Anda di halaman 1dari 58

DEMAM TIFOID

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.1 0 1/8
PAKUWON
Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
2 Mei 2011
OPERASIONAL
dr. Erick Noviady
Demam tifoid merupakan penyakit endemis di
Indonesia yang disebabkan oleh infeksi sistemik
Salmonella typhi. Prevalens 91 % kasus demam
tifoid terjadi pada umur 3 – 19 tahun, kejadian
PENGERTIAN meningkat setelah umur 5 tahun. Pada minggu
pertama sakit, demam tifoid sangat sukar
dibedakan dengan penyakit demam lainnya.
Untuk memsatikan diagnosis diperlukan
pemeriksaan biakan kuman untuk konfirmasi.
TUJUAN
Etiologi
98 % kasus demam tifoid disebabkan S. typhi,
sisanya disebabkan oleh S. paratyphi.

Patogenesis
1. Kuman masuk melalui makanan/minuman,
setelah melewati lambung kuman mencapai
URAIAN UMUM usus halus (ileum) dan setelah menembus
dinding usus sehingga mencapai folikel
limfoid usus halus (plaque Payeri). Kuman
ikut aliran limfe mesenterial ke dalam
sirkulasi darah (bakteremia primer)
mencapai jaringan RES (hepar, lien,
sumsum tulang untuk bermultiplikasi).
Setelah mengalami bakteriemi sekunder,

1
DEMAM TIFOID

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.1 0 2/8
PAKUWON
kuman mencapai sirkulasi darah untuk
menyerang organ lain (intra dan ektra
intestinal).
Langkah Promotif / Preventif
Higiene perorangan dan lingkungan
Demam tifoid ditularkan melalui rute oro-fekal,
maka pencegahan utama memutuskan rantai
tersebut dengan meningkatkan hygiene
perorangan dan lingkungan, seperti mencuci
tangan sebelum makan, penyediaan air bersih
dan pengamanan pembuangan limbah fases.
Imunisasi
 Imunisasi aktif utama diberikan apabila
terjadi kontak dengan pasien demam
URAIAN UMUM
tifoid, terjadi kejadian luar biasa, dan
untuk turis yang berpergian ke daerah
endemik.
 Vaksin polisakarida (capsular Vi
polysaccharide) pada usia 2 tahun atau
lebih, diberikan secara intramuscular dan
diulang setiap 3 tahun.
 Vaksin tifoid oral (Ty2 1-a) diberikan pada
usia > 6 tahun dengan interval selang
sehari (hari 1, 3 dan 5), ulangan setiap 3
– 5 tahun. Vaksin ini belum beredar di
Indonesia, terutama direkomendasikan
untuk turis yang berpergian ke daerah
endemic.

2
DEMAM TIFOID

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.1 0 3/8
PAKUWON
Langkah Diagnostik
Anamnesis
Demam naik secara bertahap tiap hari,
mencapai suhu tertinggi pada akhir minggu
pertama, minggu kedua demam terus menerus
tinggi. Anak sering mengigau (delirium), malaise,
letargi, anoreksia, nyeri kepala, nyeri perut,
diare atau kontipasi, muntah, perut kembung.
Pada demam tifoid berat dapat dijumpai
penurunan kesadaran, kejang dan ikterus.
Pemeriksaan Fisis
Gejala klinis bervariasi dari yang ringan sampai
berat dengan komplikasi. Kesadaran menurun,
delirium, sebagian besar anak mempunyai lidah

URAIAN UMUM tifoid yaitu dibagian tengah kotor dan bagian


pinggir hiperemis, meteorismus, hepatomegali
lebih sering dijumpai daripada splenomegali.
Kadang-kadang dijumpai terdengar ronki pada
pemeriksaan paru.
Pemeriksaan Penunjang
Darah tepi perifer
 Anemia, pada umumnya terjadi karena
supresi sumsum tulang, defisiensi Fe,
atau perdarahan usus.
 Leukopenia, namun jarang kurang dari
3000/ul
 Limfositosis relative

 Trombositopenia, terutama pada demam


tifoid berat.

3
DEMAM TIFOID

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.1 0 4/8
PAKUWON
Pemeriksaan Serologi
 Serologi Widal : kenaikan titer S.typhi
titer O 1:200 atau kenaikan 4 kali titer
fase akut ke fase konvalesens.
 Kadar IgM dan IgG (Typhi-dot)
Pemeriksaan biakan Salmonela
 Biakan darah terutama pada minggu 1 –
2 dari perjalanan penyakit
 Biakan sumsum tulang masih positif
sampai minggu ke 4.
Pemeriksaan Radiologik
 Foto toraks, apabila diduga terjadi
komplikasi pneumonia
 Foto abdomen, apabila diduga terjadi
URAIAN UMUM komplikasi intraintestinal seperti
perforasi usus atau perdarahan saluran
cerna. Pada perforasi usus tampak
distribusi udara tak merata, tampak air
fluid level, bayangan radiolusen di daerah
hepar, dan udara bebas pada abdomen.
Penyulit
 Intra intestinal : perforasi usus atau
perdarahan saluran cerna : suhu
menurun, nyeri abdomen, nyeri tekan
pada palpasi, bising usus menurun
sampai menghilang, defance musculaire
positif, pekek hati menghilang.

4
DEMAM TIFOID

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.1 0 5/8
PAKUWON
 Ekstraintestinal : tifoid ensefalopati,
hepatitis tifosa, meningitis, pneumonia,
syok septic, pielonefritis, endokarditis,
osteomielitis, dll.
Diagnosis Banding
 Stadium dini : influenza, gastroenteritis,
bronchitis, bronchitis, bronkopneumonia
 Tuberkulosis, infeksi jamur sistemik,
malaria
 Demam tifoid berat : sepsis,
leukemia,limfoma
Terapi
Medikamentosa
 Antibiotik
URAIAN UMUM
o Kloramfenikol (drug of choice) 50 – 100
mg/kg BB/hari, oral atau IV, dibagi
dalam 4 dosis selama 10 -14 hari.
o Amoksisilin 100 mg/kg BB/hari, oral,
selama 10 hari
o Seftriakson 80 mg/kg BB/hari, intravena
atau intramuscular, sekali sehari, 5 hari.
o Sefiksim 10 mg/kg BB/hari, oral, dibagi
dalam 2 dosis, selama 10 hari
 Kortikosteroid diberikan pada kasus berat
dengan gangguan kesadaran.
Deksametason 1 – 3 mg/kg BB/hari
intravena, dibagi 3 dosis hingga kesadran
membaik.

5
DEMAM TIFOID

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.1 0 6/8
PAKUWON
Bedah
Tindakan bedah diperlukan pada penyulit
perforasi usus.
Suportif
Demam tifoid ringan dapat dirawat dirumah
 Tirah baring
 Isolasi memadai
Kebutuhan cairan dan kalori dicukupi
Demam tifoid berat harus dirawat inap di rumah
sakit
 Cairan dan kalori
o Terutama pada demem tinggi,
muntah atau diare, bila perlu
asupan cairan dan kalori diberikan
melalui sonde lambung.
URAIAN UMUM
o Pada ensefalopati, jumlah
kebutuhan cairan dikurangi
menjadi 4/5 kebutuhan dengan
kadar natrium rendah.
o Penuhi kebutuhan volume cairan
intravaskuler dan jaringan dengan
pemberian oral/parenteral.
o Pertahankan fungsi sirkulasi
dengan baik.
o Pertahankan oksigenasi jaringan,
bila perlu diberikan O2
o Pelihara keadaan nutrisi
o Pengobatan gangguan asam basa
dan elektrolit

6
DEMAM TIFOID

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.1 0 7/8
PAKUWON
 Antipiretk, diberikan apabila demam >
390C, kecuali pada riwayat kejang demam
dapat diberikan lebih awal
 Diet
o Makanan tidak berserat dan
mudah dicerna
o Setelah demam reda, dapat segera
diberikan makanan yang lebih
padat dengan kalori cukup
 Tranfusi darah: kadang-kadang
diperlukan pada perdarahan saluran
cerna dan perforasi usus.
Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan
spesialis lainnya)
URAIAN UMUM
Konsultasi bedah anak apabila dijumpai
komplikasi perforasi usus.
Monitoring
Terapi
 Evaluasi demam reda dengan memonitor
suhu. Apabila pada 4 – 5 hari setelah
pengobatan demam tidak reda, maka
harus segera kembali dievaluasi adakah
komplikasi, sumber infeksi lain, resistensi
S.typhi terhadap anibiotik atau
kemungkinan salah menegakan
diagnosis.

7
DEMAM TIFOID

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.1 0 8/8
PAKUWON
URAIAN UMUM  Pasien dapat dipulangkan apabila tidak
demam selama 24 jam tanpa antipiretik,
nafsu makan membaik, klinis perbaikan
dan tidak dijumpai komplikasi.
Pengobatan dapat dilanjutkan dirumah.
Tumbuh Kembang
Infeksi demam tifoid merupakan infeksi yang
akut sehingga relative tidak mengganggu
tumbuh kembang anak.

8
BAYI BERAT LAHIR RENDAH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.2 0 1/16
PAKUWON
Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
2 Mei 2011
OPERASIONAL
dr. Erick Noviady
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa getasi. Berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah
lahir.
Sampai saat ini BBLR masih merupakan
masalah di seluruh dunia, karena merupakan
penyebab kesakitan dan kematian pada masa
neonatal.
Prevalensi BBLR masih cukup tinggi terutama di
Negara-negara dengan sosio-ekonomi rendah.
Secara statistic menunjukkan 90% kejadian
PENGERTIAN
BBLR didapatkan di Negara berkembang dan
angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibandingkan para bayi dengan berat lahir >
2500 gram. Angka kejadian di Indonesia sangat
bervariasi antara satu daerah dengan daerah
lain, yaitu berkisar antara 9-30%.
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah
kelahiran premature. Factor ibu yang lain
adalah umur, parits, dll. Factor plasenta seperti
penyakit vascular, kehamilan ganda, dll serta
factor janin juga merupakan penyebab
terjadinya BBLR.

9
BAYI BERAT LAHIR RENDAH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.2 0 2/16
PAKUWON
TUJUAN
LANGKAH PROMOTIF/PREVENTIF
 Mencegah persalinan premature

 Pemberian tokolitik (salbutamol,


terbutalin) pada persalinan kurang bulan.
 Pemberian kortikoteroid pada ibu jika
diperkirakan akan terjadi kelahiran
kurang bulan, untuk mempercepat
pematangan paru janin (betametason 12
mg/kg bb dibagi dalam 2 dosis IM selama
2-3 hari
LANGKAH DIAGNOSTIK
Anamnesis
 Umur ibu
URAIAN UMUM  Riwayat hari pertama haid terakhir

 Riwayat persalinan sebelumnya

 Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

 Kenaikan berat badan selama hamil

 Aktivitas

 Penyakit yang diderita selama hamil

 Obat-obatan yang diminum selama hami


Pemeriksaan fisik
 Berat badan < 2500 gram

 Tanda prematuritas (bila bayi kurang


bulan)
 Tanda bayi cukup bulan atau lebih buln
(bila bayi kecil untuk masa kehamilan)

10
BAYI BERAT LAHIR RENDAH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.2 0 3/16
PAKUWON
Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan skor Ballard

 Tes kocok (shake test),dianjurkan untuk


bayi kurang bulan
 Darah rutin, gluosa darah, kalau perlu
dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektroit dan anaisis gas darah
 Foto dada ataupun babygram diperlukan
padabayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada
umur 8 jam atu jika didapat/diperkirakan
akan terjadi sindrom gangguan napas
 USG kepala terutama pada bayi dengan
umur kehamilan < 35 minggu, dimulai
URAIAN UMUM
pda umur 2 hari dan dilanjutkan sesuai
hasil yang didapat
MANAJEMEN
Medikamentosa
Pemberian vitamin K 1

 Injeksi 1 mg IM sekali pemberian ; atau

 Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg


3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10
hari umur 4-6 minggu)
Mempertahankan suhu tubuh normal
 Gunakan salah satu cara menghangatkan
dan mempertahankan suhu tubuh bayi,
seperti ; kontak kulit ke kulit, kangaroo
mother care, pemancar panas, incubator

11
BAYI BERAT LAHIR RENDAH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.2 0 4/16
PAKUWON
atau ruangan hangat yang tersedia di
tempat fasilitas kesehatan setempat
sesuai petunjuk (lihat table cara
menghangatkan bayi)
 Jangan memandikan atau menyentuh
bayi dengan tangan dingin
 Ukur suhu tubuh sesuai jadwal pada
table (lihat lampiran).
Pemberian minum
 ASI merupakan pilihan utama

 Apabila bayi mendapatkan ASI, pastikan


bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatian cara

URAIAN UMUM pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi


menghisap paling kurang sehari sekali
 Apabila bayi sudah tidak mendapatkan
cairan IV dan beratnya naik 20 gram/hari
selama 3 hari berturut-turut, timbang
bayi 2 kali seminggu.
Berat lahir 1750-2500 gram
Bayi sehat
 Biarkan bayi menyusu pada ibu semau
bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah
merasa letih dan malas minum, anjurkan
bayi menyusu lebih sering (missal setiap
2 jam) bila perlu.
 Pantau pemberian minum dan kenaikan
berat badan untuk menilai efektivitas

12
menyusui. Apabila bayi kurang dapat

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.2 0 5/16
PAKUWON
menghisap, tambahkan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternative cara
pemberian minum.
Bayi sakit
 Apabila bayi dapat minum per oral dan
tidak memerlukan cairan IV, berikan
minum seperti pada bayi sehat.
 Apabila bayi memerlukan cairan
intravena :
 Berikan cairan intravena hanya selama
24 jam pertama;
 Mulai berikan minum per oral pada
hari ke 2 atau segera setelah bayi
stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila
URAIAN UMUM ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-
tanda siap untuk menyusu;
 Apabila masalah sakitnya menghalangi
proses menyusui (missal gangguan
napas, kejang) berikan ASI peras
melalui pipa lambung :
o Berikan cairan intravena dan ASI
menurut umur, lihat table ;
o Berikan minum 8 kali dalam 24
jam (missal 3 jam sekali). Apabila
bayi telah mendapat minum 160
ml/kg bb per hari tetapi masih
tampak lapar berikan tambahan
ASI setiap kali minum; biarkan
bayi menyusu apabila keadaan

13
bayi sudah stabil dan bayi

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.2 0 6/16
PAKUWON
menunjukkan keiginan untuk
menyusu dan dapat menyusu
tanpa terbatuk dan tersedak.
Berat lahir 1500-1749 gram
Bayi sehat
 Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok
sesuai dengan table.
 Apabila jumlah yang dibutuhkan
tidak dapat diberikan
menggunakan cangkir/sendok atau
ada risiko terjadi aspirasi ke dalam
paru (batuk atau tersedak), berikan
minum dengan pipa lambung:
URAIAN UMUM  Lanjutkan dengan pemberian
menggunakan cangkir/sendok
apabila bayi dapat menelan tanpa
batuk atau tersedak (ini dapat
berlangsung setelah sehari-dua
hari namun adakalanya memakan
waktu lebih dari seminggu).
 Beri minum 8 kali dalam 24 jam (missal 3
jam sekali). Apabila bayi telah mendapat
minum 160 ml/kg bb per hari tetapi
masih tampak lapar berikan tambahan
ASI setiap kali minum.
 Apabila bayi telah dapat minum baik
menggunakan cangkir/sendok, coba

14
untuk menyusu langsung.

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.2 0 7/16
PAKUWON
Bayi sakit
 Beri cairan intravena hanya selama 24
jam pertama.
 Beri ASI peras dengan pipa lambung
mulai hari kedua dan kurangi jumlah
cairan IV secara perlahan sesuai dengan
table.
 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam
(missal 3 jam sekali). Apabila bayi telah
mendapat minum 160 ml/kg bb per hari
tetapi masih tampak lapar berikan
tambahan ASI setiap kali minum.
 Lanjutkan pemberian mium
URAIAN UMUM menggunakan cangkir/sendok apabila
kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat
menelan tanpa batuk atau tersedak (ini
dapat berlangsung seelah sehari-dua hari
namun kadangkala memakan waktu lebih
dari seminggu).
 Apabila bayi telah dapat minum baik
menggunakan cangkir/sendok, coba
untuk menyusu langsung.
Berat lahir 1250-1499 gram
Bayi sehat
 Beri ASI peras melalui pipa lambung
sesuai table.
 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam

15
(missal 3 jam sekali). Apabila bayi telah

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.2 0 8/16
PAKUWON
mendapat minum 160 ml/kg bb per hari
tetapi masih tampak lapar berikan
tambahan ASI setiap kali minum.
 Lanjutkan pemberian minum
menggunakan cangkir/sendok
 Apabila bayi telah dapat minum baik
menggunakan cangkir/sendok, coba
untuk menyusu langsung.

Bayi sakit
 Beri cairan intravena hanya selama 24
jam pertama.
 Beri ASI peras melalui pipa lambung
URAIAN UMUM mulai hari kedua dan kurangi jumlah
cairan intravena secara perlahan.
 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam
(missal 3 jam sekali). Apabila bayi telah
mendapat minum 160 ml/kg bb per hari
tetapi masih tampak lapar berikan
tambahan ASI setiap kali minum.
 Lanjutkan pemberian minum
menggunakan cangkir/sendok
 Apabila bayi telah dapat minum dengan
baik menggunakan cangkir/sendok, coba
untuk menyusu langsung.
Bayi ahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)
 Beri cairan intravena hanya selama 48

16
jam pertama.

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.2 0 9/16
PAKUWON
 Berikan ASI peras melalui pipa lambung
mulai pada hari ketiga dan kurangi
jumlah cairan intravena secara perlahan
 Berikan minum 12 kali dalam 24 jam
(setiaap 2 jam sekali). Apabila bayi telah
mendapat minum 160 ml/kg bb per hari
tetapi masih tampak lapar berikan
tambahan ASI setiap kali minum.
 Lanjutkan dengan pemberian minum
meggunakan cangkir/sendok
 Apabila bayi telah dapat minum dengan
baik menggunakan cangkir/sendok, coba
untuk menyusu langsung.
Suportif

URAIAN UMUM  Jaga dan pantau kehangatan


 Jaga dan pantau patensi jalan nafas
 Panta kecukupan nutrisi, cairan dan
elektrolit
 Bila terjadi penyulit segera kelola sesuai
dengan penyulit yang timbul (misalnya
hipotermia, kejang, gangguan nafas,
hiperbilirubinemia, dll)
 Berikan dukungan emosionan kepada ibu
dan anggota keluarga lainnya.
 Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi.
Bila ini tidak memugkinkan, biarkan ia
berkunjung setiap saat dan siapkan
kamar untuk menyusui.
 Ijinkan dan anjurkan kunjungan oleh
keluarga atau teman dekat apabila

17
dimungkinkan.

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.2 0 10/16
PAKUWON
Lain-lain atau rujukan
 Bila perlu lakukan pemeriksaan USG
kepada atau fisioterapi
 Pada umur 6 minggu konsultasi ke dokter
spesialis mata untuk kemungkinan
adanya retinopathy of prematurity(ROP)
 THT : skrining pendengaran dilakukan
sebelum bayi pulang. Pemeriksaan ulang
dilakukan pada semua BBLR pada umur
12 dan 24 bulan.
 Bila perlu siapkan transportasi dan/atau
rujukan
PEMANTAUAN (MONITORING)
Terapi
URAIAN UMUM
 Bila diperlukan terapi untuk penyulit
tetap diberikan
 Preparat bsi sebagai suplementasi mulai
diberikan pada usia 2 minggu
Tumbuh kembang
 Pantau berat bayi secara periodic
 Bayi akan kehilangan berat selama 7-10
hari pertama (sampai 10% untuk bayi
dengan berat lahir > 1500 gram dan 15%
utuk bayi dengan berat lahir <1500
gram). Berat lahir biasanya tercapai
kembali dalam 14 hari kecuali apabila
terjadi komplikasi.
 Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara
penuh(pada semua kategori berat lahir)

18
dan telah berusia lebih dari 7 hari.

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.2 0 11/16
PAKUWON
URAIAN UMUM  Tingkatkan jumlahASI dengan 20
ml/kg/hari sampai tercapai jumlah
180 ml/kg/hari
 Tingkatkan jumlah ASI sesuai
dengan kenaikan bb bayi agar
jumlah pemberian ASI tetap 18
ml/kg/hari
 Apabila kenaikan berat tidah
adekuat, tingkatkan jumlah
pemberian ASI sampai 200
ml/kg/hari
 Ukur bb setiap hari, anjang badan
dan lingkar keala setiap minggu.
Pemantauan setelah pulang
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul
 Gangguan perkembangan

 Gangguan pertumbuhan

 Retinopati karena prmaturitas

 Gangguan pendengaran

 Penyakit paru kronik

 Kenaikan agka kesakitan dan sering


masuk rumah sakit
 Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
Untuk itu perlu dilakukan pematauan sebagai
berikut :
 Sesudah pulang hari ke2, 10, 20, 30 ;

19
dilanjukan setiap bulan
 Hitung umur koreksi

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.2 0 12/16
PAKUWON
 Pertumbuhan : bb, panjang badan dan
lingkar kepala (lihat grafik pertumbuhan)
 Tea perkembangan, Denver depelopment
screening test (DDST)
 Awasi adaya kelainan bawaan
Tabel 1. Pengukuran Suhu Tubuh
Keadaan Bayi Bayi Bayi Bayi
Bayi Sakit Keci Sangat Keadaaan
l Kecil Membaik
Frekuen Tiap Tiap Tiap 6 Sekali
si Jam 12 Jam Sehari
Penguku Jam
ran
URAIAN UMUM Tabel 2. Cara Menghangatkan Bayi
CARA PETUNJUK PENGGUNAAN
Kontak - Untuk semua bayi
Kulit - Untuk menghangatkan
bayi dalam waktu singkat,
atau menghangatkan bayi
hipotermi ( 32-36 C)
apabila cara lain tidak
mungkin dilakukan.
KMC - Untuk menstabilkan bayi
dengan berat badan <
2500 gr, terutama
direkomendasikan untuk
perawatan berkelanjutan

20
bayi dengan berat < 1800
gr.

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.2 0 13/16
PAKUWON
URAIAN UMUM Inkubator - Penghangatan
berkelanjutan bayi
dengan berat < 1500 gr
yang tidak dapat
dilakukan KMC.
- Untuk bayi sakit berat
( sepsis, gangguan nafas
berat)
Ruangan - Untuk merawat bayi
Hangat dengan berat < 2500 gr
yang tidak memerlukan
tindakan diagnostic atau
prosedur pengobatan.
- Tidak untuk bayi sakit
berat ( sepsis, gangguan
nafas berat)

Tabel 3. Suhu Inkubator yang Direkomendasi


menurut Berat dan Umur Bayi
Berat Suhu Inkubator ( 0C) Menurut
Bayi Umur *
35 34 33 32
< 1 – 11 hari 3 – 5 >5
1500 10 – 3 minggu m
gr hari minggu in
gg

21
u

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.2 0 14/16
PAKUWON
URAIAN UMUM 1500 – 1 – 11 hari – >4
2000 gr 10 4 minggu min
hari ggu
2100 – 1 – 2 3 hari – 3 >3
2500 gr hari minggu min
ggu
>2500 1 – 2 hari >2 hari
gr
*bila jenis inkubatornya berdinding tunggal,
naikkan incubator 1 C setiap perbedaan suhu 7
C antara suhu ruang dan incubator.
Tabel 4. Jumlah Cairan yang Dibutuhkan Bayi
( ml/kg)
Berat Umur ( hari )
1 2 3 4 5+
>1500 gr 60 80 100 120 150
<1500 gr 80 100 120 140 150
Tabel 5. Jumlah Cairan Intravena (IV) dan ASI
untuk Bayi Sakit Berat 1750 – 2500 gr
Pemberian Umur ( hari)
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan 5 4 3 2 0 0 0
IV (ml/jam atau
tetes
mikro/menit
Jumlah ASI 0 6 14 22 30 35 38

22
setiap 3 jam
(ml/kali)

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.2 0 15/16
PAKUWON
Tabel 6. Jumlah ASI untuk Bayi Sehat Berat
1500 – 1749 gr
Pemberian Umur ( hari)
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah 12 18 22 26 30 33 35
minum setiap
jam (ml/kali)
Tabel 7. Jumlah Cairan Intravena(IV) dan ASI
untuk Bayi Sakit Berat 1500 – 1749 gr
Pemberian Umur ( hari)
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan 4 4 3 2 2 0 0
cairan IV
URAIAN UMUM
(ml/jam atau
tetes
mikro/menit)
Jumlah ASI 0 6 13 20 24 33 35
setiap 3 jam
(ml/kali)
Tabel 8. Jumlah ASI untuk Bayi Sehat Berat
1250 - 1499 gr
Pemberian Umur ( hari)
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah 10 15 18 22 26 28 30
minum setiap
3 jam

23
(ml/kali)

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.2 0 16/16
PAKUWON
Tabel 9. Jumlah Cairan Intravena(IV) dan ASI
untuk Bayi Sakit Berat 1250 – 1490 gr
Pemberian Umur ( hari)
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan 3 3 3 2 2 0 0
IV (ml/jam atau
tetes
mikro/menit)
Jumlah ASI 0 6 9 16 20 28 30
setiap 3 jam
(ml/kali)

URAIAN UMUM
Tabel 10. Jumlah Cairan Intravena(IV) dan ASI
untuk Semua Bayi Berat <1250 gr
Pemberian Umur ( hari)
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan 4 4 3 3 2 2 0
IV (ml/jam atau
tetes mikro/menit)
Jumlah ASI setiap 0 0 3 5 8 11 15
3 jam (ml/kali)

24
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.3 0 1/11
PAKUWON
Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
2 Mei 2011
OPERASIONAL
dr. Erick Noviady
Lupus eritematosus Sistemik (SLE) merupakan
penyakit sitemik evolutif yang mengenai satu
atau beberapa organ tubuh, ditandai oleh
inflamasi luas pada pembuluh darah dan
jaringan ikat, dan bersifat episodic, yang
diselingi oleh periode remisi.
PENGERTIAN Manifestasi klinis SLE sangat bervariasi dengan
perjalanan penyakit yang sulit diduga, tidak
dapat diobati dan sering berakhir dengan
kematian. Kelainan ini merupakan sindrom
klinis disertai kelainan imunologis, diantaranya
yang terpenting ditandai oleh adanya antibody
antinuclear. Penyebab SLE belum diketahui
TUJUAN
URAIAN UMUM LANGKAH PROMOTIF/PREVENTIF
Untuk mencegah keadaan yang dapat
menginduksi gejala lupus dilakukan beberapa
tindakan antara lain menghindari pemakaian
obat tertentu ( misalnya sulfa, isoniazid),
pajanan langsung sinar matahari, kelelahan

25
serta mencegah infeksi dan mempertahankan
fungsi organ tubuh secara optimal.
LANGKAH DIAGNOSTIK
Anamnesis
 Gejala yang timbul merupakan

LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.3 0 2/11
PAKUWON
manifestasi adanya natibodi adan atau
depot kompleks imun dengan vaskulitis.
 Gejala penyakit tersering adalah demam
dan asteria. Demam dengan atau tanpa
menggigil dapat timbul pada semua tipe,
seringkali diagnosis SLE diketahui pada
saat dilakukan ekplorasi pasien demam
yang tidak diketahui penyebabnya.
 Astenia sering menyertai gejala demam
dan merupakan pertanda bahaya pada
penyakit lupus.
 Kelainan kulit dan mukosa yang dikenal
URAIAN UMUM
dengn nama lupus terdapat pada
sepertiga jumlah SLE pada anak dan
tidak bersifat patognomomik. Kelainan ini
predominan pada daerah yang terkena
sinar matahari.
 Gejala lain adalah gejala kelainan yang
dapat terjadi pada semua organ pada
suatu saat atau pada tahap evolusi
penyakit yang berbeda.
Pemeriksaan Fisik
Secara klinis terdapat 2 unsur penting SLE yaitu
1. SLE adalah penyakit eposodik, biasanya

26
terjadi pada anak yang lebih besar,
dengan gejala intermiten atripis,
pleuritis,dermatitis atau nefritis.
2. SLE adalah penyakit multisitemik, pasien
biasanya memperlihatkan kelainan pada

LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.3 0 3/11
PAKUWON
lebih dari satu organ akibat paskulitis,
misalnya pada kulit, ginjal dan susunan
syaraf pusat.
Erupsi pada kulit berbentuk sayap kupu-kupu,
paling spesipik terdapat didaerah muka, dapat
berupa eritema simple atau berupa erupsi
makulopapular dengan skuamasi halus
berwarna kemerahan. Erupsi ini dapat juga
mengenai daerah cuping hidung dan pangkal
hidung, sering juga disertai erupsi didaerah
leher atau bahu yang terbuka, periobita, prontal,
atau daerah telinga luar. Dapat juga ditemui
URAIAN UMUM
lupus dipoid, berupa eritema berbatas tegas
dengan tepi meninggi dan berkembang menjadi
papuloskuamosa. Kelainan pada kulit lain yang
sering ditemukan pada pasien SLE adalah :
1. Erupsi papuloeritematosa diseminata,
non spesipik, dapat terlihat terutama
didaerah anggota gerak.
2. Kulit poto sensitive, pajajan sinar
matahari dapat menimbulkan lesi bentuk
lupus.
3. Alopesia nonsikatrikal sering menyertai
lupus aktif.

27
4. Sindrom raynaud, apabila timbul gejala
lain walaupun sedang dalam pengobatan,
terkadang terjadi komplikasi ulserasi
digital atau akloperosis bahkan gangren
jari.

LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.3 0 4/11
PAKUWON
URAIAN UMUM Manifestasi selaput mukosa berupa ulserasi
anal dan oral dapat menyertai perkembangan
progesivitas penyakit lupus. Secara ringkas
gejala manivestasi klinis SLE berupa nevritis,
hipertensi atritis, dermatitis, eritemamalar,
fotosensitivitas, alopesia, ulserasi oral atau
nasoparing, penomenarainon, perikarditis,
pleuritis, kelaianan SSP, hepatomegali,
splenomegali, dan pucat.
Pemeriksaan Penunjang
Berbagai indicator fase akut inflamasi yang
menggambarkan aktifitas penyakit sistemik
ditemukan meningkat pada SLE, antara lain
LED, hipergamaglobulinemia poliklonal, alfa-2
globulin, dan CRP. Pemerikasaan darah perifer
menunjukkan anemia, leucopenia, hitung
trombosit dapat normal tetapi terjadi
peningkatan destruksi trombosit. Pemeriksaan
uji Coombs dapat dilakukan untuk mengetahui
adanya hemolisis. Pemeriksaan laboratorium
lain ditujukan untuk mendeteksi kerusakan
organ yang terlibat, disamping mendeteksi
berbagai proses yang berhubungan dengan
penyakit autoimun. Beberapa diantara

28
pemeriksaan tersebut mempunyai nilai
diagnostic, prognostic, surveilans atau
mempunyai arti patofisiologi khusus dan bukan
merupakan prosedur rutin. Pemeriksaan
tersebut meliputi pemeriksaan otoantibodi (ANA,

LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.3 0 5/11
PAKUWON
URAIAN UMUM anti ds DNA, antifosfolipid, factor rheumatoid),
krioglobulin, dan komplemen serum secara
ringkas pemeriksaan laboratorium pada pasien
SLE mencakup analisis darah tepi lengkap
termasuk laju endapan darah, sel LE, ANA, anti
ds DNA, autoantibodi lain ( anti Sm, RF, anti
Fosfolipid, anti histon dll) titer kompemen CxC4
dan CH50 titer IgM, IgG dan IgA, krioglobulin,
masa pembekuan, serologi sipilis, uji Coombs,
elektroforesis protein, kreatinin dan ureum
darah, protein urin total dalam 24 jam, biakan
kuman terutama dalam urin serta pemeriksaan
lain, yaitu fotorontgen dada.
Criteria diagnosis lupus menurut ARA
( American Rheumatisn Assiciation)* yaitu :
 Eritema malar ( Butterfly rash)

 Lupus discoid

 Fotosensitifitas

 Ulserasi mukokutaneus oral atau nasal

 Arthritis nonerosif

 Nefritis**, protein uria> 0,5 gr/24jam


dengan silinder sel
 Ensefalopathy**, konvulsi, psikosis

29
 Pleuritis atau perikarditis

 Sitopenia

 Imunoserologi positif**, anti ds DNA, anti


Sm, sel LE.
 ANA positif.

LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.3 0 6/11
PAKUWON
URAIAN UMUM Keterangan :
* Empat dari 11 kriteri positif menunjukkan
96% sensitifitas dan 96% spesifisitas.
** Salah satu butir pernyataan cukup untuk
memenuhi criteria ( dikutif dengan modifikasi
dari ZT Cassidy dan RE Petty, 1990).
TERAPI
Medikamentosa
1. Salisilat
Merupakan terapi simtomatis untuk
artralgia dan mialgia. Dosis 75-90 mg/kg
BB/hr untuk anak dengan berat badan
kurang dari 25kg. pada anak besar
diberikan dosis lebih rendah( maksimum
1000gr/kali).
2. Antimalaria
Digunakan untuk membantu penyapihan
kortikosteroid atau untuk pengobatan
dermatitis lupus. Pelu diperhatikan efek
toksik pada mata, maka harus dilakukan
pemeriksaan oftalmologis setiap 4-6 bln.
Obat yang biasa dipakai adalah
hidroksiklorokuin sulfat, dengan dosis
awal 6-7 mg/kgBB/hr dibagi 1-2 dosis

30
selama 2 bln, kemudian diturunkan
menjadi 5mg/kgBB/hr.
3. Kortikosteroid
o Dosis rendah <0,5 mg/kg BB/hari
diberikan untuk mengatasi gejala
klinis seperti demam, dermatitis,

LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.3 0 7/11
PAKUWON
arthritis, efusi pleura dll. Dosis inisial
dipertahankan minimal 4 minggu
sebelum dilakukan penyapihan.
o Dosis tinggi 1-2 mg/kg BB/hari untuk
mengatasi krisis lupus, gejala
neurologi SSP, anemia hemolitik akut
atau beberapa bentuk nefritis
tertentu. Indikasi kontra relative
adalah hipertensi, azotemia, dan
gejala awal psikosis. Dosis inisial
dipertahankan 6-8 min ggu.
URAIAN UMUM Dosis untuk beberapa bentuk nefritis
diberikan berdasarkan gambaran patologi
anatomi (PA). Untuk nefritis lupus
dengan gambaran PA mesangial biasanya
hanya diberikan terapi simtomatik. Untuk
kelainan glom-erulus fokal diberikan
prednison dosis rendah 0,5 mg/kg
BB/hari, untuk kelainan difus dosis
tinggi 1 mg/kg BB/hari, sedangkan
untuk bentuk membranosa diberikan
dosis tinggi disertai terapi simtomatik dan
siklofosamid 1 mg/kg BB/hari.

31
Penyapihan Kortikosteroid
Bila klinis baik dan gambaran
laboratorium dalam batas normal, muali
dilakukan penyapihan bertahap. Apabila
tidak dapat dilakukan pemantauan
seperti itu, maka pemeriksaan konversi

LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.3 0 8/11
PAKUWON
URAIAN UMUM negatif sel LE dan titer ANA dapat dipakai
sebagai pegangan untuk memulai
penyapihan kortikosteroid. Setiap dosis
inisial harus diberikan dalam dosis
terbagi 3 – 4 kali sehari, setelah itu dapat
diberikan dosis tunggal pada pagi hari.
Bila terdapat suatu stress (infeksi,
trouma, luka, pembedahan, tekanan jiwa
dll), pengobatan diberikan dalam dosis
terbagi. Bila pada saat penyapihan gejala
kambuh kembali, dosis dinaikkan 25-50%
kembali dari terapi saat itu, dalam dosis
terbagi yang dipertahankan beberapa
lama sebelum diputuskan untuk
meneruskan penyapihan atau
meningkatkan dosis kembali. Patokan
untuk penyapihan adalah sebagai
berikut:
o Jika dosis awal < dari 10 mg/hr,
turunkan 0,5 – 1 mg setiap 2-4
minggu.
o Jika dosis awal 10-20 mg/hr,

32
turunkan 1-2,5mg setiap minggu.
o Jika dosis awal 20-60 mg/hr,
turunkan 2,5-5mg setiap minggu.
Pada dosis >30 mg/hr masih harus
diberikan dosis terbagi 2 – 3kali/hari.
Apabila gejala telah terkontrol dengan
dosis tunggal dapat dapat dicoba

LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.3 0 9/11
PAKUWON
URAIAN UMUM pemberian obat selang sehari, tetapi
harus diingat bahwa dosis selang sehari
dilaporkan sering menimbulkan
eksaserbasi. Terapi korikosteroid secara
bolus hanya diberikan pada keadaan
darurat atau kisisi lupus dengan
manifestasi akut dan fapa kasus tak
terkontrol.
Dianjurkan untuk member
metilprednisolon 10-30 mg/kg BB/kali
intravena selama 1-3 hari.
Pilihan preparat kortikosteroid
berdasarkan potensi dan masa paruh
yang disesuaikan dengan kondisi klinis
pasien.
4. Imunosupesan/sitostatik
Imunosupresan/sitostatik diberikan jika
terdapat gangguan neurologic SSP,
nefritis type proliperativ difus dan
membranosa, anemia hemolitik akut, dan
kasus yang resisten steroid. Obat yang
diberikan adalah azatioprin oral 1-2

33
mg/kg BB/hari, siklopospamid oral 1-2
mg/kg BB/hari, untuk terapi bolus 500-
750mg/m2 intravena tiap bulan.
Bedah
Tindakan bedah dilakukan apabila terdapat
komplikasi akibat pengobatan, misalnya katarak
karena pemberian kortikosteroid jangka

LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.3 0 10/11
PAKUWON
URAIAN UMUM panjang.
Suportif
Memberikan edukasi dan pengertian mengenai
penyakit pasien pada keluarga sangat penting
untuk menunjang keberhasilan terapi.
Rehabilitasi bila terjadi kecacatan harus
dilakukan sedini mungkin untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut.
Lain-lain (Rujukan Subspesialis, Rujukan
Spesialis lainnya dll)
 Rujukan dilakukan apabila terdapat
kelainnan organ yang memerlukan
penangannan sub spesialistis,
konsultasi psikiatri dilakukan untuk
mencegah dan mengobatai gangguan
jiwa akibat penyakitnya.
 Diet rendah garam, rendah gula, tidak
mengandug gas dengan restriksi
cairan serta suplemen kalsium dan
kalium diberikan untuk
mencegah/mengurangi efek
pemberian kortikosteroid jangka

34
panjang.
PEMANTAUAN ( MONITORING)
Terapi
Selama pemberian kortikosteroid dilakukan
pemantauan titer anti ds ANA dan komplemen
( CH50, C3, C4) minimal 6 bulan sekali.
Pemantauan efek samping obat ( kortikosteroid,

LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.3 0 11/11
PAKUWON
URAIAN UMUM sitostatik, salisilat dll) juga perlu dilakukan.
Tumbuh Kembang Pemantauan terhadap
perkembangan fisik dan mental dilakukan setiap
bulan untuk deteksi dini gangguan tumbuh
kembang akibat pengobatan maupun
penyakitnya sendiri.

35
DEMAM BERDARAH DENGUE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.4 0 1/11
PAKUWON
Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
2 Mei 2011
OPERASIONAL
dr. Erick Noviady
PENGERTIAAN Demam berdarah dengue (DBD) merupakan
suatu penyakit demam akut yang disebabkan
oleh virus genus flavivirus, famili flaviviridae,
mempunyai emat jenis serotipe yaitu den-1,
den-2, den-3 dan den-4, melalui perantara
nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Keempat serotipe dengue terdapat di Indonesia,
den-3 merupakan serotipe dominan dan banyak
berhubungan dengan kasus berat, diikuti
serotipe den-2. Pada saat ini jumlah kasus
masih tetap tinggi rata-rata 10-25 per 100.000
penduduk, namun angka kematian telah
menurun bermakna < 2 %. Umur terbanyak
yang terkena infeksi dengue kelompok umur 4-
10 tahun, walaupun makin banyak kelompok
umur lebih tua menderita DBD. Spektrum klinis
infeksi dengue dapat dibagi menjadi (1) gejala

36
klinis paling ringan tanpa gejala (silent dengue
infection), (2) demam dengue (DD), (3) demam
berdarah dengue (DBD) dan (4) demam berdarah
dengue disertai syok (sindrom syok dengue).
TUJUAN
LANGKAH PROMOTIF/PREVENTIF
URAIAN UMUM Jumlah kasus biasanya meningkat bersamaan
dengan peningkatan curah hujan.

DEMAM BERDARAH DENGUE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.4 0 2/11
PAKUWON
Oleh karena itu puncak jumlah kasus berbeda
tiap daerah. Pada umumnya di Indonesia
meningkat pada musim hujan sejak bulan
Desember sampai dengan April-Mei tiap tahun.
Pencegahan/pemberantasan DBD dengan
membasmi nyamuk dan sarangnya dengan
melakukan tindakan 3M, yaitu :
 Menguras temapt-temapt penampungan air
secara teratur seminggu sekali atau
menaburkan bubuk larvasida (abate)
 Menutup rapat-rapat tempat penampungan
URAIAN UMUM
air
 Mengubur/menyingkirkan barang bekas
yang dapat meampung air
LANGKAH DIAGNOSTIK
Anamnesis
Demam merupakan tanda utama, terjadi
mendadak tinggi, selama 2-7 hari. Disertai lesu,
tidak mau makan, dan muntah. Pada anak
besar dapat mengeluh nyeri kepala, nyeri otot,
dan nyeri perut. Diare kadang-kadang dapat
ditemukan. Perdarahan paling sering dijumpai
adalah perdarahan kulit dan mimisan.

37
Pemeriksaan Fisik
 Gejala klinis DBD diawali demam
mendadak tinggi, facial flush, muntah,
nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri
tenggorok dengan faring hiperemis, nyeri
di bawah lengkung iga kanan, Gejala
penyerta tersebut lebih mencolok pada
DD daripada DBD.

DEMAM BERDARAH DENGUE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.4 0 3/11
PAKUWON
URAIAN UMUM  Sedangkan hepatomegali dan kelainan
fungsi hati lebih sering ditemukan pada
DBD
 Perbedaan antara DD dan DBD adalah
pada DBD terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga
menyebabkan perembesan plasma,
hipovalemia dan syok.
 Perembesan plasma mengakibatkan
ekstravasasi cairan ke dalam rongga
pleura dan rongga peritoneal selama 24-
48 jam.
 Fase kritis sekitar hari ke-3 hingga ke-5
perjalanan penyakit. Pada saat ini suhu
turun, yang dapat merupakan awal
penyembuhan pada infeksi ringan namun
pada DBD berat merupakan tanda awal
syok.
 Perdarahan dapat berupa petekie,
epistaksis, melena, ataupun hematuria.
 Tanda-tanda syok

38
o Anak gelisah, sampai terjadi
penurunan kesadaran, sianosis
o Nafas cepat, nadi teraba lembut
kadang-kadang tidak teraba
o Tekanan darah turun, tekanan nadi
< 10 mmHg
o Akral dingin, capillary refill menurun
o Diuresis menurun sampai anuria

DEMAM BERDARAH DENGUE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.4 0 4/11
PAKUWON
URAIAN UMUM  Apabila syok tidak dapat segera diatasi,
akan terjadi komplikasi berupa asidosis
metabolik dan perdarahan hebat.
Diagnosis
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria
klinis dan laboratorium (WHO tahun 1997)
Kriteria klinis
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab
yang jelas, berlangsung terus-menerus
selama 2-7 hari.
b. Terdapat manifestasi perdarahan,
termasuk uji bendung positif, petekie,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis, dan/melena.
c. Pembesaran hati
d. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta
penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki
dan tangan dingin, kulit lembab dan
pasien tampak gelisah.
Kriteria Laboratorium

39
a. Trombositopenia (100.000/µl atau
kurang)
b. Hemokonsentrasi, dilihat dari
peningkatan hematokrit 20 % menurut
standar umur dan jenis kelamin.
Dua kriteria klinis pertama + trombositopenia
dan hemokonsentrasi, serta dikonfirmasi secara
uji serologik hemaglutinasi.

DEMAM BERDARAH DENGUE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.4 0 5/11
PAKUWON
Komplikasi
o Ensefalopati dengue, dapat terjadi DBD
dengan syok ataupun tanpa syok
o Kalinan ginjal, akibat syok
berkepanjangan dapat terjadi gagal ginjal
akut
o Edem paru, serfingkali terjadi akibat
overloading cairan.
Diagnosis Banding
o Selama fase akut penyakit, sulit untuk
URAIAN UMUM bisa membedakan DBD dari demam
dengue dan penyakit virus lain yang
ditemukan di daerah tropis. Maka untuk
membedakan dengan campak, rubela,
demam chikungunya, leptospirosis,
malaria, demam tifoid atau penyakit
darah seperti ITP, leukemia atau anemia
aplastik, gejala penyerta lain harus
ditanyakan seperti batuk, pilek, diare,
tipe demam, menggigil, pucat, ikterus,
dan lainnya.

40
o Penyakit infeksi lain seperti sepsis,
meningitis meningokokus.
o Penyakit darah seperti trombositopenia
purpura idiopatik, leukemia, atau anemia
aplastik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
1. Darah perifer, kadar hemoglobin, lekosit
& hitung jenis, hematorit, trombosit. Pada

DEMAM BERDARAH DENGUE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.4 0 6/11
PAKUWON
URAIAN UMUM apusan darah perifer juga dapat dinilai
limfosit plasma biru, peningkatan 15 %
menunjang diagnosis DBD.
2. Uji serologis, uji hemaglutinasi inhibisi
dilakukan saat fase akut dan fase
konvalesens
o Infeksi primer, serum akut < 1 :20,
serum konvalesens naik 4x atau lebih
namun tidak melebihi 1:1280
o Infeksi sekunder
- Serum akut < 1:20, konvalesens
1:2560
- Serum akut 1:20, konvalesens
naik 4x atau lebih
o Persangkaan infeksi sekunder yang
baru terjadi (presumptive secondary
infection) : serum akut 1:1280, serum
konvalesens dapat lebih besar atau
sama.

41
3. Pemeriksaan Radiologis
o Pemeriksaan foto dada, dilakukan
atas indikasi (1) dalam keadaan
klinis ragu-ragu, namun perlu
diingat bahwa terdapat kelainan
radiologis pada perembesan plasma
20-40%, (2) Pemantauan klinis,
sebagai pedoman pemberian
cairan.

DEMAM BERDARAH DENGUE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.4 0 7/11
PAKUWON
URAIAN UMUM o Kelainan radiologi, dilatasi
pembuluh darah paru terutama
daerah hilus kanan, hemitorak
kanan lebih radio opak
dibandingkan kiri, kubah
diafragma kanan lebih tinggi
daripada kanan, dan efusi pleura.
o USG : efusi pleura, kelainan
dinding vesica felea dan dinding
buli-buli.
TERAPI
Terapi DBD dibagi menjadi 4 bagian, (1)
Tersangka infeksi dengue, (2) DBD derajat I atau
II tanpa peningkatan hematokrit, (3) DBD
derajat II dengan peningkatan Ht 20%, (4) DBD
derajat III dan IV. Lihat Bagan 1, 2, 3, dan 4
dalam lampiran.
DBD tanpa syok (derajat I dan II)
Medikamentosa
o Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan

42
pemberian parasetanol bukan aspirin.
o Diusahakan tidak memberikan obat-obat
yang tidak diperlukan (misalnya antasid,
anti emetik) untuk mengurangi beban
detoksifikasi obat dalam hati.
o Kortikosteroid diberikan pada DBD
enselofati, apabila terdapat perdarahan
saluran cerna kortikosteroid tidak
diberikan.
o Antibiotik diberikan untuk DBD
enselofati.

DEMAM BERDARAH DENGUE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.4 0 8/11
PAKUWON
URAIAN UMUM Bedah
Suportif
o Mengatasi kehilangan cairan plasma
sebagai akibat peningkatan permeabilitas
kapiler dan perdarahan.
o Mengatasi kehilangan cairan plasma
sebagai akibat peningkatan permeabilitas
kapiler dan perdarahan.
o Kunci keberhasilan terletak pada
kemampuan untuk mengatasi masa
peralihan dari fase demam ke fase syok
disebut time of fever differvesence dengan
baik.
o Cairan intravena diperlukan, apabila (1)
anak terus menerus muntah, tidak mau
minum, demam tinggi, dehidrasi dapat
mempercepat terjadinya syok, (2) nilai
hematokrit cenderung meningkat pada

43
pemeriksaan berkala.
DBD disertai syok (Sindrom Syok Dengue,
derajat III dan IV)
o Penggantian volume segera, cairan
intravena larutan ringer laktat 10-20
ml/kgbb secara bolus diberikan dalam
waktu 30 menit. Apabila syok belum
teratasi tetap berikan ringer laktat 20
ml/kgbb ditambah koloid 20-30
ml/kgbb/jam, maksimal 1500 ml/hari

DEMAM BERDARAH DENGUE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.4 0 9/11
PAKUWON
URAIAN UMUM o Pemberian cairan 10 ml/kgbb/jam tetap
diberikan sampai 24 jam pasca syok.
Volume cairan diturunkan menjadi 7
ml/kgbb/jam dan selanjutnya 5 ml, dan 3
ml apabila tanda vital baik
o Jumlah urin 1 ml/kgbb/jam merupakan
indikasi bahwa sirkulai membaik
o Pada umumnya cairan tidak perlu
diberikan lagi 48 jam setelah syok
teratasi.
o Oksigen 2-4 l/menit pada DBD syok.
o Koreksi asidosis metabolik dan elektrolit
pada DBD syok.
o Indikasi pemberian darah
 Terdapat perdarahan secara klinis

 Setelah pemberian cairan kristaloid


dan koloid, syok menetap, hematokrit
turun, diduga telah terjadi

44
perdarahan, berikan darah segar 10
ml/kgbb.
 Apabila kadar hematokrit tetap > 40
vol%, maka berikan darah dalam
volume kecil.
 Plasma segar beku dan suspensi
trombosit berguna untuk koreksi
gangguan koagulopati atau koagulasi
intravaskular desiminator (KID) pada
syok berat yang menimbulkan
perdarahan masif.

DEMAM BERDARAH DENGUE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.4 0 10/11
PAKUWON
URAIAN UMUM  Pemberian transfusi suspensi
trombosit pada KID harus selalu
disertai plasma segar (berisi faktor
koagulasi yang diperlukan), untuk
mencegah perdarahan lebih hebat.
DBD ensefalopati
Pada ensefalopati cenderung tgerjadi
edem otak dan alkalosis, maka bila syok telah
teratasi, cairan diganti dengan cairan yang tidak
mengandung HCO3- dan jumlah cairan segera
dikurangi. Larutan ringer laktat segera ditukar
dengan larutan NaCl (0,9 %) : glukosa (5 %) =
3:1. Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan
spesialisasi lainnya dll). Pasien DBD perlu
dirujuk ke ICU Anak atas indikasi :
o Syok berkepanjangan (syok tidak teratasi
lebih dari 60 menit)
o Syok berulang (pada umumnya

45
disebabkan oleh perdarahan internal)
o Perdarahan saluran cerna hebat
o DBD ensefalopati
PEMANTAUAN (MONITORING)
Pemantauan Selama Perawatan
o Tanda klinis, apakah syok telah teratasi
dengan baik, adakah pembesaran hati,
tanda perdarahan saluran cerna, tanda
ensefalopati, harus dimonitor dan
dievaluasi untuk menilai hasil
pengobatan.

DEMAM BERDARAH DENGUE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.4 0 11/11
PAKUWON
URAIAN UMUM o Kadar hemoglobin, hematokrit dan
trombosit tiap 6 jam, minimal tiap 12 jam.
o Balans cairan, catat jumlah cairan yang
masuk, diuresis ditampung, dan jumlah
perdarahan.
o Pada DBD syok, lakukan cross match
darah untuk persiapan transfusi darah
apabila diperlukan.
Kriteria memulangkan Pasien
o Tidak demam selama 24 jam tanpa
antipiretik
o Nafsu makan membaik
o Secara klinis tampak perbaikan
o Hematokrit stabil
o Tiga hari setelah syok teratasi
o Jumlah trombosit > 50.000/ml
o Tidak dijumpai distres pernafasan

46
Tumbuh Kembang
Pantau tumbuh kembang sesuai usia

Tersangka DBD
Demam tinggi, mendadak
terus menerus < 7 hari tidak
disertai infeksi saluran nafas
bagian atas, badan lemah &
lesu.

Ada kedaruratan Tidak ada kedaruratan


Tanda syok Periksa uji
tourniquet
Muntah terus
menerus
Kejang
Kesadaran
menurun
Muntah darah
Berak hitam

47
Uji Tourniquet (+) Uji
Tourniquet (-)

Rawat Jalan
Jumlah trombosit Jumlah trombosit
≤ 100.000 /ul > 100.000 /ul Parasetamol
Kontrol tiap
hari sampai
demam hilan
Rawat Inap Rawat Jalan
(Lihat Bagan 3)
Nilai tanda klinis,
periksa trombosit &
Ht bila demam
menetap setelah hari
sakit ke-3
Minum banyak 1,5-2 liter/hari
Parasetamol
Kontrol tiap hari sampai demam turun
Periksa Hb, Ht. trombosit tiap kali

Perhatian untuk orang tua


Pesan bila timbul tanda syok, yaitu
gelisah, lemah, kaki/tangan dingin, sakit
perut, berak hitam, bak kurang
Lab : Hb & Ht naik
Trombosit turun

Segera bawa ke rumah sakit

Bagan1. Tatalaksana kasus tersangka DBD

DBD derajat I atau derajat II tanpa peningkatan hematokrit

48
Gejala klinis : demam 2-7 hari,
uji tourniquet
positif atau
perdarahan
spontan
Lab Hematokrit
tidak meningkat
Trombositopeni
(ringan)

Pasien masih dapat minum Pasien


tidak dapat minum
Beri minum banyak 1-2 liter/hari atau 1 sd makan tiap 5 menit. Pasien
muntah terus menerus
Jenis minuman : air putih, the manis, sirop, jus buah, susu, oralit
Bila suhu > 38,5° C beri parasetamol
Bila kejang beri obat anti konvulsif

Pasang infus
NaCl 0,9 % :
dekstrosa 5 %
(1:3), tetesan
rumatan sesuai
berat badan
Periksa Hb, Ht,
trombosit tiap
6-12 jam

Monitor gejala klinis dan laboratorium


Perhatikan tanda syok
Palpasi hati setiap hari Ht naik dan atau
trombosit turun

49
Ukur diuresis setiap hari
Awasi perdarahan
Periksa Hb, Ht, trombosit tiap 6-12 Jam

Infus ganti ringer


laktat
(tetesan disesuaikan,

lihat bagan 3)

Perbaikan klinis dan laboratoris

Pulang (lihat : kriteria memulangkan pasien)

Bagan 2. Tatalaksana kasus DBD derajat I dan derajat II tanpa


peningkatan hematokrit

DBD derajat II dengan peningkatan Ht 20 %


Cairan awal

Rl/NaCl 0,9 % atau RLD5/NaCl


0,9 %+D5, 6-7 ml/kgBB/jam*

Monitor tanda vital/nilai Ht dan trombosit tiap 6 jam

Perbaikan Tidak ada perbaikan


Gelisah Gelisah
Nadi kuat Distres
pernafasan
Tekanan darah stabil Frekuensi nadi
naik

50
Diuresis cukup (1 ml/kgBB/jam) Ht tetap
tinggi.naik
Ht turun (2 kali pemeriksaan) Diuresis
kurang/tidak ada

Tanda vital memburuk


Ht meningkat

Tetesan dikurangi Tetesan dinaikkan


10-15 ml/kgBB/jam
Perbaikan Tetesan dinaikan
bertahap

5ml/kgBB/jam
evaluasi 5 menit

Perbaikan Tanda vital tidak


stabil
Sesuaikan tetesan

3 ml/kgBB/jam Distres pernafasan


Hb/Ht turun
Ht naik *
Tek. Nadi ≤ 20 mmHg

IVFD stop pada 24-48 jam Koloid


Transfusi darah segar
Bila tanda vital/Ht stabil 20-30 ml/kgBB 10
ml/kgBB
Diuresis cukup

Perbaikan

51
*BB ≤ 20 kg
Ket : RA = Ringer asetat

Bagan 3. Tatalaksana kasus DBD derajat II dengan peningkatan


hemokonsentrasi ≥ 20 %
DBD derajat III & IV

1. Oksigenasi (berikan O2 2-4 l/menit)


2. Penggantian volume plasma segera (cairan kristaloid isotonis)
Ringer laktat/NaCl 0,9 %
20 ml/kgBB secepatnya (bolus dalam 30 menit)

Evaluasi 30 menit, apakah syok teratasi ?


Pantau tanda vital tiap 10 menit
Cacat balans cairan selama pemberian cairan intravena

Syok teratasi Syok


tidak teratasi
Kesadaran membaik Kesadaran
menurun
Nadi teraba kuat nadi lembut/tidak
teraba
Tekanan nadi > 20 mmHg Tekanan nadi < 20
mmHg
Tidak sesak nafas/sianosis Distres
pernafasan/sianosis
Ekstremitas hangat Kulit dingin dan
lembab
Diuresis cukup 1 ml/kgBB/jam Ekstremitas dingin
Periksa kadar gula
darah

52
Cairan dan tetesan disesuaikan Lanjutkan
cairan
10 ml/kgBB/jam 20
ml/kgBB/jam

Evaluasi ketat Tambahkan


koloid/plasma
Tanda vital Dekstran/FPP
Tanda perdarahan 10-20 (max 30)
ml/kgBB/jam
Diuresis
Hb, Ht, trombosit

Stabil dalam 24 jam/Ht < 40 Koreksi


asidosis
Tetesan 5 ml/kgBB/jam Evaluasi
1 jam

Syok teratasi
Syok belum teratasi
Tetesan 3 ml/KgBB/jam
Ht turun Ht tetap
tinggi/naik

Infus stop tidak melebihi 48 jam


Setelah syok teratasi Transfusi darah
Koloid 20

53
IMMUNE THROMBOCYTOPENIC PURPURA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.5 0 1/3
PAKUWON
Ditetapkan oleh
STANDAR Direktur,
Tanggal Terbit
PROSEDUR
2 Mei 2011
OPERASIONAL
dr. Erick Noviady
Immune thrombocytopenic purpura (ITP), yang
di sebut juga autoimmune thrombocytopenic
purpura, morbus Wirlhof, atau purpura
hemorrhagica, merupakan kelainan perdarahan
(bleeding disorder) paad usia 2-4 tahun, dengan
PENGERTIAN insiden 4-8 kasus per 100.000 anak pertahun.
ITP terjadi akut dan biasanya sembuh sendiri
dalam 6 bulan. Jika ITP terjadi pada usia < 1
tahun atau > 10 tahun, kelainan ini cenderung
menjadi kronik dan dihubungkan dengan
kelainan imun yang umum.
PROSEDUR LANGKAH DIAGNOSIS

54
Anamnesis
 Trombositopenia terjadi 1-3 minggu setelah
infeksi bakteri atau virus (infeksi saluran
nafas atas atau saluran cerna), misalnya
rubella, rubeola, varisela atau setelah
vaksinasi dengan virus hidup
 Riwaayt pendarahan, gejala dan tipe
perdarahan, lama perdarahan, riwayat
sebelum pendarahan.
 Riwayat pemberian obat – obatan, misalnya
heparin, sulfonamid, kuinidin/kuinin,
aspirin
 Riwayat ibu menderita HIV, riwayat keluarga
yang menderita trombositopenia atau
kelaianan hematologi.

IMMUNE THROMBOCYTOPENIC PURPURA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.5 0 1/3
PAKUWON
Pemeriksaan fisik
 Perhatikan manifastasi perdarahan (tabel
1) , tipe perdarahan termasuk perdarahan
retina, beratnya perdarahan.
 Perabaan hati, limpa, kelenjar getah
bening.
 Adanya infeksi
PROSEDUR  Adanya gambaran dismorfik yang diduga
sebagai kelainan kongenital termasuk
kelainan tulang, kehilangan pendengaran.
Pemeriksaan penunjang
 Morfologi eritrosit, leukosit, dan
retikulosit biasanya normal. Hemoglobin,
indeks eritrosit dan jumlah leukosit
normal.

55
Stadi Trombosi Gejala dan Rekomendasi
um t Pemeriksa
an fisik
1. 50-150 Tidak ada Tidak ada

2. 20 Tidak ada Pengobatan


individual
(terapi /
preventif)
3. 20 dan / Perdarah Dirawat di
atau an RS dan
10 mukosa IVIG atau
Perdaraha kortikosteroid
n minor

IMMUNE THROMBOCYTOPENIC PURPURA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.5 0 1/3
PAKUWON
PROSEDUR  Trombositopenia, besar trombposit
normal atau lebih besar (giant platelets),
masa perdarahan memanjang.
 Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang
tidak perlu bila gambaran klinis dan
laboratoris klasik, tapi perlu dilakukan
bila ditemukan limfadenopati,
organomelagi, anemia atau kelaianan
jumlah leukosit.
TERAPI
ITP bersifat akut dan sembuh spontan, karena
itu keputusan apakah perlu diberi pengobatan
masih diperdebatkan.

56
Medikamentosa
Beberapa kemungkian pengobatan ITP pada
anak dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2. Beberapa kemungkian pengobatan ITP
pada anak
Imunoglobulin Dosis inisial 0,8 g/kg BB, 1
kali pemberian. Diulang
dengan
Intravena Dosis yang sama jika
jumlah trombosit < 30 x
109/L pada hari ke-3 (72
jam setelah infus
pertama).pada perdarahan
emergensi: 0,8 g/kg BB 1-2
kali pemberian, bersama –
sama dengan kortikosteroid
dan transfusi trombosit.

IMMUNE THROMBOCYTOPENIC PURPURA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT UMUM
02.01.003.5 0 1/3
PAKUWON
PROSEDUR Pada ITP kronis: 0,4 g /kg
BB/ x , setiap 2 – 8 minggu.
Kortikosteroid 4 mg prednison/kg
BB/hari/po atau iv selama
7 hari, kemudian tapering
off dalam periode 7 hari.
Pada perdarahan emergensi
8 – 12.00 mg
metilprednisolon/kg BB/iv
atau 0,5 – 1,0 mg
deksametason/kgBB/iv
atau po, bersama – sama
dengan IVIG atau transfusi

57
trombosit.
Antibodi anti-R 10 – 25 lg/kg BB/hari
(D) selama 2 - 5 hari, intervena
dalam 50 cc NaCl 0,9 % dan
habis dalam 30 menit.
α – interferon 3 x 106 unit subkutan, 3
kali per minggu selama 4
minggu
Siklosporin 3 – 8 mg/kg BB/hari dibagi
dalam 2 – 3 dosis
Azatioprin 50 – 300 mg/m2 per
os/hari, selama ≥ 4 bulan

Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan darah
Hitung jenis
Siklosporin 3 – 8

Trombositopenia

Morfologi

trombosit

Spelomegali atau Sindrom Bernard-Soulier

Limfadenopati Sindrom Wiskott – Aldrich

Anomali May – Hegglin

Aspirasi Pemeriksaan Kelainan

sumsum Normal kongenital


58
Diagnosa banding: Diagnosa banding Kelainan skelet
Keganasan ITP Anemia Fanconi
Infeksi HIV Disebabkan virus Thrombocytopenia-absent

Anda mungkin juga menyukai