang tidak mendapatkan pengobatan yang baik. Akibat dari sistem
pencatatan dan pelaporan serta perilaku mencari pengobatan dari masyarakat yang
masih rendah, sehingga prevalensi bronkitis sulit ditetapkan (Windrasmara, 2012).
2. Patofisiologi
Penyebab penyakit bronkhitis sering disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus,
Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan
coxsackie virus. Bronkhitis dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan
jamur. Selain penyakit infeksi, bronkitis dapat pula disebabkan oleh penyebab non
infeksi seperti bahan fisik atau kimia serta faktor risiko lainnya yang mempermudah
seseorang menderita bronkitis misalnya perubahan cuaca, alergi, polusi udara dan
infeksi saluran nafas atas kronik (Selviana, 2015).
Penemuan patologis dari bronkitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa
bronkus dan peningkatan sejumlah sel goblet disetrai dengan infiltrasi sel radang dab
ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai
peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronkholus yang kecilkecil
sedemikian rupa sampai bronkhiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor
etiologi utama adalah rokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah
industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktivitassilia dan pagositosis, sehingga
timbunan mucus meningkat sedangkan mekanisme pertahannya sendiri melemah.
Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel-sel penghasil mukus di
bronchus. Selain itu, silia yang melapisi bronchus mengalami kelumpuhan atau
disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus
dan sel-sel- silia ini mengganggu system eskalatormukosiliaris dan menyebabkan
penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas
(Wahid & suprapto, 2013).

3. Etiologi
Bronkhitis oleh virus seperti Rhinovirus, RSV, virus influenza, virus para
influenza, adenovirus, virus rubeola dan paramyxovirus. Menurut laporan penyebab
lainnya dapat terjadi melalui zat iritan asam lambung seperti asam lambung, atau
polusi lingkungan dan dapat di temukan setelah pejanan yang berat, seperti saat
aspirasi setelah muntah, atau pajanan dalam jumlah besar yang di sebabkan zat kimia
dan menjadi bronkitis kronik.
Bronkitis karena bakteri biasanya di kaitkan dengan mycoplasma pneumonia yang
dapat menyebabkan bronkitis akut dan biasanya terjadi pada anak berusia diatas 5
tahun atau remaja, bordetellapertusiss dan corynebacterium diptheriae biasa terjadi
pada anak yang tidak diimunisasi dan berhubungan dengan kejadian trakeobronkitis,
yang selam stadium kataral pertussis, gejala-gejala infeksi respiratori lebih dominan.
Gejala khas berupa batuk kuat berturut-turut dalam satu ekspirasi yang diikuti dengan
usaha keras dan mendadak untuk ekspirasi, sehingga menimbulkan whoop. Batuk
biasanya menghasilkan mucus yang kental dan lengket (Amin & Hardhi 2015).
Menurut Wahid & Suprapto (2013) Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi
timbulnya bronkitis yaitu rokok, infeksi, dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungan
dengan faktor hubungan dengan faktor keturunan dari status sosial.
1) Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite On Smoking Control,
rokok adalah penyebab utama timbulnya bronkitis terdapat hubungan yang
erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik.
Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus
bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat
menyebabkan bronkostriksi akut.
2) Infeksi
Eksaserbasi bronkitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus
yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi
paling banyak adalah haemophilus influenza dan streptococcus pneumonia.
3) Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak,
kecuali pada penderita defisiensi alfa-1- antitrpsin yang merupakan suatau
problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim
ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan
dan merusak jaringan, termasuk jarinagan paru.
4) Faktor Sosial Ekonomi
Kematian pada bronkitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial
ekonomi yang lebih jelek
4. Manifestasi Klinis
 Batuk yang menetap yang bertambah parah pada malam hari serta biasanya
disertai sputum
 RinorrheaI sering pula menyertai batuk dan ini biasanya disebabkan oleh
rhinovirus.
 Sesak napas bila harus melakukan gerakan eksresi (naik tangga, mengangkat
beban berat)
 Lemah, lelah, lesu
 Nyeri telan (faringitis)
 Laringitis, biasanya bila penyebab adalah chlamydia
 Nyeri kepala
 Demam pada suhu tubuh yang rendah yang dapat disebabkan oleh virus
influenza, adenovirus ataupun infeksi bakteri
 Adanya ronchii
 Skin rash dijumpai pada sekitar 25% kasus
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang: Menurut Wahid & Suprapto (2013)
1) Pemeriksaan radiologis
Tubular shadow atau traun lines terlihat bayang garis yang parallel, keluar
dari hilus menuju apeks paru. Beyangan tersebut adalah bayangan bronchus
yang menebal
2) Pemeriksaan fungsi paru
3) Analisa gas darah
a) Pa O2 : Rendah (normal 80-100 mmHg).
b) Pa O2 : Tinggi (normal 35-45 mmHg).
c) Status hemoglobin menurun.
d) Eritropoesis bertambah.
4) Tesfungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi,
memperkirakan derajat disfungsi
a) TLC : Meningkat
b) Volume residu :Meningkat 21
c) FEV1/FVC : rasio volume meningkat
5) Bronchogram : menunjukkan dilatasi silider bronchus saat inspirasi,
pembesaran duktus mukosa.
6) Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi mengidentifikasi pathogen.
7) EKG : Distritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II,III,AVF.
6. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Farmakologi
 Tanpa adanya komplikasi yang berupa superinfeksi bakteri, bronchitis akut
akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tujuan penatalaksanaan hanya
memberikan kenyamanan pasien, terapi dehidrasi dan gangguan paru yang
ditimbulkannya.
 Terapi antibiotika pada bronchitis akut tidak dianjurkan kecuali bila disertai
demam dan batuk yang menetap lebih dari 6 hari, karena dicurigai adanya
keterlibatan bakteri saluran napas seperti S. pneumonia, H. influenza
 Untuk batuk yang menetap lebih dari 10 hari diduga adanya keterlibatan
Mycobacterium pneunomiae sehingga penggunaan antibiotika disarankan
(Depkes,2005)
b. Terapi non Farmakologi
 Istirahat yang cukup
 Banyak minum air putih
 Hindari allergen (asap rokok, debu, udara dingin)
 Gunakan alat pelindung seperti masker
7. Konsep Hospitalisasi
 Beristirahat yang cukup.
 Minum banyak cairan. Namun, hindari mengonsumsi minuman yang
mengandung alkohol dan kafein.
 Gunakan humidifier atau alat pelembap udara dalam ruangan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1) Anamnesa
Mengkaji identitas klien, yaitu: nama, umur, jenis kelamin, nama
orangtua, alamat, umur, pendidikan, pekerjaan orangtua, agama, dan suku.
2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya. Kaji
riwayat reaksi alergi atau sesnsivitas terhadap lingkungan.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang, yang perlu dikaji adalah ada atau tidak
adanya keluhan sesak napas dan keringat dingin.
4) Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi :
 Status mental : lemas, takut, gelisah, apatis, dan tidak aktif
 Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah
 Pernapasan cuping hidung
 Posisi yang nyaman : Tidur dalam posisi duduk tinggi
 Lingkar dada dan bentuk dada (dada burung atau pigeon atau
chest)
 Warna kulit : merah muda, pucat, sianosisi, akrosianosis -
Penggunaan otot- otot tambahan
 Tulang zigonmatik dan telinga memerah
 Bibir berwarna merah gelap, dapat menjadi sianosis pada dasar
kuku
 Berkeringat
2. Palpasi
 Kaji pola napas : apnea, takipnea, dyspnea
 Gastrointestinal : adanya mual, muntah
 Pernapasan : frekuensi meningkat, dan kedalaman pernapasan
 Retraksi dinding dada : suprasternal, interkostal, subkostal, dan
supraklavikular
 Kulit yang lembab
 Pengembangan dada
 Krepitasi, massa, edema
 Countour, confek, tidak ada depresi sternum
 Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversal
3. Perkusi
 Hipersonor/timpani
4. Auskultasi
 Bunyi napas merata
 Bunyi napas abnormal : Mengi diseluruh bidang paru (semakin
intensif seiring dengan perkembangan serangan), suara napas
terdengar dari jarak jauh.
 Fase inspirasi dan fase ekspirasi memanjang
 Batuk keringat, paroksimal, iritatif, dan nonproduktif, kemudian
menghasilkan sputum yang berbusa, jernih, dan kental.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas d.d sputum berlebih
2) Hipetermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) dibuktikan dengan
suhu tubuh diatas nilai normal
3) Resiko defisit nutrisi d.d faktor psikologis (keengganan untuk makan)
c. Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWAT KRITERIA HASIL
AN
1. (D.0001) Setelah dilakukan 1. Mengidentif 1. Agar jalan
Bersihan jalan tindakan keperawatan ikasi dan nafas pasien
nafas tidak selama 3x24 jam, mengelola kembali
efektif diharapkan jalan napas kepatenan paten
berhubungan pasien tetap paten, jalan nafas 2. Untuk
dengan spasme dengan kriteria hasil : 2. Monitor mengetahui
jalan nafas L.01001 (Bersihan pola nafas perkembang
dibuktikan Jalan Nafas) (frekuensi, an pola
dengan sputum - Produksi sputum kedalaman, nafas pasien
berlebih membaik (3) usaha 3. Untuk
-Frekuensi nafas napas) mengetahui
membaik (3) 3. Monitor perkembang
- Pola nafas membaik sputum an produksi
(3) ( jumlah, sputum
warna, 4. Agar pasien
aroma) merasa lebih
4. Lakukan nyaman
fisioterapi 5. Agar
dada pasien bisa
5. Ajarkan menerapkan
teknik batuk teknik batuk
efektif efektif

2. (D.0130) Setelah dilakukan 1. Mengidentif 1. Memudahka


Hipertermia tindakan keperawatan ikasi dan n perawat
berhubungan selama 3x24 jam, mengelola dalam
dengan proses diharapkan suhu tubuh peningkatan melakukan
penyakit diatas nilai normal suhu tubuh tindakan
(infeksi) pada pasien dapat akibat 2. Untuk
dibuktikan teratasi dengan kriteria disfungsi membantu
dengan suhu hasil : termoregula pasien
tubuh diatas L.14134 si mengatasi
nilai normal (Termoregulasi) 2. Identifikasi faktor
- suhu tubuh membaik penyebab pengganggu
(3) hipertermia 3. Untuk
- suhu kulit membaik 3. Monitor mengetahui
(3) suhu tubuh perkembang
- tekanan darah 4. Sediakan an suhu
membaik (3) lingkungan tubuh
yang dingin 4. Untuk
5. Lakukan mempercepa
pendinginan t proses
eksternal penyembuha
(mis. n
selimut 5. Untuk
hipotermia mempercepa
atau t proses
kompres penyembuha
dingin pada n
dahi, leher,
dada,
abdomen,ak
sila)

3. (D.0032) Setelah dilakukan 1. Mengidentif 1. Untuk


Resiko defisit tindakan keperawatan ikasi dan memudahka
nutrisi d.d faktor selama 3x24 jam, mengelola n perawat
psikologis diharapkan diet yang dalam
(keengganan keadekuatan asupan buruk, melakukan
untuk makan) nutrisi membaik, olahraga tindakan
dengan kriteria hasil: berlebihan, 2. Untuk
L.03030 (Status dan/atau mengetahui
nutrisi) pengeluaran perkembang
- porsi makanan yang makanan an makan
dihabiskan meningkat dan cairan pasien
(3) berlebihan 3. Untuk
- frekuensi makan 2. Monitor mengetahui
meningkat (3) asupan dan perkembang
- nafsu makan keluarnya an kondisi
meningkat (3) makanan pasien
dan cairan 4. Agar pasien
serta lebih
kebutuhan disiplin
kalori dalam
3. Timbang memenuhi
berat badan kebutuhan
secara rutin nutrisi
4. Berikan 5. Agar pasien
konsekuensi dapat
jika tidak mengatasi
mencapai masalah
target sesuai perilaku
kontrak makan
5. Anjurkan
keterampila
n koping
untuk
penyelesaia
n masalah
perilaku
makan
DAFTAR PUSTAKA

Riki. (2019). FAKTOR RESIKO KEJADIAN BRONKITIS DI PUSKESMAS


MEKAR KOTA KENDARI. Diakses pada (11-09-2021):
file:///C:/Users/asus/Downloads/219-1-854-1-10-20191105.pdf
Cahyati. (2016). BRONKHITIS. Diakses pada (11-09-2021):
https://www.sehatq.com/penyakit/bronkitis-akut
Putri. (2021). BRONKITIS AKUT. Diakses pada (11-09-2021):
https://www.sehatq.com/penyakit/bronkitis-akut
Wardani. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG
MENGALAMI BRONKITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
BERSIHAN JALAN TIDAK EFEKTIF DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
MAKASSAR. Diakses pada (12-09-2021)
file:///C:/Users/asus/Downloads/e450935d026faa93a4114059d29803b2.pdf
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

 PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai