Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM PENCERNAAN
ASUHAN KEPERAWATAN THYPOID

Disusun Oleh:
TIKA KARTIKA
433131420119114

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HORIZON KARAWANG
2022
KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Typhus abdominalis / demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7hari, gangguan pada
saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 –
13tahun (70% - 80%), pada usia 30 - 40tahun (10% - 20%) dan juga diatas usia pada
anak 12 - 13 tahun sebanyak (5% - 10%). (Mansjoer, Arif. 2010).
Demam tifoid atau tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada
saluran cerna dan gangguan kesadaran. Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan
nama “Tipes” atau “Tifus” (Zulkoni dan Akhsin, 2010).
Thypoid (Typhoid fever) adalah suatu sindrom sistemik yang disebabkan oleh
bakteri salmonella thyphi. Thypoid merupakan jenis terbanyak dari salmonelosis. jenis
terbanyak dari demam enterik yaitu demam paratiroid yang disebabkan oleh S.paratyphi
A,S.schottmuelleri (semula S,paratyphi B), dan S,hirschfeldii (semula S,paratyphi C).
Thypoid memperlihatkan gejalanya lebih berat dibandingkan demam enterik lainnya
(Widagdo, 2011).
Demam typhoid merupakan penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh salmonellathypi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan,
ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia /endokardial dan juga
invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa,
kelenjar limfe usus dan peyer’s patch dan juga dapat menular pada orang lain melalui
makanan /air yang terkontaminasi (Nurarif & Kusuma, 2015).

B. ETIOLOGI
Menurut (Widagdo, 2011) penyebab utama dari thypoid adalah bakteri salmonella
typhi, bakteri ini termasuk dalam genus salmonella yang tergolong dalam familia
Enterobacteriaceae. Bakteri salmonella sifatnya bergerak, berbentuk batang, tidak
berbentuk spora, tidak berkapsul, gram (-). Bakteri ini tahan terhadap berbagai bahan
kimia, tahan hingga beberapa hari/minggu pada suhu kamar, tahan terhadap bahan
farmasi dan Tinja. Bakteri salmonella akan mati pada suhu 54.4°C dalam waktu 1 jam,
atau 60°C dalam waktu 15 menit. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, pasien membuat
antibodi atau aglutinin yaitu :
1) AglutininO (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal
dari tubuh kuman).
2) AglutininH (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigenH (berasal dari
flagel kuman).
3) AglutininVi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan
antigenVi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutininO dan jugaH yang ditentukan titernya
untuk diagnosa, makin tinggi titernya makinbesar pasien menderita tifoid. (Aru W.
Sudoyo. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 2009. Ed V.Jilid III. Jakarta: interna publishing)

C. PATOFISIOLOGI
Bakteri Salmonellatyphi bersama makanan atau minuman masuk kedalam tubuh
melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH<2) banyak bakteri
yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan
antagonis reseptor histamin H2, inhibitor pompaproton /antasida dalam jumlah besar,
akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di
usus halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan juga kemudian menginvasi mukosa
dan menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-selM, selepitel khusus
yang melapisi Peyer’s patch, merupakan tempat internalisasi Salmonellatyphi. Bakteri
mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti aliran kekelenjar limfe mesenterika bahkan
ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai kejaringan RES di organ hati dan limpa.
Salmonella typhi mengalami multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear didalam
folikel limfe, kelenjarlimfe mesenterika, hati dan limfe (Soedarmo, Sumarmo S Poorwo,
dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI).
Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya ditentukan
oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons imun pejamu maka Salmonella yphi akan
keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik.
Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ manapun, akantetapi tempat yang
disukai oeh Salmonellatyphi adalah hati, limpa, sumsum tulang belakang, kandung
empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal. Invasi kandung empedu dapat terjadi baik
secara langsung dari darah/ penyebaran retrograd dari empedu. Ekskresi organisme
diempedu dapat menginvasi ulang dinding usus /dikeluarkan melalui tinja. Peran
endotoksin dalam patogenesis demam tifoid tidakjelas, hal tersebut terbukti dengan tidak
terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan limulus. Diduga
endotoksin dari Salmonellatyphi menstimulasi makrofag di dalam hati, limpa, folikel
limfoma usus halus dan juga kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi sitokin dan
zat-zat lain. Produk dari makrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem
vaskular yang tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada darah
dan jugamenstimulasi sistem imunologik (Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. 2012.
Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI).

D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala pada anak : inkubasi antara 5 – 40 hari dengan rata-rata 10 – 14 hari
1. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
2. Demam turun pada minggu ke - empat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan syok, stupor, dan koma
3. Ruam muncul pada hari ke 7-10 hari dan bertahan selama 2-3 hari
4. Nyeri kepala, nyeri perut
5. Kembung, mual muntah, diare, konstipasi
6. Pusing, bradikardi, nyeri otot
7. Batuk
8. Epiktaksis
9. Lidah yang berselaput
10. Hepatomegali, splenomegali, meteorismus
11. Gangguan mental berupa somnolen
12. Delirium / psikosis
13. Dapat timbul gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai penyakit
demam akut dengan disertai syok dan hipotermia
Periode infeksi demam thypoid, gejala dan tanda :
MINGGU KELUHAN GEJALA PATOLOGI
Panas berlangsung
insidious, tipe panas
stepladder yang Gangguan saluran
Minggu 1 Bakteremia
mencapai 39-40º c, cerna
menggigil, nyeri
kepala
Vaskulitis,
Rash, nyeri Rose sport, hiperplasi pada
Minggu 2 abdomen, diare atau splenomegali, peyer’s patches,
konstipasi, delirium hepatomegali nodul typhoid pada
limpa dan hati
Komplikasi : Ulserasi pada
Melena, ilius,
perdarahan saluran payer’s patches,
Minggu 3 ketegangan
cerna, perforasi dan nodul tifoid pada
abdomen, koma
syok limpa dan hati
Keluhan menurun,
Tampak sakit berat, Kolelitiasis, carrier
Minggu 4 relaps, penurunan
kakeksia kronik
berat badan

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.
Leukositosit bisa terjadi walapun tanpa disertai infeksi sekunder.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus.
3. Pemeriksaan uji widal
Uji wedal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri salmonella
typhi. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum
penderit demam tifoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella typhi maka penderita
membuat antibodi (aglutinin).
4. Kultur
a. Kultur darah: bisa positif pada minggu pertama.
b. Kultur urin: bisa positif akhir minggu kedua.
c. Kultur feses: bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga.
5. Anti salmonella typhi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut salmonella
typhi,karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3 dan 4 terjadinya demam.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Farmakologi
a. Choramphenicol, dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali pemberian,
oral,atau Iv selama14 hari.
b. Bila ada kontraindikasi : choramphenicol diberikan ampicilin dengan dosis 200
mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian intravena saat belum dapat
minum obat, selama 21 hari, atau amoxcilin dengan dosis 100
mg/kgBB/hari,terbagi 3-4 kali. Pemberian oral/intravena selama 21 hari
kontrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali
pemberian oral selama 14 hari.
c. Pada kasus berat, dapat diberi ceftriaxon dengan dosis 50 mg/kgBB/kali dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sekali sehari,intravena,selama 5-7
hari.
d. Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah
meropenem , azithromisin, dan fluoroquinolon.
2. Non Farmakologi
a. Observasi dan pengobatan
b. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam atau kurang lebih
dari selam 14 hari. maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya
komplikasi perforasi usus.
c. Mobilisasi bertahap bila tidak panas,sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
d. Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah pada
waktu - waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan juga
dekubitus.
e. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi
konstipasi dan diare.
f. Diet
1) Diet yang sesuai kebutuhan kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7
hari (Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC).
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1) Biodata
a. Nama
b. Tanggal lahir
c. Usia
Presentase penderita dengan usia di atas 12-29 tahun 70-80%, 30-39 tahun 10-
20% dan penderita dengan usia di atas 40 tahun 5-10%. Tetapi umumnya
penyakit ini lebih sering diderita anak-anak.
d. Pekerjaan
Pekerjaan yang lebih banyak beraktivitas di lapangan dan kurang menjaga
kebersihan maka kemungkinan mengalami sakit thypoid.
e. Jenis kelamin
Pada pria lebih banyak terpapar dengan kuman Salmonela Typhi dibandingkan
wanita karena aktivitas di luar rumah lebih banyak.
f. Alamat / Lingkungan
Penyebaran penyakit thypoid dipengaruhi oleh kebersihan lingkungan yang
kotor dan pribadi kurang diperhatikan.
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pada umumnya penyakit pada pasien thypoid, demam, anoreksia, mual,
muntah, diare, perasaan tidak enak diperut, pucat (anemi), nyeri kepala/pusing,
nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa samnolen sampai
koma.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit thypoid, apakah pasien
menderita penyakit lainnya.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau
sakit yang lainnya.
3) Pola - Pola Fungsi Kesehatan
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Kebiasaan tidak cuci tangan dengan bersih dapat terkena kuman Salmonella
Typhi. Kebiasaan makan ditempat terbuka, kebiasaan mencuci tangan dengan
alakadarnya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor
dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi
berubah. Adanya demam dan keluhan badan panas.
c. Pola aktivitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien
akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
d. Pola tidur
Kebiasaan tidur pasien akan terganggu karena suhu badan yang meningkat,
sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.
e. Pola eliminasi
Pada pasien thypoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih
pasien biasa mengalami penurunan (kurang dari normal).
f. Pola hubungan interpersonal
Adanya penurunan kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan
interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan
perannya selama sakit.
g. Persepsi diri dan konsep diri
Terjadi perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah
penyakitnya, pasien mungkin merasa cemas dan stres, perubahan kepribadian.
h. Pola tata nilai dan kepercayaan
Timbulnya distress dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi
cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.
4) Persepsi sensori dan kognitif
a. Tanda-tanda vital
Biasanya pada pasien thypoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat
akan tetapi bila didapatkan tachikardi saat pasien mengalami peningkatan suhu
tubuh. Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat
febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu
tubuh berangsur-angsur naik tiap harinya, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu kedua, pasien
terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu berangsur-
angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
b. Kesadaran Umum
Kesadaran pasien menurun walaupun berapa dalam, yaitu apatis sampai
samnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah (kecuali bila penyakitnya
berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Disamping gejala-gejala
tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak
terdapat reseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam
kapiler kulit yang ditemukan dalam minggu pertama demam. Kadang-kadang
ditemukan pula bradikardi dan epitaksis pada anak besar.
5) Pemeriksaan fisik
a. Mata
Konjungtiva anemis, mata cekung
b. Mulut
Terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden), lidah tertutup selaput putih, sementara ujung dan tepinya bewarna
kemerahan, dan jarang disertai tremor
c. Abdomen
Dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus), bisa terjadi
konstipasi atau mungkin diare atau normal
d. Hati dan Limfa
Membesar disertai nyeri pada perabaan
e. Kulit
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
f. Sistem ekstermitas
Apakah ada gangguan pada ekstremitas atas dan bawah atau tidak ada
gangguan..

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipovolemia berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan menelan makanan
3. Hipertermia berhubungan dengan Proses penyakit
4. Diare berhubungan dengan Proses infeksi
5. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis
6. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan
7. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpapar informasi
8. Risiko Perdarahan berhubungan dengan Proses keganasan

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI
Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia
berhubungan keperawatan selama 3 kali 24 Observasi
dengan jam diharapkan Status Cairan - Periksa tanda dan gejala
Kehilangan membaik dengan KH: hipovolemia (mis. frekuensi
cairan aktif 1. Kekuatan nadi meningkat nadi meningkat, nadi teraba
2. Turgor kulit meningkat lemah, tekanan darah
3. Output urine meningkat menurun, tekanan nadi
4. Pengisian vena menyempit, turgor kulit
meningkat menurun, membran mukosa
5. Ortopnea menurun kering, volume urin menurun,
6. Dispnea menurun hematókrit meningkat, haus,
7. Proxymal nocturnal lemah)
dyspnea (PND) menurun - Monitor intake dan output
8. Edema anasarka cairan
menurun Terapeutik
9. Edema perifer menurun - Hitung kebutuhan cairan
10. Berat badan menurun - Berikan posisi modified
11. Suara nafas tambahan Trendelenburg
menurun - Berikan asupan cairan oral
12. Keluhan haus menurun Edukasi
13. Distensi vena juguralis - Anjurkan memperbanyak
menurun asupan cairan oral
14. Konsentrasi menurun - Anjurkan menghindari
15. Kongesti paru menurun perubahan posisi mendadak
16. Perasaan lemah menurun Kolaborasi
17. Konsentrasi urine - Kolaborasi pemberian cairan
menurun IV isotonis (mis. NaCl, RL)
18. Frekuensi nadi membaik - Kolaborasi pemberian cairan
19. Tekanan darah membaik IV hipotonis (mis. glukosa
20. Tekanan nadi membaik 2,5%, NaCI 0,4%)
21. Membran mukosa - Kolaborasi pemberian cairan
membaik koloid (mis. albumin,
22. Jugular venous pressure Plasmanate)
(JVP) membaik - Kolaborasi pemberian produk
23. Kadar Hb membaik darah
24. Kadar Ht membaik
25. Central venous presure
membaik
26. Refluks hepatojugular
membaik
27. Berat badan membaik
28. Hepatomegali membaik
29. Oliguria membaik
30. Intake cairan membaik
31. Status mental membaik
32. Suhu tubuh membaik
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
berhubungan keperawatan selama 3 kali 24 Observasi
dengan jam diharapkan status nutrisi - Identifikasi status nutrisi
Ketidakmampuan membaik dengan KH: - Identifikasi alergi dan
menelan 1. Porsi makanan yang intoleransi makanan
makanan dihabiskan meningkat - Identifikasi makanan yang
2. Kekuatan otot disukai
mengunyah meningkat - Identifikasi kebutuhan kalori
3. Kekuatan otot menelan dan jenis nutrien
meningkat - Identifikasi perlunya
4. Serum albumin penggunaan selang nasogastrik
meningkat - Monitor asupan makanan
5. Verbalisasi keinginan - Monitor berat berat badan
untuk meningkatkan - Monitor hasil pemeriksaan
nutrisi meningkat laboratorium
6. Pengetahuan tentang Terapeutik
pilihan makanan yang - Lakukan oral hygiene sebelum
sehat meningkat makan, Jika perlu
7. Pengentahuan tentang - Fasilitasi menentukan
piliahan minuman yang pedoman diet (mis.Piramida
sehat meningkat makanan)
8. Pengetahuan tentang - Sajikan makanan secara
standar asupan nutrisi menarik dan suhu yang sesuai
yang tepat meningkat - Berikan makanan tinggi serat
9. Penyiapan dan untuk mencegah konstipasi
penyimpanan makanan - Berikan makanan tinggi kalori
yang aman meningkat dan tinggi protein
10. Penyiapan dan - Berikan suplemen makanan,
penyimpanan minuman jika perlu
yang aman meningkat - Hentikan pemberian makanan
11. Perasaan cepat kenyang melalui selang nasogastrik jika
menurun asupan oral dapat ditoleransi
12. Nyeri abdomen menurun Edukasi
13. Sariawan menurun - Anjurkan posisi duduk, jika
14. Rambut rontok menurun mampu
15. Diare menurun - Ajarkan diet yang
16. Berat badan membaik diprogramkan
17. Indeks masa tubuh (IMT) Kolaborasi
membaik - Kolaborasi pemberian
18. Frekuensi makan medikasi sebelum makan
membaik (mis.pereda nyeri, antiemetik),
19. Nafsu makan membaik jika perlu
20. Bising usus membaik - Kolaborasi dengan ahli gizi
21. Tebal lipatan kulit trisep untuk menentukan jumlah
membaik kalori dan jenis nutrien yang
22. Membran mukosa dibutuhkan, jika perlu
membaik
Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia
berhubungan keperawatan selama 3 kali 24 Observasi
dengan Proses jam diharapkan Termoregulasi - Identifikasi penyebab
penyakit membaik dengan KH: hipertermia (mis. dehidrasi,
1. Menggigil menurun terpapar lingkungan panas,
2. Kulit merah menurun penggunaan inkubator)
3. Kejang menurun - Monitor suhu tubuh
4. Akrosianosis menurun - Monitor kadar elektrolit
5. Konsumsi oksigen - Monitor haluaran urine
menurun - Monitor komplikasi akibat
6. Piloereksi menurun hipertermia
7. Vasokontriksi perifer Terapeutik
menurun - Sediakan lingkungan yang
8. Kutis memorata menurun dingin
9. Pucat menurun - Longgarkan atau lepaskan
10. Takikardi menurun pakaian
11. Takipnea menurun - Basahi dan kipasi permukaan
12. Bradikardi menurun tubuh
13. Dasar kuku sianosik - Berikan cairan oral
menurun - Ganti linen setiap hari atau
14. Hipoksia membaik lebih sering jika mengalami
15. Suhu tubuh membaik hiperhidrosis (keringat
16. Suhu kulit membaik berlebih)
17. Kadar glukosa darah - Lakukan pendinginan
membaik eksternal (mis. selimut
18. Pengisian kapiler hipotermia atau kompres
membaik dingin pada dahi, leher, dada,
19. Ventilasi membaik abdomen, aksila)
20. Tekanan darah membaik - Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu
Diare Setelah dilakukan tindakan Manajemen Diare
berhubungan keperawatan selama 3 kali 24 Observasi
dengan Proses jam diharapkan Eliminasi - Identifikasi penyebab diare
infeksi Fekal membaik dengan KH : (mis. inflamasi
1. Kontrol pengetahuan gastrointestinal, Iritasi
feses meningkat gastrointestinal, proses infeksi,
2. Keluhan defekasi lama malabsorpsi, ansietas, stres,
dan sulit menurun efek obat-obatan, pemberian
3. Mengejan saat defekasi botol susu)
menurun - Identifikasi riwayat pemberian
4. Distensi abdomen makanan
menurun - Identifikasi gejala invaginasi
5. Teraba massa pada rektal (mis. tangisan keras,
menurun kepucatan pada bayi)
6. Urgency menurun - Monitor wama, volume,
7. Nyeri abdomen menurun frekuensi, dan konsistensi tinja
8. Kram abdomen menurun - Monitor tanda dan gejala
9. Konsistesi fases hipovolemia (mis. takikardia,
membaik nadi teraba lemah, tekanan
10. Frekuensi defekasi darah turun, turgor kulit turun,
membaik mukosa mulut kering, CRT
11. Feristaltik usus membaik melambat, BB menurun)
- Monitor iritasi dan ulserasi
kulit di daerah perianal
- Monitor jumlah pengeluaran
diare
- Monitor keamanan penyiapan
makanan
Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral
(mis. larutan garam gula,
oralit, pedialyte, renalyte)
- Pasang Jalur intravena
- Berikan cairan intravena (mis.
ringer asetat, ringer laktat),
jika perlu
- Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap
dan elektrolit
- Ambil sampel feses untuk
kultur, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan makanan porsi kecil
dan sering secara bertahap
- Anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas,
pedas dan mengandung laktosa
- Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas (mis. loperamide,
difenoksilat)
- Kolaborasi Kolaborasi
pemberian obat
antispasmodic / spasmolitik
(mis. papaverin, ekstak
belladonna mebeverine)
- Kolaborasi pemberian obat
pengeras feses (mis. atapulgit,
smektit, kaolin-pektin)
Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
berhubungan keperawatan selama 3 kali 24 Observasi
dengan Agen jam diharapkan Tingkat Nyeri - Identifikasi lokasi
pencedera Menurun dengan KH: karakteristik, durasi, frekuensi,
fisiologis 1. Kemampuan kualitas, intensitas nyeri
menuntaskan aktivitas - Identifikasi skala nyeri
meningkat - Identifikasi respon nyeri non
2. Keluhan nyeri menurun verbal
3. Meringis menurun - Identifikasi faktor yang
4. Sikap protektif menurun memperberat dan
5. Gelisah menurun memperingan nyeri
6. Kesulitan tidur menurun - Identifikasi pengetahuan dan
7. Menarik diri menurun keyakinan tentang
8. Berfokus pada diri - Identifikasi pengaruh budaya
sendiri menurun terhadap respon nyeri
9. Diaforesis menurun - Identifikasi pengaruh nyeri
10. Perasaan depresi tertekan pada kualitas hidup
menurun - Monitor keberhasilan terapi
11. Perasaan takut komplementer yang sudah
mengalami cedera diberikan
berulang menurun - Monitor efek samping
12. Anoreksia menurun Penggunaan analgetik
13. Perineum terasa tertekan Terapeutik
menurun - Berikan teknik non
14. Uterus teraba membulat farmakologis untuk
menurun mengurangi rasa nyeri (mis.
15. Ketegangan otot menurun TENS, hypnosis, akupresur,
16. Pupil dilatasi menurun terapi musik, biofeedback,
17. Mual menurun terapi pijat, aromaterapi, teknik
18. Muntah menurun imajinasi terbimbing, kompres
19. Frekuensi nadi membaik hangat atau dingin, terapi
20. Pola nafas membaik bermain)
21. Tekanan darah membaik - Kontrol lingkungan yang
22. Proses berpikir membaik memperberat rasa nyeri (mis.
23. Fokus membaik suhu ruangan, pencahayaan,
24. Fungsi berkemih kebisingan)
membaik - Fasilitasi istirahat dan tidur
25. Perilaku membaik - Pertimbangkan jenis dan
26. Nafsu makan membaik sumber nyeri dalam pemilihan
27. Pola tidur membaik strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan penggunaan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik Jika perlu
Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
aktivitas keperawatan selama 3 kali 24 Observasi
berhubungan jam diharapkan Toleransi - Identifikasi gangguan fungsi
dengan Aktivitas Meningkat dengan tubuh yang mengakibatkan
Kelemahan KH : kelelahan
1. Frekuensi nadi meningkat - Monitor kelelahan fisik dan
2. Saturasi oksigen emosional
meningkat - Monitor pola dan jam tidur
3. Kemudahan dalam - Monitor lokasi dan
melakukan aktivitas ketidaknyamanan selama
sehari-hari meningkat melakukan aktivitas
4. Kecepatan berjalan Terapeutik
meningkat - Sediakan lingkungan nyaman
5. Jarak berjalan meningkat dan rendah stimulus (mis.
6. Kekuatan tubuh bagian Cahaya, suara, kunjungan)
atas meningkat - Lakukan latihan rentang gerak
7. Kekuatan tubuh bagian pasif dan atau aktif
bawah meningkat - Berikan aktivitas distraksi
8. Toleransi dalam menaiki yang menenangkan
tangga meningkat - Fasilitasi duduk disisi tempat
9. Keluhan lelah menurun tidur, jika tidak dapat
10. Dispnea saat aktivitas berpindah atau berjalan
menurun Edukasi
11. Dispnea setelah aktivitas - Anjurkan tirah baring anjurkan
menurun melakukan aktivitas secara
12. Perasaan lemah menurun bertahap
13. Aritmia saat aktivitas - Anjurkan menghubungi
menurun perawat jika tanda dan gejala
14. Sianosis menurun keluhan tidak berkurang
15. Warna kulit membaik - Ajarkan strategi coping untuk
16. Tekanan darah membaik mengurangi kelelahan
17. Frekuensi napas Kolaborasi
membaik - Kolaborasi dengan ahli gizi
18. EKG iskemia membaik tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan
Pengetahuan keperawatan selama 3 kali 24 Observasi
berhubungan jam diharapkan Tingkat - Identifikasi kesiapan dan
dengan Kurang Pengetahuan meningkat kemampuan menerima
terpapar dengan KH : informasi
informasi 1. Perilaku sesuai anjuran - Identifikasi faktor-faktor yang
meningkat dapat meningkatkan dan
2. Verbalisasi minat dalam menurunkan motivasi perilaku
belajar meningkat hidup bersih dan sehat
3. Kemampuan Terapeutik
menjelaskan pengetahuan - Sediakan materi dan media
tentang suatu topik pendidikan kesehatan
meningkat - Jadwalkan pendidikan
4. Kemampuan kesehatan sesuai kesepakatan
menggambarkan - Berikan kesempatan untuk
pengalaman sebelumnya bertanya
yang sesuai dengan topik Edukasi
meningkat - Jelaskan faktor risiko yang
5. Perilaku sesuai dengan dapat mempengaruhi
pengetahuan meningkat kesehatan
6. Pertanyaan tentang - Ajarkan perilaku hidup bersih
masalah yang dihadapi dan sehat
menurun - Ajarkan strategi yang dapat
7. Persepsi yang keliru digunakan untuk
terhadap masalah meningkatkan perilaku hidup
menurun bersih dan sehat
8. Menjalani pemeriksaan
yang tidak tepat menurun
9. Perilaku membaik
Risiko Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Perdarahan
Perdarahan keperawatan selama 3 kali 24 Observasi
berhubungan jam diharapkan Tingkat - Monitor tanda dan gejala
dengan Proses perdarahan menurun dengan perdarahan
keganasan KH : - Monitor nilai hematokrit /
1. Kelembapan membran hemoglobin sebelum dan
mukosa meningkat setelah kehilangan darah
2. Kelembapan kulit - Monitor tanda-tanda vital
meningkat ortostatik
3. kognitif meningkat - Monitor koagulasi (mis.
4. Hemoptisis menurun prothrombin time (PT), partial
5. Hematemesis menurun thromboplastin time (PTT),
6. Hematuria menurun fibrinogen, degradasi fibrin
7. Perdarahan anus dan/atau platelet)
menurun Terapeutik
8. Distensi abdomen - Pertahankan bedrest selama
menurun perdarahan
9. Perdarahan anus - Batasi tindakan invasif, jika
menurun perlu
10. Perdarahan vagina - Gunakan kasur pencegah
menurun dekubitus
11. Perdarahan pasca operasi - Hindari pengukuran suhu
menurun rektal
12. Hemoglobin membaik Edukasi
13. Hematokrit membaik - Jelaskan tanda dan gejala
14. Tekanan darah membaik perdarahan
15. Suhu tubuh membaik - Anjurkan menggunakan kaus
kaki saat ambulasi
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
- Anjurkan menghindari aspirin
atau antikoagulan
- Anjurkan meningkatkan
asupan makanan dan vitamin
K
- Anjurkan segera melapor jika
terjadi perdarahan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika
perlu
- Kolaborasi pemberian produk
darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak
tinja, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Aristia Ningsih, Putri. 2018. “Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam
Tifoid Diwilayah Kerja Puskesma Ngrambe Kabupaten Ngawi Tahun 2018”. Skripsi.
Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.
http://repository.stikes-bhm.ac.id/36/1/6.pdf
Fajar Kustiawan, Ciputra. 2019. “Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan
Riwayat Thypoid Pada Anak Umur 7-12 Tahun”. Skripsi. Stikes Insan Cendekia
Medika Jombang.
http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/2255/
Fauzan, Rahmat. 2019. “Asuhan Keperawatan Pada An. Z Dengan Demam Typoid
Diruangan Anak Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2019”. Karya Tulis
Ilmiah. Stikes Perintis Padang.
http://repo.stikesperintis.ac.id/839/
Izazi, Amalina. 2018. “Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Utama Demam Typhoid”.
Jurnal Kesehatan Vol. 11. No. 2.
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/kesehatan/article/download/6137/5836
Magdalena Lolon, Maria. 2018. “Asuhan Keperawatan Pada "An. S" Dengan Gangguan
Sistem Pencernaan (Demam Thypoid) Di Ruang Lambu Barakati Anak Rsu
Bahteramas Kendari”. Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Kendari.
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/579/
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai