Patogenesis
1. Kuman masuk melalui makanan/minuman,
setelah melewati lambung kuman mencapai
URAIAN UMUM usus halus (ileum) dan setelah menembus
dinding usus sehingga mencapai folikel
limfoid usus halus (plaque Payeri). Kuman
ikut aliran limfe mesenterial ke dalam
sirkulasi darah (bakteremia primer)
mencapai jaringan RES (hepar, lien,
sumsum tulang untuk bermultiplikasi).
Setelah mengalami bakteriemi sekunder,
1
DEMAM TIFOID
2
DEMAM TIFOID
3
DEMAM TIFOID
4
DEMAM TIFOID
5
DEMAM TIFOID
6
DEMAM TIFOID
7
DEMAM TIFOID
8
BAYI BERAT LAHIR RENDAH
9
BAYI BERAT LAHIR RENDAH
Aktivitas
10
BAYI BERAT LAHIR RENDAH
11
BAYI BERAT LAHIR RENDAH
12
menyusui. Apabila bayi kurang dapat
13
bayi sudah stabil dan bayi
14
untuk menyusu langsung.
15
(missal 3 jam sekali). Apabila bayi telah
Bayi sakit
Beri cairan intravena hanya selama 24
jam pertama.
Beri ASI peras melalui pipa lambung
URAIAN UMUM mulai hari kedua dan kurangi jumlah
cairan intravena secara perlahan.
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam
(missal 3 jam sekali). Apabila bayi telah
mendapat minum 160 ml/kg bb per hari
tetapi masih tampak lapar berikan
tambahan ASI setiap kali minum.
Lanjutkan pemberian minum
menggunakan cangkir/sendok
Apabila bayi telah dapat minum dengan
baik menggunakan cangkir/sendok, coba
untuk menyusu langsung.
Bayi ahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)
Beri cairan intravena hanya selama 48
16
jam pertama.
17
dimungkinkan.
18
dan telah berusia lebih dari 7 hari.
Gangguan pertumbuhan
Gangguan pendengaran
19
dilanjukan setiap bulan
Hitung umur koreksi
20
bayi dengan berat < 1800
gr.
21
u
22
setiap 3 jam
(ml/kali)
23
(ml/kali)
URAIAN UMUM
Tabel 10. Jumlah Cairan Intravena(IV) dan ASI
untuk Semua Bayi Berat <1250 gr
Pemberian Umur ( hari)
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan 4 4 3 3 2 2 0
IV (ml/jam atau
tetes mikro/menit)
Jumlah ASI setiap 0 0 3 5 8 11 15
3 jam (ml/kali)
24
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
25
serta mencegah infeksi dan mempertahankan
fungsi organ tubuh secara optimal.
LANGKAH DIAGNOSTIK
Anamnesis
Gejala yang timbul merupakan
26
terjadi pada anak yang lebih besar,
dengan gejala intermiten atripis,
pleuritis,dermatitis atau nefritis.
2. SLE adalah penyakit multisitemik, pasien
biasanya memperlihatkan kelainan pada
27
4. Sindrom raynaud, apabila timbul gejala
lain walaupun sedang dalam pengobatan,
terkadang terjadi komplikasi ulserasi
digital atau akloperosis bahkan gangren
jari.
28
pemeriksaan tersebut mempunyai nilai
diagnostic, prognostic, surveilans atau
mempunyai arti patofisiologi khusus dan bukan
merupakan prosedur rutin. Pemeriksaan
tersebut meliputi pemeriksaan otoantibodi (ANA,
Lupus discoid
Fotosensitifitas
Arthritis nonerosif
29
Pleuritis atau perikarditis
Sitopenia
30
selama 2 bln, kemudian diturunkan
menjadi 5mg/kgBB/hr.
3. Kortikosteroid
o Dosis rendah <0,5 mg/kg BB/hari
diberikan untuk mengatasi gejala
klinis seperti demam, dermatitis,
31
Penyapihan Kortikosteroid
Bila klinis baik dan gambaran
laboratorium dalam batas normal, muali
dilakukan penyapihan bertahap. Apabila
tidak dapat dilakukan pemantauan
seperti itu, maka pemeriksaan konversi
32
turunkan 1-2,5mg setiap minggu.
o Jika dosis awal 20-60 mg/hr,
turunkan 2,5-5mg setiap minggu.
Pada dosis >30 mg/hr masih harus
diberikan dosis terbagi 2 – 3kali/hari.
Apabila gejala telah terkontrol dengan
dosis tunggal dapat dapat dicoba
33
mg/kg BB/hari, siklopospamid oral 1-2
mg/kg BB/hari, untuk terapi bolus 500-
750mg/m2 intravena tiap bulan.
Bedah
Tindakan bedah dilakukan apabila terdapat
komplikasi akibat pengobatan, misalnya katarak
karena pemberian kortikosteroid jangka
34
panjang.
PEMANTAUAN ( MONITORING)
Terapi
Selama pemberian kortikosteroid dilakukan
pemantauan titer anti ds ANA dan komplemen
( CH50, C3, C4) minimal 6 bulan sekali.
Pemantauan efek samping obat ( kortikosteroid,
35
DEMAM BERDARAH DENGUE
36
klinis paling ringan tanpa gejala (silent dengue
infection), (2) demam dengue (DD), (3) demam
berdarah dengue (DBD) dan (4) demam berdarah
dengue disertai syok (sindrom syok dengue).
TUJUAN
LANGKAH PROMOTIF/PREVENTIF
URAIAN UMUM Jumlah kasus biasanya meningkat bersamaan
dengan peningkatan curah hujan.
37
Pemeriksaan Fisik
Gejala klinis DBD diawali demam
mendadak tinggi, facial flush, muntah,
nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri
tenggorok dengan faring hiperemis, nyeri
di bawah lengkung iga kanan, Gejala
penyerta tersebut lebih mencolok pada
DD daripada DBD.
38
o Anak gelisah, sampai terjadi
penurunan kesadaran, sianosis
o Nafas cepat, nadi teraba lembut
kadang-kadang tidak teraba
o Tekanan darah turun, tekanan nadi
< 10 mmHg
o Akral dingin, capillary refill menurun
o Diuresis menurun sampai anuria
39
a. Trombositopenia (100.000/µl atau
kurang)
b. Hemokonsentrasi, dilihat dari
peningkatan hematokrit 20 % menurut
standar umur dan jenis kelamin.
Dua kriteria klinis pertama + trombositopenia
dan hemokonsentrasi, serta dikonfirmasi secara
uji serologik hemaglutinasi.
40
o Penyakit infeksi lain seperti sepsis,
meningitis meningokokus.
o Penyakit darah seperti trombositopenia
purpura idiopatik, leukemia, atau anemia
aplastik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
1. Darah perifer, kadar hemoglobin, lekosit
& hitung jenis, hematorit, trombosit. Pada
41
3. Pemeriksaan Radiologis
o Pemeriksaan foto dada, dilakukan
atas indikasi (1) dalam keadaan
klinis ragu-ragu, namun perlu
diingat bahwa terdapat kelainan
radiologis pada perembesan plasma
20-40%, (2) Pemantauan klinis,
sebagai pedoman pemberian
cairan.
42
pemberian parasetanol bukan aspirin.
o Diusahakan tidak memberikan obat-obat
yang tidak diperlukan (misalnya antasid,
anti emetik) untuk mengurangi beban
detoksifikasi obat dalam hati.
o Kortikosteroid diberikan pada DBD
enselofati, apabila terdapat perdarahan
saluran cerna kortikosteroid tidak
diberikan.
o Antibiotik diberikan untuk DBD
enselofati.
43
pemeriksaan berkala.
DBD disertai syok (Sindrom Syok Dengue,
derajat III dan IV)
o Penggantian volume segera, cairan
intravena larutan ringer laktat 10-20
ml/kgbb secara bolus diberikan dalam
waktu 30 menit. Apabila syok belum
teratasi tetap berikan ringer laktat 20
ml/kgbb ditambah koloid 20-30
ml/kgbb/jam, maksimal 1500 ml/hari
44
perdarahan, berikan darah segar 10
ml/kgbb.
Apabila kadar hematokrit tetap > 40
vol%, maka berikan darah dalam
volume kecil.
Plasma segar beku dan suspensi
trombosit berguna untuk koreksi
gangguan koagulopati atau koagulasi
intravaskular desiminator (KID) pada
syok berat yang menimbulkan
perdarahan masif.
45
disebabkan oleh perdarahan internal)
o Perdarahan saluran cerna hebat
o DBD ensefalopati
PEMANTAUAN (MONITORING)
Pemantauan Selama Perawatan
o Tanda klinis, apakah syok telah teratasi
dengan baik, adakah pembesaran hati,
tanda perdarahan saluran cerna, tanda
ensefalopati, harus dimonitor dan
dievaluasi untuk menilai hasil
pengobatan.
46
Tumbuh Kembang
Pantau tumbuh kembang sesuai usia
Tersangka DBD
Demam tinggi, mendadak
terus menerus < 7 hari tidak
disertai infeksi saluran nafas
bagian atas, badan lemah &
lesu.
47
Uji Tourniquet (+) Uji
Tourniquet (-)
Rawat Jalan
Jumlah trombosit Jumlah trombosit
≤ 100.000 /ul > 100.000 /ul Parasetamol
Kontrol tiap
hari sampai
demam hilan
Rawat Inap Rawat Jalan
(Lihat Bagan 3)
Nilai tanda klinis,
periksa trombosit &
Ht bila demam
menetap setelah hari
sakit ke-3
Minum banyak 1,5-2 liter/hari
Parasetamol
Kontrol tiap hari sampai demam turun
Periksa Hb, Ht. trombosit tiap kali
48
Gejala klinis : demam 2-7 hari,
uji tourniquet
positif atau
perdarahan
spontan
Lab Hematokrit
tidak meningkat
Trombositopeni
(ringan)
Pasang infus
NaCl 0,9 % :
dekstrosa 5 %
(1:3), tetesan
rumatan sesuai
berat badan
Periksa Hb, Ht,
trombosit tiap
6-12 jam
49
Ukur diuresis setiap hari
Awasi perdarahan
Periksa Hb, Ht, trombosit tiap 6-12 Jam
lihat bagan 3)
50
Diuresis cukup (1 ml/kgBB/jam) Ht tetap
tinggi.naik
Ht turun (2 kali pemeriksaan) Diuresis
kurang/tidak ada
5ml/kgBB/jam
evaluasi 5 menit
Perbaikan
51
*BB ≤ 20 kg
Ket : RA = Ringer asetat
52
Cairan dan tetesan disesuaikan Lanjutkan
cairan
10 ml/kgBB/jam 20
ml/kgBB/jam
Syok teratasi
Syok belum teratasi
Tetesan 3 ml/KgBB/jam
Ht turun Ht tetap
tinggi/naik
53
IMMUNE THROMBOCYTOPENIC PURPURA
54
Anamnesis
Trombositopenia terjadi 1-3 minggu setelah
infeksi bakteri atau virus (infeksi saluran
nafas atas atau saluran cerna), misalnya
rubella, rubeola, varisela atau setelah
vaksinasi dengan virus hidup
Riwaayt pendarahan, gejala dan tipe
perdarahan, lama perdarahan, riwayat
sebelum pendarahan.
Riwayat pemberian obat – obatan, misalnya
heparin, sulfonamid, kuinidin/kuinin,
aspirin
Riwayat ibu menderita HIV, riwayat keluarga
yang menderita trombositopenia atau
kelaianan hematologi.
55
Stadi Trombosi Gejala dan Rekomendasi
um t Pemeriksa
an fisik
1. 50-150 Tidak ada Tidak ada
56
Medikamentosa
Beberapa kemungkian pengobatan ITP pada
anak dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2. Beberapa kemungkian pengobatan ITP
pada anak
Imunoglobulin Dosis inisial 0,8 g/kg BB, 1
kali pemberian. Diulang
dengan
Intravena Dosis yang sama jika
jumlah trombosit < 30 x
109/L pada hari ke-3 (72
jam setelah infus
pertama).pada perdarahan
emergensi: 0,8 g/kg BB 1-2
kali pemberian, bersama –
sama dengan kortikosteroid
dan transfusi trombosit.
57
trombosit.
Antibodi anti-R 10 – 25 lg/kg BB/hari
(D) selama 2 - 5 hari, intervena
dalam 50 cc NaCl 0,9 % dan
habis dalam 30 menit.
α – interferon 3 x 106 unit subkutan, 3
kali per minggu selama 4
minggu
Siklosporin 3 – 8 mg/kg BB/hari dibagi
dalam 2 – 3 dosis
Azatioprin 50 – 300 mg/m2 per
os/hari, selama ≥ 4 bulan
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan darah
Hitung jenis
Siklosporin 3 – 8
Trombositopenia
Morfologi
trombosit