Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sklerosis multipel adalah suatu penyakit oto imun yang ditandai oleh pembentukan
antibody terhadap myelin susunan saraf pusat. System saraf perifer tidak terkena. Respon
peradangan berperan menimbulkan penyakit dengan menyebabkan pembengkakan dan
edema yang merusak neuron neuron dan menyebabkan pembentukan flak jaringan parut
pada mielin.
Sklerosis multipel merupakan penyakit berat yang secara medis obatnya sampai
detik ini belum ditemukan dan sampai sekarang belum ada orang yang sembuh 100 %.
Sklerosis multipel memang merupakan penyakit yang terasa atau kelihatan cukup aneh,
bukan saja bagi orang lain tetapi juga bagi penderitanya sendiri. Gejala gejala yang timbul
terjadi secara tiba tiba dan biasa hilang lagi secara sekejap. Atau menetap selama berhari
hari atau berminggu minggu atau bahkan berbulan bulan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Sklerosis Multipel itu ?

2. Bagaimanakah Etiologi Sklerosis Multipel ?

3. Bagaimanakah Klasifikasi Sklerosis Multipel ?

4. Bagaimanakah Patofisiologi Sklerosis Multipel ?

5. Bagaimanakah Manifestasai Klinis Sklerosis Multipel ?

6. Bagaimanakah Komplikasi Sklerosis Multipel ?

7. Bagaimanakah Pemeriksaan diagnostik Sklerosis Multipel ?

8. Bagaimanakah Penatalaksanaan Sklerosis Multipel ?

9. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada klien dengan Sklerosis Multipel ?

C. Tujuan Penulisan
Setelah pembahasan asuhan keperawatan klien dengan sclerosis multipel
mahasiswa/i diharapkan mampu :

1. Menjelaskan Pengertian Sklerosis Multipel

2. Menjelaskan Etiologi Sklerosis Multipel

3. Menjelaskan Klasifikasi Sklerosis Multipel

4. Menjelaskan Patofisiologi Sklerosis Multipel

5. Menjelaskan Manifestasai Klinis Sklerosis Multipel

6. Menjelaskan Komplikasi Sklerosis Multipel

7. Menjelaskan Pemeriksaan diagnostik Sklerosis Multipel

8. Menjelaskan Penatalaksanaan Sklerosis Multipel

9. Menjelaskan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Sklerosis Multipel


BAB II
KONSEP TEORITIS PENYAKIT

A. Definisi
Multiple Sclerosis adalah penyakit degeneratif system syaraf pusat (SSP) kronis
yang meliputi kerusakan myelin (material lemak dan protein ). Multiple sclerosis secara
umum dianggap sebagai auto imun dimana system imun tubuh sendiri yang normalnya
bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap terhadap virus dan bakteri,
dengan alasan yang tidak diketahui mulai menyerang atau menghancurkan myelin yaitu
lapisan pelindung syaraf yang melindungi syaraf yang berfungsi untuk melancarkan
pengiriman pesan dari otak ke seluruh bagian tubuh. Ditandai dengan remisi dan
ekaserbasi periodic. Multiple sclerosis menghaisilkan berbagai tanda dan gejala
tergantung pada lokasi lesi, biasanya disebut sebagai plaque.

B. Klasifikasi
Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill, 2000), ada beberapa kategori multiple
sclerosis berdasarkan progresivitasnya adalah :
1. Relapsing Remitting Multiple Sclerosis
Ini adalah jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir usia belasan
atau dua puluhan tahun diawali dengan suatu erangan hebat yang kemudian diikuti
dengan keembuhan semu. Yang dimaksud dengan kesembuhan semu adalah setelah
serangan hebat penderita terlihat pulih. Namun sebenarnya,tingkat kepulihan itu tidak
lagi sama dengan tingkat kepulihan sebelum terkena serangan.sebenarnya kondisinya
adalah sedikit demi sedikit semakin memburuk.jika sebelum terkena serangan hebat
pertama penderita memiliki kemampuan motorik dan sensorik 100%, maka setelah
serangan tersebut mungkin hanya akan pulih 70-95% saja. Serangan berikut akan
terus menurukan kemampuan penderita sampai ke 0%. Setiap serangan tersebut
berakibat semakin memburuknya kondisi penderita. Interval waktu antara serangan
satu dengan serangan yang selanjutnya sama sekali tidak bisa diduga, bila dalam
hitungan hari, minggu bulan atau tahun. Hampir 70% penderita MS pada awalnya
mengalami kondisi ini, setelah beberapa kali mengalami serangan hebat, jenis MS ini
akan berubah menjadi Secondary Progressiv MS.
2. Primary Progresssiv Multiple Sclerosis
Pada jenis ini kondisi penderita terus memburuk. Ada saat – saat penderita
tidak mengalami penurunan kondisi ,namun jenis MS ini tidak mengenal istilah
kesembuhan semu. Tingkat progresivitanya beragam pada tingakatan yang paling
parah , penderita Ms jenis ini bisa berakhir dengan kematian.
3. Secondary Progressiv Multiple Sclerosis
Ini adalah kondisi lanjut dari Relapsing Remitting MS .Pada jenis ini kondisi
penderita menjadi serupa pada kondisi penderita Primary Progresssiv MS.
4. Benign Multiple Sclerosis
Sekitar 20% penderita MS jinak ini.Pada jenis MS ini penderita mampu
menjalani kehidupan seperti orang sehat tanpa begantung pada siapapun.Serangan –
serangan yang diderita pun umumnya tidak pernah berat,sehingga para penderita
sering tidak menyadari bahwa dirinya menderita MS.

C. Etiologi
Penyebab MS belum diketahui secara pasti namun ada dugaan berkaitan dengan
virus dan mekanisme autoimun (Clark, 1991). Ada juga yang mengaitkan dengan factor
genetic.
Ada beberapa factor pencetus, antara lain :
2. Kehamilan
3. Infeksi yang disertai demam
4. Stress emosional
5. Cedera
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyebab Multiple Sclerosis yang paling
nyata adalah factor genetik (mirip kanker), tapi perkembangan dunia kedokteran terbaru
membantah kesimpulan ini. Penelitian terbaru membuktikan bahwa Multiple Sclerosis
Faktor keturunan tampaknya berperan dalam terjadinya sklerosis multipel.
Sekitar 5% penderita memiliki saudara laki-laki atau saudara perempuan yang juga
menderita penyakit ini dan sekitar 15% penderita memiliki keluarga dekat yang menderita
penyakit ini. Faktor lingkungan juga berperan dalam terjadinya penyakit ini. Sklerosis
multipel hampir tidak pernah menyerang orang-orang yang tinggal di dekat katulistiwa.
Iklim dimana seseorang tinggal pada 10 tahun pertama kehidupannya tampaknya lebih
penting dari pada iklim dimana seseorang tinggal setelah 10 tahun pertama kehidupannya,
Meskipun para ahli menemukan bahwa MS itu berhubungan dengan infeksi (virus) ,
imunologis, dan factor genetic serta mengekalkan (menetap) sebagai hasil dari factor
intrinsik (contoh kegagalan imunoregulasi). Hal yang sudah diterima pada MS akan
diturunkan. Derajat pertama, kedua, ketiga relative pada klien dengan MS. Yang
meningkatkan resiko secara perlahan. Multipel unlinked genes akan mudah diterima pada
MS. Adanya faktor presifitasi terdiri dari terpaparnya pada agen pathogenik sebagai
penyebab dari MS masih kontroversi. Ini mungkin karena asosiasi mereka masih acak dan
tidak adanya hubungan sebab akibat disana.
Faktor presifitasi yang mungkin termasuk infeksi , cedera fisik dan strees emosional,
kelelahan berlebihan kehamilan ataupun seperti faktor ini :
1. Gangguan autoimun ( kemungkinan dirangsag / infeksi virus )
2. Kelainan pada unsur pokok lipid mielin
3. Racun yang beredar dalam CSS
4. Infeksi virus pada SSP ( morbili, destemper anjing )

D. Manifestasi Klinik
Tergantung pada area system saraf pusat mana yang terjadi demielinasi :
1. Gejala sensorik : paralise ekstremitas dan wajah, parestesia, hilang sensasi sendi dan
proprioseptif, hilang rasa posisi, bentuk, tekstur dan rasa getar.
2. Gejala motorik : kelemahan ekstremitas bawah, hilang koordinasi, tremor intensional
ekstremitas atas, ataxia ekstremitas bawah, gaya jalan goyah dan spatis, kelemahan
otot bicara dan facial palsy.
3. Deficit cerebral : emosi labil, fungsi intelektual memburuk, mudah tersinggung,
kurang perhatian, depresi, sulit membuat keputusan, bingung dan disorientasi.
4. Gejala pada medulla oblongata : kemampuan bicara melemah, pusing, tinnitus,
diplopia, disphagia, hilang pendengaran dan gagal nafas.
5. Deficit cerebellar : hilang keseimbangan, koordinasi, getar, dismetria.
6. Traktus kortikospinalis : gangguan sfingter timbul keraguan, frekuensi dan urgensi
sehingga kapasitas spastic vesica urinaria berkurang, retensi akut dan inkontinensia.
7. Control penghubung korteks dengan basal ganglia : euphoria, daya ingat hilang,
demensia.
8. Traktus pyramidal dari medulla spinalis : kelemahan spastic dan kehilangan refleks
abdomen.
E. Patofisiologi
Multiple Sclerosis ditandai dengan inflamasi kronis, demylination dan gliokis
(bekas luka). Keadaan neuropatologis yang utama adalah reaksi inflamatori, mediasi
imune, demyelinating proses. Yang beberapa percaya bahwa inilah yang mungkin
mendorong virus secara genetik mudah diterima individu. Diaktifkannya sel T merespon
pada lingkungan, (ex: infeksi). T sel ini dalan hubunganya dengan astrosit, merusak barier
darah otak, karena itu memudahkan masuknya mediator imun.
Faktor ini dikombinasikan dengan hancurnya digodendrosyt (sel yang membuat
mielin) hasil dari penurunan pembentukan mielin. Makrofage yang dipilih dan penyebab
lain yang menghancurkan sel. Proses penyakit terdiri dari hilangnya mielin,
menghilangnya dari oligodendrosyt, dan poliferasi astrosyt. Perubahan ini menghasilkan
karakteristik plak , atau sklerosis dengan plak yang tersebar. Bermula pada sarung mielin
pada neuron diotak dan spinal cord yang terserang. Cepatnya penyakit ini menghancurkan
mielin tetapi serat saraf tidak dipengaruhi dan impulsif saraf akan tetap terhubung. Pada
poin ini klien dapat komplain (melaporkan) adanya fungsi yang merugikan (ex :
kelemahan).
Bagaimanapaun mielin dapat beregenerasi dan hilangnya gejala menghasilkan
pengurangan. Sebagai peningkatan penyakit, mielin secara total robek/rusak dan akson
menjadi ruwet. Mielin ditempatkan kembali oleh jeringan pada bekas luka, dengan bentuk
yang sulit, plak sklerotik, tanpa mielin impuls saraf menjadi lambat, dan dengan adanya
kehancuranpada saraf, axone, impuls secara total tertutup, sebagai hasil dari hilangnya
fungsi secara permanen. Pada banyak luka kronik, demylination dilanjutkan dengan
penurunan fungsisaraf secara progresif.

F. Pathway
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Lumbal punction : pemeriksaan elektroforesis terhadap LCS, didapatkan ikatan
oligoklonal yakni terdapat beberapa pita immunoglobulin gamma G (IgG).
2. DCT Scan : gambaran atrofi serebral
3. MRI : menunjukkan adanya plak-plak kecil dan bisa digunakan mengevaluasi
perjalanan penyakit dan efek dari pengobatan.
4. Urodinamik : jika terjadi gangguan urinarius.
5. Neuropsikologik : jika mengalami kerusakan kognitifif.

H. Penatalaksaan
1. Bersifat simtomatik : sesuai dengan gejala yang muncul
2. Farmakoterapi :
a. Kortikosteroid, ACTH, prednisone sebagai anti inflamasi dan dapat meningkatkan
konduksi saraf.
b. Imunosupresan : siklofosfamid (Cytoxan), imuran, interferon, Azatioprin,
betaseron.
c. Baklofen sebagai antispasmodic
3. Blok saraf dan pembedahan dilakukan jika terjadi spastisitas berat dan kontraktur
untuk mencegah kerusakan lenih lanjut.
4. Terapi fisik untuk mempertahankan tonus dan kekuatan otot

H. Therapi
1. Obat
Secara medis tidak ada yang menyembuhkan Multiple Sclerosis 100%. Obat –
obatan yang ada hanyalah menghambat interval serangan, sedikit mengurangi tingkat
keparahan serangan,memperlambat progreifitas atau perburukan MS. Obat yang biasa
I berikan dokter adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan satu atau dua
gejala saja. Misalnya, jika gejala yang muncul adalah akit kepala maka dokter akan
memberikan obat sakit kepala. Ada obat yang tidak menyembuhkan namun berfungsi
untuk memperlambat kerusakan yaitu Interferon beta-1a atau kortikosteroid.
Interferon bias disuntikan 1-3 kali seminggu secara teratur seumur hidup. Penggunaan
interferon biasanya menimbulkan gejala – gejala influenza, seperti sakit kepala,
demam dan myalgia (nyeri otot/sendi). Gejala mirip flu ini akan timbul 4-6 jam etelah
injeksi dan gejala ini akan menetap selama beberapa jam.efek samping yang lain
adalah moon face, wajah terlihat menjadi bulat seperti bulan ,gemuk)badan
gemuk,insomnia (sulit tidur),euporia(perasaan gembira berlebihan),dan perasaan
tertekan (depresi ringan).
2. Bed Rest
Penderita MS membutuhkan banyak istirahat terutama setelah mengalami
serangan baik serangan kecil maupun erangan hebat.lamanya istirahat tergantung
kondisi penderita,semakin hebat serangan yang di alami semakin lama waktu istirahat
yang diperlukan.istirahat ini bisa dilakukan di rumahsakit atau dirumah sendiri.
3. Pengobatan Dengan Transplantasi Sel Induk
Ilmu kedokteran yang terus berkembang membawa harapan besar bagi
penderita MS.Berinduk pada pengalaman penderita MS Amerika yang telah menjalani
pengobatan dengan transplantasi sel induk dari sum –sum tulang belakangnya sendiri
(sebelum pengobatan tersebut kehidupan penderita dari amerika terjebak dalam kursi
roda lumpuh total setelah pengobatan meskipun tidak 100% sembuh,ia akhirnya
dapat menggunakan kakinya untuk berjalan).
Pengobatan dengan sel induk ini memang tidak menjajikan kesembuhan 100%,serta
mengharuskan penderita MS rela merogoh sakunya dengan sangat dalam,namun
setidaknya pengobatan ini mungkin dapat menjadi harapan baru bagi sebagian kecil
penderita MS.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Pada umunya terjadi pada orang-orang yang hidup di daerah utara dengan
temperatus tinggi, terutama pada dewasa muda (20-40th).
2. Keluhan Utama
Muncul keluhan lemah pada anggota badan bahkan mengalami spastisitas /
kekejangan dan kaku otot, kerusakan penglihatan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya klien pernah mengalami pengakit autoimun.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umunya terjadi demilinasi ireguler pada susunan saraf pusat perier yang
mengakibatkan erbagai derajat penurunan motorik, sensorik, dan juga kognitif
5. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit ini sedikit lebih banyak ditemukan di antara keluarga yang pernah
menderita penyakit tersebut, yaitu kira-kira 6-8 kali lebih sering pada keluarga dekat.
6. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons emosi
klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga
dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik
dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Adanya perubahan hubungan dan peran
karena klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pada
pola persepsi dan konsep diri, didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada
harapan,mudah marah dan tidak kooperatif.perubahan yang terpenting pada klien
dengan penyakit mutiple sclerosis adalah adanya gangguan afek, berupa euforia.
Keluhan lain yang melibatkan gangguan serebral dapat berupa hilangnya daya ingat
dan dimensia.

7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Klien dengan mutiple sclerosis umumnya tidak mengalami penurunan
kesadaran. Adanya perubahan pada tanda-tanda vital, meliputi bradikardi,
hipotensi, dan penurunan frekuensi pernapasan berhubungan dengan bercak lesi di
medula spinalis.
b. B1 (Breathing)
Pada umumnya klien dengan mutiple sclerosis tidak mengalami gangguan
pada sistem pernapasan.pada beberapa klien yang telah lama menderita mutiple
sclerosis dengan tampak dari tirah baring lama, mengalami gangguan fungsi
pernapasan. Pemeriksaan fisik yang didapat mencakup hal-hal sebagai beikut:
1) Inspeksi umum : didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk
batuk
2) efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot bantu
napas.
3) Palpasi : taktil premitus seimbang kanan dan kiri
4) Perkusi : adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
5) Auskultasi : bunyi napas tambahan seperti napas stridor,ronkhi pada klien
dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang
sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas
c. B2 (Blood)
Pada umumnya klien dengan mutiple sclerosis tidak mengalami gangguan
pada sistem kardiovaskuler.akibat dari tirah baring lama dan inaktivitas biasanya
klien mengalami hipotensi postural.
d. B3 (Brain)
Pengkajian B3 (brain) merupakan pengkajian fokus atau lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Inspeksi umum didapatkan berbagai
manifestasi akibat perubahan tingkah laku.
e. B4 (Bladder)
Disfungsi kandung kemih. Lesi pada traktus kortokospinalis menimbulkan
gangguan pengaturan spingtersehingga timbul keraguan, frekuensi dan urgensi
yang menunjukkan berkurangnya kapasitas kandung kemih yang spatis.selalin itu
juga timbul retensi dan inkontinensia.

f. B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan asupan nutrisi yang
kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif. Penurunan
aktivitas umum klien sering mengalami konstipasi.
g. B6 (Bone)
Pada keadaan pasien mutiple sclerosisbiasanya didapatkan adanya kesuliatan
untuk beraktivitas karena kelemahan spastik anggota gerak.kelemahan anggota
gerak pada satu sisi tubuh atau terbagi secara asimetris pada keempat anggota
gerak.merasa lelah dan berat pada satu tungkai, dan pada waktu berjalan terlihat
jelas kaki yang sebelah terseret maju, dan pengontrolan yang kurang sekali. Klien
dapat mengeluh tungkainya seakan-akan meloncat secara spontan terutama apabila
ia sedang berada di tempat tidur.keadaan spatis yang lebih berat disertai dengan
spasme otot yang nyeri.

B. Diagnosa keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, paresis, dan spastisitas.
2. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kerusakan sensori dan penglihatan.
3. Defisit perawatan diri (makan,minum,berpakaian,higiene) berhubungan dengan
perubahan kemampuan merawat diri sendiri, kelemahan fisik spastis.
4. Resiko tinggi kerusakan intergrasi jaringan berhubungan dengan tirah baring lama.

C. Intervensi dan Rasional


1. Dix 1 : Hambatan mobilitas fisik yang b.d kelemahan, paresis, dan spastisitas

a. Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai
dengan kemampuannya

b. Kriteria :

1) Klien dapat ikut serta dalam program latihan

2) Tidak terjadi kontraktor sendi

3) Bertambahnya kekuatan otot

4) Klien menunjukkan tindakkan untuk meningkatkan mobilitasIntervensi

5) Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan, kaji
secara teratur fungsi motoric

c. R/ mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas


1) Modifikasi peningkatan mobilitas fisik
d. R/ relaksasi dan koordinasi latihan otot meningkatkan efisiensi otot pada klien
multipel sklerosis.
1) Anjurkan teknik aktifitas dan teknik istirahat
e. R/ klien dianjurkan untuk melakukan aktifitas melelahkan dalam waktu singkat,
karena lamanya latihan yang melelahkan ekstremitas dapat menyebabkan paresis,
kebas, atau tidak ada koordinasi.
1) Ajarkan teknik latihan jalan

f. R/ Latihan berjalan meningkatkan gaya berjalan, karena umumnya pada keadaan


tersebut kaki dan telapak kaki kehilangan sensasi positif.

1) Ubah posisi klien tiap 2 jam

g. R/ menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek
pada daerah yang tertekan.

1) Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstermitas yang
tidak sakit

h. R/ Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki
funsi jantung dan pernapasan

1) Lakukan gerak pasif pada ekstermitas yang sakit.

i. R/ otot volunteer akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk
digerakan.

1) Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi

j. R/ untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuannya

1) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

k. R/ peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ektremitas dapat ditingkatkan


dengan latihan fisik dari tim fisioterapi

2. Dix 2 : Resiko cedera yang b.d kerusakan sensori dan penglihatan, dampak tirah
baring lama dan kelemahan spastis
a. Tujuan : dalam waktu 3x 24 jam resiko trauma tidak terjadi

b. Kriteria :

1) Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan trauma

2) Decubitus tidak terjadi

3) Kontraktur sendi tidak terjadi

4) Klien tidak jatuh dari tempat tidur

c. Intervensi

1) Pertahankan tirah baring dan imobilisasi sesuai indikasi

d. R/ meminimalkan rangsangan nyeri akibat gesekkan antara fragmen tulang


dengan jaringan lunak disekitarnya

1) Berikan kacamata yang sesuai dengan klien

e. R/ tameng mata atau kacamata penutup dapat digunakan untuk memblok


implus penglihatan pada satu mata bila klien mengalami diplopia atau
penglihatan ganda

1) Minimalkan efek imobilitas.

f. R/ oleh karena aktifitas fisik dan imobilisasi sering terjadi pada multipel
sklerosis, maka komlikasi yang di hubungkan dengan imobilisasi mencakup
dekubitus dan langka untuk mencegahnya

1) Modifikasi pencegahan cedera :

g. R/ pencegahan cedera dilakukan pada klien multipel sklerosis jika disfungsi


motorik menyebabkan masalah dalam tidak ada koordinasi dan adanya
kekakuan atau jika ataksia ada, klien resiko jatuh.

1) Modifikasi lingkungan

h. R/ untuk mengatasi ketidak mampuan, klien di anjurkan untuk dengan kaki


kosong pada ruang yang luas untuk menyediakan dasar yang luas dan untuk
meningkatkan kemampuan berjalan dengan stabil

1) Ajarkan teknik berjalan

i. R/ jika kehilangan sensasi terhadap posisi tubuh, klien di anjurkan untuk


melihat kaki sambil berjalan
1) Berikan terapi okupasi

j. R/ terapi okupasi merupakan sumber yang membantu individu dalam memberi


anjuran dan menjamin bantuan untuk maningkatkan kemandirian

1) Meminimalkan resiko decubitus

k. R/ oleh karena hilangnya sensori dapat menyebabkan bertambahnya


kehilangan gerakkan motoric. Decubitus terus diatasi untuk inegritas kulit.
Penggunaan kursi roda meningkatkan resiko.

1) Inspeksi kulit dibagian distal setiap hari ( pantau kulit dan membran
mukosa terhadap iritasi, kemerahan, atau lecet-lecet )

l. R/ deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan hilangnya sensasi resiko tinggi
kerusakan integritas kulit kemungkinan komplikasi imobilisasi

1) Minimalkan spastisitas dan kontraktur

m. R/ spastisitas otot biasa terjadi dan terjadi pada tahap lanjut, yang terlihat
dalam bentuk addukor yang berat pada pinggul, dengan spasme fleksor pada
pinggul dan lutut.

1) Ajarkan teknik latihan

n. R/ latihan setiap hari untuk menguatkan otot diberikan untuk meminimalkan


kontraktur sendi. Perhatian khusus diberikan pada otot-otot paha, otot
gatroknemeus, adductor, biseps dan pergelangan tangan, serta fleksor jari-jari

1) Pertahankan sendi 90 derajad terhadap papan kaki

o. R/ telapak kaki dalam posisi 90 derajad dapat mencegah footdrop

1) Evaluasi tanda / gejala perluasan cedera jaringan ( peradangan lokal /


sistemik, sperti peningkatan nyeri, edema dan demam )

p. R/ menilai perkembangan masalah klien


3. Dix 3 : Perubahan pola eliminasi urin yang b.d kelumpuhan saraf perkemihan

a. Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam eliminasi urin terpenuhi

b. Kriteria hasil :

1) Pemenuhan eliminasi urin dapat dilaksanakan dengan atau tidak


mengguanakan keteter

2) Produksi 50 cc/jam

3) Keluhan eliminasi urin tidak ada

4) Intervensi

5) Kaji pola berkemih dan catat urin setiap 6 jam

c. R/ mengetahui fungsi ginjal

1) Tingkatkan kontrol berkemih dengan cara berikan dukungan pada klien


tentang pemenuhan eliminasi urin, lakukan jadwal berkemih, ukur jumlah
urin tiap 2 jam

d. R/ jadwal berkemih diatur awalnya setiap 1 sampai 2 jam dengan


perpanjangan interfal waktu bertahap. Klien diinstruksikan untuk mengukur
jumlah air yang di minum setiap 2 jam dan mencoba untuk berkemih 30 menit
setelah minum.

1) Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung kemih

e. R/ menialai perubahan akibat dari inkontinensial urin

1) Anjurkan klien untuk minum 2000 cc/hari

f. R/ mempertahankan funsi ginja


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sklerosis multipel merupakan penyakit pada sistem Persyarafan yang ditandai dengan
lemah, mati rasa, hilnganya fungsi pendengaran dan penglihatan yang biasanya terjdi pada
umur 18-40 tahun dan kapan saja. Sklerosis multipel timbul karena pola makan yang tidak
teratur, pola diet, penggunaan obat, konsumsi alcohol, merokok dan kurang beraktifitas.
Klien perluh diberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan,dan pengobatan agar dapat
menjaga kesehatannya.

B. Saran
Pada makalah ini penulis menyarankan mahasiswa kesehatan senantiasa menggunakan
metode proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan
Sklerosis multipel serta memberikan pendidikan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
 Mc. Graw Hill. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Basic Neurologi. Jakarta. PT:
Ghanesa
 Clark.1991. Mekanisme Autoimune Manusia. Bandung. Gramedhia
 Mutaqin Arif. 2008. Asuhan keperawatan klien dangan gangguan system persyarafan ed
6 vol.2. salemba medical. Jakarta
 Brunner & suddarth.2002. keperawatan medikal bedah ed 8 vol.3 EGC. Jakarta
TUGAS ILMU PENYAKIT
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Nama Kelompok 8:
Delisca christiaan
Jeivy Respessi
Rion Uneputty

Anda mungkin juga menyukai