Anda di halaman 1dari 35

KELOLAAN DEMAM TYPHOID Ny I.

DIRUANG CENDANA
RS POLRI SUKANTO JAKARTA TIMUR

OLEH :
MALADEWI, S.kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
JAKARTA
2018

1
BAB 1
THYPOID FEVER

A. DEFINISI
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella
thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama
terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi,
kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta
standar higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjuntak, C.H,
2009).
Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman Salmonella Thypi (yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala
demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran
(Arief,M.2009).
Tifoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh
salmonella thypii, penyakit ini dapat ditularkan melaui kuman, mulut atau minuman yang
terkontaminasi oleh kuman salmonella thypii (Azis H.A. 2006).
Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan,
dan gangguan kesadaran. (Nursalam.2005)
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
thypi dan salmonella para thypi A, B, C. Sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan
paratyphoid abdominalis (Sudoyo, A 2009). Tifoid adalah penyakit infeksi pada usus
halus, tifoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus
abdominalis (Seoparman, 2010).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa demam tifoid adalah suatu
penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A, B dan C yang dapat
menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.

2
B. ETIOLOGI

Salmonella thypi dengan Salmonela yang lain adalah bakteri Gram negative, mempunyai
flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob. Mempunyai antigen
somatic (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari protein dan
envelope antigen (K) yang terdiri dari polosakarida. Mempunyai makromolekuler
lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan
endotoksin. Salmonella thypi juga dapat memperoleh plasmid factor-R yang berkaitan dengan
resistensi terhadap multiple antibiotic. (Nanda Nic-Noc,2013)

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala dari demam thypoid sebagai berikut (Nanda NIC-NOC. 2013) :
1. Gejala pada anak : Inkubasi anatara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan shock, Stupor dan koma.
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selam 2-3 hari
5. Nyeri kepala
6. Nyeri perut
7. Kembung
8. Mual muntah
9. Diare
10. Konstipasi
11. Pusing
12. Nyeri otot
13. Batuk

3
14. Epistaksis
15. Bradikardi
16. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepid an ujung merah serta tremor)
17. Hepatomegali
18. Splenomegali
19. Meteroismus
20. Gangguan mental berupa samnolen
21. Delirium atau psikosis
22. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai
penyakit demam akut dengan diseryai syok dan hipotermia.

D. PATOFISIOLOGI
Kuman Salmonella masuk bersama makanan/minuman. Setelah berada dalam usus halus
kemudian mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus (terutama Plak Peyer) dan
jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrose setempat,
kuman lewat pembuluh limfe masuk ke aliran darah (terjadi bakteremi primer) menuju ke
organ-organ terutama hati dan limfa. Kuman yang tidak difagosit akan berkembang biak
dalam hati dan limfa sehingga organ tersebut membesar disertai nyeri pada perabaan.
Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari) kuman kembali masuk dalam darah (bakteremi
sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus,
menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas Plak Peyer. Tukak tersebut dapat
mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Pada masa bakteremi ini, kuman
mengeluarkan endotoksin yang mempunyai peran membantu proses peradangan lokal
dimana kuman ini berkembang.
Demam tifoid disebabkan karena Salmonella Typhosa dan endotoksinnya merangsang
sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang meradang. Zat pirogen
ini akan beredar dalam darah dan mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang
menimbulkan gejala demam. (PPNI Klaten. 2009)

4
E. PATHWAY

Kuman Salmonella typhi yang


Lolos dari asam Dimusnahkan oleh asam
masuk ke saluran
gastrointestinal lambung

Pembuluh darah limfe Bakteri masuk usus halus

Peredaran darah (bakterimia Masuk retikulo endothelial


promer) (RES) terutama hati dan limfa

Masuk kealiran darah


Berkembang biak di hati dan
(bakteremia sekunder)
limfa

Empedu Endotoksin

Terjadi kerusakan sel


Rongga usus pada
kel. Limfoid halus
Merangsang melepas zat
epirogen oleh leukosit
Pembesaran hati Pembesaran limfe

Mempengaruhi pusat
Hepatomegali Splenomegali
thermoregulator
dihipotalamus

Lase plak peyer Penurunan /


peningkatan mobilitas Hypertermi
usus

Erosi Resiko kekurangan


Penurunan / peningkatan
volume cairan
peristaltic usus

Nyeri

Konstipasi / diare Peningkatan asam


Perdarahan masif lambung

Anoreksia mual muntah

Komplikasi perforasi dan Ketidakseimbangan nutrisi


perdarahan usus kurang dari kebutuhan tubuh

(Nanda Nic-Noc.2013)

5
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut widodo 2007 Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah
pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan
limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada
kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada
batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak
berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2. Pemeriksaan Sgot Dan Sgpt
Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal
setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan
hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal
ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah
dapat positif kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi
dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah
negatif.
4. Pengobatan dengan obat anti mikroba

6
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
5. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan
typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan
pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin
dalam serum klien yang disangka menderita tifoid. Akibat infeksi oleh salmonella
thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya
untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita tifoid.
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap kuman Salmonella
typhi. Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat
(pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H > 1/60 (dalam
sekali pemeriksaan) Gall kultur dengan media carr empedu merupakan diagnosa
pasti demam tifoid bila hasilnya positif, namun demikian, bila hasil kultur negatif
belum menyingkirkan kemungkinan tifoid, karena beberapa alasan, yaitu pengaruh
pemberian antibiotika, sampel yang tidak mencukupi. Sesuai dengan kemampuan
SDM dan tingkat perjalanan penyakit demam tifoid, maka diagnosis klinis demam
tifoid diklasifikasikan atas:
1. Possible Case dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala
demam,gangguan saluran cerna, gangguan pola buang air besar dan
hepato/splenomegali. Sindrom demam tifoid belum lengkap. Diagnosis ini
hanya dibuat pada pelayanan kesehatan dasar.
2. Probable Case telah didapatkan gejala klinis lengkap atau hampir lengkap,
serta didukung oleh gambaran laboratorium yang menyokong demam tifoid
(titer widal O > 1/160 atau H > 1/160 satu kali pemeriksaan).
3. Definite Case Diagnosis pasti, ditemukan S. Thypi pada pemeriksaan biakan
ataupositif S.Thypi pada pemeriksaan PCR atau terdapat kenaikan titerWidal 4

7
kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O> 1/320, H >
1/640 (pada pemeriksaan sekali).

G. PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan demam tifoid masih menganut trilogi penatalaksanaan yang
meliputi : istirahat dan perawatan, diet dan terapi penunjang (baik simptomatik maupun
suportif), serta pemberian antimikroba. Selain itu diperlukan pula tatalaksana komplikasi
demam tifoid yang meliputi komplikasi intestinal maupun ekstraintestinal.
1. Istirahat dan Perawatan
Bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Tirah baring
dengan perawatan dilakukan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, dan
BAB/BAK. Posisi pasien diawasi untuk mencegah dukubitus dan pnemonia
orthostatik serta higiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.
2. Diet dan Terapi Penunjang
Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat.
a. Memberikan diet bebas yang rendah serat pada penderita tanpa gejala
meteorismus, dan diet bubur saring pada penderita dengan meteorismus. Hal ini
dilakukan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna dan perforasi
usus. Gizi penderita juga diperhatikan agar meningkatkan keadaan umum dan
mempercepat proses penyembuhan.
b. Cairan yang adequat untuk mencegah dehidrasi akibat muntah dan diare.
c. Primperan (metoclopramide) diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah
dengan dosis 3 x 5 ml setiap sebelum makan dan dapat dihentikan kapan saja
penderita sudah tidak mengalami mual lagi.
3. Pemberian Antimikroba
Obat – obat antimikroba yang sering digunakan dalam melakukan tatalaksana tifoid
adalah:
Pada demam typhoid, obat pilihan yang digunakan adalah chloramphenicol dengan
dosis 4 x 500 mg per hari dapat diberikan secara oral maupun intravena, diberikan
sampai dengan 7 hari bebas panas. Chloramphenicol bekerja dengan mengikat unit
ribosom dari kuman salmonella, menghambat pertumbuhannya dengan menghambat
sintesis protein. Chloramphenicol memiliki spectrum gram negative dan positif. Efek
samping penggunaan klorampenikol adalah terjadi agranulositosis. Sementara

8
kerugian penggunaan klorampenikol adalah angka kekambuhan yang tinggi (5-7%),
penggunaan jangka panjang (14 hari), dan seringkali menyebabkan timbulnya karier.
Tiamfenikol, dosis dan efektifitasnya pada demam tofoid sama dengan kloramfenikol
yaitu 4 x 500 mg, dan demam rata-rata menurun pada hari ke-5 sampai ke-6.
Komplikasi hematologi seperti kemungkinan terjadinya anemia aplastik lebih rendah
dibandingkan dengan kloramfenikol.
Ampisillin dan Amoksisilin, kemampuan untuk menurunkan demam lebih rendah
dibandingkan kloramfenikol, dengan dosis 50-150 mg/kgBB selama 2 minggu.
Trimetroprim-sulfamethoxazole, (TMP-SMZ) dapat digunakan secara oral atau
intravena pada dewasa pada dosis 160 mg TMP ditambah 800 mg SMZ dua kali tiap
hari pada dewasa Sefalosforin Generasi Ketiga, yaitu ceftriaxon dengan dosis 3-4
gram dalam dekstrosa 100 cc diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari, diberikan
selama 3-5 hari.
Golongan Flurokuinolon (Norfloksasin, siprofloksasin). Secara relatif obat – obatan
golongan ini tidak mahal, dapat ditoleransi dengan baik, dan lebih efektif
dibandingkan obat – obatan lini pertama sebelumnya (klorampenicol, ampicilin,
amoksisilin dan trimethoprim-sulfamethoxazole). Fluroquinolon memiliki kemampuan
untuk menembus jaringan yang baik, sehingga mampu membunuh S. Thypi yang
berada dalam stadium statis dalam monosit/makrophag dan dapat mencapai level obat
yang lebih tinggi dalam gallblader dibanding dengan obat yang lain. Obat golongan ini
mampu memberikan respon terapeutik yang cepat, seperti menurunkan keluhan panas
dan gejala lain dalam 3 sampai 5 hari. Penggunaan obat golongan fluriquinolon juga
dapat menurunkan kemungkinan kejadian karier pasca pengobatan.
Kombinasi 2 antibiotik atau lebih diindikasikan pada keadaan tertentu seperti toksik
tifoid, peritonitis atau perforasi, serta syok septik. Pada wanita hamil, kloramfenikol
tidak dianjurkan pada trimester ke-3 karena menyebabkan partus prematur, kematian
fetus intrauterin, dan grey syndrome pada neonatus. Tiamfenikol tidak dianjurkan
pada trimester pertama karena memiliki efek teratogenik. Obat yang dianjurkan adalah
ampisilin, amoksisilin, dan ceftriaxon. (Yudhistira.W.2009)

H. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien

9
Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama,
status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa
medik.
2) Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun,
nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan
kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam
tubuh.
4) Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.
5) Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.
6) Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat
makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
b. Pola eliminasi
Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring
lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna
urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam tifoid terjadi
peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa
haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
c. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi
komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
d. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.
e. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakitanaknya.
f. Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya
tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pad klien.

10
g. Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah
sakit dan klien harus bed rest total.
h. Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan nampak cemas.
7) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 410 C,
muka kemerahan.
b. Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
c. Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran
seperti bronchitis.
d. Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
e. Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
f. Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual,
muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak,
peristaltik usus meningkat.
g. Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
h. Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak
serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta
pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi.
2. Nyeri
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang
4. Resiko kekurangan volume cairan
(Aplikasi Nanda NIC-NOC.2013)

11
J. INTERVENSI
1. Hipertermi .
Defenisi : peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
Tujuan : thermoregulation
Criteria hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi :
a. Observai tanda-tanda vital
b. Anjurkan kompres hangat pada lipatan paha dan aksila
c. Anjurkan banyak minum air putih
d. Berikan antiperetik dan antibiotic
(Aplikasi Nanda NIC-NOC.2013)
2. Nyeri acut
Defenisi : Pengalaman sensori dan emosional yang muncul
akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
Tujuan :
a. Pain level
b. Pain control
c. Comfort level

Kriteria hasil :
a. Mampu mngontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri tulang berkurang
Intervensi :
1. Pain management
a. Lakukan pengakjian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor prespitasi.
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

12
c. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non faramakologi dan
interpersonal)
d. Ajarkan tentang teknik non faramakologi
e. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
f. Tingkatkan istirahat
(Aplikasi Nanda NIC-NOC.2013)

3. Defisit Nutrisi
Defenisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic
Tujuan :
a. Nutritional status
b. nutristional status : food and fluid intake
c. Intake
d. Weight control
Kriteri hasil :
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
e. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
f. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi :
1. Nutrition Management
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake fe
d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
2. Nutrition Monitoring
a. Monitor adanya penurunan berat badan
b. Monitor lingkungan selama makan
c. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
d. Monitor turgor kulit

13
e. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht.
(Aplikasi Nanda NIC-NOC.2013)
4. Resiko kekurangan volume cairan
Defenisi : Beresiko mengalami dehidrasi vaskluar, selular, atau intraseluler.
Tujuan :
a. Fluid balance
b. Hydration
c. Nutritional status : food and Fluid intake
Criteria hasil :
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT
normal
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa
lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
Intervensi :
1. Fluid Management
a. Monitor vital sign
b. Monitor masukan makanan/caoran dan hitung intake kalori harian
c. Kolaborasikan pemberian cairan intravena
2. Hypovolemia Management
a. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
b. Monitor hb dan hematokrit
c. Dorong pasien untuk menambah intake oral
(Aplikasi Nanda NIC-NOC.2013)
5. Konstipasi.
Defenisi : penurunan pada frekwensi normal defekasi yang disertai oleh kesulitan atau
pengeluaran tidak lengkap feses/atau pengeluaran feses yang kering, keras, dan banyak.
Tujuan :
a. Bowel elimination
b. Hydration
Criteria hasil :
a. Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1 – 3 hari
b. Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi
c. Mengidentifikasi indicator untuk mencegah konstipasi

14
d. Feses lunak dan berbentuk
Intervensi :
a. Monitor tanda dan gejala konstipasi
b. Monitor bising usus
c. Identifikasi factor penyebab dan kontribuais konstipasi
d. Dukung intake cairan
e. Kolaborasikan pemberian laktasif
f. Anjurkan pasien/keluarga untuk diet tinggi serat.
(Aplikasi Nanda NIC-NOC.2013)
6. Nausea.
Defenisi : Sensasi seperti gelombong dibelakang tenggorokon epigastrium atau abdomen
yang bersifat subyektif yang mengarah pada keinginan atau desakan untuk muntah
Tujuan :
a. Nausea
b. Fluid volume, Risk For Dificient
kriteria hasil :
a. Pasien menyatakan penyebab mual dan muntah
b. Pasien mengambil langkah untuk mengatasi episode mual dan muntah
c. Pasien mengingesti gizi yang cukup untuk mempertahankan kesehatan
d. Pasien mengambil langkah untuk meyakinkan nutrisi yang adekuat pada saat mual
e. Pasien mempertahan berat badan dalam rentang tertentu yang diharapkan.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan makan klien
b. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
c. Berikan nutrisi dengan diet lunak, tinggi kalori tinggi protein
d. Anjurk an untuk menghindari makanan yang menusuk hidung dan berbau tidak sedap
e. Berikan obat antiemetic sesuai anjuran
f. Ajarkan teknik relaksasi dan bantu pasien untuk menggunakan teknik tersebut selama
waktu makan.
( Aplikasi Nanda NIC-NOC.2013)

15
BAB II
PENGKAJIAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 07– 05 - 2018

A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. I
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat & Tgl Lahir : Jakarta 26-05-1986
Gol Darah :O
Pendidikan Terakhir : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl Kober kecil Rt 001/008 Rawa Bungga Jatinegara. Jakarta

Penanggung Jawab.
Nama : Tn. A
Agama : Islam
Pendidikan : Swasta
Status Pernikahan : Menikah
Hubungan Dengan Pasien : Isteri
Alamat : Jl Kober Kecil Rt 001/008 rawa Bungga jatinegara. Jakarta

B. KELUHAN
1. Keluhan Utama : Demam ± 2 minggu, mual muntah, klien lemas dan tidak ada nafsu
makan, pusing.
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Demam masih naik turun sudah 2 minggu, saat ini klien
mengatakan demam, klien mual, muntah, pusing, klien mengatakan lemas dan
mengatakan tidak ada nafsu makan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Penyakit yang pernah dialami.
 Kanak – kanak : Hanya demam Biasa
 Kecelakaan : Tidak pernah mengalami kecelakaaan

16
 Pernah dirawat : Pernah Dirawat Pasca melahirkan
 Operasi : Klien tidak pernah operasi
b. Alergi : Klien tidak ada alergi
c. Imunisasi : Imunisasi Lengkap
d. Kebiasaan : Klien peminum kopi.
e. Obat-obatan : Hanya minum parasetamol jika demam.
5. Riwayat Penyakit keluarga : Tidak ada riwayat penyakit DM, hipertensi.
6. Riwayat genogram

Genogram :

Keterangan :
: Klien

: Laki-laki

: Perempuan

: Serumah

17
4. Basic Promoting physiology of health
a. Aktivitas dan latihan
 Pekerjaan : Ibu rumah tangga
 Olah raga rutin : Jalan kaki. Frekuensi : ½ jam
 Alat Bantu : Tidak memakai alat bantu
 Terapi : Tidak ada
 Kemampuan melakukan ROM : Aktif
 Kemampuan Ambulasai : Mandiri

b. Tidur dan Istirahat


 Lama tidur : 2 jam. Tidur siang : Ya
 Kesulitan tidur di RS : Tidak
 Alasan : Kurang nyaman dengan linngkungan
 Kesulitan tidur : [ ] menjelang tidur
[√ ] mudah/sering terbangun
[ ] merasa tidak segar saat bangun

c. Kenyamanan dan nyeri


Nyeri : Paliative/Profokatif Matyar adu
[ - ] Hilang timbul
d. Nutrisi
 Frekuensi makan : ½ Porsi
 Berat Badan / Tinggi Badan : 50 Kg/ 157 Cm
 IMT & BBR :
 BB dalam 1 bulan Terakhir : [ √ ] Tetap
[ - ] Meningkat
[ - ] Menurun
 Jenis makanan : Nasi, sayur, dan lauk
 Makanan yang disukai : Nasi dan sop iga
 Makanan pantang : Tidak ada. Alergi : Tidak ada
 Nafsu makan : [ ] Baik
[ √ ] Kurang karna mual dan muntah tidak ada
nafsu makan mulut terasa pahit
 Masalah Pencernaan : [ √ ] Mual

18
[√ ] Muntah
[- ] Kesulitan menelan
[- ] Sariawan
 Riwayat operasi / trauma gastrointestinal : Tidak Pernah Operasi
 Diet RS : Bubur TKTP [ 1/4 ] Habis
 Kebutuhan pemenuhan ADL makan : mandiri / tergantung / dengan bantuan
e. Cairan, elektrolit dan asam basa
 Frekuensi minum : konsumsi air/hari : 500 cc liter/hari
 Turgor kulit : Elastis
 Support IV line : Ya , jenis : Nacl 0,9 %. dosis 20 Tpm

f. Oksigenasi
 Sesak nafas : [ - ] tidak
[ -] ya
- Frekuensi : Tidak Ada
- Kapan terjadinya : Tidak Ada
- Kemungkinan faktor pencetus : Tidak Ada
- Factor yang memberatkan : Tidak Ada
- Factor yang meringankan : Tidak Ada
 Batuk : Tidak
 Sputum : Tidak
 Nyeri dada : Tidak
 Hal yang dilakukan untuk meringankan nyeri dada : Tidak
 Riwayat penyakit : [ - ] asma
[ - ] TB
[ - ] batuk darah
[ - ] chest surgery/trauma dada
[ - ] paparan dengan penderita TB
 Riwayat merokok : pasif / aktif Tidak
g. Eliminasi fekal/bowel
 Frekuensi : 1 x Sehari. pengguna pencahar : Tidak
 Waktu : pagi
 Warna : Tidak. darah Tidak ada konsentrasi :Lemb
 Ggn. Eliminasi bowel : [ -] konstipasi

19
[ - ] diare
[ - ] inkontinensia bowel
 Kebutuhan pemenuhan ADL bowel : mandiri
h. Eliminasi urin
 Frekuensi : Normal. pengguna pencahar : Tidak ada
 Warna : Kuning. darah Tidak ada
 Ggn. Eliminasi bowel : [ - ] nyeri saat BAK
[ - ] burning sensation
[ - ] bladder terasa penuh saat BAK
[ - ] inkontensia bladder
 Riwayat terdahulu : [ - ] penyakit ginjal
[ - ] injury/trauma
 Penyakit kateter : Tidak
 Kebutuhan pemenuhan ADL bladder : Mandiri
 Warna : √□ normal □ hematuria □ seperti teh
 Keluhan : □ nukturia □ retensi urine □ inkontinensia urine
i. Sensori, persepsi, dan kognitif
 Gangguan penglihatan : Tidak
 Ganggguan pendengaran : Tidak
 Gangguan penciuman : Tidak
 Sangguan sensasi taktil : Tidak
 Gangguan pengecapan : ya / tidak
 Riwayat penyakit : [ -] eye surgery
[ - ] otitis media
[- ] luka sulit sembuh

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran : √ CM □ Apatis □ Somnolen □ Sopor □ Coma
GCS : 15
Vital sign : TD : 130/80 MmHg
Nadi : Frekuensi : 80 x/menit
Irama : √ Reguler □ Ireguler

20
Kekuatan/Isi : √ Kuat □ Sedang □ Lemah
Respirasi : Frekuensi : 18 x/menit
Irama : Reguler
Suhu : 38,5 oC

b. Kepala
Kulit : Normal
Rambut : Normal
Muka : Normal
Mata : Konjungtiva : Normal
Selera : Normal
Pupil : Isokor
Palpebra : Normal
Lensa : Normal
Visus : Normal
□ Hipermetropi Ka/Ki □ Astigmatisme Ka/Ki
□ Kebutaan Ka/Ki
Hidung : Normal
Mulut : Gigi : Normal
Bibir : Normal
Telinga : Simetris
gangguan pendengaran tidak ada

c. Leher : Normal
Tenggorokan : Normal

d. Dada : Bentuk : Normal


Pulmo : Inpeksi : Simestris
Palpasi : Fremitus taktil ka/ki : Normal
Perkusi : Ka/ki : Normal
Auskultasi : Vesikuler ka/ki
Cor : Inpeksi : Normal
Palpasi : ictus cordis : Normal
Perkusi : batas jantung : Normal

21
Auskultasi : bunyi jantung I (SI) : Normal
bunyi jantung II (SII) : Normal
bunyi jantung III (SIII) : Normal
murmur :Normal

e. Abdomen : Inspeksi : Normal


Palpasi : Normal
Perkusi : Normal
Auskultasi : peristaltik : 10 x/menit

f. Genetalia : Pria : □ Normal □ Hypospadia □ Epispadia


□ Hernia □ Hydrocell □ Tumor
Wanita : Normal
g. Rectum : Normal
h. Ekstremitas : Normal
ROM ka/ki : Normal
Capillary refile : 2 dtk
6. Psiko sosio budaya dan Spiritual
Psikologis :
 Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah : Pasien merasa cemas dan
ingin cepat sembuh karna anaknya dititip ke orangtuanya
 Cara Mengatasi perasaan tersebut : Dibawa santai tidak
dipikirkan karna ingin cepat sehat
 Rencana klien setelah masalah terselesaikan : Jaga kesehatan makan
teratur.
 Jika rencana Klien tidak dapat diselesaikan maka : Tidak ada rencana
 Pengetahuan klien tentang masalah / penyakit : Klien tidak tau tentang
penyakitnya dan cemas takut penyakitnya akan kambuh kembali.

Sosial :
 Aktivitas atau peran dimasyarakat adalah : Pasien aktif dengan arisan RT
 Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah : Tidak ada

22
Spritual :
 Aktivitas ibadah sehari-hari : Klien mengerjakan pekerjaan rumah tangga
 Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan : Mengaji
 Keyakinan klien akan masalah penyakitnya yang sedang dialaminya: Pasti sembuh

Budaya :
Budaya yang diikuti adalah budaya : Indonesia
Kebudayaan yang dianut merugikan kesehatan : Tidak ada
7. Pemeriksaan Penunjang.
Tgl 06-05-2018
Hemaglobin 13,7
Lekosit 7900
Hematokrit 41
Trombosit 266000
Gds 80
Sgot 16,9
Sgpt 17,5
Natrium 135
Kalium 3,1
Chlorida 106
Typhi O 1/132
Paratyphi Ao 1/160
Typhi H 1/180
Paratyphi Ah 1/180

8. Therapi Medis :
Cairan IV : Nacl 0,9% : 20 tetes/mnt
Obat Peroral : B.Complex 3x1
Parasetamol 3x1
Obat Parenteral : Injeksi Ranitidin 2 x 1amp
Injeksi Ceftazidim 1x 2gr

23
Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Problem
1 Ds : Klien Mengatakan Demam ± Kuman salmonela Hipertermi
2 minggu lebih, klien lemas. ↓
Do : Klien tampak lemas Masuk kealiran darah
Klien tampak menggigil ↓
Ku : Lemah. Kes : Composmentis Endotoksin
Sh : 38,5 ºc ↓
Nadi : 78 x/m Terjadi kerusakan sel
RR : 18 x/m ↓
TD : 130/ 80 Mmhg Merangsang melepas
Zat epirogen oleh
leokosit

Mempegaruhi pusat di
hipotalamus

Hipertermi
2 Ds :
 Klien mengatakan Tidak
ada nafsu makan Penurunan/peningkatan Defisit Nutrisi
 Klien Mengatakan mual peristaltik usus
dan muntah ↓
Do : Peningkatan asam
 Ku : lemah. Kes : Cm lambung
 Porsi makan tidak ¼ ↓
dihabiskan Anoreksia mual dan
 Muntah 3 x muntah
 Terpasang Infus Nacl 0,9 ↓
% : 20 Tetes/menit. Ketidak seimbangan
asupan nutrisi

Defisit nutrisi

24
3 Ds : Keteratasan kognitif Defisit Pengetahuan
 Klien mengatakan cemas ↓
akan penyakitnya. Kekeliruan mengikuti
 Klien Bertanya tentang anjuran
penyakit. ↓
Do : Ku :Lemah . Kes : Cm Kurang terpaparnya
Klien tampak cemas. informasi

Kurang minat belajar

Defisit pengetahuan

Prioritas Masalah

1. Hipertermi
2. Defisit Nutrisi
3. Defisit pengetahuan

25
INTERVENSI KEPERAWATAN

Tgl Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasionalisasi Paraf

1 Hipertermi Setelah 1.Kaji penyebab 1.Hipertermi


dilakukan hipertermi. merupakan salah
7-5-18
tindakan kep satu
3x24 jam gejala/kompensasi
Demam Tubuh terhadap
berkurang atau adanya infeksi baik
kearah teratasi. secara lokal maupun
Kh : Suhu tubuh secara sistemik.
normal 36-37ºc
2.Observasi TTV 2.Proses
peningkatan suhu
tubuh menunjukan
proses penyakit
infeksius akut.
3.Beri kompres
3.Daerah dahi dan
hangat pada
axila merupakan
dahi/axilla
jaringan tipius dan
terdapat pembuluh
darah sehingga
proses vasodilatasi
pembuluh darah
lebih cepat sehingga
pergerakan molekul
cepat.
4.Beri minum
4.Untuk menganti
sedikit tapi sering
cairan yang hilang
selama proses
evaporasi.
5.anjurkan Pasien
5.Pakaian yang tipis
dalam memakai
dapat membantu

26
baju tipis. mempercepat proses
evaporasi.

6.Koloborasi dalam 6.Obat antipiretik

pemberian bekerja sebagai

antipiretik. pengatur kembali


pusat pengatur
panas.
Setelah
2 Defisit nutrisi 1.Anjurkan untuk 1. Menghindari
dilakukan
tidak makan- terjadinya mual dan
7-5- tindakan kep
makanan yang muntah.
18 3x24 jam nutrisi
mengandung asam
terpenuhi.
lambung.
Kh:
2.Anjurkan makan 2.Mencengah
 Klien sudah
sering tapi sedikit. terjadinya mual dan
tidak mual dan
muntah.
muntah.
3.anjurkan klien 3.meninggkatkan
 Klien
untuk makan – nafsu makan dan
menghabiskan
makanan dalam mencengah
porsi makan
keadaan hangat. terjadinya mual
yang
muntah.
diberikan.
4.Observasi TTV 4. Untuk
 Klien
mengetahui
mengtakan
perkembangan
nafsu makan
kondisi pasien.
meningkat.
5.lakukan 5. mempercepat
kolaborasi dengan proses
tim medis untuk penyembuhan.
pemberian therapi.
6.lakukan 6.Untuk
kolaborasi dengan Menentukan diet
tim ahli gizi. yang tepat.

27
3 Defisit Setelah 1.Kaji pengetahuan 1.Mempermudah
Pengetahuan dilakukan klien tentang dalam memberikan
7-5-
Tindakan penyakitnya. penjelasan pada
18
keperawatan klien.
2.jelaskan tentang
1x24 jam 2.meningkatkan
proses penyakit(
Pengetahuan pengetahuan dan
tanda dan
pasien menguranggi cemas.
gejala),Identifikasi
meningkat.
kemungkinan
Kh: Klien
penyebab jelaskan
mampu
kondisi tentang
menjelaskan
pasien.
kembali apa itu
penyakit typhoid 3.jelaskan tentang 3.Mempermudah

program intervensi.

pengobatan dan
alternatif
pengobatan.

4.Diskusikan 4.Mencengah
perubahan gaya keparahan penyakit.
hidup yang
mungkin
digunakan untuk
mencegah
komplikasi.

28
IMPLEMENTASI

Tgl/Jam IMPELMENTASI EVALUASI PARAF

7-5-18  Mengkaji penyebab S: Klien Mengatakan Demam maladewi


16.00 hipertermi.
masih naik turun.
Wib  Mengobservasi TTV
 Meberi minum sedikit tapi O: Klien masih tampak lemas
sering
Klien tampak menggigil
 Menganjurkan Klien
banyak minum Ku : Lemah. Kes : CM
 Menganjurkan klien
Sh : 37,5 ºc
memakai baju tipis
 Mengkolaborasi dengan Nadi : 78 x/m
dokter dalam pemberian therapi
RR : 18 x/m
antipiretik.
TD : 130/ 80 Mmhg
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

7-5-18
16.10  Menganjurkan untuk tidak S: Maladewi
wib makan-makanan yang  Klien mengatakan
mengandung asam lambung. Belum ada nafsu makan
 Anjurkan makan sering  Klien Mengatakan
tapi sedikit. masih mual dan
 Menganjurkan klien untuk muntah
makan –makanan dalam O:
keadaan hangat.  Ku : lemah. Kes : Cm
 Mengobservasi TTV  Porsi makan tidak ¼
 Melakukan kolaborasi dihabiskan
dengan tim medis untuk  Muntah 1 x
pemberian therapi.  Terpasang Infus Nacl
 Melakukan kolaborasi 0,9 % : 20 Tetes/menit.
dengan tim ahli gizi. A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjtkan

3
7 Mei 18  Mengkaji pengetahuan S: Maladewi
16.20

29
Wib klien tentang penyakitnya.  Klien mengatakan
 Menjelaskan tentang Masih cemas akan
proses penyakit( tanda dan penyakitnya.
gejala),mengidentifikasi  Klien Sudah Mengerti
kemungkinan penyebab jelaskan tentang penyakitnya.
kondisi tentang pasien. O:
 jelaskan tentang program Ku :Lemah . Kes : Cm
pengobatan dan alternatif Klien masih cemas.
pengobatan. A : Masalah Teratasi sebagian.
 Mendiskusikan perubahan P : Intervensi dilanjutkan.
gaya hidup yang mungkin
digunakan untuk mencegah
komplikasi.

30
Hr Ke II

Tgl/Jam IMPELMENTASI EVALUASI PARAF

8-5-18  Mengkaji penyebab S: Klien Mengatakan Demam maladewi


16.00 hipertermi.
masih naik turun.
Wib  Mengobservasi TTV
 Meberi minum sedikit tapi O: Klien masih tampak lemas
sering
Klien tampak menggigil
 Menganjurkan Klien
banyak minum Ku : sedang. Kes : CM
 Menganjurkan klien
Sh : 37,5 ºc
memakai baju tipis
 Mengkolaborasi dengan Nadi : 78 x/m
dokter dalam pemberian therapi
RR : 18 x/m
antipiretik.
TD : 130/ 80 Mmhg
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

8-5-18
16.10  Menganjurkan untuk tidak S: Maladewi
wib makan-makanan yang  Klien mengatakan
mengandung asam lambung. nafsu makan mulai ada
 Anjurkan makan sering  Klien Mengatakan mual
tapi sedikit. dan muntah berkurang
 Menganjurkan klien untuk O:
makan –makanan dalam  Ku : Sedang. Kes : Cm
keadaan hangat.  Porsi makan tidak 1/2
 Mengobservasi TTV dihabiskan
 Melakukan kolaborasi  Muntah 1 x
dengan tim medis untuk  Terpasang Infus Nacl
pemberian therapi. 0,9 % : 20 Tetes/menit.
 Melakukan kolaborasi A : Masalah teratasi sebagian
dengan tim ahli gizi. P : Intervensi dilanjtkan

3
7 Mei 18  Mengkaji pengetahuan S: Maladewi
16.20 klien tentang penyakitnya.  Klien mengatakan
Wib

31
 Menjelaskan tentang Masih cemas akan
proses penyakit( tanda dan penyakitnya.
gejala),mengidentifikasi  Klien Sudah Mengerti
kemungkinan penyebab jelaskan tentang penyakitnya.
kondisi tentang pasien. O:
 jelaskan tentang program Ku :Sedang . Kes : Cm
pengobatan dan alternatif Klien masih cemas.
pengobatan. A : Masalah Teratasi sebagian.
 Mendiskusikan perubahan P : Intervensi dilanjutkan.
gaya hidup yang mungkin
digunakan untuk mencegah
komplikasi.

32
Hari Ke III

Tgl/Jam IMPELMENTASI EVALUASI PARAF

9-5-18  Mengkaji penyebab S: Klien Mengatakan Demam maladewi


16.00 hipertermi.
hilang.
Wib  Mengobservasi TTV
 Meberi minum sedikit tapi O: Klien masih tampak
sering
Tenang
 Menganjurkan Klien
banyak minum Klien tidak mengigil lagi
 Menganjurkan klien
Ku : Sedang. Kes : CM
memakai baju tipis
 Mengkolaborasi dengan Sh : 36,5 ºc
dokter dalam pemberian therapi
Nadi : 80 x/m
antipiretik.
RR : 18 x/m
TD : 120/ 80 Mmhg
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

9-5-18
16.10  Menganjurkan untuk tidak S: Maladewi
wib makan-makanan yang  Klien mengatakan ada
mengandung asam lambung. nafsu makan
 Anjurkan makan sering  Klien Mengatakan
tapi sedikit. mual dan muntah
 Menganjurkan klien untuk hilang
makan –makanan dalam O:
keadaan hangat.  Ku : Sedang Kes : Cm
 Mengobservasi TTV  Porsi makan ihabiskan
 Melakukan kolaborasi  Muntah Hilang
dengan tim medis untuk  Terpasang Infus Nacl
pemberian therapi. 0,9 % : 20 Tetes/menit.
 Melakukan kolaborasi A : Masalah teratasi sebagian
dengan tim ahli gizi. P : Intervensi dilanjutkan

3
7 Mei 18  Mengkaji pengetahuan S: Maladewi
16.20

33
Wib klien tentang penyakitnya.  Klien mengatakan
 Menjelaskan tentang sudah tidak cemas akan
proses penyakit( tanda dan penyakitnya.
gejala),mengidentifikasi  Klien Sudah Mengerti
kemungkinan penyebab jelaskan tentang penyakitnya.
kondisi tentang pasien. O:
 jelaskan tentang program Ku :Sedang . Kes : Cm
pengobatan dan alternatif Klien masih cemas.
pengobatan. A : Masalah Teratasi sebagian.
 Mendiskusikan perubahan P : Intervensi dilanjutkan.
gaya hidup yang mungkin
digunakan untuk mencegah
komplikasi.

34
DAFTAR PUSTAKA

Simanjuntak, C. H, 2009. Demam Tifoid, Epidemiologi dan Perkembangan Penelitian.


Cermin Dunia Kedokteran No. 83.
Mansjoer, Arif. (2009). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius
Arifin aziz , 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Tifoid. Diakses tanggal 4 Desember
2012.
Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak . Jakarta: Salemba Medika.
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta: Interna
Publishing.
Soeparman & Waspadji (2010), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta.
SDKI, DPP & PPNI (2016) Standar diagnosis keperawatan indonesia ; definisi dan indikator
diagnostik (edisi 1) Jakarta : DPP PPNI
Nurarif, A.H., & Kusuma.(2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis
& NANDA (NIC-NOC).Edisi Revisi Jilid 1.Yogyakarta : MediaAction Publishing.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:EGC

35

Anda mungkin juga menyukai