Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN THYPOID

NAMA : LUTHFIYAH NURAZIZAH

NPM : 201FI03033

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN ANESTESIOLOGI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG, 2022
A. PENGERTIAN
Demam Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang di sebabkan
oleh Salmonella Typhi. Penyakit ini di tandai oleh panas berkepanjangan, di topang dengan
bakteremia tanpa keterlibatan struktur endotelial atau endokardial dan invasi bakteri
sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus
dan peyer’s patch. ( Sumarmo S.dkk 2008 )
Penyebab utama dari penyakit ini adalah mikroorganisme Salmonella Typhosa dan
Salmonella Typhi, A, B, dan C. Mikroorganisme ini banyak terdapat di kotoran, tinja
manusia dan makanan atau minuman yang terkena mikroorganisme yang di bawa oleh lalat.
Sebenarnya sumber utama dari penyakit ini adalah lingkungan yang kotor dan tidak sehat.
Tidak seperti virus yang dapat beterbangan di udara, mikroorganisme ini hidup di sanitasi
yang buruk seperti lingkungan kumuh, makanan dan minuman yang tidak higenis
Manifestas Klinik. ( Ngastiyah, 2005 )
Gejala demam typhoid sering kali muncul setelah 1 sampai 3 minggu terpapar mulai
dari tingkat sedang hingga parah. Gejala klasik yang muncul mulai dari demam tinggi,
malas, sakit kepala, konstipasi atau diare, Rose-Spot pada dada dan Hepatosplenomegali (
WHO, 2010 ). Rose spot adalah suatu ruam makulopapular yang berwarna merah dengan
ukuran 1 sampai 5 mm, sering kali di jumpai pada daerah abdomen, thoraks, ekstremitas
dan punggung pada orang kulit putih, tetapi tidak pernah di laporkan di temukan pada anak
Indonesia. Ruam ini muncul pada hari ke 7 sampai 10 dan bertahan selama 2 sampai 3 hari.
( Soedarmo et al. 2010 )
Periode inkubasi demam typhoid pada anak antara 5 sampai 40 hari dengan rata-rata 10
sampai 14 hari. Gejala klinis ringan tidak memerlukan perawatan, sedangkan gejala klinis
berat harus di rawat. Anak mengalami demam tinggi pada sore hingga malam hari dan turun
pada pagi hari. Banyak penderita demam typhoid yang di akibatkan kurang masukan cairan
dan makanan. ( Soedarmo et al. 2010 )
Penderita typhoid perlu di rawat di rumah sakit untuk isolasi agar penyakit ini tidak
menular ke orang lain. Penderita harus istirahat total minimal 7 hari bebas panas. Istirahat
total ini untuk mencegah terjadinya komplikasi di usus. Makanan yang di konsumsi adalah
makanan lunak dan tidak banyak berserat. Sayuran dengan serat kasar seperti daun
singkong harus di hindari, jadi harus benar-benar di jaga makanannya untuk memberi
kesempatan kepada usus menjalani upaya penyembuhan. (Soedarto, 2007 )
B. ETIOLOGI
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan
salmonellaparathypi (S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk batang, gram
negatif, mempunyai flagela, dapat hidup dalamair, sampah dan debu. Namun bakteri ini
dapat mati dengan pemanasan suhu 600 selama 15- 20 menit. Akibat infeksi oleh
salmonellathypi, pasien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1. AglutininO (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).
2. AglutininH (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigenH (berasal dari
flagel kuman).
3. AglutininVi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan antigenVi
(berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutininO dan jugaH yang ditentukan titernya
untuk diagnosa, makin tinggi titernya makinbesar pasien menderita tifoid. (Aru W. Sudoyo.
Buku ajar ilmu penyakit dalam. 2009. Ed V.Jilid III. Jakarta: interna publishing)

C. PATOFISIOLOGI
Bakteri Salmonellatyphi bersama makanan atau minuman masuk kedalam tubuh
melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH<2) banyak bakteri
yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan antagonis
reseptor histamin H2, inhibitor pompaproton /antasida dalam jumlah besar, akan
mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus
halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan juga kemudian menginvasi mukosa dan
menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-selM, selepitel khusus yang
melapisi Peyer’s patch, merupakan tempat internalisasi Salmonellatyphi. Bakteri mencapai
folikel limfe usus halus, mengikuti aliran kekelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang
melewati sirkulasi sistemik sampai kejaringan RES di organ hati dan limpa. Salmonella
typhi mengalami multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear didalam folikel limfe,
kelenjarlimfe mesenterika, hati dan limfe (Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. 2012. Buku
Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI).

Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya ditentukan
oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons imun pejamu maka Salmonella yphi akan
keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik.
Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ manapun, akantetapi tempat yang disukai
oeh Salmonellatyphi adalah hati, limpa, sumsum tulang belakang, kandung empedu dan
Peyer’s patch dari ileum terminal. Invasi kandung empedu dapat terjadi baik secara
langsung dari darah/ penyebaran retrograd dari empedu. Ekskresi organisme diempedu
dapat menginvasi ulang dinding usus /dikeluarkan melalui tinja. Peran endotoksin dalam
patogenesis demam tifoid tidakjelas, hal tersebut terbukti dengan tidak terdeteksinya
endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin dari
Salmonellatyphi menstimulasi makrofag di dalam hati, limpa, folikel limfoma usus halus
dan juga kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat-zat lain. Produk
dari makrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem vaskular yang tidak
stabil, demam, depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada darah dan jugamenstimulasi
sistem imunologik (Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi &
Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI).
D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIS

1. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40hari dengan rata-rata 10-

14hari

2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama

3. Demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tidak

tertangani akan menyebabkan syok, stupor, dan koma

4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 hari dan bertahan selama 2-3 hari

5. Nyeri kepala, nyeriperut

6. Kembung, mualmuntah, diare, konstipasi

7. Pusing, bradikardi, nyeriotot

8. Batuk

9. Epiktaksis

10. Lidah yang berselaput

11. Hepatomegali, splenomegali,meteorismus

12. Gangguan mental berupa somnolen

13. Delirium / psikosis

14. Dapat timbul gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda

sebagai penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia

Periode infeksi demam thypoid, gejala dan tanda :

Minggu Keluhan Gejala Patologi


Minggu 1 Panas berlangsung Gangguan saluran Bakteremia
insidious, tipe panas cerna
stepladder yang
mencapai
39-40º c,
menggigil, nyeri kepala

Minggu 2 Rash, nyeri Rose sport, Vaskulitis,


abdomen, diare atau splenomegali, hiperplasi pada
konstipasi, delirium hepatomegali peyer’s patches,
nodul typhoid
pada limpa dan
hati
Minggu 3 Komplikasi : Melena, ilius, Ulserasi pada
perdarahan saluran ketegangan payer’s patches,
cerna, abdomen, koma nodul tifoid pada
perforasi dan syok limpa dan hati
Minggu 4 Keluhan menurun, Tampak sakit Kolelitiasis,
relaps, penurunan berat berat, kakeksia carrier kronik
badan
Tabel 2.1 Gejala Dan Tanda Typhoid (Nurarif & Kusuma, 2015)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah perifer lengkap


Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.
Leukositosis dapatterjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT dan juga SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus
3. Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri salmonella
typhi. Ujiwidal dimaksudkan untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum
penderita demam tifoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella typhi maka penderita
membuatantibody (agglutinin)
4. Kultur
a. Kulturdarah : bisa positif pada minggu pertama
b. Kultururine : bisa positif pada akhir minggu kedua
c. Kulturfeses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
5. Anti salmonella typhi igM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut salmonella
typhi, karena antibodyigM muncul pada hari ke3 dan 4 terjadinya demam. (Nurarif
& Kusuma, 2015)

G. PENATALAKSANAAN MEDIS / TERAPI

Medis

a. Anti Biotik (Membunuh KUman) :

1) Klorampenicol

2) Amoxicillin

3) Kotrimoxasol

4) Ceftriaxon

5) Cefixim

b. Antipiretik (Menurunkan panas) :

1) paracatamol

keperawatan

a. Observasi dan pengobatan

b. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7hari bebas demam atau kurang lebih dari
selam 14hari. MAksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi
perforasi usus.
c. Mobilisasi bertahap bila tidak panas,sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
d. Pasien dengan kesadarannya yang menurun,posisi tubuhnya harus diubah pada
waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan juga dekubitus.
e. Defekasi dan buang airkecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi
konstipasi dan diare.
f. Diet

1) Diet yang sesuaicukup kalori dan tinggi protein.

2) Pada penderita yang akutdapat diberi bubur saring.

3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2hari lalu nasi tim

4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama

7hari (Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta:

EGC).

H. PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian

1. Anamnese (Data subyektif)

a. Identitas Pasien.

Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, jenis kelamin, usia, agama, suku bangsa,
Pendidikan nomor registrasi, dan penanggung jawab (YudiElyas 2013).

2. Keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan oleh klien yaitu panas naik turun, yang

menyebabkan klien dating untuk mencari bantuan kesehatan. pada anak jika anak yang

sadar dapat langsung ditanyakan pada klien tetapi jika anak yang tidak dapat

berkomunikasi keluhan dapat ditanyakan pada orangtua klien yang sering berinteraksi

dengank lien (Utomo, 2017).


3. Riwayat penyakit sekarang

Ditemukan adanya keluhan klien yang mengalami peningkatan suhu tubuh >37,5℃ selama
lebih dari 1 minggu, disertai menggigil. Naik turunnya panas terjadi pada waktu pagi dan
sore dan berlangsung selama lebih dari 1 minggu. Keadaan semakin lemah ,kadang disertai
dengan keluhan pusing, akral hangat, takikardia, serta penurunan kesadaran.
(Purwanti2015).

4. Riwayat penyakit dahulu

Apakah pasien pernah menderita penyakit demam tifoid, atau menderita penyakit lainnya
(Elyas, 2013).

5. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah keluarga pernah menderitahi pertensi, diabetes melitus (Elyas, 2013)

6. Pola fungsi kesehatan

a. Pola nutrisi dan metabolisme

Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan
sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali (Aru, 2015).

b. Pola eliminasi

Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami diare oleh karena tirah baring lama. Sedangkan
eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan.
Klien dengan demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak
keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh (Aru,
2015).

c. Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi
komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu (Aru, 2015).
d. Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan pada orang dewasa terhadap keadaan penyakitnya (Aru,
2015).

e. Pola tidur dan istirahat

Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh (Aru, 2015).

f. Pola sensori dan kognitif

Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya tidak


mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pad klien (Aru, 2015).

g. Pola hubungan dan peran

Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan
klien harus bed rest total (Aru, 2015).

h. Pola penanggulangan stress

Biasanya orang dewasa akan tampak cemas (Aru, 2015).

7. PemeriksaanFisik

Inspeksi adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien (inspeksi
adanya lesi pada kulit). Perkusi adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetuk kan jari
tengah ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu organ tubuh.
Palpasi adalah jenis pemeriksaan fisik dengan meraba klien. Auskultasi adalah dengan
cara mendengarkan menggunakan stetoskop (auskultasi dinding abdomen untuk
mengetahui bisingusus). Adapun pemeriksaan fisik pada Klien demam tifoid diperoleh
hasil sebagai berikut :
A) Keadaan umum :

1. Keadaan umum: klien tampak lemas Kesadaran : Composmentis


TandaVital :Suhu tubuh tinggi >37,5°C ; Nadi dan frekuensi nafas menjadi lebih
cepat (Elyas, 2013).
2. Pemeriksaan kepala

Inspeksi: Pada klien demam tifoid umumnya bentuk kepala normal cephalik,
rambut tampak kotor dan kusam
Palpasi: Pada pasien demam tifoid dengan hipertermia umumnya terdapat nyeri
kepala (Muttaqin, 2014)

1. Mata

Inspeksi: Pada klien demam tifoid dengan serangan berulang umumnya salah
satunya, besar pupil tampak isokor, reflek pupil positif, konjungtiva anemis,
adanya kotoran atau tidak
Palpasi: Umumnya bola mata teraba kenyal dan melenting (Muttaqin, 2014)
2. Hidung

Inspeksi: Pada klien demam tifoid umumnya lubang hidung simetris, ada tidaknya
produksi secret, adanya pendarahan atau tidak, ada tidaknya gangguan penciuman.
Palpasi: Ada tidaknya nyeri pada saat sinus di tekan (Debora, 2013).

3. Telinga

Inspeksi: Pada klien demam tifoid umumnya simetrsis, ada tidaknya serumen.
Palpasi: Pada klien demam tifoid umumnya tidak terdapat nyeri tekan pada daerah
tragus (Muttaqin, 2014).
4. Mulut

Inspeksi: Lihat kebersihan mulut dan gigi, pada klien demam tifoid umumnya
mulut tampak kotor, mukosa bibir kering (Setyadi, 2014).
5. Kulit dan Kuku

Inspeksi: Pada klien demam tifoid umumnya muka tampak pucat, Kulit
kemerahan, kulit kering, turgor kullit menurun (Elyas, 2013).
Palpasi: Pada klien demam tifoid umumnya turgor kulit kembali <2 detik karena
kekurangan cairan dan Capillary Refill Time (CRT) kembali <2 detik.
6. Leher

Inspeksi: Pada klien demam tifoid umumnya kaku kuduk jarang terjadi, lihat
kebersihan kulit sekitar leher (Satyanegara, 2015)
Palpasi: Ada tidaknya bendungan vena jugularis, ada tidaknya pembesaran kelenjar
tiroid, ada tidaknya deviasi trakea (Debora, 2013)
7. Thorax (dada) Paruparu
Inspeksi : Tampak penggunaan otot bantu nafas diafragma, tampak Retraksi
interkosta, peningkatan frekuensi pernapasan, sesak nafas Perkusi :Terdengar suara
sonor pada ICS 1-5 dextra dan ICS 1-2 sinistra

Palpasi : Taktil fremitus teraba sama kanan dan kiri, taktil fremitus teraba lemah
Auskultasi : Pemeriksaan bisa tidak ada kelainan dan bisa juga terdapat bunyi
nafas tambahan seperti ronchi pada pasien dengan peningkatan produksi secret,
kemampuan batuk yang menurun pada klien yang mengalami penurunan kesadaran
(Mutaqin, 2014; Debora, 2013).

1. Abdomen

Inspeksi : Persebaran warna kulit merata, terdapat distensi perut atau tidak, pada
klien demam tifoid umumnya tidak terdapat distensi perut kecuali ada
komplikasi lain (Mutaqin, 2014).
Palpasi : Ada/tidaknya asites, pada klien demam tifoid umumnya terdapat nyeri
tekan pada epigastrium, pembesaran hati (hepatomegali) dan limfe
Perkusi : Untuk mengetahui suara yang dihasilkan dari rongga abdomen, apakah
timpani atau dullness yang mana timpani adalah suara normal dan dullness
menunjukan adanya obstruksi.
Auskultasi : Pada klien demam tifoid umumnya, suara bising usus normal
>15x/menit (Mutaqin, 2014).

2. Musculoskeletal

Inspeksi : Pada klien demam tifoid umumnya, dapat menggerakkan ekstremitas


secara penuh (Elyas, 2013).
Palpasi : periksa adanya edema atau tidak pada ekstremitas atas dan bawah.
Pada klien demam tifoid umumnya, akral teraba hangat, nyeri otot dan sendi
serta tulang (Elyas, 2013; Debora, 2013).

3. Genetalia dan Anus


Inspeksi :Bersih atau kotor, adanya hemoroid atau tidak, terdapat perdarahan atau
tidak, terdapat massa atau tidak. Pada klien demam tifoid umumnya tidak
terdapat hemoroid atau peradangan pada genetalia kecuali klien yang mengalami
komplikasi penyakit lain Palpasi : Terdapat nyeri tekanan atau tidak. Pada klien
demam tifoid umumnya, tidak terdapat nyeri kecuali klien yang mengalami
komplikasi penyakit lain (Mutaqin, 2014).

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses infeksi

salmonella typhi (Suratun & Lusianah 2016).

a. Batasan Karasteristik

salah satu diagnose keperawatan yang terdapat pada klien demam tifoid

adalah hipertermia. Menurut (NANDA, 2016) Batasan karakteristik dari

diagnose hipertermia adalah :

1. Kulit kemerahan

2. Peningkatan suhu tubuh diatasan kisaran normal (>37,5℃ - 40℃)

3. takipnea (pernafasan cepat dan dalam)

4. takikardia

5. kulit teraba hangat

Faktor yang berhubungan menurut (Wong, 2013):

1) Anastesia
Setiap tanda-tanda vital dievaluasi dalam kaitannya dengan efek

sampingan astesi dan tanda-tanda syok pernafasan memburuk atau

nyeri karena nastesi ini dapat menyebabkan peningkatan suhu.

2) Penurunan respirasi

penguapan yang tidak dapat keluar akan mengganggu sirkulasi

dalam tubuh sehingga menyebabkan hipertermia yang diakibatkan

oleh kenaikan sel point hipotalamus.

3) Dehidrasi

Tubuh kehilangan panas secara kontinu melalui evaporasi .sekitar

600-900 cc air tiap harinya kulit menguap dan paru-paru sehingga

terjadi kehilangan panas air ini yang menyebabkan dehidrasi pada

hipertermia.

4) Pemajanan lingkungan yang panas

panas pada 85% area luas permukaan tubuh di radiasikan

kelingkungan. Vasokontriksi perifer meminimalisasi kehilangan

panas. Jika lingkungan lebih panas dibandingkan kulit, tubuh akan

menyerap panas melalui radiasi.

5) penyakit

penyakit atau trauma hipotalamus atau sumsum tulang belakang

(yang meneruskan pesan pada hipotalamus) akan mengubah

control suhu menjadi berat.

6) Pemakaian pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan

pakaian yang tidak tebal akan memaksimalkan kehilangan panas.


7) Peningkatan laju metabolisme

panas yang dihasilkan tubuh adalah hasil sampingan metabolisme,

yaitu reaksi kimia dalam sel tubuh. Aktivitas yang membutuhkan

reaksi kimia yang akan menambah produksi panas. Sehingga

peningkatan laju metabolism sangat berpengaruh terhadap

hipertermia

8) medikasi

demam juga disebabkan oleh adanya bentuk hiper sensitivitas

terhadap obat.

3.Rencana Tindakan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tupen: 1) Suhu dalam 1. Mengkur 1) Mengetahui
Diharapkan tidak rentang dan mencatat kondisi klien
terjadi proses normal temperature (Betty &
infeksi setelah mualidari sushu ackley 2013 ).
dilakukan 36◦c- 37◦c pada tingkat
asuhan 2) RR dan nadi keparahan 2) Membantu
keperawatan dalam batas demam untuk
selama 1x24 jam normal atau menurunkan
(Suratun & 3) Membranel kapan suhu tubuh.
Lusianah, 2016). mukosa terja (Betty &
Tupan :suhu lembab di perubahan ackley 2013).
tubuh klien 4) Kulit dingin dalam kondisi
dapat kembali dan bebas menggigil 3) Meningkatkan
normal stelah dari setiap 1-4 penguapan
dilakukan keringat jam. (Betty & yang
asuhan yan ackley 2013 ). mempercepat
keperawatan g berlebihan. 2. Anjurkan penurunan
3x24 jam memakai suhu tubuh
(Suratun&Lu pakaian (Betty &
sianah , tipis ackley 2013).
2016). sebagai 4) Untuk
manajemen mengurangi
demam. suhu-suhu
(Bett tubuh yang
y & ackley panas melalui
2013). udara (Betty &
3. Pemberian ackley2013 ).
kompres
hangat pada
klien. (Betty
& ackley
2013).

4. Anjurkan
klien untuk
tidak
memakai
selimuttebal.
(Betty &
ackley 2013 ).

5. Kolaborasi 5) Untuk

dalam pemberian mengganti

cairan intravena cairan yang

seperti yang hilang (Betty &

dianjurkan oleh ackley2013 ).

dokter (Betty &

ackley 2013 ).

6. Kolaborasi 6) Hal ini umunya

dalam pemberian lebih penting

obat antibiotic untuk

yang dianjurkan mengobati

oleh dokter penyebab yang

(Betty & mendasari

ackley2013 ). peningkatan

temperatur.
(Betty & ackley

7. Anjurkan 2013).
klien

minum air putih 7) Membantu

± 2,5 ltr/hari liter cairan tubuh

(Betty & ackley yang hilang dan

2013). klien tidak

mengalami

dehidrasi.

(Betty & ackley

2013).

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuaidengan rencana yang

telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatandapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama

melaksanakan kegiatanperlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien (Santosa,

2014)

1. Tindakan Keperawatan Mandiri.

Tindakan keperawatan mandiri dilakukan oleh perawat. Misalnya

menciptakan lingkungan yang tenang, memberi kompres hangat saat

pasien demam, menganjurkan keluarga memakaikan baju yang tipis

pada anak, mengukur tanda-tanda vital pasien, menganjurkan pasien

minum air putih 1 hari ± 2,5ltr/hariliter, memposisikan anak untuk tirah

baring (Elyas, 2013).

2. Tindakan Keperawatan Kolaboratif.


Tindakan yang dilakukan oleh perawatan apabila perawat bekerja

dengan anggota perawat dan anggota kesehatan yang lain dalam

membuat keputusan bersama yang bertahan untuk mengatasi masalah

pada anak, dengan cara cek laboratorium untuk mengetahui

perkembangan anak setiap harinya, memberi suntikan injeksi dan cairan

intravena sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh dokter (Elyas,

2013).

I.DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/39232405/PATHWAY_TIFUS_2019
file:///C:/Users/Asus/Downloads/pdf-pathway-demam-tifoid_compress.pdf
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/405/1/SELESAI.pdf
https://repository.poltekkes-
smg.ac.id/repository/051_M%20REZKY%20IRVAN%20ARF%20P1337420515951_KTI%20AN
AK%20TYPHOID.pdf

Bandung, 10 Februari 2022


Mengetahui,
Pembimbing Akademik, Mahasiswa

(Drs. Rachwan Herawan,M.Kes) (Luthfiyah Nurazizah)

Anda mungkin juga menyukai