Anda di halaman 1dari 89

Jurnal

Kebidanan dan Keperawatan


ISSN 1858-0610

Terbit 2 kali setahun pada bulan Juni dan Desember. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil
penelitian di bidang kebidanan dan keperawatan.

Ketua Penyunting
Sarwinanti

Wakil Ketua Penyunting


Sulistyaningsih

Penyunting Pelaksana
Warsiti Mamnu’ah
Anjarwati Menik Sri Daryanti
Ery Khusnal Siti Khotimah
Ismarwati Widaryati
Lutfi Nurdian A. Yuli Isnaeni

Pelaksana Tata Usaha


Sri Sugesti
Khairun Nisak
Basit Adhi Prabowo
Irkhamiyati
Sri Rejeki
Agung Suyudi

Alamat Penyunting dan Tata Usaha: STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, Jl. Ring Road
Barat No. 63, Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55292. Telp (0274)
4469199 pesawat 166, Fax. (0274) 4469204. E-mail: bp3m_stikesayo@yahoo.com.

Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah
diketik di atas kertas HVS kuarto spasi ganda sepanjang lebih kurang 20 halaman, dengan format
seperti tercantum pada petunjuk bagi penulis JKK di bagian belakang jurnal ini. Naskah yang
masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan tata cara lainnya.

JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN diterbitkan sejak bulan Juni 2005


oleh STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
Jurnal
Kebidanan dan Keperawatan
Vol. 11 No. 1, Juni 2015 ISSN 1858-0610

Hubungan Frekuensi Baby Spa dengan Perkembangan Bayi Usia 4-6 Bulan
Qoriesa Septina Dewi, Anggun Trisnasari 1-6

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan tentang Kanker Leher


Rahim pada Ibu Usia Reproduksi
Kurniasari Pratiwi, Andina Vita Sutanto, Yuni Fitriana 7-11

Hubungan Tingkat Pengetahuan Primigravida tentang Tanda Bahaya Kehamilan


dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care
Rastifiati, Sri Nabawiyati Nurul Makiyah, Yusi Riwayatul Afsah 12-17

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Minat Wanita Usia Subur dalam Melakukan
Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
Ellyda Rizki Wijhati 18-24

Metode Ceramah dan Diskusi, Problem Solving Terhadap Perubahan Pengetahuan,


Sikap dan Perilaku Seks Pranikah
Titin Martini, Atnesia Ajeng 25-34

Hubungan antara Usia, Pekerjaan, Pendidikan dan Pengetahuan dengan Kejadian


Infeksi Menular Seksual (IMS)
Sarwinanti 35-40

Antisipasi Remaja terhadap Bahaya Penyalahgunaan Narkoba dalam Triad Kesehatan


Reproduksi Remaja di Sleman
Wafi Nur Muslihatun, Mina Yumei Santi 41-50

Faktor Penghambat Pencapaian Indeks Prestasi pada Mahasiswa DIII Kebidanan


STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta Tahun 2010
Endang Koni Suryaningsih, Sjafiq 51-63

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Ibu Bersalin dalam Pelaksanaan Inisiasi


Menyusu Dini
Ita Susanti, Nurasnah Sitohang, Farida Linda Sari Siregar 64-72

Korelasi Partisipasi Ibu Menyusui pada Kelompok Pendamping ASI dengan


Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif
Yuni Purwati 73-82
HUBUNGAN FREKUENSI BABY SPA
DENGAN PERKEMBANGAN BAYI
USIA 4-6 BULAN

Qoriesa Septina Dewi, Anggun Trisnasari


STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Semarang
E-mail: anggun.trisna83@gmail.com

Abstrack: The purpose of this research was to know the frequency


of baby spa related to the development of babies aged 4-6 months
old in Baby Spa Clinic Amanda in Ambarawa, Semarang regency.
The type of this research was descriptive correlation by using cross
sectional approach. The bivariate analysis used Chi Square test.
The results showed that the babies doing baby spa routinely were
44.1% and those who did not do this routinely were 55.9%. The
babies doing baby spa and having normal development were
64.7%, while those having suspect development were 35.3%. The
analysis of Chi Square got p-value was 0.043 (<0.05) which meant
that there was a correlation between the variable of the fequency
of baby spa and the development of babies aged 4-6 months old.

Keywords: The Frequency of Baby Spa, The Development of Babies,


Babies aged 4-6 Months Old

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan


frekuensi baby spa dengan perkembangan bayi umur 4-6 bulan di Klinik
Baby Spa Ananda Ambarawa Kabupaten Semarang. Jenis penelitian
ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross
sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling. Analisa bivariat menggunakan uji Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan bayi yang melakukan baby spa pada
kategori rutin sebesar 44,1% dan tidak rutin melakukan baby spa
sebesar 55,9%. Perkembangan bayi yang melakukan baby spa
mengalami perkembangan normal sebesar 64,7% dan yang mengalami
perkembangan suspect sebesar 35,3%. Analisis Chi square didapatkan
nilai p-value 0,043 (<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara
variabel frekuensi baby spa dengan perkembangan bayi umur 4-6 bulan.

Kata kunci: Frekuensi Baby Spa, Perkembangan Bayi, Bayi Umur


4-6 bulan
2 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 1-6

PENDAHULUAN terhadap lingkungan (Riksani, 2014). Lebih


Menurut Kementrian Kesehatan RI lanjut Riksani (2014) menjelaskan bahwa
sekitar 16% bayi di Indonesia mengalami usia 4-6 bulan merupakan saat yang tepat
gangguan perkembangan saraf dan otak bagi bayi untuk mengenal kolam renang. Hal
mulai ringan sampai berat. Pada masa bayi ini disebabkan reflek akuatiknya belum
dan balita, perkembangan kemampuan menghilang (kemampuan menarik nafas
berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, sebelum menyentuh air), bayi juga
emosional dan intelejensia berjalan sangat mempunyai naluri mengapung dan menyelam
cepat dan merupakan landasan perkem- yang mencegahnya menelan air saat berada
bangan berikutnya. Kurangnya rangsangan di dalam air.
yang diberikan pada bayi menambah keter- Klinik Baby Spa Ananda adalah satu-
lambatan pada bayi. Banyak riset menun- satunya tempat baby spa yang berada di
jukkan bayi membutuhkan rangsangan dini Kecamatan Ambarawa. Walaupun letaknya
di berbagai bagian tubuh dan alat-alat indera di kecamatan tetapi pengunjung klinik Baby
untuk membantu bayi dalam penyesuaian Spa Ananda setiap bulan semakin bertam-
diri terhadap lingkungan barunya (DEPKES bah, hal tersebut disebabkan oleh semakin
RI, 2006; Soetjiningsih, 2014) meningkatnya kesadaran masyarakat untuk
Bayi yang mengalami keterlambatan hidup sehat. Studi pendahuluan dilakukan
dalam perkembangan akan membuat orang pada 5 dari ibu bayi yang melakukan baby
tua bayi merasa cemas dan khawatir, sehing- spa, dari 3 ibu (60%) mengatakan bahwa
ga mempengaruhi bagaimana orang tua setelah bayinya melakukan baby spa selama
memenuhi kebutuhan bayinya. Salah satu 2 kali dalam seminggu perkembangannya
alternatif dalam pemenuhan kebutuhan bayi lebih cepat yaitu pada usia 4 bulan sudah
yang berhubungan dengan perkembangan bisa tengkurap kemudian berguling dan
bayi adalah spa. Perawatan spa ini sangat telantang. Sedangkan 2 ibu (40%) yang juga
bermanfaat bagi kesehatan dan perkem- rutin melakukan baby spa pada bayinya
bangan bayi. Bayi yang telah diterapi spa mengatakan bahwa bayinya tidak rewel,
akan terlihat segar, sehat, bersemangat dan tidur pada malam dan siang hari 14-15 jam
pertumbuhan serta perkembangannya lebih perhari, dibandingkan sebelumnya bayinya
cepat dibandingkan bayi yang tidak pernah pendiam, kurang ceria dan kurang percaya
sama sekali dilakukan spa (Yahya, 2011) diri dengan orang sekitarnya. Tujuan pene-
Baby spa merupakan perawatan spa litian ini adalah untuk mengetahui hubungan
tubuh pada bayi yang dapat dilakukan frekuensi baby spa dengan perkembangan
dengan dua cara, yaitu mandi berendam atau bayi umur 4-6 bulan di Klinik Baby Spa
berenang dan pijat bayi. Berendam dan Ananda Ambarawa Kabupaten Semarang.
berenang akan merangsang gerakan motorik
bayi. Gerakan di dalam air akan membuat METODE PENELITIAN
semua anggota tubuh bayi akan terlatih, Jenis penelitian ini adalah penelitian
selain itu kemampuan mengontrol otot bayi deskriptif korelatif yaitu metode penelitian
akan lebih meningkat. Pemijatan berfungsi yang menggambarkan suatu keadaan secara
supaya bayi lebih responsif, dapat lebih objektif untuk melihat hubungan antara 2
banyak menyapa dengan kontak mata, lebih variabel pada situasi atau kelompok tertentu
banyak tersenyum, lebih banyak bersuara, (Notoatmodjo, 2012). Pendekatan yang
lebih banyak menanggapi, lebih cepat digunakan adalah cross sectional yaitu
mempelajari lingkungan dan lebih tanggap rancangan penelitian dengan melakukan
Dewi, Trisnasari, Hubungan Frekuensi Baby Spa... 3

pengukuran atau pengamatan sekali waktu Kabupaten Ambarawa pada kategori tidak
dan pada saat yang bersamaan (Setiawan rutin melakukan baby spa sebesar 55,9%,
dan Saryono, 2011). Penelitian ini dilakukan sedangkan yang rutin melakukan baby spa
pada bulan Agustus tahun 2014. Populasi yaitu sebesar 44,1%. Baby Spa termasuk
dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang dalam kategori rutin bila dilakukan setiap
berumur 4-6 bulan pada bulan Juni sampai dua kali seminggu dan baby spa termasuk
dengan Agustus tahun 2014 yang melakukan dalam kategori tidak rutin bila dilakukan
baby spa di Klinik Baby Spa Ananda kurang dari dua kali seminggu.
Ambarawa sejumlah 56 bayi. Menurut Riksani (2014), baby spa
Teknik pengambilan sampel yang dikatakan teratur dan baik jika dilakukan
digunakan dalam penelitian ini adalah pur- setiap dua kali seminggu, tetapi kondisi bayi
posive sampling yaitu teknik pengambilan juga berpengaruh terhadap frekuensi untuk
sampel yang berdasarkan pada kriteria melakukan baby spa. Ketika bayi sehat,
tertentu dari satu tujuan yang spesifik yang baby spa akan membuat bayi semakin lebih
sebelumnya ditetapkan oleh peneliti, subyek tenang dan nyaman ketika baby spa dila-
yang memenuhi kriteria tersebut menjadi kukan. Namun sebaliknya, saat bayi sedang
anggota sampel (Arikunto, 2010). Kriteria sakit atau kurang sehat tentunya tidak dapat
inklusi dalam penelitian ini adalah bayi umur dilakukan baby spa, karena hal tersebut
4-6 bulan yang melakukan baby spa di akan memperburuk kondisi bayi.
Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan
Ambarawa Kabupaten Semarang pada Perkembangan Bayi Usia 4-6 Bulan
bulan Juni sampai dengan Juli tahun 2014. Menurut Kemenkes RI (2010), per-
Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian kembangan adalah bertambahnya struktur
ini adalah 1) Bayi yang mengalami cacat fisik dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
dan mental; 2) Bayi yang hanya melakukan kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara
baby spa tidak sepenuhnya atau hanya salah dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
satu yaitu pijat saja/renang saja. Alat ukur untuk mengukur perkembangan
Didapatkan jumlah sampel yang sesuai salah satunya adalah DDST (Denver
kriteria di atas sebanyak 34 bayi. Pengum- Developmental Screening Test), yaitu suatu
pulan data dengan menggunakan lembar tes untuk melakukan screening/pemeriksaan
Denver Development Skrining Test terhadap perkembangan anak usia satu
(DDST) II. Analisis data untuk mengetahui sampai dengan enam tahun.
apakah ada hubungan frekuensi baby spa Pengukuran perkembangan ada tiga
dengan perkembangan bayi umur 4-6 bulan interpretasi hasil skrining DDST yaitu normal
di Klinik Baby Spa Ananda Ambarawa jika didapatkan hasil tidak ada delayed.
Kabupaten Semarang, menggunakan uji Penilaian item T=”Terlambat” (D=Delayed).
Chi Square. Nilai “Terlambat” diberikan jika anak
“Gagal” (G), atau “Menolak” (M) melaku-
HASIL DAN PEMBAHASAN kan tugas untuk item di sebelah kiri garis
umur. Penilaian item P=”Peringatan”
Frekuensi Baby Spa Pada Bayi Umur (C=Caution) diberikan jika anak “Gagal”
4-6 Bulan (G) atau “Menolak” (M) melakukan tugas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk item yang dilalui pada daerah gelap
dari 34 bayi umur 4-6 bulan yang mela- kotak. Curiga/suspect jika didapatkan hasil
kukan baby spa di Klinik Baby Spa Ananda dengan dua atau lebih caution, dan/atau
4 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 1-6

terdapat satu atau lebih delayed. Tidak bunyi atau kata-kata, menoleh ke arah suara
stabil/Unstable jika didapatkan hasil dengan atau sumber bunyi, menggunakan vokalisasi
satu atau lebih delayed, dan/atau dua atau semakin banyak. Perkembangan perilaku
lebih caution. Dalam hal ini delayed atau atau adaptasi sosial pada bayi umur 4-6
caution harus disebabkan oleh karena pe- bulan dapat diawali dengan mengamati
nolakan (refusal) bukan karena kegagalan tangannya, tersenyum spontan jika diajak
(fail). Perkembangan pada bayi dan anak tersenyum, mengenal ibunya, dan senang
mencakup perkembangan motorik halus, menatap wajah-wajah yang dikenal.
perkembangan motorik kasar, perkem-
bangan bahasa dan perkembangan perilaku Frekuensi Baby Spa dengan Perkem-
atau adaptasi sosial (Dariyo, 2007; Hidayat, bangan Bayi Usia 4-6 Bulan
2011; Andriani, 2010) Berdasarkan Tabel 1, hasil analisis Chi
Hasil penelitian yang dididapatkan, square menunjukkan nilai p-value 0,043
mayoritas bayi yang melakukan baby spa (<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan
mengalami perkembangan normal sebesar antara variabel frekuensi baby spa dengan
64,7% dan yang mengalami perkembangan perkembangan bayi umur 4-6 bulan. Pene-
suspect sebesar 35,3%. Bayi umur 4 bulan litian ini sesuai dengan pendapat Hidayat
yang mengalami perkembangan suspect (2005), bahwa anak yang mendapatkan
dikarenakan bayi gagal atau tidak dapat stimulasi misalnya adalah baby spa akan
mengerjakan tugas pada sekstor bahasa lebih cepat berkembang dibandingkan de-
dan motorik kasar, yaitu gagal bertepuk ngan anak yang kurang atau tidak mendapat-
tangan dan menumpu pada kaki. Pada bayi kan stimulasi sama sekali.
umur 5 bulan perkembangan suspect diala- Penelitian ini juga sesuai dengan pene-
mi pada sektor bahasa dan motorik kasar, litian yang dilakukan Suharto (2012) tentang
yaitu gagal menoleh ke bunyi icik-icik dan pengaruh stimulasi bayi terhadap perkem-
tengkurap sendiri. Sedangkan pada bayi bangan motorik kasar bayi usia 3-8 bulan,
umur 6 bulan perkembangan suspect diala- bahwa terdapat pengaruh yang bermakna
mi pada sektor bahasa yaitu tidak dapat dengan antara stimulasi yang berupa pijat
melakukan menoleh suara dan menirukan bayi, senam bayi dan permainan stimulasi
bunyi kata-kata. peningkatan perkembangan motorik kasar
Menurut Hidayat (2011), perkem- bayi. Menurut Hammer dan Turner (1990)
bangan motorik halus pada bayi umur 4-6 (dalam Soedjatmiko, 2006), baby spa me-
bulan adalah sudah mulai mengamati benda, rupakan salah satu stimulasi taktil pada bayi
mengekplorasi benda yang dipegang, meng- yaitu suatu jenis rangsangan sensori yang
ambil obyek dengan tangan tengkurap, penting untuk perkembangan bayi yang
menahan benda di kedua tangan secara optimal. Rangsangan taktil ini bisa berupa
simultan. Perkembangan motorik kasar memijat dan berenang.
pada bayi umur 4-6 bulan adalah pada Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perubahan dalam aktivitas, seperti telungkup bayi yang rutin melakukan baby spa ma-
pada alas, dan sudah mulai mengangkat yoritas mengalami perkembangan normal
kepala dengan melakukan gerakan menekan yaitu sebesar 86,7% dan yang mengalami
kedua tangannya, mampu memalingkan perkembangan suspect yaitu sebesar
kepala ke kanan dan ke kiri, berguling dan 13,3%. Sedangkan bayi yang tidak rutin
telentang tengkurap. Perkembangan bahasa melakukan baby spa mayoritas mengalami
pada bayi umur 4-6 bulan adalah menirukan perkembangan suspect yaitu sebesar 52,5%
Dewi, Trisnasari, Hubungan Frekuensi Baby Spa... 5

Tabel 1. Hubungan frekuensi baby spa dengan perkembangan bayi usia 4-6 bulan

Frekuensi Perkembangan bayi usia 4-6 bulan


No Baby Spa Suspect Normal Total p-value
N % N % N %
1 Tidak rutin 10 52,6% 9 47,4% 19 100 0,043
2 Rutin 2 13,3% 13 86,7% 15 100
Jumlah 12 35,3% 22 64,7% 34 100

dan yang mengalami perkembangan normal SIMPULAN DAN SARAN


sebesar 47,4%. Sebesar 13,3% bayi pada
kategori rutin yang melakukan baby spa Simpulan
mengalami perkembangan suspect yaitu Dari 34 bayi umur 4-6 bulan yang
gagal melakukan tugas pada sektor bahasa melakukan baby spa di Klinik Baby Spa
dan motorik kasar yaitu gagal bertepuk Ananda Kabupaten Ambarawa pada kate-
tangan dan menumpu beban pada kaki. gori tidak rutin melakukan baby spa sebesar
Menurut Soetjiningsih (2014), selain 55,9% sedangkan yang rutin melakukan
stimulasi berupa baby spa faktor lain yang baby spa yaitu sebesar 44,1%. Bayi yang
mempengaruhi perkembangan diantaranya mempunyai perkembangan normal sebesar
cinta dan kasih sayang orang tua terhadap 64,7% yaitu sebesar 59% rutin melakukan
anak. Selain itu, kualitas dari interaksi juga baby spa dan sebesar 41% tidak rutin mela-
dapat mempengaruhi proses perkembangan kukan baby spa. Pada bayi yang mempu-
anak. Pendidikan ayah/ibu juga dapat mem- nyai perkembangan suspect sebesar 35,3%.
pengaruhi proses perkembangan pada anak. Perkembangan suspect terdapat pada bayi
Semakin tinggi pendidikan orang tua, infor- dengan kategori tidak rutin melakukan baby
masi yang dimiliki lebih luas dan lebih mudah spa yaitu sebesar 83,8%.
diterima termasuk tentang informasi per-
kembangan anak. Saran
Menurut Hidayat (2005), jumlah sau- Penelitian ini diharapkan dapat men-
dara juga berkaitan dengan stimulasi yang jadikan masukan bagi masyarakat khusus-
dilakukan oleh sesama saudara kandungnya. nya bagi ibu yang mempunyai bayi untuk
Posisi anak dalam keluarga juga dapat mem- meningkatkan pengetahuannya tentang
pengaruhi perkembangan. Hal ini dapat dili- baby spa dan perkembangan anaknya serta
hat pada anak pertama atau tunggal, dalam selalu memantau pertumbuhan bayinya agar
aspek perkembangan secara kemampuan mencapai pertumbuhan yang optimal agar
intelektualnya lebih menonjol dan cepat ber- tidak mengalami keterlambatan perkem-
kembang karena sering berinteraksi dengan bangan.
orang dewasa, akan tetapi perkembangan
motoriknya terkadang terlambat karena DAFTAR RUJUKAN
tidak ada stimulasi yang biasanya dilakukan Andriani, M dan Wiratmadi, B. 2010.
oleh saudara kandungnya. Pengantar Gizi Masyarakat.
Kencana Pranada Media Group:
Jakarta.
6 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 1-6

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Su- Riksani, Ria. 2014. Cara Mudah dan
atu Pendekatan Praktik. Rineka Aman Pijat Bayi. Dunia Sehat:
Cipta: Jakarta. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Setiawan, Ari dan Saryono. 2011. Meto-
Indonesia. Jakarta: BPS. dologi Penelitian Kesehatan.
Dariyo, Agoes. 2007. Psikologi Perkem- Nuha Medika: Yogyakarta.
bangan Anak Tiga Tahun Perta- Soedjatmiko. 2006. Pentingnya Stimulasi
ma. Refika Aditama: Bandung. Dini Untuk Merangsang Perkem-
Depkes RI. 2006. Pemantauan Pertum- bangan Bayi dan Balita Terutama
buhan Balita. Jakarta: Direktorat pada Bayi Resiko Tinggi. Sari
Jenderal Bina Kesehatan Masya- Pediatri. Vol. 8. Hal. 10.
rakat. Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang
Hidayat, Azis Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Anak. EGC: Jakarta.
Keperawatan. Salemba Medika: Suharto, Fajriah. 2012. Pengaruh Stimulasi
Jakarta. Bayi Terhadap Perkembangan
Hidayat, Azis Alimul. 2011. Ilmu Kesehatan Motorik Kasar Pada Bayi Usia 3-
Anak untuk Pendidikan Kebi- 8 Bulan. Media Kesehatan Poli-
danan. Salemba Medika: Jakarta. teknik Kesehatan Makasar. Vol.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. V. No. 1. Hal. 4. (Online), (www.
2010. Pedoman Pelaksanaan poltekkes-mks.ac.id/index.php/
Stimulasi, Deteksi dan Intervensi tutorials-mainmenu-48/media-
Dini Tumbuh Kembang Anak di kesehat an/ vo l- v- no - 1 /320-
Tingkat Pelayanan Kesehatan pengaruh-stimulasi-bayi-terhadap-
Dasar. Jakarta: KEMENKES RI. perkembangan), diakses 14 April
2014.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Meto-
dologi Penelitian Kesehatan. Yahya. 2011. Spa Bayi & Anak. Dipl.
Rineka Cipta: Jakarta. CIBTAC: Solo.
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
PENGETAHUAN TENTANG KANKER LEHER
RAHIM PADA IBU USIA REPRODUKSI

Kurniasari Pratiwi, Andina Vita Sutanto, Yuni Fitriana


Akademi Kebidanan Yogyakarta
E-mail : kiky_kurniasari@rocketmail.com

Abstract: This study aimed to determine the effect of general health


education on knowledge about cervical cancer in women of
reproductive age in the Pengkol hamlet Gulurejo village, Lendah
district, Kulonprogo regency. This study used a quasi-experimental
research method (experimental pseudo) by design “one group
pretest-posttest design”. Before the treate, majority of respondents
(49%) have less knowledge, while 35.3% respondents have quite
knowledge, and good knowledge of 15.7% respondents. After
treated health education the majority of respondents (37.3%) have
a good knowledge, and 56.9% have insufficient knowledge, while
the lack of knowledge as 5.9%. Paired T test results was significant
differences in knowledge about cervical cancer before and after
health education.

Keywords: health education, knowledge about uterus neck


cancer, women of reproductive age.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah ada


pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang kanker
leher rahim pada ibu usia reproduksi di Dusun Pengkol, Kelurahan
Gulurejo, Kecamatan Ledah, Kabupaten Kulonprogo. Penelitian ini
menggunakan metude kuasi eksperimen dengan desain “one group
pretest-posttest design”. Sebelum diberikan perlakuan, mayoritas
responden (49%) memiliki pengetahuan tentang kanker leher rahim
yang rendah, sedangkan 35,3 % memiliki pengetahuan sedang, dan
hanya 15% yang memiliki pengetahuan yang baik. Setelah diberi
perlakuan pendidikan kesehatan, mayoritas responden (37,5%) memiliki
pengetahuan yang baik, dan 56,9% memiliki pengetahuan sedang,
sedangkan 5,9% berpengetahuan kurang. Hasil Uji T menunjukkan
terdapat perbedaan yang signifikan atas pengetahuan tentang kanker
leher rahim sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

Kata Kunci: pendidikan kesehatan, pengetahuan tentang kanker


leher rahim, ibu usia reproduksi
8 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 7-11

PENDAHULUAN Diagnosis kanker leher rahim masih


Angka kejadian dan angka kematian sering terlambat dan penanganannya pun
akibat kanker leher rahim di dunia menem- ternyata tidak memberi hasil yang baik.
pati urutan kedua setelah kanker payudara. Keterlambatan diagnosis terjadi karena pen-
Sementara itu, di Negara berkembang masih derita sering datang terlambat ke dokter
menempati urutan teratas sebagai penyebab ataupun disebabkan oleh ketidakmampuan
kematian akibat kanker di usia reproduktif. dokter menemukan penyakit tersebut pada
Hampir 80% kasus berada di Negara ber- tingkat dini. Biasanya penderita datang ke
kembang (Imam dalam Pramesti, 2012). dokter sesudah terjadi gejala pendarahan,
Kanker leher rahim atau disebut juga ataupun keputihan yang berbau. Jika terjadi
kanker serviks adalah sejenis kanker yang pendarahan pervaginam yang tidak semes-
99,7% disebabkan oleh human papilloma tinya atau terdapat keputihan. Sering wanita
virus (HPV) yang menyerang leher rahim. tidak segera pergi ke dokter tetapi menga-
Kanker ini dapat hadir dengan pendarahan tasinya dengan meminum jamu. Kalau
vagina, tetapi gejala kanker ini tidak terlihat dengan usaha tersebut gejala tidak dapat
sampai kanker memasuki stadium yang lebih diatasi baru datang ke dokter. Hal tersebut
jauh, untuk mendeteksi kanker leher rahim disebabkan kurangnya pengertian akan
dapat dilakukan pengamatan menggunakan bahaya kanker leher rahim serta pendidikan
Pap smear. Di negara berkembang, peng- yang kurang.
gunaan secara luas progam pengamatan Tidak jarang pula penderita tidak
leher rahim mengurangi insiden kanker leher memeriksakan diri ke dokter karena perso-
rahim yang infasif sebesar 50% atau lebih. alan biaya atau ada kekhawatiran jika dok-
Kebanyakan penelitian menemukan bahwa ter menemukan kanker pada dirinya. Keta-
infeksi human papilloma virus (HPV) ber- kutan yang tidak beralasan tersebut dise-
tanggung jawab untuk semua kasus kanker babkan pendapat umum bahwa kanker tidak
leher rahim. Perawatan termasuk operasi dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan
pada stadium awal, dan kemoterapi atau kematian. Hal tersebut menunjukkan pen-
radioterapi pada stadium akhir penyakit tingnya pengetahuan tentang kanker leher
(Wikipedia, 2014) rahim, karena dengan pengetahuan yang
Data yang didapat dari yayasan cukup diharapkan ibu-ibu mempunyai sikap
kanker Indonesia tahun 2007 menyebutkan yang positif dalam pencegahan kanker leher
setiap tahunnya sekitar 500.000 perempuan rahim yang akan membawa dampak yang
didiagnosa menderita kanker leher rahim dan merugikan.
lebih dari 250.000 meninggal dunia. Total Pendidikan kesehatan adalah proses
2,2 juta perempuan di dunia menderita perubahan perilaku secara terencana pada
kanker leher rahim. Beberapa data yang lain diri individu, kelompok, atau masyarakat
menyebutkan kanker leher rahim ternyata untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai
dapat tumbuh pada wanita yang usianya tujuan hidup sehat. Dengan demikian pen-
lebih muda dari 35 tahun. Di Indonesia didikan kesehatan merupakan usaha atau
sekarang diperkirakan dalam setiap harinya kegiatan untuk membantu individu, kelom-
terjadi 41 kasus baru kanker leher rahim. pok dan masyarakat dalam meningkatkan
Parahnya sekitar 20 orang setiap harinya kemampuan baik pengetahuan sikap,
meninggal dunia karena kanker tersebut maupun keterampilan untuk mencapai hidup
(Bertaini, 2009). sehat secara optimal (Notoadmodjo, 2003).
Lebih lanjut Notoadmodjo (2003) menya-
Pratiwi, dkk., Pengaruh Pendidikan Kesehatan..... 9

takan bahwa pendidikan kesehatan diha- yang akan membawa dampak yang
rapkan dapat meningkatkan pengetahuan. merugikan. Sehingga peneliti tertarik untuk
Pengetahuan didefinisikan sebagai kumpulan melakukan penelitian tentang pendidikan
informasi yang diperbarui yang didapat dari kesehatan dan kaitannya dengan tingkat
proses belajar selama hidup dan dapat pengetahuan tentang kanker leher rahim
dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat pada ibu usia reproduksi di Dusun Pengkol,
penyesuaiaan diri baik terhadap diri sendiri Desa Gulurejo, Kecamatan Lendah,
atau lingkungannya. Kabupaten Kulonprogo.
Faktor pengetahuan yang rendah
merupakan salah satu faktor penyebab METODE PENELITIAN
angka kejadian dan kematian akibat kanker Jenis penelitian ini adalah jenis
leher rahim. Di dunia, angka kejadian dan penelitian komparasi, yaitu untuk mengetahui
kematian yang diakibatkan oleh kanker leher apakah terdapat berbedaan pengetahuan
rahim menempati urutan kedua setelah tentang kanker leher rahim pada ibu usia
kanker payudara. Sementara itu, di negara reproduksi sebelum dan sesudah diberikan
berkembang masih menempati urutan teratas pendidikan kesehatan di Dusun Pengkol,
sebagai penyebab kematian akibat kanker Desa Gulurejo, Kecamatan Lendah,
di usia reproduktif. Hampir 80% kasus Kabupaten Kulonprogo.
berada di negara berkembang (Imam dalam Penelitian ini menggunakan metode
Pramesti, 2012). penelitian pre-experimental design yaitu
Kanker leher rahim adalah suatu peneliti mengamati satu kelompok utama dan
proses keganasan yang terjadi pada leher melakukan intervensi di dalam penelitian
rahim, sehingga jaringan disekitarnya tidak (Creswell, 2014). Tujuan dari penelitian ini
dapat melaksanakan fungsi sebagaimana adalah untuk menguji dampak dari suatu
mestinya. Keadaan tersebut biasanya intervensi/treatment terhadap hasil pene-
disertai dengan adanya perdarahan dan litian. Kegiatan perlakuan yang diberikan
pengeluaran cairan vagina yang abnormal, adalah pendidikan kesehatan mengenai
penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang kanker leher rahim. Rancangan pre-
(Bertriani, 2009). Kanker leher rahim adalah eksperimental yang digunakan adalah one
kanker yang terjadi pada leher uterus, suatu group pre test-post test design.
daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim yang HASIL DAN PEMBAHASAN
terletak antara rahim (uterus) dengan liang Pengetahuan responden sebelum dibe-
senggama atau vagina (Nasdaldy dalam rikan pendidikan kesehatan mayoritas
Tapan, 2005). Kanker leher rahim adalah termasuk dalam kategori kurang (49,0 %)
jenis kanker yang biasanya tumbuh lambat sedangkan tingkat pengetahuan kategori
pada wanita dan mempengaruhi leher rahim, cukup sebanyak 18 responden (35,3%)
bagian yang menghubungkan antara rahim dan kategori baik sebanyak 8 responden
dan vagina. (15,7%). Pengetahuan responden sesudah
Berdasarkan latar belakang masalah diberikan pendidikan kesehatan mengalami
menunjukkan pentingnya peningkatan peningkatan dan sebagian besar masuk da-
pengetahuan tentang kanker leher rahim, lam kategori cukup dan baik. Hal ini dibuk-
karena dengan pengetahuan yang cukup tikan dengan banyaknya responden memi-
diharapkan ibu-ibu mempunyai sikap yang liki tingkat pengetahuan kategori baik yaitu
positif dalam pencegahan kanker leher rahim sebanyak 19 (37,3) dan kategori cukup
10 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 7-11

sebanyak 29 responden (56,9%), kategori SIMPULAN DAN SARAN


kurang menurun menjadi 3 responden Berdasarkan hasil penelitian mengenai
(5,9%). kajian tingkat pengetahuan tentang kanker
Perbedaan pengetahuan sebelum dan leher rahim sebelum dan sesudah diberikan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan pendidikan kesehatan di Dusun Pengkol,
tentang kanker leher rahim telah diuji Kelurahan Gulurejo, Kecamatan Lendah,
menggunakan paired T test, menunjukkan Kabupaten Kulonprogo dapat diambil ke-
nilai t sebesar 7, 023 (p-value 0,000 simpulan bahwa pengetahuan responden
kurang dari 0,05). Dengan demikian dapat sebelum diberikan pendidikan kesehatan
disimpulkan ada perbedaan yang bermakna mayoritas (49,0%) termasuk dalam kate-
antara pengetahuan tentang kanker leher gori kurang.
rahim sebelum dan sesudah diberikan Pengetahuan responden sesudah dibe-
pendidikan kesehatan. rikan pendidikan kesehatan mengalami
Dari hasil uji tersebut menunjukkan peningkatan dan sebagian besar masuk
bahwa hipotesis kerja dapat diterima dibuk- dalam kategori cukup dan baik. Hal ini
tikan dengan analisis yang menunjukkan dibuktikan dengan banyaknya responden
perbedaan yang bermakna dari setiap memiliki tingkat pengetahuan kategori baik
variabel yang diuji. Pada penelitian ini yaitu sebanyak 19 (37,3%) dan kategori
terjadinya perubahan pengetahuan respon- cukup sebanyak 29 responden (56,9%).
den tentang kanker leher Rahim salah Ada perbedaan yang bermakna pada
satunya dipengaruhi oleh efektivitas pemateri pengetahuan tentang kanker leher rahim
saat memberikan pendidikan kesehatan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
tentang kanker leher rahim sehingga respon- kesehatan di Dusun Pengkol Kelurahan
den dapat konsentrasi dan tertarik dalam Gulurejo Kecamatan Lendah Kabupeten
menerima materi. Adanya pendidikan Kulonprogo. Dengan demikian, hal tersebut
kesehatan tentang kanker leher rahim membuktian bahwa pendidikan kesehatan
diharapkan dapat membawa dampak positif berpengaruh terhadap peningkatan penge-
terhadap perubahan perilaku kesehatan tahuan tentang kanker leher Rahim pada ibu
responden sehingga secara tidak langsung usia reproduksi di Dusun Pengkol, Keca-
akan meningkatkan derajat kesehatan. matan Lendah, Kabupaten Kulonprogo.
Pendidikan kesehatan tentang kanker Oleh karenanya, penting untuk dilakukan
leher rahim di dusun Pengkol desa Gulurejo sosialisasi dalam bentuk pendidikan kese-
kecamatan Lendah kabupaten Kulonprogo hatan oleh berbagai instansi kesehatan ke-
direspon baik oleh reponden yang ditunjuk- pada masyarakat luas tentang kanker leher
kan dengan peningkatan nilai yang diperoleh rahim. Hal ini bertujuan untuk memberikan
pada saat sesudah diberikan pendidikan pengetahuan yang memadai, serta mencegah
kesehatan bila dibandingkan dengan sedini mungkin mewabahnya penyakit
sebelum diberikan pendidikan kesehatan. kanker leher rahim, terutama pada kalangan
Selain itu, antusiasme responden pada saat ibu di usia reproduksi.
diberikan pendidikan kesehatan ditunjukkan
dengan perhatian responden pada materi DAFTAR RUJUKAN
yang diberikan oleh penyuluh, kemudian Bertiani. 2009. Cara Cerdas Menghadapi
pada saat sesi tanya jawab tampak Kanker Serviks. Genius: Mataram.
responden sangat aktif bertanya dalam sesi
diskusi.
Pratiwi, dkk., Pengaruh Pendidikan Kesehatan..... 11

Creswell, J.W. 2014. Research Design:


Pendekatan Kualitatif, Kuan-
titatif, dan Mixed (Edisi ketiga,
cetakan ke IV). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Notoatmojo, S. 2003. Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. PT. Rineka
Cipta: Jakarta.
Pramesthi, O.L. 2012. Pencegahan
Kanker Lewat Vaksinasi HPV,
(Online), (http://www.national
geographic.co.id), diakses tanggal
4 Maret 2014 jam 17.00.
Tapan, E. 2005. Kanker, Antioksidan, dan
Terapi Komplementer (Buku Seri
Kesehatan Keluarga). PT. Elex
Media Computindo: Jakarta.
Wikipedia. 2014. Kanker Leher Rahim,
(Online), (http://id.wikipedia.org/
wiki/Kanker_leher_rahim), diakses
tanggal 14 Maret 2014 jam 16.00.
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PRIMIGRAVIDA
TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN
FREKUENSI KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

Rastifiati, Sri Nabawiyati Nurul Makiyah, Yusi Riwayatul Afsah


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
E-mail: rasti_fiati@yahoo.com

Abstract: This study aims to determine the relationship level of


knowledge about danger signs of pregnancy primigravida with a
frequency of antenatal care visits in PHC of Mergasan, Yogyakarta.
Kinds of the other research is observational (non experimental) using
cross sectional design. The data was collected by giving questionnaire
while data analysis using the chi-square. The results at the level of
knowledge indicates that as many as 37 respondents (74%) included
in both categories and as many as 13 respondents (26%) included in
category less. While on the frequency of antenatal care visits showed
that as many as 46 respondents (92%) included in both categories
and as many as 4 respondents (8%). The conclusions showed that
there is relationship between the level of knowledge about danger
signs of pregnancy primigravida with a frequency of antenatal care
visits.

Keywords: Mother Mortality Rate (AKI), Primigravida,


Dengerous signs in pregnancy knowledge,
Antenatal care

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat


pengetahuan primigravida tentang tanda bahaya kehamilan dengan
frekuensi kunjungan antenatal care di puskesmas Mergangsan,
Yogyakarta. Jenis peneltian ini adalah observasional (non eksperimental)
dengan menggunakan rancangan cross sectional. Pengumpulan data
dilakukan dengan memberikan kuesioner sedangkan analisa data
menggunakan chi-square. Hasil penelitian pada tingkat pengetahuan
menunjukkan bahwa sebanyak 37 responden (74%) termasuk dalam
kategori baik dan sebanyak 13 responden (26%) termasuk dalam kategiri
kurang. Sedangkan pada tingkat frekuensi kunjungan antenatal care
menunjukkan bahwa sebanyak 46 responden (92%) termasuk dalam
kategori baik dan sebanyak 4 responden (8%). Kesimpulannya adalah
ada hubungan antara tingkat pengetahuan primigravida tentang tanda
bahaya kehamilan dengan frekuensi kunjungan antenatal care.

Kata kunci: Angka Kematian Ibu (AKI), Primigravida,


Pengetahuan Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan,
Antenatal Care
Rastifiati, dkk., Hubungan tingkat Pengetahuan Primigravida... 13

PENDAHULUAN kematian ibu (AKI) pada dasarnya mengacu


Hasil Survei Demografi Kesehatan kepada intervensi strategis yang disebut
Indonesia (SDKI) survei terakhir tahun dengan Empat Pilar Motherhood yaitu KB,
2007, angka kematian ibu (AKI) Indonesia ANC, persalinan bersih dan aman, pela-
sebesar 228/10.000 kelahiran hidup, se- yanan pelayanan obstetri, dimana pilar ke-
dangkan target yang ingin dicapai sampai dua adalah asuhan antenatal yang bertujuan
tahun 2015 adalah mengurangi 3/4 resiko untuk memantau perkembangan kehamilan
jumlah kematian ibu yaitu 102/100.000 dan mendeteksi kelainan atau komplikasi
kelahiran hidup. Angka kematian ibu (AKI) yang menyertai kehamilan secara dini dan
untuk kota Yogyakarta tahun 2011 adalah ditangani secara benar.
126/100 kelahiran hidup. Hasil penelitian Asuhan antenatal paling penting untuk
(Depkes 2008), kehamilan dapat membawa menjamin agar proses alamiah tetap berjalan
resiko bagi ibu. WHO pada tahun 2002, normal selama kehamilan. Sebab proses ke-
memperkirakan sekitar 15% dari seluruh hamilan bisa berkembang menjadi masalah
wanita hamil, kehamilannya dapat meng- atau komplikasi setiap saat. WHO memper-
ancam jiwa. kirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh wa-
Kematian ibu artinya kematian seorang nita hamil akan berkembang menjadi kom-
wanita pada saat hamil atau kematian yang plikasi yang berkaitan dengan kehamilan
terjadi dalam kurun waktu 42 hari sejak serta dapat mengancam keselamatan jiwa-
penghentian kehamilan tanpa memandang nya (Pusdiknakes, 2003). Sulit diketahui
lamanya kehamilan atau tempat persalinan- sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi
nya, sedangkan data di Dinas Kesehatan masalah. Sistem penilaian resiko tidak dapat
kota Yogyakarta pada tahun 2011 terjadi 6 memprediksi apakah ibu hamil akan ber-
kasus kematian ibu pada saat persalinan, 1 kembang selama kehamilannya. Oleh karena
kasus kematian ibu pada saat kehamilan. itu pelayanan antenatal merupakan cara
Untuk Cakupan kunjungan ibu hamil K4 penting untuk memonitor dan mendukung
Kota Yogyakarta pada tahun 2011 menca- kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi
pai 90,88 %. komplikasi pada kehamilan (Saifuddin dkk,
Tanda-tanda bahaya itu sendiri artinya 2006).
tanda-tanda adanya bahaya yang dapat Hasil studi pendahuluan di Puskesmas
terjadi selama kehamilan, apabila tidak Mergangsan Yogyakarta, kunjungan K1 ibu
dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menye- hamil di Puskesmas Mergangsan pada tahun
babkan kematian ibu dan janin. Tanda baha- 2011 yaitu 100% sedangkan kunjungan K4
ya ini bisa terjadi pada awal kehamilan atau ibu hamil pada tahun 2011 yaitu 96,86 %.
pada pertengahan atau pada akhir keha- Dari data tersebut hasil cakupan yang ter-
milan. Tanda-tanda bahaya yang perlu diper- deteksi dengan faktor resiko adalah 3,14
hatikan yaitu perdarahan lewat jalan lahir, % ibu hamil. Dari hasil pengamatan dan
sakit kepala yang hebat biasanya menetap informasi, masih banyak ibu hamil yang tidak
dan tidak hilang, perubahan visual (peng- memeriksakan kehamilannya ke pelayanan
lihatan) secara tiba-tiba seperti pandangan kesehatan dengan alasan berbagai faktor
kabur, nyeri perut yang hebat, bengkak pada yaitu faktor sosial ekonomi, budaya dan
muka dan tangan, serta bayi kurang berge- transportasi, sehingga masih ditemukan ibu
rak seperti biasa (Depkes RI, 2002). hamil yang belum mengetahui tanda dan
Kebijakan Departemen Kesehatan bahaya kehamilan yang bisa mengancam ibu
tahun 2002 dalam upaya penurunan angka dan janin dalam kandungan.
14 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 12-17

Penelitian ini bertujuan untuk menge- umur, yakni responden yang berumur antara
tahui hubungan tingkat pengetahuan primi- 20-35 tahun lebih tinggi sebanyak 47 orang
gravida tentang tanda bahaya kehamilan (94%) dari responden yang berumur < 20
dengan frekuensi kunjungan antenatal care. tahun sebanyak 3 orang (6%). Berdasarkan
karakteristik responden menurut pendidikan
METODE PENELITIAN ibu, yakni tingkat pendidikan ibu tertinggi
Penelitian ini merupakan penelitian berlatar belakang SLTA yaitu sebanyak 36
observasional (non eksperimental) dengan orang (72%) sedangkan tingkat pendidikan
menggunakan rancangan cross sectional. ibu terendah berlatar belakang SD yaitu
Pengukuran variabel dilakukan pada suatu sebanyak 6 orang (21%).
saat yang sama, pengukuran varibel bebas
(tingkat pengetahuan) dan variable terikat Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karak-
(frekuensi ANC) dilakukan pada saat yang teristik Responden di Puskes-
bersamaan (Notoatmodjo, 2010). Populasi mas Mergangsan Yogyakata
dalam penelitian ini adalah ibu hamil primi- (n= 50 Juni-Juli, 2012)
gravida di puskesmas Mergangsan Yogya-
Karakteristik N %
karta berjumlah 50 orang. Pengambilan
sampel dilakukan dengan tehnik accidental Umur
a) < 20 tahun 3 6.0
sampling (non probability sampling) yaitu
b) 20-35 tahun 47 94.0
pengambilan sampel yang dilakukan dengan
mengambil responden yang kebetulan ada Pendidikan
atau tersedia asalkan sesuai dengan kriterian a) SD/ sederajat 6 12.0
inklusi (Arikunto, 2010). b) SLTP/sederajat 8 16.0
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan c) SMA/sederajat 36 72.0
pada ibu hamil primigravida di puskesmas
Mergangsan yang mempunyai karakteristik Pekerjaan
a) IRT 39 78.0
sama dengan responden penelitian. Jumlah b) Pegawai swasta 8 16.0
butir dalam pertanyaan adalah 17 butir untuk c) Pedagang 3 6.0
menilai pengetahuan tentang tanda bahaya Penghasilan
kehamilan. Uji validitas kuesioner tingkat a) Rp. 200.000-Rp. 500.000 6 12.0
pengetahuan pimigravida tentang tanda b) Rp. 500.000-Rp. 750.000 24 48.0
bahaya kehamilan dengan frekuensi kun- c) Rp. 750.000-Rp. 1.000.000 8 16.0
d) >Rp. 1.000.000 12 24.0
jungan atenatal care pada penelitian ini yaitu
dengan analisis menggunakan Product Sumber: Data Primer
Moment. Metode yang digunakan pada uji
reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan Berdasarkan karakteristik responden
sejauh mana suatu alat dapat dipercaya atau menurut pekerjaan ibu, yakni sebagian be-
diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Rumus sar responden tidak bekerja hanya sebagai
K – R 20 (Arikunto, 2010). Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 39 orang
(78%) sedangkan sebagian kecil bekerja
HASIL DAN PEMBAHASAN sebagai pedagang yaitu sebanyak 3 orang
(6%). Berdasarkan karakteristik responden
Gambaran Karakteristik Responden menurut penghasilan, yakni responden de-
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa ngan penghasilan tertinggi sebanyak Rp.
responden dengan karakteristik menurut 500.000 - Rp. 750.000, sebanyak 24 orang
Rastifiati, dkk., Hubungan tingkat Pengetahuan Primigravida... 15

(48%) sedangkan responden dengan peng- baik (lihat Tabel 3), dan sumber informasi
hasilan terendah sebanyak 6 orang (12%). dari pelayanan kesehatan atau di Puskesmas
Mergangsan yang memiliki fasilitas pela-
Tingkat Pengetahuan Primigravida yanan yang cukup lengkap di poli KIA.
Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Pengetahuan tentang tanda bahaya-tanda
Berdasarkan data pada tabel 2 dapat bahaya penting untuk memotivasi perem-
dilihat bahwa tingkat pengetahuan primi- puan untuk terampil dalam masa kehamilan
gravida tentang tanda bahaya kehamilan dan kelahiran serta meminta rujukan jika
dengan frekuensi kunjungan ANC sebagian terjadi komplikasi.
besar mempunyai tingkatan yang baik yaitu
sebanyak 37 orang (74%) sedangkan kate- Frekuensi Kunjungan Antenatal Care
gori yang kurang sebanyak 13 ibu dengan Pemeriksaan Antenatal Care adalah
persentase 26%. Berdasarkan data tersebut pemeriksaan dan pengawasan kehamilan
dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu untuk mengoptimalisasi kesehatan mental
memiliki pengetahuan yang baik tentang dan fisik Ibu hamil, sehingga mampu
tanda-tanda bahaya kehamilan. menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan
memberikan ASI dan kembalinya kesehatan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998).
Pengetahuan Primigravida Masih banyak ibu, khususnya pada ibu
Tentang Tanda Bahaya Keha- hamil, belum mengerti betapa pentingnya
milan di Puskesmas Mergang- pelaksanaan Antenatal Care bagi kelang-
san Yogyakarta (n= 50 Juni- sungan kesehatan ibu dan janin, untuk me-
Juli, 2012)
ngetahui secara dini kelainan pada kehamilan
atau tanda-tanda bahaya pada kehamilan,
Tingkat Pengetahuan Frekuensi %
Primigravida sehingga ibu sadar betapa pentingnya penge-
Kurang 13 26 tahuan tentang pemeriksaan pada ibu hamil
Baik 37 74 dan mengerti serta ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sedini mungkin.
Jumlah 50 100
Table 3. Distribusi Frekuensi Kun-
Sumber: Data Primer
jungan Antenatal Care di Pus-
kesmas Mergangsan Yogya-
Tingkat pengetahuan seseorang dipe- karta (n= 50 Juni-Juli, 2012)
ngaruhi oleh 2 faktor, faktor internal dari
individu tersebut dan faktor eksternal. Fak- Frekuensi Frekuensi %
tor internal meliputi pendidikan, pekerjaan, Kunjungan ANC
dan umur. Sedangkan yang dimaksud de- Kurang 4 8
ngan faktor eksternal meliputi lingkungan dan Baik 46 92
sosial budaya seseorang (Notoatmodjo, Jumlah 50 100
2007). Pengetahuan yang baik dimiliki oleh
ibu disebabkan karena hampir sebagian ibu Sumber: Data Primer
yang menjadi responden telah memiliki pe-
ngetahuan tentang tanda bahaya kehamilan Berdasarkan Tabel 3 diperoleh hasil
serta beberapa faktor yang mendukung yaitu bahwa sebagian besar ibu memiliki frekuensi
frekuensi kunjungan antenatal care yang kunjungan antenatal care baik, yakni kate-
16 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 12-17

Tabel 4. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Primigravida tentang Tanda


Bahaya Kehamilan dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care di
Puskesmas Mergangsan Yogyakarta (n= 50 Juni-Juli, 2012)

Tingkat Frekuensi kunjungan ANC Signifikansi


Pengetahuan Total
Kurang Baik p= 0,020
Primigravida Frekuensi % Frekuensi % r= 0,313
Kurang 3 6 10 20 13 (26%)
Baik 1 2 36 72 37 (74%)
Total 4 4 46 92 50 (100%)

Sumber: Data Primer

gori yang kurang sebanyak 4 ibu dengan sebesar 5.426 dengan harga p sebesar
persentase 8% sedangkan kategori yang 0,020 dan df 1. Dari data tersebut dapat
baik sebanyak 46 ibu dengan persentase diketahui bahwa nilai P < α atau P < 0.05
92%. Penilaian ini didasarkan dari buku Berdasarkan nilai P tersebut dapat diartikan
register atau buku kunjungan pelayanan ibu Ho ditolak sedangkan Ha (hipotesis pene-
hamil di poli KIA. litian) diterima artinya terdapat hubungan
Frekuensi kunjungan yang baik dan antara tingkat pengetahuan primigravida
teratur dimiliki oleh ibu disebabkan karena tentang tanda bahaya kehamilan dengan
fasilitas pelayanan yang cukup lengkap di frekuensi kunjungan antenatal care di
puskesmas Mergangsan khususnya di poli puskesmas Mergangsan Yogyakarta.
KIA dan tingginya akan kesadaran untuk Berdasarkan tabel 4 juga dapat dike-
meningkatkan derajat kesehatan ibu maupun tahui bahwa ibu yang memiliki pengetahuan
janin. Terdapat beberapa faktor yang mem- yang baik ternyata frekuensi kunjungan
pengaruhi frekuensi kunjungan yang baik dan antenatal care sebagian besar baik, yaitu
teratur sehingga proses kehamilan menjadi sebanyak 36 ibu (72%). Ibu yang memiliki
lebih baik dari sebelumnya. tingkat pengetahuan yang kurang ternyata
frekuensi kunjungan antenatal care menun-
Distribusi nilai hubungan tingkat penge- jukkan hasil sebanyak 3 ibu (6%). Hasil
tahuan primigravida tentang tanda ba- penelitian menunjukkan bahwa terdapat hu-
haya kehamilan dengan frekuensi kun- bungan yang signifikan antara tingkat penge-
jungan antenatal care. tahuan primigravida tentang tanda bahaya
Pada tabel 4 dapat diketahui bahwa kehamilan dengan frekuensi kunjungan
pengetahuan primigravida yang kurang antenatal care di puskesmas Mergangsan
dengan frekuensi kunjungan antenatal care Yogyakarta terbukti dari nilai sig <0,05.
yang kurang sebanyak 3 orang (6%) dan Penelitian yang dilakukan Widyastuti
yang baik sebanyak 10 orang (20%). (2011) menunjukkan terdapat peningkatan
Pengetahuan primigravida yang baik, dengan signifikan tingkat pengetahuan pada primi-
frekuensi kunjungan antenatal care yang gravida tentang tanda bahaya kehamilan
kurang sebanyak 1 orang (2%) dan yang setelah diberikan penyuluhan. Dari penelitian
baik sebanyak 36 orang (72%). tersebut dapat dilihat tingkat pengetahuan
Berdasarkan perhitungan diperoleh uji dapat mempengaruhi perilaku frekuensi
statistik Chi-Square nilai Kai Kuadrat kunjungan antenatal care seseorang,
Rastifiati, dkk., Hubungan tingkat Pengetahuan Primigravida... 17

karena apabila seseorang memiliki tingkat DAFTAR RUJUKAN


pengetahuan yang baik tentang tanda-tanda Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian
bahaya kehamilan maka perilaku frekuensi Suatu Praktik. Rineka Cipta:
kunjungan antenatal care akan baik. Jakarta.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pen- Dep.Kes, RI. 2008. Asuhan Persalinan
dapat Notoatmodjo (2010), yang menje- Normal. Jakarta.
laskan bahwa pengetahuan merupakan hasil
dari tahu, dan ini terjadi setelah orang mela- DinKes. 2011. Cakupan Ibu Hamil K4.
kukan penginderaan terhadap suatu objek Yogyakarta.
tertentu. Hal yang sama juga dikemukakan Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan dan
dalam hasil penelitian Lehrer (2004) (dalam Kandungan. EGC: Jakarta.
Maulidah, 2008), menyatakan semakin ting- Maulidah. 2008. Pengaruh Pendidikan
gi pendidikan seseorang, maka pengetahuan Kesehatan terhadap Tingkat Pe-
yang diperoleh akan semakin banyak se- ngetahuan Ibu Hamil dalam Men-
hingga pengetahuan tersebut akan menda- deteksi Tanda Tanda Bahaya
sari setiap perilakunya. Kehamilan di Puskesmas Gam-
ping Kabupaten Sleman. Skripsi
SIMPULAN DAN SARAN Diterbitkan. Yogyakarta: UMY.
Berdasarkan penelitian yang telah Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Masya-
dilakukan, maka dapat ditarik suatu kesim- rakat Ilmu & Seni. Rineka Cipta:
pulan bahwa terdapat hubungan yang signi- Jakarta.
fikan antara tingkat pengetahuan primi- Notoatmodjo. 2010. Metodologi Pene-
gravida tentang tanda bahaya kehamilan litian Kesehatan. Rineka Cipta:
dengan frekuensi kunjungan antenatal care Jakarta.
di puskesmas Mergangsan Yogyakarta.
Disarankan kepada ibu hamil maupun ke- Pusdiknakes. 2003. Asuhan Kebidanan
luarga terdekatnya untuk mencari informasi Antenatal. Jakarta.
atau pengetahuan sebanyak-banyaknya Saifuddin, dkk. 2006. Buku Acuan Na-
tentang tanda-tanda bahaya pada keha- sional Pelayanan Kesehatan
milan, serta mengkonsultasikannya kepada Maternal dan Neonatal. Yayasan
dokter kandungan ataupun bidan. Bina Pustaka Sarwono Prawiro-
Dengan pengetahuan atau informasi hardjo: Jakarta.
tentang tanda-tanda bahaya pada keha- Widiyastuti, Mursidah. 2011. Perbedaan
milan, ibu hamil akan mengerti betapa Tingkat Pengetahuan Primigra-
pentingnya pelaksanaan antenatal care bagi vida Sebelum dan Setelah Dila-
kelangsungan kesehatan ibu dan janin, selain kukan Penyuluhan tentang Tan-
itu agar dapat terdeteksi sedini mungkin jika da Bahaya Kehamilan di PKD
terdapat kelainan pada kehamilan. Di Mekar Sari Desa Ngargotirto
samping itu, sosialisasi oleh berbagai pihak Sumberlawang Sragen, (Online),
yang bersangkutan (Dinas Kesehatan, (http://journal.akbideub.ac.id/
rumah sakit, puskesmas, dokter, bidan, dan index.php/jkeb/artiscle/view/18s),
seterusnya) tentang tanda-tanda bahaya diakses 10 Agustus 2012.
kehamilan, serta pentingnya pelaksanaan
antenatal care perlu digalakkan kepada
masyarakat luas utamanya pada ibu hamil.
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN MINAT
WANITA USIA SUBUR DALAM MELAKUKAN
PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI)

Ellyda Rizki Wijhati


STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
E-mail:ewijhati@ymail.com

Abstract: The research aims to analyze the relationship of


knowledge level and interests with breast self examination in
woman of reproductive age as early detection of breast cancer.
This study is analytic survey with cross sectional approach. The
population was health cadre in bener village, tegalrejo district. The
sampling technique used total sampling with 50 cadres. The data
collection using questionnaires with closed questions. The results
showed no correlation between knowledge with implementation of
the BSE. There is interest in relation to implementation of BSE.
There are mutual relationship of the level of knowledge and interest
with BSE implementation. In conclusion, interest variable influence
implementation of BSE more.

Keywords: Awareness, Interest to do BSE

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Tingkat


pengetahuan dan minat wanita usia subur dalam melakukan periksa
payudara sendiri (SADARI) sebagai upaya deteksi dini kanker
payudara. Jenis penelitian adalah survei analitik, dengan pendekatan
waktu cross sectional. Populasi penelitian adalah kader kesehatan di
Kelurahan Bener Kecamatan Tegalrejo. Teknik pengambilan sampel
menggunakan total sampling dengan jumlah 50 kader. Alat pengum-
pulan data menggunakan kuisioner pertanyaan tertutup. Hasil penelitian
menunjukkan tidak ada hubungan tingkat pengetahuan dengan
pelaksanaan SADARI. Ada hubungan minat dengan pelaksanaan
SADARI. Ada hubungan secara bersama tingkat pengetahuan dan minat
dengan pelaksanan SADARI. Kesimpulan minat lebih dominan
mempengaruhi pelaksanan SADARI.

Kata Kunci: Pengetahuan, Minat melakukan SADARI


Wijhati, Hubungan Tingkat Pengathuan... 19

PENDAHULUAN Sendiri (SADARI). Lebih dari 90% tumor


Kanker payudara merupakan penye- payudara diketahui sendiri oleh wanita
bab utama kematian perempuan baik di ne- dengan cara SADARI.
gara maju maupun negara berkembang. Deteksi dini kanker payudara dengan
Terdapat 522.000 kematian akibat kanker melakukan SADARI merupakan suatu hal
payudara pada tahun 2012. Data WHO yang sangat disarankan baik secara kese-
pada 2012 terdapat 1,7 juta kasus baru hatan maupun menurut Islam mengingat
kanker payudara dan 6,3 juta kasus lama manfaat yang sangat banyak. Allah SWT
kanker payudara. Morbiditas kanker melarang manusia membiarkan dirinya
payudara meningkat lebih dari 20% pada binasa. Sunnah Nabi pada riwayat para
2008, serta mortalitas meningkat sebesar sahabat menunjukan berbagai upaya untuk
14% (WHO IARC, 2013). Berdasarkan melakukan tindakan pencegahan penyakit
Riskesdas 2013, Provinsi DIY menduduki seperti di nyatakan dalam Al-Quran serta
peringkat pertama (4,1%) penderita kanker beberapa hadist Rasulallah SAW. Sebagai
terbanyak di Indonesia (Depkes, 2013). berikut: Artinya: ”Dan janganlah kamu
Data RSUP Dr Sardjito menyebutkan jum- menjatuhkan dirimu sendiri kedalam
lah penderita kanker payudara sepanjang kebinasaan”(Al-Baqarah;195).
2014 mencapai 1241 kasus, dan merupakan Hasil studi pendahuluan di empat
insiden tertinggi dari kasus kanker lainnya kelurahan di wilayah Puskesmas Tegalrejo
(Wahyudi: 2014). pada bulan Agustus-Oktober 2014, menye-
Masalah utama tingginya kematian butkan bahwa sebagian besar kader belum
kanker payudara adalah kurangnya penge- mengetahui informasi tentang deteksi dini
tahuan masyarakat dan rendahnya kesa- kanker payudara sehingga mereka tidak
daran melakukan deteksi dini kanker payu- pernah melakukan SADARI. Dari paparan
dara. Akibatnya sebagian besar kanker dite- diatas peneliti tertarik melakukan penelitian
mukan pada stadium lanjut dan sulit ditang- dengan judul Hubungan Tingkat Penge-
gulangi, sehingga memberikan beban yang tahuan dan Minat Wanita Usia Subur
besar bagi pasien kanker dan keluarganya Melakukan SADARI.
(Anonim, 2014). Salah satu faktor penyebab
rendahnya kesadaran melakukan deteksi METODE PENELITIAN
dini kanker menurut Direktur Jenderal Jenis penelitian adalah survei analitik,
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan dengan pendekatan waktu cross sectional.
Lingkungan Prof. dr. Agus Purwadianto Variabel bebas dalam penelitian adalah ting-
Kemenkes RI antara lain adalah mitos- kat pengetahuan dan minat, sedangkan
mitos/ anggapan yang salah tentang kanker variabel terikat adalah pelaksanaan
itu sendiri (PKP sekjen kemkes RI, 2014). SADARI. Variabel pengganggu antara lain
Strategi untuk mengatasi kasus kanker tingkat pendidikan, lingkungan, sosial
di DIY, Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY te- ekonomi, dan informasi. Populasi dalam
ngah menggalakkan program Pos Pembi- penelitian adalah kader kesehatan di Kelu-
naan Terpadu (Posbindu) di desa-desa. rahan Bener Kecamatan Tegalrejo yang
Dinkes DIY akan merekrut kader-kader berjumlah 50. Teknik pengambilan sampel
kesehatan dan melatih mendeteksi dini menggunakan metode total sampling,
kanker payudara (Anugraheni, 2014). Salah jumlah sampel 50 kader.
satu cara deteksi dini kanker payudara Alat pengumpulan data menggunakan
paling mudah adalah Periksa Payudara kuisioner dengan pertanyaan tertutup,
20 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 18-24

kuisioner tingkat pengetahuan dengan jumlah kukan SADARI sebanyak 24 orang (48%).
21 soal dan kuisioner tentang minat dengan
20 soal. Uji validitas kuisioner dilakukan Tabel 1 . Distribusi Karakteristik Res-
pada kader kesehatan dikelurahan Bumijo poden Berdasarkan Umur,
dengan menggunakan analisis uji product Sumber Informasi, Pendi-
moment. Hasil uji validitas kuisioner penge- dikan, Tingkat Pengetahuan,
Pekerjaan, Minat, dan Pelak-
tahuan terdapat 4 pertanyaan tidak valid,
sanaan SADARI
dan pertanyaan minat terdapat 3 pertanyaan
tidak valid. Pertanyaan yang tidak valid Karakteristik Frekuensi Persentase
dihilangkan, sedangkan uji reliabilitas Responden
mengunakan alfa cronbach dengan nilai α= Umur
21- 25 7 14
0,833. Analisis data bivariate menggunakan 26- 30 10 20
chi square dan analisis multivariate 31- 35 13 26
menggunakan regresi logistik ganda. 36- 40 10 20
41- 45 7 14
>45 3 6
HASIL DAN PEMBAHASAN Sumber Informasi
TV 19 38
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian Radio 5 10
besar responden berumur 31- 35 tahun yaitu Internet 15 30
sebanyak 13 orang (26%), dan umur Koran/ Majalah 9 18
Petugas Kesehatan 2 4
responden yang paling sedikit adalah >45 Pendidikan
tahun (6%). Sebagian besar responden men- SMP 12 24
dapatkan informasi tentang SADARI dari SMA 29 58
Diploma 7 14
TV yaitu sebesar 19 orang (38%), dan sum- Perguruan Tinggi 2 4
ber informasi yang paling sedikit adalah petu- Pekerjaan
gas kesehatan yaitu 2 orang (4%). Tingkat PNS 4 8
Ibu Rumah Tangga 30 60
pendidikan responden terbanyak adalah Pegawai Swasta 13 26
SMA yaitu 29 orang (58%), sedangkan Wiraswasta 3 6
tingkat pendidikan yang paling sedikit adalah Tingkat
Pengetahuan
Perguruan Tinggi yaitu 2 orang (4%). Tinggi 34 68
Pekerjaan responden terbanyak adalah Ibu Sedang 15 30
Rumah tangga yaitu 30 orang (60%), Rendah 1 2
Minat
sedangkan pekerjaan yang paling sendikit Tinggi 39 78
adalah wiraswasta yaitu 3 orang (6%). Sedang 10 20
Sebagian besar responden memiliki Rendah 1 1
Pelaksanaan
pengetahuan SADARI yang tinggi yaitu 34 SADARI
orang (68%). Hanya 1 orang (2%) respon- Melaksanakan 26 52
den dengan tingkat pengetahuan rendah. Tidak 24 48
Melaksanakan
Sebagian besar responden memiliki minat
yang tinggi untuk melakukan SADARI yaitu Sumber: Data Primer 2015
39 orang (78%), dan hanya 1 orang (2%)
yang memiliki minat yang rendah untuk Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan
melakukan SADARI. Responden yang me- Pelaksanaan SADARI
laksanaan SADARI sebagai upaya deteksi Berdasarkan Tabel 2 didapatkan hasil
dini kanker payudara sebanyak 26 orang bahwa sebagian besar kader memiliki
(52%), dan responden yang tidak mela- pengetahuan yang tinggi tentang kanker
Wijhati, Hubungan Tingkat Pengathuan... 21

payudara dan SADARI. 34 kader memiliki lingkungan.


pengetahuan yang tinggi tentang kanker Lingkungan sekitar yang belum mene-
payudara dan SADARI, namun hanya 20 rapkan perilaku hidup bersih dan sehat sa-
kader yang melakukan SADARI. Hasil ngat mempengaruhi proses adopsi perilaku
analisis didapatkan hasil Chi Kuadrat 2,583 dari kader (Bowden & Manning, 2011). Hal
dan p-value= 0,275 (p-value > 0,05) tersebut didukung oleh pendapat Notoat-
dengan demikian hipotesis null diterima. modjo (2007) tahu merupakan domain
Hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa tidak kognitif terendah, sedangkan pelaksanaan
terdapat hubungan yang positif dan signifikan merupakan domain kognitif ketiga setelah
antara tingkat pengetahuan dengan pelak- memahami. Terdapat kader belum mema-
sanaan SADARI pada kader di Kelurahan hami tentang arti penting melakukan
Bener, Kecamatan Tegalrejo, Kota SADARI secara rutin sehingga tidak meng-
Yogyakarta. adopsi/ mengaplikasikan SADARI sebagai
upaya deteksi dini kanker payudara.
Tabel 2 Cross tabel Tingkat Pengetahuan Dewasa ini perkembangan tehnologi
dengan Pelaksanaan SADARI terjadi sangat pesat, sehingga mempermu-
Tingkat Pelaksanaan SADARI Total
dah terjadinya transfer informasi kepada
Pengetahuan Melaksanakan Tidak masyarakat. Masyarakat banyak menda-
Melaksanakan patkan informasi tentang kanker payudara
Tinggi 20 (40%) 14 (28%) 34 ( 68%) dan SADARI baik dari media cetak dan
Sedang 6 (12%) 9 (18%) 15 ( 30%) media elektronik. Sumber informasi tertinggi
Rendah 0 ( 0%) 1 ( 2%) 1 ( 2%)
Total 26 (52%) 24 (48%) 50 (100%) yaitu TV (38%), Internet (30%), Koran/
Majalah (18%) namun belum dapat dipasti-
Sumber: Data Primer 2015
kan kebenaran sumber informasinya. hal
tersebut sesuai dengan pendapat Notoat-
Hal tersebut tidak sesuai dengan
modjo (2007) bahwa perkembangan tek-
pendapat Adisasmito (2007), bahwa
nologi yang mendukung perkembangan
pendidikan dan pengetahuan berpengaruh
media massa dapat mempengaruhi penge-
terhadap tingkat kesadaran akan kesehatan,
tahuan masyarakat.
pencegahan penyakit. Pengetahuan masya-
rakat tetang Kanker Payudara dan Cara
Hubungan Minat dengan Pelaksanaan
Deteksi Dini Kanker Payudara cukup tinggi
SADARI
yaitu 34 (68%), hal ini terjadi karena pada
bulan September masyarakat telah menda- Tabel 3 Cross table Minat dengan
patkan penyuluhan tentang kanker payudara Pelaksanaan SADARI
dan Periksa Payudara Sendiri oleh mahasis-
wa Praktek Kerja Lapangan DIII Kebi- Minat Pelaksanaan SADARI Total
danan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta. Melaksanakan Tidak
Tingkat pengetahuan yang tinggi Melaksanakan
tentang kanker payudara tidak berpengaruh Tinggi 25 (50%) 14 (28%) 34 ( 68%)
pada pelaksanaan SADARI pada 14 res- Sedang 1 ( 2%) 9 (18%) 15 ( 30%)
ponden, terdapat beberapa faktor yang Rendah 0 ( 0%) 1 ( 2%) 1 ( 2%)
lebih dominan mempengaruhi pelaksanaan Total 26 (52%) 24 (48%) 50 (100%)
SADARI pada kader seperti sosial budaya
dan ekonomi, pengalaman, usia dan Sumber: Data primer (2010)
22 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 18-24

Berdasarkan tabel 3 responden yang kukan deteksi dini kanker payudara atau
memiliki minat tinggi untuk melakukan akan membuat seorang perempuan untuk
SADARI terdapat 39 kader (78%), namun tidak melakukan deteksi dini dan terlambat
dari 39 kader yang memiliki minat tinggi ha- datang ke pelayanan kesehatan.
nya terdapat 25 kader yang melakukan Responden yang tidak melaksanakan
SADARI secara rutin, namun 14 kader SADARI terdapat 24 kader perlu menda-
lainnya yang memiliki minat tinggi tidak patkan pembinaan guna membangun minat
melakukan SADARI. Kader yang memiliki yang kuat untuk melakukan SADARI seba-
pengetahuan yang tinggi dan memahami arti gai upaya untuk melakukan deteksi dini
penting SADARI akan melakukan kanker payudara. Minat kader melakukan
SADARI sebagai upaya deteksi dini kanker SADARI dipengaruhi oleh beberapa faktor
payudara. antara lain: 1) kesungguhan karena manusia
Responden yang memiliki minat tinggi merupakan individu yang mempunyai sikap,
namun tidak melakukan SADARI terdapat kepribadian dan latar belakang sosial eko-
14 kader perlu diberikan support/ dorongan nomi yang berbeda, maka kesungguhan
agar menjadikan minat sebagai dasar diperlukan untuk menciptakan minat se-
melakukan SADARI. Hal tersebut sesuai hingga merubah perilaku manusia; 2) ling-
dengan pendapat Bowden & Manning kungan keluarga karena peran dan du-
(2011) minat melakukan SADARI merupa- kungan anggota keluarga sangat membantu
kan suatu prekusor penting untuk memahami dalam menciptakan minat seseorang; dan 3)
dan berupaya memprediksi perilaku mela- pemberian penyuluhan/ Informasi yang me-
kukan SADARI. Seseorang harus memiliki rupakan salah satu faktor yang mempengarui
minat melakukan SADARI untuk mau minat seseorang. Dengan memberikan infor-
mengimplementasikan SADARI sebagai masi maka dapat menciptakan minat sese-
upaya deteksi dini kanker payudara. orang. Salah satu cara menyampaikan infor-
Hasil analisis didapatkan hasil Chi masi adalah dengan pemberian penyuluhan
Kuadrat 10,439 dan p-value = 0, 005, p - (Mubarak dkk, 2007).
value < 0,05 sehingga hipotesis null ditolak.
Hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa Hubungan Pengetahuan dan Minat
terdapat hubungan yang positif dan signifikan dengan pelaksanaan SADARI
antara minat dengan pelaksanaan SADARI
pada kader di Kelurahan Bener, Kecamatan Tabel 4. Hasil Analisis Multivariat
Tegalrejo. Hal tersebut sesuai dengan pen- dengan Regresi Logistik
dapat Setiawati & Dermawan (2008) yang Ganda
menyatakan bahwa minat melakukan
SADARI mempunyai pengaruh besar Variabel B Wald Sig Exp
terhadap perilaku pelaksanaan SADARI Bebas (B)
karena dengan minat seseorang akan mela- Tingkat 0,998 2.456 0.117 2,713
kukan sesuatu yang diminatinya. Pengetahuan
Suatu minat dapat ditunjukkan dalam Minat -2,919 7,887 0.009 18,516
pernyataan bahwa seseorang berminat
terhadap suatu objek atau kegiatan tertentu Berdasarkan tabel 4 hasil uji analisis
dan dapat pula ditunjukkan melalui tindakan regresi logistik ganda didapatkan hasil
atau perilaku. Perilaku tersebut yang akan bahwa variabel tingkat pengetahuan tidak
membawa seorang perempuan untuk mela- signifikan berhubungan dengan pelaksanaan
Wijhati, Hubungan Tingkat Pengathuan... 23

SADARI dengan nilai p-value= 0,117. pelaksanana SADARI (p value = 0,005).


Variabel minat signifikan berhubungan Minat lebih berpengaruh terhadap pelak-
dengan pelaksanaan SADARI dengan nilai sanaan SADARI dengan Exp (B) 18,516%.
p-value= 0,009 dengan nilai Exp(B)
18,516 yang berarti kader yang memiliki Saran
minat tinggi meningkankan kemungkinan Diharapkan hasil penelitian ini menjadi
melakukan SADARI sebanyak 18,5%. masukan terutama bagi pengambil kebijakan
Tingkat pengetahuan dan minat secara ber- untuk melakukan strategi khusus dalam upa-
sama-sama mempunyai hubungan yang po- ya promosi kesehatan tentang deteksi dini
sitif dan signifikan mempengaruhi pelak- kanker payudara, mengingat masih tingginya
sanaan SADARI pada kader di Kelurahan kejadian kanker payudara yang ditemukan
Bener Kecamatan Tegalrejo dengan nilai p- pada stadium lanjut.
value= 0,05 sehingga hipotesis null ditolak.
Hal tersebut tidak sesuai dengan pen- DAFTAR RUJUKAN
dapat Rogers dalam Karsidi (2009) yaitu Adisasmito, Wiku. 2007. Sistem Kese-
proses pengambilan keputusan seseorang hatan. Raja Grafindo Persada:
akan melalui beberapa proses antara lain Jakarta.
Awareness, Interest, Evaluation, Trial dan Anonim. 2014. Deteksi Dini Kanker
Adaption. Hanya terdapat 26 kader yang Payudara. Yayasan Kanker
melakukan SADARI. Terdapat 24 kader Indonesia: Jakarta.
yang tidak melakukan SADARI hal ini
disebabkan karena tahap evaluation dan trial . tanpa tahun. Al Qur’an dan
yang dilakukan oleh responden tidak men- Terjemahan. Maddinah Al Muna-
dukung adanya adopsi SADARI sebagai waroh.
upaya deteksi dini kanker payudara. Anugraheni, Ekasanti. 2014. Kasus Kanker
di DIY Tertinggi Nasional,
SIMPULAN DAN SARAN (Online), (http://jogja.tribunnews.
com/), diakses 5 Juli 2014.
Simpulan Depkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar,
Berdasarkan penelitian yang telah (Online), (www.depkes.go.id),
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan: diakses 12 November 2014.
pertama, tidak ada hubungan yang ber- Bowden & Manning. 2011. Promosi
makna antara tingkat pengetahuan dengan Kesehatan dalam Kebidanan
pelaksanana SADARI (p value = 0,275). Prinsip dan Praktik. Jakarta:
Semakin baik pengetahuan kader tentang EGC.
kanker payudara tidak menjamin keikut- Karsidi, Ravik. 2009. Perubahan Peri-
sertaan kader melakukan SADARI; Kedua, laku, (Online), (http://ravik.staff.
ada hubungan yang bermakna antara minat uns.ac.id), diunduh 1 Januari 2015.
dengan pelaksanaan SADARI (p value =
Mubarak, I.W., Chayatin, N., Rozikin, K.,
0,005). Semakin tinggi minat kader mela-
Supradi. 2007. Promosi Kese-
kukan deteksi dini kanker payudara mempe-
hatan. Graha Ilmu: Jakarta.
ngaruhi keikutsertaan kader melakukan
SADARI; Ketiga, secara bersama-sama Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kese-
terdapat hubungan yang bermakna antara hatan dan Ilmu Perilaku Kese-
tingkat pengetahuan dan minat dengan hatan. Rineka Cipta: Jakarta.
24 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 18-24

PKP Sekjen Kemkes RI, 2014. Hilangkan


Mitos tentang Kanker, (Online),
(www.depkes.go.id), diakses 8
Mei 2014.
Setiawati, S. & Dermawan, A.C. 2008.
Proses Pembelajaran dalam
Pendidikan Kesehatan. Trans Info
Media: Jakarta.
Wahyudi, Arif. 2014. Obati Kanker tunggu
setahun RSUP Sardjito Overload
Pasien. Harian Jogja edisi Minggu
Wage, 16 November 20114.
WHO International Agency for research of
cancer (IARC), 2013. Latest
World Cancer Statistics Global
Cancer Burden Rises to 14.1
Million New Cases in 2012:
Marked Increase in Breast
Cancers Must be Addressed,
(online), (www.who.go.id), diakses
12 November 2014.
METODE CERAMAH DAN DISKUSI, PROBLEM SOLVING
TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN, SIKAP
DAN PERILAKU SEKS PRANIKAH

Titin Martini, Atnesia Ajeng


Universitas Muhammadiyah Tangerang
E-mail: martini.ahmad@gmail.com

Abstract: This research aimed to compared the difference of effect


lecture and discussion methods with problem solving on the change
of knowledge, attitude, and premarital sex behavior. A quasi experi-
ment by design two group pre test-post test design. Population were
students of SMPN 1 Bringin, using Cluster Sampling. Data collected
using questionnaire. Data analysis to knowledge variable using
Independent T-test, while attitude and behavior variables using Mann
Whitney test. The result showed, 1) there was no significant difference
of effect between lecture and discussion methods be compered pro-
blem solving method on teenager knowledge about premarital sex;
2) there was no significant difference of effect between lecture and
discussion methods are compered problem solving method on teena-
ger attitude about premarital sex; 3) there was significant difference
of effect between lecture and discussion methods be compered
problem solving method on teenager behavior about premarital sex.

Keywords: lecture and discussion methods, problem solving,


knowledge, attitude, and behavior about premarital sex

Abstrak: Penelitian ini bertujuan membandingkan perbedaan pengaruh


metode ceramah dan diskusi dengan metode problem solving terhadap
perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku seks pranikah. Desain
penelitian quasi experiment dengan two group pre test-post test design.
Populasi, siswa di SMPN 1 Bringin, dengan teknik sampling Cluster
Sampling. Pengumpulan data dengan kuesioner. Data pengetahuan diuji
dengan independent t-test sedangkan sikap dan perilaku dengan uji
mann whitney. Hasil penelitian menunjukkan, 1) Tidak ada perbedaan
pengaruh yang signifikan antara metode ceramah dan diskusi dibanding
metode problem solving pada pengetahuan remaja tentang seks
pranikah. 2) Tidak ada pengaruh signifikan antara metode ceramah dan
diskusi dibandingkan metode problem solving pada sikap remaja tentang
seks pranikah. 3) Ada perbedaan pengaruh signifikan antara metode
ceramah dan diskusi dibandingkan metode problem solving pada
perilaku seks pranikah remaja.

Kata kunci: metode ceramah dan diskusi, problem solving,


pengetahuan, sikap, dan perilaku seks pranikah
26 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 26-35

PENDAHULUAN dilakukan remaja mempunyai resiko yang


Masa remaja awal (10-14 tahun) lebih tinggi dibandingkan dengan dewasa,
adalah fase sangat penting karena libido atau karena remaja lebih banyak melakukan
energi seksual menjadi hidup yang sebelum- aborsi yang tidak aman. Akibat lain hu-
nya laten pada masa pra remaja. Akibat dari bungan seksual pranikah adalah tingginya
perubahan ini maka dorongan pada remaja infeksi HIV/AIDS dikalangan remaja
untuk berperilaku seksual bertambah besar. (Gaghauna, 2012).
Meskipun hanya sebagian kecil aktivitas sek- Temuan dari berbagai penelitian
sual yang dilakukan remaja awal, hal terse- menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
but tidak dapat diabaikan. Seksualitas dieks- aktifitas seksual dikalangan kaum remaja dan
presikan dalam bentuk perilaku seksual (Aini kurangnya kesadaran akan kesehatan re-
& Ramadhy, 2011; RHR WHO, 2013). produksi remaja. Namun, hal tersebut tidak
Laporan hasil survei internasional yang diiringi dengan peningkatan pengetahuan
dilakukan Bayer Healthcare Pharmaceu- tentang kesehatan seksual dan reproduksi.
tical terhadap 6.000 remaja di 26 negara Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
yang mengungkapkan bahwa ada pening- disarankan program pendidikan seks atau
katan jumlah remaja yang melakukan seks reproduksi sehat perlu segera dilakukan
tidak aman seperti di Perancis angkanya dikalangan remaja, baik di sekolah maupun
mencapai 11%, 39% di Amerika Serikat, di luar sekolah.
dan 19% di Inggris pada tahun 2011 Program pendidikan seks yang efektif
(Israwati, 2013). menggunakan berbagai metode pengajaran
Catatan BKKBN tentang kelahiran yang dirancang untuk melibatkan para pe-
penduduk usia remaja cenderung meningkat serta sehingga pembelajaran aktif. Di sini
yakni 48/1000 kelahiran. Prosentase itu siswa terlibat dalam berbagai kegiatan kelas
dapat menggambarkan para remaja sudah dan aktivitas pekerjaan rumah seperti diskusi
memiliki perilaku seks bebas (BKKBN, kelompok kecil, permainan atau simulasi,
2012). Berdasarkan penelitian Australian brainstorming, problem solving/ meme-
National University dan Pusat Penelitian cahkan masalah, latihan tertulis, umpan balik
Kesehatan Universitas Indonesia pada 2010 verbal dan pembinaan (Kirby, 1997). Be-
di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi, dengan rangkat dari uraian di atas, penelitian ini
sampel 3.006 responden usia kurang dari bertujuan untuk membandingkan dua meto-
17 sampai 24 tahun, ada 20,9 persen remaja de dalam memberikan pendidikan kesehatan
hamil dan melahirkan sebelum menikah. Dari tentang seksualitas dan kesehatan repro-
data tersebut terungkap 38,7 persen remaja duksi kepada siswa yaitu perbedaan penga-
hamil sebelum menikah dan melahirkan ruh metode ceramah dan diskusi dibanding-
setelah menikah (BKKBN, 2012). kan dengan metode problem solving terha-
Perilaku seksual pranikah pada remaja dap pengetahuan, sikap dan perilaku seks
dapat memberikan beberapa dampak ne- pranikah.
gatif. Perilaku hubungan seksual pranikah
dapat menyebabkan kehamilan yang tidak METODE PENELITIAN
diinginkan sehingga cenderung melakukan Penelitian ini dilaksanakan di SMPN
aborsi. Tingkat aborsi di Indonesia diperki- 1 Bringin bulan Mei 2014. Metode pene-
rakan sekitar 2 sampai 2,6 juta kasus per- litian yang diguanakan adalah Quasi Expe-
tahun, 30% diantaranya dilakukan oleh riment dengan menggunakan rancangan
penduduk berusia 15-24 tahun. Aborsi yang penelitian Two Group Pretest-Posttest
Martini, Ajeng, Metode Ceramah dan Diskusi... 27

Design. Sampel keseluruhan yang digunakan dingkan metode problem solving pada
berjumlah 60 siswa kelas VIII SMPN 1 pengetahuan remaja tentang seks pranikah
Bringin 2014 dengan teknik pengambilan yaitu dengan menggunakan teknik analisis
sampel, cluster sampling. Sampel tersebut independent t-test dengan taraf signifikansi
dibagi menjadi dua kelompok yaitu, ke- 5% (lihat hasil pada tabel 1.)
lompok perlakuan dengan metode pendi- F tes menguji asumsi dasar dari t-test
dikan kesehatan ceramah dan diskusi seba- bahwa varian kedua kelompok adalah
nyak 30 siswa, dan 30 siswa untuk kelom- sama. Dari tabel 4.9 didapatkan hasil nilai
pok metode pendidikan kesehatan dengan Sig. pengetahuan pada F tes (0,427) > α
problem solving. (0,05), maka kedua kelompok pada varia-
Teknik pengumpulan data yang diguna- bel pengetahuan memiliki varian yang sama.
kan dalam penelitian ini adalah kuesioner maka pengujian hipotesis menggunakan nilai
pengetahuan, sikap, perilaku yang telah diva- baris atas dengan df 58. Nilai mean dif-
liditas dan direliabilitaskan. Kuesioner dibe- ference menunjukkan perbedaan pening-
rikan sebelum dan sesudah perlakuan. Peni- katan rata-rata masing-masing variabel.
laian pengetahuan dan perilaku dengan skala Pada variabel pengetahuan nilai mean
gutman 0 dan 1, penilaian sikap dengan skala difference sebesar -0,10101 yang berarti
likert 1 sampai 5. Uji normalitas data meng- bahwa metode pendidikan problem solving
gunakan rumus Shapiro Wilk test. Uji hipo- memiliki peningkatan nilai rata-rata pe-
tesis yang digunakan adalah Uji-t bebas ngetahuan 0,10101 lebih tinggi dari metode
(independent samples t-test). Uji-t diguna- ceramah dan diskusi dengan peningkatan
kan jika data terbukti berdistribusi normal. terendah -0,39827 dan peningkatan tertinggi
Tetapi bila data tidak berdistribusi normal 0,19625. Namun secara statistik dengan CI
maka data dianalisis dengan menggunakan 95% hasil tersebut tidak bermakna
Mann-Whitney Data diolah dengan pro- dikarenakan nilai Sig. t test pada variabel
gram SPSS versi 16.00 dengan ketentuan pengetahuan (0,499) > α (0,05).
jika nilai p kurang dari 0,05 berarti hipotesis
nol ditolak atau hipotesis penelitian diterima. 2. Analisis perbedaan pengaruh pene-
litian pada sikap
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian hipotesis penelitian untuk
perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan
Hasil dengan metode ceramah dan diskusi diban-
1. Analisis perbedaan pengaruh pene- dingkan metode problem solving pada
litian pada pengetahuan. sikap remaja tentang seks pranikah yaitu
Pengujian hipotesis penelitian untuk dengan menggunakan teknik analisis Mann
perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan Whitney karena data tidak berdistribusi
dengan metode ceramah dan diskusi diban- normal. Adapun hasilnya sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil Uji independent t test pada pengetahuan

Levene's Test t-test for Equality of Means


95% CI
Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper
0,427 -0,680 58 0,499 -0,10101 -0,39827 0,19625
28 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 26-35

Tabel 2 Hasil Uji Mann whitney pada selisih skor pretest dan posttest pengeta-
sikap huan dengan metode ceramah dan diskusi
sebesar 0,9495, sedangkan pada metode
sikap problem solving sebesar 1,0505. Terdapat
Mann-Whitney U 319.000 perbedaan perubahan pengetahuan pada
Z -1.945 metode ceramah dan diskusi dibandingkan
Asymp. Sig. (2-tailed) .052 dengan problem solving, namun setelah
dilakukan pengujian tidak terdapat perbe-
daan yang signifikan antara kedua metode
Dari hasil uji Mann whitney didapat- tersebut dengan independent t-test didapat-
kan nilai signifikansi 0,052 lebih dari α kan hasil p (0,499) > α (0,05).
(0,05), sehingga tidak terdapat perbedaan Hasil penelitian yang menyatakan
bermakna antara pengaruh metode ceramah bahwa tidak terdapat pengaruh yang signi-
dan diskusi dibandingkan dengan problem fikan antara metode ceramah dan diskusi
solving pada sikap tentang seks pranikah. dibandingkan metode problem solving
terhadap pengetahuan tentang seks pranikah
3. Analisis perbedaan pengaruh pene- tidak sesuai dengan hasil penelitian yang
litian pada perilaku dilakukan oleh Ali (2010), yaitu mengenai
Pengujian hipotesis penelitian untuk efek penggunaan problem solving dalam
perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan pembelajaran matematika. Metode pene-
dengan metode ceramah dan diskusi diban- litian yang digunakan dengan membagi
dingkan metode problem solving pada sampel menjadi dua kelompok. Kelompok
perilaku remaja tentang seks pranikah yaitu pertama adalah kelompok eksperimen
dengan menggunakan teknik analisis Mann dengan metode problem solving sedangkan
whitney karena data tidak berdistribusi kelompok kedua menggunakan metode
normal. Hasilnya adalah sebagai berikut: tradisional.
Metode tradisional sendiri terdiri dari
Tabel 3 Hasil Uji Mann whitney pada
ceramah guru dan diskusi. Sampelnya ada-
perilaku
lah anak kelas VIII SMP. Hasil penelitiannya
perilaku menunjukkan terdapat perbedaan yang
signifikan antara kedua metode tersebut
Mann-Whitney U 345.000
dimana murid yang menerima metode
Z -1.997 problem solving lebih baik dari pada meng-
Asymp. Sig. (2-tailed) .046 gunakan metode tradisional. Perbedaan ti-
dak signifikan dikarenakan materi yang
Dari hasil uji Mann whitney didapat- berbeda. Materi pendidikan seksual lebih
kan nilai signifikansi 0,046 kurang dari α bisa di akses dari sumber informasi atau
(0,05), sehingga terdapat perbedaan media yang lain daripada materi matematika.
bermakna antara pengaruh metode ceramah Menurut Mubarok (2007) sumber in-
dan diskusi dibandingkan dengan problem formasi lebih banyak mempunyai penge-
solving pada perilaku seks pranikah. tahuan yang lebih luas. Informasi mengenai
seks pranikah bisa diakses dari berbagi
Pembahasan sumber informasi yaitu internet, HP, video
Hasil penelitian untuk pengetahuan porno, surat kabar, dan majalah porno
tentang seks pra nikah didapatkan rata-rata (Israwati, 2013). Selain itu, lingkungan juga
Martini, Ajeng, Metode Ceramah dan Diskusi... 29

mempengaruhi pemerolehan pengalaman trol, kelompok diskusi dan kelompok


pengetahuan tentang seks pranikah. Dimana problem solving masing-masing kelopo
orangtua menabukan informasi mengenai terdidi dari 30 orang. Hasil yang didapatkan
seks pranikah sehingga terjadinya pema- yaitu Pendidikan kesehatan metode peme-
haman yang salah. Remaja memperoleh cahan masalah (problem solving) lebih
informasi yang tidak benar dari teman seba- efektif dibandingkan dengan kelompok
yanya antara lain mengenai fungsi hubungan diskusi.
seksual (mitos yang berkembang yaitu Perbedaan yang tidak signifikan pada
hubungan seksual dapat mengurangi frustasi, sikap dikarenakan akses sumber informasi
menyebabkan awet muda, menambah mengenai seks pranikah lebih mudah dida-
semangat belajar), akibat hubungan seksual patkan dari media yang lain. Seseorang yang
(mitos yang berkembang yaitu tidak akan mempunyai sumber informasi yang lebih ba-
hamil kalau senggama terputus, hanya nyak mempunyai pengetahuan yang lebih
menempelkan alat kelamin, senggama 1-2 luas, dimana media merupakan salah satu
kali saja, berenang dan berciuman bisa faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
menyebabkan kehamilan), dan yang sikap (Mubarok, 2007; Notoatmodjo,
mendorong hubungan seksual pranikah 2003). Musofa (2011) menjelaskan melalui
(mitos yang berkembang adalah ganti-ganti majunya teknologi akan tersedia macam-
pasangan seksual tidak menambah resiko macam media massa yang dapat mempe-
PMS, pacaran perlu variasi antara lain ngaruhi pengetahuan dan sikap. Televisi dan
bercumbu, mau berhubungan seksual berarti internet merupakan media massa yang
serius dengan pacar, sekali berhubungan mempunyai pengaruh pada pembentukan
seksual tidak akan tertular PMS, dan opini dan kepercayaan orang. Dalam pe-
sebagainya) (Sarwono, 2008). nyampaian informasi media massa mem-
Hasil penelitian mengenai sikap tentang bawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang
seks pranikah didapatkan rata-rata selisih dapat mengarahkan opini seseorang.
skor pretest dan posttest pada metode Azwar (2011) menambahkan dalam
ceramah dan diskusi sebesar 0,42, sedang- pemberitaan di surat kabar, radio, televisi
kan pada metode problem solving sebesar atau media komunikasi lain berita yang
0,64. Terdapat perbedaan perubahan sikap seharusnya faktual disampaikan secara
pada metode ceramah dan diskusi diban- objektif cenderung dipengaruhi oleh unsur
dingkan dengan problem solving, namun subjektivitas sikap penulis berita baik secara
setelah dilakukan pengujian tidak terdapat sengaja maupun tidak. Hal ini akan berpe-
perbedaan yang signifikan antara kedua ngaruh terhadap sikap pembaca atau
metode tersebut dengan uji mann whitney pendengar. Adanya informasi baru menge-
didapatkan hasil p (0,052) > α (0,05). nai sesuatu hal memberikan landasan kognitif
Hasil penelitian tidak sesuai dengan baru bagi terbentuknya pengetahuan pada
hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukardjo hal tersebut. Pengetahuan yang tinggi akan
(2007) mengenai Perbedaan Efektivitas mempercepat perkembangan sikap sese-
Metode PKM-RS dengan Diskusi dan orang terhadap nilai-nilai yang baru diper-
Problem solving dalam Peningkatan kenalkan. Pengetahuan seseorang tentang
Pengetahuan dan Sikap dari Pasien DM Tipe sesuatu obyek juga mengandung dua aspek
II di RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek
Demak. Dalam penelitiannya sampel dibagi inilah yang akhirnya akan menentukan sikap
menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kon- seseorang terhadap obyek tertentu, dimana
30 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 26-35

dalam menentukan sikap yang utuh, penge- Setelah dilakukan pengujian, terdapat
tahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi perbedaan yang signifikan antara kedua
memegang peranan penting (Mubarok, metode tersebut dengan uji mann whitney
2007; Sari 2013). didapatkan hasil p (0,046) < α (0,05). Hasil
Selain itu, perkembangan emosi rema- penelitian yang menyatakan bahwa terdapat
ja awal menunjukkan sifat yang sensitif dan pengaruh yang signifikan antara metode
reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai ceramah dan diskusi dibandingkan metode
peristiwa atau situasi sosial, emosinya lebih problem solving terhadap perilaku tentang
bersifat negatif dan temperamental (Yusuf, seks pranikah sesuai dengan hasil penelitian
2004). Aspek emosional biasanya berakar yang dilakukan oleh Arnold (2009) menge-
paling dalam sebagai komponen sikap dan nai perbandingan program preventif yang
merupakan aspek yang paling bertahan didalamnya terdapat 6 program pencegahan
pengaruh-pengaruhnya dalam mengubah HIV. Program-program tersebut yaitu
sikap (Azwar, 2011). Aspek lain yang STRIVE, the Community Reinforcement
berpengaruh pada sikap adalah kelompok Approach, Strengths-Based Case Mana-
teman sebaya dimana apabila kelompok gement, Ecologically-Based Family
teman sebaya menunjukkan sikap dan Therapy, Street Smart, and AESOP. Se-
pribadi yang baik maka kemungkinan besar mua program bertujuan untuk mengurangi
remaja juga akan menampilkan sikap dan terkait HIV, perilaku seksual dan penggu-
kepribadian yang baik pula begitu juga seba- naan narkoba.
liknya (Yusuf, 2004). Salah satu pengaruh Pendekatan pemecahan masalah/ pro-
orang lain yang dianggap penting adalah blem solving secara khusus dibahas dalam
status pacaran (Yuniarti, 2007) dan menurut empat dari enam program tersebut, sehingga
Hall yang disitasi oleh Yusuf (2004) menje- dari penelitian tersebut dapat disimpulkan
laskan bahwa apabila remaja berkembang bahwa problem solving berpengaruh terha-
dalam lingkungan yang kondusif, mereka dap perilaku. Perilaku diartikan sebagai
akan memperoleh sifat-sifat postif yang bentuk respon yang sangat bergantung pada
mengembangkan nilai insaninya. karakteristik maupun faktor internal seperti
Hasil penelitian untuk perilaku seks tingkat kecerdasan, tingkat emosional, dan
pranikah didapatkan rata-rata selisih skor jenis kelamin serta faktor eksternal berupa
pretest dan posttest pada metode ceramah lingkungan, sosial budaya, ekonomi, dan
dan diskusi sebesar -0,1777, sedangkan politik dari orang yang bersangkutan.
pada metode problem solving sebesar - Perilaku juga merupakan fungsi dari niat
0,8667. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang untuk bertindak sehubungan de-
terdapat perbedaan perubahan perilaku ngan kesehatan atau perawatan kesehatan,
pada metode ceramah dan diskusi maupun dukungan sosial dari masyarakat sekitar, ada
problem solving dan setelah dilakukan atau tidaknya informasi atau fasilitas kese-
pengujian terdapat perbedaan yang signifikan hatan, otonomi atau keputusan pribadi dan
antara kedua metode tersebut. Terdapat situasi yang memungkinkan. Oleh karena itu,
perbedaan perubahan perilaku pada metode walaupun diberikan stimulus yang sama,
ceramah dan diskusi dibandingkan dengan namun respon setiap orang dapat berbeda
problem solving, metode problem solving karena adanya otonomi atau keputusan
memberikan perubahan perilaku yaitu pribadi untuk berperilaku. Sehingga dapat
terdapat penurunan perilaku yang lebih besar disimpulkan bahwa meskipun seseorang
dibandingkan ceramah dan diskusi. yang memiliki tingkat pengetahuan dan sikap
Martini, Ajeng, Metode Ceramah dan Diskusi... 31

yang baik, tidak semua orang akan memiliki mengenai faktor-faktor yang berpengaruh
perilaku yang baik (Sari, 2013). terhadap perilaku seksual responden,
Problem solving memberikan pe- didapatkan hasil tidak hanya pengetahuan
luang pemberdayaan potensi berfikir pem- dan sikap melainkan relijiusitas seseorang
belajar dalam aktivitas-aktivitas pemecahan yang sangat rendah, aktifitas sosial yang
masalah dan pengambilan keputusan serta sangat tinggi, penghargaan diri yang rendah,
siswa lebih aktif dalam pembelajaran (Gok, rasa percaya diri yang rendah, adanya
2010). Perilaku pada metode problem sol- dukungan sosial terhadap hubungan seksual
ving juga terbentuk dari langkah-langkah pranikah yang kuat.
pembelajaran problem solving yaitu, (1) Teori lain mengenai metode problem
Mengidentifikasi masalah atau merasakan solving menunjukkan bahwa metode
adanya masalah-masalah yang potensial problem solving memunculkan kasus-
yaitu mengenai seks pranikah; (2) Merumus- kasus yang sesuai dengan kenyataan sehing-
kan masalah yang muncul antara lain siswi ga materi tentang seks pranikah cenderung
dikeluarkan karena hamil diluar nikah, pacar mempengaruhi perilaku, selain itu siswa lebih
tidak bertanggung jawab, orang tua malu berminat pada perilaku seks pranikah dari-
dan hendak bunuh diri; (3) Mencari jalan pada pengetahuan dan sikapnya. Proses
keluar atau menentukan alternatif peme- kognitif yang mengantarai perubahan tingkah
cahan masalah yaitu pencegahan dengan laku dipengaruhi oleh pengalaman yang
tidak melakukan seks pranikah, memper- mengarahkan untuk menuntaskan tugas-
tahankan kehamilan dan meminta pacar tugas. Salah satu sumber pokok yang ber-
bertanggung jawab karena resiko kematian pengaruh adalah penciptaan situasi yang
dari aborsi yang besar; (4) Memilih jalan dapat mengurangi dorongan emosional yang
keluar yang paling tepat yaitu dengan tidak mempunyai nilai-nilai informatis bagi kom-
melakukan hubungan seksual pranikah; (5) petensi pribadi. Dimana metode problem
Melaksanakan pemecahan masalah yang solving dengan memunculkan atau mem-
telah dipilih yaitu dengan tidak mengikuti buat kasus yang dekat dengan kehidupan
perilaku siswi tersebut untuk melakukan seks sehari-hari sehingga terjadi penciptaan situasi
pranikah siswa menemukan sendiri akibat yang mengurangi dorongan emosional dan
dari seks pranikah sehingga takut untuk ber- rasional dalam berperilaku (Yusuf, 2004).
perilaku kembali karena seks pranikah lebih
banyak membawa efek negatifnya yang jelas SIMPULAN DAN SARAN
terlihat dalam kehidupan sehari-hari Berdasarkan analisis data dan pemba-
(Mulyasa, 2011; Gafur, 2012). hasannya, maka dapat ditarik kesimpulan
Yusuf (2004) juga menyebutkan bah- bahwa tidak ada perbedaan pengaruh yang
wa rangsangan yang memicu atau mendo- bermakna secara signifikan pada pendidikan
rong respon-respon adalah yang membentuk kesehatan dengan metode ceramah dan
kepribadian dan tingkah laku remaja seperti diskusi dibandingkan metode problem
pencarian kenyamanan, seks dan menghin- solving pada pengetahuan dan sikap remaja
darkan diri dari rasa sakit. Meskipun peri- tentang seks pranikah. Namun ada perbe-
laku sering dikaitkan dengan pengetahuan daan pengaruh yang bermakna secara signi-
dan sikap, menurut Notoatmodjo (2007), fikan pada pendidikan kesehatan dengan
masuknya perilaku umumnya didasari metode ceramah dan diskusi dibandingkan
pengetahuan dan sikap. Tetapi menurut metode problem solving pada perilaku
penelitian yang dilakukan Suryoputro (2006) seks pranikah remaja.
32 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 26-35

Adapun implikasi dari penelitian ini of Mathematics Students. Asian


yaitu institusi pendidikan maupun kesehatan Social Science Vol 6 No 2 2010,
hendaknya memberikan pendidikan kese- (Online), (www.cssenet.org/ass),
hatan secara rutin kepada para siswa di diakses 30 Maret 2014.
sekolah-sekolah dengan menggunakan Arnold, EM and Rotheram, MJB. 2009.
metode pendidikan kesehatan yang sesuai Comparisons of Prevention Pro-
karakterikstik siswa untuk meningkatkan grams f or Homeless Youth.
pengetahuan, sikap dan mengubah perilaku Pubmed NCBI, (Online), (http://
tentang seks pranikah seperti memberikan www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
permasalahan yang nyata untuk dipecahkan PMC4028969/), diakses 5 Januari
bersama sehingga lebih mengena. Sedang- 2014.
kan para siswa perlu terus meningkatkan Azwar, S. 2011. Sikap Manusia: Teori dan
pengetahuan tentang seks pra nikah dari Pengukurannya (Edisi 2). Pustaka
media manapun agar dapat mengambil sikap Pelajar: Yogyakarta.
untuk berperilaku yang benar yaitu tidak
melakukan seks pranikah. BKKBN. 2012. Genre Action Memba-
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat ngun Ruang Kreatif Bagi Anak
menganalisis lebih lanjut mengenai perbe- Muda Berencana, (Online), (http:/
daan pengaruh metode pendidikan kese- /jatim.bkkbn.go.id/berita.php?p
hatan pada pengetahuan, sikap, perilaku =berita_detail&id=738), diakses 30
seks pranikah dengan mengontrol variabel Maret 2014.
luar (media, lingkungan) dan menambah Gafur, A. 2012. Desain Pembelajaran:
jumlah sampel yang lebih besar dengan po- Konsep, Model dan Aplikasinya
pulasi yang lebih luas yaitu menambah seko- dalam Perencanaan Pelaksa-
lah yang akan diteliti sehingga gambaran naan Pembelajaran. Penerbit
penelitian pada daerah tersebut lebih jelas Ombak: Yogyakarta.
dan hasil penelitian bisa lebih signifikan. Gaghauna, EEM, Andarini S dan Yuliatun
L. 2012. Hubungan antara Ting-
DAFTAR RUJUKAN kat Pengetahuan tentang Kese-
Aini, K dan Ramadhy, AS. 2011. Perilaku hatan Reproduksi dengan Per-
Seksual Remaja Masa Lalu, sepsi Perilaku Seks Bebas pada
Masa Kini, dan Masa Depan Siswa SMU Negeri Kota Malang,
serta Dampaknya terhadap (Online) (http://old.fk.ub.ac.id/
Derajat Kesehatan Reproduksi di ar t ik e l/ id / filed o w nlo ad /
Indonesia, (Online), (http://www. keperawatan/eirene.pdf), diakses 5
stikku.ac.id/wp-content/uploads/ Februari 2014.
2 0 11 / 0 2 / P E R I L AKU - S E K Gok, T and Silay, I. 2010. The Effect of
SUAL-REMAJA.pdf), diakses 2 Problem Solving Strategies on
Januari 2014. Student Achievement, Attitude and
Ali, R, Hukamdad, Akhter, A and Khan, Motivation. Journal of physic
A. 2010. Effect of Using Problem Education 4(1), (Online), (www.
solving Method in Teaching lajpe.org/jan10/02_Tolga_Gok.
Mathematics on the Achievement pdf), diakses 17 Maret 2014.
Martini, Ajeng, Metode Ceramah dan Diskusi... 33

Israwati, Rachman ,WA, Ibnu, IF. 2013. RHR WHO (Department of Reproductive
Ilmu Perilaku Seks Pra-Nikah Health and Research). 2013. Very
Mahasiswa pada Sekolah Tinggi young adolescents,(Online),(http:/
Manajemen dan Komputer Bina /www.who.int/reproductivehealth/
Bangsa Kendari, (Online),(http:/ topics/adolescence/very_young_
/rep osito ry.un ha s. ac. id /b it ados/en/), di akses pada tanggal 27
stream/ handle/123456789/6167/ November 2013.
jurnal%20israwati.pdf?sequence=1), Sari, SE. 2013. Gambaran Pengetahuan,
diakses 17 Maret 2014. Sikap, dan Tindakan Donor
Kirby ,D and Coyle, K. 1997. School-Ba- Darah pada Mahasiswa Fakultas
sed Programs to Reduce Sexual Kedokteran Universitas Tan-
Risk-taking Behavior, (Children jungpura Pontianak, (Online),
and Youth Services Review 19, no. (jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/
5/6 (1997): 415-36, (Online), http:/ article/view/1775), diakses 11
/www.aei.org/papers/society-and- Januari 2014.
culture/poverty/school-based- Sarwono, WS. 2008. Psikologi Remaja.
programs-to-reduce-sexual-risk- PT. Rajawali Grafindo Persada:
taking-behavior/), diakses 5 Jakarta.
Februari 2014. Sukardjo 2007. Perbedaan Efektivitas
Mubarok, WI. 2007. Promosi Kesehatan Metode PKM-RS dengan Diskusi
Sebuah Pengantar Proses Bela- dan Problem solving dalam Pe-
jar Mengajar dalam Pendidikan. ningkatan Pengetahuan dan
Graha Ilmu: Yogyakarta. Sikap dari Pasien DM Tipe II di
Mulyasa. 2011. Menjadi Guru Profesi- RSUD Sunan Kalijaga Kabu-
onal: Menciptakan Pembela- paten Demak. Jurnal Promosi
jaran Kreatif dan Menyenang- Kesehatan Indonesia Vol.2/No.2,
kan. Remaja Rosdakarya: (Online),(ejournal.undip.ac.id/
Bandung. index.php/jpki/article/download/
Musofa, A. 2011. Definisi Pengetahuan 2594/2302), diakses 27
serta Faktor-faktor yang mem- November 2013.
pengaruhi Pengetahuan, (On- Suryoputro, A, Ford, NJ, dan Shaluhiyah,
line), (http://duniabaca.com/ Z. 2006. Faktor-Faktor yang
definisi-pengetahuan-serta-faktor- Mempengaruhi Perilaku Seksual
fakt or-yang-mempengaruhi- Remaja di Jawa Tengah: Impli-
pengetahuan.html), diakses 17 kasinya Terhadap Kebijakan dan
Desember 2013. Layanan Kesehatan Seksual dan
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Reproduksi. MAKARA, KESE-
perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: HATAN, VOL. 10, NO. 1, JUNI
Jakarta. 2006: 29-40, (Online), (http://
journal.ui.ac.id/health/article/
________ . 2007. Promosi Kesehatan
download/162/158), diakses 17
Dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta:
Desember 2013.
Jakarta.
34 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 26-35

Yuniarti, D. 2007. Pengaruh Pendidikan


Seks Terhadap Sikap Mengenai
Seks Pranikah pada Remaja,
(Online), (http://www.gunadarma.
ac.id/library/articles/graduate/
p syc ho lo g y/ 2 0 0 7 / Ar t ik el_
10503040.pdf), diakses 5 Januari
2014.
Yusuf, S. 2004. Psikologi perkembangan
anak dan remaja. Remaja Rosda-
karya: Bandung.
HUBUNGAN ANTARA USIA, PEKERJAAN, PENDIDIKAN
DAN PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI
MENULAR SEKSUAL (IMS)

Sarwinanti
STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
sarwinantisyamsudin@yahoo.com

Abstract: This study aims to investigate the relationship between age,


occupation, education and knowledge of the incidence of STIs in
Puskesmas Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. The sample in this
research is 20 respondents taken by total sampling. Statistics Chi Square
test showed the age factor p>0.05 (p value = 0.890), occupational
factors showed p>0.05 (p value= 0.672), educational factors showed
p>0.05 (p value= 0.675) and the results of the knowledge factor p>
0.05 (p value= 0.500). Be obtained conclusion that there was no
correlation between age, occupation , education and knowledge of the
incidence of STIs.

Keywords: IMS, age, education, employment, knowledge about IMS

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia,


pekerjaan, pendidikan dan pengetahuan dengan kejadian IMS di wilayah
kerja Puskesmas Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Sampel dalam penelitian
ini adalah 20 responden yang diambil secara Total Sampling. Uji Statistik
Chi Square faktor usia didapatkan hasil p>0,05 (p value= 0,890), faktor
pekerjaan didapatkan hasil p>0,05 (p value= 0,672), faktor pendidikan
didapatkan hasil p>0,05 (p value= 0,675) dan faktor pengetahuan hasil
p>0,05 (p value= 0,500). Kesimpulan yang didapatkan adalah tidak terdapat
hubungan antara usia, pekerjaan, pendidikan dan pengetahuan dengan
kejadian IMS.

Kata Kunci: IMS, usia, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan tentang IMS


36 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 35-40

PENDAHULUAN niasis 1,1%, dan gonoroe sebanyak 1,1%.


Infeksi menular seksual (IMS) meru- Penelitian di Surabaya menemukan 19,2%
pakan suatu penyakit yang penularannya dari 599 perempuan hamil yang diperiksa
disebabkan melalui hubungan seksual. Na- menderita paling tidak 1 jenis PMS, yaitu
mun demikian, terdapat beberapa jenis infeksi virus herpes simpleks tipe 2 sebanyak
Penyakit menular seksual yang disebabkan 9,9%, infeksi klamidia sebanyak 8,2%, tri-
karena melalui jarum suntik, dan penyakit komoniasis 4,8%, gonoroe 0,8%, dan sifilis
tersebut secara pasti ditularkan melalui lendir 0,7%. Penelitian di Jakarta, Batam, dan Tan-
darah dan cairan tubuh. Penyebab infeksi jung Pinang pada pengunjung perempuan
tersebut dapat berupa jamur, virus maupun hamil di beberapa rumah bersalin ditemukan
parasit. Perempuan lebih mudah terkena infeksi klamidia, trikomoniasis, vaginosis
IMS dibandingkan laki-laki disebabkan bakterial, gonoroe, sifilis, dan HIV.
karena saluran reproduksi perempuan lebih Perempuan memiliki resiko tinggi
dekat dengan anus dan saluran kencing. terhadap penyakit yang berkaitan dengan
Prevalensi IMS (Penyakit Menular kehamilan dan persalinan, juga terhadap
Seksual) di negara berkembang jauh lebih penyakit kronik dan infeksi. Selama masa
tinggi dibandingkan dengan di negara maju. kehamilan, perempuan mengalami berbagai
Di Indonesia angka kejadian IMS pada perubahan, yang secara alamiah sebenarnya
perempuan cukup banyak dibandingkan diperlukan untuk kelangsungan hidup janin
laki-laki. Berdasarkan data dari Puskesmas dalam kandungannya. Namun ternyata, ber-
Cangkringan Sleman Yogyakarta bulan De- bagai perubahan tersebut dapat mengubah
sember 2013 didapatkan bahwa sejak kerentanan dan juga mempermudah terja-
pasca erupsi Merapi kejadian IMS di dinya infeksi selama kehamilan. Berdasarkan
wilayah Cangkringan meningkat tajam. latar belakang tersebut di atas maka peneliti
Setelah Erupsi Merapi di wilayah Cang- merumuskan permasalahan, apakah ada
kringan banyak penambangan pasir di Kali hubungan antara usia, pekerjaan, pendidikan
Gendol yang banyak didatangi oleh pendu- dan pengetahuan dengan kejadian IMS di
duk luar Cangkringan didapatkan 30 pasien Wilayah kerja Puskesmas Cangkringan
didiagnosis IMS. Dari 30 pasien tersebut 5 Sleman? Tujuan penelitian ini untuk menge-
orang laki-laki dan 25 orang perempuan. tahui hubungan antara usia, pekerjaan,
Berdasarkan informasi dari Camat Cang- pendidikan dan pengetahuan dengan
kringan yang menyampaikan bahwa di wila- kejadian IMS di wilayah kerja Puskesmas
yahnya disinyalir terdapat prostitusi terselu- Cangkringan.
bung setelah erupsi Merapi tahun 2010,
tetapi hal ini sulit untuk dibuktikan dan yang METODE PENELITIAN
paling mengejutkan adalah Kecamatan Jenis penelitian yang digunakan adalah
Cangkringan merupakan wilayah yang me- observasional dengan metode penelitian sur-
nempati urutan pertama kejadian IMS di- vei analitik (Arikunto, 2006). Jumlah sampel
bandingkan kecamatan lainnya di Kabu- dalam penelitian ini sebesar 20 responden
paten Sleman. dengan teknik pengambilan sampel Total
Berdasarkan data Nasional dari 58% Sampling. Instrumen yang digunakan dalam
penderita IMS didapatkan 29,5% adalah pengumpulan data kuantitatif adalah kue-
infeksi genital nonspesifik, kemudian 10,2% sioner terstruktur dengan pertanyaan terbuka
vaginosis bakterial, kandidosis vaginalis untuk identitas responden dan pertanyaan
9,1%, gonoroe sebanyak 3,4%, trikomo- tertutup yang meliputi umur, pendidikan,
Sarwinanti, Hubungan Antara Usia, Pekerjaan... 37

pekerjaan dan pengetahuan responden Pada tabel 2 diketahui bahwa ibu yang
tentang penyakit Infeksi Menular Seksual. bekerja maupun yang tidak bekerja yang
Analisa data dengan menggunakan Uji Chi mengalami IMS sejumlah 5 orang (25%)
Square (Dahlan, 2010). dan yang tidak mengalami IMS sebanyak 5
orang (25%).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 3: Kejadian IMS Berdasarkan
Tabel 1: Kejadian IMS berdasarkan Pendidikan Responden di
usia responden di Wilayah Wilayah Kerja Puskesmas
Kerja Puskesmas Cangkring- Cangkringan Sleman tahun
an Sleman tahun 2015 (n=20) 2015 (n=20)

IMS Tidak IMS IMS Tidak IMS


Usia Pendidikan
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
<31 tahun 7 35 3 15 Pend. Tinggi 6 30 6 30
>31 tahun 3 15 7 35 Pend. Dasar 4 20 4 20
Jumlah 10 50 10 50 Jumlah 10 50 10 50

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa


Responden yang berusia <31 tahun yang ibu yang memiliki pendidikan tinggi yang
mengalami IMS sebanyak 7 responden mengalami IMS sebanyak 6 orang (30%)
(35%) dan yang tidak IMS sebanyak 3 Res- dan yang tidak mengalami IMS sebanyak 6
ponden (15%). Sedangkan pada responden orang (30%). Sedangkan responden yang
yang berusia >31 tahun yang mengalami memiliki pendidikan dasar yang mengalami
IMS sebanyak 3 Responden (15%) dan IMS sebanyak 4 responden (20%) sedang-
yang tidak IMS sebanyak 7 responden kan yang tidak mengalami IMS sebanyak 4
(35%). responden (20%).

Tabel 2: Kejadian IMS Berdasarkan Tabel 4: Kejadian IMS Berdasarkan


Pekerjaan Responden di Pengetahuan Responden di
Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah Kerja Puskesmas
Cangkringan Sleman tahun Cangkringan Sleman tahun
2015 (n=20) 2015 (n=20)

Bekerja Tidak Bekerja IMS Tidak IMS


Pekerjaan Pengetahuan
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Bekerja 5 25 5 25 Tidak Baik 4 20 5 25
Tidak 5 25 5 25 Baik 6 30 5 25
Bekerja Jumlah 10 50 10 50
Jumlah 10 50 10 50
38 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 35-40

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa Tabel 7: Hubungan antara Pendidikan


ibu yang memiliki pengetahuan tidak baik dengan Kejadian IMS di Wila-
yang mengalami IMS sebanyak 4 orang yah Kerja Puskesmas
(20%) dan yang tidak mengalami IMS se- Cangkringan Sleman tahun
banyak 5 orang (25%). Sedangkan respon- 2015 (n=20)
den yang memiliki pengetahuan baik yang
mengalami IMS sebanyak 6 responden Value df Asymp.sig (2 sided)
(30%) sedangkan yang tidak mengalami Pearson Chi 0.000 1 1.000
IMS sebanyak 5 responden (25%). Square
Fisher’s Exact 0.675
Tabel 5: Hubungan antaraUsia dengan Test
Kejadian IMS di Wil. Kerja
Puskesmas Cangkringan
Sleman Tahun 2015 (n=20)
Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa
nilai p>0,05 (p=0,675) sehingga dapat
disimpulkan tidak ada hubungan antara
Value df Asymp.sig (2 sided) pendidikan responden dengan kejadian
Pearson Chi 3.200 1 0.074 Infeksi Menular Seksual (IMS).
Square
Fisher’s Exact 0.089 Tabel 8: Hubungan antara Pengeta-
Test huan dengan Kejadian IMS di
Wilayah Kerja Puskesmas
Cangkringan Sleman tahun
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa 2015 (n=20)
p>0,05 (p=0.089) sehingga dapat disim-
pulkan bahwa tidak hubungan antara usia
responden dengan kejadian Infeksi Menular Value df Asymp.sig (2 sided)
Seksual (IMS) Pearson Chi 0.000 1 0.653
Square
Tabel 6: Hubungan antara Pekerjaan Fisher’s Exact 0.500
dengan Kejadian IMS di Test
Wilayah Kerja Puskesmas
Cangkringan Sleman tahun Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa
2015 (n=20)
nilai p>0,05 (p=0,500) sehingga dapat
disimpulkan tidak ada hubungan antara
Value df Asymp.sig (2 sided) pengetahuan responden dengan kejadian
Pearson Chi 0.000 1 1.000 Infeksi Menular Seksual (IMS).
Square Responden yang berusia kurang dari
Fisher’s Exact 0.672 31 tahun dan lebih dari 31 tahun memiliki
Test resiko yang sama untuk terjadi Infeksi
Menular Seksual (Bobak, 2011). Pada usia
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa kurang dari 31 tahun yang mengalami IMS
bahwa nilai p>0,05 (p=0,672) sehingga kemungkinan yang terjadi dapat disebabkan
dapat disimpulkan tidak ada hubungan an- karena kebiasaan mencoba-coba berhu-
tara pekerjaan responden dengan kejadian bungan seksual dengan pacarnya saat re-
Infeksi Menular Seksual (IMS). maja. Faktor yang lain adalah kurang dapat
Sarwinanti, Hubungan Antara Usia, Pekerjaan... 39

menjaga kebersihan daerah kemaluan dan dalam pembersihan daerah kemaluan


cara membersihkan daerah kemaluan (Reeder, 2011). Faktor lain yang dapat juga
(Bobak, 2011). mempengaruhi kejadian IMS adalah perila-
Pendidikan responden mayoritas me- ku saat masih remaja, yaitu pernah mela-
miliki pendidikan tinggi sebanyak 12 kukan hubungan seksual dini. Usia respon-
responden (60%) dan yang memiliki pendi- den yang berusia diatas 31 tahun dan yang
dikan dasar sebanyak 8 responden (40%). kurang dari 31 tahun sama-sama memiliki
Pada responden yang memiliki pendidikan resiko terjadi IMS (Pilliteri, 2008). Faktor
tinggi yang mengalami IMS 6 orang (30%) lain yang menyebabkan faktor usia tidak
dan yang tidak mengalami IMS 6 orang berhubungan dengan kejadian IMS adalah
(30%). Sedangkan responden yang memiliki jumlah responden yang sedikit (20 respon-
pendidikan dasar yang mengalami IMS den) sehingga akan mempengaruhi hasil
sebanyak 4 orang (20%) dan yang tidak bahwa usia tidak berhubungan dengan keja-
mengalami IMS sebanyak 4 orang (20%). dian IMS. Dari hasil ini pula tidak dapat
Pendidikan responden yang tinggi lebih digeneralisasikan pada kelompok respon-
banyak mengalami IMS dapat disebabkan den dengan jumlah yang lebih besar.
karena dimungkinkan pernah berhubungan Analisis hubungan antara pekerjaan
dengan yang bukan pasangannya (seks dengan kejadian IMS dengan Uji Statistik
bebas) karena pendidikan yang tinggi me- Chi Square didapatkan hasil p> 0,05 (p
miliki pengalaman yang lebih banyak diban- value = 0,672), hal tersebut menunjukkan
dingkan dengan responden yang memiliki bahwa pekerjaan tidak berhubungan dengan
pendidikan dasar. kejadian IMS. Seseorang yang bekerja
Pekerjaan responden antara yang memiliki resiko yang sama dengan seseorang
bekerja dengan yang tidak bekerja memiliki yang tidak bekerja untuk dapat mengalami
hasil yang sama yaitu yang memiliki resiko IMS. Artinya seseorang yang tidak bekerja
IMS ada 5 responden (25%). Faktor peker- tidak akan lebih beresiko untuk terkena
jaan ini dapat juga mempengaruhi kejadian IMS, begitu juga dengan yang sebaliknya.
IMS. Pada faktor pengetahuan tentang IMS, Hal ini dapat terjadi disebabkan karena
responden yang memiliki pengetahuan yang dimungkinkan dengan jumlah responden
baik yang mengalami IMS sebanyak 6 yang sedikit akan mempengaruhi hasil
responden (30%) sedangkan yang tidak sehingga pekerjaan tidak berhubungan
mengalami IMS sebanyak 5 responden dengan kejadian IMS. Selain itu masih ada
(25%). faktor -faktor lain yang dapat mempengaruhi
Responden yang memiliki pengetahuan hasil tersebut adalah faktor perilaku sese-
tidak baik yang mengalami IMS sebanyak orang dapat mempengaruhi kejadian IMS,
4 orang (20%) sedangkan yang tidak meng- dalam kebersihan diri setiap hari juga dapat
alami IMS sebanyak 5 orang (25%). Ber- mempengaruhi kejadain IMS.
dasarkan tabel 6 pada analisis hubungan usia Analisis hubungan antara pendidikan
dengan kejadian IMS dengan Uji Statistik dengan kejadian IMS didapatkan hasil
Chi Square didapatkan hasil p>0,05 (p p>0,05 ( p value=0,675) yang dapat disim-
value = 0,890), hal tersebut menunjukkan pulkan bahwa tidak terdapat hubungan
bahwa usia tidak berhubungan dengan antara pendidikan responden dengan keja-
kejadian IMS. dian IMS. Pendidikan seseorang yang lebih
Kejadian IMS dapat dipengaruhi tinggi tidak memiliki resiko yang lebih tinggi
beberapa faktor antara lain faktor kebiasaan untuk terjadinya IMS dan begitu pula dengan
40 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 35-40

yang sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena Bobak, Lowdermilk & Jansen. 2011.
kemungkinan banyak faktor yang dapat Maternal Nursing 4th edition.
mempengaruhi terjadinya IMS. Faktor- Chapter:7. Mosby: Philadelphia.
faktor tersebut antara lain faktor perilaku Dahlan, Sopiyudin. 2010. Langkah-
seseorang dalam kebersihan dirinya dan langkah Membuat Proposal
perilaku dalam berhubungan seksual dengan Penelitian Bidang Kedokteran
pasangan ataupun memiliki riwayat perilaku dan Kesehatan. Sagung Seto:
seksual yang tidak baik. Jakarta.
Analisis hubungan antara pengetahuan Pilliteri. 2008. Maternal and Neonatal
dengan kejadin IMS didapatkan hasil Nursing. Mosby: Philadelphia.
p>0,05 (p value=0,500) yang disimpulkan
bahwa pengetahuan tidak berhubungan de- Reeder. 2011. Maternal and Neotal Child
ngan kejadain IMS. Seseorang yang memiliki Nursing. Mosby: Philadelpia.
pengetahuan yang baik dan tidak baik sama-
sama memiliki resiko yang sama untuk
mengalami IMS, pengetahuan baik tidak
memiliki resiko lebih rendah dibandingkan
dengan yang memiliki pengetahuan yang
tidak baik. Hal ini dapat disebabkan karena
banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi
kejadain IMS, selain itu faktor jumlah res-
ponden yang hanya sedikit (20) akan dapat
mempengaruhi hasil.

SIMPULAN DAN SARAN


Dari analisis data yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara usia, pekerjaan, pendidikan
dan pengetahuan responden dengan keja-
dian IMS responden dengan kejadian IMS.
Adapun saran yang diajukan adalah agar
secara periodik dilakukan konseling pada
masyarakat di Wilayah Kecamatan Cang-
kringan tentang faktor resiko yang akan
mempengaruhi kejadian dan perlu dilakukan
penelitian lanjutan tentang faktor lain yang
dapat mempengaruhi kejadian IMS sehingga
akan dapat menambah dan mengembangkan
ilmu pengetahuan bagi ilmu keperawatan.

DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. PT
Rineka Cipta: Jakarta.
ANTISIPASI REMAJA TERHADAP BAHAYA
PENYALAHGUNAAN NARKOBA DALAM
TRIAD KESEHATAN REPRODUKSI
REMAJA DI SLEMAN

Wafi Nur Muslihatun, Mina Yumei Santi


Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
E-mail: wafinur@yahoo.com

Abstract: This study aims to determine the factors that influence the
behavior of adolescent anticipation of the dangers of drug abuse in
SMK YPKK Ambarketawang Sleman, Yogyakarta. This research is
an analytical research with cross sectional design, using 74 sample
with simple random sampling metod. The analysis showed many
factors that influence the anticipative behavior of the drug abuse
dangers are sex (p=0.01 with OR=6.534; 95% CI=1.955 to 21.836),
age (p=0.31 with OR=4.909; 95% CI=1.010 to 23.857), and friendship
environment (p= 0.009 with OR=10.182; 95% CI=1.245 to 83.249).
It is advised to give more attention to boys adolescent, building a
good friendship environment of adolescents to have the anticipate
behavior for the drug abuse dangers.

Keywords: adolescents, drug abuse dangers anticipation

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang


mempengaruhi perilaku antisipasi remaja terhadap bahaya penyalahgunaan
narkoba di SMK YPKK Ambarketawang Sleman Yogyakarta. Penelitian
ini merupakan penelitian analitik desain cross sectional, menggunakan
sampel 74 orang dengan metode simple random samping. Hasil analisis
menunjukkan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perilaku
antisipasi terhadap penyalahgunaan narkoba adalah jenis kelamin (p=0,01
dengan OR=6,534; 95% CI=1,955-21,836), umur (p=0,31 dengan OR=
4,909; 95% CI=1,010-23,857) dan lingkungan pergaulan (p=0,009
dengan OR=10,182; 95% CI=1,245-83,249). Disarankan lebih memper-
hatikan remaja laki-laki, masa remaja akhir, menciptakan lingkungan
pergaulan remaja yang baik agar berperilaku antisipasi terhadap bahaya
penyalahgunaan narkoba.

Kata kunci: remaja, antisipasi bahaya penyalahgunaan narkoba


42 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 41-50

PENDALUHUAN ketergantungan. Kecanduan inilah yang


Kesehatan Reproduksi Remaja akan mengakibatkan gangguan fisik dan
(KRR) adalah suatu kondisi sehat yang psikologis. Gangguan fisik meliputi gangguan
menyangkut sistem reproduksi (fungsi, kom- sistem syaraf, jantung dan pembuluh darah,
ponen dan proses) yang dimiliki oleh remaja kulit, paru-paru, ginjal, hati, sistem repro-
baik secara fisik, mental dan sosial. Tiga hal duksi dan fungsi seksual, risiko tertular pe-
yang harus dihindari oleh remaja untuk men- nyakit hepatitis B, C dan HIV. Penyalahgu-
capai kesehatan reproduksi remaja (TRIAD naan narkoba bisa berakibat fatal ketika ter-
KRR) adalah narkoba, perilaku seks bebas jadi over dosis yaitu konsumsi narkoba me-
dan HIV/AIDS. Ketiganya merupakan risiko lebihi kemampuan tubuh untuk meneri-
atau masalah yang akan/sering dijumpai oleh manya. Over dosis bisa menyebabkan ke-
kaum remaja dan akan saling mempengaruhi matian. United Nations Office on Drugs
satu sama lain. Ketika seorang remaja terje- and Crime (2014) memperkirakan ada
rumus pada salah satu perilaku berisiko yang 183.000 kematian yang berhubungan de-
dimaksud, remaja tersebut akan berisiko ngan penyalahgunaan obat pada tahun 2012
pula untuk memasuki perilaku berisiko lain- dengan angka kematian 40,0 per satu juta
nya. Sebagai contoh, remaja yang sudah ke- orang usia 15-64 tahun.
canduan narkoba akan berisiko melakukan Dampak penyalahgunaan narkoba ter-
perilaku seks bebas dan berisiko pula terke- hadap psikis adalah (1) lamban kerja, cero-
na HIV/AIDS (Muadz, 2006). boh kerja, sering tegang dan gelisah; (2) hi-
Narkoba adalah singkatan dari narko- lang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal,
tika dan obat/bahan berbahaya. Selain nar- penuh curiga; (3) agitatif, menjadi ganas dan
koba, Kementerian Kesehatan RI juga me- tingkah laku yang brutal; (3) sulit berkon-
ngenalkan istilah NAPZA (Narkoba, Psiko- sentrasi, perasaan kesal dan tertekan; dan
tropika dan zat adiktif). Baik narkoba (4) cenderung menyakiti diri, perasaan tidak
maupun NAPZA mengacu pada kelompok aman, bahkan bunuh diri. Dampak penya-
senyawa yang umumnya memiliki risiko ke- lahgunaan narkoba terhadap lingkungan
canduan bagi penggunanya. Pada dasarnya sosial yaitu, (1) gangguan mental, anti-sosial
narkotika dan psikotropika adalah senyawa- dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan; (2)
senyawa yang dipergunakan untuk kebu- merepotkan dan menjadi beban keluarga;
tuhan anestesi dan pengobatan penyakit- Pendidikan menjadi terganggu, masa depan
penyakit tertentu. Namun saat ini disalahar- suram; dan (3) tindak kriminalitas (BNNP
tikan akibat pemakaian di luar kegunaan dan DIY, 2015; UNODC, 2014).
dosis semestinya yang berdampak pada pe- Penyalahgunaan narkoba di Indonesia
rilaku menyimpang (Presiden RI, 2009, dari tahun ke tahun menunjukkan pening-
Kemenkes RI, 2014). katan Hasil penelitian oleh Badan Nasional
Dampak penyalahgunaan narkoba Narkotika (BNN) dan Pusat Penelitian
pada seseorang sangat tergantung pada jenis Kesehatan (Puslitkes) UI menunjukkan
narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai angka 1,75% pada tahun 2005; 1,9% pada
dan situasi atau kondisi pemakai. Secara tahun 2008; 2,2% pada tahun 2011 dari
umum dampak kecanduan narkoba dapat populasi penduduk berusia 10-59 tahun.
terlihat pada fisik, psikis maupun sosial Penyalahgunaan narkoba di DIY lebih tinggi
seseorang. Bila narkoba digunakan secara dari angka nasional yaitu pada tahun 2008
terus menerus atau melebihi takaran yang sebesar 2,72 dan 2,8 pada tahun 2011. DIY
telah ditentukan akan mengakibatkan merupakan wilayah rawan penyalahgunaan
Muslihatun, Santi, Antisipasi Remaja Terhadap Bahaya... 43

narkoba. Berdasarkan data kasus narkoba ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
di BNN DIY tahun 2011 sampai 2014, yang mempengaruhi perilaku antisipasi
terjadi peningkatan pengungkapan kasus remaja terhadap bahaya penyalahgunaan
penyalagunaan narkoba di Kabupaten Sle- narkoba di SMK YPKK Ambarketawang
man. Pada tahun 2011 dari 74 tersangka Sleman Yogyakarta.
terungkap 45 kasus, pada tahun 2012 dari
73 tersangka terungkap 41 kasus, dan pada METODE PENELITIAN
tahun 2013 dari 67 tersangka, terungkap 47 Penelitian ini merupakan penelitian
kasus. Pada tahun 2014 dari 77 tersangka, analitik dengan desain cross sectional.
terungkap 58 kasus (BNN, 2012; BNN, Penelitian dilaksanakan di SMK YPKK
2015; BNNP DIY, 2015). Ambarketawang Sleman Yogyakarta pada
Hasil survei oleh BNN tahun 2011 bulan Februari sampai Mei 2015. Populasi
menunjukkan dari 100 pelajar/mahasiswa, dalam penelitian ini adalah siswa SMK
terdapat empat orang pernah menyalah- YPKK Ambarketawang Sleman Yogya-
gunakan narkoba, tiga orang menyalahgu- karta sejumlah 282 orang. Besar sampel
nakan dalam satu tahun terakhir dan dua dalam penelitian ini menggunakan sebesar
sampai tiga orang dalam satu bulan terakhir. 5% sehingga nilai dengan nilai
Data rekapitulasi tersangka narkoba berda- presisi 10%, diperoleh hasil 74 sampel.
sarkan pendidikan tahun 2014 menunjukkan Pengambilan sampel penelitian menggu-
dari 512 tersangka yang ditemukan, paling nakan metode simple random samping pa-
banyak (90%) berpendidikan SMA/sede- da seluruh siswa SMK YPKK Ambarke-
rajat, selanjutnya 0,05% tersangka berpen- tawang Sleman Yogyakarta.
didikan SMP, 0,04% berpendidikan pergu- Variabel independen dalam penelitian
ruan tinggi dan hanya 0,02% tersangka ber- ini ada empat, yaitu pengetahuan remaja
pendidikan SD (BNN, 2012; BNN, 2015). tentang bahaya penyalahgunaan narkoba,
Berdasarkan hasil penelitian sebelum- lingkungan keluarga remaja, lingkungan
nya menunjukkan bahwa perilaku berisiko pergaulan remaja dan sikap remaja terhadap
pada remaja di Indonesia berhubungan sig- bahaya penyalahgunaan narkoba. Variabel
nifikan dengan pengetahuan, sikap, umur, dependen dalam penelitian ini adalah peri-
jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi, laku antisipasi remaja terhadap bahaya
akses terhadap media informasi, komunikasi penyalahgunaan narkoba.
dengan orang tua dan adanya teman yang Pengetahuan remaja tentang bahaya
berperilaku berisiko (Lestary H dan Sugi- penyalahgunaan narkoba dikategorikan
harti, 2011). Faktor-faktor penyalahgunaan menjadi dua yaitu pengetahuan rendah dan
narkoba oleh remaja berasal dari faktor pengetahuan tinggi. Lingkungan keluarga
individu dan lingkungan. Lingkungan per- remaja dikategorikan menjadi dua yaitu
gaulan/pengaruh teman sangat dominan ter- lingkungan baik dan tidak baik. Lingkungan
hadap penyalahgunaan narkotika oleh rema- pergaulan remaja dikategorikan menjadi dua
ja. Remaja yang berteman dengan pemakai yaitu lingkungan baik dan tidak baik. Sikap
narkotika umumnya mudah terpengaruh dan remaja terhadap bahaya penyalahgunaan
terlibat dalam penyalahgunaan narkotika narkoba dikategorikan menjadi dua yaitu
(Siregar, 2004). Penelitian oleh Asti, dkk. sikap negatif dan sikap positif. Perilaku
(2013) menemukan adanya hubungan yang antisipasi terhadap bahaya penyalahgunaan
bermakna antara sikap dan perilaku penya- narkoba dikategorikan menjadi dua, yaitu
lahgunaan narkoba pada remaja. Penelitian perilaku antisipatif dan perilaku tidak
44 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 41-50

Tabel 1. Karakteristik Remaja Melakukan Antisipasi Bahaya Narkoba di SMK


YPKK Ambarketawang Sleman Yogyakarta (N=74)

Tidak Antisipatif Total


Karakteristik Antisipatif
n % n % N %
Jenis Kelamin
Laki-laki 23 51,1 4 13,8 27 36,5
Perempuan 22 48,9 25 86,2 47 63,5
Umur
>18 tahun 12 26,7 2 6,9 14 18,9
16-18 tahun 33 73,3 27 93,1 60 81,1
Tingkat Pendidikan Ayah
Rendah 24 53,3 23 79,3 47 63,5
Menengah dan Tinggi 21 46,7 6 20,7 27 36,5
Tingkat Pendidikan Ibu
Rendah 27 60 23 79,3 50 67,6
Menengah dan Tinggi 18 40 6 20,7 24 32,4
Pekerjaan Ayah
Tidak Bekerja 3 6,7 3 10,3 6 8,1
Bekerja 42 93,3 26 89,7 68 91,9
Pekerjaan Ibu
Tidak Bekerja 19 42,2 16 55,2 35 47,3
Bekerja 26 57,8 13 44,8 39 52,7

antisipatif (Azwar, 2007). Data dalam pene- perilaku antisipatif terhadap bahaya penya-
litian ini dikumpulkan menggunakan kuesio- lahgunaan narkoba jumlahnya lebih lebih
ner tentang antisipasi remaja terhadap ba- banyak (86,2%) dibanding remaja perem-
haya penyalahgunaan narkoba. puan yang memiliki perilaku tidak antisipatif
Analisis data penelitian ini mengguna- terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba
kan alat bantu komputer dengan program (48,9%). Remaja berusia 16-18 tahun me-
SPSS for windows terdiri dari analisis univa- miliki perilaku antisipatif terhadap bahaya
riat dan analisis bivariat. Analisis univariat penyalahgunaan narkoba lebih banyak
dilakukan dengan cara membuat distribusi (93,1%) dibanding remaja umur 16-18 ta-
frekuensi dari setiap variabel dan karakteris- hun yang memiliki perilaku tidak antisipatif
tik responden. Analisis bivariat dilakukan terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba
untuk menguji hubungan antar dua variabel (73,3%).
yaitu masing-masing variabel independen Remaja dengan ayah berpendidikan
dengan variabel dependen. Uji statistik yang rendah (tidak sekolah atau tidak lulus SD
digunakan adalah uji Chi square dengan atau lulus SD atau lulus SMP) memiliki
menghitung OR. Tingkat kepercayaan perilaku antisipatif terhadap bahaya penya-
ditentukan p= 0,05 dengan CI 95%. lahgunaan narkoba lebih banyak (79,3%)
dibanding remaja dengan ayah berpendi-
HASIL DAN PEMBAHASAN dikan rendah yang memiliki perilaku tidak
antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan
Hasil narkoba (53,3%). Remaja dengan ibu
Tabel 1 menunjukkan bahwa remaja berpendidikan rendah (tidak sekolah atau
berjenis kelamin perempuan yang memiliki tidak lulus SD atau lulus SD atau lulus SMP)
Muslihatun, Santi, Antisipasi Remaja Terhadap Bahaya... 45

Tabel 2 Analisis Bivariat Antisipasi Remaja terhadap Bahaya Penyalahgunaan


Narkoba di SMK YPKK Ambarketawang Sleman Yogyakarta (N=74)

Tidak Antisipatif
Karakteristik Antisipatif OR 95% CI P
f % F %
Jenis Kelamin
Laki-laki 23 51,1 4 13,8 6,534 1,955-21,836 0,001*
Perempuan 22 48,9 25 86,2
Umur
>18 tahun 12 26,7 2 6,9 4,909 1,010-2,132 0,031*
16-18 tahun 33 73,3 27 93,1
Lingkungan Pergaulan
Tidak Baik 12 26,7 1 3,4 10,182 1,245-83,249 0,009*
Baik 33 73,3 28 96,6
Pengetahuan ttg. Bahaya
Penyalahgunaan Narkoba
Rendah 7 15,6 8 27,6 0,484 0,154-1,521 0,168
Tinggi 38 84,4 21 72,4
Sikap terhadap Bahaya
Penyalahgunaan Narkoba
Negatif 15 33,3 9 31,0 1,111 0,408-3,025 3,025
Positif 30 66,7 20 69

memiliki perilaku antisipatif terhadap bahaya bermakna antara jenis kelamin remaja
penyalahgunaan narkoba lebih banyak dengan perilaku antisipatif terhadap bahaya
(79,3%) dibanding remaja dengan ibu ber- penyalahgunaan narkoba (p= 0,001 dengan
pendidikan rendah memiliki perilaku tidak OR 6,534 dan 95% CI 1,955-21,836).
antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan Remaja dengan jenis kelamin perempuan
narkoba (60%). mempunyai perilaku antisipatif terhadap
Remaja dengan ayah bekerja memiliki bahaya penyalahgunaan narkoba enam kali
perilaku tidak antisipatif terhadap bahaya lebih besar dibanding remaja berjenis kela-
penyalahgunaan narkoba lebih banyak min laki-laki. Remaja perempuan lebih
(93,3%) dibanding remaja dengan ayah be- banyak mempunyai perilaku antisipatif
kerja yang memiliki perilaku antisipatif terha- terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba
dap bahaya penyalahgunaan narkoba (86,2%) dibanding remaja perempuan yang
(89,7%). Remaja dengan ibu bekerja memi- mempunyai perilaku tidak antisipatif terha-
liki perilaku tidak antisipatif terhadap bahaya dap bahaya penyalahgunaan narkoba
penyalahgunaan narkoba lebih banyak (46,9%).
(57,8%) dibanding remaja dengan ibu be- Ada hubungan bermakna antara ling-
kerja yang memiliki perilaku antisipatif kungan pergaulan remaja dengan perilaku
terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan
(44,8%). narkoba (p= 0,009 dengan OR 10,182 dan
Tabel 2 menunjukkan dari empat va- 95% CI 1,245-83,249). Remaja dengan
riabel independen ada tiga variabel yang lingkungan pergaulan yang baik mempunyai
secara statistik berhubungan dengan variabel perilaku antisipatif terhadap bahaya penya-
dependen, yaitu jenis kelamin, umur dan lahgunaan narkoba sepuluh kali lebih besar
lingkungan pergaulan remaja. Ada hubungan dibanding remaja dengan lingkungan
46 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 41-50

pergaulan tidak baik. Remaja dengan sebagian besar pengguna narkoba berjenis
lingkungan pergaulan baik lebih banyak kelamin laki-laki (90%).
mempunyai perilaku antisipatif terhadap Berdasarkan hasil uji statistik, variabel
bahaya penyalahgunaan narkoba (96,6%) jenis kelamin, umur, lingkungan pergaulan
dibanding remaja dengan lingkungan remaja berpengaruh pada perilaku antisipatif
pergaulan yang baik dan mempunyai perilaku remaja terhadap bahaya penyalahgunaan
tidak antisipatif terhadap bahaya penyalah- narkoba. Hasil penelitian oleh Lestary H dan
gunaan narkoba (73,3%). Hasil uji statistik Sugiharti (2011) menyebutkan bahwa di
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa antara faktor pengetahuan, sikap, umur, jenis
pengetahuan dan sikap remaja terhadap kelamin, pendidikan, status ekonomi, akses
bahaya penyalahgunaan narkoba tidak terhadap media informasi, komunikasi
berhubungan dengan perilaku antisipatif dengan orang tua dan adanya teman yang
terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba berperilaku berisiko, faktor yang paling
(p>0,05) dominan hubungannya dengan perilaku
remaja berisiko adalah jenis kelamin laki-
Pembahasan laki.
Hasil penelitian ini menunjukkan Remaja laki-laki secara statistik
bahwa mayoritas remaja (60,81%) mempu- terbukti memiliki peluang 27 kali lebih besar
nyai perilaku tidak antisipatif terhadap untuk berperilaku berisiko dibanding remaja
bahaya penyalahgunaan narkoba. Berbeda perempuan (p= 0,000 dengan OR= 26,966
dengan hasil penelitian Hidayati dan Indar- dan 95% CI 24,691-29,452). Remaja laki-
wati (2012) yang menunjukkan bahwa laki berpeluang 30 kali lebih besar untuk
sebagian besar responden (64,6%) memiliki merokok, 10 kali lebih besar untuk minum
upaya pencegahan yang baik terhadap alkohol, 20 kali lebih besar untuk menya-
penyalahgunaan narkoba. Remaja laki-laki lahgunakan narkoba dan lima kali lebih besar
lebih banyak (51,1%) berperilaku tidak untuk berhubungan seksual pranikah diban-
antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan ding remaja perempuan.
narkoba dibanding remaja perempuan, dan Hampir semua penelitian penyalah-
remaja berumur >18 tahun lebih banyak gunaan obat menunjukkan bahwa laki-laki
(26,7%) berperilaku tidak antisipatif lebih mudah melakukan penyalahgunaan
terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba obat dibanding perempuan. Penelitian ter-
dibanding remaja berumur 16-18 tahun. akhir tentang penyalahgunaan obat di Aus-
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil tralia, Amerika Serikat, Spanyol, Afganistan
survei nasional perkembangan penyalah- kota dan Pakistan menunjukkan bahwa
gunaan dan peredaran gelap narkoba pada penyalahgunaan obat lebih umum dilakukan
kelompok pelajar dan mahasiswa di 16 pada laki-laki dibanding perempuan
Provinsi di Indonesia tahun 2011. Pola (UNODC, 2015). Penelitian oleh Hidaya-
penyalahgunaan narkoba tahun 2006, 2009 ningsih, dkk (2011) juga menyebutkan
dan 2011 menunjukkan bahwa angka bahwa jenis kelamin mempunyai hubungan
penyalahguna lebih tinggi pada laki-laki dan bermakna dengan perilaku berisiko kese-
semakin tinggi umur responden semakin hatan remaja, yaitu melakukan kekerasan,
meningkat juga angka penyalahgunaan kenakalan remaja, kehamilan tidak
narkobanya (BNN, 2012). Hasil penelitian diinginkan, penyakit menular seksual, HIV/
ini juga sesuai dengan penelitian Hidayati dan AIDS, penyalahgunaan obat dan merokok.
Indarwati (2012) yang menyebutkan bahwa Remaja laki-laki lebih berisiko dalam
Muslihatun, Santi, Antisipasi Remaja Terhadap Bahaya... 47

berperilaku kesehatan dibanding remaja terhadap perilaku remaja berisiko mela-


perempuan (OR= 5,363, 95% CI= 2,890- kukan penyalahgunaan narkoba. Alasan
9,954). Kondisi ini antara lain disebabkan remaja melakukan penyalahgunaan narkoba
oleh adanya konsep gender yang menjadi karena ingin tahu, identitas pergaulan,
penting kaitannya dengan kesehatan. modern dan mendapat pengakuan teman
Perempuan Indonesia masih belum optimal sebaya. Alasan lain remaja menyalah-
dalam mengontrol kesehatannya serta keter- gunakan narkoba adalah karena ikut-ikutan
gantungan perempuan dalam sektor publik teman.
dan politik masih tinggi. Dalam kontruksi Pengaruh teman sangat besar terhadap
sosial perempuan dituntut untuk penurut, penyalahgunaan obat atau zat terlarang.
pasif, sabar, setia, sementara laki-laki Hukuman oleh kelompok teman sebaya
bersikap dominan, agresif, pengambil inisiatif yang berbentuk pengucilan bagi anggota
dalam suatu hubungan. kelompok yang mencoba berhenti dirasakan
Umur remaja berpengaruh pada peri- lebih berat dari penyalahgunaan obat itu
laku antisipatif terhadap bahaya penyalah- sendiri (Hidayati dan Indarwati, 2012).
gunaan narkoba. Mayoritas pelaku dalam Lingkungan pergaulan/pengaruh teman
penyalahgunaan narkoba adalah kaum muda sangat dominan terhadap penyalahgunaan
dan remaja yang kemungkinan besar dise- narkotika oleh remaja. Remaja yang berte-
babkan oleh kondisi sosial psikologi yang man dengan pemakai narkotika umumnya
membutuhkan pengakuan identitas dan mudah terpengaruh dan terlibat dalam
emosi yang masih labil. Pada masa remaja penyalahgunaan narkotika (Siregar, 2004).
awal (14-16 tahun) dan remaja tengah (17- Pengaruh dari teman kelompok merupakan
18 tahun), remaja umumnya belum men- salah satu faktor yang menyebabkan remaja
dapatkan atau menemukan jati dirinya. Pada menyalahgunakan narkoba (Handayani, S.,
masa remaja akhir (>18 tahun), remaja 2011). Remaja yang memiliki teman sebaya
sering merasa sudah cukup dewasa dan penyalahguna NAPZA memiliki risiko tinggi
mampu untuk mandiri tetapi di lain pihak untuk menjadi penyalahguna NAPZA.
remaja belum mampu mempertanggung- Penelitian lain oleh Safaria (2007)
jawabkan tindakannya. Kondisi inilah yang menyebutkan bahwa pengaruh negatif teman
melatarbelakangi remaja usia >18 tahun sebaya sangat menentukan kecenderungan
untuk berperilaku tidak antisipatif terhadap terlibatnya remaja dalam penyalahgunaan
bahaya penyalahgunaan narkoba (Siregar, NAPZA. Semakin kuat pengaruh negatif
2004). teman sebaya, akan menimbulkan dampak
Lingkungan pergaulan remaja berpe- negatif bagi remaja berupa kurang tertarik
ngaruh pada perilaku antisipatif terhadap mengambil langkah-langkah preventif dan
bahaya penyalahgunaan narkoba. Teman mempunyai kepercayaan fatalistik, sehingga
adalah orang yang paling sering menawari meyakini bahwa remaja tidak mampu
narkoba pada pelajar/mahasiswa, terutama melakukan apapun juga untuk mencegah
teman di luar lingkungan sekolah. Teman terjadinya masalah buruk dalam hidupnya.
yang paling banyak untuk menawarkan Pengaruh negatif teman sebaya tidak dipe-
narkoba adalah di rumah teman luar sekolah ngaruhi oleh motivasi berprestasi, tingkat
dan lingkungan sekolah/kampus (BNN, religiusitas dan regulasi emosi remaja,
2012). Sesuai dengan hasil penelitian karena pengaruh negatif teman sebaya
Lestary I dan Sugiharti (2011), adanya teman berhubungan langsung dengan kecende-
yang berperilaku berisiko berpegaruh rungan penyalahgunaan NAPZA.
48 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 41-50

Sebagian besar responden (79,73%) antara lain gangguan psikososial keluarga,


memiliki pengetahuan tinggi tentang bahaya lemahnya pendidikan agama dan bimbingan
penyalahgunaan narkoba. Namun demikian, konseling sekolah serta faktor pergaulan dan
berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan budaya global (Lestari dkk, 2014). Berbeda
bahwa pengetahuan remaja tentang bahaya dengan pendapat Afiatin (2004) yang me-
penyalahgunaan narkoba tidak berpengaruh nyebutkan bahwa aspek kognitif yang di-
pada perilaku antisipatif terhadap bahaya identifikasi berperan penting dalam penya-
penyalahgunaan narkoba. Hasil penelitian ini lahgunaan NAPZA pada remaja adalah
sesuai dengan hasil penelitian oleh Asti rendahnya pengetahuan tentang NAPZA.
(2013) dan penelitian oleh Lestari dkk Sebagian besar responden (67,57%)
(2014) yang menujukkan bahwa pengeta- memiliki sikap positif terhadap bahaya
huan remaja tidak berhubungan dengan penyalahgunaan narkoba. Namun demikian,
penyalahgunaan narkoba. berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan
Ada kecenderungan manusia untuk bahwa sikap remaja terhadap bahaya pe-
menghindari perilaku, sehingga perilaku ti- nyalahgunaan narkoba tidak berpengaruh
dak sesuai dengan sikap atau pengetahuan pada perilaku antisipatif terhadap bahaya
tidak bersesuaian dengan sikap dan perila- penyalahgunaan narkoba. Hasil penelitian ini
ku. Manusia pada dasarnya selalu logis dan berbeda dengan penelitian Asti (2013) yang
terasumsi sehingga berusaha menjaga kon- menemukan adanya hubungan bermakna
sistensi pengetahuan yang telah dimilikinya. antara sikap dengan perilaku penyalah-
Namun ternyata, manusia harus berhadapan gunaan narkoba pada remaja. Perwujudan
dengan kenyataan bahwa perilaku manusia dari perilaku dapat melalui pengetahuan dan
sering tidak rasional, sehingga seseorang sikap, namun suatu sikap belum tentu ter-
yang berpengetahuan baik belum tentu ber- wujud dalam suatu tindakan.Suatu sikap
sikap baik. Seseorang berpengetahuan baik belum otomatis terwujud dalam bentuk
tentang penyalahgunaan narkoba tetapi me- praktik. Untuk mewujudkan sikap menjadi
miliki keinginan coba-coba mengkonsumsi suatu perbuatan yang nyata (praktik) diper-
karena pengaruh lingkungan atau meniru to- lukan faktor pendukung atau kondisi yang
koh yang dianggap panutan, maka sikap dan memungkinkan (Notoatmodjo, 2005;
perilaku yang ditimbulkan dapat berten- Azwar, 2013).
tangan dengan pengetahuan (Anja et al, Sikap didefinisikan sebagai posisi
2010). seseorang pada suatu dimensi afektif atau
Remaja SMK berada pada rentang dimensi bipolar terhadap suatu objek, tin-
usia remaja yang rawan terkena dampak dakan atau kejadian serta predisposisi yang
penyalahgunaan narkoba. Remaja memiliki dipelajari untuk bertindak atau merespon
sifat rasa ingin tahu yang tinggi dan selalu secara konsisten dan mengevaluasi secara
ingin mencoba hal-hal yang baru sehingga positif atau negatif. Dalam Teori Tindakan
rentan dan mudah terjebak oleh perilaku ne- Beralasan (theory of reasoned action) dari
gatif dan menyimpang, termasuk salah satu- Ajzen and Fisbein tahun 1988, sikap
nya penyalahgunaan narkoba. Sebagian be- mempengaruhi perilaku lewat suatu proses
sar remaja menggunakan narkoba karena pengambilan keputusan yang teliti dan
motif ingin tahu, adanya kesempatan dan beralasan, dampaknya terbatas pada tiga
sarana prasarana, ketidakstabilan emosi dan hal: Pertama, perilaku banyak ditentukan
lemahnya mental. Faktor lain yang mendu- oleh sikap spesifik terhadap sesuatu. Kedua,
kung tindakan penyalahgunaan narkoba ini perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap
Muslihatun, Santi, Antisipasi Remaja Terhadap Bahaya... 49

tetapi juga norma subjektif. Norma subjektif Asti,Y. 2013. Hubungan Pengetahuan dan
adalah keyakinan tentang perilaku yang Sikap terhadap Perilaku Penyalah-
diinginkan orang lain. Ketiga, sikap bersa- gunaan Narkoba pada Siswa-siswi
ma norma subjektif membentuk suatu intensi SMP Negeri 4 Kota Pontianak Ta-
atau niat berperilaku tertentu (Adi, 2011) hun 2013. Jurnal Mahasiswa
PSPD FK Universitas Tanjung-
SIMPULAN DAN SARAN pura, Vol. 1 No.1 2014.
Berdasarkan hasil penelitian, maka da- Azwar, S. 2007. Sikap Manusia: Teori dan
pat ditarik suatu kesimpulan bahwa jenis Pengukurannya. Pustaka Pelajar:
kelamin, umur dan lingkungan pergaulan Yogyakarta.
remaja berpengaruh terhadap perilaku anti- BNN, 2012. Ringkasan Eksekutif, Survei
sipatif remaja terhadap bahaya penyalah- Nasional Perkembangan Penya-
gunaan narkoba. Disarankan kepada keluar- lahgunaan dan Peredaran Gelap
ga, sekolah dan pihak-pihak yang peduli Narkoba pada Kelompok Pela-
dengan pemberantasan penyalahgunaan dan jar/Mahasiswa di Indonesia Ta-
peredaran gelap narkoba di Indonesia agar hun 2011. Jakarta: BNN.
lebih memperhatikan remaja laki-laki, re-
maja pada masa remaja akhir dan mencip- BNN, 2015. Laporan Akhir Survei Na-
takan lingkungan pergaulan remaja yang baik sional Perkembangan Penyalah-
sehingga remaja mempunyai perilaku guna Narkoba Tahun Anggaran
antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan 2014. Jakarta: BNN.
narkoba. BNNP DIY, 2015, Laporan Tahunan Ba-
dan Narkotika Nasional Propinsi
DAFTAR RUJUKAN DIY Tahun 2014. Yogyakarta:
Adi TN. 2011. Wanita dan Deteksi Dini BNNP DIY.
Kanker Serviks (Studi Korelasional Handayani, S. 2011. Pengaruh Keluarga,
antara Sikap dan Norma Subjektif Masyarakat dan Pendidikan ter-
dengan Intensi Wanita Dewasa da- hadap Pencegahan Bahaya Nar-
lam Pemeriksaan Deteksi Dini Kan- koba di Kalangan Remaja. Tesis
ker Serviks). Acta Diurna, Vol.7 Diterbitkan. Jakarta: Pascasarjana
No.2 2011. 15-27. Program Studi Pengkajian Keta-
Afiatin, T. 2004. Pengaruh Program Ke- hanan Nasional UI.
lompok ‘AJI” dalam Peningkatan Hidayaningsih, P.S., dkk., 2011. Faktor-
Harga Diri, Asertivitas dan Pengeta- faktor yang Berhubungan dengan
huan Mengenai NAPZA untuk Pre- Perilaku Berisiko Remaja Kota
vensi Penyahgunaan NAPZA pada Makassar Tahun 2009. Buletin
Remaja. Jurnal Psikologi, No.1 Penelitian Kesehatan, Vol. 39 No.
2004: 28-54. 2 2011: 88-98.
Anja, C., dkk.. 2010. Tobacoo, Cannabis Hidayati, P.E., dkk., 2012. Gambaran Pe-
and Other Illicit Drug Use among ngetahuan dan Upaya Pencegahan
Finish Adolescents Twins: Causal terhadap Penyalahgunaan Narkoba
Relationship or Causal Liabilities. pada Remaja di SMK Negeri 2
Journal of Studies on Alcohol and Sragen. Jurnal Gaster, Vol.9 No.1
Drugs, Vol. 71: 5-14. Februari 2012.
50 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 41-50

Kemenkes RI, 2014. Peraturan Menteri Notoatmodjo, S. 2005. Pendidikan dan


Kesehatan RI No. 13 Tahun 2014 Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta:
tentang Perubahan Penggolong- Jakarta.
an Narkotika. Jakarta: Kemenkes Presiden RI, 2009. Undang-Undang No.
RI. 35 Tahun 2009 tentang Jenis-
Lestari, I., dkk. 2014. Hubungan Pengeta- jenis Narkoba
huan, Sikap Siswa dan Pekerjaan Safaria, T. 2007. Kecenderungan Penya-
Orangtua tentang Narkoba pada lahgunaan NAPZA ditinjau dari
Siswa SMA Negeri 1 Takalar. Jur- Tingkat Religiusitas, Regulasi Emo-
nal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, si, Motif Berprestasi, Harga Diri,
Vol. 5 No. 2 Tahun 2014. Keharmonisan Keluarga dan Pe-
Lestary, H., dkk., 2011. Perilaku Berisiko ngaruh Negatif Teman Sebaya. Jur-
Remaja di Indonesia menurut Sur- nal Humanitas, Vol.4 No.1. Janu-
vey Kesehatan Reproduksi Remaja ari 2007: 13-24.
di Indonesia (SKRRI) Tahun 2007. Siregar, M. 2004. Faktor-faktor yang Mem-
Jurnal Kesehatan Reproduksi, pengaruhi Penyalahgunaan Narko-
Vol. 1 No. 3. Agustus 2011: 136- tika pada Remaja. Studi Deskriptif
144. di Panti Sosial Pamardi Putra
Muadz, M. dkk, 2006. Panduan Pe- “Insyaf” Medan. Jurnal Pemberda-
ngelolaan Pusat Informasi dan yaan Komunitas, Vol.3 No.2 Mei
Konseling Kesehatan Reproduksi 2004: 100-105.
Remaja (PIK-KRR), Direktorat United Nations Office on Drugs and Crime
Remaja dan Perlindungan Hak-hak (UNODC). 2015. World Drug Report
Reproduksi. Jakarta: BKKBN. 2014, United Nations, New York.
FAKTOR PENGHAMBAT PENCAPAIAN INDEKS PRESTASI
PADA MAHASISWA DIII KEBIDANAN
STIKES ‘AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2010

Endang Koni Suryaningsih, Sjafiq


STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
E-mail: konnywae@yahoo.co.id

Abstract: This research aimed to explore the factors that inhibit


the academic achievement of midwifery’s student at 5th grade in
‘Aisyiyah Health Science Institute of Yogyakarta 2010. A qualitative
research with phenomenological approach according to in-depth
Furthermore, internal inhibit, external inhibit, and learning style
were found as the factors that inhibit the students to gained the
academic achievement. However, the internal inhibit factor consists
of two themes were psychology, and physiology. Then, the external
inhibit factor consist of one theme was social environment.
Furthermore, learning style consist of one theme was surface
learning. Learning process was felt something bored for the
participants; finally, they loosed their enthusiasm to learn and failed
to accomplish the best result in their academic achievement.

Keywords: Student, Academic Achievement.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor


penghambat pencapaian indeks prestasi pada mahasiswa semester lima
pada program studi DIII Kebidanan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
tahun 2010. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi berdasarkan wawancara mendalam. Tehnik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling. Hasil dari wawancara
mendalam didapatkan bahwa ada tiga faktor yang menjadi penghambat
mahasiswa dalam mencapai indeks prestasi, yaitu faktor internal, faktor
eksternal dan gaya belajar. Faktor internal terdiri dari dua tema yaitu
psikologis dan fisiologis. Sedangkan faktor eksternal hanya terdiri dari
lingkungan sosial. Kemudian gaya belajar terdiri dari satu tema yaitu
gaya belajar permukaan (surface). Proses pembelajaran didalam kelas
yang dirasa kurang menarik dan membosankan, menjadi salah satu factor
yang menurunkan semangat partisipan untuk belajar.

Kata Kunci: Mahasiswa, Indeks Prestasi.


52 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 51-63

PENDAHULUAN Adapun ketentuan yang berlaku dalam


Perguruan tinggi merupakan salah satu proses evauasi hasil studi mahasiswa adalah
bentuk proses pendidikan formal. Keber- apabila pada evaluasi dua semester pertama
hasilan pendidikan pada suatu institusi tidak memperoleh IP minimal 2,50 maha-
perguruan tinggi salah satunya dapat diukur siswa diberi peringatan lisan. Apabila pada
dari penilaian akademik mahasiswa selama evaluasi empat semester pertama tidak mem-
menempuh pendidikan di institusi tersebut. peroleh IP minimal 2,50 dari sekurang-
Penilaian akademik mahasiswa melalui tahap kurangnya 20 SKS terbaik, maka mahasis-
evaluasi proses pembelajaran, yang tujuan- wa disarankan mengundurkan diri. Dan apa-
nya untuk mengetahui perkembangan dan bila evaluasi pada enam semester pertama
kemajuan dari proses pendidikan. Evaluasi tidak memperoleh IP minimal 2,50 dari
pendidikan dan pengajaran adalah proses sekurang-kurangnya beban studi yang diper-
kegiatan untuk mendapatkan informasi data syaratkan, mahasiswa diberi kesempatan
mengenai hasil belajar mengajar siswa dan memperbaiki hingga akhir masa studi.
mengolahnya menjadi nilai berupa data Kurikulum di STIKes ‘Aisyiyah
kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan stan- Yogyakarta disusun berdasarkan SK
dar tertentu (Widoyoko, 2014). Hasilnya Mendiknas No. 232/U/2000 tentang Pe-
digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan doman Penyusunan Kurikulum Pendidikan
secara akademik bagi kemajuan belajar Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Maha-
mahasiswa yaitu berupa indeks prestasi (IP) siswa dan SK Mendiknas No.045/U/2002
akademik, baik secara semester maupun tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi.
kumulatif. IP semester (IPS) adalah Mata kuliah yang diajarkan pada DIII
sekumpulan nilai mata kuliah yang dihasilkan Kebidanan mencakup Mata Kuliah Berkar-
mahasiswa pada setiap semester, sedangkan ya, Mata Kuliah Perilaku Berkarya, Mata
IP kumulatif (IPK) adalah akumulasi IP yang Kuliah Pengembangan Keilmuan dan
dihasilkan oleh mahasiswa dari semester Ketrampilan, Mata Kuliah Keilmuan dan
awal hingga semester akhir dalam menem- Ketrampilan, dan Mata Kuliah Berkehi-
puh sebuah jenjang pendidikan. dupan Bermasyarakat.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyi- Menurut Tampubolon (2008), IPK
yah Yogyakarta (STIKes ‘Aisyiyah Yk) merupakan salah satu atribut dalam menen-
melakukan evaluasi hasil studi mahasiswa tukan suatu mutu sebuah Perguruan Tinggi,
sebagai pengukuran tingkat keberhasilan nilai IPK yang baik didapatkan dari nilai IPS
mahasiswa dalam proses belajar mengajar yang baik pula. Nilai IPS rendah maka akan
yang diselenggarakan oleh masing-masing mempengaruhi nilai IPK sebagai salah satu
program studi. Pengukuran keberhasilan indikator keluaran. Secara ideal, selama pro-
studi mahasiswa ditentukan dengan ses pembelajaranya, mahasiswa tidak meng-
mengukur Indeks Prestasi (IP). IP merupa- alami masalah yang berarti dalam mencapai
kan angka yang menunjukkan prestasi atau prestasi belajar. Fakta dilapangan bahwa
kemajuan belajar mahasiswa pada setiap dalam perjalanan proses pembelajaran, ma-
semester yang dilalui mahasiswa sesuai de- hasiswa dapat menemui berbagai masalah
ngan jumlah SKS yang diambil pada yang berpotensi menjadi sebuah hambatan.
semester tersebut (Buku Panduan Aka- Sedangkan menurut Syah (2008), salah satu
demik, 2009). Evaluasi pendidikan maha- indikator bahwa mahasiswa mengalami
siswa kebidanan program DIII dilakukan hambatan dalam belajar adalah nilai yang
pada akhir semester dua, empat, dan enam. diperoleh berada di bawah rata-rata nilai
Suryaningsih, Sjafiq, Faktor Penghambat Pencapaian... 53

kelas. Dengan demikian, mutu institusi akan informasi mengenai: 1) penjelasan manfaat
menjadi buruk. penelitian; 2) penjelasan kemungkinan
Dampak akhirnya, kepercayaan ma- resiko dan ketidaknyamanan yang mungkin
syarakat terhadap institusi tersebut cende- ditimbulkan; 3) penjelasan manfaat pene-
rung akan menurun. Berdasarkan wawan- litian yang didapatkan; 4) persetujuan peneliti
cara terhadap delapan mahasiswa kebi- menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
danan semester V pada Bulan Desember partisipan berkaitan dengan prosedur pene-
2009, tiga diantaranya memiliki nilai IPS litian; 5) persetujuan partisipan dapat meng-
kurang dari 2,50 saat mereka menempuh undurkan diri kapan saja.
semester IV. Data dari bagian akademik Wawancara dilakukan selama kurang
mencatat bahwa nilai rata-rata IP dari 212 lebih 20-30 menit. Proses wawancara
mahasiswa semester IV tahun ajaran 2008/ dipandu dengan daftar wawancara yang
2009 adalah 3,16 dengan nilai IP tertinggi berisi pertanyaan untuk menggali faktor-
3,71 dan terendah 1,86. Sebanyak 45% faktor yang menghambat partisipan dalam
(97) mahasiswa memiliki nilai dibawah rata- mencapai standar minimum indeks prestasi
rata. Berangkat dari uraian diatas, maka akademik selama proses belajar yang telah
dilakukan suatu penelitian yang mengiden- ditempuh. Jenis pertanyaan yang diajukan
tifikasi sekaligus menganalisis faktor peng- peneliti adalah pertanyaan terbuka sehingga
hambat pencapaian indeks prestasi semester memberikan kebebasan kepada partisipan
pada mahasiswa DIII kebidanan semester untuk menjawab pertanyaan peneliti secara
VI di STIKes ‘Aisyiyah Yogyakarta tahun deskripsi.
ajaran 2009/ 2010. Analisis data pada penelitian ini dilaku-
kan peneliti langsung setelah mengumpulkan
METODOLOGI PENELITIAN data dari masing-masing partisipan menggu-
Penelitian ini menggunakan pende- nakan langkah dari Colaizzi (cit Wantonoro,
katan kualitatif phenomenological dengan 2008) adalah sebagai berkut: 1) mencatat
pengumpulan data utama melalui wawan- data yang diperoleh; 2) membaca hasil trans-
cara mendalam (in-depth interview) (Male- krip berulang-ulang untuk memperoleh ide
ong, 2006). Pengambilan sampel mengguna- yang dimaksud partisipan dari hasil transkrip;
kan tehnik non probability purposive sam- 3) memilih dari kutipan kata dan pernyataan
pling dengan kriteria inklusi: mahasiswa yang berhubungan dengan fenomena yang
kebidanan yang telah menempuh lima diteliti; 4) mencoba memformulasikan
semester, memiliki nilai indeks prestasi < makna untuk masing-masing pernyataan
2,50 pada semester IV, dan bersedia menja- yang signifikan; 5) mengulang proses ini
di partisipan. Jumlah sampel didasarkan untuk semua hasil traskrip dari respoden
pada tingkat pemenuhan kebutuhan infor- untuk menentukan kategori data; 6)
masi yang ingin dicapai dalam penelitian selanjutnya peneliti akan mengintegrasikan
(Bungin, 2003). hasil secara keseluruhan kedalam bentuk
Alat yang digunakan dalam penelitian deskriptif naratif; dan 7) sebagai langkah
selama proses wawancara adalah tape akhir peneliti kembali menemui partisipan
recorder. Sebelum melakukan pengumpulan untuk klarifikasi data hasil wawancara
data, peneliti melakukan pendekatan berupa transkrip yang telah dibuat untuk
personal terhadap calon partisipan berdasar- partisipan, untuk memastikan apakah sudah
kan kriteria inklusi yang telah ditentukan. sesuai atau tidak sesuai dengan apa yang
Hak partisipan diantaranya mendapatkan disampaikan oleh partisipan.
54 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 51-63

Keabsahan data dilakukan dengan dari enam kategori yaitu: pasrah terhadap
metode triangulasi, yaitu teknik peme- nilai, bersikap tertutup (close minded),
riksaan keabsahan data yang memanfaat- penolakan (denial), menumpuk masalah,
kan sesuatu yang lain, diluar data untuk ke- tidak fokus, dan putus asa. Sikap pasrah
perluan pengecekan atau sebagai pemban- terhadap nilai dapat diverbalkan oleh salah
ding terhadap suatu data (Maleong, 2004). seorang partisipan berikut ini:
Peneliti melakukan triangulasi dengan “…nilai segitu, ya udahlah..” (R3).
membandingkan dan mengecek balik dera- Partisipan yang lain juga menyam-
jat kepercayaan suatu informasi yang dipe- paikan hal yang sama yaitu:
roleh melalui waktu dan alat yang berbeda “…kalo hasilnya segitu ya udah…”(R1).
dalam metode kualitatif. Partisipan tersebut juga mengungkap-
kan pernah pergi dari rumah tanpa seijin dan
HASIL DAN PEMBAHASAN sepengetahuan orangtua karena merasa
Berdasarkan sampel yang telah diten- putus asa dengan keadaan yang sedang dija-
tukan, terdapat 10 partisipan. Pada proses lani. Hal ini diverbalkan sebagai berikut:
pendekatan terhadap partisipan, 4 orang “…pokoknya aku mutung (putus asa),
menolak untuk menjadi partisipan dan 3 aku sempet minggat dari rumah seming-
orang tidak dapat dihubungi, sehingga pada gu…” (R1).
tahap akhir, 3 orang bersedia untuk menjadi Partisipan yang lain menyatakan ada-
partisipan. Usia partisipan antara 21-23 nya pemaksaan dari orangtua ketika masuk
tahun. Seluruh partisipan berdomisili di kota ke kebidanan sehingga timbul perasaan
Yogyakarta. Dua orang partisipan sedang menolak dan menghindari kenyataan. Se-
menjalani praktik klinik kebidanan dan satu perti pernyataan yang disampaikan parti-
orang lainnya sedang tidak memiliki aktivitas sipan berikut ini:
yang berhubungan perkuliahan karena nilai “…kayaknya ada rasa kesel (jengkel)
tidak memenuhi syarat dan ketentuan yang gt, kenapa sih saya dipaksa-paksa masuk
berlaku untuk menempuh praktik klinik sini...”(R3).
selanjutnya. Partisipan lain mengungkapkan adanya
Setelah melakukan analisis data de- penyesalan sehingga terdapat indikasi peno-
ngan mengunakan metode studi fenomeno- lakan terhadap kenyataan bahwa ia sedang
logi seperti yang dikembangkan oleh menjalani aktivitas sebagai mahasiswa bi-
Collaizzi (cit, Wantonoro 2008), maka dan. Seperti yang dikutip dari partisipan
peneliti mengidentifikasi tiga faktor peng- berikut ini:
hambat mahasiswa dalam mencapai standar “...jadi kayak nyesel gitu...kayaknya apa
minimum indeks prestasi akademik. yang ta (di) inginin tuh beda ama kenya-
taannya...” (R1).
1. Tereksplorasinya faktor penghambat Namun, partisipan tersebut menyatakan
internal mahasiswa DIII Kebidanan tidak fokus terhadap mata kuliah kebidanan
semester V dalam mencapai indeks namun justru lebih menikmati ketika
prestasi mempelajari bidang yang diinginkan seperti
Tema 1: Psikologis yang disampaikan partisipan berikut ini:
Tema Psikologis terbentuk dari empat sub “…saya malah cenderung belajar diluar
tema yaitu: kebidanan daripada kebidanan itu
Sub tema 1.1: Sikap sendiri….saya lebih enjoy belajar bahasa
Pembentukan sub tema Sikap terdiri Inggris…”(R3).
Suryaningsih, Sjafiq, Faktor Penghambat Pencapaian... 55

Partisipan lainnya mengungkapkan hal diantaranya adalah tidak adanya minat


yang sama, seperti kutipan berikut ini: terhadap bidang yang sedang dijalani, me-
“…kalo aku jalani apa yang aku suka numpuk masalah, moody (suasana hati yang
tuh seneng..(sambil menunjuk hasil tidak menentu), dan merasa terpaksa de-
karyanya di dinding kamar kos berupa ngan apa yang sedang dijalani.
hasil karya seni)..”(R1). Sikap negatif ini menurut Syah (2008),
Ketidakmampuan dalam menyele- merupakan petanda awal yang kurang baik
saikan masalah sehingga masalah semakin bagi proses belajar mahasiswa tersebut. Hal
bertumpuk, juga mempengaruhi sikap negatif ini menjadi lebih parah apabila diiringi dengan
partisipan terhadap aktivitas kuliah yang rasa kurang simpatik terhadap subjek (sese-
sedang dijalani. Hal tersebut seperti dinya- orang), objek (mata kuliah) atau apapun
takan sebagai berikut : yang ada disekitarnya. Kemudian, hal ini
“...banyak banget masalah...” (R1). akan menimbulkan kesulitan belajar bagi
“...masalah makin menumpuk kayak ada mahasiswa.
rasa kesel gitu...”(R3). Partisipan yang menyatakan apabila
Sikap tertutup terhadap orang lain suasana hatinya sedang tidak nyaman, maka
sehingga memendam pilihan studi didalam partisipan dapat lampiaskan kepada kegi-
hati diungkapkan partisipan sebagai berikut: atan perkuliahan. Artinya bahwa, ketika par-
“…aku takut sih orangnya….sebenere tisipan sedang memiliki suatu masalah yang
dari kecil aku gak terbiasa ngomong aku dapat menganggu perasaan dan pikirannya,
tuh pengennya apa…”(R1). maka partisipan merasa jengkel, dan timbul
Partisipan yang lain menyampaikan rasa malas yang pada akhirnya akan ber-
bahwa ia tidak suka bercerita masalahnya dampak pada menurunnya prestasi belajar
kepada orang lain, seperti yang diungkapkan partisipan tersebut. Perasaan jengkel yang
berikut ini: diungkapakan dilatar belakangi adanya
“…saya gak pernah cerita-cerita ke perasaan terpaksa karena dari awal parti-
keluarga, cuma sekarang-sekarang aja sipan tidak memberikan respon terhadap
karena emang dari dulu saya cenderung jurusan yang dijalaninya.
tertutup orangnya…”(R3).
Berdasarkan uraian diatas, keseluruhan Sub Tema 1.2 : Minat
kategori tersebut membentuk sub tema si- Sub tema minat terdiri dari satu
kap negatif dari partisipan sehingga mampu kategori yaitu bidang yang diinginkan adalah
menjadi penghambat dalam belajar yang bidang selain kebidanan yaitu: seni, hubungan
berakibat pencapaian indeks prestasi diba- internasional dan sastra inggris. Seperti yang
wah standar. Menurut Syah (2008), sikap disampaikan berikut:
adalah gejala internal yang berdimensi afektif “....ya pokoknya aku kalo gak ke bahasa
berupa kecenderungan untuk mereaksi atau ya ke seni-seni gitu lo...”(R1).
merespon (response tendency) dengan cara Kecenderungan terhadap pilihan mi-
yang relatif tetap terhadap objek orang, natnya sendiri juga disampaikan partisipan
barang dan sebagainya baik secara positif lain, seperti yang diungkapkan:
maupun negatif. “...saya dulu pengen bener-bener masuk
Berdasarkan hasil analisa wawancara HI (Hubungan Internasional) kalo gak
tersebut, sikap yang ditunjukkan oleh parti- Sastra Inggris...”(R3).
sipan adalah termasuk ke dalam sikap yang Dalam kategori minat, teridentifikasi
bersifat negatif. Sikap negatif tersebut satu kategori yaitu bidang studi. Secara
56 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 51-63

sederhana, minat berarti kecenderungan perhatian dari partisipan, maka tidak akan
yang tinggi atau keinginan yang besar tercipta keinginan untuk mendalami pelajaran
terhadap sesuatu. Menurut Syah (2008), di kebidanan sehingga tidak akan terwujud
minat tidak termasuk istilah populer dalam prestasi belajar yang diharapkan. Menurut
psikologi karena ketergantungannya yang Syah (2008), pendidik seharusnya berusaha
banyak pada faktor-faktor internal lainnya membangkitkan minat mahasiswa untuk
seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, menguasai pengetahuan yang terkandung
motivasi, dan kebutuhan. Namun terlepas dalam bidang studinya dengan strategi yang
dari masalah populer atau tidak, minat kurang lebih sama dengan kiat membangun
seperti yang dipahami dan dipakai oleh sikap positif. Seperti halnya keadaan yang
orang selama ini dapat mempengaruhi terjadi pada diri partisipan, dimana sejak
kualitas pencapaian hasil belajar mahasiswa awal mereka tidak memiliki minat untuk
dalam bidang-bidang studi tertentu. Sebagai masuk dalam jurusan kebidanan seperti
contoh seorang mahasiswa yang menaruh yang diharapkan oleh orangtua mereka,
minat besar terhadap telematika akan maka hal ini akan menimbulkan perasaan
memusatkan perhatiannya lebih banyak menolak dengan apa yang sedang dijalani
daripada mahasiswa lainnya. Kemudian karena bertentangan dengan apa yang
karena pemusatan perhatian yang intensif diinginkan.
terhadap materi itulah yang memungkinkan Sedangkan partisipan justru merasa
mahasiswa tadi untuk belajar lebih giat, dan lebih nyaman dan menikmati serta dapat
akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. melakukan pemusatan perhatian terhadap
Partisipan mengungkapkan bahwa ia bidang selain daripada ruang lingkup kebi-
lebih cenderung banyak belajar tentang danan. Partisipan lebih memiliki energi
bidang studi yang diminati meskipun ketika bersinggungan dengan bidang yang
berbeda dengan bidang studi yang sedang mereka inginkan.
dijalani. Sementara partisipan yang lain
menyatakan ia sangat rentan terhadap Tema 1.3 : Motivasi Intrinsik
kejenuhan aktivitas kuliah, disebabkan tidak Tema Motivasi secara intrinsik terben-
memiliki minat dengan kegiatan tersebut. Hal tuk dari lima kategori yaitu: rasa malas, tidak
ini berbanding terbalik ketika peneliti sreg sejak awal, moody, tidak mampu
menanyakan tentang bidang apa yang mengatasi masalah, dan tidak bertanggung
sesungguhnya diminati oleh partisipan, maka jawab.
dengan antusias partisipan bercerita dan Tidak adanya tanggungjawab parti-
merasakan menikmati kegiatan yang sipan terhadap keadaan yang sedang dijalani
berhubungan dengan minatnya yaitu, seni, memperburuk motivasi yang ada dalam
bahasa inggris, ataupun diplomasi. dirinya. Hal ini disampaikan oleh partisipan
Bahkan salah seorang partisipan sebagai berikut:
nampak senang ketika peneliti memberikan “… aku tu emang orang yang paling gak
apresiasi atau pujian terhadap hasil karya tanggungjawab kayak gini, contohnya
seni yang nampak di dinding kamar kos kasusku ini...”(R1).
partisipan. Pemusatan perhatian yang Rasa malas yang timbul dikarenakan
dilakukan partisipan terhadap bidang studi tidak adanya rasa nyaman sejak awal masuk
yang diminati akan memberikan semangat kuliah, sehingga ia tidak memiliki motivasi
mahasiswa untuk menghasilkan suatu karya belajar yang baik. Seperti yang disampaikan
yang positif. Dengan tidak adanya pemusatan partisipan berikut ini :
Suryaningsih, Sjafiq, Faktor Penghambat Pencapaian... 57

“.....males..karena gak seneng aja de- bersemangatnya mahasiswa dalam mela-


ngan sekarang ini….dengan keadaannya, kukan proses pembelajaran. Motivasi intrin-
dengan bidangnya….ya karena awal sik adalah keadaan yang berasal dari dalam
mulanya gak sreg…”(R1). diri mahasiswa sendiri yang dapat mendo-
Ungkapan yang sama disampaikan partisipan rongnya dalam belajar. Termasuk dalam
lain, seperti kutipan sebagai berikut: motivasi intrinsik mahasiswa adalah perasaan
“...kalo dari diri saya sendiri sih itu yang menyenangi materi dan kebutuhannya ter-
jelas ada rasa males….saya gak berke- hadap materi tersebut. Kenyataannya,
inginan untuk masuk kebidanan…”(R3). partisipan tidak melebur dengan bidang studi
Partisipan lain mengatakan rasa malas yang dijalani yang kemudian mengarah pada
yang timbul hanya sekedar rasa malas dari ketidaksenangan terhadap mata kuliah
diri sendiri tanpa latar belakang apapun, kebidanan.
seperti ungkapan yang disampaikan berikut Penelitian ini mengungkapkan fakta
ini : bahwa tidak adanya rasa tanggungjawab
“…kalo dari dalem tuh dah jelas, kayak- mendorong partisipan untuk bertindak se-
nya males…”(R2). cara ekstrim. Salah seorang partisipan terse-
Salah seorang partisipan mengung- but hingga memutuskan untuk pergi dari
kapkan bahwa ia orang yang memiliki emosi rumah selama seminggu sehingga tidak
yang tidak stabil sehingga apabila merasa mengikuti kegiatan perkuliahan tanpa seijin
emosinya tidak sedang dalam keadaan baik, dan sepengetahuan dari pihak pendidik dan
maka ia tidak mau melakukan kegiatan orangtua. Selain dari dorongan negatif secara
apapun terutama belajar ataupun masuk internal, tindakan tersebut juga dipicu karena
kuliah. Kutipannya sebagai berikut: partisipan merasa jenuh dan berasumsi bah-
“...cuman angger mangkel males ngopo- wa ia tidak memiliki tanggungjawab terha-
ngopo (kalau sedang jengkel malas dap perkuliahan yang ia jalani.
melakukan apa-apa)...”(R1). Timbulnya rasa tidak bertanggung ja-
Ungkapan tersebut diperkuat dengan wab tersebut menimbulkan rasa malas bagi
pernyataan: partisipan. Sedangkan rasa malas tidak akan
“...Mood-mood an aku tuh orangnya memberikan energi bagi mahasiswa untuk
(moody)...”(R1). melakukan kegiatan belajar secara mak-
Sensasi mood yang dirasakan juga simal. Partisipan juga menyatakan bahwa
turut mempengaruhi kegiatan belajar masalah yang ditunda penyelesaiannya dan
partisipan ini, seperti yang disampaikan merasa tidak mampu untuk dipecahkan,
sebagai berikut: telah memperburuk motivasi dalam dirinya.
“…belum pernah aku yang gak mood Menurut Wilson & Linda (2003),
apa gitu, tapi belajarnya gak faktor intrinsik bisa diposisikan sebagai
kepengaruh…” (R1). faktor pendukung maupun faktor pengham-
Menurut Nazirudi et.al. (2007), pe- bat dalam proses belajar. Selain yang dise-
ngertian dasar motivasi ialah keadaan internal butkan diatas, keputusan apakah seseorang
organism -baik manusia maupun hewan- menyelesaikan kuliah atau tidak, menurut
yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Papalia (2009), bahwa tidak hanya tergan-
Dalam pengertian ini motivasi berarti pema- tung dari motivasi, bakat akademis,
sok daya (energizer) untuk bertingkah laku persiapan, dan kemampuan untuk bekerja
secara terarah. Kekurangan atau ketiadaan mandiri. Namun juga tergantung pada
motivasi akan menyebabkan kurang integrasi dan dukungan sosial, serta
58 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 51-63

dukungan finansial, kecocokan dengan di kebidanan adalah datang dari orangtua


pengaturan, kualitas interaksi sosial dan tanpa menanyakan jurusan apa yang sesung-
akademis, serta kecocokan antara yang guhnya diinginkan. Syah (2008) menyata-
ditawarkan oleh perguruan tinggi dan apa kan, bahwa motivasi ekstrinsik yang dialami
yang mahasiswa inginkan dan butuhkan. oleh mahasiswa tidak cukup memberikan
kontribusi penguatan secara kuat seperti
Sub tema 1.4 : Motivasi Ekstrinsik pada motivasi intrinsik. Terlebih lagi motivasi
Motivasi dari luar atau ekstrinsik terdiri tersebut datang dari orangtua tanpa membe-
dari motif masuk bidan yang berasal dari rikan pujian maupun hadiah kepada parti-
orangtua partisipan. Partisipan menyam- sipan sehingga yang dilakukan hanyalah
paikan dorongan terkuat untuk masuk bidan bertahan dari situasi yang tidak menyenang-
adalah dari orangtuanya, seperti yang kan. Karena menurut Wilson & Linda
disampaikan partisipan berikut ini : (2003), motivasi ekstrinsik mampu membe-
“.....Yang paling mendorong ya rikan pengaruh yang berarti terhadap ke-
orangtualah...”(R1). inginan mahasiswa dalam mencapai prestasi
Hal yang sama juga disampaikan belajar yang baik apabila diikuti dengan
partisipan lainnya : keinginan untuk mendengarkan dan rewards
“...sebenerya yang paling utama itu yang diberikan orangtua kepada anaknya.
orangtua...”(R2).
Partisipan lain juga menyampaikan hal yang Tema 2: Aspek Fisiologis
sama seperti yang disampaikan berikut ini: Tema ini dibentuk dari satu kategori
“...yang paling memotivasi saya untuk yaitu faktor kelelahan secara fisik yang dia-
masuk di kebidanan ini orangtua yang lami oleh partisipan. Padatnya jadwal kuliah
jelas, maksudnya keinginan dari orang- dari pagi hingga sore hari menimbulkan rasa
tua...”(R3). lelah pada partisipan sehingga sisa waktu
Hasil penelitian ini menemukan bahwa yang digunakan hanya untuk beristirahat,
salah satu motivasi ekstrinsik adalah adanya seperti yang disampaikan partisipan berikut:
motif masuk pendidikan bidan muncul dari “…kadang-kadang pulang tuh dah
orangtua partisipan. Adapun partisipan lain- capek kayak gitu..” (R2).
nya menyatakan bahwa pilihan yang diberi- Menurut Syah (2008), bahwa kondisi
kan orangtua untuk masuk di pendidikan umum jasmani dan tonus (tegangan otot)
bidan tidak diikuti dengan memberikan yang menandai tingkat kebugaran organ-
pilihan bidang studi lain. Hal ini menimbulkan organ dan sendi-sendinya dapat mempe-
rasa terpaksa karena bertentangan dengan ngaruhi semangat dan intensitas mahasiswa
yang diinginkan oleh partisipan. Menurut dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ
Nazirudi et al (2007), motivasi ekstrinsik tubuh yang lemah apalagi jika disertai pusing-
adalah hal dan keadaan yang datang dari pusing kepala misalnya, dapat menurunkan
luar individu mahasiswa yang juga mendo- kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi
rongnya untuk melakukan kegiatan belajar. yang dipelajarinya pun kurang atau tidak
Pujian dan hadiah, suri tauladan orangtua berbekas. Untuk mempertahankan tonus
merupakan contoh konkrit motivasi ektrinsik jasmani agar tetap bugar, mahasiswa dian-
yang dapat menolong mahasiswa untuk jurkan untuk mengkonsumsi makanan dan
belajar. minuman yang bergizi. Selain itu siswa juga
Partisipan mengungkapkan bahwa dianjurkan untuk memilih pola istirahat dan
keinginan terkuat dan terbesar untuk sekolah olahraga ringan sedapat mungkin terjadwal
Suryaningsih, Sjafiq, Faktor Penghambat Pencapaian... 59

secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini “...kebanyakan sih masalah intern, ya
penting sebab perubahan pola makan-minum masalah temen, kayak gitu....” (R1).
dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus Kebiasaan menyontek dari temen-
yang negatif dan merugikan semangat mental temen sekelasnya mempengaruhi partisipan
siswa itu sendiri. untuk tidak belajar dengan maksimal karena
Pada kondisi partisipan, konsekuensi dianggapnya nilai hanyalah sebuah orientasi
yang harus dijalani adalah berkurangnya wak- akhir, bukan proses. Reponden memver-
tu belajar karena digunakan untuk beristirahat balisasikan hal tersebut sebagai berikut:
secara fisik selepas dari kuliah. Dengan “…nek aku liat temen-temen sekelasku
keadaan yang demikian, partisipan diha- misale nilainya segini, trus dia gak puas
rapkan dapat mengatur waktu untuk tetap trus protes gitu, ngapain lho……kalo mi-
dapat melakukan aktivitas kuliah secara rutin, salnya lagi pada ujian pada nyontek
menyempatkan waktu untuk istirahat secara kayak gitu, ……….kayake ki nek menu-
teratur dan yang paling utama adalah rutku pengen dapet nilai bagus gitu di
kesempatan waktu belajar untuk dapat sekolahan gampang banget, cuma aku
meningkatkan prestasi belajar. Sehingga orangnya bukan yang kayak gitu…”(R1).
ketiga hal tersebut dapat berjalan secara Adaptasi terhadap lingkungan belajar
seimbang tanpa harus mengorbankan satu yang lambat juga mempengaruhi faktor
kepentingan diatas kepentingan yang lain. penghambat secara eksternal dalam penca-
paian standar indeks prestasi. Hal ini dise-
2. Tereksplorasinya faktor penghambat babkan karena masih terbawa dengan sua-
eksternal mahasiswa DIII Kebi- sana santai “menerima ilmu” ketika di
danan semester V dalam mencapai sekolah menengah yang berbeda jauh de-
indeks prestasi ngan “mencari ilmu” ketika sudah di bangku
Faktor penghambat eksternal yang kuliah. Seperti yang diungkapkan partisipan
dialami partisipan didapatkan dua tema yang berikut:
akan diuraikan di bawah ini. “…ya pas awal-awal kuliah masih ter-
bawa santai gitu kan...padahal kan ber-
Tema 3: Lingkungan sosial beda sebenernya…maksudnya kalau
Terbentuknya tema lingkungan sosial kuliah istilahnya kita yang lebih aktif,
adalah dari kategori teman dan adaptasi ter- kalau SMA kan kita menerima…”(R2).
hadap lingkungan belajar. Partisipan meng- Hasil wawancara menunjukkan ling-
ungkapakan sulitnya menolak ajakan teman kungan sosial turut berpengaruh terhadap
untuk jalan-jalan karena ia sendiri juga ingin prestasi belajar partisipan. Yang termasuk
menghabiskan waktu belajar dengan seke- dalam lingkungan sosial adalah teman seba-
dar bermain bersama teman-teman SMA ya, baik di lingkungan kampus maupun selain
dulu. Seperti yang diungkapkan partisipan lingkungan kampus. Menurut Santrock
berikut: (2009), teman sebaya adalah teman dengan
“…biasanya temen dari SMA ngajak usia dan tingkat kedewasaan yang kurang
ketemuan gitu….gak menolak soalnya lebih sama. Interaksi teman sebaya dalam
lagi pengen aja jalan…”(R2). lingkungan yang sama memainkan peran
Partisipan menyampaikan hubungan khusus. Seperti yang dikemukakan oleh
yang kurang baik dengan teman sebaya yang salah satu partisipan bahwa problematika
membuat mood nya tidak baik, seperti yang yang dialami dengan teman sebaya telah
diungkapkan sebagai berikut: mampu membuatnya kehilangan semangat
60 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 51-63

untuk belajar. Sehingga, dapat dikatakan mempengaruhi motivasi belajar partisipan.


bahwa teman sebaya memiliki peran yang Partisipan mengungkapkan sebagai berikut:
besar dalam perubahan sosioemosional “…dulu kan gak punya tv (sewaktu di
partisipan. Sementara partisipan yang lain pondok), nah dari ngekos ada tv, jadinya
menyampaikan bahwa seringkali ia merasa nonton tv terus...”(R2).
sulit untuk menolak ajakan teman untuk Dari hasil wawancara dengan par-
menghabiskan waktu belajar dengan jalan- tisipan, didapatkan fakta bahwa lingkungan
jalan karena adanya kebutuhan dari diri nonsosial turut berpengaruh terhadap pres-
partisipan untuk berinteraksi, berapresiasi tasi belajar seseorang. Termasuk ke dalam
dan bersosialisasi dengan teman sebaya. lingkungan non sosial adalah rumah atau
Hubungan yang baik dengan teman tempat tinggal partisipan. Seperti yang di-
sebaya akan menghasilkan suatu hubungan sampaikan oleh partisipan bahwa pada se-
yang disebut dengan persahabatan. Menurut mester awal partisipan tinggal di lingkungan
Santrock (2009), persahabatan berkon- pondok sehingga lebih banyak waktu yang
tribusi pada status teman sebaya serta mem- digunakan untuk kegiatan pondok seperti
beri manfaat anatara lain: pertemanan, du- mengaji, shalat sunah malam dan sebagainya.
kungan fisik, dukungan ego, dan keintiman Ketika partisipan telah berpindah tempat ke
atau kasih sayang. Masalah yang dihadapi lingkungan indekos yang terfasilitasi hiburan
oleh salah satu partisipan dengan temannya, televisi, turut mempengaruhi motivasi belajar
sehingga mampu menurunkan motivasi partisipan.
terhadap belajar, tentu saja merupakan impli- Tidak terpenuhinya enterteinment di
kasi dari salah satu manfaat sahabat itu lingkungan pondok, mampu terlampiaskan
sendiri yaitu keintiman atau kasih sayang. ketika partisipan keluar dari lingkungan
Persahabatan memberi hubungan yang pondok. Faktor hiburan yang sangat domi-
hangat, penuh kepercayaan dan dekat nan adalah dengan menonton televisi. Ung-
dengan orang lain. Dalam hubungan ini, kapan lain dari partisipan adalah suasana
partisipan merasa nyaman, terbuka dalam yang ramai apabila teman-teman satu kos
berbagi informasi. Ketika hubungan persa- berkumpul sangat mengganggu konsen-
habatan yang telah terjalin mengalami suatu trasinya ketika ia ingin memulai untuk mem-
masalah, maka hal itu memunculkan rasa perbaiki diri dengan belajar karena letak
tidak nyaman dan berkurangnya keperca- kamar partisipan yang bersebelahan dengan
yaan. Sehingga penting dalam hal ini, ruang nonton televisi.
partisipan dituntut untuk mampu menjalin
hubungan yang baik tanpa mengabaikan 3. Tereksplorasinya Pendekatan Be-
tugas dan kewajiban sebagai seorang maha- lajar Mahasiswa yang menjadi faktor
siswa. Aspek sosial yang lain adalah faktor penghambat dalam pencapaian in-
ekonomi keluarga, namun dalam penelitian deks prestasi semester pada maha-
ini peneliti tidak menemukan masalah siswa DIII Kebidanan
terhadap faktor ekonomi secara berarti. Pendekatan belajar terdiri dari satu
tema yaitu pendekatan belajar rendah
Tema 4: Lingkungan Non Sosial (surface). Tema ini terdiri dari dua kategori
Tema lingkungan non sosial hanya yaitu: waktu belajar, dan sistem belajar.
terbentuk darai rumah tinggal sementara Masing-masing tema akan diuraikan seperti
partisipan, yaitu lingkungan fisik yang turut berikut:
Suryaningsih, Sjafiq, Faktor Penghambat Pencapaian... 61

Tema 5: Pendekatan belajar rendah SPICES, yaitu Student Centre, Problem


(surface) Based Learning, Integrated, Community
Tema pendekatan belajar dibentuk Based, Early Expossure/Elective Pro-
dari 2 kategori yaitu frekuensi waktu belajar gram, dan Systematic. Sistem pembe-
dan sistem belajar yang digunakan maha- lajaran dengan metode SPICES ini berbeda
siswa. Kedua kategori tersebut terdiri dari dengan sistem pembelajaran di sekolah
yang tidak teratur, belajar hanya pada saat menengah. Perubahan kurikulum ini mem-
menjelang ujian, termasuk belajar sehari butuhkan penyesuaian yang salah satunya
menjelang ujian praktikum. Sistem belajar dapat ditempuh dengan memilih pendekatan
yang digunakan adalah sistem belajar hanya belajar yang tepat sehingga meningkatkan
dalam satu malam sebelum ujian. Pende- prestasi belajar mahasiswa terutama maha-
katan belajar surface diungkapkan oleh siswa STIKes ‘Aisyiyah sehingga tercipta
partisipan sebagai berikut: lulusan bidan yang berkualitas.
“...belajarnya itu cuma sekilas, gak Dalam penelitian ini didapatkan tema
tentu....gak rutin ya belajarnya..” (R2). frekuensi waktu belajar yang digunakan
Partisipan tersebut juga menyatakan mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran.
kebiasaan belajarnya hanya pada saat Hal ini diungkapkan oleh partisipan dari
menjelang ujian teori dan ujian praktikum pernyataan bahwa kegiatan belajar dilaku-
saja, seperti yang disampaikan berikut ini: kan secara tidak teratur dan hanya mende-
“...belajarnya paling pas saat menjelang kati waktu ujian semester. Sedangkan untuk
mau ujian...kalo praktikum ya sehari ujian praktikum, kegiatan belajar hanya
menjelang kayak gitu...” (R2). dilakukan sehari menjelang ujian dilaksa-
Sedangkan sistem belajar yang digu- nakan. Pendekatan belajar (approach to
nakan adalah belajar semalam sebelum ujian learning) dan strategi atau kiat melaksa-
dilaksanakan, seperti yang diuraikan oleh nakan pendekatan serta metode belajar
partisipan berikut ini: termasuk faktor-faktor yang turut menen-
“...aku belajar kalo ada tugas....paling tukan tingkat keberhasilan prestasi belajar
sering siy belajar kalo pas ujian..” (R1). mahasiswa.
Partisipan lain mengatakan : Partisipan mengungkapkan bahwa
“…biasalah, SKS (sistem kebut semalam) definisi belajar yang dimaksud hanya sebatas
gitu..” (R3). membaca buku, internet atau sumber-
Partisipan lain juga mengatakan sistem sumber infomasi lain. Selanjutnya kegiatan
belajar yang sama, seperti ungkapan berikut belajar tersebut hanya dilakukan dengan
ini: membaca sekilas tanpa mengulang kembali
“...kalo ini kan SKS (sistem kebut sema- yang telah dipelajari. Pendekatan belajar
lam) sistemnya..SKS maksudnya belajar- seperti ini, termasuk dalam kategori pende-
nya jadi satu..”(R2). katan surface atau permukaan yang bersifat
Pendekatan belajar adalah tingkah laku lahiriah atau permukaan. Lebih jelasnya,
nyata mahasiswa dalam belajar yang menen- Biggs (cit Syah, 2008) mendiskripsikan
tukan tingkat hasil belajarnya terdiri dari bahwa pendekatan belajar terdiri dari tiga
belajar mendalam (deep approach) dan kategori, dua diantaranya yaitu; 1) surface
belajar permukaan (surface approach). approach, mau belajar karena dorongan
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dari luar (ekstrinsik). Sehingga gaya be-
dilaksanakan dengan menggunakan metode lajarnya santai, asal hafal dan tidak
62 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 51-63

mementingkan pemahaman yang mendalam, representatif serta mengadakan pelatihan


2) Deep Approach yakni mempelajari yang berhubungan dengan peningkatan
materi karena memang tertarik dan merasa motivasi belajar bagi mahasiswa secara
membutuhkannya (instrinsik). Dari pene- berkesinambungan.
litian ini, partisipan menghindari kegagalan Bagi Dosen DIII Kebidanan diha-
namun tidak mau belajar keras dan motif rapkan dengan sungguh-sungguh melakukan
yang melatar belakanginya termausk ke KBK dengan metode SPICES, yaitu
dalam motivasi ekstrinsik yaitu orang tua Student Centre, Problem Based Learning,
sehingga dengan demikian pembelajarannya Integrated, Community Based, Early
tidak pernah mencapai maksimal. Expossure/Elective Program, dan
Systematic. Bagi Mahasiswa agar mencoba
SIMPULAN DAN SARAN mengkomunikasikan permasalahan yang
sedang dihadapi kepada orang yang diang-
Simpulan gap tepat sehingga masalah tersebut tidak
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian mengganggu terhadap prestasi belajarnya,
yang dibahas peneliti dapat menyimpulkan serta meningkatkan pendekatan belajar yang
tentang faktor penghambat yang dialami telah diterapkan sebelumnya.
mahasiswa D III Kebidanan semester V da- Bagi para orangtua hendaknya tidak
lam mencapai indeks prestasi semester yang memaksakan kehendak terhadap anak
akan disimpulkan dari tema yang dimun- mengenai peminatan jurusan yang diinginkan.
culkan pada tujuan berikut ini: 1) Faktor Orang tua diharapkan mengkomunikasikan
penghambat internal terdiri dari 2 tema yaitu dan mengarahkan terhadap keputusan anak
fisik dan psikologis. Aspek fisik terbentuk dan bukan memaksakan. Hal ini dikarena-
dari kelelahan dan aspek psikologis terdiri kan orangtua berperan penting dalam mem-
dari sikap, minat, motivasi intrinsik, dan berikan motivasi positif secara eksternal
motivasi ekstrinsik; 2) Faktor penghambat kepada anak selama menyelesaikan pendi-
eksternal yaitu lingkungan sosial dan dikan. Bagi Peneliti diharapkan untuk lebih
nonsosial. Lingkungan sosial terdiri dari memilih tempat pertemuan yang dapat
teman dan lambatnya melakukan adaptasi menjaga privasi namun tidak mengurangi
terhadap lingkungan belajar. Lingkungan makna dan tujuan utama dari penelitian.
nonsosial hanya terdiri dari satu kategori yaitu
rumah tinggal sementara (kos) mahasiswa;
3) Sedangkan pendekatan belajar yang DAFTAR RUJUKAN
ditemukan pada partisipan tersebut adalah Anonim, 2009. Panduan Akademik 2009-
pendekatan belajar rendah (surface) atau 2010 Sekolah Tinggi Ilmu
permukaan yang terdiri dari dua kategori Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta.
yaitu frekuensi waktu belajar dan sistem Yogyakarta: STIKES ‘Aisyiyah
belajar yang digunakan mahasiswa. Yogyakarta.
Bungin, B. 2003. Analisa Data Penelitian
Saran Kualitatif: Pemahaman dan
Bagi institusi STIKes ‘Aisyiyah Yogya- Metodologi Kearah Penguasaan
karta diharapkan mampu memfasilitasi Aplikasi. PT Raya Grafindo
mahasiswa dengan menyediakan layanan Persada: Jakarta.
bimbingan konseling secara intensif dan
Suryaningsih, Sjafiq, Faktor Penghambat Pencapaian... 63

Maleong, L.J. 2006. Metodologi Peneli-


tian Kualitatif. Edisi Revisi. PT
Remaja Rosdakarya: Bandung.
Nadzirudi, dkk. 2007. Faktor Internal
yang Berkontribusi terhadap Pen-
capaian Indek Prestasi Kumulatif
pada Mahasiswa Program A FIK
UNPAD. Skripsi. Bandung:
UNPAD.
Papalia, Diane. 2009. HUMAN DEVE-
LOPMENT: Perkembangan Ma-
nusia. Salemba Humanika: Jakarta.
Santrock, J.W. 2009. Educational Psy-
chology: Psikologi Pendidikan.
Salemba Humanika: Jakarta.
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendi-
dikan dengan Pendekatan Baru,
Edisi Revisi. PT. Remaja Ros-
dakarya: Bandung.
Tampubolon. 2008. Kemampuan Mem-
baca Teknik Membaca Efektif
dan Efisien. Angkasa: Bandung.
Wantonoro. 2008. “Faktor Pendorong
Penyalahgunaan Minuman Ke-
ras yang Dipersepsikan Remaja
di Desa Serangan, Notoprajan,
Yogyakarta”. Skripsi Diterbitkan.
Yogyakarta: STIKES ‘Aisyiyah
Yogyakarta.
Widoyoko, E. P. 2014. Evaluasi Program
Pembelajaran. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.
Wilson, J & Linda. 2003. “Factor that
Promote and Inhibit the Aca-
demic Achievement of Rural Ele-
mentary African American Males
in a Mississipi School: A Quali-
tative Study”, Speeches/Meeting
Papers, Fayetteville State Univer-
sity, Biloxy, MS.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI
IBU BERSALIN DALAM PELAKSANAAN
INISIASI MENYUSU DINI

Ita Susanti, Nurasnah Sitohang, Farida Linda Sari Siregar


Universitas Sumatera Utara
E-mail : itasusanti50@yahoo.co.id

Abstract: The aim of this research to know the factors


which influence the motivation of birth mother to suckle
early initiation in Clinic of Adinda Karang Sari Medan in
2013. The research uses descriptive design with the cross
section. The sample uses purposive sampling. Obtained
the majority of the respondents was 20-35 years old
(60,4%), education of SLTA (64,6 %), have two children
(41,7 %), house wives (64,6%). Intrinsic motivation the
respondents to suckle early initiation was large (54,2 %).
Extrinsic motivation the respondents was a great number
of (64,6 %).

Keywords: Motivation, Mother of birth, Early suckle


initiation

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-


faktor yang mempengaruhi motivasi ibu bersalin dalam
pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) di Klinik Adinda
Karang Sari Medan tahun 2013. Penelitian ini menggunakan
desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
purposive sampling. Diperoleh sebagian besar responden
berumur 20-35 tahun (60,4%), berpendidikan SLTA (64,6%),
memiliki anak 2 orang (41,7%), memiliki pekerjaan IRT
(64,6%). Motivasi intrinsik responden dalam pelaksanaan
inisiasi menyusu dini sebagian besar dalam kategori cukup
(54,2%). Motivasi ekstrinsik responden sebagian besar dalam
kategori cukup (64,6%).

Kata kunci : Motivasi, Ibu Bersalin, Inisiasi


Menyusu Dini
Susanti, dkk., Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 65

PENDAHULUAN dalam satu tahun, empat juta bayi berusia


Pembangunan nasional pada hake- 28 hari meninggal. Jika semua bayi di dunia
katnya adalah pembangunan manusia segera setelah lahir diberi kesempatan me-
seutuhnya. Upaya membangun manusia nyusu sendiri dengan membiarkan kontak
harus dimulai sedini mungkin yakni sejak kulit ibu ke kulit bayi setidaknya selama satu
masih bayi. Salah satu faktor yang meme- jam, maka satu juta nyawa bayi ini dapat
gang peranan penting dalam peningkatan diselamatkan (Roesli, 2007).
kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Mc.Donald di tahun 1959 merumus-
Ibu (ASI) sedini mungkin. Pemberian ASI kan, bahwa motivasi adalah suatu perubahan
sedini mungkin merupakan kegiatan penting energi dalam diri (pribadi) seseorang yang
dalam pemeliharaan anak dan persiapan ditandai dengan timbulnya perasaan dan
generasi penerus di masa depan (Depkes reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik,
RI, 2010). 2008). Terdapat dua jenis motivasi yang
Inisiasi menyusui dini (early initiation) mempengaruhi ibu bersalin dalam melaksa-
atau menyusu dini adalah bayi mulai menyu- nakan IMD, yaitu motivasi intrinsik dan
su sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenar- motivasi ekstrinsik. Faktor-faktor yang
nya bayi manusia seperti juga bayi mamalia mempengaruhi motivasi intrinsik ibu yaitu
lain mempunyai kemampuan untuk menyusu kebutuhan, harapan dan minat. Sedangkan
sendiri. Asalkan bayi dibiarkan untuk kontak motivasi ekstrinsik adalah motif/dorongan,
kulit dengan kulit ibunya, setidaknya selama rangsangan dan lingkungan (Taufik, 2007).
satu jam segera setelah lahir. Cara bayi mela- Menurut Siregar (2003) (dalam Mus-
kukan IMD ini dinamakan the breast crawl rifah, 2010), berdasarkan Survey Demografi
atau merangkak mencari payudara (Roesli, dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007). 2007, Angka Kematian Bayi di Indonesia
Menurut penelitian di Ghana dan masih tinggi yaitu sebesar 19 kematian/1000
diterbitkan dalam jurnal ilmiah Pediactris, kelahiran hidup. PemberianASI dapat mem-
22% kematian bayi baru lahir dalam satu percepat penurunan angka kematian bayi dan
bulan pertama dapat dicegah bila bayi disu- sekaligus meningkatkan status gizi anak yang
sui langsung oleh ibunya dalam satu jam pada akhirnya akan meningkatkan status gizi
pertama kelahirannya. Mengacu pada hasil masyarakat menuju tercapainya kualitas
penelitian tersebut, maka diperkirakan sumber daya manusia yang memadai. Itu pu-
Program IMD dapat menyelamatkan seku- la sebabnya IMD menjadi tema pada Pekan
rang-kurangnya 30.000 bayi Indonesia yang ASI sedunia, sesuai dengan ketetapan yang
meninggal pada 1 jam kelahiran. Dengan dikeluarkan oleh Word Alliance For
pemberian ASI dalam satu jam pertama, Breastfeeding Action (WABA) atau Aso-
bayi akan mendapatkan zat-zat gizi yang siasi ASI Dunia pada bulan Agustus 2008.
penting dan mereka terlindung dari berbagai Salah satu dasar pemikiran dipilihnya
penyakit pada masa yang paling rentan dalam tema tersebut adalah sebagai bukti ilmiah
kehidupannya (Roesli, 2007). baru yang menyatakan bahwa jika semua
Menurut Roesli (2007), dari hasil wanita mulai menyusu dalam satu jam setelah
penelitian luar dan dalam negeri tersebut, bayi lahir, maka dapat dicegah kematian satu
ternyata IMD tidak hanya menyukseskan juta bayi yang baru lahir. WHO dan
pemberian ASI ekslusif. Lebih dari itu, UNICEF yang merekomendasikan IMD
terlihat hasil yang nyata dari IMD yaitu (early lact on) sebagai tindakan life saving,
menyelamatkan nyawa bayi. Faktanya karena IMD dapat menyelamatkan 22%
66 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 64-72

dari bayi yang meninggal sebelum usia 1 pernyataan kemudian diolah dengan bantuan
bulan. komputer. Dari pengolahan data tersebut,
Hasil penelitian Musrifah (2010) me- data demografi disajikan dalam tabel distri-
nyatakan bahwa pada kenyataannya seba- busi frekuensi dan persentase. Hasil analisa
gian besar (70 %) ibu-ibu bersalin mempu- data disajikan dalam bentuk tabel distribusi
nyai motivasi rendah untuk melaksanakan jawaban responden untuk melihat motivasi
IMD pada bayinya. Hasil wawancara me- ibu bersalin dalam pelaksanaan IMD pada
nunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang bayi baru lahir.
menyebabkan sikap/motivasi ibu yang ren-
dah untuk menyusui diantaranya karena HASIL DAN PEMBAHASAN
faktor nyeri dan kelelahan pasca melahirkan,
dan kurangnya pengetahuan ibu tentang 1. Karakteristik
pentingnya IMD. Karakteristik ibu bersalin yang melak-
Berdasarkan uraian di atas, maka pe- sanakan IMD di Klinik Adinda Karang Sari
neliti merasa perlu untuk melakukan pene- Medan tahun 2013 dapat dibedakan atas
litian yang dituangkan dalam bentuk karya beberapa kategori yakni, umur, pendidikan,
tulis ilmiah yang berjudul “Faktor-faktor jumlah anak dan pekerjaan. Hasil kategori
yang Mempengaruhi Motivasi Ibu Bersalin tersebut dapat dilihat sebagai berikut.
dalam Pelaksanaan IMD”. Penelitian ini Berdasarkan tabel 1, diperoleh hasil
nantinya diharapkan dapat meningkatkan sebagian besar responden berumur 20-35
motivasi ibu-ibu bersalin untuk melak- tahun sebanyak 60,4%, berpendidikan
sanakan IMD. SLTA sebanyak 64,6%, memiliki anak 2
orang sebanyak 41,7 %, dan memiliki
METODE PENELITIAN pekerjaan IRT sebanyak 64,6%.
Desain penelitian ini bersifat deskriptif
dengan pendekatan cross sectional untuk 2. Motivasi Intrinsik
mengetahui faktor-faktor yang mempe- Motivasi intrinsik ibu bersalin yang
ngaruhi motivasi ibu bersalin dalam pelak- melaksanakan IMD di Klinik Adinda
sanaan IMD di Klinik Adinda Karang Sari Karang Sari Medan tahun 2013 merupakan
Medan. Jumlah Sampel dalam penelitian ini akumulasi frekuensi dari masing-masing ka-
sebanyak 48 orang. Adapun teknik pengam- tegori yakni kebutuhan, harapan dan minat.
bilan sampel pada penelitian ini adalah Hasil kategori motovasi intrinsik dapat dilihat
purposive sampling, yaitu didasarkan pada sebagai berikut.
suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh Berdasarkan tabel 2, diperoleh hasil
peneliti sendiri, dengan kriteria sampel: (1) motivasi intrinsik responden dalam pelak-
Ibu bersalin yang melaksanakan IMD di sanaan IMD sebagian besar dalam kategori
Klinik Adinda Karang Sari Medan; (2) cukup sebanyak 54,2%, dan paling sedikit
dapat membaca dan menulis serta bersedia dalam kategori kurang sebanyak 14,6%.
menjadi responden. Menurut Sardiman (2007), motivasi intrinsik
Analisis data dilakukan dengan meng- adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
gunakan bantuan komputer. Setelah data ter- berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,
kumpul dilakukan pengolahan data melalui karena dalam diri setiap individu sudah ada
perhitungan statistik deskriptif dengan terle- dorongan untuk melakukan sesuatu. Moti-
bih dahulu memberikan kode pada seluruh vasi intrinsik datang dari hati sanubari
Susanti, dkk., Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 67

Tabel 1. Karakteristik Ibu Bersalin yang Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini


di Klinik Adinda Karang Sari Medan Tahun 2013

o Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)


Umur
< 20 tahun 13 27,1
20-35 tahun 29 60,4
> 35 tahun 6 12,5
Total 48 100,0
Pendidikan
SD 1 2,1
SLTP 5 10,4
SLTA 31 64,6
Perguruan Tinggi 11 22,9
Total 48 100,0
Jumlah Anak
1 orang 11 22,9
2 orang 20 41,7
>2 orang 12 25,0
>5 orang 5 10,4
Total 48 100,0
Pekerjaan
IRT 31 64,6
PNS 4 8,3
Pegawai Swasta 7 14,6
Wiraswasta 6 12,5
Total 48 100,0

Tabel 2. Distribusi Jawaban Responden Tentang Motivasi Intrinsik dalam


Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik Adinda Karang Sari Tahun 2013

Motivasi Intrinsik Frekuensi Persentase (%)


Baik 15 31,3
Cukup 26 54,2
Kurang 7 14,6
Total 48 100,0

umumnya karena kesadaran. Faktor-faktor rikan IMD setelah melahirkan, diantaranya


yang mempengaruhi motivasi intrinsik yaitu keadaan umum ibu setelah melahirkan baik
kebutuhan, harapan dan minat. fisik maupun psikologis. Faktor kelelahan
Hasil penelitian ini berbeda dengan pe- dan rasa nyeri setelah melahirkan merupakan
nelitian yang dilakukan oleh Musrifah (2011), alasan yang paling sering ditemukan.
banyak faktor yang menyebabkan rendah- Berikut akan dibahas satu-persatu dari
nya motivasi serta sikap ibu untuk membe- tiga kategori motivasi intrinsik yaitu kebu-
68 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 64-72

Tabel 3. Distribusi Jawaban Responden Tentang Motivasi Intrinsik Berdasarkan


Kebutuhan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik Adinda
Karang Sari Tahun 2013

Motivasi Intrinsik Frekuensi Persentase (%)


Berdasarkan Kebutuhan

Baik 14 29,2
Cukup 29 60,4
Kurang 5 10,4
Total 48 100,0

Tabel 4. Distribusi Jawaban Responden Tentang Motivasi Intrinsik Berdasarkan


Harapan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik Adinda
Karang Sari Tahun 2013

Motivasi Intrinsik Frekuensi Persentase (%)


Berdasarkan Harapan
Baik 20 41,7
Cukup 23 47,9
Kurang 5 10,4
Total 48 100,0

tuhan, harapan, dan minat. Kuisioner terdiri ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
dari 15 pertanyaan tentang motivasi intrinsik Sardiman (2007), pada hakikatnya sese-
yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu kebu- orang melakukan aktivitas itu didorong oleh
tuhan, harapan dan minat. adanya faktor-faktor kebutuhan biologis,
insting, unsur-unsur kejiwaan yang lain serta
a. Kebutuhan adanya pengaruh perkembangan budaya
Motivasi intrinsik ibu bersalin yang me- manusia.
laksanakan IMD di Klinik Adinda Karang
Sari Medan tahun 2013 berdasarkan kebu- b. Harapan
tuhan dapat dilihat pada tabel 3. Motivasi intrinsik ibu bersalin yang
Berdasarkan tabel 3 tersebut, terlihat melaksanakan IMD di Klinik Adinda
bahwa motivasi intrinsik ibu dalam pelak- Karang Sari Medan tahun 2013 berdasar-
sanaan IMD berdasarkan kebutuhan seba- kan harapan, di dapat hasil tabulasi seperti
gian besar dalam kategori cukup sebanyak pada tabel 4.
60,4% dan sangat sedikit menjawab kate- Harapan ibu dalam pelaksanaan ini-
gori kurang yaitu hanya 10,4%. Artinya, siasi menyusu dini sebagian besar dalam ka-
sebagian besar ibu-ibu sudah beranggapan tegori cukup sebanyak 47,9% dan paling
bahwa IMD merupakan suatu kebutuhan, sedikit dalam kategori kurang sebanyak
yang pada dasarnya kebutuhan tersebut sa- 10,4% (lihat Tabel 4). Dalam hal ini harapan
ngat penting bagi ibu maupun bayi. Pada dan motivasi saling berkaitan dalam menca-
umumnya ibu bersalin melaksanakan IMD pai keberhasilan IMD sesuai yang diharap-
karena merasa adanya suatu kebutuhan. Hal kan. Sebagian besar ibu bersalin melaksa-
Susanti, dkk., Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 69

Tabel 5. Distribusi Jawaban Responden Tentang Motivasi Intrinsik Berdasarkan


Minat dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik Adinda Karang
Sari Tahun 2013

Motivasi Intrinsik Frekuensi Persentase (%)


Berdasarkan Harapan
Baik 20 41,7
Cukup 23 47,9
Kurang 5 10,4
Total 48 100,0

Tabel 6. Distribusi Jawaban Responden Tentang Motivasi Ekstrinsik dalam


Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik Adinda Karang Sari Tahun 2013

. Motivasi Ekstrinsik Frekuensi Persentase (%)


Baik 9 18,8
Cukup 31 64,6
Kurang 8 16,7
Total 48 100,0

nakan IMD karena mempunyai harapan pada saat proses persalinan ibu tidak perlu
agar bayi terlindung dari berbagai infeksi dipaksa untuk melakukan IMD karena ibu
penyakit. Pada umumnya harapan timbul sudah menyadari akan pentingnya IMD. Hal
karena seseorang dimotivasi untuk mencapai ini sesuai dengan pernyataan yang dikemu-
tujuan atau keinginan tertentu. Apa yang di- kakan oleh Slameto (2003) bahwa minat
harapkan seseorang seyogyanya adalah pada dasarnya adalah penerimaan akan
harapan-harapan yang realistis yang dapat suatu hubungan antara diri sendiri dengan
dicapai, untuk itu seseorang dimotivasi oleh sesuatu diluar diri. Semakin kuat dan dekat
karena adanya harapan dan pencapaian dengan hubungan tersebut, maka semakin
kepada keberhasilan (Taufik, 2007). besar minat seseorang untuk melakukan
sesuatu.
c. Minat
Motivasi intrinsik ibu bersalin yang me- 3. Motivasi Ekstrinsik
laksanakan IMD di Klinik Adinda Karang Motivasi ekstrinsik ibu bersalin yang
Sari Medan tahun 2013 berdasarkan minat melaksanakan inisiasi menyusu dini di Klinik
dapat dilihat pada tabel 5. Adinda Karang Sari Medan tahun 2013
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui merupakan akumulasi frekuensi dari masing-
bahwa minat ibu dalam pelaksanaan IMD masing kategori yakni, motif/dorongan,
sebagian besar dalam kategori cukup seba- rangsangan dan lingkungan (lihat tabel 6).
nyak 47,9% dan paling sedikit dalam kate- Berdasarkan tabel 6, diperoleh hasil
gori kurang sebanyak 10,4%. Minat ibu pa- motivasi ekstrinsik responden dalam pelak-
da dasarnya merupakan adanya rasa keter- sanaan IMD sebagian besar dalam kategori
tarikan di dalam diri ibu untuk melaksanakan cukup sebanyak 64,6%, dan paling sedikit
IMD tanpa ada yang menyuruh, sehingga dalam kategori kurang sebanyak 16,7%.
70 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 64-72

Tabel 7. Distribusi Jawaban Responden tentang Motivasi Ekstrinsik Berdasarkan


Motif/Dorongan dalam Pelaksanaan IMD di Klinik Adinda Karang Sari
Tahun 2013

Motivasi Ekstrinsik Frekuensi Persentase (%)


Baik 9 18,8
Cukup 31 64,6
Kurang 8 16,7
Total 48 100,0

Menurut Sardiman (2007), motivasi orang timbul karena adanya interaksi dengan
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan orang lain. Oleh karena itu motif ini sering
berfungsinya karena adanya perangsang disebut motif sosial atau motif sekunder.
dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga Hasil penelitian ini berbeda dengan
dikatakan sebagai bentuk motivasi yang hasil penelitian Musrifah (2011), motivasi ibu
didalamnya aktivitas dimulai dan diteruskan yang melakukan IMD dalam penelitiannya
berdasarkan dorongan dari luar. Dari 15 sebanyak 50%. Hal ini mungkin dikarenakan
pertanyaan tentang motivasi ekstrinsik, diba- faktor ibu yang kelelahan sehabis melahir-
gi menjadi 3 kategori yaitu motif/dorongan, kan, faktor gencarnya promosi iklan susu
rangsangan dan lingkungan. buatan (susu formula). Serta kurangnya du-
kungan dari tenaga kesehatan (bidan) dalam
a. Motif/dorongan pelaksanaan IMD pada bayi baru lahir.
Motivasi ekstrinsik ibu bersalin yang
melaksanakan IMD di Klinik Adinda b. Rangsangan
Karang Sari Medan tahun 2013 berdasar- Motivasi ekstrinsik ibu bersalin yang
kan motif/dorongan, dapat dikategorikan melaksanakan IMD di Klinik Adinda
sebagaimana dalam tabel 7. Karang Sari Medan tahun 2013 berda-
Berdasarkan tabel 7 tersebut, terlihat sarkan rangsangan adalah sebagai mana
bahwa motivasi ekstrinsik ibu berdasarkan dalam tabel 8.
motif/dorongan dalam pelaksanaan IMD Rangsangan ibu dalam pelaksanaan
sebagian besar dalam kategori cukup seba- IMD sebagian besar dalam kategori cukup
nyak 56,3% dan paling sedikit dalam sebanyak 52,1% dan paling sedikit dalam
kategori kurang sebanyak 14,6%. Sebagian kategori kurang sebanyak 12,5% (lihat
besar ibu bersalin melaksanakan IMD Tabel 8). Motivasi ibu dapat ditingkatkan
karena suatu keinginan yang sudah ada melalui pemberian rangsangan. Pemberian
dalam diri ibu. Di samping itu, selain motif/ rangsangan tersebut dapat dilakukan oleh
dorongan yang sudah ada pada diri ibu, tenaga kesehatan pada saat konseling pada
ternyata dorongan dari luar juga mempenga- pemeriksaan Antenatal Care (ANC) ,
ruhi motivasi ibu khususnya dari orang- dengan memberitahukan berbagai manfaat
orang yang terdekat dengan ibu sehingga yang dapat diperoleh ibu maupun bayi mela-
keberhasilan IMD dapat dicapai sesuai lui proses IMD, sehingga pada saat proses
yang diharapkan. Hal ini dapat diterima persalinan ibu sudah termotivasi untuk me-
sesuai dengan yang dikemukakan oleh laksanakan IMD seperti yang diharapkan.
Notoatmodjo (2007), yakni motivasi sese- Sebagaimana yang diungkapkan oleh Taufik
Susanti, dkk., Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 71

Tabel 8. Distribusi Jawaban Responden Tentang Motivasi Ekstrinsik Berdasarkan


Rangsangan dalam Pelaksanaan IMD di Klinik Adinda Karang Sari Tahun
2013

Motivasi Ekstrinsik Frekuensi Persentase (%)


Berdasarkan Rangsangan
Baik 17 35,4
Cukup 25 52,1
Kurang 6 12,5
Total 48 100,0

Tabel 9. Distribusi Jawaban Responden Tentang Motivasi Ekstrinsik Berdasarkan


Lingkungan dalam Pelaksanaan IMD di Klinik Adinda Karang Sari Tahun
2013

Motivasi Ekstrinsik Frekuensi Persentase (%)


Berdasarkan Lingkungan
Baik 13 27,1
Cukup 28 58,3
Kurang 7 14,6
Total 48 100,0

(2007), agar seseorang bersedia untuk orang lain maupun berbagai media lainnya,
melakukan sesuatu seperti yang diharapkan, maka akan semakin tinggi motivasi ibu dalam
terkadang perlu untuk memberikan perang- pelaksanaan IMD. Hal ini sesuai dengan teori
sang (incentive). yang dikemukakan oleh Hamalik (2008),
yang menyatakan bahwa individu dan
c. Lingkungan lingkungan terjalin proses interaksi atau saling
Motivasi ekstrinsik ibu bersalin yang mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
melaksanakan IMD di Klinik Adinda Lingkungan dapat memberikan penga-
Karang Sari Medan tahun 2013 berdasar- ruh dan menimbulkan perubahan pada ting-
kan lingkungan adalah sebagaimana dalam kah laku individu. Hal ini berarti bahwa ling-
tabel 9. kungan dapat memberikan pengaruh yang
Berdasarkan tabel 9 tersebut, motivasi bersifat mendidik, baik itu pengaruh peru-
ekstrinsik ibu berdasarkan lingkungan dalam bahan tingkah laku yang baik maupun tidak
pelaksanaan IMD sebagian besar dalam ka- baik. Misalnya media (cetak atau elektro-
tegori cukup sebanyak 58,3% dan paling se- nik), dan orang-orang yang ada di lingkung-
dikit dalam kategori kurang sebanyak 14,6%. annya. Hasil penelitian ini didukung oleh
Dalam hal ini tampak bahwa lingkungan penelitian yang pernah dilakukan oleh Roesli
sangat berpengaruh bagi motivasi ibu untuk (2007), bahwa 70,4% dari ibu tersebut tidak
melaksanakan IMD, baik orang-orang di pernah mendapatkan informasi tentang ASI
sekitar ibu maupun media lainnya. Karena eksklusif khususnya tentang IMD sehingga
semakin sering ibu mendapatkan informasi mempengaruhi motivasi ibu bersalin untuk
tentang IMD baik melalui interaksi dengan melaksanakan IMD.
72 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 64-72

SIMPULAN DAN SARAN litian ini diharapkan dapat dilanjutkan oleh


peneliti selanjutnya tentang pengaruh mo-
Simpulan tivasi ekstrinsik ibu bersalin terhadap pelak-
Berdasarkan penelitian yang telah dila- sanaan IMD.
kukan tentang faktor-faktor yang mempe-
ngaruhi motivasi ibu bersalin dalam pelak- DAFTAR RUJUKAN
sanaan IMD, maka peneliti dapat mengambil Departemen Kesehatan RI. 2010. Buku
kesimpulan bahwa motivasi intrinsik berda- Kesehatan Ibu dan Anak, Indo-
sarkan kebutuhan responden dalam pelak- nesia Sehat 2010. Jakarta: Tidak
sanaan IMD sebagian besar dalam kategori dipublikasikan
cukup sebanyak 60,4%. Motivasi intrinsik
Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pem-
berdasarkan harapan responden dalam pe-
belajaran. Bumi Aksara: Jakarta.
laksanaan IMD sebagian besar dalam kate-
gori cukup sebanyak 47,9%. Motivasi Musrifah, A. 2011. Gambaran Pemberian
intrinsik berdasarkan minat responden da- Inisiasi Menyusu Dini pada Bayi
lam pelaksanaan IMD sebagian besar dalam Baru Lahir di Bidan Praktik Swasta
kategori cukup sebanyak 47,9%. Enny Juniati Surabaya. Pendidikan
Motivasi ekstrinsik berdasarkan motif/ Kesehatan Suara Forikes, 2 (3),
dorongan responden dalam pelaksanaan 16-17. (Online), (www.suarafo
inisiasi menyusu dini sebagian besar dalam rikes.dikti.net), diakses tanggal 06
kategori cukup sebanyak 56,3%. Motivasi November 2012.
ekstrinsik berdasarkan rangsangan respon- Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kese-
den dalam pelaksanaan IMD sebagian besar hatan: Teori dan Aplikasi. Rineka
dalam kategori cukup sebanyak 52,1%. Cipta: Jakarta.
Motivasi ekstrinsik berdasarkan lingkungan Roesli, U. 2007. Inisiasi Menyusu Dini.
responden dalam pelaksanaan IMD seba- Pustaka Bunda: Jakarta.
gian besar dalam kategori cukup sebanyak Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan
58,3%. Motivasi Belajar Mengajar. Raja
Grafindo Persada: Jakarta.
Saran
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-
Bidan diharapkan dapat melaksana-
faktor yang Mempengaruhinya.
kan program IMD sebagaimana yang diha-
Rineka Cipta: Jakarta.
rapkan. Keberhasilan program tersebut da-
pat dilaksanakan melalui peningkatan moti- Taufik, M. 2007. Prinsip-prinsip Promosi
vasi ibu berdasarkan aspek kebutuhan, ha- Kesehatan dalam Bidang Kepe-
rapan dan minat, serta motivasi ekstrinsik rawatan untuk Perawat dan Ma-
ibu bersalin berdasarkan aspek motif/do- hasiswa Keperawatan. Infome-
rongan, rangsangan dan lingkungan. Maha- dika: Jakarta.
siswa kebidanan diharapkan dapat mema-
hami teori tentang motivasi ibu bersalin da-
lam pelaksanaan IMD, agar pada praktiknya
mahasiswa dapat meningkatkan motivasi ibu
sehingga keberhasilan program IMD dapat
tercapai sesuai yang diharapkan. Hasil pene-
Purwati, Korelasi Partisipasi Ibu Menyusui ... 73

KORELASI PARTISIPASI IBU MENYUSUI PADA KELOMPOK


PENDAMPING ASI DENGAN KEBERHASILAN
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Yuni Purwati
STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
E-mail: ibudafa@gmail.com

Abstract: The purpose of this research is the relationship


Breastfeeding participation in KP-ASI with the success
of Exclusive Breastfeeding in Puskesmas kasihan II at
Bantul. Research is an analytical survey, sampling
techniques with consecutive sampling 58 subjects.
Instruments using checklist and questionnaire. The results
of chi-square test α 0.000 <0.05, so there is a significant
relationship Breastfeeding mothers participation in the
KP-ASI with the success of exclusive breastfeeding in
the Puskesmas Kasihan II at Bantul. Advice to nursing
mothers may be actively involved in the KP-ASI so that
it can successfully provide exclusive breastfeeding.

Keywords: KP-ASI, exclusive breastfeeding,


Infants 6-9 months

Abstrak: Tujuan penelitian dapat diketahui hubungan


partisipasi Ibu Menyusui pada KP-ASI dengan Keberhasilan
Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Kasihan II Bantul.
Penelitian merupakan survei analitik, tehnik sampling dengan
consecutive sampling 58 subyek. Instrumen menggunakan
cheklist dan kuesioner. Hasil uji chi-square α 0,000 < 0,05,
sehingga terdapat hubungan signifikan partisipasi Ibu menyusui
pada KP-ASI dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif
di Puskesmas Kasihan II Bantul. Saran kepada ibu menyusui
dapat aktif terlibat dalam KP-ASI sehingga dapat berhasil
memberikan ASI eksklusif.

Kata Kunci: Kelompok Pendamping ASI, ASI Eksklusif,


bayi 6-9 bulan
74 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 73-82

PENDAHULUAN IMD lebih dari 1 jam akan meningkatkan


Pembangunan kesehatan pada prinsip- resiko kematian neonatal sampai dengan 2,4
nya selalu diarahkan untuk meningkatkan kali.
derajat kesehatan masyarakat, termasuk Data Survey Demografi Kesehatan
pembangunan di bidang kesehatan ibu dan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 me-
anak. Salah satu indikator yang digunakan nunjukkan bahwa praktek menyusui di In-
untuk mengukur derajat kesehatan masya- donesia sangat umum dilakukan, yaitu
rakat adalah angka kematian bayi. Salah satu sekitar 98% bayi pernah mendapatkan ASI
tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia dalam periode waktu tertentu, namun hanya
adalah tercapainya Millenium Develop- 40% bayi yang mendapatkan ASI eksklusif
ment Goals (MDG’s) pada tahun 2015 selama enam bulan. Angka tersebut masih
yang tertuang dalam target keempat yaitu jauh dari target cakupan ASI eksklusif De-
penurunan angka kesakitan dan kematian partemen Kesehatan RI yaitu 80%. Data
bayi dibawah lima tahun (Depkes, 2010). SDKI tahun 2007 tentang pemberian ASI
Terdapat 57% kematian bayi terjadi eksklusif menurut kelompok umur, menun-
pada usia di bawah 1 bulan, terutama dise- jukkan angka yang semakin menurun; 0-1
babkan oleh gangguan perinatal dan berat bulan (48.3%), 2-3 bulan (34.4%) dan 4-5
bayi lahir rendah. Tingginya angka tersebut bulan (17.8%).
menunjukkan masih rendahnya status bayi Berdasarkan sumber yang sama juga
baru lahir, rendahnya akses dan kualitas didapatkan informasi trend penurunan
pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta pemberian ASI eksklusif di Indonesia dari
perilaku ibu dan keluarga serta masyarakat 40% ditahun 2003 menjadi 32% di tahun
yang belum mendukung perilaku hidup ber- 2007. Sebaliknya, pemberian makanan atau
sih dan sehat (Widyawati, 2008). minuman selain ASI pada bayi justru menun-
Pemberian ASI eksklusif selama 6 jukkan trend peningkatan dari 17% di tahun
bulan merupakan upaya untuk menurunkan 2003 menjadi 28% di tahun 2007. Adanya
angka kematian bayi. Menurut penelitian trend peningkatan pemberian makanan atau
Mihrshahi (2008) bayi yang mendapat ASI minuman selain ASI menjadi hal yang serius
Eksklusif selama 6 bulan akan menurunkan untuk dicermati, karena dapat meningkatkan
kejadian diare dengan p value=0,03 dan morbiditas dan mortalitas neonatal dan bayi
menurunkan resiko terjadinya ISPA dengan (Sujudi, 2008).
p value<0,01. Hal ini dibandingkan dengan Air Susu Ibu (ASI) merupakan kebu-
bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif. tuhan dan hak asasi bayi yang harus dipenuhi
Menurut penelitian Edmond (2006) oleh orangtuanya. Hal ini sesuai dengan
resiko kematian neonatal meningkat empat kesepakatan Konferensi Tingkat Tinggi
kali lipat pada kelompok bayi yang menda- (KTT) tentang kesejahteraan anak dan
pat makanan dan minuman selain ASI (pra Konferensi Hak-hak Anak tahun 1990 serta
laktal) dibandingkan dengan bayi yang telah di populerkan pada pekan ASI sedunia
mendapat ASI Eksklusif. Mekanisme dose- tahun 2000 dengan tema: memberi ASI
response juga jeas terlihat pada hubungan adalah hak asasi ibu, mendapat ASI adalah
kematian neonatal yang semakin meningkat hak asasi bayi. Air susu Ibu sangat berman-
sejalan dengan keterlambatan pelaksanaan faat bagi pertumbuhan bayi, ASI mengan-
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dalam waktu dung zat kekebalan, zat anti infeksi,
satu jam sampai hari ke tujuh, keterlambatan immunoglobulin A, laktoferin, lysozim,
Purwati, Korelasi Partisipasi Ibu Menyusui ... 75

dan bila diberikan bayi akan mempunyai daya Mercy Corp menginisiasi mengkam-
tahan terhadap penyakit yang baik. Air susu panyekan pemberian ASI Eksklusif pada
ibu juga mengandung semua nilai gizi yang bayi umur 0-6 bulan. Dalam perdananya
dibutuhkan bayi. Pada waktu pemberian Kelompok Pendamping ASI di canangkan
ASI terjalin hubungan batin antara bayi dan pada bulan Mei 2009 di Kecamatan Ba-
ibu, hal ini berpengaruh terus hingga bayi nguntapan untuk menjadi Kecamatan
dewasa (Roesli, 2006). percontohan. Disini satu kelompok terdiri
Penyuluhan, promosi kesehatan tentang dari 10-12 ibu hamil dan ibu menyusui 0-6
IMD dan ASI eksklusif selama 6 bulan telah bulan. Dibantu oleh motivator setiap 2 mingu
banyak diterapkan di masyarakat kepada ibu- atau setidaknya paling lama 1 bulan sekali
ibu, namun tingkat keberhasilan IMD maupun berkumpul dan tidak jarang kunjungan dari
ASI eksklusif masih rendah. Peningkatan rumah ke rumah untuk saling bertukar
pengetahuan ibu tentang IMD dan ASI pengalaman, berdiskusi dan saling memberi
eksklusif saja tidak cukup untuk merubah dukungan terkait kesehatan ibu dan anak
perilaku. Seorang ibu memerlukan ketrampilan khususnya seputar kehamilan, menyusui dan
dan dukungan sosial dalam bentuk perbaikan gizi. Motivator dalam Kelompok
kepercayaan, penerimaan, pengakuan dan Pendamping ASI di fasilitasi Puskesmas yang
penghargaan akan perasaan-perasaannya. terdiri dari Ibu sebaya di dampingi petugas
Penelitian yang dilakukan di Uganda kesehatan Puskesmas yang sudah dibekali
menunjukkan bahwa konseling yang dilaku- pelatihan Kelompok Pendamping ASI.
kan oleh teman sebaya lebih mudah diterima Hasil Kelompok Pendamping ASI di
di masyarakat. Ibu-ibu senang memiliki se- Kecamatan Banguntapan menuai hasil yang
seorang di masyarakat yang dapat memban- baik. Hasil yang memuaskan ini didukung
tu dalam problema menyusui. Suasana saling puskesmas, posyandu, pemerintah desa dan
memberi dukungan lebih mudah terbangun masyarakat. Masyarakat ikut andil dalam
dalam kelompok sebaya yang mempunyai menggerakan kesadaran akan kesehatan ibu
pengalaman dan situasi lingkungan yang dan anak. Berdasarkan keberhasilan pene-
sama (Nankunda, 2006). rapan kelompok pendukung ASI dalam
Intervensi konseling sebaya pada ibu pemberian ASI Ekslusif di Puskesmas
hamil maupun menyusui telah dibuktikan Banguntapan Bantul, maka pemerintah
efektif meningkatkan menyusui eksklusif dan memperluas sistem pelayanan kelompok
durasi menyusui di beberapa negara ber- pendukung Ibu di seluruh Kabupaten Bantul.
kembang di mana kebanyakan masyarakat Di Puskesmas Kasihan II Bantul telah
belum semua memiliki akses ke pelayanan dilaksanakan kelompok pendukung ASI,
kesehatan. Bentuk intervensi konseling akan tetapi belum ada penelitian tentang
sebaya untuk mendukung keberhasilan keefektifan kelompok pendukung ASI ter-
menyusui berbasis masyarakat belum pernah hadap keberhasilan pemberian ASI Eksklusif
diterapkan secara benar dan dilakukan di wilayah tersebut. Berkaitan dengan per-
penelitian sebelumnya. Dinas Kesehatan masalahan ini, peneliti tertarik untuk mela-
Kabupaten Bantul Yogyakarta secara resmi kukan penelitian tentang “Hubungan Partisi-
menggandeng Mercy Corp pada tahun pasi Ibu Menyusui pada Kelompok Pendu-
2009 sebagai mitra dalam mengembangkan kung ASI dengan Keberhasilan Pemberian
model intervensi berbasis masyarakat yakni ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelompok Pendukung ASI. Kasihan II Bantul”.
76 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 73-82

Tujuan umum penelitian adalah dapat jadi responden.


diketahui hubungan partisipasi Ibu Menyusui Pengumpulan data pada variabel ter-
pada Kelompok Pendukung ASI dengan ikat menggunakan cheklist praktik pemberian
keberhasilan pemberian ASI Eksklusif di ASI Eksklusif yang terdiri dari dua item pilihan
wilayah kerja Kasihan II Bantul. Tujuan yaitu berhasil memberikanASI Eksklusif dan
khusus penelitian adalah dapat diketahui tidak berhasil memberikan ASI Eksklusif.
partisipasi ibu menyusui pada Kelompok Pada variabel bebas, data dikumpulkan
Pendukung ASI di wilayah kerja Puskesmas dengan menggunakan kuesioner yang terdiri
Kasihan II Bantul; dapat diketahui keber- 20 item pertanyaan. Uji validitas dilaksanakan
hasilan pemberian ASI Eksklusif oleh ibu pada 20 Ibu yang memiliki bayi berusia 6-9
menyusui yang mempunyai bayi usia 6-9 bulan di Wilayah Puskesmas Kasihan II
bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan Bantul, namun responden uji validitas ini tidak
II Bantul dan dapat diketahui keeratan digunakan untuk responden penelitian.
hubungan partisipasi ibu menyusui pada Ke- Hasil uji reliabilitas menunjukkan r
lompok Pendukung ASI dengan keber- hitung > r tabel dan taraf signifikansi < 0,05
hasilan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah pada 20 item soal yang digunakan, sehingga
Kerja Puskesmas Kasihan II Bantul. seluruh item soal dinyatakan valid sebagai
instrumen pengambilan data penelitian. Hasil
METODE PENELITIAN uji reliabilitas pada 20 item pertanyaan me-
Penelitian ini merupakan penelitian nunjukkan nilai koefisien reliabilitas >0,7
kuantitatif survei analitik dengan pendekatan sehingga item pertanyaan/pernyataan yang
waktu retrospektif. Populasi dalam penelitian telah diuji dinyatakan reliabel. Analisis data
ini adalah Ibu yang mempunyai bayi usia 6- yang digunakan untuk menentukan hubungan
9 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ka- antar variabel dan menguji hipotesis antara
sihan II Bantul, yang telah selesai masa pem- 2 variabel dengan data berbentuk skala
berian ASI Eksklusif. Sampel penelitian kategorik adalah dengan uji chi square.
untuk penelitian analisis kategorik tidak
berpasangan adalah 58 subyek. Sampel ini HASIL PENELITIAN DAN
dipilih dengan tehnik consecutive sam- PEMBAHASAN
pling, yaitu yang mempunyai kriteria sampel Hasil analisis deskriptif karakteristik
jumlah terpenuhi (Arikunto, 2006). Kriteria responden digambarkan pada tabel 1.
sampel adalah ibu menyusui yang mempu- Berdasarkan usia responden, sebagian
nyai bayi usia 6-9 bulan di Wilayah Kerja besar berusia 20-30 tahun yaitu 35 (60,3%)
Puskesmas Kasihan II Bantul; pendidikan orang dan sebagian kecil berusia < 20 tahun
minimal SD; tidak menderita penyakit berat yaitu 4 (6,9%) orang.
atau dirawat di Rumah Sakit; bersedia men-

Tabel 1: Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di Wilayah Kerja Puskesmas


Kasihan II Bantul

Usia Frekuensi Persentase (%)


< 20 tahun 4 6.9
20-30 tahun 35 60.3
> 30 tahun 19 32.8
Total 58 100.0
Purwati, Korelasi Partisipasi Ibu Menyusui ... 77

Tabel 2: Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah


Kerja Puskesmas Kasihan II Bantul

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)


SD 9 15.5
SMP 14 24.1
SMU-SMK 27 46.6
DIII-S1 8 13.8
Total 58 100.0

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa, Pada tabel 4 menunjukkan bahwa se-


responden paling banyak dengan tingkat bagian besar responden memiliki bayi
pendidikan SMU-SMK yaitu 27 (46,6%) berusia 9 bulan yaitu 20 (34,5%) dan seba-
dan sebagian kecil dengan tingkat pendidikan gian besar memiliki bayi berusia 6 bulan yaitu
DIII-S1 yaitu 8 (13,8%). 6 (10,3%).
Hasil penelitian ditunjukkan pada
distribusi frekuensi penelitian sebagaimana
Tabel 3: Karakteristik Responden
pada tabel 5 berikut:
Berdasarkan Status Pekerjaan
di Wilayah Kerja Puskesmas
Kasihan II Bantul Tabel 5: Distribusi Frekuensi Partisi-
pasi Ibu Menyusui Pada Ke-
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) lompok Pendamping ASI di
Wilayah Kerja Puskesmas
IRT 28 48.3
Kasihan II Bantul
Pedagang 13 22.4
Swasta 14 24.1
PNS 3 5.2 Partisipasi Frekuensi Persentase
Total 58 100.0 Rendah: 0-7 5 8.6
Cukup:8-14 17 29.3
Tinggi: 15-20 36 62.1
Berdasarkan status pekerjaan, paling
Total 58 100.0
banyak responden sebagai Ibu Rumah Tang-
ga yaitu 28 (48,3%) dan paling sedikit se-
bagai PNS yaitu 3 (5,2%). Berdasarkan distribusi frekuensi par-
tisipasi Ibu menyusui pada kelompok pen-
Tabel 4: Karakteristik Responden damping ASI, data paling banyak adalah
Berdasarkan Usia Bayi di dengan tingkat partisipasi tinggi, yaitu 36
Wilayah Kerja Puskesmas (62,2%) dan paling sedikit dengan tingkat
Kasihan II Bantul partisipasi rendah yaitu 5 (8,6%).
Pada tabel 6 menunjukkan bahwa
Usia Bayi Frekuensi Persentase paling banyak bayi dapat berhasil dalam
6 bln 6 10.3 pemberian ASI eksklusif yaitu 42 (72,4%)
7 bln 18 31.0 dan paling sedikit bayi tidak berhasil dalam
8 bln 14 24.1 pemberian ASI Eksklusif yaitu 16 (27,6%).
9 bln 20 34.5 Tabel 7 menunjukkan bahwa paling
Total 58 100.0 banyak yaitu partisipasi Ibu menyusui pada
78 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 73-82

Tabel 6: Distribusi Frekuensi Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi


di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan II Bantul

Pemberian ASI Frekuensi Persentase


Berhasil 16 27.6
Tidak berhasil 42 72.4
Total 58 100.0

Tabel 7: Tabulasi Silang Partisipasi Ibu Menyusui Pada Kelompok Pendamping


ASI dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Kasihan II Bantul.

Pemberian ASI
Berhasil Tidak berhasil Total
Partisipasi Ibu Rendah: 0-7 5 (8,6%) 0 (0%) 5 (8,6%)
menyusui Pada Cukup:8-14 10 (17,24%) 7 (14,58%) 17 (29,31%)
Kelompok Tinggi: 15-20 1 (1,7%) 35 (60,34%) 36 (62,06%)
Pendamping ASI
Total 16 (27,58%) 42 (72,41%) 58 (100%)

kelompok pendamping ASI dalam kategori tinggi dan bayi tidak diberikan ASI eksklusif,
tingi dan bayi diberikan ASI eksklusif, yaitu yaitu 1 (1,7%). Hasil uji chi square menun-
35 (60,34%). Data paling sedikit partisipasi jukkan bahwa nilai α (signifikansi) 0,000
Ibu menyusui pada kelompok pendamping lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan
ASI dalam kategori tinggi dan bayi tidak adanya hubungan yang signifikan partisipasi
diberikan ASI eksklusif, yaitu 1 (1,7%). Ibu menyusui pada kelompok pendamping
Hasil uji chi square tersebut menun- ASI dengan pemberian ASI Eksklusif di
jukkan bahwa nilai α (signifikansi) 0,000 Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan II
lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan Bantul.
bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Kesim- Hasil penelitian ini membuktikan bah-
pulan dari hipotesis ini adalah terdapat hu- wa keterlibatan Ibu dalam menyusui dalam
bungan yang signifikan adanya partisipasi kelompok pendamping ASI sangat besar
Ibu menyusui pada kelompok pendamping pengaruhnya terhadap praktik pemberian
ASI dengan keberhasilan pemberian ASI ASI Eksklusif. Adanya mother to mother
Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas support group atau Kelompok Pendukung
Kasihan II Bantul. ASI berarti bantuan yang diberikan oleh Ibu
Berdasarkan data yang ditunjukkan untuk Ibu supaya dapat menyusui bayinya.
pada tabel 7 bahwa partisipasi Ibu menyusui Seorang Ibu yang memiliki pengalaman me-
pada kelompok pendamping ASI dalam nyusui akan memberikan informasi, penga-
kategori tingi dan juga bayi diberikan ASI laman dan menawarkan bantuan kepada Ibu
eksklusif, yaitu 35 (60,34%). Data paling lainnya dalam kondisi saling percaya dan
sedikit bahwa partisipasi Ibu menyusui pada menghargai. Ibu dapat meningkatkan keper-
kelompok pendamping ASI dalam kategori cayaan diri dalam kemampuannya untuk
Purwati, Korelasi Partisipasi Ibu Menyusui ... 79

menyusui dan pada akhirnya dapat mela- sebelumnya. Hasil review dari Cochrane
kukan IMD dan memberikan ASI eksklusif tentang dukungan bagi Ibu menyusui
secara lancar. Pertemuan ini diadakan dalam (Bhandari, et all, 2003) menunjukkan bah-
suasana saling mendukung dan percaya, wa konseling menyusui yang dilakukan oleh
serta difasilitasi oleh seorang motivator, yaitu orang awam di komunitas terbukti efektif
Ibu dengan usia yang sebaya dengan peserta meningkatkan durasi menyusui.
lainnya serta memiliki minat untuk berbagi Penelitian intervensi tentang konseling
pengalaman, ide dan informasi seputar menyusui di komunitas Haryana, India tahun
kahamilan, melahirkan dan menyusui (Merch 1998 s.d 2002 juga menunjukan bahwa
Corps, 2009). dalam kurun waktu 3 bulan angka menyusui
Pada Kelompok Pendukung ASI bu- eksklusif 79% (381) di kelompok intervensi
kan untuk memberikan saran medis, namun dan 48% (197) di kelompok kontrol.
merupakan saling berbagi informasi. Infor- (OR=4.02, CI95% 3.01-5.38, p<0.0001)
masi diberikan pada topik-topik seperti (Leite, 2007). Hasil review dari Cochrane
produksi ASI, perlekatan yang baik, posisi tentang dukungan bagi Ibu menyusui
menyusui dan solusi dari masalah yang sering (Bhandari, et all, 2003) menunjukkan
timbul dalam proses menyusui dan bagai- bahwa konseling menyusui yang dilakukan
mana mengetahui jika bayi telah cukup oleh orang awam di komunitas terbukti
mendapatkan ASI. Ibu-ibu yang kembali efektif meningkatkan durasi menyusui.
bekerja atau dalam situasi medis tertentu Hal ini juga sejalan dengan program
masih dapat menerima dukungan dan infor- yang telah diinisiasi oleh Merch Corps
masi tentang bagaimana mempertahankan tentang kelompok pendamping ASI di
proses menyusui. Kecamatan Banguntapan yang telah menuai
Hasil penelitian ini sejalan dengan baik dan memuaskan yang sangat didukung
penelitian yang dilakukan di Uganda yang oleh Puskesmas, Posyandu, Pemerintah
menunjukkan bahwa konseling yang dila- Desa dan Masyarakat. Puskesmas sebagai
kukan oleh teman sebaya lebih mudah dite- ujung tombak pelayanan kesehatan masya-
rima di masyarakat. Ibu-ibu senang memiliki rakat berkoordinasi baik dengan Posyandu
seseorang di masyarakat yang dapat mem- dan Pemerintah Desa setempat untuk
bantu dalam problema menyusui. melakukan pembinaan langsung terhadap
Suasana saling memberi dukungan le- masyarakat yang antusias dalam menyambut
bih mudah terbangun dalam kelompok se- program. Masyarakat ikut andil dalam
baya yang mempunyai pengalaman dan menggerakan kesadaran akan kesehatan ibu
situasi lingkungan yang sama (Nankunda, dan anak.
2006). Intervensi konseling sebaya pada Ibu Hasil penelitian ini bahwa partisipasi
hamil maupun menyusui telah dibuktikan Ibu menyusui pada kelompok pendamping
efektif meningkatkan menyusui eksklusif dan ASI dalam kategori tingi dan juga bayi
durasi menyusui di beberapa negara ber- diberikan ASI eksklusif, yaitu 35 (60,34%),
kembang dimana kebanyakan masyarakat menunjukkan kesadaran Ibu menyusui ten-
belum semua memiliki akses ke pelayanan tang pentingnya memberikan ASI Eksklusif
kesehatan. Bentuk intervensi konseling se- pada bayinya. Air Susu Ibu (ASI) meru-
baya untuk mendukung keberhasilan menyu- pakan kebutuhan dan hak asasi bayi yang
sui berbasis masyarakat belum pernah dite- harus dipenuhi oleh orangtuanya. Air susu
rapkan secara benar dan dilakukan penelitian ibu sangat bermanfaat bagi pertumbuhan
80 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 73-82

bayi, ASI mengandung zat kekebalan, zat dan Kramer, et. all (2005) menyampaikan
anti infeksi,immunoglobulin A, laktoferin, bahwa pendidikan yang pernah ditempuh
lysozim, dan bila diberikan bayi akan oleh seseorang merupakan salah satu faktor
mempunyai daya tahan terhadap penyakit yang akan mendukung kemampuan sese-
yang baik. Air susu ibu juga mengandung orang untuk menerima informasi, semakin
semua nilai gizi yang dibutuhkan bayi. Pada tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
waktu pemberian ASI terjalin hubungan semakin luas cara pandang dan cara pikir
batin antara bayi dan ibu, hal ini berpengaruh dalam menghadapi suatu keadaan yang
terus hingga bayi dewasa (Roesli, 2006; terjadi di sekitarnya. Penelitian ini mendu-
Bhandari, et.all., 2003) kung penelitian Khasanah (2009) dan
Keberhasilan merupakan kemampuan Mihrshahi et al. (2008) yang menyampaikan
untuk melewati dan mengatasi dari satu kega- hasil bahwa pengetahuan orang tua dengan
galan ke kegagalan berikutnya tanpa kehi- tingkat pendidikan menengah ke atas lebih
langan semangat. Keberhasilan merupakan baik jika dibandingkan pengetahuan orang
kemenangan, untuk meraih keberhasilan tua dengan tingkat pendidikan menengah ke
memerlukan keyakinan. Apabila memiliki bawah dan pendidikan rendah.
keyakinan secara otomatis akan menghasil- Selain faktor pendukung di atas, faktor
kan atau memperoleh kekuatan, ketrampilan pekerjaan Ibu juga sangat berperan pada
dan menghasilkan energi yang diperlukan penelitian ini. Salah satu alasan yang paling
untuk sebuah keberhasilan. Ketika percaya sering dikemukakan bila ibu tidak menyusui
dapat melakukan, maka dapat dikem- adalah kerena mereka harus bekerja. Wanita
bangkan bagaimana melakukannya (La- selalu bekerja, terutama pada usia subur,
wendatu, 2013). Didukung oleh penelitian sehingga selalu menjadi masalah untuk
yang dilakukan oleh Ambarwati (2006) di mencari cara merawat bayi. Pada penelitian
Banyumanik, Semarang menunjukkan ini, Ibu lebih banyak dapat berinteraksi
bahwa persentase kegagalan pemberian ASI dengan bayinya, merawat dan menyusui
Eksklusif lebih tinggi terjadi pada para ibu bayinya. Berdasarkan status pekerjaan,
dengan pengetahuan tentang ASI yang ku- paling banyak responden sebagai Ibu Rumah
rang daripada para ibu yang memiliki penge- Tangga yaitu 28 (48,3%).
tahuan tentang ASI yang lebih baik. Pada penelitian ini juga dihasilkan
Pada penelitian ini juga terdapat faktor bahwa partisipasi Ibu menyusui pada
pendukung keberhasilan penelian, yaitu ting- kelompok pendamping ASI dalam kategori
kat pendidikan responden. Pada penelitian tinggi dan bayi tidak diberikan ASI eksklusif,
ini tingkat pendidikan responden mayoritas yaitu 1 (1,7%). Hal ini dapat terjadi karena
dengan tingkat pendidikan SMU-SMK yaitu dipengaruhi oleh faktor pendidikan Ibu.
27 (46,6%). Tingkat pendidikan yang lebih Pada responden penelitian ini Ibu dengan
tinggi pada responden dapat mendukung tingkat pendidikan SD, responden kurang
dalam menerima informasi dan mengambil dapat menerima informasi dan pengalaman
keputusan yang tepat. yang diperolehnya tentang cara dan manfaat
Salah satu keputusan yang penting menyusui bayinya, sehingga responden
dalam penelitian ini adalah dalam hal praktik kurang dapat mengambil keputusan yang
pemberian ASI yang dilaksanakan dengan tepat untuk bayinya.
baik pada bayinya. Notoatmodjo (2007)
Purwati, Korelasi Partisipasi Ibu Menyusui ... 81

SIMPULAN DAN SARAN bangan Kesehatan, Jakarta, Indo-


nesia.
Simpulan
Edmond, K.M., Zandoh, C., Quigley, M.A.,
Partisipasi Ibu Menyusui pada Kelom-
Etego, S.A., Agyei, S.O., &
pok Pendamping ASI sebagian besar dalam
Kirkwood, B.R. 2006. Delayed
kategori tinggi, yaitu 36 (61,2 %). Keber-
Breastfeeding Initiation Increases
hasilan dalam pemberian ASI Eksklusif
Risk of Neonatal Mortality.
sebagian besar dalam kategori berhasil, ya-
Paediatrics. 117: 380-386.
itu 42 (72,4%). Terdapat hubungan yang
signifikan antara partisipasi Ibu menyusui Khasanah, H.N. 2009. Hubungan antara
pada kelompok pendamping ASI dengan Pengetahuan dengan Sikap
keberhasilan dalam pemberian ASI Eksklusif Orangtua tentang Pencegahan
pada Bayi usia 6-9 bulan di Wilayah Kerja Kecelakaan pada Anak Toddler
Puskessmas Kasihan II Bantul. di Rumah Susun Jogoyudan
Cokrodirjan Yogyakarta. Yogya-
Saran karta: Fakultas Kedokteran
Saran utama kepada ibu yang mem- Universitas Gadjah Mada. Thesis:
punyai bayi 0-6 bulan dapat aktif terlibat Tidak dipublikasikan.
dalam KP-ASI sehingga dapat berhasil Kramer FM , Stunkard AJ , Marshall KA ,
memberikan ASI eksklusif. McKinney S, Liebschutz J. 2005.
Breast-Feeding Reduces Maternal
DAFTAR RUJUKAN Lower-Body Fat, J Am Diet Assoc
Ambarwati, R. 2006. Faktor yang Ber- .vol. 93, no. 4. Pp. 429-33.
hubungan dengan Kegagalan Lawendatu, S. 2013. Kriteria Keberha-
Pemberian ASI Eksklusif di silan Pembelajaran. PAI STAIN:
Puskesmas Padangsari Kabu- Manado.
paten Ungaran, Skripsi Fakultas Leite, A.J.M., Puccini, R.F., Atalah A.N.,
Kesehatan Masyarakat Universitas Da Cunha A.L.A., & Machado,
Diponegoro, Semarang. M.T. 2007. Effectiveness of home-
Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian based peer counseling to promote
suatu pendekatan praktik. Rineka breastfeeding in the northeast of
Cipta: Jakarta. Brazil: A randomized clinical trial.
Bhandari, N., Bahl, R., Mazumdar, S., Acta Paediatrica 2005:94(6):741-
Martines, J., Black, R.E., & Bhan, 746.
M.K. 2003. Effect of community- Mercy Corps Indonesia. 2009. Materi
based promotion of exclusive Sosialisasi Kelompok Pendukung
breastfeeding on diarrhoeal illness Ibu.
and growth: a cluster randomized Mihrshahi, S., Oddy, W.H., Peat, J.K., &
controlled trial.The Lancet.Vol Kabil, I. 2008. Association bet-
361.April 26,2003. ween infant feeding patterns and
Departemen Kesehatan R.I., 2010, Riset diarrhoeal and respiratory illness: a
Kesehatan Dasar (Riskesdas), cohort study in Chittagong, Bangla-
Badan Penelitian dan Pengem- desh. International Breastfeeding
Journal. 3:28.
82 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: 73-82

Nankunda, J., Tumwina, J.K., Soltvedt, A.,


Semiyaga, N., Ndeezi, G., &
Tylleskar, T. 2006. Community
based peer counsellors for support
of exclusive breastfeeding: expe-
riences from rural Uganda. Inter-
national Breastfeeding Journal
2006, 1:19 doi:10.1186/1746-
4358-1-19.
Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta:
Jakarta.
Roesli, U. 2006. Mengenal ASI Eksklusif.
Trubus Agriwidya: Jakarta.
Sujudi, A. 2008. Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia, Pemberian
ASI Eksklusif, from KCM, online,
(http://www.kompas.com/kompas-
cetak/0405/).
Widyawati 2008. Studi Tentang Inisiasi
Menyusu Dini pada Ibu Neonatal
di Puskesmas Kecamatan Ceng-
kareng Jakarta Barat. Tesis tidak
diterbitkan. Jakarta: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Petunjuk bagi Penulis
JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN

1. Artikel yang ditulis dalam Jurnal Kebidanan dan Keperawatan meliputi hasil penelitian di bidang
kebidanan dan keperawatan. Naskah diketik dengan program Microsoft Word, huruf Times New
Roman, ukuran 12 pts, dengan spasi At least 12 pts, dicetak pada kertas A4 sepanjang lebih
kurang 20 halaman dan diserahkan dalam bentuk Print-Out sebanyak 2 eksemplar beserta
softcopynya. Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai Attachment e-mail ke alamat:
bp3m_stikesayo@yahoo.com
2. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Sistematika artikel hasil penelitian adalah
judul, nama penulis, abstrak disertai kata kunci, pendahuluan, metode penelitian, hasil dan
pembahasan, simpulan dan saran, serta daftar pustaka.
3. Judul artikel dalam bahasa Indonesia tidak boleh lebih dari 14 kata, sedangkan judul dalam
bahasa Inggris tidak boleh lebih dari 12 kata. Judul dicetak dengan huruf kapital di tengah-
tengah, dengan ukuran huruf 14 poin.
4. Nama penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik, disertai lembaga asal, dan ditempatkan
di bawah judul artikel. Dalam hal naskah ditulis oleh tim, penyunting hanya berhubungan dengan
penulis utama atau penulis yang namanya tercantum pada urutan pertama. Penulis utama harus
mencantumkan alamat korespondensi atau e-mail.
5. Abstrak dan kata kunci ditulis dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris). Panjang masing-
masing abstrak 75-100 kata, sedangkan jumlah kata kunci 3-5 kata. Abstrak minimal berisi judul,
tujuan, metode, dan hasil penelitian.
6. Bagian pendahuluan berisi latar belakang, konteks penelitian, hasil kajian pustaka, dan tujuan
penelitian. Seluruh bagian pendahuluan dipaparkan secara terintegrasi dalam bentuk paragraf-
paragraf, dengan panjang 15-20% dari total panjang artikel.
7. Bagian metode penelitian berisi paparan dalam bentuk paragraf tentang rancangan penelitian,
sumber data, teknik pengumpulan data, dan analisis yang secara nyata dilakukan peneliti, dengan
panjang 10-15% dari total panjang artikel.
8. Bagian hasil penelitian berisi paparan hasil analisis yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian.
Setiap hasil penelitian harus dibahas. Pembahasan berisi pemaknaan hasil dan pembandingan
dengan teori dan/atau hasil penelitian sejenis. Panjang paparan hasil dan pembahasan 40-60%
dari panjang artikel.
9. Bagian simpulan berisi temuan penelitian yang berupa jawaban atas pertanyaan penelitian atau
berupa intisari hasil pembahasan. Simpulan disajikan dalam bentuk paragraf. Saran ditulis secara
jelas untuk siapa dan bersifat operasional. Saran disajikan dalam bentuk paragraf.
10. Daftar rujukan hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk, dan semua sumber yang dirujuk
harus tercantum dalam daftar rujukan. Sumber rujukan minimal 80% berupa rujukan terbitan 10
tahun terakhir. Rujukan yang digunakan adalah sumber-sumber primer berupa artikel-artikel
penelitian dalam jurnal atau laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, disertasi). Artikel yang
dimuat di Jurnal Kebidanan dan Keperawatan disarankan untuk digunakan sebagai rujukan.
11. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama akhir, tahun).
Pencantuman sumber pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor
halaman tempat asal kutipan. Contoh: (Davis, 2003: 47).
12. Daftar rujukan disusun dengan tata cara seperti contoh berikut ini dan diurutkan secara alfabetis
dan kronologis.
Buku:
Smeltzer, Suzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth.
Edisi 8. EGC: Jakarta.
Buku kumpulan artikel:
Saukah, A. & Waseso, M.G. (Eds). 2002. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah (edisi ke - 4,
cetakan ke-1). Malang: UM Press.
Artikel dalam buku kumpulan artikel:
Russel, T. 1998. An Alternative Conception: Representing Representation. Dalam P.J. Black &
A. Lucas (Eds). Children’s Informal Ideas in Science (hlm. 62-84). London: Routledge.
Artikel dalam jurnal atau majalah:
Kansil, C.L. 2002. Orientasi Baru Penyelenggaraan Pendidikan Program Profesional dalam
memenuhi Kebutuhan Industri. Transport, XX (4): 57-61
Artikel dalam koran:
Pitunov, B. 13 Desember, 2002. Sekolah Unggulan ataukah Sekolah Pengunggulan? Jawa
Post, hlm. 4 & 11.
Tulisan/berita dalam koran (tanpa nama pengarang)
Jawa Pos. 22 April, 2006. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, hlm. 3.
Dokumen resmi:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1997. Pedoman Penulisan Pelaporan
Penelitian. Jakarta : Depdikbud. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT Ammas Duta Jaya
Skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian
Sudyasih, T. 2006. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Tubercolosis Paru Dengan
Sikap Orang Tua Anak (0-10 Tahun) Penderita Tuberkulosis Paru Selama Menjalani
Pengobatan di Puskesmas Piyungan Bantul Tahun 2006. Skripsi Diterbitkan. Yogyakarta:
PSIK-STIKES ‘ASYIYAH YOGYAKARTA
Makalah seminar, lokakarya, penataran
Waseso, M.G. 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam Seminar
Lokakarya Penulisan Artikel dan Pengelolaan Jurnal Ilmiah, Universitas Lambungmangkurat,
Banjarmasin, 9-11 Agustus 2001
Internet (karya individual)
Hitchcock, S., Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM Online Journals, 1990-1995: The Calm
before the Storm, (Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.html), diakses 12
Agustus 2006
Internet (artikel dalam jurnal online)
Kumaidi, 2004. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu
Pendidikan. (online), Jilid 5, No. 4, (http://www.malang.ac.id), diakses 20 Januari 2000.
13. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel, gambar pada artikel berbahasa Indonesia meng-
gunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (Depdikbud, 1987).
14. Semua naskah ditelaah secara anonim oleh mitra bestari (reviewers) yang ditunjuk oleh penyun-
ting menurut bidang kepakarannya. Penulis artikel diberi kesempatan untuk melakukan perbaikan
(revisi) naskah atas dasar rekomendasi/saran dari mitra bebestari atau penyunting. Kepastian
pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan secara tertulis.
15. Segala sesuatu yang menyangkut perizinan pengutipan atau penggunaan software komputer
untuk pembuatan naskah atau ihwal lain yang terkait dengan HaKI yang dilakukan oleh penulis
artikel, berikut konsekuensi hukum yang mungkin timbul karenanya, menjadi tanggungjawab
penuh penulis artikel.
16. Sebagai prasyarat bagi pemrosesan artikel, para penyumbang artikel wajib menjadi pelanggan
minimal selama satu tahun (dua nomor). Penulis menerima nomor bukti pemuatan sebanyak 2
(dua) eksemplar dan cetak lepas sebanyak 2 (dua eksemplar). Artikel yang tidak dimuat tidak
akan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis.
JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
Jl. Ring Road Barat 63, Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55292
Telp. (0274) 4469199; Fax. (0274) 4469204

Bersama ini kami kirimkan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol. 11, No. 1, Juni
2015 sebanyak ….... eks.
Untuk selanjutnya apabila Bpk/Ibu/Sdr/Institusi Anda berkenan melanggannya, mohon
untuk mengisi blangko formulir berlangganan di bawah ini dan kirimkan ke alamat :
REDAKSI JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
Jl. Ring Road Barat No. 63, Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55292.
Telp (0274) 4469199 pesawat 166, Fax. (0274) 4469204
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

FORMULIR BERLANGGANAN JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN


Nama : ...................................................................................................
□Mahasiswa □ Individu □ Instansi
Alamat : ...................................................................................................
....................................................... Telp. : ................................
Akan Berlangganan JKK:
Vol. ....... : No. ........................... s/d ......................................
Sejumlah : ....................... eks./penerbitan
Untuk itu saya akan mengirimkan biaya pengganti ongkos cetak dan ongkos kirim sejumlah :
Rp. ..........................

Melalui : Transfer BRI Unit KH Ahmad Dahlan Yogyakarta


a.n Jurnal Kebidanan dan Keperawatan
No. Rek : 3005-01-013030-53-8

(fotokopi bukti pembayaran terlampir/dikirimkan ke alamat di atas)


Biaya berlangganan untuk satu tahun penerbitan: Rp 60.000 (Jawa) dan Rp 75.000 (Luar Jawa)

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

TANDA TERIMA

Telah terima Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol. 11, No. 1, Juni 2015
sebanyak: ......................... eksemplar dengan baik.

Diterima di/tgl. : .................................... (Harap dikembalikan ke alamat di atas, bila ada


perubahan nama & alamat mohon ditulis)
Nama : ....................................
.

Anda mungkin juga menyukai