Sumber :
- KEMETENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2017. BUKU
SAKU TATALAKSANA KASUS MALARIA.
- Jurnal. Julia Fitriany, Ahmad Sabiq. Malaria. Pediatrics,Faculty of Medicine,
Malikussaleh University, Uteunkot, Lhokseumawe, 24352, Indonesia.
3. Penyakit kelamin (Sifilis dan GO)
1. Sifilis
a. Definisi Sifilis
Sifilis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh spirochaete, Treponema
pallidum (T. pallidum) dan merupakan salah satu bentuk infeksi menular seksual.
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang ditandai dengan adanya lesi primer
kemudian diikuti dengan erupsi sekunder pada area kulit, selaput lender dan juga
organ tubuh. Penyakit sifilis disebabkan oleh T. pallidum. T. pallidum merupakan
salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini berbentuk spiral (Andriana et al, 2012).
Penularan bakteri ini biasanya melalui hubungan seksual (membran
mukosa vagina dan uretra), kontak langsung dengan lesi/luka yang terinfeksi atau
dari ibu yang menderita sifilis ke janinnya melalui plasenta pada stadium akhir
kehamilan (Prince SA & Wilson LM, 2006). Bakteri T. pallidum masuk dengan cepat
melalui membran mukosa yang utuh dan kulit yang lecet lalu masuk ke dalam
kelenjar getah bening dan aliran darah, kemudian menyebar ke seluruh organ tubuh.
Bergerak masuk ke ruang intersisial jaringan dengan cara gerakan cork-screw (seperti
membuka tutup botol). Beberapa jam setelah terpapar terjadi infeksi sistemik
meskipun gejala klinis dan serologi belum kelihatan pada saat itu (Elvinawaty, 2014).
1. Sifilis Primer
Manifestasi klinis awal sifilis adalah papul kecil soliter, kemudian dalam satu
sampai beberapa minggu, papul ini berkembang menjadi ulkus. Lesi klasik
dari sifilis primer disebut dengan chancre, ulkus yang keras dengan dasar yang
bersih, tunggal, tidak nyeri, merah, berbatas tegas, dipenuhi oleh spirokaeta
dan berlokasi pada sisi T. pallidum pertama kali masuk. Chancre dapat ditemukan
dimana saja tetapi paling sering di penis, servik, dinding vagina rektum dan anus.
Dasar chancre banyak mengandung spirokaeta yang dapat dilihat dengan
mikroskop lapangan gelap atau imunofluresen pada sediaan kerokan chancre
(Prince SA & Wilson LM, 2006).
2. Sifilis Sekunder
Sifilis sekunder adalah penyakit sistemik dengan spirokaeta yang menyebar dari
chancre dan kelenjar limfe ke dalam aliran darah dan ke seluruh tubuh, dan
menimbulkan beragam gejala yang jauh dari lokasi infeksi semula. Sistem yang
paling sering terkena adalah kulit, limfe, saluran cerna, tulang, ginjal, mata, dan
susunan saraf pusat (Winn W, et al, 2006; Prince SA, 2006).
3. Sifilis Laten
Sifilis laten atau asimtomatik adalah periode hilangnya gejala klinis sifilis
sekunder sampai diberikan terapi atau gejala klinik tersier muncul. Sifilis laten
dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu sifilis laten dini dan lanjut. Pembagian
berdasarkan waktu relaps infeksi mukokutaneus secara spontan pada pasien
yang tidak diobati. Pasien dengan sifilis laten dini dianggap lebih menular dari
sifilis laten lanjut. Pemeriksaaan serologi pada stadium laten lanjut adalah positif,
tetapi penularan secara seksual tidak (Prince SA & Wilson LM, 2006).
4. Sifilis Tersier
Pasien dengan sifilis tersier tidak menular. Sifilis gumatous atau sifilis benigna
lanjut biasanya muncul 1-46 tahun setelah infeksi awal, dengan rerata 15 tahun.
Karakteristik pada stadium ini ditandai dengan adanya guma kronik, lembut,
seperti tumor yang inflamasi dengan ukuran yang berbeda-beda. Guma ini
biasanya mengenai kulit, tulang dan hati tetapi dapat juga muncul dibahagian lain
(Pommerville, 2010)
5. Sifilis kongenital
Merupakan penyakit yang didapatkan janin dalam uterus dari ibu yang menderita
sifilis. Infeksi sifilis terhadap janin dapat terjadi pada setiap stadium sifilis dan
setiap masa kehamilan. Dahulu dianggap infeksi tidak dapat terjadi sebelum janin
berusia 18 minggu, karena lapisan Langhans yang merupakan pertahanan janin
terhadap infeksi masih belum atrofi. Tetapi ternyata dengan mikroskop elektron
dapat ditemukan T. pallidum pada janin berusia 9-10 minggu (Agustini & Arsani,
2013).
b. Etiologi
T.pallidum merupakan anggota genus Spirochaetasmemiliki 4 spesies yang pathogen
terhadap manusia dan hewan. Spesies Leptospira menyebabkan leptospirosis. Spesies
Borella menyebabkan relapsingfever dan lymedisease. Spesies Brachyspira yang
menyebabkan infeksi usus, serta spesies Treponema yang secara umum menyebabkan
segolongan penyakit yang dsebut treponematoses. Spesies Treponema terdiri lagi dari
beberapa sub-spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia, diantaranya :
1) Treponemapallidumsubsp.pallidum yang menyebabkan sifilis;
2) Treponemapallidumsubsp.pertenue yang menyebakan yaws;
3) Treponemapallidumsubsp.endemicum yang menyebabkan endemicsyphilis (bejel
dan
4) Treponemapallidumsubsp.carateum yang menyebabkan penyakit pinta.
Dari keempat subspeciesTreponema di atas, hanya sifilis yang merupakan peyakit
kelamin.
d. Penatalaksanaan
Berdasarkan Guideline WHO untuk terapi Treponemapallidum (syphilis) 2016:
1. Sifilis dini (primer, sekunder dan sifilis laten dini durasi tidak lebih dari 2 tahun
2. Gonorrhea
a. Definisi
Gonorea dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae. Gonore adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Neisseria gonorrhoeae yang sering menyerang membran mukosa uretra pada pria
dan endoservik pada wanita. Gonore sering ditularkan melalui kontak seksual.
b. Etiologi
Penyebab gonore adalah gonokokok yang ditemukan oleh Albert Ludwig
Siegmund Neisser berkebangsaan Jerman, melalui pengecatan hapusan duh tubuh
uretra, vagina dan konjungtiva dan pertama kali di kultur in vitro tahun 1882 oleh
Leistikow. Bakteri Neisseria gonorrhoeae adalah bakteri diplokokus gram negatif
yang aerob dan berbentuk seperti biji kopi. Terletak intraselular yang biasanya
terdapat di dalam leukosit polimorfonuklear.
c. Pathogenesis
Neisseria gonorrhoeae dapat ditularkan melalui kontak seksual atau melalui
penularan vertikal pada saat melahirkan. Bakteri ini terutama mengenai epitel
kolumnar dan epitel kuboidal manusia. Patogenesis gonore terbagi menjadi 5
tahap sebagai berikut :
1. Fase 1 adalah bakteri Neisseria gonorrhoeae menginfeksi permukaan selaput
lender dapat ditemukan di uretra, endoserviks dan anus.
2. Fase 2 adalah bakteri ke microvillus sel epitel kolumnar untuk kolonisasi
selama infeksi, bakteri dibantu oleh fimbriae, pili. Fimbriae terutama terdiri
dari protein pilin oligomer yang digunakan untuk melekatkan bakteri ke sel-
sel dari permukaan selaput lendir. Protein membran luar PII Oppacity
associated protein (OPA) kemudian membantu bakteri mengikat dan
menyerang sel inang.
3. Fase 3 adalah masuknya bakteri ke dalam sel kolumnar dengan proses yang
disebut endositosis di mana bakteri yang ditelan oleh membran sel kolumnar,
membentuk vakuola.
4. Fase 4 adalah vakuola ini kemudian dibawa ke membran basal sel inang,
dimana bakteri berkembang biak setelah dibebaskan ke dalam jaringan
subepitel dengan proses eksositosis. Peptidoglikan dan bakteri LOS (Lipo
Oligo Sakharida) dilepaskan selama infeksi. Gonococcus dapat memiliki dan
mengubah banyak jenis antigen dari Neisseria LOS. LOS merangsang tumor
necrosis factor, atau TNF, yang akan mengakibatkan kerusakan sel.
5. Fase 5 reaksi inflamasi yang dihasilkan menyebabkan infiltrasi neutrofil.
Selaput lendir hancur mengakibatkan akumulasi Neisseria gonorrhoeae dan
neutrofil pada jaringan ikat subepitel. Respon imun host memicu Neisseria
gonorrhoeae untuk menghasilkan protease IgA ekstraseluler yang
menyebabkan hilangnya aktivitas antibodi dan mempromosikan virulensi.
d. Diagnosis
Diagnosis gonore dapat ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium. Diagnostik laboratorium yang digunakan antara lain:
1) Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis yang digunakan adalah dengan pengecatan gram.
Pengambilan sampel dari swab endoservik pada wanita. Hasil positif akan
tampak diplokokus gram negatif. Pengecatan positif pada wanita memiliki
sensitivitas sebesar 30% - 50% dan spesifitas sebesar 90-99 %
2) Kultur
Untuk identifikasi dilakukan pembiakan dengan menggunakan media selektif
yang diperkaya yaitu Media Thayer Martin yang mengandung vankomisin,
dan nistatin yang dapat menekan pertumbuhan bakteri Gram positif, Gram
negatif dan jamur, dimana tampak koloni berwarna putih keabuan, mengkilat
dan cembung.
3) Pemeriksaan definitive
a. Tes oksidase
Pada tes oksidase koloni genus Neisseria menghasilkan indofenol oksidase
sehingga memberikan hasil tes oksidase positif. Tes oksidase dilakukan
dengan cara meneteskan reagen 1% tetrametil parafenilen diamin
monohidrokhlorid pada koloni. Jika hasil tes positif maka akan berubah
menjadi merah jambu dan makin lama semakin menghitam. Sebaliknya
hasil negatif menunjukkan warna koloni tidak berubah atau tetap berwarna
coklat. Dalam tes ini, reagen tersebut membunuh mikroorganisme tetapi
tidak merubah morfologi dan sifat pewarnaan.
b. Tes Fermentasi
Tes fermentasi digunakan untuk mengidentifikasi bakteri yang mampu
memfermentasikan karbohidrat. Pada tes fermentasi terjadi perubahan
warna pada media glukosa yang berubah menjadi warna kuning, artinya
bakteri ini membentuk asam dari fermentasi glukosa. Media glukosa juga
terbentuk gelembung pada tabung Durham yang diletakkan terbalik
didalam tabung media, artinya hasil fermentasi berupa gas.
e. Penatalaksanaan
Berdasarkan rekomendasi dari Centers for Disease Control (CDC) untuk
pengobatan gonore dengan pemberian seftriakson 250 mg dosis tunggal secara
intramuskuler dan sefiksim 400 mg dosis tunggal secara oral sebagai regimen
alternatif apabila terapi dengan seftriakson gagal. Sedangkan menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014 penatalaksanaan gonore
adalah sebagai berikut :
1. Memberitahu pasien untuk tidak melakukan kontak seksual hingga
dinyatakan sembuh dan menjaga kebersihan genital
2. Pemberian farmakologi dengan antibiotik: Tiamfenikol, 3,5 gr per oral
(p.o) dosis tunggal, atau ofloksasin 400 mg (p.o) dosis tunggal, atau
Kanamisin 2 gram Intra Muskular (I.M) dosis tunggal, atau
spektinomisin 2 gram I.M dosis tunggal.
Sumber :
- Afif Nurul Hidayati. Skin Infections : Must Known Diseases. 2016. UB Press :
Malang
- http://eprints.undip.ac.id/50837/3/
Sela_Eka_Firdina_22010112140143_Laporan_KTI_BAB_II.pdf
- http://repository.unimus.ac.id/465/3/13.%20BAB%20II.pdf
- Jurnal. Devi Putri Amalia Suryani, Hendra Tarigan Sibero. SYPHILIS.
Desember 2014.
(https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/
470/471 )
- Jurnal. T. Mira NenyTriana,Endang. SIFILIS. FakultasKedokteranUniversitas
Sumatera Utara/ RSUP Haji Adam Malik Medan.
(https://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/69015/Fulltext.pdf?
sequence=1&isAllowed=y )