DisusunOleh :
Saepul Alam
NIM : 24.19.1372
2020
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
PADA PASIEN HALUSINASI
C. Tinjauan Teori
1. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa
adanya rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of
Mental Health Nursing, 1987).
2. Klasifikasi Halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan
karakteristik tertentu, diantaranya :
1) Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama
suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang
sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2) Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam
bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun
dan/atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa
menyenangkan atau menakutkan.
3) Halusinasi penghidung
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau
yang menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang–kadang
terhirup bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor,
kejang dan dementia.
4) Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang
dari tanah, benda mati atau orang lain.
5) Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk,
amis dan menjijikkan.
6) Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti
darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine.
3. Tahapan Halusinasi, Karakteristik Dan Perilaku Yang Ditampilkan
TAHAP KARAKTERISTIK PERILAKU KLIEN
Tahap I Mengalami ansietas, Tersenyum, tertawa
Memberi rasa nyaman kesepian, rasa bersalah dan sendiri
tingkat ansietas ketakutan. Menggerakkan bibir
sedang secara umum, Mencoba berfokus pada tanpa suara
halusinasi merupakan pikiran yang dapat Pergerakkan mata yang
suatu kesenangan menghilangkan ansietas cepat
Fikiran dan pengalaman Respon verbal yang
sensori masih ada dalam lambat
kontrol kesadaran, Diam dan berkonsentrasi
nonpsikotik.
Tahap II Pengalaman sensori Terjadi peningkatan
Menyalahkan menakutkan denyut jantung,
Tingkat kecemasan Merasa dilecehkan oleh pernafasan dan tekanan
berat secara umum pengalaman sensori tersebut darah
halusinasi Mulai merasa kehilangan Perhatian dengan
menyebabkan perasaan kontrol lingkungan berkurang
antipati Menarik diri dari orang lain Konsentrasi terhadap
non psikotik. pengalaman sensori kerja
Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi
dengan realitas
Tahap III Klien menyerah dan Perintah halusinasi
Mengontrol menerima pengalaman ditaati.
Tingkat kecemasan sensori (halusinasi). Sulit berhubungan
berat Isi halusinasi menjadi dengan orang lain.
Pengalaman atraktif. Perhatian terhadap
halusinasi tidak dapat Kesepian bila pengalaman lingkungan berkurang
ditolak lagi sensori berakhir psikotik. hanya beberapa detik.
Tidak mampu mengikuti
perintah dari perawat,
tremor dan berkeringat
Tahap IV Pengalaman sensori Perilaku panik
Klien sudah dikuasai mungkin menakutkan jika Resiko tinggi
oleh Halusinasi. individu tidak mengikuti mencederai.
Klien panik. perintah halusinasi, bisa Agitasi atau kataton.
berlangsung dalam beberapa Tidak mampu berespon
jam atau hari apabila tidak terhadap lingkungan.
ada intervensi terapeutik.
4. Hubungan Schizoprenia dengan Halusinasi
Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari
gangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (schizoprenia).
Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara–suara bising atau mendengung.
Tetapi paling sering berupa kata–kata yang tersusun dalam bentuk kalimat
yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan
respons tertentu seperti: bicara sendiri, bertengkar atau respons lain yang
membahayakan.
Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut
dengan mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara
atau pada benda mati. Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda
mayor dari gangguan schizoprenia dan satu syarat diagnostik minor untuk
metankolia involusi, psikosa mania depresif dan syndroma otak organik.
Gangguan persepsi yang utama pada skizoprenia adalah halusinasi,
sehingga halusinasi menjadi bagian hidup klien. Biasanya dirangsang oleh
kecemasan, halusinasi menghasilkan tingkah laku yang tertentu, gangguan
harga diri, kritis diri, atau mengingkari rangsangan terhadap kenyataan.
Halusinasi pendengaran adalah paling utama pada skizoprenia, suara –
suara biasanya berasal dari Tuhan, setan, tiruan atau relatif. Halusinasi ini
menghasilkan tindakan/perilaku pada klien seperti yang telah diuraikan
tersebut di atas (tingkat halusinasi, karakteristik dan perilaku yang dapat
diamati).
D. Klien
1. Kriteria klien
a. Klien gangguan orientasi realita yang mulai terkontrol.
b. Klien yang mengalami perubahan persepsi.
2. Kriteria kelompok
a. Kecil : Terdiri dari 4 orang klien
b. Sedang : Terdiri dari 7-8 orang klien
c. Besar : Terdiri dari minimal 10 orang klien
3. Proses seleksi Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
a. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
b. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
c. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAK pada klien, rencana kegiatan kelompok dan
aturan main dalam kelompok.
E. Kriteria Hasil
1. Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
b. Posisi tempat dilantai menggunakan tikar
c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
e. Leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya.
2. Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga
akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
d. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan
bertanggung jawab dalam antisipasi masalah.
e. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok
f. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
3. Evaluasi Hasil
Diharapkan 75% dari kelompok mampu:
a. Menjelaskan apa yang sudah digambarkan dan apa yang dilihat
b. Menyampaikan halusinasi yang dirasakan dengan jelas
F. Antisipasi Masalah
1. Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat
atau klien lain
2. Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
a. Panggil nama klien
b. Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan
G. Pengorganisasian
1. Waktu : Rabu / 02 Desember 2020 / Jam 12.00 WIB
2. Tim terapis
a. Leader : Miftah Silvia Ayu
b. Fasilitator : M. Irza Zulianto
c. Observer : Iswandi Zulpahmiansyah
3. Setting tempat
P P
P P O
F
Keterangan :
P : Pasien
L : Leader
F : Fasilitator
O : Observer
4. Metode dan media
a. Metode: Diskusi dan tanya jawab
b. Media : Kertas dan pulpen
H. Proses Pelaksanaan
Sesi 5 : Mengontrol Halusinasi dengan Patuh Minum Obat
Langkah kegiatan :
1. Pra interaksi
a. Mempersiapkan diri sebagai terapis
b. Memvalidasi kontrak waktu dengan klien
c. Mempersiapkan alat & tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri masing-masing terapis beserta tugasnya
3. Evaluasi / validasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi
setelah menggunakan tiga cara yang telah dipelajari (menghardik,
menyibukkan dengan kegiatan, dan bercakap – cakap).
4. Kontrak
a. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengontrol
halusinasi dengan patuh minum obat.
b. Menjelaskan aturan main sebagai berikut :
1. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis
2. Lama kegiatan 20 menit
3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
5. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang diminum klien : nama dan warana
(upayakan tiap klien dapat menyebutkan)
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
c. Tuliskan di kertas hasil point a & b
d. Menjelaskan enam benar cara minum obat, yaitu benar obat, benar waktu
minum obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar
dosis obat dan benar dokumentasi.
e. Minta klien menyebutkan enam benar cara minum obat secara bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar
g. Mendiskusikan perasaan klien setelah minum obat (catat di kertas)
h. Mendiskusikan peranan klien setelah teratur minum obat (catat di kertas)
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara
mencegah halusinasi / kambuh
j. Menjelaskan akibat / kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian
halusinasi / kambuh
k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat &
kerugian tidak patuh minum obat
l. Memberi pujian pada jawaban klien yang benar
6. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari
3) Memberikan pujian & penghargaan atas jawaban yang benar
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien
menggunakan kegiatan fisik, interaksi social asertif, kegiatan ibadah,
dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan
2) Memasukkan kegiatan minum
obat pada jadwal kegiatan harian klien
c. Kontrak yang akan datang
1) Mengakhiri pertemuan untuk
TAK halusinasi, dan disepakati jika klien perlu TAK yang lain.
I. Evaluasi & Dokumentasi
Evaluasi
Petunjuk
Evaluasi dilaksanakan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja
Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
Beri tanda √ bila klien mampu & beri tanda × bila klien tidak mampu
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan klien dalam catatan Asuhan Keperawatan.