Terbit 2 kali setahun pada bulan Juni dan Desember. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil
penelitian di bidang kebidanan dan keperawatan.
Ketua Penyunting
Sarwinanti
Penyunting Pelaksana
Warsiti Mamnu’ah
Anjarwati Menik Sri Daryanti
Ery Khusnal Siti Khotimah
Ismarwati Widaryati
Lutfi Nurdian A. Yuli Isnaeni
Alamat Penyunting dan Tata Usaha: STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, Jl. Ring Road
Barat No. 63, Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55292. Telp (0274)
4469199 pesawat 166, Fax. (0274) 4469204. E-mail: bp3m_stikesayo@yahoo.com.
Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah
diketik di atas kertas HVS kuarto spasi ganda sepanjang lebih kurang 20 halaman, dengan format
seperti tercantum pada petunjuk bagi penulis JKK di bagian belakang jurnal ini. Naskah yang
masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan tata cara lainnya.
Hubungan Frekuensi Baby Spa dengan Perkembangan Bayi Usia 4-6 Bulan
Qoriesa Septina Dewi, Anggun Trisnasari 1-6
Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Minat Wanita Usia Subur dalam Melakukan
Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
Ellyda Rizki Wijhati 18-24
pengukuran atau pengamatan sekali waktu Kabupaten Ambarawa pada kategori tidak
dan pada saat yang bersamaan (Setiawan rutin melakukan baby spa sebesar 55,9%,
dan Saryono, 2011). Penelitian ini dilakukan sedangkan yang rutin melakukan baby spa
pada bulan Agustus tahun 2014. Populasi yaitu sebesar 44,1%. Baby Spa termasuk
dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang dalam kategori rutin bila dilakukan setiap
berumur 4-6 bulan pada bulan Juni sampai dua kali seminggu dan baby spa termasuk
dengan Agustus tahun 2014 yang melakukan dalam kategori tidak rutin bila dilakukan
baby spa di Klinik Baby Spa Ananda kurang dari dua kali seminggu.
Ambarawa sejumlah 56 bayi. Menurut Riksani (2014), baby spa
Teknik pengambilan sampel yang dikatakan teratur dan baik jika dilakukan
digunakan dalam penelitian ini adalah pur- setiap dua kali seminggu, tetapi kondisi bayi
posive sampling yaitu teknik pengambilan juga berpengaruh terhadap frekuensi untuk
sampel yang berdasarkan pada kriteria melakukan baby spa. Ketika bayi sehat,
tertentu dari satu tujuan yang spesifik yang baby spa akan membuat bayi semakin lebih
sebelumnya ditetapkan oleh peneliti, subyek tenang dan nyaman ketika baby spa dila-
yang memenuhi kriteria tersebut menjadi kukan. Namun sebaliknya, saat bayi sedang
anggota sampel (Arikunto, 2010). Kriteria sakit atau kurang sehat tentunya tidak dapat
inklusi dalam penelitian ini adalah bayi umur dilakukan baby spa, karena hal tersebut
4-6 bulan yang melakukan baby spa di akan memperburuk kondisi bayi.
Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan
Ambarawa Kabupaten Semarang pada Perkembangan Bayi Usia 4-6 Bulan
bulan Juni sampai dengan Juli tahun 2014. Menurut Kemenkes RI (2010), per-
Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian kembangan adalah bertambahnya struktur
ini adalah 1) Bayi yang mengalami cacat fisik dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
dan mental; 2) Bayi yang hanya melakukan kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara
baby spa tidak sepenuhnya atau hanya salah dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
satu yaitu pijat saja/renang saja. Alat ukur untuk mengukur perkembangan
Didapatkan jumlah sampel yang sesuai salah satunya adalah DDST (Denver
kriteria di atas sebanyak 34 bayi. Pengum- Developmental Screening Test), yaitu suatu
pulan data dengan menggunakan lembar tes untuk melakukan screening/pemeriksaan
Denver Development Skrining Test terhadap perkembangan anak usia satu
(DDST) II. Analisis data untuk mengetahui sampai dengan enam tahun.
apakah ada hubungan frekuensi baby spa Pengukuran perkembangan ada tiga
dengan perkembangan bayi umur 4-6 bulan interpretasi hasil skrining DDST yaitu normal
di Klinik Baby Spa Ananda Ambarawa jika didapatkan hasil tidak ada delayed.
Kabupaten Semarang, menggunakan uji Penilaian item T=”Terlambat” (D=Delayed).
Chi Square. Nilai “Terlambat” diberikan jika anak
“Gagal” (G), atau “Menolak” (M) melaku-
HASIL DAN PEMBAHASAN kan tugas untuk item di sebelah kiri garis
umur. Penilaian item P=”Peringatan”
Frekuensi Baby Spa Pada Bayi Umur (C=Caution) diberikan jika anak “Gagal”
4-6 Bulan (G) atau “Menolak” (M) melakukan tugas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk item yang dilalui pada daerah gelap
dari 34 bayi umur 4-6 bulan yang mela- kotak. Curiga/suspect jika didapatkan hasil
kukan baby spa di Klinik Baby Spa Ananda dengan dua atau lebih caution, dan/atau
4 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 1-6
terdapat satu atau lebih delayed. Tidak bunyi atau kata-kata, menoleh ke arah suara
stabil/Unstable jika didapatkan hasil dengan atau sumber bunyi, menggunakan vokalisasi
satu atau lebih delayed, dan/atau dua atau semakin banyak. Perkembangan perilaku
lebih caution. Dalam hal ini delayed atau atau adaptasi sosial pada bayi umur 4-6
caution harus disebabkan oleh karena pe- bulan dapat diawali dengan mengamati
nolakan (refusal) bukan karena kegagalan tangannya, tersenyum spontan jika diajak
(fail). Perkembangan pada bayi dan anak tersenyum, mengenal ibunya, dan senang
mencakup perkembangan motorik halus, menatap wajah-wajah yang dikenal.
perkembangan motorik kasar, perkem-
bangan bahasa dan perkembangan perilaku Frekuensi Baby Spa dengan Perkem-
atau adaptasi sosial (Dariyo, 2007; Hidayat, bangan Bayi Usia 4-6 Bulan
2011; Andriani, 2010) Berdasarkan Tabel 1, hasil analisis Chi
Hasil penelitian yang dididapatkan, square menunjukkan nilai p-value 0,043
mayoritas bayi yang melakukan baby spa (<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan
mengalami perkembangan normal sebesar antara variabel frekuensi baby spa dengan
64,7% dan yang mengalami perkembangan perkembangan bayi umur 4-6 bulan. Pene-
suspect sebesar 35,3%. Bayi umur 4 bulan litian ini sesuai dengan pendapat Hidayat
yang mengalami perkembangan suspect (2005), bahwa anak yang mendapatkan
dikarenakan bayi gagal atau tidak dapat stimulasi misalnya adalah baby spa akan
mengerjakan tugas pada sekstor bahasa lebih cepat berkembang dibandingkan de-
dan motorik kasar, yaitu gagal bertepuk ngan anak yang kurang atau tidak mendapat-
tangan dan menumpu pada kaki. Pada bayi kan stimulasi sama sekali.
umur 5 bulan perkembangan suspect diala- Penelitian ini juga sesuai dengan pene-
mi pada sektor bahasa dan motorik kasar, litian yang dilakukan Suharto (2012) tentang
yaitu gagal menoleh ke bunyi icik-icik dan pengaruh stimulasi bayi terhadap perkem-
tengkurap sendiri. Sedangkan pada bayi bangan motorik kasar bayi usia 3-8 bulan,
umur 6 bulan perkembangan suspect diala- bahwa terdapat pengaruh yang bermakna
mi pada sektor bahasa yaitu tidak dapat dengan antara stimulasi yang berupa pijat
melakukan menoleh suara dan menirukan bayi, senam bayi dan permainan stimulasi
bunyi kata-kata. peningkatan perkembangan motorik kasar
Menurut Hidayat (2011), perkem- bayi. Menurut Hammer dan Turner (1990)
bangan motorik halus pada bayi umur 4-6 (dalam Soedjatmiko, 2006), baby spa me-
bulan adalah sudah mulai mengamati benda, rupakan salah satu stimulasi taktil pada bayi
mengekplorasi benda yang dipegang, meng- yaitu suatu jenis rangsangan sensori yang
ambil obyek dengan tangan tengkurap, penting untuk perkembangan bayi yang
menahan benda di kedua tangan secara optimal. Rangsangan taktil ini bisa berupa
simultan. Perkembangan motorik kasar memijat dan berenang.
pada bayi umur 4-6 bulan adalah pada Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perubahan dalam aktivitas, seperti telungkup bayi yang rutin melakukan baby spa ma-
pada alas, dan sudah mulai mengangkat yoritas mengalami perkembangan normal
kepala dengan melakukan gerakan menekan yaitu sebesar 86,7% dan yang mengalami
kedua tangannya, mampu memalingkan perkembangan suspect yaitu sebesar
kepala ke kanan dan ke kiri, berguling dan 13,3%. Sedangkan bayi yang tidak rutin
telentang tengkurap. Perkembangan bahasa melakukan baby spa mayoritas mengalami
pada bayi umur 4-6 bulan adalah menirukan perkembangan suspect yaitu sebesar 52,5%
Dewi, Trisnasari, Hubungan Frekuensi Baby Spa... 5
Tabel 1. Hubungan frekuensi baby spa dengan perkembangan bayi usia 4-6 bulan
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Su- Riksani, Ria. 2014. Cara Mudah dan
atu Pendekatan Praktik. Rineka Aman Pijat Bayi. Dunia Sehat:
Cipta: Jakarta. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Setiawan, Ari dan Saryono. 2011. Meto-
Indonesia. Jakarta: BPS. dologi Penelitian Kesehatan.
Dariyo, Agoes. 2007. Psikologi Perkem- Nuha Medika: Yogyakarta.
bangan Anak Tiga Tahun Perta- Soedjatmiko. 2006. Pentingnya Stimulasi
ma. Refika Aditama: Bandung. Dini Untuk Merangsang Perkem-
Depkes RI. 2006. Pemantauan Pertum- bangan Bayi dan Balita Terutama
buhan Balita. Jakarta: Direktorat pada Bayi Resiko Tinggi. Sari
Jenderal Bina Kesehatan Masya- Pediatri. Vol. 8. Hal. 10.
rakat. Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang
Hidayat, Azis Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Anak. EGC: Jakarta.
Keperawatan. Salemba Medika: Suharto, Fajriah. 2012. Pengaruh Stimulasi
Jakarta. Bayi Terhadap Perkembangan
Hidayat, Azis Alimul. 2011. Ilmu Kesehatan Motorik Kasar Pada Bayi Usia 3-
Anak untuk Pendidikan Kebi- 8 Bulan. Media Kesehatan Poli-
danan. Salemba Medika: Jakarta. teknik Kesehatan Makasar. Vol.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. V. No. 1. Hal. 4. (Online), (www.
2010. Pedoman Pelaksanaan poltekkes-mks.ac.id/index.php/
Stimulasi, Deteksi dan Intervensi tutorials-mainmenu-48/media-
Dini Tumbuh Kembang Anak di kesehat an/ vo l- v- no - 1 /320-
Tingkat Pelayanan Kesehatan pengaruh-stimulasi-bayi-terhadap-
Dasar. Jakarta: KEMENKES RI. perkembangan), diakses 14 April
2014.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Meto-
dologi Penelitian Kesehatan. Yahya. 2011. Spa Bayi & Anak. Dipl.
Rineka Cipta: Jakarta. CIBTAC: Solo.
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
PENGETAHUAN TENTANG KANKER LEHER
RAHIM PADA IBU USIA REPRODUKSI
takan bahwa pendidikan kesehatan diha- yang akan membawa dampak yang
rapkan dapat meningkatkan pengetahuan. merugikan. Sehingga peneliti tertarik untuk
Pengetahuan didefinisikan sebagai kumpulan melakukan penelitian tentang pendidikan
informasi yang diperbarui yang didapat dari kesehatan dan kaitannya dengan tingkat
proses belajar selama hidup dan dapat pengetahuan tentang kanker leher rahim
dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat pada ibu usia reproduksi di Dusun Pengkol,
penyesuaiaan diri baik terhadap diri sendiri Desa Gulurejo, Kecamatan Lendah,
atau lingkungannya. Kabupaten Kulonprogo.
Faktor pengetahuan yang rendah
merupakan salah satu faktor penyebab METODE PENELITIAN
angka kejadian dan kematian akibat kanker Jenis penelitian ini adalah jenis
leher rahim. Di dunia, angka kejadian dan penelitian komparasi, yaitu untuk mengetahui
kematian yang diakibatkan oleh kanker leher apakah terdapat berbedaan pengetahuan
rahim menempati urutan kedua setelah tentang kanker leher rahim pada ibu usia
kanker payudara. Sementara itu, di negara reproduksi sebelum dan sesudah diberikan
berkembang masih menempati urutan teratas pendidikan kesehatan di Dusun Pengkol,
sebagai penyebab kematian akibat kanker Desa Gulurejo, Kecamatan Lendah,
di usia reproduktif. Hampir 80% kasus Kabupaten Kulonprogo.
berada di negara berkembang (Imam dalam Penelitian ini menggunakan metode
Pramesti, 2012). penelitian pre-experimental design yaitu
Kanker leher rahim adalah suatu peneliti mengamati satu kelompok utama dan
proses keganasan yang terjadi pada leher melakukan intervensi di dalam penelitian
rahim, sehingga jaringan disekitarnya tidak (Creswell, 2014). Tujuan dari penelitian ini
dapat melaksanakan fungsi sebagaimana adalah untuk menguji dampak dari suatu
mestinya. Keadaan tersebut biasanya intervensi/treatment terhadap hasil pene-
disertai dengan adanya perdarahan dan litian. Kegiatan perlakuan yang diberikan
pengeluaran cairan vagina yang abnormal, adalah pendidikan kesehatan mengenai
penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang kanker leher rahim. Rancangan pre-
(Bertriani, 2009). Kanker leher rahim adalah eksperimental yang digunakan adalah one
kanker yang terjadi pada leher uterus, suatu group pre test-post test design.
daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim yang HASIL DAN PEMBAHASAN
terletak antara rahim (uterus) dengan liang Pengetahuan responden sebelum dibe-
senggama atau vagina (Nasdaldy dalam rikan pendidikan kesehatan mayoritas
Tapan, 2005). Kanker leher rahim adalah termasuk dalam kategori kurang (49,0 %)
jenis kanker yang biasanya tumbuh lambat sedangkan tingkat pengetahuan kategori
pada wanita dan mempengaruhi leher rahim, cukup sebanyak 18 responden (35,3%)
bagian yang menghubungkan antara rahim dan kategori baik sebanyak 8 responden
dan vagina. (15,7%). Pengetahuan responden sesudah
Berdasarkan latar belakang masalah diberikan pendidikan kesehatan mengalami
menunjukkan pentingnya peningkatan peningkatan dan sebagian besar masuk da-
pengetahuan tentang kanker leher rahim, lam kategori cukup dan baik. Hal ini dibuk-
karena dengan pengetahuan yang cukup tikan dengan banyaknya responden memi-
diharapkan ibu-ibu mempunyai sikap yang liki tingkat pengetahuan kategori baik yaitu
positif dalam pencegahan kanker leher rahim sebanyak 19 (37,3) dan kategori cukup
10 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 7-11
Penelitian ini bertujuan untuk menge- umur, yakni responden yang berumur antara
tahui hubungan tingkat pengetahuan primi- 20-35 tahun lebih tinggi sebanyak 47 orang
gravida tentang tanda bahaya kehamilan (94%) dari responden yang berumur < 20
dengan frekuensi kunjungan antenatal care. tahun sebanyak 3 orang (6%). Berdasarkan
karakteristik responden menurut pendidikan
METODE PENELITIAN ibu, yakni tingkat pendidikan ibu tertinggi
Penelitian ini merupakan penelitian berlatar belakang SLTA yaitu sebanyak 36
observasional (non eksperimental) dengan orang (72%) sedangkan tingkat pendidikan
menggunakan rancangan cross sectional. ibu terendah berlatar belakang SD yaitu
Pengukuran variabel dilakukan pada suatu sebanyak 6 orang (21%).
saat yang sama, pengukuran varibel bebas
(tingkat pengetahuan) dan variable terikat Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karak-
(frekuensi ANC) dilakukan pada saat yang teristik Responden di Puskes-
bersamaan (Notoatmodjo, 2010). Populasi mas Mergangsan Yogyakata
dalam penelitian ini adalah ibu hamil primi- (n= 50 Juni-Juli, 2012)
gravida di puskesmas Mergangsan Yogya-
Karakteristik N %
karta berjumlah 50 orang. Pengambilan
sampel dilakukan dengan tehnik accidental Umur
a) < 20 tahun 3 6.0
sampling (non probability sampling) yaitu
b) 20-35 tahun 47 94.0
pengambilan sampel yang dilakukan dengan
mengambil responden yang kebetulan ada Pendidikan
atau tersedia asalkan sesuai dengan kriterian a) SD/ sederajat 6 12.0
inklusi (Arikunto, 2010). b) SLTP/sederajat 8 16.0
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan c) SMA/sederajat 36 72.0
pada ibu hamil primigravida di puskesmas
Mergangsan yang mempunyai karakteristik Pekerjaan
a) IRT 39 78.0
sama dengan responden penelitian. Jumlah b) Pegawai swasta 8 16.0
butir dalam pertanyaan adalah 17 butir untuk c) Pedagang 3 6.0
menilai pengetahuan tentang tanda bahaya Penghasilan
kehamilan. Uji validitas kuesioner tingkat a) Rp. 200.000-Rp. 500.000 6 12.0
pengetahuan pimigravida tentang tanda b) Rp. 500.000-Rp. 750.000 24 48.0
bahaya kehamilan dengan frekuensi kun- c) Rp. 750.000-Rp. 1.000.000 8 16.0
d) >Rp. 1.000.000 12 24.0
jungan atenatal care pada penelitian ini yaitu
dengan analisis menggunakan Product Sumber: Data Primer
Moment. Metode yang digunakan pada uji
reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan Berdasarkan karakteristik responden
sejauh mana suatu alat dapat dipercaya atau menurut pekerjaan ibu, yakni sebagian be-
diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Rumus sar responden tidak bekerja hanya sebagai
K – R 20 (Arikunto, 2010). Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 39 orang
(78%) sedangkan sebagian kecil bekerja
HASIL DAN PEMBAHASAN sebagai pedagang yaitu sebanyak 3 orang
(6%). Berdasarkan karakteristik responden
Gambaran Karakteristik Responden menurut penghasilan, yakni responden de-
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa ngan penghasilan tertinggi sebanyak Rp.
responden dengan karakteristik menurut 500.000 - Rp. 750.000, sebanyak 24 orang
Rastifiati, dkk., Hubungan tingkat Pengetahuan Primigravida... 15
(48%) sedangkan responden dengan peng- baik (lihat Tabel 3), dan sumber informasi
hasilan terendah sebanyak 6 orang (12%). dari pelayanan kesehatan atau di Puskesmas
Mergangsan yang memiliki fasilitas pela-
Tingkat Pengetahuan Primigravida yanan yang cukup lengkap di poli KIA.
Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Pengetahuan tentang tanda bahaya-tanda
Berdasarkan data pada tabel 2 dapat bahaya penting untuk memotivasi perem-
dilihat bahwa tingkat pengetahuan primi- puan untuk terampil dalam masa kehamilan
gravida tentang tanda bahaya kehamilan dan kelahiran serta meminta rujukan jika
dengan frekuensi kunjungan ANC sebagian terjadi komplikasi.
besar mempunyai tingkatan yang baik yaitu
sebanyak 37 orang (74%) sedangkan kate- Frekuensi Kunjungan Antenatal Care
gori yang kurang sebanyak 13 ibu dengan Pemeriksaan Antenatal Care adalah
persentase 26%. Berdasarkan data tersebut pemeriksaan dan pengawasan kehamilan
dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu untuk mengoptimalisasi kesehatan mental
memiliki pengetahuan yang baik tentang dan fisik Ibu hamil, sehingga mampu
tanda-tanda bahaya kehamilan. menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan
memberikan ASI dan kembalinya kesehatan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998).
Pengetahuan Primigravida Masih banyak ibu, khususnya pada ibu
Tentang Tanda Bahaya Keha- hamil, belum mengerti betapa pentingnya
milan di Puskesmas Mergang- pelaksanaan Antenatal Care bagi kelang-
san Yogyakarta (n= 50 Juni- sungan kesehatan ibu dan janin, untuk me-
Juli, 2012)
ngetahui secara dini kelainan pada kehamilan
atau tanda-tanda bahaya pada kehamilan,
Tingkat Pengetahuan Frekuensi %
Primigravida sehingga ibu sadar betapa pentingnya penge-
Kurang 13 26 tahuan tentang pemeriksaan pada ibu hamil
Baik 37 74 dan mengerti serta ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sedini mungkin.
Jumlah 50 100
Table 3. Distribusi Frekuensi Kun-
Sumber: Data Primer
jungan Antenatal Care di Pus-
kesmas Mergangsan Yogya-
Tingkat pengetahuan seseorang dipe- karta (n= 50 Juni-Juli, 2012)
ngaruhi oleh 2 faktor, faktor internal dari
individu tersebut dan faktor eksternal. Fak- Frekuensi Frekuensi %
tor internal meliputi pendidikan, pekerjaan, Kunjungan ANC
dan umur. Sedangkan yang dimaksud de- Kurang 4 8
ngan faktor eksternal meliputi lingkungan dan Baik 46 92
sosial budaya seseorang (Notoatmodjo, Jumlah 50 100
2007). Pengetahuan yang baik dimiliki oleh
ibu disebabkan karena hampir sebagian ibu Sumber: Data Primer
yang menjadi responden telah memiliki pe-
ngetahuan tentang tanda bahaya kehamilan Berdasarkan Tabel 3 diperoleh hasil
serta beberapa faktor yang mendukung yaitu bahwa sebagian besar ibu memiliki frekuensi
frekuensi kunjungan antenatal care yang kunjungan antenatal care baik, yakni kate-
16 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 12-17
gori yang kurang sebanyak 4 ibu dengan sebesar 5.426 dengan harga p sebesar
persentase 8% sedangkan kategori yang 0,020 dan df 1. Dari data tersebut dapat
baik sebanyak 46 ibu dengan persentase diketahui bahwa nilai P < α atau P < 0.05
92%. Penilaian ini didasarkan dari buku Berdasarkan nilai P tersebut dapat diartikan
register atau buku kunjungan pelayanan ibu Ho ditolak sedangkan Ha (hipotesis pene-
hamil di poli KIA. litian) diterima artinya terdapat hubungan
Frekuensi kunjungan yang baik dan antara tingkat pengetahuan primigravida
teratur dimiliki oleh ibu disebabkan karena tentang tanda bahaya kehamilan dengan
fasilitas pelayanan yang cukup lengkap di frekuensi kunjungan antenatal care di
puskesmas Mergangsan khususnya di poli puskesmas Mergangsan Yogyakarta.
KIA dan tingginya akan kesadaran untuk Berdasarkan tabel 4 juga dapat dike-
meningkatkan derajat kesehatan ibu maupun tahui bahwa ibu yang memiliki pengetahuan
janin. Terdapat beberapa faktor yang mem- yang baik ternyata frekuensi kunjungan
pengaruhi frekuensi kunjungan yang baik dan antenatal care sebagian besar baik, yaitu
teratur sehingga proses kehamilan menjadi sebanyak 36 ibu (72%). Ibu yang memiliki
lebih baik dari sebelumnya. tingkat pengetahuan yang kurang ternyata
frekuensi kunjungan antenatal care menun-
Distribusi nilai hubungan tingkat penge- jukkan hasil sebanyak 3 ibu (6%). Hasil
tahuan primigravida tentang tanda ba- penelitian menunjukkan bahwa terdapat hu-
haya kehamilan dengan frekuensi kun- bungan yang signifikan antara tingkat penge-
jungan antenatal care. tahuan primigravida tentang tanda bahaya
Pada tabel 4 dapat diketahui bahwa kehamilan dengan frekuensi kunjungan
pengetahuan primigravida yang kurang antenatal care di puskesmas Mergangsan
dengan frekuensi kunjungan antenatal care Yogyakarta terbukti dari nilai sig <0,05.
yang kurang sebanyak 3 orang (6%) dan Penelitian yang dilakukan Widyastuti
yang baik sebanyak 10 orang (20%). (2011) menunjukkan terdapat peningkatan
Pengetahuan primigravida yang baik, dengan signifikan tingkat pengetahuan pada primi-
frekuensi kunjungan antenatal care yang gravida tentang tanda bahaya kehamilan
kurang sebanyak 1 orang (2%) dan yang setelah diberikan penyuluhan. Dari penelitian
baik sebanyak 36 orang (72%). tersebut dapat dilihat tingkat pengetahuan
Berdasarkan perhitungan diperoleh uji dapat mempengaruhi perilaku frekuensi
statistik Chi-Square nilai Kai Kuadrat kunjungan antenatal care seseorang,
Rastifiati, dkk., Hubungan tingkat Pengetahuan Primigravida... 17
kuisioner tingkat pengetahuan dengan jumlah kukan SADARI sebanyak 24 orang (48%).
21 soal dan kuisioner tentang minat dengan
20 soal. Uji validitas kuisioner dilakukan Tabel 1 . Distribusi Karakteristik Res-
pada kader kesehatan dikelurahan Bumijo poden Berdasarkan Umur,
dengan menggunakan analisis uji product Sumber Informasi, Pendi-
moment. Hasil uji validitas kuisioner penge- dikan, Tingkat Pengetahuan,
Pekerjaan, Minat, dan Pelak-
tahuan terdapat 4 pertanyaan tidak valid,
sanaan SADARI
dan pertanyaan minat terdapat 3 pertanyaan
tidak valid. Pertanyaan yang tidak valid Karakteristik Frekuensi Persentase
dihilangkan, sedangkan uji reliabilitas Responden
mengunakan alfa cronbach dengan nilai α= Umur
21- 25 7 14
0,833. Analisis data bivariate menggunakan 26- 30 10 20
chi square dan analisis multivariate 31- 35 13 26
menggunakan regresi logistik ganda. 36- 40 10 20
41- 45 7 14
>45 3 6
HASIL DAN PEMBAHASAN Sumber Informasi
TV 19 38
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian Radio 5 10
besar responden berumur 31- 35 tahun yaitu Internet 15 30
sebanyak 13 orang (26%), dan umur Koran/ Majalah 9 18
Petugas Kesehatan 2 4
responden yang paling sedikit adalah >45 Pendidikan
tahun (6%). Sebagian besar responden men- SMP 12 24
dapatkan informasi tentang SADARI dari SMA 29 58
Diploma 7 14
TV yaitu sebesar 19 orang (38%), dan sum- Perguruan Tinggi 2 4
ber informasi yang paling sedikit adalah petu- Pekerjaan
gas kesehatan yaitu 2 orang (4%). Tingkat PNS 4 8
Ibu Rumah Tangga 30 60
pendidikan responden terbanyak adalah Pegawai Swasta 13 26
SMA yaitu 29 orang (58%), sedangkan Wiraswasta 3 6
tingkat pendidikan yang paling sedikit adalah Tingkat
Pengetahuan
Perguruan Tinggi yaitu 2 orang (4%). Tinggi 34 68
Pekerjaan responden terbanyak adalah Ibu Sedang 15 30
Rumah tangga yaitu 30 orang (60%), Rendah 1 2
Minat
sedangkan pekerjaan yang paling sendikit Tinggi 39 78
adalah wiraswasta yaitu 3 orang (6%). Sedang 10 20
Sebagian besar responden memiliki Rendah 1 1
Pelaksanaan
pengetahuan SADARI yang tinggi yaitu 34 SADARI
orang (68%). Hanya 1 orang (2%) respon- Melaksanakan 26 52
den dengan tingkat pengetahuan rendah. Tidak 24 48
Melaksanakan
Sebagian besar responden memiliki minat
yang tinggi untuk melakukan SADARI yaitu Sumber: Data Primer 2015
39 orang (78%), dan hanya 1 orang (2%)
yang memiliki minat yang rendah untuk Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan
melakukan SADARI. Responden yang me- Pelaksanaan SADARI
laksanaan SADARI sebagai upaya deteksi Berdasarkan Tabel 2 didapatkan hasil
dini kanker payudara sebanyak 26 orang bahwa sebagian besar kader memiliki
(52%), dan responden yang tidak mela- pengetahuan yang tinggi tentang kanker
Wijhati, Hubungan Tingkat Pengathuan... 21
Berdasarkan tabel 3 responden yang kukan deteksi dini kanker payudara atau
memiliki minat tinggi untuk melakukan akan membuat seorang perempuan untuk
SADARI terdapat 39 kader (78%), namun tidak melakukan deteksi dini dan terlambat
dari 39 kader yang memiliki minat tinggi ha- datang ke pelayanan kesehatan.
nya terdapat 25 kader yang melakukan Responden yang tidak melaksanakan
SADARI secara rutin, namun 14 kader SADARI terdapat 24 kader perlu menda-
lainnya yang memiliki minat tinggi tidak patkan pembinaan guna membangun minat
melakukan SADARI. Kader yang memiliki yang kuat untuk melakukan SADARI seba-
pengetahuan yang tinggi dan memahami arti gai upaya untuk melakukan deteksi dini
penting SADARI akan melakukan kanker payudara. Minat kader melakukan
SADARI sebagai upaya deteksi dini kanker SADARI dipengaruhi oleh beberapa faktor
payudara. antara lain: 1) kesungguhan karena manusia
Responden yang memiliki minat tinggi merupakan individu yang mempunyai sikap,
namun tidak melakukan SADARI terdapat kepribadian dan latar belakang sosial eko-
14 kader perlu diberikan support/ dorongan nomi yang berbeda, maka kesungguhan
agar menjadikan minat sebagai dasar diperlukan untuk menciptakan minat se-
melakukan SADARI. Hal tersebut sesuai hingga merubah perilaku manusia; 2) ling-
dengan pendapat Bowden & Manning kungan keluarga karena peran dan du-
(2011) minat melakukan SADARI merupa- kungan anggota keluarga sangat membantu
kan suatu prekusor penting untuk memahami dalam menciptakan minat seseorang; dan 3)
dan berupaya memprediksi perilaku mela- pemberian penyuluhan/ Informasi yang me-
kukan SADARI. Seseorang harus memiliki rupakan salah satu faktor yang mempengarui
minat melakukan SADARI untuk mau minat seseorang. Dengan memberikan infor-
mengimplementasikan SADARI sebagai masi maka dapat menciptakan minat sese-
upaya deteksi dini kanker payudara. orang. Salah satu cara menyampaikan infor-
Hasil analisis didapatkan hasil Chi masi adalah dengan pemberian penyuluhan
Kuadrat 10,439 dan p-value = 0, 005, p - (Mubarak dkk, 2007).
value < 0,05 sehingga hipotesis null ditolak.
Hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa Hubungan Pengetahuan dan Minat
terdapat hubungan yang positif dan signifikan dengan pelaksanaan SADARI
antara minat dengan pelaksanaan SADARI
pada kader di Kelurahan Bener, Kecamatan Tabel 4. Hasil Analisis Multivariat
Tegalrejo. Hal tersebut sesuai dengan pen- dengan Regresi Logistik
dapat Setiawati & Dermawan (2008) yang Ganda
menyatakan bahwa minat melakukan
SADARI mempunyai pengaruh besar Variabel B Wald Sig Exp
terhadap perilaku pelaksanaan SADARI Bebas (B)
karena dengan minat seseorang akan mela- Tingkat 0,998 2.456 0.117 2,713
kukan sesuatu yang diminatinya. Pengetahuan
Suatu minat dapat ditunjukkan dalam Minat -2,919 7,887 0.009 18,516
pernyataan bahwa seseorang berminat
terhadap suatu objek atau kegiatan tertentu Berdasarkan tabel 4 hasil uji analisis
dan dapat pula ditunjukkan melalui tindakan regresi logistik ganda didapatkan hasil
atau perilaku. Perilaku tersebut yang akan bahwa variabel tingkat pengetahuan tidak
membawa seorang perempuan untuk mela- signifikan berhubungan dengan pelaksanaan
Wijhati, Hubungan Tingkat Pengathuan... 23
Design. Sampel keseluruhan yang digunakan dingkan metode problem solving pada
berjumlah 60 siswa kelas VIII SMPN 1 pengetahuan remaja tentang seks pranikah
Bringin 2014 dengan teknik pengambilan yaitu dengan menggunakan teknik analisis
sampel, cluster sampling. Sampel tersebut independent t-test dengan taraf signifikansi
dibagi menjadi dua kelompok yaitu, ke- 5% (lihat hasil pada tabel 1.)
lompok perlakuan dengan metode pendi- F tes menguji asumsi dasar dari t-test
dikan kesehatan ceramah dan diskusi seba- bahwa varian kedua kelompok adalah
nyak 30 siswa, dan 30 siswa untuk kelom- sama. Dari tabel 4.9 didapatkan hasil nilai
pok metode pendidikan kesehatan dengan Sig. pengetahuan pada F tes (0,427) > α
problem solving. (0,05), maka kedua kelompok pada varia-
Teknik pengumpulan data yang diguna- bel pengetahuan memiliki varian yang sama.
kan dalam penelitian ini adalah kuesioner maka pengujian hipotesis menggunakan nilai
pengetahuan, sikap, perilaku yang telah diva- baris atas dengan df 58. Nilai mean dif-
liditas dan direliabilitaskan. Kuesioner dibe- ference menunjukkan perbedaan pening-
rikan sebelum dan sesudah perlakuan. Peni- katan rata-rata masing-masing variabel.
laian pengetahuan dan perilaku dengan skala Pada variabel pengetahuan nilai mean
gutman 0 dan 1, penilaian sikap dengan skala difference sebesar -0,10101 yang berarti
likert 1 sampai 5. Uji normalitas data meng- bahwa metode pendidikan problem solving
gunakan rumus Shapiro Wilk test. Uji hipo- memiliki peningkatan nilai rata-rata pe-
tesis yang digunakan adalah Uji-t bebas ngetahuan 0,10101 lebih tinggi dari metode
(independent samples t-test). Uji-t diguna- ceramah dan diskusi dengan peningkatan
kan jika data terbukti berdistribusi normal. terendah -0,39827 dan peningkatan tertinggi
Tetapi bila data tidak berdistribusi normal 0,19625. Namun secara statistik dengan CI
maka data dianalisis dengan menggunakan 95% hasil tersebut tidak bermakna
Mann-Whitney Data diolah dengan pro- dikarenakan nilai Sig. t test pada variabel
gram SPSS versi 16.00 dengan ketentuan pengetahuan (0,499) > α (0,05).
jika nilai p kurang dari 0,05 berarti hipotesis
nol ditolak atau hipotesis penelitian diterima. 2. Analisis perbedaan pengaruh pene-
litian pada sikap
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian hipotesis penelitian untuk
perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan
Hasil dengan metode ceramah dan diskusi diban-
1. Analisis perbedaan pengaruh pene- dingkan metode problem solving pada
litian pada pengetahuan. sikap remaja tentang seks pranikah yaitu
Pengujian hipotesis penelitian untuk dengan menggunakan teknik analisis Mann
perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan Whitney karena data tidak berdistribusi
dengan metode ceramah dan diskusi diban- normal. Adapun hasilnya sebagai berikut.
Tabel 2 Hasil Uji Mann whitney pada selisih skor pretest dan posttest pengeta-
sikap huan dengan metode ceramah dan diskusi
sebesar 0,9495, sedangkan pada metode
sikap problem solving sebesar 1,0505. Terdapat
Mann-Whitney U 319.000 perbedaan perubahan pengetahuan pada
Z -1.945 metode ceramah dan diskusi dibandingkan
Asymp. Sig. (2-tailed) .052 dengan problem solving, namun setelah
dilakukan pengujian tidak terdapat perbe-
daan yang signifikan antara kedua metode
Dari hasil uji Mann whitney didapat- tersebut dengan independent t-test didapat-
kan nilai signifikansi 0,052 lebih dari α kan hasil p (0,499) > α (0,05).
(0,05), sehingga tidak terdapat perbedaan Hasil penelitian yang menyatakan
bermakna antara pengaruh metode ceramah bahwa tidak terdapat pengaruh yang signi-
dan diskusi dibandingkan dengan problem fikan antara metode ceramah dan diskusi
solving pada sikap tentang seks pranikah. dibandingkan metode problem solving
terhadap pengetahuan tentang seks pranikah
3. Analisis perbedaan pengaruh pene- tidak sesuai dengan hasil penelitian yang
litian pada perilaku dilakukan oleh Ali (2010), yaitu mengenai
Pengujian hipotesis penelitian untuk efek penggunaan problem solving dalam
perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan pembelajaran matematika. Metode pene-
dengan metode ceramah dan diskusi diban- litian yang digunakan dengan membagi
dingkan metode problem solving pada sampel menjadi dua kelompok. Kelompok
perilaku remaja tentang seks pranikah yaitu pertama adalah kelompok eksperimen
dengan menggunakan teknik analisis Mann dengan metode problem solving sedangkan
whitney karena data tidak berdistribusi kelompok kedua menggunakan metode
normal. Hasilnya adalah sebagai berikut: tradisional.
Metode tradisional sendiri terdiri dari
Tabel 3 Hasil Uji Mann whitney pada
ceramah guru dan diskusi. Sampelnya ada-
perilaku
lah anak kelas VIII SMP. Hasil penelitiannya
perilaku menunjukkan terdapat perbedaan yang
signifikan antara kedua metode tersebut
Mann-Whitney U 345.000
dimana murid yang menerima metode
Z -1.997 problem solving lebih baik dari pada meng-
Asymp. Sig. (2-tailed) .046 gunakan metode tradisional. Perbedaan ti-
dak signifikan dikarenakan materi yang
Dari hasil uji Mann whitney didapat- berbeda. Materi pendidikan seksual lebih
kan nilai signifikansi 0,046 kurang dari α bisa di akses dari sumber informasi atau
(0,05), sehingga terdapat perbedaan media yang lain daripada materi matematika.
bermakna antara pengaruh metode ceramah Menurut Mubarok (2007) sumber in-
dan diskusi dibandingkan dengan problem formasi lebih banyak mempunyai penge-
solving pada perilaku seks pranikah. tahuan yang lebih luas. Informasi mengenai
seks pranikah bisa diakses dari berbagi
Pembahasan sumber informasi yaitu internet, HP, video
Hasil penelitian untuk pengetahuan porno, surat kabar, dan majalah porno
tentang seks pra nikah didapatkan rata-rata (Israwati, 2013). Selain itu, lingkungan juga
Martini, Ajeng, Metode Ceramah dan Diskusi... 29
dalam menentukan sikap yang utuh, penge- Setelah dilakukan pengujian, terdapat
tahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi perbedaan yang signifikan antara kedua
memegang peranan penting (Mubarok, metode tersebut dengan uji mann whitney
2007; Sari 2013). didapatkan hasil p (0,046) < α (0,05). Hasil
Selain itu, perkembangan emosi rema- penelitian yang menyatakan bahwa terdapat
ja awal menunjukkan sifat yang sensitif dan pengaruh yang signifikan antara metode
reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai ceramah dan diskusi dibandingkan metode
peristiwa atau situasi sosial, emosinya lebih problem solving terhadap perilaku tentang
bersifat negatif dan temperamental (Yusuf, seks pranikah sesuai dengan hasil penelitian
2004). Aspek emosional biasanya berakar yang dilakukan oleh Arnold (2009) menge-
paling dalam sebagai komponen sikap dan nai perbandingan program preventif yang
merupakan aspek yang paling bertahan didalamnya terdapat 6 program pencegahan
pengaruh-pengaruhnya dalam mengubah HIV. Program-program tersebut yaitu
sikap (Azwar, 2011). Aspek lain yang STRIVE, the Community Reinforcement
berpengaruh pada sikap adalah kelompok Approach, Strengths-Based Case Mana-
teman sebaya dimana apabila kelompok gement, Ecologically-Based Family
teman sebaya menunjukkan sikap dan Therapy, Street Smart, and AESOP. Se-
pribadi yang baik maka kemungkinan besar mua program bertujuan untuk mengurangi
remaja juga akan menampilkan sikap dan terkait HIV, perilaku seksual dan penggu-
kepribadian yang baik pula begitu juga seba- naan narkoba.
liknya (Yusuf, 2004). Salah satu pengaruh Pendekatan pemecahan masalah/ pro-
orang lain yang dianggap penting adalah blem solving secara khusus dibahas dalam
status pacaran (Yuniarti, 2007) dan menurut empat dari enam program tersebut, sehingga
Hall yang disitasi oleh Yusuf (2004) menje- dari penelitian tersebut dapat disimpulkan
laskan bahwa apabila remaja berkembang bahwa problem solving berpengaruh terha-
dalam lingkungan yang kondusif, mereka dap perilaku. Perilaku diartikan sebagai
akan memperoleh sifat-sifat postif yang bentuk respon yang sangat bergantung pada
mengembangkan nilai insaninya. karakteristik maupun faktor internal seperti
Hasil penelitian untuk perilaku seks tingkat kecerdasan, tingkat emosional, dan
pranikah didapatkan rata-rata selisih skor jenis kelamin serta faktor eksternal berupa
pretest dan posttest pada metode ceramah lingkungan, sosial budaya, ekonomi, dan
dan diskusi sebesar -0,1777, sedangkan politik dari orang yang bersangkutan.
pada metode problem solving sebesar - Perilaku juga merupakan fungsi dari niat
0,8667. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang untuk bertindak sehubungan de-
terdapat perbedaan perubahan perilaku ngan kesehatan atau perawatan kesehatan,
pada metode ceramah dan diskusi maupun dukungan sosial dari masyarakat sekitar, ada
problem solving dan setelah dilakukan atau tidaknya informasi atau fasilitas kese-
pengujian terdapat perbedaan yang signifikan hatan, otonomi atau keputusan pribadi dan
antara kedua metode tersebut. Terdapat situasi yang memungkinkan. Oleh karena itu,
perbedaan perubahan perilaku pada metode walaupun diberikan stimulus yang sama,
ceramah dan diskusi dibandingkan dengan namun respon setiap orang dapat berbeda
problem solving, metode problem solving karena adanya otonomi atau keputusan
memberikan perubahan perilaku yaitu pribadi untuk berperilaku. Sehingga dapat
terdapat penurunan perilaku yang lebih besar disimpulkan bahwa meskipun seseorang
dibandingkan ceramah dan diskusi. yang memiliki tingkat pengetahuan dan sikap
Martini, Ajeng, Metode Ceramah dan Diskusi... 31
yang baik, tidak semua orang akan memiliki mengenai faktor-faktor yang berpengaruh
perilaku yang baik (Sari, 2013). terhadap perilaku seksual responden,
Problem solving memberikan pe- didapatkan hasil tidak hanya pengetahuan
luang pemberdayaan potensi berfikir pem- dan sikap melainkan relijiusitas seseorang
belajar dalam aktivitas-aktivitas pemecahan yang sangat rendah, aktifitas sosial yang
masalah dan pengambilan keputusan serta sangat tinggi, penghargaan diri yang rendah,
siswa lebih aktif dalam pembelajaran (Gok, rasa percaya diri yang rendah, adanya
2010). Perilaku pada metode problem sol- dukungan sosial terhadap hubungan seksual
ving juga terbentuk dari langkah-langkah pranikah yang kuat.
pembelajaran problem solving yaitu, (1) Teori lain mengenai metode problem
Mengidentifikasi masalah atau merasakan solving menunjukkan bahwa metode
adanya masalah-masalah yang potensial problem solving memunculkan kasus-
yaitu mengenai seks pranikah; (2) Merumus- kasus yang sesuai dengan kenyataan sehing-
kan masalah yang muncul antara lain siswi ga materi tentang seks pranikah cenderung
dikeluarkan karena hamil diluar nikah, pacar mempengaruhi perilaku, selain itu siswa lebih
tidak bertanggung jawab, orang tua malu berminat pada perilaku seks pranikah dari-
dan hendak bunuh diri; (3) Mencari jalan pada pengetahuan dan sikapnya. Proses
keluar atau menentukan alternatif peme- kognitif yang mengantarai perubahan tingkah
cahan masalah yaitu pencegahan dengan laku dipengaruhi oleh pengalaman yang
tidak melakukan seks pranikah, memper- mengarahkan untuk menuntaskan tugas-
tahankan kehamilan dan meminta pacar tugas. Salah satu sumber pokok yang ber-
bertanggung jawab karena resiko kematian pengaruh adalah penciptaan situasi yang
dari aborsi yang besar; (4) Memilih jalan dapat mengurangi dorongan emosional yang
keluar yang paling tepat yaitu dengan tidak mempunyai nilai-nilai informatis bagi kom-
melakukan hubungan seksual pranikah; (5) petensi pribadi. Dimana metode problem
Melaksanakan pemecahan masalah yang solving dengan memunculkan atau mem-
telah dipilih yaitu dengan tidak mengikuti buat kasus yang dekat dengan kehidupan
perilaku siswi tersebut untuk melakukan seks sehari-hari sehingga terjadi penciptaan situasi
pranikah siswa menemukan sendiri akibat yang mengurangi dorongan emosional dan
dari seks pranikah sehingga takut untuk ber- rasional dalam berperilaku (Yusuf, 2004).
perilaku kembali karena seks pranikah lebih
banyak membawa efek negatifnya yang jelas SIMPULAN DAN SARAN
terlihat dalam kehidupan sehari-hari Berdasarkan analisis data dan pemba-
(Mulyasa, 2011; Gafur, 2012). hasannya, maka dapat ditarik kesimpulan
Yusuf (2004) juga menyebutkan bah- bahwa tidak ada perbedaan pengaruh yang
wa rangsangan yang memicu atau mendo- bermakna secara signifikan pada pendidikan
rong respon-respon adalah yang membentuk kesehatan dengan metode ceramah dan
kepribadian dan tingkah laku remaja seperti diskusi dibandingkan metode problem
pencarian kenyamanan, seks dan menghin- solving pada pengetahuan dan sikap remaja
darkan diri dari rasa sakit. Meskipun peri- tentang seks pranikah. Namun ada perbe-
laku sering dikaitkan dengan pengetahuan daan pengaruh yang bermakna secara signi-
dan sikap, menurut Notoatmodjo (2007), fikan pada pendidikan kesehatan dengan
masuknya perilaku umumnya didasari metode ceramah dan diskusi dibandingkan
pengetahuan dan sikap. Tetapi menurut metode problem solving pada perilaku
penelitian yang dilakukan Suryoputro (2006) seks pranikah remaja.
32 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 26-35
Israwati, Rachman ,WA, Ibnu, IF. 2013. RHR WHO (Department of Reproductive
Ilmu Perilaku Seks Pra-Nikah Health and Research). 2013. Very
Mahasiswa pada Sekolah Tinggi young adolescents,(Online),(http:/
Manajemen dan Komputer Bina /www.who.int/reproductivehealth/
Bangsa Kendari, (Online),(http:/ topics/adolescence/very_young_
/rep osito ry.un ha s. ac. id /b it ados/en/), di akses pada tanggal 27
stream/ handle/123456789/6167/ November 2013.
jurnal%20israwati.pdf?sequence=1), Sari, SE. 2013. Gambaran Pengetahuan,
diakses 17 Maret 2014. Sikap, dan Tindakan Donor
Kirby ,D and Coyle, K. 1997. School-Ba- Darah pada Mahasiswa Fakultas
sed Programs to Reduce Sexual Kedokteran Universitas Tan-
Risk-taking Behavior, (Children jungpura Pontianak, (Online),
and Youth Services Review 19, no. (jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/
5/6 (1997): 415-36, (Online), http:/ article/view/1775), diakses 11
/www.aei.org/papers/society-and- Januari 2014.
culture/poverty/school-based- Sarwono, WS. 2008. Psikologi Remaja.
programs-to-reduce-sexual-risk- PT. Rajawali Grafindo Persada:
taking-behavior/), diakses 5 Jakarta.
Februari 2014. Sukardjo 2007. Perbedaan Efektivitas
Mubarok, WI. 2007. Promosi Kesehatan Metode PKM-RS dengan Diskusi
Sebuah Pengantar Proses Bela- dan Problem solving dalam Pe-
jar Mengajar dalam Pendidikan. ningkatan Pengetahuan dan
Graha Ilmu: Yogyakarta. Sikap dari Pasien DM Tipe II di
Mulyasa. 2011. Menjadi Guru Profesi- RSUD Sunan Kalijaga Kabu-
onal: Menciptakan Pembela- paten Demak. Jurnal Promosi
jaran Kreatif dan Menyenang- Kesehatan Indonesia Vol.2/No.2,
kan. Remaja Rosdakarya: (Online),(ejournal.undip.ac.id/
Bandung. index.php/jpki/article/download/
Musofa, A. 2011. Definisi Pengetahuan 2594/2302), diakses 27
serta Faktor-faktor yang mem- November 2013.
pengaruhi Pengetahuan, (On- Suryoputro, A, Ford, NJ, dan Shaluhiyah,
line), (http://duniabaca.com/ Z. 2006. Faktor-Faktor yang
definisi-pengetahuan-serta-faktor- Mempengaruhi Perilaku Seksual
fakt or-yang-mempengaruhi- Remaja di Jawa Tengah: Impli-
pengetahuan.html), diakses 17 kasinya Terhadap Kebijakan dan
Desember 2013. Layanan Kesehatan Seksual dan
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Reproduksi. MAKARA, KESE-
perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: HATAN, VOL. 10, NO. 1, JUNI
Jakarta. 2006: 29-40, (Online), (http://
journal.ui.ac.id/health/article/
________ . 2007. Promosi Kesehatan
download/162/158), diakses 17
Dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta:
Desember 2013.
Jakarta.
34 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 26-35
Sarwinanti
STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
sarwinantisyamsudin@yahoo.com
pekerjaan dan pengetahuan responden Pada tabel 2 diketahui bahwa ibu yang
tentang penyakit Infeksi Menular Seksual. bekerja maupun yang tidak bekerja yang
Analisa data dengan menggunakan Uji Chi mengalami IMS sejumlah 5 orang (25%)
Square (Dahlan, 2010). dan yang tidak mengalami IMS sebanyak 5
orang (25%).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 3: Kejadian IMS Berdasarkan
Tabel 1: Kejadian IMS berdasarkan Pendidikan Responden di
usia responden di Wilayah Wilayah Kerja Puskesmas
Kerja Puskesmas Cangkring- Cangkringan Sleman tahun
an Sleman tahun 2015 (n=20) 2015 (n=20)
yang sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena Bobak, Lowdermilk & Jansen. 2011.
kemungkinan banyak faktor yang dapat Maternal Nursing 4th edition.
mempengaruhi terjadinya IMS. Faktor- Chapter:7. Mosby: Philadelphia.
faktor tersebut antara lain faktor perilaku Dahlan, Sopiyudin. 2010. Langkah-
seseorang dalam kebersihan dirinya dan langkah Membuat Proposal
perilaku dalam berhubungan seksual dengan Penelitian Bidang Kedokteran
pasangan ataupun memiliki riwayat perilaku dan Kesehatan. Sagung Seto:
seksual yang tidak baik. Jakarta.
Analisis hubungan antara pengetahuan Pilliteri. 2008. Maternal and Neonatal
dengan kejadin IMS didapatkan hasil Nursing. Mosby: Philadelphia.
p>0,05 (p value=0,500) yang disimpulkan
bahwa pengetahuan tidak berhubungan de- Reeder. 2011. Maternal and Neotal Child
ngan kejadain IMS. Seseorang yang memiliki Nursing. Mosby: Philadelpia.
pengetahuan yang baik dan tidak baik sama-
sama memiliki resiko yang sama untuk
mengalami IMS, pengetahuan baik tidak
memiliki resiko lebih rendah dibandingkan
dengan yang memiliki pengetahuan yang
tidak baik. Hal ini dapat disebabkan karena
banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi
kejadain IMS, selain itu faktor jumlah res-
ponden yang hanya sedikit (20) akan dapat
mempengaruhi hasil.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. PT
Rineka Cipta: Jakarta.
ANTISIPASI REMAJA TERHADAP BAHAYA
PENYALAHGUNAAN NARKOBA DALAM
TRIAD KESEHATAN REPRODUKSI
REMAJA DI SLEMAN
Abstract: This study aims to determine the factors that influence the
behavior of adolescent anticipation of the dangers of drug abuse in
SMK YPKK Ambarketawang Sleman, Yogyakarta. This research is
an analytical research with cross sectional design, using 74 sample
with simple random sampling metod. The analysis showed many
factors that influence the anticipative behavior of the drug abuse
dangers are sex (p=0.01 with OR=6.534; 95% CI=1.955 to 21.836),
age (p=0.31 with OR=4.909; 95% CI=1.010 to 23.857), and friendship
environment (p= 0.009 with OR=10.182; 95% CI=1.245 to 83.249).
It is advised to give more attention to boys adolescent, building a
good friendship environment of adolescents to have the anticipate
behavior for the drug abuse dangers.
narkoba. Berdasarkan data kasus narkoba ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
di BNN DIY tahun 2011 sampai 2014, yang mempengaruhi perilaku antisipasi
terjadi peningkatan pengungkapan kasus remaja terhadap bahaya penyalahgunaan
penyalagunaan narkoba di Kabupaten Sle- narkoba di SMK YPKK Ambarketawang
man. Pada tahun 2011 dari 74 tersangka Sleman Yogyakarta.
terungkap 45 kasus, pada tahun 2012 dari
73 tersangka terungkap 41 kasus, dan pada METODE PENELITIAN
tahun 2013 dari 67 tersangka, terungkap 47 Penelitian ini merupakan penelitian
kasus. Pada tahun 2014 dari 77 tersangka, analitik dengan desain cross sectional.
terungkap 58 kasus (BNN, 2012; BNN, Penelitian dilaksanakan di SMK YPKK
2015; BNNP DIY, 2015). Ambarketawang Sleman Yogyakarta pada
Hasil survei oleh BNN tahun 2011 bulan Februari sampai Mei 2015. Populasi
menunjukkan dari 100 pelajar/mahasiswa, dalam penelitian ini adalah siswa SMK
terdapat empat orang pernah menyalah- YPKK Ambarketawang Sleman Yogya-
gunakan narkoba, tiga orang menyalahgu- karta sejumlah 282 orang. Besar sampel
nakan dalam satu tahun terakhir dan dua dalam penelitian ini menggunakan sebesar
sampai tiga orang dalam satu bulan terakhir. 5% sehingga nilai dengan nilai
Data rekapitulasi tersangka narkoba berda- presisi 10%, diperoleh hasil 74 sampel.
sarkan pendidikan tahun 2014 menunjukkan Pengambilan sampel penelitian menggu-
dari 512 tersangka yang ditemukan, paling nakan metode simple random samping pa-
banyak (90%) berpendidikan SMA/sede- da seluruh siswa SMK YPKK Ambarke-
rajat, selanjutnya 0,05% tersangka berpen- tawang Sleman Yogyakarta.
didikan SMP, 0,04% berpendidikan pergu- Variabel independen dalam penelitian
ruan tinggi dan hanya 0,02% tersangka ber- ini ada empat, yaitu pengetahuan remaja
pendidikan SD (BNN, 2012; BNN, 2015). tentang bahaya penyalahgunaan narkoba,
Berdasarkan hasil penelitian sebelum- lingkungan keluarga remaja, lingkungan
nya menunjukkan bahwa perilaku berisiko pergaulan remaja dan sikap remaja terhadap
pada remaja di Indonesia berhubungan sig- bahaya penyalahgunaan narkoba. Variabel
nifikan dengan pengetahuan, sikap, umur, dependen dalam penelitian ini adalah peri-
jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi, laku antisipasi remaja terhadap bahaya
akses terhadap media informasi, komunikasi penyalahgunaan narkoba.
dengan orang tua dan adanya teman yang Pengetahuan remaja tentang bahaya
berperilaku berisiko (Lestary H dan Sugi- penyalahgunaan narkoba dikategorikan
harti, 2011). Faktor-faktor penyalahgunaan menjadi dua yaitu pengetahuan rendah dan
narkoba oleh remaja berasal dari faktor pengetahuan tinggi. Lingkungan keluarga
individu dan lingkungan. Lingkungan per- remaja dikategorikan menjadi dua yaitu
gaulan/pengaruh teman sangat dominan ter- lingkungan baik dan tidak baik. Lingkungan
hadap penyalahgunaan narkotika oleh rema- pergaulan remaja dikategorikan menjadi dua
ja. Remaja yang berteman dengan pemakai yaitu lingkungan baik dan tidak baik. Sikap
narkotika umumnya mudah terpengaruh dan remaja terhadap bahaya penyalahgunaan
terlibat dalam penyalahgunaan narkotika narkoba dikategorikan menjadi dua yaitu
(Siregar, 2004). Penelitian oleh Asti, dkk. sikap negatif dan sikap positif. Perilaku
(2013) menemukan adanya hubungan yang antisipasi terhadap bahaya penyalahgunaan
bermakna antara sikap dan perilaku penya- narkoba dikategorikan menjadi dua, yaitu
lahgunaan narkoba pada remaja. Penelitian perilaku antisipatif dan perilaku tidak
44 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 41-50
antisipatif (Azwar, 2007). Data dalam pene- perilaku antisipatif terhadap bahaya penya-
litian ini dikumpulkan menggunakan kuesio- lahgunaan narkoba jumlahnya lebih lebih
ner tentang antisipasi remaja terhadap ba- banyak (86,2%) dibanding remaja perem-
haya penyalahgunaan narkoba. puan yang memiliki perilaku tidak antisipatif
Analisis data penelitian ini mengguna- terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba
kan alat bantu komputer dengan program (48,9%). Remaja berusia 16-18 tahun me-
SPSS for windows terdiri dari analisis univa- miliki perilaku antisipatif terhadap bahaya
riat dan analisis bivariat. Analisis univariat penyalahgunaan narkoba lebih banyak
dilakukan dengan cara membuat distribusi (93,1%) dibanding remaja umur 16-18 ta-
frekuensi dari setiap variabel dan karakteris- hun yang memiliki perilaku tidak antisipatif
tik responden. Analisis bivariat dilakukan terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba
untuk menguji hubungan antar dua variabel (73,3%).
yaitu masing-masing variabel independen Remaja dengan ayah berpendidikan
dengan variabel dependen. Uji statistik yang rendah (tidak sekolah atau tidak lulus SD
digunakan adalah uji Chi square dengan atau lulus SD atau lulus SMP) memiliki
menghitung OR. Tingkat kepercayaan perilaku antisipatif terhadap bahaya penya-
ditentukan p= 0,05 dengan CI 95%. lahgunaan narkoba lebih banyak (79,3%)
dibanding remaja dengan ayah berpendi-
HASIL DAN PEMBAHASAN dikan rendah yang memiliki perilaku tidak
antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan
Hasil narkoba (53,3%). Remaja dengan ibu
Tabel 1 menunjukkan bahwa remaja berpendidikan rendah (tidak sekolah atau
berjenis kelamin perempuan yang memiliki tidak lulus SD atau lulus SD atau lulus SMP)
Muslihatun, Santi, Antisipasi Remaja Terhadap Bahaya... 45
Tidak Antisipatif
Karakteristik Antisipatif OR 95% CI P
f % F %
Jenis Kelamin
Laki-laki 23 51,1 4 13,8 6,534 1,955-21,836 0,001*
Perempuan 22 48,9 25 86,2
Umur
>18 tahun 12 26,7 2 6,9 4,909 1,010-2,132 0,031*
16-18 tahun 33 73,3 27 93,1
Lingkungan Pergaulan
Tidak Baik 12 26,7 1 3,4 10,182 1,245-83,249 0,009*
Baik 33 73,3 28 96,6
Pengetahuan ttg. Bahaya
Penyalahgunaan Narkoba
Rendah 7 15,6 8 27,6 0,484 0,154-1,521 0,168
Tinggi 38 84,4 21 72,4
Sikap terhadap Bahaya
Penyalahgunaan Narkoba
Negatif 15 33,3 9 31,0 1,111 0,408-3,025 3,025
Positif 30 66,7 20 69
memiliki perilaku antisipatif terhadap bahaya bermakna antara jenis kelamin remaja
penyalahgunaan narkoba lebih banyak dengan perilaku antisipatif terhadap bahaya
(79,3%) dibanding remaja dengan ibu ber- penyalahgunaan narkoba (p= 0,001 dengan
pendidikan rendah memiliki perilaku tidak OR 6,534 dan 95% CI 1,955-21,836).
antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan Remaja dengan jenis kelamin perempuan
narkoba (60%). mempunyai perilaku antisipatif terhadap
Remaja dengan ayah bekerja memiliki bahaya penyalahgunaan narkoba enam kali
perilaku tidak antisipatif terhadap bahaya lebih besar dibanding remaja berjenis kela-
penyalahgunaan narkoba lebih banyak min laki-laki. Remaja perempuan lebih
(93,3%) dibanding remaja dengan ayah be- banyak mempunyai perilaku antisipatif
kerja yang memiliki perilaku antisipatif terha- terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba
dap bahaya penyalahgunaan narkoba (86,2%) dibanding remaja perempuan yang
(89,7%). Remaja dengan ibu bekerja memi- mempunyai perilaku tidak antisipatif terha-
liki perilaku tidak antisipatif terhadap bahaya dap bahaya penyalahgunaan narkoba
penyalahgunaan narkoba lebih banyak (46,9%).
(57,8%) dibanding remaja dengan ibu be- Ada hubungan bermakna antara ling-
kerja yang memiliki perilaku antisipatif kungan pergaulan remaja dengan perilaku
terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan
(44,8%). narkoba (p= 0,009 dengan OR 10,182 dan
Tabel 2 menunjukkan dari empat va- 95% CI 1,245-83,249). Remaja dengan
riabel independen ada tiga variabel yang lingkungan pergaulan yang baik mempunyai
secara statistik berhubungan dengan variabel perilaku antisipatif terhadap bahaya penya-
dependen, yaitu jenis kelamin, umur dan lahgunaan narkoba sepuluh kali lebih besar
lingkungan pergaulan remaja. Ada hubungan dibanding remaja dengan lingkungan
46 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 41-50
pergaulan tidak baik. Remaja dengan sebagian besar pengguna narkoba berjenis
lingkungan pergaulan baik lebih banyak kelamin laki-laki (90%).
mempunyai perilaku antisipatif terhadap Berdasarkan hasil uji statistik, variabel
bahaya penyalahgunaan narkoba (96,6%) jenis kelamin, umur, lingkungan pergaulan
dibanding remaja dengan lingkungan remaja berpengaruh pada perilaku antisipatif
pergaulan yang baik dan mempunyai perilaku remaja terhadap bahaya penyalahgunaan
tidak antisipatif terhadap bahaya penyalah- narkoba. Hasil penelitian oleh Lestary H dan
gunaan narkoba (73,3%). Hasil uji statistik Sugiharti (2011) menyebutkan bahwa di
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa antara faktor pengetahuan, sikap, umur, jenis
pengetahuan dan sikap remaja terhadap kelamin, pendidikan, status ekonomi, akses
bahaya penyalahgunaan narkoba tidak terhadap media informasi, komunikasi
berhubungan dengan perilaku antisipatif dengan orang tua dan adanya teman yang
terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba berperilaku berisiko, faktor yang paling
(p>0,05) dominan hubungannya dengan perilaku
remaja berisiko adalah jenis kelamin laki-
Pembahasan laki.
Hasil penelitian ini menunjukkan Remaja laki-laki secara statistik
bahwa mayoritas remaja (60,81%) mempu- terbukti memiliki peluang 27 kali lebih besar
nyai perilaku tidak antisipatif terhadap untuk berperilaku berisiko dibanding remaja
bahaya penyalahgunaan narkoba. Berbeda perempuan (p= 0,000 dengan OR= 26,966
dengan hasil penelitian Hidayati dan Indar- dan 95% CI 24,691-29,452). Remaja laki-
wati (2012) yang menunjukkan bahwa laki berpeluang 30 kali lebih besar untuk
sebagian besar responden (64,6%) memiliki merokok, 10 kali lebih besar untuk minum
upaya pencegahan yang baik terhadap alkohol, 20 kali lebih besar untuk menya-
penyalahgunaan narkoba. Remaja laki-laki lahgunakan narkoba dan lima kali lebih besar
lebih banyak (51,1%) berperilaku tidak untuk berhubungan seksual pranikah diban-
antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan ding remaja perempuan.
narkoba dibanding remaja perempuan, dan Hampir semua penelitian penyalah-
remaja berumur >18 tahun lebih banyak gunaan obat menunjukkan bahwa laki-laki
(26,7%) berperilaku tidak antisipatif lebih mudah melakukan penyalahgunaan
terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba obat dibanding perempuan. Penelitian ter-
dibanding remaja berumur 16-18 tahun. akhir tentang penyalahgunaan obat di Aus-
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil tralia, Amerika Serikat, Spanyol, Afganistan
survei nasional perkembangan penyalah- kota dan Pakistan menunjukkan bahwa
gunaan dan peredaran gelap narkoba pada penyalahgunaan obat lebih umum dilakukan
kelompok pelajar dan mahasiswa di 16 pada laki-laki dibanding perempuan
Provinsi di Indonesia tahun 2011. Pola (UNODC, 2015). Penelitian oleh Hidaya-
penyalahgunaan narkoba tahun 2006, 2009 ningsih, dkk (2011) juga menyebutkan
dan 2011 menunjukkan bahwa angka bahwa jenis kelamin mempunyai hubungan
penyalahguna lebih tinggi pada laki-laki dan bermakna dengan perilaku berisiko kese-
semakin tinggi umur responden semakin hatan remaja, yaitu melakukan kekerasan,
meningkat juga angka penyalahgunaan kenakalan remaja, kehamilan tidak
narkobanya (BNN, 2012). Hasil penelitian diinginkan, penyakit menular seksual, HIV/
ini juga sesuai dengan penelitian Hidayati dan AIDS, penyalahgunaan obat dan merokok.
Indarwati (2012) yang menyebutkan bahwa Remaja laki-laki lebih berisiko dalam
Muslihatun, Santi, Antisipasi Remaja Terhadap Bahaya... 47
tetapi juga norma subjektif. Norma subjektif Asti,Y. 2013. Hubungan Pengetahuan dan
adalah keyakinan tentang perilaku yang Sikap terhadap Perilaku Penyalah-
diinginkan orang lain. Ketiga, sikap bersa- gunaan Narkoba pada Siswa-siswi
ma norma subjektif membentuk suatu intensi SMP Negeri 4 Kota Pontianak Ta-
atau niat berperilaku tertentu (Adi, 2011) hun 2013. Jurnal Mahasiswa
PSPD FK Universitas Tanjung-
SIMPULAN DAN SARAN pura, Vol. 1 No.1 2014.
Berdasarkan hasil penelitian, maka da- Azwar, S. 2007. Sikap Manusia: Teori dan
pat ditarik suatu kesimpulan bahwa jenis Pengukurannya. Pustaka Pelajar:
kelamin, umur dan lingkungan pergaulan Yogyakarta.
remaja berpengaruh terhadap perilaku anti- BNN, 2012. Ringkasan Eksekutif, Survei
sipatif remaja terhadap bahaya penyalah- Nasional Perkembangan Penya-
gunaan narkoba. Disarankan kepada keluar- lahgunaan dan Peredaran Gelap
ga, sekolah dan pihak-pihak yang peduli Narkoba pada Kelompok Pela-
dengan pemberantasan penyalahgunaan dan jar/Mahasiswa di Indonesia Ta-
peredaran gelap narkoba di Indonesia agar hun 2011. Jakarta: BNN.
lebih memperhatikan remaja laki-laki, re-
maja pada masa remaja akhir dan mencip- BNN, 2015. Laporan Akhir Survei Na-
takan lingkungan pergaulan remaja yang baik sional Perkembangan Penyalah-
sehingga remaja mempunyai perilaku guna Narkoba Tahun Anggaran
antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan 2014. Jakarta: BNN.
narkoba. BNNP DIY, 2015, Laporan Tahunan Ba-
dan Narkotika Nasional Propinsi
DAFTAR RUJUKAN DIY Tahun 2014. Yogyakarta:
Adi TN. 2011. Wanita dan Deteksi Dini BNNP DIY.
Kanker Serviks (Studi Korelasional Handayani, S. 2011. Pengaruh Keluarga,
antara Sikap dan Norma Subjektif Masyarakat dan Pendidikan ter-
dengan Intensi Wanita Dewasa da- hadap Pencegahan Bahaya Nar-
lam Pemeriksaan Deteksi Dini Kan- koba di Kalangan Remaja. Tesis
ker Serviks). Acta Diurna, Vol.7 Diterbitkan. Jakarta: Pascasarjana
No.2 2011. 15-27. Program Studi Pengkajian Keta-
Afiatin, T. 2004. Pengaruh Program Ke- hanan Nasional UI.
lompok ‘AJI” dalam Peningkatan Hidayaningsih, P.S., dkk., 2011. Faktor-
Harga Diri, Asertivitas dan Pengeta- faktor yang Berhubungan dengan
huan Mengenai NAPZA untuk Pre- Perilaku Berisiko Remaja Kota
vensi Penyahgunaan NAPZA pada Makassar Tahun 2009. Buletin
Remaja. Jurnal Psikologi, No.1 Penelitian Kesehatan, Vol. 39 No.
2004: 28-54. 2 2011: 88-98.
Anja, C., dkk.. 2010. Tobacoo, Cannabis Hidayati, P.E., dkk., 2012. Gambaran Pe-
and Other Illicit Drug Use among ngetahuan dan Upaya Pencegahan
Finish Adolescents Twins: Causal terhadap Penyalahgunaan Narkoba
Relationship or Causal Liabilities. pada Remaja di SMK Negeri 2
Journal of Studies on Alcohol and Sragen. Jurnal Gaster, Vol.9 No.1
Drugs, Vol. 71: 5-14. Februari 2012.
50 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 41-50
kelas. Dengan demikian, mutu institusi akan informasi mengenai: 1) penjelasan manfaat
menjadi buruk. penelitian; 2) penjelasan kemungkinan
Dampak akhirnya, kepercayaan ma- resiko dan ketidaknyamanan yang mungkin
syarakat terhadap institusi tersebut cende- ditimbulkan; 3) penjelasan manfaat pene-
rung akan menurun. Berdasarkan wawan- litian yang didapatkan; 4) persetujuan peneliti
cara terhadap delapan mahasiswa kebi- menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
danan semester V pada Bulan Desember partisipan berkaitan dengan prosedur pene-
2009, tiga diantaranya memiliki nilai IPS litian; 5) persetujuan partisipan dapat meng-
kurang dari 2,50 saat mereka menempuh undurkan diri kapan saja.
semester IV. Data dari bagian akademik Wawancara dilakukan selama kurang
mencatat bahwa nilai rata-rata IP dari 212 lebih 20-30 menit. Proses wawancara
mahasiswa semester IV tahun ajaran 2008/ dipandu dengan daftar wawancara yang
2009 adalah 3,16 dengan nilai IP tertinggi berisi pertanyaan untuk menggali faktor-
3,71 dan terendah 1,86. Sebanyak 45% faktor yang menghambat partisipan dalam
(97) mahasiswa memiliki nilai dibawah rata- mencapai standar minimum indeks prestasi
rata. Berangkat dari uraian diatas, maka akademik selama proses belajar yang telah
dilakukan suatu penelitian yang mengiden- ditempuh. Jenis pertanyaan yang diajukan
tifikasi sekaligus menganalisis faktor peng- peneliti adalah pertanyaan terbuka sehingga
hambat pencapaian indeks prestasi semester memberikan kebebasan kepada partisipan
pada mahasiswa DIII kebidanan semester untuk menjawab pertanyaan peneliti secara
VI di STIKes ‘Aisyiyah Yogyakarta tahun deskripsi.
ajaran 2009/ 2010. Analisis data pada penelitian ini dilaku-
kan peneliti langsung setelah mengumpulkan
METODOLOGI PENELITIAN data dari masing-masing partisipan menggu-
Penelitian ini menggunakan pende- nakan langkah dari Colaizzi (cit Wantonoro,
katan kualitatif phenomenological dengan 2008) adalah sebagai berkut: 1) mencatat
pengumpulan data utama melalui wawan- data yang diperoleh; 2) membaca hasil trans-
cara mendalam (in-depth interview) (Male- krip berulang-ulang untuk memperoleh ide
ong, 2006). Pengambilan sampel mengguna- yang dimaksud partisipan dari hasil transkrip;
kan tehnik non probability purposive sam- 3) memilih dari kutipan kata dan pernyataan
pling dengan kriteria inklusi: mahasiswa yang berhubungan dengan fenomena yang
kebidanan yang telah menempuh lima diteliti; 4) mencoba memformulasikan
semester, memiliki nilai indeks prestasi < makna untuk masing-masing pernyataan
2,50 pada semester IV, dan bersedia menja- yang signifikan; 5) mengulang proses ini
di partisipan. Jumlah sampel didasarkan untuk semua hasil traskrip dari respoden
pada tingkat pemenuhan kebutuhan infor- untuk menentukan kategori data; 6)
masi yang ingin dicapai dalam penelitian selanjutnya peneliti akan mengintegrasikan
(Bungin, 2003). hasil secara keseluruhan kedalam bentuk
Alat yang digunakan dalam penelitian deskriptif naratif; dan 7) sebagai langkah
selama proses wawancara adalah tape akhir peneliti kembali menemui partisipan
recorder. Sebelum melakukan pengumpulan untuk klarifikasi data hasil wawancara
data, peneliti melakukan pendekatan berupa transkrip yang telah dibuat untuk
personal terhadap calon partisipan berdasar- partisipan, untuk memastikan apakah sudah
kan kriteria inklusi yang telah ditentukan. sesuai atau tidak sesuai dengan apa yang
Hak partisipan diantaranya mendapatkan disampaikan oleh partisipan.
54 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 51-63
Keabsahan data dilakukan dengan dari enam kategori yaitu: pasrah terhadap
metode triangulasi, yaitu teknik peme- nilai, bersikap tertutup (close minded),
riksaan keabsahan data yang memanfaat- penolakan (denial), menumpuk masalah,
kan sesuatu yang lain, diluar data untuk ke- tidak fokus, dan putus asa. Sikap pasrah
perluan pengecekan atau sebagai pemban- terhadap nilai dapat diverbalkan oleh salah
ding terhadap suatu data (Maleong, 2004). seorang partisipan berikut ini:
Peneliti melakukan triangulasi dengan “…nilai segitu, ya udahlah..” (R3).
membandingkan dan mengecek balik dera- Partisipan yang lain juga menyam-
jat kepercayaan suatu informasi yang dipe- paikan hal yang sama yaitu:
roleh melalui waktu dan alat yang berbeda “…kalo hasilnya segitu ya udah…”(R1).
dalam metode kualitatif. Partisipan tersebut juga mengungkap-
kan pernah pergi dari rumah tanpa seijin dan
HASIL DAN PEMBAHASAN sepengetahuan orangtua karena merasa
Berdasarkan sampel yang telah diten- putus asa dengan keadaan yang sedang dija-
tukan, terdapat 10 partisipan. Pada proses lani. Hal ini diverbalkan sebagai berikut:
pendekatan terhadap partisipan, 4 orang “…pokoknya aku mutung (putus asa),
menolak untuk menjadi partisipan dan 3 aku sempet minggat dari rumah seming-
orang tidak dapat dihubungi, sehingga pada gu…” (R1).
tahap akhir, 3 orang bersedia untuk menjadi Partisipan yang lain menyatakan ada-
partisipan. Usia partisipan antara 21-23 nya pemaksaan dari orangtua ketika masuk
tahun. Seluruh partisipan berdomisili di kota ke kebidanan sehingga timbul perasaan
Yogyakarta. Dua orang partisipan sedang menolak dan menghindari kenyataan. Se-
menjalani praktik klinik kebidanan dan satu perti pernyataan yang disampaikan parti-
orang lainnya sedang tidak memiliki aktivitas sipan berikut ini:
yang berhubungan perkuliahan karena nilai “…kayaknya ada rasa kesel (jengkel)
tidak memenuhi syarat dan ketentuan yang gt, kenapa sih saya dipaksa-paksa masuk
berlaku untuk menempuh praktik klinik sini...”(R3).
selanjutnya. Partisipan lain mengungkapkan adanya
Setelah melakukan analisis data de- penyesalan sehingga terdapat indikasi peno-
ngan mengunakan metode studi fenomeno- lakan terhadap kenyataan bahwa ia sedang
logi seperti yang dikembangkan oleh menjalani aktivitas sebagai mahasiswa bi-
Collaizzi (cit, Wantonoro 2008), maka dan. Seperti yang dikutip dari partisipan
peneliti mengidentifikasi tiga faktor peng- berikut ini:
hambat mahasiswa dalam mencapai standar “...jadi kayak nyesel gitu...kayaknya apa
minimum indeks prestasi akademik. yang ta (di) inginin tuh beda ama kenya-
taannya...” (R1).
1. Tereksplorasinya faktor penghambat Namun, partisipan tersebut menyatakan
internal mahasiswa DIII Kebidanan tidak fokus terhadap mata kuliah kebidanan
semester V dalam mencapai indeks namun justru lebih menikmati ketika
prestasi mempelajari bidang yang diinginkan seperti
Tema 1: Psikologis yang disampaikan partisipan berikut ini:
Tema Psikologis terbentuk dari empat sub “…saya malah cenderung belajar diluar
tema yaitu: kebidanan daripada kebidanan itu
Sub tema 1.1: Sikap sendiri….saya lebih enjoy belajar bahasa
Pembentukan sub tema Sikap terdiri Inggris…”(R3).
Suryaningsih, Sjafiq, Faktor Penghambat Pencapaian... 55
sederhana, minat berarti kecenderungan perhatian dari partisipan, maka tidak akan
yang tinggi atau keinginan yang besar tercipta keinginan untuk mendalami pelajaran
terhadap sesuatu. Menurut Syah (2008), di kebidanan sehingga tidak akan terwujud
minat tidak termasuk istilah populer dalam prestasi belajar yang diharapkan. Menurut
psikologi karena ketergantungannya yang Syah (2008), pendidik seharusnya berusaha
banyak pada faktor-faktor internal lainnya membangkitkan minat mahasiswa untuk
seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, menguasai pengetahuan yang terkandung
motivasi, dan kebutuhan. Namun terlepas dalam bidang studinya dengan strategi yang
dari masalah populer atau tidak, minat kurang lebih sama dengan kiat membangun
seperti yang dipahami dan dipakai oleh sikap positif. Seperti halnya keadaan yang
orang selama ini dapat mempengaruhi terjadi pada diri partisipan, dimana sejak
kualitas pencapaian hasil belajar mahasiswa awal mereka tidak memiliki minat untuk
dalam bidang-bidang studi tertentu. Sebagai masuk dalam jurusan kebidanan seperti
contoh seorang mahasiswa yang menaruh yang diharapkan oleh orangtua mereka,
minat besar terhadap telematika akan maka hal ini akan menimbulkan perasaan
memusatkan perhatiannya lebih banyak menolak dengan apa yang sedang dijalani
daripada mahasiswa lainnya. Kemudian karena bertentangan dengan apa yang
karena pemusatan perhatian yang intensif diinginkan.
terhadap materi itulah yang memungkinkan Sedangkan partisipan justru merasa
mahasiswa tadi untuk belajar lebih giat, dan lebih nyaman dan menikmati serta dapat
akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. melakukan pemusatan perhatian terhadap
Partisipan mengungkapkan bahwa ia bidang selain daripada ruang lingkup kebi-
lebih cenderung banyak belajar tentang danan. Partisipan lebih memiliki energi
bidang studi yang diminati meskipun ketika bersinggungan dengan bidang yang
berbeda dengan bidang studi yang sedang mereka inginkan.
dijalani. Sementara partisipan yang lain
menyatakan ia sangat rentan terhadap Tema 1.3 : Motivasi Intrinsik
kejenuhan aktivitas kuliah, disebabkan tidak Tema Motivasi secara intrinsik terben-
memiliki minat dengan kegiatan tersebut. Hal tuk dari lima kategori yaitu: rasa malas, tidak
ini berbanding terbalik ketika peneliti sreg sejak awal, moody, tidak mampu
menanyakan tentang bidang apa yang mengatasi masalah, dan tidak bertanggung
sesungguhnya diminati oleh partisipan, maka jawab.
dengan antusias partisipan bercerita dan Tidak adanya tanggungjawab parti-
merasakan menikmati kegiatan yang sipan terhadap keadaan yang sedang dijalani
berhubungan dengan minatnya yaitu, seni, memperburuk motivasi yang ada dalam
bahasa inggris, ataupun diplomasi. dirinya. Hal ini disampaikan oleh partisipan
Bahkan salah seorang partisipan sebagai berikut:
nampak senang ketika peneliti memberikan “… aku tu emang orang yang paling gak
apresiasi atau pujian terhadap hasil karya tanggungjawab kayak gini, contohnya
seni yang nampak di dinding kamar kos kasusku ini...”(R1).
partisipan. Pemusatan perhatian yang Rasa malas yang timbul dikarenakan
dilakukan partisipan terhadap bidang studi tidak adanya rasa nyaman sejak awal masuk
yang diminati akan memberikan semangat kuliah, sehingga ia tidak memiliki motivasi
mahasiswa untuk menghasilkan suatu karya belajar yang baik. Seperti yang disampaikan
yang positif. Dengan tidak adanya pemusatan partisipan berikut ini :
Suryaningsih, Sjafiq, Faktor Penghambat Pencapaian... 57
secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini “...kebanyakan sih masalah intern, ya
penting sebab perubahan pola makan-minum masalah temen, kayak gitu....” (R1).
dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus Kebiasaan menyontek dari temen-
yang negatif dan merugikan semangat mental temen sekelasnya mempengaruhi partisipan
siswa itu sendiri. untuk tidak belajar dengan maksimal karena
Pada kondisi partisipan, konsekuensi dianggapnya nilai hanyalah sebuah orientasi
yang harus dijalani adalah berkurangnya wak- akhir, bukan proses. Reponden memver-
tu belajar karena digunakan untuk beristirahat balisasikan hal tersebut sebagai berikut:
secara fisik selepas dari kuliah. Dengan “…nek aku liat temen-temen sekelasku
keadaan yang demikian, partisipan diha- misale nilainya segini, trus dia gak puas
rapkan dapat mengatur waktu untuk tetap trus protes gitu, ngapain lho……kalo mi-
dapat melakukan aktivitas kuliah secara rutin, salnya lagi pada ujian pada nyontek
menyempatkan waktu untuk istirahat secara kayak gitu, ……….kayake ki nek menu-
teratur dan yang paling utama adalah rutku pengen dapet nilai bagus gitu di
kesempatan waktu belajar untuk dapat sekolahan gampang banget, cuma aku
meningkatkan prestasi belajar. Sehingga orangnya bukan yang kayak gitu…”(R1).
ketiga hal tersebut dapat berjalan secara Adaptasi terhadap lingkungan belajar
seimbang tanpa harus mengorbankan satu yang lambat juga mempengaruhi faktor
kepentingan diatas kepentingan yang lain. penghambat secara eksternal dalam penca-
paian standar indeks prestasi. Hal ini dise-
2. Tereksplorasinya faktor penghambat babkan karena masih terbawa dengan sua-
eksternal mahasiswa DIII Kebi- sana santai “menerima ilmu” ketika di
danan semester V dalam mencapai sekolah menengah yang berbeda jauh de-
indeks prestasi ngan “mencari ilmu” ketika sudah di bangku
Faktor penghambat eksternal yang kuliah. Seperti yang diungkapkan partisipan
dialami partisipan didapatkan dua tema yang berikut:
akan diuraikan di bawah ini. “…ya pas awal-awal kuliah masih ter-
bawa santai gitu kan...padahal kan ber-
Tema 3: Lingkungan sosial beda sebenernya…maksudnya kalau
Terbentuknya tema lingkungan sosial kuliah istilahnya kita yang lebih aktif,
adalah dari kategori teman dan adaptasi ter- kalau SMA kan kita menerima…”(R2).
hadap lingkungan belajar. Partisipan meng- Hasil wawancara menunjukkan ling-
ungkapakan sulitnya menolak ajakan teman kungan sosial turut berpengaruh terhadap
untuk jalan-jalan karena ia sendiri juga ingin prestasi belajar partisipan. Yang termasuk
menghabiskan waktu belajar dengan seke- dalam lingkungan sosial adalah teman seba-
dar bermain bersama teman-teman SMA ya, baik di lingkungan kampus maupun selain
dulu. Seperti yang diungkapkan partisipan lingkungan kampus. Menurut Santrock
berikut: (2009), teman sebaya adalah teman dengan
“…biasanya temen dari SMA ngajak usia dan tingkat kedewasaan yang kurang
ketemuan gitu….gak menolak soalnya lebih sama. Interaksi teman sebaya dalam
lagi pengen aja jalan…”(R2). lingkungan yang sama memainkan peran
Partisipan menyampaikan hubungan khusus. Seperti yang dikemukakan oleh
yang kurang baik dengan teman sebaya yang salah satu partisipan bahwa problematika
membuat mood nya tidak baik, seperti yang yang dialami dengan teman sebaya telah
diungkapkan sebagai berikut: mampu membuatnya kehilangan semangat
60 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 51-63
dari bayi yang meninggal sebelum usia 1 pernyataan kemudian diolah dengan bantuan
bulan. komputer. Dari pengolahan data tersebut,
Hasil penelitian Musrifah (2010) me- data demografi disajikan dalam tabel distri-
nyatakan bahwa pada kenyataannya seba- busi frekuensi dan persentase. Hasil analisa
gian besar (70 %) ibu-ibu bersalin mempu- data disajikan dalam bentuk tabel distribusi
nyai motivasi rendah untuk melaksanakan jawaban responden untuk melihat motivasi
IMD pada bayinya. Hasil wawancara me- ibu bersalin dalam pelaksanaan IMD pada
nunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang bayi baru lahir.
menyebabkan sikap/motivasi ibu yang ren-
dah untuk menyusui diantaranya karena HASIL DAN PEMBAHASAN
faktor nyeri dan kelelahan pasca melahirkan,
dan kurangnya pengetahuan ibu tentang 1. Karakteristik
pentingnya IMD. Karakteristik ibu bersalin yang melak-
Berdasarkan uraian di atas, maka pe- sanakan IMD di Klinik Adinda Karang Sari
neliti merasa perlu untuk melakukan pene- Medan tahun 2013 dapat dibedakan atas
litian yang dituangkan dalam bentuk karya beberapa kategori yakni, umur, pendidikan,
tulis ilmiah yang berjudul “Faktor-faktor jumlah anak dan pekerjaan. Hasil kategori
yang Mempengaruhi Motivasi Ibu Bersalin tersebut dapat dilihat sebagai berikut.
dalam Pelaksanaan IMD”. Penelitian ini Berdasarkan tabel 1, diperoleh hasil
nantinya diharapkan dapat meningkatkan sebagian besar responden berumur 20-35
motivasi ibu-ibu bersalin untuk melak- tahun sebanyak 60,4%, berpendidikan
sanakan IMD. SLTA sebanyak 64,6%, memiliki anak 2
orang sebanyak 41,7 %, dan memiliki
METODE PENELITIAN pekerjaan IRT sebanyak 64,6%.
Desain penelitian ini bersifat deskriptif
dengan pendekatan cross sectional untuk 2. Motivasi Intrinsik
mengetahui faktor-faktor yang mempe- Motivasi intrinsik ibu bersalin yang
ngaruhi motivasi ibu bersalin dalam pelak- melaksanakan IMD di Klinik Adinda
sanaan IMD di Klinik Adinda Karang Sari Karang Sari Medan tahun 2013 merupakan
Medan. Jumlah Sampel dalam penelitian ini akumulasi frekuensi dari masing-masing ka-
sebanyak 48 orang. Adapun teknik pengam- tegori yakni kebutuhan, harapan dan minat.
bilan sampel pada penelitian ini adalah Hasil kategori motovasi intrinsik dapat dilihat
purposive sampling, yaitu didasarkan pada sebagai berikut.
suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh Berdasarkan tabel 2, diperoleh hasil
peneliti sendiri, dengan kriteria sampel: (1) motivasi intrinsik responden dalam pelak-
Ibu bersalin yang melaksanakan IMD di sanaan IMD sebagian besar dalam kategori
Klinik Adinda Karang Sari Medan; (2) cukup sebanyak 54,2%, dan paling sedikit
dapat membaca dan menulis serta bersedia dalam kategori kurang sebanyak 14,6%.
menjadi responden. Menurut Sardiman (2007), motivasi intrinsik
Analisis data dilakukan dengan meng- adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
gunakan bantuan komputer. Setelah data ter- berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,
kumpul dilakukan pengolahan data melalui karena dalam diri setiap individu sudah ada
perhitungan statistik deskriptif dengan terle- dorongan untuk melakukan sesuatu. Moti-
bih dahulu memberikan kode pada seluruh vasi intrinsik datang dari hati sanubari
Susanti, dkk., Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 67
Baik 14 29,2
Cukup 29 60,4
Kurang 5 10,4
Total 48 100,0
tuhan, harapan, dan minat. Kuisioner terdiri ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
dari 15 pertanyaan tentang motivasi intrinsik Sardiman (2007), pada hakikatnya sese-
yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu kebu- orang melakukan aktivitas itu didorong oleh
tuhan, harapan dan minat. adanya faktor-faktor kebutuhan biologis,
insting, unsur-unsur kejiwaan yang lain serta
a. Kebutuhan adanya pengaruh perkembangan budaya
Motivasi intrinsik ibu bersalin yang me- manusia.
laksanakan IMD di Klinik Adinda Karang
Sari Medan tahun 2013 berdasarkan kebu- b. Harapan
tuhan dapat dilihat pada tabel 3. Motivasi intrinsik ibu bersalin yang
Berdasarkan tabel 3 tersebut, terlihat melaksanakan IMD di Klinik Adinda
bahwa motivasi intrinsik ibu dalam pelak- Karang Sari Medan tahun 2013 berdasar-
sanaan IMD berdasarkan kebutuhan seba- kan harapan, di dapat hasil tabulasi seperti
gian besar dalam kategori cukup sebanyak pada tabel 4.
60,4% dan sangat sedikit menjawab kate- Harapan ibu dalam pelaksanaan ini-
gori kurang yaitu hanya 10,4%. Artinya, siasi menyusu dini sebagian besar dalam ka-
sebagian besar ibu-ibu sudah beranggapan tegori cukup sebanyak 47,9% dan paling
bahwa IMD merupakan suatu kebutuhan, sedikit dalam kategori kurang sebanyak
yang pada dasarnya kebutuhan tersebut sa- 10,4% (lihat Tabel 4). Dalam hal ini harapan
ngat penting bagi ibu maupun bayi. Pada dan motivasi saling berkaitan dalam menca-
umumnya ibu bersalin melaksanakan IMD pai keberhasilan IMD sesuai yang diharap-
karena merasa adanya suatu kebutuhan. Hal kan. Sebagian besar ibu bersalin melaksa-
Susanti, dkk., Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 69
nakan IMD karena mempunyai harapan pada saat proses persalinan ibu tidak perlu
agar bayi terlindung dari berbagai infeksi dipaksa untuk melakukan IMD karena ibu
penyakit. Pada umumnya harapan timbul sudah menyadari akan pentingnya IMD. Hal
karena seseorang dimotivasi untuk mencapai ini sesuai dengan pernyataan yang dikemu-
tujuan atau keinginan tertentu. Apa yang di- kakan oleh Slameto (2003) bahwa minat
harapkan seseorang seyogyanya adalah pada dasarnya adalah penerimaan akan
harapan-harapan yang realistis yang dapat suatu hubungan antara diri sendiri dengan
dicapai, untuk itu seseorang dimotivasi oleh sesuatu diluar diri. Semakin kuat dan dekat
karena adanya harapan dan pencapaian dengan hubungan tersebut, maka semakin
kepada keberhasilan (Taufik, 2007). besar minat seseorang untuk melakukan
sesuatu.
c. Minat
Motivasi intrinsik ibu bersalin yang me- 3. Motivasi Ekstrinsik
laksanakan IMD di Klinik Adinda Karang Motivasi ekstrinsik ibu bersalin yang
Sari Medan tahun 2013 berdasarkan minat melaksanakan inisiasi menyusu dini di Klinik
dapat dilihat pada tabel 5. Adinda Karang Sari Medan tahun 2013
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui merupakan akumulasi frekuensi dari masing-
bahwa minat ibu dalam pelaksanaan IMD masing kategori yakni, motif/dorongan,
sebagian besar dalam kategori cukup seba- rangsangan dan lingkungan (lihat tabel 6).
nyak 47,9% dan paling sedikit dalam kate- Berdasarkan tabel 6, diperoleh hasil
gori kurang sebanyak 10,4%. Minat ibu pa- motivasi ekstrinsik responden dalam pelak-
da dasarnya merupakan adanya rasa keter- sanaan IMD sebagian besar dalam kategori
tarikan di dalam diri ibu untuk melaksanakan cukup sebanyak 64,6%, dan paling sedikit
IMD tanpa ada yang menyuruh, sehingga dalam kategori kurang sebanyak 16,7%.
70 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 64-72
Menurut Sardiman (2007), motivasi orang timbul karena adanya interaksi dengan
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan orang lain. Oleh karena itu motif ini sering
berfungsinya karena adanya perangsang disebut motif sosial atau motif sekunder.
dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga Hasil penelitian ini berbeda dengan
dikatakan sebagai bentuk motivasi yang hasil penelitian Musrifah (2011), motivasi ibu
didalamnya aktivitas dimulai dan diteruskan yang melakukan IMD dalam penelitiannya
berdasarkan dorongan dari luar. Dari 15 sebanyak 50%. Hal ini mungkin dikarenakan
pertanyaan tentang motivasi ekstrinsik, diba- faktor ibu yang kelelahan sehabis melahir-
gi menjadi 3 kategori yaitu motif/dorongan, kan, faktor gencarnya promosi iklan susu
rangsangan dan lingkungan. buatan (susu formula). Serta kurangnya du-
kungan dari tenaga kesehatan (bidan) dalam
a. Motif/dorongan pelaksanaan IMD pada bayi baru lahir.
Motivasi ekstrinsik ibu bersalin yang
melaksanakan IMD di Klinik Adinda b. Rangsangan
Karang Sari Medan tahun 2013 berdasar- Motivasi ekstrinsik ibu bersalin yang
kan motif/dorongan, dapat dikategorikan melaksanakan IMD di Klinik Adinda
sebagaimana dalam tabel 7. Karang Sari Medan tahun 2013 berda-
Berdasarkan tabel 7 tersebut, terlihat sarkan rangsangan adalah sebagai mana
bahwa motivasi ekstrinsik ibu berdasarkan dalam tabel 8.
motif/dorongan dalam pelaksanaan IMD Rangsangan ibu dalam pelaksanaan
sebagian besar dalam kategori cukup seba- IMD sebagian besar dalam kategori cukup
nyak 56,3% dan paling sedikit dalam sebanyak 52,1% dan paling sedikit dalam
kategori kurang sebanyak 14,6%. Sebagian kategori kurang sebanyak 12,5% (lihat
besar ibu bersalin melaksanakan IMD Tabel 8). Motivasi ibu dapat ditingkatkan
karena suatu keinginan yang sudah ada melalui pemberian rangsangan. Pemberian
dalam diri ibu. Di samping itu, selain motif/ rangsangan tersebut dapat dilakukan oleh
dorongan yang sudah ada pada diri ibu, tenaga kesehatan pada saat konseling pada
ternyata dorongan dari luar juga mempenga- pemeriksaan Antenatal Care (ANC) ,
ruhi motivasi ibu khususnya dari orang- dengan memberitahukan berbagai manfaat
orang yang terdekat dengan ibu sehingga yang dapat diperoleh ibu maupun bayi mela-
keberhasilan IMD dapat dicapai sesuai lui proses IMD, sehingga pada saat proses
yang diharapkan. Hal ini dapat diterima persalinan ibu sudah termotivasi untuk me-
sesuai dengan yang dikemukakan oleh laksanakan IMD seperti yang diharapkan.
Notoatmodjo (2007), yakni motivasi sese- Sebagaimana yang diungkapkan oleh Taufik
Susanti, dkk., Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 71
(2007), agar seseorang bersedia untuk orang lain maupun berbagai media lainnya,
melakukan sesuatu seperti yang diharapkan, maka akan semakin tinggi motivasi ibu dalam
terkadang perlu untuk memberikan perang- pelaksanaan IMD. Hal ini sesuai dengan teori
sang (incentive). yang dikemukakan oleh Hamalik (2008),
yang menyatakan bahwa individu dan
c. Lingkungan lingkungan terjalin proses interaksi atau saling
Motivasi ekstrinsik ibu bersalin yang mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
melaksanakan IMD di Klinik Adinda Lingkungan dapat memberikan penga-
Karang Sari Medan tahun 2013 berdasar- ruh dan menimbulkan perubahan pada ting-
kan lingkungan adalah sebagaimana dalam kah laku individu. Hal ini berarti bahwa ling-
tabel 9. kungan dapat memberikan pengaruh yang
Berdasarkan tabel 9 tersebut, motivasi bersifat mendidik, baik itu pengaruh peru-
ekstrinsik ibu berdasarkan lingkungan dalam bahan tingkah laku yang baik maupun tidak
pelaksanaan IMD sebagian besar dalam ka- baik. Misalnya media (cetak atau elektro-
tegori cukup sebanyak 58,3% dan paling se- nik), dan orang-orang yang ada di lingkung-
dikit dalam kategori kurang sebanyak 14,6%. annya. Hasil penelitian ini didukung oleh
Dalam hal ini tampak bahwa lingkungan penelitian yang pernah dilakukan oleh Roesli
sangat berpengaruh bagi motivasi ibu untuk (2007), bahwa 70,4% dari ibu tersebut tidak
melaksanakan IMD, baik orang-orang di pernah mendapatkan informasi tentang ASI
sekitar ibu maupun media lainnya. Karena eksklusif khususnya tentang IMD sehingga
semakin sering ibu mendapatkan informasi mempengaruhi motivasi ibu bersalin untuk
tentang IMD baik melalui interaksi dengan melaksanakan IMD.
72 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 64-72
Yuni Purwati
STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
E-mail: ibudafa@gmail.com
dan bila diberikan bayi akan mempunyai daya Mercy Corp menginisiasi mengkam-
tahan terhadap penyakit yang baik. Air susu panyekan pemberian ASI Eksklusif pada
ibu juga mengandung semua nilai gizi yang bayi umur 0-6 bulan. Dalam perdananya
dibutuhkan bayi. Pada waktu pemberian Kelompok Pendamping ASI di canangkan
ASI terjalin hubungan batin antara bayi dan pada bulan Mei 2009 di Kecamatan Ba-
ibu, hal ini berpengaruh terus hingga bayi nguntapan untuk menjadi Kecamatan
dewasa (Roesli, 2006). percontohan. Disini satu kelompok terdiri
Penyuluhan, promosi kesehatan tentang dari 10-12 ibu hamil dan ibu menyusui 0-6
IMD dan ASI eksklusif selama 6 bulan telah bulan. Dibantu oleh motivator setiap 2 mingu
banyak diterapkan di masyarakat kepada ibu- atau setidaknya paling lama 1 bulan sekali
ibu, namun tingkat keberhasilan IMD maupun berkumpul dan tidak jarang kunjungan dari
ASI eksklusif masih rendah. Peningkatan rumah ke rumah untuk saling bertukar
pengetahuan ibu tentang IMD dan ASI pengalaman, berdiskusi dan saling memberi
eksklusif saja tidak cukup untuk merubah dukungan terkait kesehatan ibu dan anak
perilaku. Seorang ibu memerlukan ketrampilan khususnya seputar kehamilan, menyusui dan
dan dukungan sosial dalam bentuk perbaikan gizi. Motivator dalam Kelompok
kepercayaan, penerimaan, pengakuan dan Pendamping ASI di fasilitasi Puskesmas yang
penghargaan akan perasaan-perasaannya. terdiri dari Ibu sebaya di dampingi petugas
Penelitian yang dilakukan di Uganda kesehatan Puskesmas yang sudah dibekali
menunjukkan bahwa konseling yang dilaku- pelatihan Kelompok Pendamping ASI.
kan oleh teman sebaya lebih mudah diterima Hasil Kelompok Pendamping ASI di
di masyarakat. Ibu-ibu senang memiliki se- Kecamatan Banguntapan menuai hasil yang
seorang di masyarakat yang dapat memban- baik. Hasil yang memuaskan ini didukung
tu dalam problema menyusui. Suasana saling puskesmas, posyandu, pemerintah desa dan
memberi dukungan lebih mudah terbangun masyarakat. Masyarakat ikut andil dalam
dalam kelompok sebaya yang mempunyai menggerakan kesadaran akan kesehatan ibu
pengalaman dan situasi lingkungan yang dan anak. Berdasarkan keberhasilan pene-
sama (Nankunda, 2006). rapan kelompok pendukung ASI dalam
Intervensi konseling sebaya pada ibu pemberian ASI Ekslusif di Puskesmas
hamil maupun menyusui telah dibuktikan Banguntapan Bantul, maka pemerintah
efektif meningkatkan menyusui eksklusif dan memperluas sistem pelayanan kelompok
durasi menyusui di beberapa negara ber- pendukung Ibu di seluruh Kabupaten Bantul.
kembang di mana kebanyakan masyarakat Di Puskesmas Kasihan II Bantul telah
belum semua memiliki akses ke pelayanan dilaksanakan kelompok pendukung ASI,
kesehatan. Bentuk intervensi konseling akan tetapi belum ada penelitian tentang
sebaya untuk mendukung keberhasilan keefektifan kelompok pendukung ASI ter-
menyusui berbasis masyarakat belum pernah hadap keberhasilan pemberian ASI Eksklusif
diterapkan secara benar dan dilakukan di wilayah tersebut. Berkaitan dengan per-
penelitian sebelumnya. Dinas Kesehatan masalahan ini, peneliti tertarik untuk mela-
Kabupaten Bantul Yogyakarta secara resmi kukan penelitian tentang “Hubungan Partisi-
menggandeng Mercy Corp pada tahun pasi Ibu Menyusui pada Kelompok Pendu-
2009 sebagai mitra dalam mengembangkan kung ASI dengan Keberhasilan Pemberian
model intervensi berbasis masyarakat yakni ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelompok Pendukung ASI. Kasihan II Bantul”.
76 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 73-82
Pemberian ASI
Berhasil Tidak berhasil Total
Partisipasi Ibu Rendah: 0-7 5 (8,6%) 0 (0%) 5 (8,6%)
menyusui Pada Cukup:8-14 10 (17,24%) 7 (14,58%) 17 (29,31%)
Kelompok Tinggi: 15-20 1 (1,7%) 35 (60,34%) 36 (62,06%)
Pendamping ASI
Total 16 (27,58%) 42 (72,41%) 58 (100%)
kelompok pendamping ASI dalam kategori tinggi dan bayi tidak diberikan ASI eksklusif,
tingi dan bayi diberikan ASI eksklusif, yaitu yaitu 1 (1,7%). Hasil uji chi square menun-
35 (60,34%). Data paling sedikit partisipasi jukkan bahwa nilai α (signifikansi) 0,000
Ibu menyusui pada kelompok pendamping lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan
ASI dalam kategori tinggi dan bayi tidak adanya hubungan yang signifikan partisipasi
diberikan ASI eksklusif, yaitu 1 (1,7%). Ibu menyusui pada kelompok pendamping
Hasil uji chi square tersebut menun- ASI dengan pemberian ASI Eksklusif di
jukkan bahwa nilai α (signifikansi) 0,000 Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan II
lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan Bantul.
bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Kesim- Hasil penelitian ini membuktikan bah-
pulan dari hipotesis ini adalah terdapat hu- wa keterlibatan Ibu dalam menyusui dalam
bungan yang signifikan adanya partisipasi kelompok pendamping ASI sangat besar
Ibu menyusui pada kelompok pendamping pengaruhnya terhadap praktik pemberian
ASI dengan keberhasilan pemberian ASI ASI Eksklusif. Adanya mother to mother
Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas support group atau Kelompok Pendukung
Kasihan II Bantul. ASI berarti bantuan yang diberikan oleh Ibu
Berdasarkan data yang ditunjukkan untuk Ibu supaya dapat menyusui bayinya.
pada tabel 7 bahwa partisipasi Ibu menyusui Seorang Ibu yang memiliki pengalaman me-
pada kelompok pendamping ASI dalam nyusui akan memberikan informasi, penga-
kategori tingi dan juga bayi diberikan ASI laman dan menawarkan bantuan kepada Ibu
eksklusif, yaitu 35 (60,34%). Data paling lainnya dalam kondisi saling percaya dan
sedikit bahwa partisipasi Ibu menyusui pada menghargai. Ibu dapat meningkatkan keper-
kelompok pendamping ASI dalam kategori cayaan diri dalam kemampuannya untuk
Purwati, Korelasi Partisipasi Ibu Menyusui ... 79
menyusui dan pada akhirnya dapat mela- sebelumnya. Hasil review dari Cochrane
kukan IMD dan memberikan ASI eksklusif tentang dukungan bagi Ibu menyusui
secara lancar. Pertemuan ini diadakan dalam (Bhandari, et all, 2003) menunjukkan bah-
suasana saling mendukung dan percaya, wa konseling menyusui yang dilakukan oleh
serta difasilitasi oleh seorang motivator, yaitu orang awam di komunitas terbukti efektif
Ibu dengan usia yang sebaya dengan peserta meningkatkan durasi menyusui.
lainnya serta memiliki minat untuk berbagi Penelitian intervensi tentang konseling
pengalaman, ide dan informasi seputar menyusui di komunitas Haryana, India tahun
kahamilan, melahirkan dan menyusui (Merch 1998 s.d 2002 juga menunjukan bahwa
Corps, 2009). dalam kurun waktu 3 bulan angka menyusui
Pada Kelompok Pendukung ASI bu- eksklusif 79% (381) di kelompok intervensi
kan untuk memberikan saran medis, namun dan 48% (197) di kelompok kontrol.
merupakan saling berbagi informasi. Infor- (OR=4.02, CI95% 3.01-5.38, p<0.0001)
masi diberikan pada topik-topik seperti (Leite, 2007). Hasil review dari Cochrane
produksi ASI, perlekatan yang baik, posisi tentang dukungan bagi Ibu menyusui
menyusui dan solusi dari masalah yang sering (Bhandari, et all, 2003) menunjukkan
timbul dalam proses menyusui dan bagai- bahwa konseling menyusui yang dilakukan
mana mengetahui jika bayi telah cukup oleh orang awam di komunitas terbukti
mendapatkan ASI. Ibu-ibu yang kembali efektif meningkatkan durasi menyusui.
bekerja atau dalam situasi medis tertentu Hal ini juga sejalan dengan program
masih dapat menerima dukungan dan infor- yang telah diinisiasi oleh Merch Corps
masi tentang bagaimana mempertahankan tentang kelompok pendamping ASI di
proses menyusui. Kecamatan Banguntapan yang telah menuai
Hasil penelitian ini sejalan dengan baik dan memuaskan yang sangat didukung
penelitian yang dilakukan di Uganda yang oleh Puskesmas, Posyandu, Pemerintah
menunjukkan bahwa konseling yang dila- Desa dan Masyarakat. Puskesmas sebagai
kukan oleh teman sebaya lebih mudah dite- ujung tombak pelayanan kesehatan masya-
rima di masyarakat. Ibu-ibu senang memiliki rakat berkoordinasi baik dengan Posyandu
seseorang di masyarakat yang dapat mem- dan Pemerintah Desa setempat untuk
bantu dalam problema menyusui. melakukan pembinaan langsung terhadap
Suasana saling memberi dukungan le- masyarakat yang antusias dalam menyambut
bih mudah terbangun dalam kelompok se- program. Masyarakat ikut andil dalam
baya yang mempunyai pengalaman dan menggerakan kesadaran akan kesehatan ibu
situasi lingkungan yang sama (Nankunda, dan anak.
2006). Intervensi konseling sebaya pada Ibu Hasil penelitian ini bahwa partisipasi
hamil maupun menyusui telah dibuktikan Ibu menyusui pada kelompok pendamping
efektif meningkatkan menyusui eksklusif dan ASI dalam kategori tingi dan juga bayi
durasi menyusui di beberapa negara ber- diberikan ASI eksklusif, yaitu 35 (60,34%),
kembang dimana kebanyakan masyarakat menunjukkan kesadaran Ibu menyusui ten-
belum semua memiliki akses ke pelayanan tang pentingnya memberikan ASI Eksklusif
kesehatan. Bentuk intervensi konseling se- pada bayinya. Air Susu Ibu (ASI) meru-
baya untuk mendukung keberhasilan menyu- pakan kebutuhan dan hak asasi bayi yang
sui berbasis masyarakat belum pernah dite- harus dipenuhi oleh orangtuanya. Air susu
rapkan secara benar dan dilakukan penelitian ibu sangat bermanfaat bagi pertumbuhan
80 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 73-82
bayi, ASI mengandung zat kekebalan, zat dan Kramer, et. all (2005) menyampaikan
anti infeksi,immunoglobulin A, laktoferin, bahwa pendidikan yang pernah ditempuh
lysozim, dan bila diberikan bayi akan oleh seseorang merupakan salah satu faktor
mempunyai daya tahan terhadap penyakit yang akan mendukung kemampuan sese-
yang baik. Air susu ibu juga mengandung orang untuk menerima informasi, semakin
semua nilai gizi yang dibutuhkan bayi. Pada tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
waktu pemberian ASI terjalin hubungan semakin luas cara pandang dan cara pikir
batin antara bayi dan ibu, hal ini berpengaruh dalam menghadapi suatu keadaan yang
terus hingga bayi dewasa (Roesli, 2006; terjadi di sekitarnya. Penelitian ini mendu-
Bhandari, et.all., 2003) kung penelitian Khasanah (2009) dan
Keberhasilan merupakan kemampuan Mihrshahi et al. (2008) yang menyampaikan
untuk melewati dan mengatasi dari satu kega- hasil bahwa pengetahuan orang tua dengan
galan ke kegagalan berikutnya tanpa kehi- tingkat pendidikan menengah ke atas lebih
langan semangat. Keberhasilan merupakan baik jika dibandingkan pengetahuan orang
kemenangan, untuk meraih keberhasilan tua dengan tingkat pendidikan menengah ke
memerlukan keyakinan. Apabila memiliki bawah dan pendidikan rendah.
keyakinan secara otomatis akan menghasil- Selain faktor pendukung di atas, faktor
kan atau memperoleh kekuatan, ketrampilan pekerjaan Ibu juga sangat berperan pada
dan menghasilkan energi yang diperlukan penelitian ini. Salah satu alasan yang paling
untuk sebuah keberhasilan. Ketika percaya sering dikemukakan bila ibu tidak menyusui
dapat melakukan, maka dapat dikem- adalah kerena mereka harus bekerja. Wanita
bangkan bagaimana melakukannya (La- selalu bekerja, terutama pada usia subur,
wendatu, 2013). Didukung oleh penelitian sehingga selalu menjadi masalah untuk
yang dilakukan oleh Ambarwati (2006) di mencari cara merawat bayi. Pada penelitian
Banyumanik, Semarang menunjukkan ini, Ibu lebih banyak dapat berinteraksi
bahwa persentase kegagalan pemberian ASI dengan bayinya, merawat dan menyusui
Eksklusif lebih tinggi terjadi pada para ibu bayinya. Berdasarkan status pekerjaan,
dengan pengetahuan tentang ASI yang ku- paling banyak responden sebagai Ibu Rumah
rang daripada para ibu yang memiliki penge- Tangga yaitu 28 (48,3%).
tahuan tentang ASI yang lebih baik. Pada penelitian ini juga dihasilkan
Pada penelitian ini juga terdapat faktor bahwa partisipasi Ibu menyusui pada
pendukung keberhasilan penelian, yaitu ting- kelompok pendamping ASI dalam kategori
kat pendidikan responden. Pada penelitian tinggi dan bayi tidak diberikan ASI eksklusif,
ini tingkat pendidikan responden mayoritas yaitu 1 (1,7%). Hal ini dapat terjadi karena
dengan tingkat pendidikan SMU-SMK yaitu dipengaruhi oleh faktor pendidikan Ibu.
27 (46,6%). Tingkat pendidikan yang lebih Pada responden penelitian ini Ibu dengan
tinggi pada responden dapat mendukung tingkat pendidikan SD, responden kurang
dalam menerima informasi dan mengambil dapat menerima informasi dan pengalaman
keputusan yang tepat. yang diperolehnya tentang cara dan manfaat
Salah satu keputusan yang penting menyusui bayinya, sehingga responden
dalam penelitian ini adalah dalam hal praktik kurang dapat mengambil keputusan yang
pemberian ASI yang dilaksanakan dengan tepat untuk bayinya.
baik pada bayinya. Notoatmodjo (2007)
Purwati, Korelasi Partisipasi Ibu Menyusui ... 81
1. Artikel yang ditulis dalam Jurnal Kebidanan dan Keperawatan meliputi hasil penelitian di bidang
kebidanan dan keperawatan. Naskah diketik dengan program Microsoft Word, huruf Times New
Roman, ukuran 12 pts, dengan spasi At least 12 pts, dicetak pada kertas A4 sepanjang lebih
kurang 20 halaman dan diserahkan dalam bentuk Print-Out sebanyak 2 eksemplar beserta
softcopynya. Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai Attachment e-mail ke alamat:
bp3m_stikesayo@yahoo.com
2. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Sistematika artikel hasil penelitian adalah
judul, nama penulis, abstrak disertai kata kunci, pendahuluan, metode penelitian, hasil dan
pembahasan, simpulan dan saran, serta daftar pustaka.
3. Judul artikel dalam bahasa Indonesia tidak boleh lebih dari 14 kata, sedangkan judul dalam
bahasa Inggris tidak boleh lebih dari 12 kata. Judul dicetak dengan huruf kapital di tengah-
tengah, dengan ukuran huruf 14 poin.
4. Nama penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik, disertai lembaga asal, dan ditempatkan
di bawah judul artikel. Dalam hal naskah ditulis oleh tim, penyunting hanya berhubungan dengan
penulis utama atau penulis yang namanya tercantum pada urutan pertama. Penulis utama harus
mencantumkan alamat korespondensi atau e-mail.
5. Abstrak dan kata kunci ditulis dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris). Panjang masing-
masing abstrak 75-100 kata, sedangkan jumlah kata kunci 3-5 kata. Abstrak minimal berisi judul,
tujuan, metode, dan hasil penelitian.
6. Bagian pendahuluan berisi latar belakang, konteks penelitian, hasil kajian pustaka, dan tujuan
penelitian. Seluruh bagian pendahuluan dipaparkan secara terintegrasi dalam bentuk paragraf-
paragraf, dengan panjang 15-20% dari total panjang artikel.
7. Bagian metode penelitian berisi paparan dalam bentuk paragraf tentang rancangan penelitian,
sumber data, teknik pengumpulan data, dan analisis yang secara nyata dilakukan peneliti, dengan
panjang 10-15% dari total panjang artikel.
8. Bagian hasil penelitian berisi paparan hasil analisis yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian.
Setiap hasil penelitian harus dibahas. Pembahasan berisi pemaknaan hasil dan pembandingan
dengan teori dan/atau hasil penelitian sejenis. Panjang paparan hasil dan pembahasan 40-60%
dari panjang artikel.
9. Bagian simpulan berisi temuan penelitian yang berupa jawaban atas pertanyaan penelitian atau
berupa intisari hasil pembahasan. Simpulan disajikan dalam bentuk paragraf. Saran ditulis secara
jelas untuk siapa dan bersifat operasional. Saran disajikan dalam bentuk paragraf.
10. Daftar rujukan hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk, dan semua sumber yang dirujuk
harus tercantum dalam daftar rujukan. Sumber rujukan minimal 80% berupa rujukan terbitan 10
tahun terakhir. Rujukan yang digunakan adalah sumber-sumber primer berupa artikel-artikel
penelitian dalam jurnal atau laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, disertasi). Artikel yang
dimuat di Jurnal Kebidanan dan Keperawatan disarankan untuk digunakan sebagai rujukan.
11. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama akhir, tahun).
Pencantuman sumber pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor
halaman tempat asal kutipan. Contoh: (Davis, 2003: 47).
12. Daftar rujukan disusun dengan tata cara seperti contoh berikut ini dan diurutkan secara alfabetis
dan kronologis.
Buku:
Smeltzer, Suzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth.
Edisi 8. EGC: Jakarta.
Buku kumpulan artikel:
Saukah, A. & Waseso, M.G. (Eds). 2002. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah (edisi ke - 4,
cetakan ke-1). Malang: UM Press.
Artikel dalam buku kumpulan artikel:
Russel, T. 1998. An Alternative Conception: Representing Representation. Dalam P.J. Black &
A. Lucas (Eds). Children’s Informal Ideas in Science (hlm. 62-84). London: Routledge.
Artikel dalam jurnal atau majalah:
Kansil, C.L. 2002. Orientasi Baru Penyelenggaraan Pendidikan Program Profesional dalam
memenuhi Kebutuhan Industri. Transport, XX (4): 57-61
Artikel dalam koran:
Pitunov, B. 13 Desember, 2002. Sekolah Unggulan ataukah Sekolah Pengunggulan? Jawa
Post, hlm. 4 & 11.
Tulisan/berita dalam koran (tanpa nama pengarang)
Jawa Pos. 22 April, 2006. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, hlm. 3.
Dokumen resmi:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1997. Pedoman Penulisan Pelaporan
Penelitian. Jakarta : Depdikbud. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT Ammas Duta Jaya
Skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian
Sudyasih, T. 2006. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Tubercolosis Paru Dengan
Sikap Orang Tua Anak (0-10 Tahun) Penderita Tuberkulosis Paru Selama Menjalani
Pengobatan di Puskesmas Piyungan Bantul Tahun 2006. Skripsi Diterbitkan. Yogyakarta:
PSIK-STIKES ‘ASYIYAH YOGYAKARTA
Makalah seminar, lokakarya, penataran
Waseso, M.G. 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam Seminar
Lokakarya Penulisan Artikel dan Pengelolaan Jurnal Ilmiah, Universitas Lambungmangkurat,
Banjarmasin, 9-11 Agustus 2001
Internet (karya individual)
Hitchcock, S., Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM Online Journals, 1990-1995: The Calm
before the Storm, (Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.html), diakses 12
Agustus 2006
Internet (artikel dalam jurnal online)
Kumaidi, 2004. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu
Pendidikan. (online), Jilid 5, No. 4, (http://www.malang.ac.id), diakses 20 Januari 2000.
13. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel, gambar pada artikel berbahasa Indonesia meng-
gunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (Depdikbud, 1987).
14. Semua naskah ditelaah secara anonim oleh mitra bestari (reviewers) yang ditunjuk oleh penyun-
ting menurut bidang kepakarannya. Penulis artikel diberi kesempatan untuk melakukan perbaikan
(revisi) naskah atas dasar rekomendasi/saran dari mitra bebestari atau penyunting. Kepastian
pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan secara tertulis.
15. Segala sesuatu yang menyangkut perizinan pengutipan atau penggunaan software komputer
untuk pembuatan naskah atau ihwal lain yang terkait dengan HaKI yang dilakukan oleh penulis
artikel, berikut konsekuensi hukum yang mungkin timbul karenanya, menjadi tanggungjawab
penuh penulis artikel.
16. Sebagai prasyarat bagi pemrosesan artikel, para penyumbang artikel wajib menjadi pelanggan
minimal selama satu tahun (dua nomor). Penulis menerima nomor bukti pemuatan sebanyak 2
(dua) eksemplar dan cetak lepas sebanyak 2 (dua eksemplar). Artikel yang tidak dimuat tidak
akan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis.
JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
Jl. Ring Road Barat 63, Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55292
Telp. (0274) 4469199; Fax. (0274) 4469204
Bersama ini kami kirimkan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol. 11, No. 1, Juni
2015 sebanyak ….... eks.
Untuk selanjutnya apabila Bpk/Ibu/Sdr/Institusi Anda berkenan melanggannya, mohon
untuk mengisi blangko formulir berlangganan di bawah ini dan kirimkan ke alamat :
REDAKSI JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
Jl. Ring Road Barat No. 63, Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55292.
Telp (0274) 4469199 pesawat 166, Fax. (0274) 4469204
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
TANDA TERIMA
Telah terima Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol. 11, No. 1, Juni 2015
sebanyak: ......................... eksemplar dengan baik.