NPM : 201FI03033
C. PATOFISIOLOGI
Bakteri Salmonellatyphi bersama makanan atau minuman masuk kedalam tubuh
melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH<2) banyak bakteri
yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan antagonis
reseptor histamin H2, inhibitor pompaproton /antasida dalam jumlah besar, akan
mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus
halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan juga kemudian menginvasi mukosa dan
menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-selM, selepitel khusus yang
melapisi Peyer’s patch, merupakan tempat internalisasi Salmonellatyphi. Bakteri mencapai
folikel limfe usus halus, mengikuti aliran kekelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang
melewati sirkulasi sistemik sampai kejaringan RES di organ hati dan limpa. Salmonella
typhi mengalami multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear didalam folikel limfe,
kelenjarlimfe mesenterika, hati dan limfe (Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. 2012. Buku
Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI).
Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya ditentukan
oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons imun pejamu maka Salmonella yphi akan
keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik.
Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ manapun, akantetapi tempat yang disukai
oeh Salmonellatyphi adalah hati, limpa, sumsum tulang belakang, kandung empedu dan
Peyer’s patch dari ileum terminal. Invasi kandung empedu dapat terjadi baik secara
langsung dari darah/ penyebaran retrograd dari empedu. Ekskresi organisme diempedu
dapat menginvasi ulang dinding usus /dikeluarkan melalui tinja. Peran endotoksin dalam
patogenesis demam tifoid tidakjelas, hal tersebut terbukti dengan tidak terdeteksinya
endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin dari
Salmonellatyphi menstimulasi makrofag di dalam hati, limpa, folikel limfoma usus halus
dan juga kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat-zat lain. Produk
dari makrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem vaskular yang tidak
stabil, demam, depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada darah dan jugamenstimulasi
sistem imunologik (Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi &
Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI).
D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIS
14hari
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 hari dan bertahan selama 2-3 hari
8. Batuk
9. Epiktaksis
14. Dapat timbul gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Medis
1) Klorampenicol
2) Amoxicillin
3) Kotrimoxasol
4) Ceftriaxon
5) Cefixim
1) paracatamol
keperawatan
b. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7hari bebas demam atau kurang lebih dari
selam 14hari. MAksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi
perforasi usus.
c. Mobilisasi bertahap bila tidak panas,sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
d. Pasien dengan kesadarannya yang menurun,posisi tubuhnya harus diubah pada
waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan juga dekubitus.
e. Defekasi dan buang airkecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi
konstipasi dan diare.
f. Diet
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2hari lalu nasi tim
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama
7hari (Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta:
EGC).
H. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien.
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, jenis kelamin, usia, agama, suku bangsa,
Pendidikan nomor registrasi, dan penanggung jawab (YudiElyas 2013).
2. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan oleh klien yaitu panas naik turun, yang
menyebabkan klien dating untuk mencari bantuan kesehatan. pada anak jika anak yang
sadar dapat langsung ditanyakan pada klien tetapi jika anak yang tidak dapat
berkomunikasi keluhan dapat ditanyakan pada orangtua klien yang sering berinteraksi
Ditemukan adanya keluhan klien yang mengalami peningkatan suhu tubuh >37,5℃ selama
lebih dari 1 minggu, disertai menggigil. Naik turunnya panas terjadi pada waktu pagi dan
sore dan berlangsung selama lebih dari 1 minggu. Keadaan semakin lemah ,kadang disertai
dengan keluhan pusing, akral hangat, takikardia, serta penurunan kesadaran.
(Purwanti2015).
Apakah pasien pernah menderita penyakit demam tifoid, atau menderita penyakit lainnya
(Elyas, 2013).
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan
sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali (Aru, 2015).
b. Pola eliminasi
Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami diare oleh karena tirah baring lama. Sedangkan
eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan.
Klien dengan demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak
keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh (Aru,
2015).
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi
komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu (Aru, 2015).
d. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang dewasa terhadap keadaan penyakitnya (Aru,
2015).
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh (Aru, 2015).
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan
klien harus bed rest total (Aru, 2015).
7. PemeriksaanFisik
Inspeksi adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien (inspeksi
adanya lesi pada kulit). Perkusi adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetuk kan jari
tengah ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu organ tubuh.
Palpasi adalah jenis pemeriksaan fisik dengan meraba klien. Auskultasi adalah dengan
cara mendengarkan menggunakan stetoskop (auskultasi dinding abdomen untuk
mengetahui bisingusus). Adapun pemeriksaan fisik pada Klien demam tifoid diperoleh
hasil sebagai berikut :
A) Keadaan umum :
Inspeksi: Pada klien demam tifoid umumnya bentuk kepala normal cephalik,
rambut tampak kotor dan kusam
Palpasi: Pada pasien demam tifoid dengan hipertermia umumnya terdapat nyeri
kepala (Muttaqin, 2014)
1. Mata
Inspeksi: Pada klien demam tifoid dengan serangan berulang umumnya salah
satunya, besar pupil tampak isokor, reflek pupil positif, konjungtiva anemis,
adanya kotoran atau tidak
Palpasi: Umumnya bola mata teraba kenyal dan melenting (Muttaqin, 2014)
2. Hidung
Inspeksi: Pada klien demam tifoid umumnya lubang hidung simetris, ada tidaknya
produksi secret, adanya pendarahan atau tidak, ada tidaknya gangguan penciuman.
Palpasi: Ada tidaknya nyeri pada saat sinus di tekan (Debora, 2013).
3. Telinga
Inspeksi: Pada klien demam tifoid umumnya simetrsis, ada tidaknya serumen.
Palpasi: Pada klien demam tifoid umumnya tidak terdapat nyeri tekan pada daerah
tragus (Muttaqin, 2014).
4. Mulut
Inspeksi: Lihat kebersihan mulut dan gigi, pada klien demam tifoid umumnya
mulut tampak kotor, mukosa bibir kering (Setyadi, 2014).
5. Kulit dan Kuku
Inspeksi: Pada klien demam tifoid umumnya muka tampak pucat, Kulit
kemerahan, kulit kering, turgor kullit menurun (Elyas, 2013).
Palpasi: Pada klien demam tifoid umumnya turgor kulit kembali <2 detik karena
kekurangan cairan dan Capillary Refill Time (CRT) kembali <2 detik.
6. Leher
Inspeksi: Pada klien demam tifoid umumnya kaku kuduk jarang terjadi, lihat
kebersihan kulit sekitar leher (Satyanegara, 2015)
Palpasi: Ada tidaknya bendungan vena jugularis, ada tidaknya pembesaran kelenjar
tiroid, ada tidaknya deviasi trakea (Debora, 2013)
7. Thorax (dada) Paruparu
Inspeksi : Tampak penggunaan otot bantu nafas diafragma, tampak Retraksi
interkosta, peningkatan frekuensi pernapasan, sesak nafas Perkusi :Terdengar suara
sonor pada ICS 1-5 dextra dan ICS 1-2 sinistra
Palpasi : Taktil fremitus teraba sama kanan dan kiri, taktil fremitus teraba lemah
Auskultasi : Pemeriksaan bisa tidak ada kelainan dan bisa juga terdapat bunyi
nafas tambahan seperti ronchi pada pasien dengan peningkatan produksi secret,
kemampuan batuk yang menurun pada klien yang mengalami penurunan kesadaran
(Mutaqin, 2014; Debora, 2013).
1. Abdomen
Inspeksi : Persebaran warna kulit merata, terdapat distensi perut atau tidak, pada
klien demam tifoid umumnya tidak terdapat distensi perut kecuali ada
komplikasi lain (Mutaqin, 2014).
Palpasi : Ada/tidaknya asites, pada klien demam tifoid umumnya terdapat nyeri
tekan pada epigastrium, pembesaran hati (hepatomegali) dan limfe
Perkusi : Untuk mengetahui suara yang dihasilkan dari rongga abdomen, apakah
timpani atau dullness yang mana timpani adalah suara normal dan dullness
menunjukan adanya obstruksi.
Auskultasi : Pada klien demam tifoid umumnya, suara bising usus normal
>15x/menit (Mutaqin, 2014).
2. Musculoskeletal
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses infeksi
a. Batasan Karasteristik
salah satu diagnose keperawatan yang terdapat pada klien demam tifoid
1. Kulit kemerahan
4. takikardia
1) Anastesia
Setiap tanda-tanda vital dievaluasi dalam kaitannya dengan efek
2) Penurunan respirasi
3) Dehidrasi
hipertermia.
5) penyakit
hipertermia
8) medikasi
terhadap obat.
3.Rencana Tindakan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tupen: 1) Suhu dalam 1. Mengkur 1) Mengetahui
Diharapkan tidak rentang dan mencatat kondisi klien
terjadi proses normal temperature (Betty &
infeksi setelah mualidari sushu ackley 2013 ).
dilakukan 36◦c- 37◦c pada tingkat
asuhan 2) RR dan nadi keparahan 2) Membantu
keperawatan dalam batas demam untuk
selama 1x24 jam normal atau menurunkan
(Suratun & 3) Membranel kapan suhu tubuh.
Lusianah, 2016). mukosa terja (Betty &
Tupan :suhu lembab di perubahan ackley 2013).
tubuh klien 4) Kulit dingin dalam kondisi
dapat kembali dan bebas menggigil 3) Meningkatkan
normal stelah dari setiap 1-4 penguapan
dilakukan keringat jam. (Betty & yang
asuhan yan ackley 2013 ). mempercepat
keperawatan g berlebihan. 2. Anjurkan penurunan
3x24 jam memakai suhu tubuh
(Suratun&Lu pakaian (Betty &
sianah , tipis ackley 2013).
2016). sebagai 4) Untuk
manajemen mengurangi
demam. suhu-suhu
(Bett tubuh yang
y & ackley panas melalui
2013). udara (Betty &
3. Pemberian ackley2013 ).
kompres
hangat pada
klien. (Betty
& ackley
2013).
4. Anjurkan
klien untuk
tidak
memakai
selimuttebal.
(Betty &
ackley 2013 ).
5. Kolaborasi 5) Untuk
ackley 2013 ).
ackley2013 ). peningkatan
temperatur.
(Betty & ackley
7. Anjurkan 2013).
klien
mengalami
dehidrasi.
2013).
telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatandapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama
2014)
2013).
I.DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/39232405/PATHWAY_TIFUS_2019
file:///C:/Users/Asus/Downloads/pdf-pathway-demam-tifoid_compress.pdf
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/405/1/SELESAI.pdf
https://repository.poltekkes-
smg.ac.id/repository/051_M%20REZKY%20IRVAN%20ARF%20P1337420515951_KTI%20AN
AK%20TYPHOID.pdf