Disusun Oleh:
ALIF LUSY WULANDARI
NIM. 01.3.21.00473
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih
Anugerah- Nya, Penyertaan-Nya, Perlindungan-Nya, serta Petunjuk-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan “Asuhan Keperawatan Anak An. S dengan Kasus
Demam Thypoid Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi di Ruang Mawar RSUD.
Kota Kendari
Penyusun
BAB 1
TINJAUAN TEORI
1.1.2 Etiologi
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan
salmonella parathypi (S. Parathypi A dan B serta C). Bakteri ini berbentuk batang,
gram negatif, mempunyai flagela, dapat hidup dalam air, sampah dan debu. Namun
bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu 600 selama 15- 20 menit. Akibat
infeksi oleh salmonella thypi, pasien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O
(berasal dari tubuh kuman).
2) Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigenH
(berasal dari flagel kuman).
3) Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan
antigen Vi (berasal dari simpai kuman).
1.1.4 Patofisiologi
Kuman salmonella typhi yang masuk ke saluran gastrointestinal akan di telan
oleh sel-sel fagosit ketika masuk melewati mukosa dan oleh makrofag yang ada di
dalam laminaprophia. Sebagian dari salmonella typhi ada yang dapat masuk ke usus
halus mengadakan invaginasi kejarinagn limfoid usus halus (lakpeyer) dan jaringan
limfoid mesenterika.Kemudian salmonella typhi masuk melalui folikel limfa ke
saluran limphatik dan sirkulasi darah sistemik sehingga terjadi bakterimia.
Bakterimia pertama-tama menyerang sistem retikulo endothelial (RES) yaitu : hati,
limpa, dan tulang, kemudian selanjutnya mengenai seluruh organ di dalam tubuh
antara lain sistem saraf pusat, ginjal, dan jaringan limpa (Muttaqin & Sari, 2011).
Usus yang terserang tifus umumnya ileum distal, tetapi kadang bagian lain
usus halus dan kolon proksimal juga di hinggapi. Pada mulanya, plakatpeyer penuh
dengan vagosit, membesar, menonjol, dan tampak seperti infiltrate atau hyperplasia
dimukosa usus (Muttaqin & Sari, 2011).
Pada akhir minggu pertama infeksi, terjadi nekrosis dan tukak.Tukak ini lebih
besar di ileum dari pada di kolon sesuai dengan ukuran plakpeyer yang ada
disana.Kebanyakan tukaknya dangkal, tetapi kadang lebih dalam sampai
menimbulkan perdarahan.Perforasi terjadi pada tukak yang menembus serosa.Setelah
penderita sembuh, biasanya ulkus membaik tanpa meninggalkan jaringan parut dan
fibrosis (Muttaqin & Sari, 2011).
Masuknya kuman kedalam intestinal terjadi pada minggu pertama dengan
tanda dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu akan naik pada malam hari
dan akan menurun menjelang pagi hari. Demam yang terjadi pada masa ini di sebut
demam interminten (suhu yang tinggi, naik turun, dan turunnya dapat mencapai
normal). Disamping peningkatan suhu tubuh, juga akan terjadi obstipasi sebagai
akibat penurunan motilitas suhu, namun hal ini tidak selalu terjadi dan dpat pula
terjadi sebalinya. Setelah kuman melewati fase awal intestinal, kemudian masuk ke
sirkulasi sistemik dengan tanda peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi dan
tanda-tanda infeksi pada ERS seperti nyeri perut kanan atas, splenomegali, dan
hepatomegali (Muttaqin & Sari, 2011).
Pada minggu selanjutnya dimana infeksi fokal intestinal terjadi dengan
tanda-tanda suhu tubuh masih tetap tinggi, tetapi nilainya lebih rendah dari fase
bakterimia dan berlangsung terus menerus (deman kontinu), lidah kotor, tepi lidah
hiperemesis, penurunan peristaltik, gangguan digesti dan absorpsi sehingga akan
terjadi distensi, diare dan pasien merasa tidak nyaman. Pada masa ini dapat terjadi
perdarahan usus, perforasi, dan peritonitis dengan tanda distensi abdomen berat,
peristaltik menurun bahkan hilang, melena, syok, dan penurunan kesadaran
(Muttaqin & Sari, 2011).
1.1.5 Pathway
Salmonella thyposa
Saluran pencernaan
Hepatomegali Metabolisme
Plaque peyeri di Splenomegali tubuh
ileum terminalis meningkat
Pendesakan ke daerah
ulu hati
Tukak
Demam /
peningkatan
Nyeri perabaan suhu tubuh
Resiko Merangsang
Perdarahan dan impuls ke
perforasi pada pusat kenyang Gangguan rasa Hipertermi
usus di medulla nyaman
oblongata
Kekurangan
Defisit
volume cairan
Nutrisi
1.1.7 Komplikasi
1. Pendarahan usus.
Bila sedikit,hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan
benzidin. Jika perdarahan banyak, maka terjadi melena yang dapat disertai
nyeriperut dengan tanda-tanda renjatan.
2. Perforasi usus.
Timbul biasanya pada minggu ketiga /setelahnya dan terjadi pada bagian
distal ileum.
3. Peritonitis.
Biasanya menyertai perforasi,tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomenakut, yaitu nyeri perut hebat, dinding abdomen
tegang, dan nyeri tekan.
4. Komplikasi diluar usus.
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis, yaitu
meningitis,kolesistisis, ensefalopati, danlain-lain (Susilaningrum,
Nursalam, & Utami, 2013).
1.1.8 Penatalaksanaan
1. Tirah baring (bedrest) total selama demam sampai dengan 2 minggu
normal kembali. Seminggu kemudian boleh duduk dan selanjutnya berdiri
dan berjalan.
2. Makanan harus mengandung cukup cairan , kalori dan tinggi protein, tidak
boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun menimbulkan
banyak gas.
5. Obat terpilih adalah kloramfenikol 100 mg/KGB/hari dibagi
dalam 4 dosis selama 10 hari. Dosis maksimal klorampenikol 2
g/hari. Kloramphenikol tidak boleh diberikan bila jumlah leukosit ≤
2000/ul. Bila pasien alergi dapat diberikan golongan penisilin atau
kotrimoksazol.
Termoregulasi..............................................................................................L.4134
Definisi : pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal
Ekspetasi Membaik
Kriteria Hasil
Kriteria Hasil
Status Nutrisi....................................................................................L.03030
Definisi : keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Ekspetasi Membaik
Kriteria Hasil
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh akibat disfungsi
termoregulasi.
Tindakan
Observasi
Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
penggunaan inkubator)
Monitor suhu tubuh
Monitor kadar elektrolit
Monitor keluaran urine
Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
Sediakan lingkungan yang dingin
Longgarkan atau lepaskan pakaian
Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih)
Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjarukan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat
ketidakseimbangan cairan.
Tindakan
Observasi
Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisisan
kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
Monitor berat badan harian
Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit, NA, Cl, berat jenis
urine, BUN)
Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP, PAP, PCWP jika tersedia)
Terapeutik
Catat intake-output dan hitunge balance cairan 24 jam
Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
Status Nutrisi....................................................................................L.03030
Definisi : keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Ekspetasi Membaik
Kriteria Hasil
Fungsi Gastrointestinal.........................................................................L.03019
Definisi : kemampuan saluran cerna untuk memasukkan dan mencerna makanan serta
menyerap nutrisi dan membuang zat sisa.
Ekspetasi Membaik
Kriteria Hasil
Nafsu makan....................................................................................L.03024
Definisi : keinginan untuk makan.
Ekspetasi Membaik
Kriteria Hasil
Status Menelan....................................................................................L.06052
Definisi : jalan makanan dari mulut smapai abdoem adekuat.
Ekspetasi Membaik
Kriteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Mempertahankan makanan 1 2 3 4 5
dimulut
Reflek menelan 1 2 3 4 5
Kemampuan mengosongkan 1 2 3 4 5
mulut
Kemampuan mengunyah 1 2 3 4 5
Usaha menelan 1 2 3 4 5
Pembentukan bolus 1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurn
Frekuensi tersedak 1 2 3 4 5
Batuk 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Refluks lambung 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Regurgitasi 1 2 3 4 5
Memburu cukup Sedang Cukup Membaik
k Memburuk Membaik
Produksi saliva 1 2 3 4 5
Pnerimaan makanan 1 2 3 4 5
Kualitas suara 1 2 3 4 5
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang.
Tindakan
Observasi
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Identifikasi makanan yang disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makanan selang nasogastrik jika asupan oral dapat
ditolerasi
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan , jika perlu
Definisi
Mengumpulkan dan menganalisis data yang berkaitan dengan asupan dan status gizi.
Tindakan
Observasi
Identifikasi faktor yang mempengaruhi asupan gizi (mis. Pengetahuan,
ketersediaan makanan, agama/ kepercayaan, budaya, mengunyah adekuat,
gangguan menelan, penggunaan obat-obatan atau pasca operasi)
Identifikasi perubahan berat badan
Identifikasi kelainan pada kulit (mis. Memar yang berlebihan, luka yang sulit
sembuh, dan perdarahan)
Identifikasi kelainan pada rambut (mis. Kering, tipis, kasar dan mudah patah)\
Identifikasi pola makan (mis. Kesukaan/ketidaksukaan makanan, konsumsi
makanan cepat saji, makan terburu-buru)
Identifikasi kelainan pada kuku (mis. Berbentuk sendok, retak, mudah patah,
dan bergerigi)
Identifikasi keamampuan menelan (mis. Fungsi motorik wajah, refleks menelan,
dan refleks gigi)
Identifikasi kelainan rongga mulut (mis. Peradangan, gusi berdarah, bibir
kering dan retak, luka)
Identifikasi kelainan eliminasi (mis. Diare, darah, lendir, dan eliminasi yang
tidak benar)
Monitor mual dan muntah
Monitor asupan oral
Monitor warna konjungtiva
Monitor hasil laboratorium (mis. Kadar kolesterol, albumin, serum, transferrin,
kreatinin, hemoglobin, hematokrit, dan elektrolit darah)
Terapeutik
Timbang berat badan
Ukur antropemetrik komposisi tubuh (mis. Indeks massa tubuh, pengukuran
pinggang, dan ukuran lipatan kulit)
Hitung perubahan berat badan
Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasi hasil pemantauan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnosis. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnosis. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnosis. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Widagdo, (2010). Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi pada Anak dengan
Demam. Jakarta : Sagung Seto
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PRODI PENDIDIKANPROFESI NERS PROGRAM PROFESI
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
1. BIODATA
A. Identitas Pasien
Nama Pasien : An. S No. Reg : 165103
Nama Panggilan : An. S
Umur : 11 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Tidak terkaji
Alamat : Pesantren, kediri
Diagnosa Medis : Demam Typhoid
Tanggal MRS : 29 November 2021
Tanggal Pengkajian : 29 November 2021
Golongan Darah :-
B. Natal : Ibu melahirkan di Rumah Sakit Umum Balikpapan dan bayi lahir dengan sehat.
GENOGRAM
Tidak terkaji
6. DATA PSIKOSOSIAL
A. Yang Mengasuh Anak :
Keluarga mengatakan pasien diasuh oleh ayah dan ibu kandung.
B. Hubungan Dengan Anggota Keluarga :
Keluarga pasien mengatakan hubungan pasien dengan keluarga adalah anak kandung.
C. Hubungan Dengan Teman Sebaya :
Keluarga menagtakan hubungn pasien dengan teman sebayanya baik.
D. Pembawaan Secara Umum :
Keluarga mengatakan pasien tampak dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
3. SIKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada
bising usus
BB sebelum sakit : 23 Kg,
BB sewaktu sakit : 21 Kg,
Bising usus : 4 x/menit
09.45 3. Melakukan pemeriksaan laboratorium ALIF LUSY
Hb : 11,6 mg/dl
Ht : 35,5%
ALIF LUSY
10.00 4. Memberikan edukasi kepada keluarga dan
pasien untuk makan sedikit tapi sering
Pasien dapat mencukupi nutrisi
dengan baik
TINDAKAN KEPERAWATAN
ALIF LUSY
2. 2. 30 Nov 1. Memonitor asupan makanan
2021
Ibu mengatakan pasien nafsu makan
10.00
membaik, makan habis setengah porsi
2. Menganjurkan pasien meningatkan intake ALIF LUSY
10.15
cairan dan nutrisi
Ibu pasien mengatakan
10.30 mengkonsumsi air putih kurang lebih
1000 ml/hari
3. Menanyakan jika ada mual dan muntah ALIF LUSY
2. 2 29 Nov
S : Ibu mengatakan nafsu makan turun makan ALIF LUSY
2021
10.10 habis 5 sendok, mengalami penurunan BB
O:
- Hb : 11,6 mg/dl
- Ht : 35,5%
- Mukosa bibir kering
- BB : 21 Kg
A : Masalah deficit nutisi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi status nutrisi
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- Sajikan makanan secara menari dan suhu
yang sesuai
- Kolaborasi dengan ahli gizi
EVALUASI KEPERAWATAN