Anda di halaman 1dari 29

KONSEP DASAR

BRONKHITIS

A. DEFINISI BRONKHITIS
Bronkhitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus.Bronkhitis dapat bersifat akut
maupun kronis.( manurung,2008 ).
Bronkhitis adalah suatu peradangan bronkioli, bronkhus, dan trakea oleh berbagai sebab.
Bronkhitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, respiratory syncitial
virus (RSV), Virus influenza, virus parainfluenza, dan coxsackie virus. (Muttaqin,2008).
Bronkhitis merupakan inflamasi bronkus pada saluran napas bawah.Penyakit ini dapat disebabkan
oleh bakteri, virus, atau pajanan iritan yang terhirup.(Chang, 2010).
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama
3 blan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak
terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490)

B. KLASIFIKASI BRONKHITIS
Bronkhitis diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1. Bronkhitis akut
Bronkhitis akut adalah radang pada bronkhus yang biasanya mengenai trakhea dan laring,
sehingga sering dinamai juga dengan laringotracheobronchitis.Radang ini dapat timbul
sebagai kelainan jalan napas tersendiri atau sebagai bagian dari penyakit sistemik misalnya
pada morbili, pertusis, ditteri, dan tipus abdominalis.
2. Bronkhitis kronis
bronkhitis kronis menunjukkan kelainan pada bronkhus yang sifatnya menahun (berlangsung
lama) dan disebabkan oleh berbagai faktor, meliputi faktor yang berasal dari luar bronkhus
maupun dari bronkhus itu sendiri. Bronkhitis kronis merupakan keadaan yang berkaitan
dengan produksi mukus trakheobronkhial yang berlebihan, sehingga menimbulkan batuk
yang terjadi paling sedikit selama tiga bulan dalam waktu satu tahun untuk lebih dari dua
tahun secara berturut-turut.
Bronkhitis kronis bukanlah merupakan bentuk menahun dari bronkhitis akut.Walaupun
demikian, seiring dengan waktu, dapat ditemukan periode akut pada penyakit bronkhitis
kronis. Hal tersebut menunjukkan adanya serangan bakteri pada dinding bronkhus yang tidak
normal, infeksi sekunder oleh bakteri dapat menimbulkan kerusakan yang lebih banyak
sehingga akan memperburuk keadaan.

C. ETIOLOGI
Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronkhitis, yaitu : rokok, infeksi dan
polusi. Selain itu terdapat pula hubungannya dengan faktor keturunan dan status sosial
1. Rokok
Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasi kelenjar mucus bronkus dan
metaplasia skuamus epitel saluran pernapasan juga dapat menyebabkan bronkotriksi akut
2. Infeksi
Eksasebasi bronkhitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian
menyebabkan infeksi sekunder bakteri.Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah
hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.
3. Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai factor penyebab, tetapi bila ditambah merokok
resiko akan lebih tinggi. Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir
bronkhus sehingga drainase lendir terganggu.Kumpulan lendir tersebut merupakan media
yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
4. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah factor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada
penderita defesiensi alfa -1- antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini
diturunkan secara autosom resesif.Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering
dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan termasuk jaringan paru.
5. Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronkhitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah,
mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih buruk.

Pada Bronkhitis kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat tubuh,
yaitu:
a. Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katup maupun
miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronchus melemahkan daya tahan sehingga
infeksi bakteri mudah terjadi.
b. Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan sumber bakteri yang
dapat menyerang dinding bronkhus.
c. Dilatasi bronchus menyebabkan gangguan susunan dan fungsi dinding bronkhus sehingga
infeksi bakteri mudah terjadi.

D. PATOFISIOLOGI
Serangan bronkitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non infeksi
(terutama rokok),iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya respons
inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi. Adanya iritasi yang terus    menerus
menyebabkan kelenjar-kelenjar mensekresi mukus sehingga mukus yang diproduksi semakin
banyak serta peningkatan jumlah sel goblet dan penurunan fungsi silia.Pada keadaan normal,
paru-paru memiliki kemampuan yang disebut mucocilliary defence, yaitu sistem penjagaan paru-
paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada pasien dengan bronchitis, sistem mucocilliary
defence paru-paru mengalami kerusakan sehingga lebih mudah terserang infeksi. Ketika infeksi
timbul, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah
bertambah) sehingga produksi mukus akan meningkat. infeksi juga menyebabkan dinding
bronkhial meradang, menebal (sering kali sampai dua kali ketebalan normal), dan mengeluarkan
mukus kental. Adanya mukus kental dari dinding bronkhial dan mukus yang dihasilkan kelenjar
mukus dalam jumlah banyak akan .menyebabkan terjadinya penyempitan dan penyumbatan pada
bronkiolus. Alveoli yang terletak dekat dengan bronkiolus dapat mengalami kerusakan dan
membentuk fibrosis sehingga terjadi perubahan fungsi bakteri. Proses ini menyebabkan klien
menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronkhial lebih lanjut  dapat
terjadi perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya dapat terjadi perubahan
paru yang irreversible.Hal tersebut kemungkinan mangakibatkan emfisema dan bronkietaktis.

E. MANIFESTASI KLINIS
1. batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan), Batuk siang dan malam terutama pada
dini hari yang menyebabkan klien kurang istirahat
2. sesak napas terutama ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
3. sering menderita infeksi pernapasan (misalnya flu)
4. mudah lelah
5. pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
6. sakit kepala
7. demam
8. bisa disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
9. anoreksia
10. suara serak
11. ronchi (bunyi paru diskontinyu yang halus atau kasar) terutama sewaktu inspirasi.
12. nyeri dada kadang-kadang timbul

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan fungsi paru
Respirasi (Pernapasan / ventilasi) dalam praktek klinik bermakna sebagai suatu siklus
inspirasi dan ekspirasi.Frekuensi pernapasan orang dewasa normal berkisar 12 - 16 kali
permenit yang mengangkut kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar paru.Volume yang
lebih rendah dari kisaran normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru.Volume dan
kapasitas paru diukur dengan alat berupa spirometer atau spirometri.
2. Analisa gas darah
Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam basa),
oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau
kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai
pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan
menahun.Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan
penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari
penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan
dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.
Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:
 PH normal 7,35-7,45
 Pa CO2 normal 35-45 mmHg
 Pa O2 normal 80-100 mmHg
 Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l
 HCO3 normal 21-30 mEq/l
 Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3
 Saturasi O2 lebih dari 90%.
3. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan foto thoraks posterior-anterior dilakukan untuk menilai derajat progresivitas
penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif menahun.
4. Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada peningkatan
eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah).Sputum diperiksa secara makroskopis
untuk diagnosis banding dengan tuberculosis paru.
Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat
berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum
jumlahnya banyak sekali, purulen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah
menjadi 3 bagian
 Lapisan teratas agak keruh
 Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva (ludah)
 Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak
(celluler debris).

G. KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi yang ditemukan pada bronkhitis adalah:

1. Emfisema
Emfisema adalah akibat dari pelebaran sebagian atau seluruh bagian dari asinus alveoli yang
disertai dengan kerusakan dari sel pernapasan.
2. Kor pulmonale
Kor pulmonale didefinisikan sebagai suatu disfungsi dari ventrikel kanan yang dihubungkan
dengan kelainan fungsi paru atau struktur paru atau keduannya.
3. Polisitemia
Adanya batuk,sputum,dan tanda-tanda hipoksemia pada blublotter eksaserbasi akut
disebabkan oleh infeksi.pada auskultasi terdapat ronchi basah,baik pada ekspirasi maupun
inspirasi.sesak nafas dan wheezing atau mengi merupakan tanda utama dari bronkhitis. bila
sudah terdapat komplikasi kor pulmonale,maka prognosis dari penyakit ini sudah buruk.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
 Penatalaksanaan umum pada bronkhitis kronik bertujuan untuk memperbaiki kondisi tubuh
penderita, mencegah perburukan penyakit, menghindari faktor resiko dan mengenali sifat
penyakit secara lebih baik.Disamping itu tujuan utama pengobatan adalah untuk menjaga agar
bronkiolus terbuka dan berfungsi, sehingga memudahkan pembuangan sekresi bronkhial,
mencegah infeksi. Penatalaksanaan medis pada bronkhitis dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Bronkitis akut
a. Antibiotik untuk mengobati infeksi
b. Peningkatan asupan cairan dan ekspektoran untuk mengencerkan dahak
c. Istirahat untuk mengurangi kebutuhan oksigen
2. Bronkhitis kronis
a. Penyuluhan agar pasien menghindari pajanan iritan lebih lanjut, terutama asap rokok.
b. Terapi antibiotik profilaktik, terutama pada musim-musim dingin, untuk mengurangi
insidens infeksi saluran napas bawah, karena setiap infeksi akan semakin meningkatkan
pembentukan mukus dan pembengkakan.
c. Karena banyak pasien yang mengalami spasme saluran napas akibat bronkitis kronik
yang mirip dengan spasme pada asma kronik, maka sering diberikan bronkodilator.
d. Ekspektoran dan peningkatan asupan cairan untuk mengencerkan mukus.
e. Mungkin diperlukan terapi oksigen
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BRONCHOPNEUMONIA

A. Pengkajian
1. Anamnesa
Keluhan utama pada klien dengan bronchopneumoniameliputi batuk kering dan produktif dengan
sputum purulen, demam.
2. Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama:
Batuk persisten,produksi sputum seperti warna kopi,dispnoe dalam beberapa keadaan, ronchi
pada saat ekspirasi dan sering mengalami infeksi pada sistem pernapasan.
 Riwayat kesehatan dahulu:
Batuk atau produksi sputum selama beberapa hari kurang lebih 3 bulan dalam 1 tahun dan paling
sedikitdalam 2 tahun berturut-turut.adanya riwayat merokok.
 Riwayat kesehatan keluarga:
Penelitian terahir didapatkan bahwa anak dari orang tua perokok dapat menderita penyakit
pernafasan lebih sering dan lebih berat serta prefalensi  terhadap gangguan pernapasan lebih
tinggi. Selain itu, klien yang tidak merokok tetapi tinggal dengan perokok(perokok pasif)
mengalami peningkatan kadar karbon monoksida dalam darah, dari keterangan tersebut untuk
penyakit familial dalam hal ini bronchopneumonia mungkin berkaitan dengan polusi udara rumah
dan bukan penyakit yang diturunkan.
3. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan tanda-tanda vital tida ada masalah, apabila
tidak ada komplikasi penyakit yang serius.
Sistem Pernapasan
- Inspeksi
Klien biasanya mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan biasanya menggunakan
otot bantu pernapasan.Hasil pengkajian lainnya menunjukkan klien juga mengalami
batuk yang produktif dengan sputum purulen berwarna kuning kehijauan sampai hitam
kecoklatan karena bercampur darah.
- Palapasi
Taktil fremitus biasanya normal.
- Perkusi
Hasil pengkajian perkusi menunjukkan adanya bunyi resonan pada seluruh lapang paru.
- Auskultasi
Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat drainase yang buruk, maka suara napas
melemah. Jika bronkus paten dan drainasenya baik ditambah adanya konsolidasi di
sekitar abses, maka akan terdengar suara napas bronchial dan ronchi basah.
 Sistem Kardiovaskuler
 Denyut nadi takikardi
 Tekanan darah biasanya normal
 Bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan
 Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
 Sistem Pencernaan
Klien biasanya sering mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan dan penurun berat
badan.
 Sistem Perkemihan
Pengukuran volume output urine berhubungan erat dengan intake cairan, oleh karena itu perawat
perlu memonitor adanya oliguria yang merupakan salah satu tanda awal dari syok.
 Sistem Muskuloskeletal
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan klien memerlukan bantuan
orang lain untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
4. Pemeriksaan Diagnostik
 Sinar x dada : Dapat menyatakan hiperinflasi paru – paru.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemui pada klien bronchopneumonia adalah:
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidaksamaan ventilasi-perfusi
2. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi mucus.
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri dada b.d adanya infeksi pada paru dan peningkatan produksi mukus
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ; kurang dari kebutuhan b.d anoreksia, mual/ muntah
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur b.d hypertermi dan dyspnoe
6. Gangguan keseimbangan suhu tubuh hyperterni b.d adanya infeksi pada paru.
C. Intervensi
Diagnosa 1 :
Tujuan :Klien bisa menunjukanjalan nafas yang efektifdengan kriteria:
- Bunyi napas bersih
- Tidak ada dipsnoe
- Bunyi napas dan frekuensi napas normal
Intervensi :
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan, dan gerakan dada
Rasional: memantau adanya perubahan pola napas
2. Auskultasi area paru, catat adanya perubahan aliran udara dan adanya bunyi napas tambahan
Rasional : untuk mengetahui adanya bunyi nafas tambahan
3. Lakukan suction sesuai indikasi
Rasional : untuk mengurangi sumbatan di jalan nafas
4. Atur posisi tidur yang nyaman semi fowler/fowler
Rasional : posisi semi fowler memperlancar sirkulasi pernapasan dalam tubuh
5. Anjurkan  minum dengan air hangat
Rasional : agar secret cepat mencair dan mudah dikeluarkan
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan dan pemberian nebulizer, fisioterapi dada.
Rasional : untuk mempermudah pengeluaran secret
7. Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional : untuk mengurangi sesak nafas

Diagnopsa 2 :
Tujuan : bersihan jalan nafas efektif setelah dilakukan tidakan keperawatan dengan kriteria :
- sputum tidak ada
- bunyi nafas vesikuler
- batuk berkurang atau hilang
- tanda-tanda vital normal

Intervensi:

1. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas kecepatan irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu
pernapasan.
Rasional: memantau adanya perubahan pola napas
2. Kaji posisi yang nyaman untuk klien, misalnya posisi kepala lebih tinggi ( semi fowler ).
Rasional : posisi semi fowler memperlancar sirkulasi pernapasan dalam tubuh
3. Ajarkan dan anjurkan klien latihan nafas dalam dan batuk efektif
Rasional : mengajarkan batuk efektif agar pasien mandiri
4. Lakukan fisioterapi dada jika tidak ada kontrak indikasi.
Rasional : fisioterapi dada mempermudah pengeluaran secret
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan mukolitik
Rasional : untuk menurunkan spasme jalan napas dan produksi mukosa.

Diagnosa 3 :

Gangguan rasa nyaman : nyeri dada berhubungan dengan adanya infeksi pada paru dan peningkatan
prodeksi mucus.

Tujuan : gangguan rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria :

- Nyeri dada berkurang


- Ekspresi wajah tenang
- Skala nyeri 0 (0-10)

Intervensi :

1. Atur posisi nyaman untuk pasien


Rasional :dengan posisi yang nyaman dapat mengurangi rasa nyeri.
2. Ajarkan dan anjurkan klien untuk melakukan tehnik relaksasi nafas dalam.
Rasional : untuk merelaksasikan otot-otot tubuh sehingga nyeri dapat berkurang.
3. Kaji skla nyeri pasien (0-10)
Rasional : untuk mengetahui tingkat nyeri pasien.
4. Ukur tanda-tanda vital.
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien.
Diagnosa4 :

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ; kurang dari kebutuhan b.d anoreksia, mual/ muntah.

Tujuan : Gangguan kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kritera :

- Tidak ada mual dan muntah


- Porsi makan habis
- Menunjukkan peningkatan berat badan.

Intervensi :      

1 Kaji kebiasaan diet.          


Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispneu
2 Auskultasi bunyi usus       
Rasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.
3 Berikan perawatan oral   
Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah.
4 Anjurkan klien untuk makan selagi makanan hangat
Rasional : untuk mengurangi rasa mual
5 Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering
Rasional : mengurangi pengeluaran asam lambung yang berlebihan
6 Timbang berat badan sesuai indikasi.     
Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
7 Konsul ahli gizi     
Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi
maksimal.

Diagnosa 5

Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur b.d hypertermi dan dyspnoe.

Tujuan : kebutuhan istirahat tidur terpenuhi dengan kriteria :

- Pasien dapat tidur nyenyak


- Klien tidak terlihat letih dan lesu
- Suasana lingkungan sekitar tenang
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman
Rasional :agar klien dapat beristirahat dengan nyaman
2. Batasi penunggu dan pengunjung
Rasional : agar suasana lingkungan menjadi lebih tenang dan pasien bisa beristirahat
3. Anjurkan keluarga untuk menemani pasien
Rasional : agar klien merasa lebih aman dan nyaman untuk beristirahat

Diagnosa 6

Gangguan keseimbangan suhu tubuh hyperthermia b.d adanya infeksi pada paru.

Tujuan : gangguan keseimbangan suhu tubuh kembali normal dengan kriteria :

- Suhu tubuh 35-37℃


- Klien tampak segar
- Klien tampak tenang

1. Anjurkan klien untuk bedrest


Rasional : untuk mengurangi aktivitas klien
2. Anjurkan klien untuk banyak minum 1500-2000cc/hari
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh.
3. Berikan kompres hangat
Rasional : untuk mengurangi peningkatan suhu tubuh.
4. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
Rasonal : untuk membuat klien lebih nyaman.
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas
 Identitas klien
Nama : Tn. S
Usia : 54 tahun
Jenis Kelamin : laki laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : wiraswasta
No. Medrek : 078707
Alamat : Dsn. panyingkiran RT 01 RW 02 tj.medar
Tanggal Pengkajian : 27 – 11 -13
Tanggal Masuk : 27 – 11 -13
Diagnosa Medis :BronchoPneumonia

 Identitas Penanggungjawab/ Orangtua


Nama : Ny.I
Usia : 50 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status Marital : Kawin
Hubungan dengan klien :Istri
Alamat : Dsn. panyingkiran RT 01 RW 02 tj.medar
2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama
Klien mengeluh batuk berdahak,nyeri dada,mual,nafsu makan kurang

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


Kurang lebih 3 hr sebelum masuk Rumah Sakit, klien mengeluh
batuk berdahak, saat bernafas dada sebelah kiri terasa nyeri,Skala nyeri 4 (0-10), R: 20
x/menit. Nafsu makan kurang,mual.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu klien mengatakan bahwa dulu klien pernah dirawat di Rumah Sakit 1x dengan
penyakit yang sama.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang sama
seperti yang diderita klien.

e. Riwayat Psikososial
Keluarga klien tidak menutup diri pada tim kesehatan yang ada di Rumah Sakit maupun
pada pasien lain, keluarga selalu ada di samping klien dan memotivasi klien.

3. Pola Aktivitas Sehari-hari

No. Pola Di Rumah Di Rumah Sakit


1. Nutrisi
a.Makan
- Jenis Nasi, Sayur, Laukpauk TD III ( bubur biji )
- Frekuensi 3x sehari 3x sehari
- Porsi 1 porsi ¼ porsi
- Cara Makan Mandiri Mandiri

b.Minum
- Jenis Air putih dan air teh Air putih
- Frekuensi Tidak tentu 6-8 gelas/hari
- Cara minum Mandiri Mandiri
- Intake Parenteral Tidak ada InfusNacl 0,9% 20 gtt/i

Masalah :mual dan tidak nafsu makan


2. Eliminasi
a.BAB
- Frekuensi Tidak tentu Tidak tentu
- Waktu Tidak tentu Tidak tentu
- Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
- darah / lender Tidak ada Tidak ada

b.BAK
- Frekuensi Tidak tentu Tidak tentu
- Warna Kuning jernih Kuning jernih
- Penggunaan Kateter Tidak Tidak
- Jumlah Tidak tentu Tidak tentu

Masalah : Tidak Ada Masalah


3. Istirahat Tidur
- Waktu tidur Tidak tentu Tidak tentu
- Lamanya 7 - 8 jam 7 – 8 jam
- Kebiasaan sebelum tidur Berdo’a Berdo’a
- Penyulit Tidak ada Tidak ada

Masalah : Tidak Ada Masalah


4. Personal Hygiene
- Mandi / dilap 2x sehari / bersih 1x sehari / bersih
- Pemeliharaan mulut / gigi 2x sehari / bersih 2x sehari / bersih
/ oral hygiene
-Pemeliharaan rambut bersih bersih
Masalah : Tidak Ada Masalah
4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum
- Kesadaran : Composmentis nilai GCS = 15
E : 4 ( buka mata spontan )
V : 5 (komunikasi baik )
M : 6 ( mengikuti perintah )
- Klien kadang tampak meringis kesakitandan kadang tampak memegang dadanya

b. Tanda – tanda Vital


TD : 120/80
Nadi : 100x/menit
Suhu : 37 derajat
RR : 20x/menit

c. Kepala dan wajah


Warna kult sawo matang, kulit klien tampak bersih, tidak terdapat lesi, turgor baik
kembali dalam 2 detik, tidak terdapat oedema.

 Rambut
Rambut bersih, distribusi merata, tampak tebal dan warna rambut hitam.

 Mata
- Inspeksi : Distribusi alis merata, kedua alis simetris, mata kiri dan kanan simetris,
konjungtiva merah muda, pupil simetris, sclera berwarna putih, reflek kornea (+),
ketajaman penglihatan baik.
- Palpasi : Tidak ada benjolan atau nyeri tekan pada mata.

 Telinga
- Inspeksi : Kedua telinga simetris, telinga klien bersih, tidak ada cairan yang
keluar, tidak ada lesi, tidak terdapat serumen.
- Palpasi : Tidak ada benjolan, tulang telinga lunak.
 Hidung
- Inspeksi : Letak hidung simetris, tidak ada lesi, tidak ada polip, warna mukosa
merah muda, terdapat bulu hidung halus, tidak terpasang O2,tidak terdapat per
napasan cuping hidung, lubang hidung tampak bersih.
- Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan pada daerah sinus.

 Mulut
- Inspeksi : Kebersihan cukup, bibir berwarna merah muda, gigi lengkap tidak ada
yang tanggal, ovula berada di tengah, palatum berwarna merha muda.

d. Leher
- Inspeksi : Bentuk leher simetris, tidak terdapat lesi.
- Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada benjolan pada leher.

e. Dada dan Paru


- Inspeksi : Bentuk dada simetris
- Palpasi : Tidak terdapat benjolan atau masa, pengembangan dada simetris.
- Auskultasi : Terdengar suara nafas tambahan yaitu ronchi di area paru.

f. Jantung
- Inspeksi : Tidak terdapat pembesaran pada jantung.
- Palpasi : Tidak terdapat kelainan disekitar daerah jantung.
- Perkusi : Tidak terdapat kelainan
- Auskultasi :Tidak terdengar bunyi tambahan.
g. Abdomen
- Inspeksi dan palpasi : Terlihat datar, tidak terdapat pembesaran pada abdomen,
tidak terdapat lesi, tidak terdapat oedema, tidak terdapat pembesaran pada hati,
ginjal dan limfa.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada daerah epigastrium, tidak terdapat
pembesaran hati, ginjal dan limfa.
- Auskultasi : Bising usus 12x/menit (nilai normal 5-15 x/menit)
h. Ektremitas atas dan bawah
Bentuk simetris antara kanan dan kiri baik ekstremitas atas maupun bawah, jumlah jari
tangan dan kaki lengkap, tidak ada oedema.Klien dapat menggerakkan tangan dan
kakinya, klien dapat bergerak aktif.

5. Data Psikososial

a. Aspek Psikologis
1. Pola pikir dan Persepsi
- Klien beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya adalah cobaan dari Allah
SWT.
- Klien berpikir bahwa klien dapat segera sembuh.

2. Konsep diri
- Identitas : Klien adalah kepala di keluarganya.
- Peran diri : Klien adalah seorang suami, dan orang tua untuk anak-anaknya.
- Ideal diri : menurut keluarga, klien adalah seorang suami/ayah yang baik, dan
bertanggung jawab terhadap keluarganya.

b. Aspek Sosial
Pola Interaksi : Klien dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan klien lainnya dan
juga suka menjalin komunikasi dengan klien lain, teman dan keluarga yang menengok
serta tim kesehatan yang ada di Rumah Sakit.

c. Aspek Spritual
Klien beragama Islam dan selalu menjalankan shalat 5 waktu.
6. Data Penunjang
A. Diagnosa : Bronchopneumonia
B. Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan tanggal 27 -11-13

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


HEMATOLOGI
Hb 113,3 g% 13,0– 18,0 g%
Hematokrit 40,7 % 40 – 54 %
Leukosit 9,400/uL 4000-10000
Trombosit 499,000/Ul

C. Pemeriksaan Radiologi
Rontgen thorax (+)
D. Therapi Medik
Tanggal 27 -11-13
- Infus NACL 0,9% 20 gtt/mnt
- Cefotaxime 2 x 1 gr

Tanggal 28 -11-13

- Infus RL 20 gtt/mnt
- Cefotaxime 2 x 1 gr
- Ranittidine 2 x1 amp

Tanggal 29 - 11 -13

- Infus RL 20 gtt/mnt
- Racikan batuk / bp
- Rif 450 1x1 tb
- Ethambutol 2x1 tb
- Piriport forte 1x1 tb
- Multivitaflek 2x1 tb
- Pct/bp

B. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah

1. Ds : Inhalasi mikroorganisme di udara Tidak efektifnya


- Klien mengeluh batuk atau penyebaran infeksi dari bersihan jalan nafas
berdahak saluran pernapasan

Do :
- Klien terlihat batuk
- Dahak + Terjadi peradangan dan infeksi

- RR : 20 x/mnt pada bronchus

- Suara nafas ronchi

Menyebar ke seluruh permukaan


bronchus

Merangsangsang sel epitel untuk


memproduksi mukus

Terjadi penumpukan mukus kental


pada jalan nafas
Jalan nafas tidak efektif
2. Ds : Adanya proses infeksi dia area Gangguan rasa
Klien mengeluh dada bronchus dan penumpukan mukus nyaman ; nyeri
terasa nyeri saat bernafas

Do :
- Klien kadang tampak
meringis kesakitan Menyebabkan penekanan pada area
- Skala nyeri 4 (0-10) bronchus pada saat bernafas
- Klien kadang tampak
memegang dadanya

Merangsang reseptor serabut saraf


sekitar yang akan mengeluarkan
bradikinin dan serotonin

Impuls dihantarkan ke thalamus


korteks serebri

Nyeri dipersepsikan
3. Ds : kurangnya suplay O2 ke Gangguan pemenuhan
- Klien mengeluh mual gastrointestinal menurun kebutuhan nutrisi
- Klien mengeluh nafsu
makan kurang
Do : sekresi asam lambung meningkat

- Porsi makan ¼ porsi


- Klien tampak lemah perasaan mual,anorexsia
Penurunan nafsu makan

Gangguan pemenuhan nutrisi

4 DS Urhalasi microorganism masuk Gangguan


-Klien mengeluh panas kesaluran pernafasan keseimbangan suhu
badan. ↓ tubuh : hyperthermia
DO Reaksi peradangan meningkat
-Suhu tubuh 38℃ aktifitas seluler merangsang sel-sel
-wajah klien tampak seperti monosir,eosinafil
merah neotrofil,makropag melepaskan
-klien tampak lemah zat-zat pirogen – endogen

Merangsang saraf eferen→
mendula spinalis → hifotalamus

Vaso kontraksi primer

Peningkatan tremperatur

demam
C. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah :
1. Tidak efektinya bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi mukus
2. Gangguan rasa nyaman ; nyeri dada b.d adanya infeksi pada paru dan peningkatan produksi
mukus
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ; kurang dari kebutuhan b.d adanya mual, anoreksia.
4. Gangguan keseimbangan suhu tubuh hyperthermia b.d adanya infeksi pada paru.
Catatan Perkembangan

Tanggal DX Perkembangan Paraf


10-11-12 1 S:
Jam 09.00 - klien mengatakan nafasnya masih sesak
WIB - klien mengatakan batuk berdahaknya masih
O:
- Klien tampak sesak
- RR : 26 x/mnt
- Suara nafas ronchi
- Retraksi Interkostal (+)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1-6
I:
1. Jam 09.00 WIB : Mengkaji frekuensi, kedalaman
pernapasan, dan gerakan dada
2. Jam 09.05 WIB : Mengatur posisi tidur semi fowler
3. Jam 09.06 WIB : Menganjurkan klien untuk minum
air hangat
4. Jam 09.07 WIB : Memonitoring pemberian O2
5. Jam 09.00 WIB : Mengkaji tanda-tanda vital
- TD : 100/70 mmHg
- N : 72x/mnt
- RR : 21x/mnt
- S : 36,5
6. Jam 13.00 WIB : Memberikan therapy oral : DMP,
CTM dan Amoxilin.
E : Jam 13.30 WIB
Masalah teratasi sebagian
DS :
- Klien mengatakan sesak berkurang
- Klien mengatakan batuk berdahak berkurang
DO :
- RR : 21x/mnt
- Suara nafas ronchi berkurang
- Retraksi interkostal berkurang
Devi.M

10-11-12 2 S : Klien mengatakan dada tidak terasa nyeri lagi


Jam 09.00 O:
WIB - Klien tampak lebih tenang
- Skala nyeri 0 (0-5)
- RR : 21x/mnt

A : Masalah teratasi

Devi.M

10-11-12 3 S:
Jam 09.00 - Klien mengatakannyeri ulu hati dan mual berkurang
WIB - Klien mengatakan nafsu makan bertambah
O:
- Porsi makan ¾ porsi
- Klien tampak lebih segar
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1-4
I:
1. Jam 11.00 WIB : Mengkaji kebiasaan diet pasien
2. Jam 11.05 WIB : Menganjurkan klien untuk makan
sedikit tapi sering
3. Jam 11.06 WIB : Menganjurkan klien untuk makan
selagi hangat
4. Jam 11.30 WIB : Memberikan therapi oral :
domperidon sebelum makan
Jam 13.00 WIB : Memberikan therapi oral :
lansoprazole dan ulsycral syr
E : Jam 13.30 WIB
DS :
- Klien mengatakan nyeri ulu hati dan mual berkurang
- Klien mengatakan nafsu makannya bertambah
DO :
- Porsi makan habis
- Klien tampak lebih segar Devi. M

10-11-12 4 S : Klien mengatakan tidur sudah lebih nyenyak


Jam 09.00 O:
WIB - RR : 21x/mnt
- Batuk tampak sudah berkurang
- Konjungtiva merah muda
A : masalah teratasi

Devi. M
Tanggal DX Perkembangan Paraf
11-11-12 1 S : klien mengatakan nafasnya sudah tidak sesak
Jam 09.00 O:
WIB - RR : 20 x/mnt
- Suara nafas ronchi berkurang
- Retraksi Interkostal (-)
- Batuk berkurang
- Dahak (+) sedikit
A : Masalah teratasi
Devi.M
11-11-12 3 S : Klien mengatakan ulu hati sudah tidak terasa nyeri, mual
Jam 09.00 (-) dan nafsu makan sudah bertambah
WIB O:
- Porsi makan habis
- Klien tampak lebih segar
A : Masalah teratasi

Devi. M

ASUHAN KEPERWATAN
PADA KLIEN Nn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN
AKIBAT BRONCHITIS
Disusun Oleh :
DEVI MUSTIKAWATI

Anda mungkin juga menyukai