Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ADVOKAS, KEMITRAAN, DAN PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT UNTUK MENDUKUNG UPAYA KESEHATAN
IBU DAN ANAK

Disusun oleh : kelompok 1

1. Vonia 1532026
2. Indah febriyanti 1532002
3. Elda mayola sari 1532004
4. Diah ayu handini 1532011
5. Tika dwiyanti 1532016
6. Yola fernanda 1532017

Dose pembimbing : Irene Romlah, SsiT.,M .Kes

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI DIII KEBIDANAN

2017
KATA PENGANTAR

Pertama – tama penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas berkah dan rahmat-Nya,. Dan juga tidak lupa kami ucapkan
banyak terima kasih kepada rekan-rekan kami yang sudah saling membantu untuk
melengkapi makalah ini yang berjudul “Advokas, Kemitraan, Dan Pemberdayaan
Masyarakat Untuk Mendukung Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak” Dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Apapun yang kami sajikan
semoga selalu bermanfaat bagi para pembacanya.

Kami juga banyak mengucapkan terimakasih bagi orang-orang yang telah


berjasa membantu dalam pembuatan makalah ini. Karna berkat merekalah dapat
terciptanya makalah ini, maka kami terimakasih kepada :

1. Dosen pembimbing mata kuliah ilmu kesehatan masyarakat ibu Irene Romlah,
SsiT.,M .Kes
2. Orang tua yang telah memberikan fasilitas kepada kami sehingga mempermudah
dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan


baik isi maupun teknik penulisan. Untuk itu kritik dan saran sangat diperlukan
untuk perbaikan.

Palembang , februari 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang..........................................................................................................
1.2.Rumusan Masalah ....................................................................................................
1.3.Tujuan .......................................................................................................................
1.4.Manfaat .....................................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Advokasi ...................................................................................................................
2.2 kemitraan .................................................................................................................
2.3 pemberdayaan masyarakat........................................................................................
BAB III : PENUTUP
3.1. Kesimpulan ..............................................................................................................
3.2. Saran ........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah hak asasi manusia dan modal investasi bangsa yang dapat
mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia. Kesehatan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang bersifat lintas sektor sehingga masalah kesehatan sering
kali kalah prioritas dibanding masalah ekonomi dan kebutuhan fisik lainya.
Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu upaya
Kementerian Kesehatan RI guna mencapai tujuan pembangunan kesehatan
melalui RPJMN 2010-2014 dan mendukung pencapaian Millenium
Development Goals (MDGs) tahun 2015.
Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak sangat erat kaitannya dengan upaya
pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan, upaya
peningkatan status gizi ibu, bayi dan balita, dan upaya peningkatan cakupan
imunisasi bagi ibu hamil dan bayi.
Peran promosi kesehatan dalam meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) sangatlah penting, melalui upaya promosi kesehatan yang
berkesinambungan akan tumbuh kesadaran, kemauan dan kemampuan
masyarakat akan pentingnya perilaku sehat seperti pemeriksaan kehamilan
secara rutin, melahirkan di fasilitas kesehatan, ibu mengkonsumsi makanan
yang bergizi, ibu memberikan ASI kepada bayinya, dan ibu membawa
bayinya untuk diimunisasi.

1.2 Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan menjadi pembahasan dalam makalah


ini, yaitu :

1. Apa definisi advokasi, kemitraan dan pemberdayaan masyarakat?


2. Apa saja?
3. Apa tujuan dari?
4. Apa saja tahap?
5. Bagaimana tahap?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui pengertian advokasi kemitraan dan pemberdayaan


masyarakat
2. Untuk mengetahui faktor
3. Untuk mengetahui tujuan
4. Untuk mengetahui apa saja tahap-tahap
5. Untuk mengetahui tahapan

1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini, yaitu :

1. Dapat mengetahui pengertian advokasi, kemitraan, dan pemberdayaan


masyarakat
2. Dapat mengetahui faktor
3. Dapat mengetahui tujuan
4. Dapat mengetahui apa saja tahap-tahap
5. Dapat mengetahui tahapan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ADVOKASI
a. Pengertian Advokasi
advokasi adalah proses strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait(stakeholders).
Pihak-pihak yang terkait ini berupa tokoh-tokoh masyarakat (formal dan
informal) yang umumnya berperan sebagai narasumber (opinion leader),
atau penentu kebijakan (norma) atau penyelenggara dana.
Advokasi merupakan upaya untuk mengsukseskan bina suasana dan
pemerdayaan atau pembinaan PHBS secara umum.
Advokasi kesehatan adalahadvokasi yang dilakukan untuk memperoleh
komitmen atau dukungan dalam bidang kesehatan atau yang mendukung
pengembangan lingkungan dan prilaku sehat menurut (depkes,2007).
Advokasi Kesehatan, yaitu pendekatan kepada para pimpinan atau
pengambil kebijakan agar dapat memberikan dukungan masksimal,
kemudahan perlindungan pada upaya kesehatan (Depkes 2001). Menurut
para ahli retorika Foss dan Foss et. All 1980, Toulmin 1981 (Fatma Saleh
2004), advokasi suatu upaya persuasif yang mencakup kegiatan-kegiatan
penyadaran, rasionalisasi, argumentasi dan rekomendasi tindak lanjut
mngenai sesuatu.

b. Tahap –tahap advokasi


1) Mengetahui atau menyadari adanya masalah
2) Tertarik untuk ikut mengatasi masalah
3) Perduli terhadap pemecahan masalah dengan
mempertimbangkan berbagai alteernatif pemecahan masalah
4) Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah
satu alternatif pemecahan masalah
5) Memutuskan tindak lanjut kesepakatan
Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara
terencana, cermat dan tepat. Bahan –bahan yang harus disiapkan
dengan matang yaitu :
 Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
 Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
 Memuat peran si sasaran kedalam pemecahan masalah
 Berdasakan kepada fakta atu evidence-base
 Dikemas secara menarik dan jelas
 Sesui dengn waktu yang tersedia

c. Tujuan Advokasi
Tujuan umum advokasi adalah diperolehnya komitmen dan
dukungan dalam upaya kesehatan baik berupa kebijakan, tenaga,
dana, sarana, kemudahan, dan keikutsertaan dalam kegiatan maupun
berbagai bentuk lainnya sesuai keadaan dan usaha.
Tujuan khusus advokasi adalah :
1. Adanya pemahaman atau pengenalan atau kesadaran
2. Adanya ketertarikan atau peminatan atau tanpa penolakan
3. Adanya kemauan atau peduli atau kesanggupan untuk
membantu dan menerima perubahan.
4. Adanya tindakan/ perbuatan/kegiatan yang nyata
5. Adanya kelanjutan kegiatan.

d. Fungsi Advokasi
Advokasi berfungsi untuk mempromosikan suatu perubahan dalam
kebijakan program atau peraturan dan mendapatkan dukungan dari
pihak-pihak lain.

e. Persyaratan untuk Advokasi


1) Dipercaya (Credible), dimana program yang ditwarkan harus dapat
meyakinkan para penentu kebijakan atau pembuat keputusan , oleh
karena itu harus didukung akurasi data dan masalah.
2) Layak (Feasible), program yang ditawarkan harus mampu
dilaksanakan secara tejhnik prolitik maupun sosial.
3) Memenuhi Kebutuhan Masyarakat (Relevant)
4) Penting dan mendesak (Urgent), program yang ditawarkan harus
mempunyai prioritas tinggi
5) Pendekatan kunci Advokasi
 Melibatkan para pemimpin/ pengambil keputusan
 Menjalin kemitraan
 Memobilisasi kelompok peduli.

f. Sasaran dan pelaku advokasi


Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak yang
diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap upaya kesehatan,
khususnya para pengambil keputusan dan penentu kebijakan
dipemerintah, lembaga perwakilan rakyat, mitra dikalangan swasta/
pengusaha, badan penyandang dana, media masa, organisasi profesi,
tokoh-tokoh berpengaruh dan tenar, dan kelompok potensi lain ya
dimasyarakat.
Pelaku advokasi kesehatan adalah siapa saja yang peduli terhadap
upaya kesehatan, dan memandang perlu adanya mitra untuk
mendukung upaya tersebut.
Sebagai pemberdayan dan bina suasana, advokasi juga akan lebih
efektif bila dilaksanakan dengan prinsip kemitraan.

g. Peran dinas kesehatan profinsi dan kabupaten /kota dalam advokasi


kesehatan
Menurut depkes RI(2007), peran dalam advokasi kesehatan yaitu :
1) Merumuskan masalah atau isu berhubungan dengan hal-hal
yang perlu dilakukan dalam advokasi.
2) Menetapkan arah atau kebijakan atau strategi dalam
menetapkan tujuan, sasaran pencapaina, dan strategi
pelaksanaan advokasi
3) Menentukan sasaran siapa yang perlu diberikan advokasi
4) Memilih pelaku, siapa yang akan melakukan advokasi
5) Menyusun bahan advokasi, menugasi tim penyusun bahan
advokasi dan menetapkannya.
6) Mengembangkan kemitraan dengan cara membangun dan
mengembangkan kemitraan untuk advokasi
7) Mengelola kegiatan advokasi denga merencanakan
mnenggerakan rencana, memantau, mengawasi, dan menilai
kegiatan advokasi.

2.2 KEMITRAAN
a. Pengertian Kemitraan
Di Indonesia istilah Kemitraan (partnership) masih relative baru,
namun demikian prakteknya di masyarakat sebenarnya sudah terjadi sejak
saman dahulu. Sejak nenek moyang kita telah mengenal istilah gotong
royong yang sebenarnya esensinya kemitraan.
Kerja sama kemitaan adalah seputar respon kolektif, dalam hal
memberikan upaya yang seragam untuk mengatasi ketidak merataan
kesehatan. Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemitraan adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu,
kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu
tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan
tentang komitmen dan harapan masing-masing, tentang peninjauan
kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat,dan saling
berbagi baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh.
Dari definisi ini terdapat tiga (3) kata kunci dalam kemitraan, yakni:

1. Kerjasama antar kelompok, organisasi dan Individu.


2. Bersama-sama mencapai tujuan tertentu ( yang disepakati bersama)
3. Saling menanggung resiko dan keuntungan

kemitraan harus digalakan baik dalam rangka pemberdayaan


maupun bina suasana dan advokasi guna membangun kerja sama dan
mendapatkan dukungan. Dengan demikian kemitraan perlu digalang antar
individu, keluarga, pejabat, maupun institusi pemerintah yang terkait
dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh masyarakat,
media masa dan lain-lain.

Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh


WHO pada konfrensi internasional promosi kesehatan yang keempat di
Jakarta pada tahun 1997. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan
upaya kerjasama yang saling memberikan manfaat. Hubungan kerjasama
tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari dengan
kesetaraan.

Mengingat kemitraan adalah bentuk kerjasama atau aliansi, maka


setiap pihak yang terlibat didalamnya harus ada kerelaan diri untuk
bekerjasama dan melepaskan kepentingan masing-masing, kemudian
membangun kepentingan bersama.Oleh karena itu membangun kemitraan
harus didasarkan pada hal-hal berikut:

a. Kesamaan perhatian (Commont interest) atau kepentingan


b. Saling mempercayai dan menghormati
c. Tujuan yang jelas dan terukur
d. Kesediaan berkorban baik waktu, tenaga maupun sumber daya
yang lain.
b. Prinsip, Landasan dan Langkah Dalam Pengembangan Kemitraan

Dalam membangun Kemitraan ada tiga (3) prinsip kunci yang perlu
dipahami oleh masing-masing anggota kemitraan (NS Hasrat jaya Ziliwu,
2007), yakni :
1) Equity (Persamaan)
Individu, organisasi atau Individu yang telah bersedia menjalin
kemitraan harus merasa “duduk sama rendah berdiri sama tinggi”.Oleh
sebab itu didaam vorum kemitraan asas demokrasi harus diutamakan, tidak
boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain karena merasa
lebih tinggi dan tidak ada dominasi terhadap yang lain.

2) Transparancy (Keterbukaan)

Keterbukaan maksudnya adalah apa yang menjadi kekuatan atau


kelebihan atau apa yang menjadi kekurangan atau kelemahan masing-
masing anggota harus diketahui oleh anggota lainnya.Demikian pula
berbagai sumber daya yang dimiliki oleh anggota yang Satu harus
diketahui oleh anggota yang lain. Bukan untuk menyombongkan yang satu
tehadap yang lainnya, tetapi lebih untuk saling memahami satu dengan
yang lain sehingga tidak ada rasa saling mencurigai.Dengan saling
keterbukaan ini akan menimbulkan rasa saling melengkapi dan saling
membantu diantara anggota.

3) Mutual Benefit ( Saling menguntungkan )

Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi


ataupun uang, tetapi lebih kepada Non materi.Saling menguntungkan
disini lebih dilihat dari kebersamaan atau sinergitas dalam mencapai
tujuan bersama.
Tujuh (7) landasan, yaitu : saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi
(kaitan dengan struktur); saling memahami kemampuan masing-masing
(kapasitas unit/organisasi); saling menghubungi secara proaktif (linkage);
saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi juga pikiran dan
perasaan (empati, proximity); saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk
dibantu dan membantu (opennes); saling mendorong/mendukung kegiatan
(synergy); dan saling menghargai kenyataan masing-masing (reward).

Enam (6) langkah pengembangan : penjajagan/persiapan, penyamaan


persepsi, pengaturan peran, komunikasi intensif, melakukan kegiatan, dan
melakukan pemantauan & penilaian.

c. Peran Dinas Kesehatan dalam Pengembangan Kemitraan di Bidang


Kesehatan.

Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah


dan potensi setempat adalah :

1) Initiator : memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan


operasionalisasi Indonesia Sehat.
2) Motor/dinamisator : sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan,
kegiatan bersama, dll.
3) Fasilitator : memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan
kemitraan dapat berjalan lancar.
4) Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif.
5) Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif.
6) Pemasok input teknis : memberi masukan teknis (program kesehatan).
7) Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai
keadaan, masalah dan potensi yang ada.
Bidan memainkan peran penting dalam menangani
ketidakmerataan kesehatan dan berkontribusi dalam agenda
masyarakat. Dua area yang di indikasikan adalah mempromosikan
program menyusui dan mengurangi program prevalensi merokok
dalam kehailan, tetapi masih banyak area lain terutama pada area sure-
start.

2.3 Pemberdayaan masyarakat

a. Pengertian pemberdayan masyarakat

Pemberdayaan adalah proses proses pemberian informasi kepada


individu ,keluarga atau kelompok (klien) secara terus menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses
membntu klien agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi
tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tau menjadi mau (aspek
attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan prilaku yang
diperkenalkan (aspek practice). Oleh karna itu dibedakan adanya
pemberdayaan individu, pemberdayaan keluarga, dan pemberdayaan
kelompok.tentulah meminta kita mengadakan telaah yang sifatnya
mendasar dan jernih.

Istilah Pemberdayaan masyarakat tidak menganut pendekatan


mobilisasi tetapi partisipatif. Pada pendekatan partisipatif ini,
perencana, agents dan masyarakat yang dijadikan sasaran
pembangunan bersama-sama merancang dan memikirkan
pembangunan yang diperlukan oleh masyarakat (Sairin, 2002)

Menurut depkes RI (2007), pemberdayaan masyarakat dalam


bidang kesehatan adalah upaya menumbuhkan kemampuan
masyarakat,agar mereka mempunyai daya atau kekuatan untuk hidup
mandiri ( dibudang kesehatan ).

Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) kini telah


dijadikan sebuah strategi dalam membawa masyarakat dalam
kehidupan sejahtera secara adil dan merata. Strategi ini cukup efektif
memandirikan masyarakat pada berbagai bidang, sehingga dibutuhkan
perhatian yang memadai. Oleh kerena itu, Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Achmad Suyudi mengingstruksikan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota menggerakkan masyarakat melakukan upaya-
upaya pencegahan penyakit.

Pemberdayaan masyarakat secara umum lebih efektif jika


dilakukan melalui program pendampingan masyarakat (community
organizing and defelopment), karena pelibatan masyarakat sejak
perencanaan (planning), pengorganisasian (Organising), pelaksanaan
(Actuating) hingga evaluasi atau pengawasan (Controlling) program
dapat dilakukan secara maksimal. Upaya ini merupakan inti dari
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat (Halim, 2000).

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisaan dan


pemahaman system, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan demi masa depan yang baik
(Notoadmojo, 2003)

Beberapa batasan tentang perencanaan yang penting diketahui :

a. Perencanaan adalah kemampuan untuk memilih suatu kemungkinan


yang tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan
b. Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan konsep
serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan demi mas depan yang lebih baik

c. Perencanaan adalah upaya menyusun berbagai keputusan yang


bersifat pokok yang dipandang paling penting dan yang akan
dilaksakan menurut urutannya guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan

d. Perencanaan adalah proses menetapkan pengarahan yang resmi dan


menetapkan berbagai hambatan yang dipikirkan dan dalam
menjalankan suatu pogram guna dipakaisebagai pedoman dalam suatu
organisasi

e. Perencanaan adalah proses kerja yang terus menerus yang meliputi


pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan penting dan yang
akan dilaksakan secara sistematik, melakukan perkiraan-perkiraan
dengan mempergunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa
depan, mengorganosir secara sistematik segala upaya yang dipandang
perlu untuk melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan,
serta mengukur keberhasilan dalam pelaksanaan segala keputusan
tersebut dengan membandingkan hasil yang dicapai terhadap target
yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan umpan balik yang diterima
dan yang telah disusun secara teratur dan baik

2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah pengkordinasian kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan suatu institusi, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan mencakup; hal yang diorganisasikan, proses
pengorganisasian dan hasil pengorganisasian (Notoadmojo, 2003).

Beberapa batasan tentang pengorganisasian yang penting diketahui ialah:


a. Pengorganisasian adalah pengelompokan berbagai kegiatan yang
diperlukan untuk melaksanakan suatu rencana sedemikian rupa
sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan
memuaskan.

b. Pengorganisasian adalah pengaturan sejumlah porsonil yang dimilki


untuk memungkinkan tercapainya suatu tujuan yang telah disepakati
dengan jalan mengalokasikan masing-masing fungsi dan tanggung
jawab.

c. Pengorganisasian adalah pengkordinansiaan secara sosial bebagai


kegiatan dari sejumlah orang tertentu untuk mencapai tujuan bersama
melalui pengaturan pembagian kerja dan fungsi menurut
penjengjangannya secara bertanggung jawab.

3. Pelaksanaan (Actuating)

Setelah perencanaan (Planning) dan pengorganisasian (Organizing) selesai


dilakukan, mak selanjutnya selanjutnya yang akan ditempuh adalah
pelaksanaan (Actuating). Tahapan pelaksanaan ini tidak mudah karena dalam
melaksanakan aktivitas yang dimaksud, memerlukan suatu keterampilan
khusus (Azwar, 2003).

Dalam pelaksanaan suatu rencana, seorang administrator dan ataupun


menejer, perlu menguasai berbagai pengetahuan dan keterampilan yang jika
disederhanakan dapat dibedakan atas enam macam, yakni:

a. Pengetahuan dan keterampilan motivasi (motivation)


b. Pengetahuan dan keterampilan komunikasi (communication)
c. Pengetahuan dan keterampilan kepemimpinan (leadership)
d. Pengetahuan dan keterampilan pengarahan (directing)
e. Pengetahuan dan keterampilan pengawasan (controlling)
f. Pengetahuan dan keterampilan supervise (supervition)
g. Pada tahapan ini keterlibatan masyarakat sangat dibutuhkan Karena
masyarakat potensi yang siknifikanyang bias menggerakkan program. Di
sisi lain,jika masyarakat tidak dilibatkan maka mereka akan apatis bahkan
menghambat program yang dikembangkan.

4. Pengawasan (Conrolling)
Fungsi majemen yang tidak kalah pentingnya adala pengawasan
(controlling). Perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan yang tidak
diikuti pengawasan maka niscaya akan mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Tujuan pokok dan fungsi pengawasan adalah agar kegiatan-
kegiatan dan orang-orang yang melakukan kegiatan yang telah direncanakan
tersebut dapat berjalan dengan baik.

Dalam bidang kesehatan, Pelaksanaan Pemberdayaan masyarakat


merupakan salah satu upaya meningkatkan kemampuan masyarakat guna
mengangkat harkat hidup, martabat dan derajat kesejahteraan, dan
meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyrakat agar dapat
mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai kemajuan (Leksono, 2004).

Dalam pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat dalam


bidang kesehatan, perlu diperhatikan karakteristik masyarakat setempat yang
dapat dikelompokkan sebagai nerikut :

a) Masyarakat Pembina (Carring community)


Yaitu, masyarakat yang peduli keseatan, misalnya; LSM kesehatan,
Organisasi Profesi yang bergerak dibidang kesehatan.

b) Masyarakat Setara (Coping Community)


Yaitu masyarakat yang karena kondisinya kurang memadai
sehinnga tidak dapat memelihara kesehatannya. Misalnya seorang ibu
sadar akan pentingnya pemeriksaan diri, tetapi karena keterbatasan
ekonomi dan tidak adanya transportasi sehingga si ibu tidak pergi kesarana
pelayanan kesehatan.

c) Masyarakat Pemuda ( Crisis Response Community)


Yaitu masyarakat yang tidak tahu akan pentingnya kesehatan dan
belum didukung oleh fasilitas yang tersedia. Misalnya, masyarakat yang
berdomisili di lingkungan kumuh dan daerah terpencil (Soekanto, 2002)

Program pemberdayaan masyarakat pada bidang kesehatan kini telah


banyak dikembangkan, baik oleh pemerintah maupun swasta terutama olek
LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Pembangunan Indonesia Sehat
2010,yakni pengutamaan upaya-upaya promotif dan preventif. Pendekatan
promosi kesehatan inovatif, berbasis trias epidemiologi dan proses psikologis
komunikatif guna menyadarkan dan memotivasi masyarakat untuk mampu
hidup sehat dan menghindari deritan disability serta ancaman kematian
(Ngatimin, 2003)

b. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat


Tujuan umum yaitu supaya masyarakat mampu mengenali,
memelihara, melindungi dan meningkatkan kualitas kesehatannya,
termasuk jika sakit, dapat mmemperoleh pelayanan kesehatan tanpa
mengalami kesulitan dalam pembiyayaan.
Tujuan khusus yaitu :
1. Memahami dan menyadari pentingnya kesehatan
2. Memiliki keterampilan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan.
3. Memiliki kemudahan untuk menjaga kesehatan diri dan lingkungan
4. Berupaya bersama (gotong royong) menjaga dan meningkatkan
kesehatan lingkungan.
c. Sasaran dan pelaku pemberdayaan masyarakat
Sasaran pemberdayaan masyarakat yaitu perorangn, keluarga dan
masyarakat umum. Meskipun demikian pemberdayaan ditujukan langsung
kepada masyarakat sebagai sasaran primer.
Pemberdayaan tersebut dilakukan oleh kelompok-kelompok potensial
dimasyarakat, organisasi masyarakat atau pemuda, organisasi profesi,
lembaga swadaya masyarakat, kelompok media masa, dan kelompok
potensial lainnya dimasyarakat.

d. Prinsip, model atau bentuk dan langkah kegiatan dalam pemberdayaan


masyarakat
 Prinsip pemberdayaan masyarakat
1) Menumbuh-kembangkan potensi dimasyaraat
2) Menumbuh kontribusi masyarakat dalam upaya kesehatan
3) Menumbuhkan kegiatan kegotong royongan dimasyarakat
4) Berkerjasama dengan masyarakat
5) Promosi, pendidikan dan pelatihan dengan sebanyak mungkin
menggunakan dan memanfaatkan potensi setempat
6) Upaya dilakukan secara kemitraan dengan berbagai pihak
7) Sesuai dengan keadaan budaya setempat

 Model atau bentukpemberdayaan masyarakat


1. Pemberdayaan pimpinan masyarakat ( community leaders) misal
melalui sarasehan
2. Pengembangan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat
(community organization ) seperti posiandu dan polindes
3. Pemberdayaan sarana masyarakat ( community material)
misalnya membangun sumur atau jamban
4. Pemberdayaan pendanaan masyarakat ( community fund )
misalnya dana sehat dan JPKM
5. Peningkatan pengetahuan masyarakat( community knowledge)
misal lomba lukis anak
6. Penembangan teknologi tepat guna ( community tecnology)
misalnya penyederhanaan dini akan deteksi kangker, ispa.
7. Peningkatan manajemen atau proses pengambilan keputusan (
community decision mking ) misalnya pendekatan edukatif.

 Langkah kegiatan ditingkat perasional


1. Pendekatan pada pimpinan masyarakat (advokasi)
2. Survey mawas diri atau pengkajian masalah dimasyarakat (
community diagnosis )
3. Perumusan masalah dan kesepakatan bersama dalam
musyawarah masyarakat desa ( community prescription )
4. Pemecahan masalah bersam ( community treatment)
5. Pembinaan dan pengembangan ( development )
e. Indikator keberdayaan
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN

advokasi adalah proses strategis dan terencana untuk mendapatkan


komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait(stakeholders).
Pihak-pihak yang terkait ini berupa tokoh-tokoh masyarakat (formal
dan informal) yang umumnya berperan sebagai narasumber (opinion
leader), atau penentu kebijakan (norma) atau penyelenggara dana.

Advokasi kesehatan adalahadvokasi yang dilakukan untuk


memperoleh komitmen atau dukungan dalam bidang kesehatan atau
yang mendukung pengembangan lingkungan dan prilaku sehat
(depkes,2007).

Kerja sama kemitaan adalah seputar respon kolektif, dalam hal


memberikan upaya yang seragam untuk mengatasi ketidak merataan
kesehatan. Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemitraan adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu,
kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu
tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan
tentang komitmen dan harapan masing-masing, tentang peninjauan
kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat,dan saling
berbagi baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh.
Pemberdayaan adalah proses proses pemberian informasi
kepada individu ,keluarga atau kelompok (klien) secara terus menerus
dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses
membntu klien agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu
atau sadar (aspek knowledge), dari tau menjadi mau (aspek attitude)
dan dari mau menjadi mampu melaksanakan prilaku yang
diperkenalkan (aspek practice). Oleh karna itu dibedakan adanya
pemberdayaan individu, pemberdayaan keluarga, dan pemberdayaan
kelompok.

3.2 SARAN

Demikianlah makalah ini kami buat dengan sebaik-baiknya,


namun sebagai manusia penulis selalu tidak lepas dari kesalahan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun kami sangat diharapkan
untuk menyempurnakan makalah ini, agar kami dapat memperbaiki
pembuatan makalah kami diwaktu yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Maulana, heri,D.J.2009.Promosi kesehatan.jakarta:EGC

Bouden,jan et al,2011.promosi kesehatan dalam kebidanan.jakarta:EGC

Panduan-promkes-dbk Pdf

http://isnopugel.wordpress.com/2011/03/28/strategi-promosi-kesehatan/

Advertisements

Anda mungkin juga menyukai