Semua hak dilindungi. Tak ada bagian dari buku ini yang boleh direproduksi dalam bentuk apa pun atau
dengan cara apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit.
Permintaan izin untuk membuat salinan dari bagian mana pun buku ini harap dikirimkan
kepada: Permissions Editor
Department of Publications
Joint Commission Resources
One Renaissance Boulevard
Oakbrook Terrace, Illinois 60181 U.S.A.
permissions@jcrinc.com
ISBN: 978-1-59940-434-9
ISBN : 979-23-5814-5
ii
Penilaian Pasien (Assessment of Patients - AOP)
Daftar Isi
Sambutan iv
Sambutan v
Prakata vi
Panel Subkomite dan Pakar Joint Commission International Standards
vii Pendahuluan
1
Kebijakan dan Prosedur Joint Commission International 9
Glosarium 271
Indeks 285
iii
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Sambutan
Bermula dari keinginan beberapa rumah sakit anggota Persatuan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) untuk
memperoleh akreditasi internasional, khususnya dari Joint Commission International (JCI), namun terkendala
dengan masalah bahasa, maka muncul ide dari beberapa pihak agar buku panduan Joint Commission
International, Accreditation Standards For Hospitals diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Bagai gayung
bersambut, keinginan tersebut kebetulan senada dengan niat kuat pengurus PERSI agar seluruh rumah sakit
anggota PERSI dapat mempelajari standar akreditasi rumah sakit internasional, khususnya menurut standar JCI.
Maka sungguh kami menyambut baik terbitnya buku panduan Joint Commission International, Standar Akreditasi
Rumah Sakit edisi ke-4 dalam bahasa Indonesia ini, yang berlaku sejak Januari 2011.
Diharapkan kehadiran buku ini akan memberikan kemudahan kepada staf rumah sakit di seluruh Indonesia
untuk mengenal standar mutu dan pelayanan rumah sakit internasional. Semoga pula, dengan mengikuti standar
internasional berpedoman pada buku ini, rumah sakit di Indonesia akan semakin bergairah mengupayakan
peningkatan kualitas secara berkesinambungan, sesuai dengan yang disyaratkan dalam Undang-undang Nomor 44
Tentang Rumah Sakit.
Tak berlebihanlah kiranya bila kami berharap, dengan semakin banyak rumah sakit di negeri kita yang
menggunakan pedoman ini, di masa depan mutu pelayanan rumah sakit nasional akan setara dengan standar mutu
dunia perumahsakitan internasional. Semua itu tentu akan bermuara pada terangkatnya wibawa bangsa Indonesia
baik di tingkat regional Asia Tenggara maupun dunia.
Atas terbitnya buku ini, kami sampaikan terima kasih atas kerja sama serta partisipasi semua pihak yang terlibat,
yaitu: pihak JCI yang telah memberikan izin agar buku ini dapat diterjemahkan ke dalam versi Bahasa
Indonesia, Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Indonesia, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI), Siloam International Hospitals, dan Majalah Intisari.
Dalam rangka penyempurnaan edisi bahasa Indonesia ini, masukan dari berbagai pihak pastilah kami sambut
dengan tangan terbuka. Semoga buku pedoman ini akan bermanfaat bagi perbaikan dunia pelayanan kesehatan di
Indonesia.
iv
Penilaian Pasien (Assessment of Patients - AOP)
Sambutan
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas selesainya penerjemahan buku panduan
Joint Commission International, Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi ke-4 yang berlaku sejak Januari 2011.
Buku panduan ini diterjemahkan atas inisiatif dan kerja sama dari Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
Indonesia, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), Siloam International Hospitals dan Majalah
Intisari dari Kompas Gramedia.
Maksud dan tujuan diterjemahkannya buku panduan ini adalah agar masyarakat di lingkungan Rumah Sakit
seluruh Indonesia mengenal JCI dan bagaimana sistem standarisasi yang diterapkan oleh JCI. Dengan demikian
mereka akan dapat mengaplikasikan standarisasi JCI untuk meningkatkan mutu dan pelayanan rumah sakit di
Indonesia menjadi sejajar dengan standar pelayanan rumah sakit berskala internasional.
Ke depan diharapkan agar buku ini dapat bermanfaat bagi masyarakat rumah sakit di Indonesia untuk dapat
meningkatkan mutu dan pelayanan mereka sesuai standar pelayanan internasional menurut akreditasi JCI.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada pihak JCI yang telah
memberikan izin agar buku ini dapat diterjemahkan ke dalam versi bahasa Indonesia, pihak KARS Indonesia
dan PERSI yang telah berpartisipasi menyumbangkan tenaga dan saran dalam penerjemahan, Majalah Intisari
sebagai penerbit, para editor, narasumber, serta seluruh pihak yang terlibat dalam penerjemahan buku ini.
Kami menyadari bahwa penerjemahan buku ini masih jauh dari sempurna, namun demikian kami
memandangnya sebagai awal yang penting dalam upaya memajukan pelayanan kesehatan di Indonesia.
Masukan serta saran dari para pembaca niscayalah akan kami sambut dengan gembira demi perbaikan.
v
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Prakata
Joint Commission International (JCI) dengan bangga menghadirkan edisi keempat buku Standar Internasional
Rumah Sakit. JCI didirikan tahun 1998 sebagai perpanjangan tangan untuk kawasan internasional dari The Joint
Commission (United States). Setelah lebih dari 10 tahun lewat, diterbitkannya edisi baru standar ini sekali lagi
menegaskan kembali misi JCI untuk memperbaiki keselamatan dan kualitas perawatan pasien di seluruh dunia.
Pengembangan dan revisi yang dilakukan terhadap standar JCI benar-benar bersifat internasional. Proses
pengembangannya secara aktif diawasi oleh satuan tugas yang terdiri atas kumpulan para ahli dari banyak
negara, yang berada di benua-benua terpadat di seluruh dunia. Di samping itu, standar tersebut dievaluasi
oleh orang-orang di seluruh dunia melalui peninjauan lapangan berbasis internet, serta dipertimbangkan
oleh Dewan Penasehat Regional JCI di Asia Pasifik, Eropa, Timur Tengah dan para pakar lainnya dari
berbagai ranah perawatan kesehatan. Edisi baru standar rumah sakit ini digabungkan dengan standar JCI
yang terkait dengan Sertifikasi Program Rawat Jalan, Perawatan Berkelanjutan (continuum of care),
Laboratorium Klinik, Transportasi Medik, Perawatan Primer, dan Perawatan Klinik. Standar JCI merupakan
dasar penetapan
akreditasi dan sertifikasi setiap fasilitas dan program perawatan kesehatan di seluruh dunia. Selain itu, standar JCI
telah digunakan untuk mengembangkan dan menetapkan program akreditasi di banyak negara. Standar ini telah
diterapkan baik oleh lembaga-lembaga masyarakat, departemen kesehatan, dan lain-lain sebagai metode untuk
mengevaluasi dan memperbaiki keselamatan serta kualitas perawatan pasien .
Edisi keempat mencerminkan perubahan dinamis yang terus terjadi di seluruh dunia di bidang perawatan
gangguan akut. Edisi ini juga merinci, Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (International Patient Safety
Goals), untuk meningkatkan efektivitas dan melakukan berbagai perubahan agar hubungan antara pengukuran
kualitas dan peningkatan mutu dapat diperkuat lewat penerapan langkah-langkah yang telah teruji menurut,
Daftar Tindakan JCI (Joint Commission International Library of Measures). Di samping itu, berbagai perubahan
berasal dari analisis peristiwa penyelamatan pasien dan akar penyebabnya. Banyak dari perubahan-perubahan ini
dipaparkan dalam Bab Pendahuluan.
Seperti halnya dengan semua Standar JCI, edisi ini memaparkan satu set standar lengkap, tujuan setiap standar,
dan faktor apa saja yang dapat diukur untuk diases kepatuhannya dengan masing-masing standar. Struktur ini
memungkinkan sidang pembaca mengetahui dan memahami persyaratan khusus yang terkandung dalam standar
ini.
Untuk informasi lebih lanjut tentang rumah sakit dan akreditasi lainnya dan program sertifikasi JCI, Sasaran
Internasional Keselamatan Pasien, dan prakarsa JCI lainnya, bantuan dalam mengembangkan program
akreditasi di negara tertentu, atau dalam mempersiapkan akreditasi, silakan menghubungi kami di
JCI juga memahami bahwa standardisasi akan terus-menerus berproses dan dalam semangat itu, kami
mengharapkan berbagai masukan dan saran demi perbaikan dan peningkatan mutu standardisasi tersebut.
Karen H. Timmons
President dan CEO
Joint Commission International and Joint Commission Resources
vi
Penilaian Pasien (Assessment of Patients - AOP)
vii
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Pendahuluan
Pendahuluan
Edisi keempat Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals memuat seluruh standar,
tujuan, unsur-unsur standar yang dapat diukur, kebijakan, kebijakan akreditasi dan prosedur, serta daftar
istilah kunci. Pendahuluan ini dimaksudkan untuk memaparkan topik-topik berikut:
• Manfaat akreditasi
• Joint Commission International (JCI) dan hubungannya dengan The Joint Commission (USA)
• Inisiatif akreditasi internasional dari JCI
• Asal-usul standar dan bagaimana mengorganisasikannya
• Cara menggunakan panduan standar
• Apa yang baru dalam panduan edisi keempat
Apabila setelah membaca buku ini muncul pertanyaan tentang standar atau proses akreditasi, silakan
menghubungi JCI. Kontak yang bisa dihubungi dapat dilihat dalam Prakata (sebelum bagian ini).
Apakah akreditasi?
Akreditasi adalah proses di mana suatu lembaga, yang terpisah dan berbeda dari organisasi pelayanan kesehatan,
biasanya nonpemerintah, melakukan asesmen terhadap organisasi pelayanan kesehatan. Tujuannya untuk
menentukan apakah organisasi tersebut telah memenuhi seperangkat persyaratan (standar) yang dirancang untuk
memperbaiki keselamatan dan kualitas pelayanan. Akreditasi biasanya bersifat sukarela. Akreditasi standar biasanya
diyakini sebagai sesuatu yang optimal dan dapat dicapai. Akreditasi menunjukkan komitmen nyata sebuah
organisasi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas perawatan pasien, memastikan
bahwa suatu lingkungan perawatan itu aman, dan terus bekerja untuk mengurangi risiko bagi para pasien dan
petugas kesehatan. Seluruh dunia telah memandang perlunya akreditasi sebagai cara efektif untuk mengevaluasi
mutu suatu organisasi pelayanan kesehatan, yang sekaligus juga berperan sebagai sarana manajemen.
1
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Pendahulu
Selama lebih dari 75 tahun, The Joint Commission (USA) dan organisasi pendahulunya didedikasikan untuk
meningkatkan kualitas dan keamanan pelayanan kesehatan. Kini The Joint Commission (USA) merupakan
pemberi akreditasi terbesar di Amerika Serikat di bidang organisasi pelayanan kesehatan; lembaga ini menyurvei
hampir 16.000 program layanan kesehatan melalui proses akreditasi sukarela. Baik The Joint Commission (USA)
maupun JCI bersifat nonpemerintah, dan merupakan perusahaan nirlaba di Amerika Serikat.
JCI juga menawarkan sertifikasi program perawatan klinis, seperti program untuk perawatan stroke, perawatan
jantung, atau penggantian sendi. Program akreditasi JCI didasarkan pada kerangka kerja standar internasional yang
disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
2
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Pendahulu
Standar itu dikelompokkan menurut fungsi-fungsi yang terkait dengan penyediaan perawatan bagi pasien; juga
dengan upaya menciptakan organisasi pelayanan kesehatan yang aman, efektif, dan terkelola dengan baik. Fungsi-
fungsi tersebut tidak hanya berlaku untuk organisasinya secara keseluruhan tetapi juga untuk setiap unit,
departemen, atau layanan yang ada dalam organisasi tersebut. Lewat proses survei dikumpulkan informasi sejauh
mana seluruh organisasi menaati pedoman yang ditentukan oleh standar. Keputusan pemberian akreditasinya
didasarkan pada tingkat kepatuhan terhadap standar di seluruh organisasi pelayanan kesehatan yang
bersangkutan.
3
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Pendahulu
• sarana untuk mengetahui kebijakan-kebijakan akreditasi, bagaimana prosedur serta prosesnya, dan
• mengenal terminologi yang digunakan dalam buku panduan/manual.
2. Perubahan untuk meningkatkan persyaratan yang ada atau memperkenalkan persyaratan baru. Contoh
dari perubahan ini adalah sebagai berikut:
• Sasaran Internasional Keselamatan Pasien 3 (SIKP.3), Meningkatkan Keamanan Obat-obatan
Yang Harus Diwaspadai. Dulu, evaluasi dan skoring terhadap sasaran ini difokuskan hanya pada
elektrolit konsentrasi. Sekarang, evaluasi dan skoringnya difokuskan pada semua obat berisiko tinggi
menurut kebijakan rumah sakit yang bersangkutan.
• APKP.1.1.1, Pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak, atau segera, diberi prioritas untuk
asesmen dan pengobatan.
Ditambahkan EP 4,5 untuk lebih menekankan perlunya pasien darurat distabilkan terlebih dahulu
sebelum dipindahkan ke rumah sakit lain dengan menggunakan proses triase yang telah terbukti
berhasil.
• APKP.3.3, Rekam medis pasien rawat jalan yang mendapatkan perawatan berkelanjutan
berisi rangkuman seluruh diagnosis yang signifikan, alergi obat, obat-obatan yang sedang
dikonsumsi, dan setiap prosedur pembedahan serta rawat inap di masa lalu.
Ini merupakan standar baru agar informasi rawat jalan bagi pasien-pasien yang sedang menjalani
perawatan dari berbagai klinik dapat lebih terpadu.
• APKP.3.5, Rumah sakit memiliki proses untuk menindaklanjuti pasien yang pulang tanpa
izin dokter. Ini merupakan standar baru untuk membantu mengurangi risiko terhadap pasien jika
mereka meninggalkan rumah sakit ketika pengobatan belum selesai atau belum memadai sambil
membuka peluang untuk belajar dari proses tindak lanjut bagi pihak rumah sakit.
• APKP.5
Standar ini telah dilepaskan dari dua standar dan kini memuat perihal semua kendaraan
untuk transportasi, apakah dimiliki dan dioperasikan oleh rumah sakit.
• HPK.2, Rumah sakit mendukung hak-hak pasien dan keluarganya untuk berperan serta dalam
proses perawatan.
Diperkenalkan EP baru yang mengharuskan rumah sakit untuk menawarkan atau memfasi-
litasi pendapat kedua ketika pasien memintanya.
5
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Pendahulu
• AP.5.3.1, Terdapat suatu proses untuk melaporkan hasil-hasil kritis suatu pengujian
laboratorium yang tepat waktu sesuai ketentuan rumah sakit.
Ini merupakan standar baru agar proses keselamatan bagi pasien yang terkait dengan pelaporan hasil
uji laboratorium kritis dapat terlaksana.
• MPO.4, EP 6, Permintaan obat awal harus dibandingkan dulu dengan daftar obat-obatan
sebelum pasien mulai rawat inap.
• ETP baru ini merupakan langkah penting dalam keselamatan pengobatan dan diperlukan
untuk memfasilitasi proses rekonsiliasi pengobatan bagi setiap pasien.
• PMKP.5, Rumah sakit menggunakan proses internal untuk melakukan validasi data.
Standar ini telah ditulis ulang untuk menekankan betapa besar tanggung jawab rumah sakit
untuk melakukan perbaikan bermakna dalam pengumpulan dan validasi data.
• PMKP.5.1, Apabila rumah sakit mempublikasikan data atau mengunggah (posting) data
di situs jaringan publik, pemimpin rumah sakit harus memastikan bahwa data itu dapat
dipercaya.
Standar ini sekarang menyatakan bahwa ketika rumah sakit mempublikasikan data, pemimpin
rumah sakit harus lebih dulu menetapkan keandalan data tersebut baik melalui proses
internal maupun oleh pihak ketiga yang tidak terikat.
• PMKP.6, Rumah sakit menggunakan proses yang telah ditetapkan untuk mengidentifikasi dan
mengelola kejadian sentinel.
Definisi “kejadian sentinel” kini meliputi “penculikan bayi atau bayi yang dipulangkan bersama
orangtua yang keliru”
• PMKP.11, Suatu program manajemen risiko yang berkelanjutan digunakan untuk meng-
identifikasi dan mengurangi Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dan risiko-risiko keselamatan
lainnya pada pasien dan staf.
Standar ini secara signifikan diperluas untuk memperkenalkan kerangka kerja manajemen risiko yang
komprehensif sebagai alat untuk mengurangi kejadian yang tak dikehendaki.
• PPI.7.1.1, Terdapat kebijakan dan prosedur yang mengidentifikasi proses untuk mengelola
persediaan yang sudah kadaluarsa dan menentukan persyaratan untuk penggunaan kembali
peralatan sekali-pakai, apabila diizinkan oleh undang-undang dan peraturan.
Penggunaan kembali alat sekali-pakai sebelumnya merupakan salah satu, elemen penilaian terukur,
di PPI.7.1, namun karena pentingnya dan seringnya terjadi masalah ini, telah dibuat sebagai
Standar yang terpisah.
• TKKA.3.3.1, Kontrak dan perjanjian-perjanjian lainnya termasuk bagian dari program rumah
sakit untuk perbaikan mutu dan keselamatan pasien.
Ketentuan baku ini memperluas persyaratan TKKA.3.3 terkait dengan tanggung jawab pemimpin
rumah sakit terhadap pembuatan kontrak dan pemantauannya.
• TKKA.3.3.2, Praktisi mandiri nonkaryawan rumah sakit memiliki kredensial yang tepat untuk
layanan yang diberikan kepada pasien-pasien rumah sakit.
Standar ini secara signifikan memperluas persyaratan untuk memastikan bahwa evaluasi terhadap
semua praktisi mandiri dilaksanakan melalui proses yang teliti sesuai standar KPS bagi staf medis.
6
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Pendahulu
• TKKA.6, Rumah sakit menyusun suatu kerangka kerja manajemen etika yang memastikan
bahwa perawatan pasien disediakan sesuai norma bisnis, keuangan, etika, dan hukum
serta melindungi pasien, dan hak-hak mereka.
Sebuah EP 3 baru menyatakan, “Ketika menyusun kerangka kerja perilaku etis, pemimpin rumah
sakit mempertimbangkan norma etika nasional dan internasional.” Persyaratan ini dimaksudkan
untuk memperkenalkan norma-norma internasional ke dalam pemikiran dan perdebatan tentang
etika dalam setiap organisasi pelayanan kesehatan.
7
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Pros
edur
Inter
nati
onal
dan
Commision
Kebijakan
Joint
Kebijakan dan Prosedur Joint Commision International
Kebijakan dan
International
Prosedur
Tabel Kebijakan dan Prosedur
Gambaran Umum 12
Persyaratan Umum untuk Survei 12
Maksud dan Tujuan Survei Akreditasi 12
Ruang Lingkup Survei Akreditasi 12
Hasil Survei Akreditasi 12
Diakreditasi atau ditolak permohonan akreditasinya 12
Pemberian Akreditasi 12
Masa Berlaku Akreditasi 13
Jadwal Proses Akreditasi 13
Prasurvei 14
Cara mengajukan Akreditasi 14
Penjadwalan Survei dan Perencanaan Agenda Survei 14
Kebijakan tentang Keakuratan dan Kebenaran Informasi 15
Tujuan 15
Kebijakan 15
Kebijakan Penundaan Survei 16
Alasan penundaan yang diterima 16
Kebijakan Pembatalan 16
Kebijakan Struktur Biaya Akreditasi JCI 16
Biaya Awal dan Biaya Akreditasi Tiga Tahunan 16
Biaya Survei Terfokus 17
Biaya Penundaan 17
Biaya Pembatalan 17
Pembatalan Yang Diprakarsai Rumah Sakit 17
Pembatalan Yang Diprakarsai JCI 17
Biaya Perjalanan Survei Akreditasi atau Survei Terfokus 17
Jadwal Pembayaran Biaya Survei 17
Opsi I 17
Opsi II 18
9
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit
Kebijakan
edisi dan
ke- Prosedur Joint Commision
Pascasurvei 24
Revisi Laporan Resmi Temuan Survei 24
Keputusan Akreditasi (Kaidah Keputusan) 25
Akreditasi Diterima atau Akreditasi Ditolak 25
Banding Ketika Akreditasi JCI Ditolak atau Dicabut 25
Pemberitahuan kepada rumah sakit tentang bidang-bidang yang tidak memenuhi
Standar JCI atau Kondisi Yang Mengancam Kehidupan 25
Pertimbangan terhadap Respons Rumah Sakit 25
Tindakan Komite Akreditasi JCI 25
Informasi tentang Status Akreditasi Yang Terbuka bagi Publik 26
Pemasangan dan Penggunaan Sertifikat Akreditasi 26
Mempertahankan Akreditasi 26
Persyaratan Pelaporan Antar-Survei 26
Tujuan 26
Kebijakan 26
Tanggung Jawab 27
10
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit
Kebijakan
edisi dan
ke- Prosedur Joint Commision
11
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit
Kebijakan
edisi dan
ke- Prosedur Joint Commision
Rumah sakit pelayanan kesehatan yang ingin diakreditasi oleh Joint Commission International (JCI) harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut.
Gambaran Umum
Persyaratan Umum untuk Survei
Setiap rumah sakit pelayanan kesehatan dapat mendaftar untuk diakreditasi JCI jika memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
l Rumah sakit tersebut saat ini beroperasi dengan izin sebagai rumah sakit penyedia layanan kesehatan di
negara yang bersangkutan.
l Rumah sakit tersebut harus bersedia dan siap bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas rawatan
dan layanannya.
l Rumah sakit tersebut menyediakan layanan yang ditentukan oleh standar JCI.
Proses survei di lokasi dan penilaian diri secara berkelanjutan dapat membantu rumah sakit mengidentifikasi
dan memperbaiki masalah serta meningkatkan kualitas layanan dan jasanya. Di samping mengevaluasi
kepatuhannya terhadap standar dan maksud dan tujuan standar JCI serta kepatuhannya terhadap Sasaran
Internasional Keselamatan Pasien, pelaku survei juga memberikan edukasi dalam rangka mendukung aktivitas
perbaikan kualitas rumah sakit.
Survei di lokasi akan mempertimbangkan faktor budaya dan/atau faktor hukum khas yang dapat mempengaruhi
atau menentukan keputusan terkait dengan penyediaan perawatan dan/atau kebijakan dan prosedur rumah sakit.
Pemberian Akreditasi
Untuk memperoleh akreditasi, rumah sakit harus unjuk bukti bahwa seluruh standar dipatuhi dan mencapai skor
12
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit
Kebijakan
edisi dan
ke- Prosedur Joint Commision
angka minimal standar sebagaimana tercantum dalam amar keputusan. Rumah sakit yang Terakreditasi menerima
Pada akhir siklus tiga tahun akreditasi rumah sakit harus dievaluasi ulang untuk memenuhi persyaratan
pembaharuan pemberian akreditasi.
Jika selama periode akreditasi, rumah sakit mengalami perubahan struktur, kepemilikan, atau layanan, JCI harus
diberitahu. JCI kemudian akan menentukan perlu tidaknya menyurvei ulang rumah sakit dan/atau membuat
keputusan akreditasi baru.
6-9 bulan sebelum Kirim aplikasi yang telah direvisi dan jadwalkan survei
tenggat waktu tiga ulang untuk akreditasi JCI tiga tahunan
tahunan
4-6 bulan Menerima dan mengisi formulir Kontrak Survei JCI dan
sebelum survei Instruksi Perjalanan
6-9 bulan Kirim aplikasi untuk survei kepada JCI dan jadwalkan tanggal
sebelum survei survei dengan JCI
13
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit
Kebijakan
edisi dan
ke- Prosedur Joint Commision
Prasurvei
Joint Commision International
Kebijakan dan Prosedur
Rumah sakit dapat mengajukan dan memperoleh formulir secara elektronik dengan mengunduh formulir aplikasi
di http://www.jointcommissioninternational.org dan mengembalikan formulir yang telah lengkap melalui faksimili
atau e-mail ke
Joint Commission International Accreditation
Fax: +1 630.268.2996
E-mail: jciaccreditation@jcrinc.com
Rumah sakit harus menginformasikan kepada JCI jika ada perubahan informasi yang terkandung dalam aplikasi
survei dari saat permohonan diajukan hingga saat survei dilakukan.
JCI akan menyediakan bagi setiap rumah sakit seorang spesialis layanan akreditasi, yang akan menjadi kontak atau
penghubung utama antara rumah sakit dan JCI. Individu ini akan mengkoordinasikan perencanaan survei dan harus
mampu menjawab setiap pertanyaan tentang kebijakan, prosedur atau masalah akreditasi rumah sakit tersebut.
Spesialis layanan akreditasi itu akan bekerja sama dengan rumah sakit mempersiapkan agenda survei berdasarkan
jenis, ukuran, dan kompleksitas rumah sakit pelayanan kesehatan. Di dalam agenda itu ditentukan lokasi mana saja
di dalam rumah sakit yang akan dikunjungi, jenis wawancara yang akan dilakukan, para karyawan yang
diwawancara, dan dokumen yang perlu disediakan bagi pelaku survei.
Pelaku survei internasional dengan kualifikasi tinggi akan melakukan survei. JCI akan melakukan segala upaya
untuk menyediakan pelaku survei yang fasih dalam bahasa setempat. Jika pelaku survei JCI dengan kemampuan
bahasa yang memadai tidak ada, JCI akan bekerja sama dengan rumah sakit mencari penerjemah berkualitas.
Ada kemungkinan rumah sakit atau JCI harus menunda survei yang telah terjadwal atau bahkan membatalkan
survei tersebut. Lihat ”Kebijakan Struktur Biaya Akreditasi JCI” berikut ini agar lebih jelas.
14
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit
Kebijakan
edisi dan
ke- Prosedur Joint Commision
Kebijakan
a) Setiap saat, rumah sakit harus memberikan informasi yang akurat dan benar selama proses akreditasi.
Ketidaktepatan informasi yang diberikan rumah sakit pemohon atau rumah sakit lain yang sudah
terakreditasi Program Akreditasi JCI, akan dianggap sebagai fabrikasi, baik secara keseluruhan
maupun sebagian.
b) Jika rumah sakit tidak akurat dalam memberikan informasi yang relevan dengan akreditasi, baik yang
disengaja maupun karena kelalaian, pemberian akreditasi akan segera dihentikan atau dalam kasus
pemohon baru, rumah sakit tidak akan memenuhi syarat untuk dievaluasi ulang selama satu tahun.
meliputi
Contoh pengubahan
fabrikasi draft isi dokumen, pemformatan ulang, atau menghapus isi; mengetahui adanya
informasi palsu, atau menyediakan, menyembunyikan, dan menghapus bukti selama survei.
c) Setelah rumah sakit memasukkan formulir aplikasi, Program Akreditasi JCI harus diberitahu dalam
waktu
30 hari akan adanya setiap perubahan atau setidaknya 30 hari sebelum tanggal survei terjadwal, jika
ada perubahan dalam rumah sakit yang akan mengubah informasi yang dilaporkan dalam Aplikasi
Survei.
d) Di antara dua survei, bila ada perubahan dalam kepemilikan, struktur rumah sakit, atau layanan, rumah
sakit harus memberitahu Program Akreditasi JCI dalam waktu 30 hari.
e) Informasi yang harus dilaporkan kepada Program Akreditasi JCI
meliputi:
1) Perubahan nama rumah sakit dan/atau kepemilikan
2) Setiap perubahan informasi kontak yang diberikan oleh staf dan/atau pemimpin yang ditunjuk
untuk mengurusi Program Akreditasi JCI.
3) Setiap pergantian staf dan/atau pemimpin yang ditunjuk untuk mengurusi Program Akreditasi JCI
4) Adanya peningkatan atau penurunan jasa layanan yang signifikan
5) Adanya penambahan jenis baru layanan kesehatan atau akuisisi baru
6) Adanya penghapusan layanan kesehatan
7) Adanya perubahan bangunan fisik yang signifikan
f) Program Akreditasi JCI mensyaratkan rumah sakit menugaskan hanya karyawan purnawaktu saja yang
ber- komitmen penuh di rumah sakit (bukan karyawan kontrak) dan yang paling sesuai sebagai staf utama
akre- ditasi JCI untuk menjalankan seluruh komunikasi terkait dengan akreditasi. Hal ini akan membantu
memas- tikan kesinambungan pengalihan informasi yang akurat antara Program Akreditasi JCI dan rumah
sakit.
g) Program Akreditasi JCI akan membatasi sebagian besar komunikasi terkait dengan proses akreditasi hanya
dengan ketiga kontak utama akreditasi JCI yang terdaftar pada formulir aplikasi: CEO (atau yang
setara), koordinator survei akreditasi JCI, dan kontak untuk penagihan. Persyaratan komunikasi berikut
akan berlaku bagi individu yang terdaftar sebagai ketiga kontak utama tersebut:
1) Kontak utama Program Akreditasi JCI perlu membentuk mekanisme komunikasi untuk
memastikan seluruh komunikasi akreditasi JCI yang ditujukan kepada mereka ditanggapi dalam
kerangka waktu yang ditentukan.
2) Program Akreditasi JCI tidak akan menanggapi komunikasi akreditasi dari staf rumah sakit di
luar kontak akreditasi JCI. Program Akreditasi JCI akan mengacu seluruh permintaan
komunikasi ke kontak utama.
3) Rumah sakit diwajibkan menyerahkan formulir informasi kontak rumah sakit terkini dalam waktu
30 hari dari setiap perubahan kontak atau orang untuk akreditasi JCI. Bentuknya dapat diunduh
dari situs akreditasi JCI Internet dan/atau Pusat Sumberdaya Akreditasi JCI.
4) Rumah sakit terakreditasi diwajibkan menyerahkan formulir informasi penghubung rumah sakit
dalam minggu pertama setiap tahun.
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit
Kebijakan
edisi dan
ke- Prosedur Joint Commision
h) Jika Program Akreditasi JCI melihat rumah sakit gagal memenuhi satu atau lebih dari tujuh persyaratan
di atas untuk kebijakan ini, rumah sakit pada awalnya akan dihubungi untuk membahas situasi dan
Joint Commision International
persyarat- an akreditasi JCI. Dalam diskusi tersebut, staf Program Akreditasi JCI akan mengingatkan para
Kebijakan dan Prosedur
pemimpin bahwa ketidakpatuhan terhadap kebijakan dapat menyebabkan masuknya mereka dalam kategori
administratif Berisiko Ditolak Akreditasi sebagaimana tercantum dalam kebijakan akreditasi. Jika rumah
sakit terus-menerus tidak memenuhi persyaratan, petugas akan menempatkan rumah sakit dalam kategori
Ditolak Akreditasinya dan keputusan akreditasi mereka akan ditinjau ulang oleh Komite Akreditasi untuk
menentukan hasilnya.
JCI berhak melakukan survei di lapangan jika rumah sakit tersebut terus memberikan jasa perawatan
pasien dalam keadaan seperti itu.
Kebijakan Pembatalan
Survei dapat dibatalkan oleh salah satu pihak tanpa penalti atau ganti rugi apabila salah satu peristiwa
berikut menjadikannya tidak mungkin, ilegal, atau tidak masuk akal untuk dilanjutkan:
• Takdir Tuhan
• Peperangan
• Terorisme
• Peraturan Pemerintah
• Musibah
• Pemogokan
• Kekacauan di masyarakat
• Keadaan darurat lain yang serupa
Pembatalan karena salah satu alasan di atas harus dikomunikasikan secara tertulis dan sesegera mungkin.
Selanjutnya, JCI dapat mengikuti saran departemen terkait untuk mengevaluasi keadaan politik dan militer
yang berhubungan dengan penjadwalan survei.
Biaya Awal dan Biaya Akreditasi Tiga Tahunan. Bagi sebagian besar rumah sakit, tim
survei yang terdiri atas tiga anggota cukup untuk melakukan survei empat hari yang efisien dalam
mengevaluasi secara komprehensif. Bagi rumah sakit yang lebih besar atau lebih kecil, biaya akan
disesuaikan ke atas atau ke bawah, sesuai dengan ukuran rumah sakit. Termasuk di dalam biaya adalah
16
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit
Kebijakan
edisi dan
ke- Prosedur Joint Commision
Biaya Survei Terfokus. Survei terfokus dilakukan ketika JCI melihat adanya masalah yang bisa menjadi
serius dalam pemenuhan standar perawatan atau keselamatan pasien atau ketika JCI memiliki alasan sah lain untuk
melakukan survei terhadap rumah sakit yang telah terakreditasi. Survei terfokus hanya meninjau standar dan/atau
persyaratan Sasaran Internasional Keselamatan Pasien yang belum terpenuhi saat survei dilakukan atau yang dibahas
saat adanya laporan mengenai kejadian tertentu. Dalam banyak kasus, survei terfokus dilaksanakan seorang pelaku
survei dalam satu hari. Namun, JCI berhak menugaskan lebih dari satu pelaku survei atau menjad- walkan lebih
dari satu hari sesuai dengan jumlah standar yang harus disurvei atau pelbagai kegiatan survei.
Biaya Penundaan. Meskipun jarang terjadi, bisa saja JCI mengambil kebijakan menyetujui perminta- an
penundaan survei meskipun rumah sakit yang memintanya tidak memenuhi satu pun kriteria yang sudah
ditentukan sebelumnya (lihat Kebijakan Penundaan). Dalam kasus demikian, rumah sakit dapat dikenakan biaya
tambahan untuk menutup tambahan pengeluaran.
Biaya Pembatalan
Pembatalan yang Diprakarsai Rumah sakit. Jika rumah sakit membatalkan survei 30 hari atau kurang dari
sebelum hari pertama survei karena satu dan lain hal di luar yang telah ditetapkan sebelumnya (lihat Kebijakan
Pembatalan pada halaman 16), akreditasi JCI mungkin meminta pembayaran sebesar setengah biaya survei untuk
menutup biaya akreditasi yang dikeluarkan JCI.
Pembatalan yang Diprakarsai JCI. Dalam hal JCI melakukan pembatalan karena satu dan lain hal di luar
yang telah ditetapkan sebelumnya, rumah sakit tidak akan dikenakan biaya.
Biaya Perjalanan Survei Akreditasi atau Survei Terfokus. Selain biaya survei, rumah sakit
bertanggung jawab membayar seluruh biaya perjalanan surveyor. Termasuk di dalamnya transportasi (tiket pesawat,
kereta api, dan mobil) dan akomodasi yang layak, pengeluaran harian untuk makan dan biaya tak terduga. Angka
ini tidak boleh melebihi tarif yang telah ditetapkan Departemen Luar Negeri AS untuk perjalanan internasional.
Jadwal Pembayaran Biaya Survei. Biaya akreditasi JCI dapat ditagih dengan menggunakan salah
satu dari dua pilihan berikut. Rumah sakit diminta menentukan pilihan dengan memilih dan menandatangani
opsi yang diinginkan di halaman terakhir kontrak.
Opsi I. Setelah menyetujui perjanjian ini, rumah sakit akan menerima kuitansi sebesar 100% biaya survei (dalam
dolar AS) setidaknya 45 hari sebelum tanggal survei dimulai. Pembayaran ditransfer dalam 21 hari atau lebih
sebelum tanggal dimulainya survei. Di akhir survei, jika rumah sakit dinyatakan memperoleh akreditasi, sertifikat
akreditasi JCI akan dikirim langsung ke rumah sakit, disertai dengan Laporan Temuan Resmi Survei. JCI
17
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit
Kebijakan
edisi dan
ke- Prosedur Joint Commision
kemudian akan menagih biaya pengeluaran pelaku survei untuk perjalanan dan pemeliharaan dalam waktu
30 hari setelah survei berakhir. Biaya ini dibayar segera setelah menerima tagihan.
Joint Commision International
Kebijakan dan Prosedur
Dengan memilih Opsi I, rumah sakit diharapkan untuk membayar biaya pelaku survei secara tepat waktu
sesuai penagihan. Jika rumah sakit tidak tepat waktu dalam membayar biaya pelaku survei, JCI akan
merekomendasikan kepada Komite Akreditasi agar sertifikat akreditasi rumah sakit dikembalikan ke JCI dan
status akreditasi rumah sakit dicabut.
ATAU
Opsi II. Biaya survei akan dibayarkan dengan dua faktur terpisah, sedangkan biaya pelaku survei yang
terkait dengan perjalanan dan pemeliharaan ditagih dengan faktur ketiga yang akan dikirim ke rumah
sakit.
a) Setelah perjanjian disepakati, rumah sakit akan menerima tagihan untuk separuh pertama survei
akreditasi. Penagihan 50% dari biaya survei ini dilakukan sekitar 45 hari sebelum survei, dan transfer
paruh pertama biaya
pembayarannya survei akreditasi
diharapkan terlaksanaharus
dalamsudah
waktuditerima
21 harioleh Bagian
sebelum Keuangan
tanggal JCI setidaknya
mulainya survei. tiga
minggu sebelum survei dimulai. Jika pembayaran paruh pertama biaya survei akreditasi itu belum
diterima dalam tiga minggu sebelum tanggal survei yang ditentukan mulai, JCI mungkin
menjadwal ulang survei ke tanggal lain.
b) Begitu survei berakhir, faktur tagihan kedua untuk 50% biaya survei sisanya akan dikirimkan ke
rumah sakit. Selain itu, biaya pelaku survei terkait perjalanan dan pemeliharaan akan ditagihkan dalam
waktu 30 hari setelah survei. Semua biaya dan pengeluaran harus lunas dibayar begitu tagihan
diterima.
Setelah keputusan akreditasi diberikan dan JCI telah dibayar lunas untuk seluruh biaya survei, Laporan Resmi
Temuan Survei dan sertifikat akreditasi rumah sakit akan dikirimkan.
Catatan: Pembayaran penting dilakukan tepat waktu, karena kebijakan JCI menyaratkan pelunasan pemba-
yaran satu tahap pekerjaan sebelum memulai tahap baru. Terlambatnya pelunasan setengah biaya akreditasi
akan berakibat pada menggelembungnya beban rumah sakit dengan biaya perjalanan pelaku survei yang lebih
besar karena harga tiket penerbangan cenderung lebih mahal jika dibeli mendekati tanggal kepergian.
Pembayaran lunas jatuh tempo begitu faktur JCI diterima institusi Anda. Setelah 30 hari akan dikenakan
denda.
Pelaku survei akan mengunjungi rumah sakit selama tanggal yang ditetapkan dan sesuai dengan agenda yang
telah disiapkan. Para pelaku survei dapat meminta mewawancarai karyawan selama survei, mengunjungi
bagian lain atau lokasi rumah sakit yang tidak tercantum dalam agenda atau meminta informasi tambahan.
Rumah sakit harus bekerja sama dengan pelaku survei untuk menyediakan informasi yang akurat tentang
rumah sakit dan sesuai dengan standar. Keterlambatan memberikan informasi yang diperlukan dianggap tidak
ada kerja sama, yang berakibat dihentikannya secara dini proses akreditasi.
Dasar survei JCI di lapangan adalah metodologi traser (lengkapnya lihat Panduan Proses Survei). Yang
dilakukan dengan metodologi ini adalah:
• Menggunakan informasi yang diperoleh dari aplikasi survei akreditasi
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit
Kebijakan
edisi dan
ke- Prosedur Joint Commision
• Menelusuri pengalaman perawatan beberapa pasien tertentu dalam menjalani seluruh proses perawatan
di rumah sakit yang bersangkutan.
Pada akhir setiap survei, pelaku survei akan berunding dengan CEO rumah sakit dan para pemimpin lain
dalam rapat pimpinan. Di rapat ini, pelaku survei akan memberikan informasi awal mengenai temuan mereka.
Informasi ini masih sangat dini dan tidak perlu dianggap final sampai JCI menuntaskan tinjauan mereka.
Jika selama survei, pelaku survei menemukan kondisi yang menurut mereka bisa mengancam keselamatan
umum atau keselamatan pasien, mereka akan memberitahu Program Akreditasi JCI. JCI kemudian yang
akan mengeluarkan keputusan menolak akreditasi dan melaporkan pada pihak yang berwenang.
Umumnya survei terfokus dilakukan satu pelaku survei dalam satu hari. Namun, Program Akreditasi JCI
berhak meminta lebih dari satu pelaku survei atau lebih dari satu hari sesuai dengan jumlah standar yang
harus disurvei atau keragaman kegiatan survei.
19
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit
Kebijakan
edisi dan
ke- Prosedur Joint Commision
Survei Terfokus Tindak-Lanjut. Ada kebutuhan untuk diadakannya pengamatan oleh pelaku survei,
wawan- cara staf atau pasien, atau pengecekan fasilitas fisik untuk menginformasikan bahwa sebuah rumah
Joint Commision International
sakit telah mengambil tindakan memadai dalam mematuhi setiap standar JCI dan/atau Sasaran International
Kebijakan dan Prosedur
Keselamatan Pasien yang pada saat survei awal atau survei lengkap tiga tahunan dinyatakan sebagai “tidak
dipenuhi ”atau” dipenuhi sebagian”.
Survei Terfokus Mencari-Sebab. Masuknya informasi mengenai adanya suatu kejadian atau rangkaian
kejadian di rumah sakit yang telah terakreditasi, yang menimbulkan salah satu situasi sebagai berikut yang
cukup signifikan:
• Adanya ancaman terus-menerus dan/atau ancaman langsung terhadap kesehatan pasien/masyarakat/staf
dan keselamatan dalam rumah sakit
• Untuk menginformasikan/menyelidiki kondisi apakah yang membuat rumah sakit diklasifikasikan
sebagai Berisiko Untuk Ditolak Akreditasinya, yang belum tercakup dalam survei terfokus tindak lanjut
atau kebijakan Ancaman terhadap Kesehatan dan Keselamatan (halaman. 22).
Prosedur. Prosedur Survei Terfokus Tindak-lanjut dan Survei Terfokus Mencari-sebab adalah sebagai berikut:
[1] Dalam waktu sepuluh hari menjelang berakhirnya survei awal atau survei lengkap tiga tahunan, JCI
memberitahu pemimpin rumah sakit mengenai semua persyaratan diadakannya Survei Terfokus Tindak-
lanjut untuk mengevaluasi kembali semua elemen penilaian yang masuk kategori ”tidak terpenuhi.”
Survei Tindak-lanjut ini dilakukan dalam waktu 90 hari setelah Laporan Resmi Temuan Survei
dikirim ke
rumah sakit. Susunan tim survei akan ditentukan kantor akreditasi berdasarkan jumlah dan jenis
temuan dan jumlah elemen penilaian yang akan dievaluasi.
[2] Begitu rumah sakit diklasifikasikan sebagai Berisiko Untuk Ditolak Akreditasinya, dalam waktu 45 hari
JCI memberitahu CEO rumah sakit tentang perlunya diadakan survei terfokus. Kemudian Direktur
Eksekutif Senior untuk akreditasi dan standar, Direktur Eksekutif untuk Program Akreditasi dan
direktur- direktur yang lain akan mengevaluasi semua informasi yang relevan mengenai rumah sakit
mereka. Lalu mereka akan menyusun rekomendasi bagi Presiden Direktur dan CEO JCI atau Ketua
Komite Akreditasi mengenai tindakan apa saja yang tepat bagi rumah sakit yang masuk kategori
”berisiko” tadi.
[3] Rekomendasi untuk diadakannya Survei Terfokus Mencari-Sebab bagi Presiden Direktur JCI dan CEO,
Direktur Eksekutif Senior untuk akreditasi dan standar, Direktur Eksekutif untuk akreditasi dan
standar, mungkin saja mendukung agar survei terfokus tersebut dilaksanakan tanpa ”diumumkan”
karena satu atau lebih kondisi berikut ini:
l Risiko bagi kesehatan dan keselamatan pasien, masyarakat, maupun staf bersifat terus-menerus,
l Pemimpin senior rumah sakit tidak perlu hadir saat evaluasi risiko dilakukan.
l Rumah sakit memiliki potensi untuk mengatur situasi dan kondisi sedemikian rupa sehingga
l Komite akan meninjau seluruh laporan tentang rumah sakit yang gagal memenuhi peraturan keputusan
akreditasi, staf merekomendasikan Penolakan Akreditasi, dan telah diadakan survei-terfokus yang dila-
khusus atau tidak biasa dalam soal pemenuhan persyaratan, termasuk dikategorikan sebagai rumah
sakit yang Berisiko Ditolak Akreditasinya.
l Komite meninjau laporan setiap rumah sakit yang menentang atau mempersoalkan temuan dalam
Laporan Temuan Resmi Survei. Proses Banding terhadap keputusan akreditasi harus mengikuti
kebijakan yang telah disetujui, Proses Banding terhadap Keputusan Ketika Akreditasi Ditolak atau
Dicabut JCI (lihat halaman 25).
[7] Pada pertemuan berikutnya sesuai jadwal, Komite Akreditasi JCI akan mempertimbangkan rekomendasi
staf JCI dan menentukan keputusan akhir akreditasi.
[8] Dalam waktu 60 hari setelah tuntasnya survei terfokus dan 10 hari setelah tindakan yang diambil Komite
Akreditasi, rumah sakit yang bersangkutan diberitahu tentang keputusan akreditasi. Staf akan melakukan
proses tindak lanjut yang sesuai.
Survei Perluasan
Kebijakan. JCI dapat melakukan survei perluasan bila dipandang perlu mengadakan evaluasi menyeluruh secara
rumah sakit karena salah satu faktor berikut:
• Perubahan kepemilikan rumah sakit
• Fisik bangunan atau fasilitas penunjang diubah secara signifikan; atau sedikitnya 25% layanan rumah sakit
ditawarkan di lokasi yang baru; atau di bangunan yang telah berubah secara signifikan.
• Terjadi peningkatan atau penurunan jumlah layanan secara signifikan
• Rumah sakit telah menambah kapasitas pemberian layanan sebesar 25% atau lebih, yang diukur dengan
jumlah pasien atau tindakan lain yang relevan.
• Penambahan layanan kesehatan baru
• Penghapusan salah satu layanan kesehatan
• Rumah sakit telah melakukan merger atau berkonsolidasi atau memperoleh lokasi, jasa atau program yang
belum diakreditasi JCI tetapi standar JCI dapat diterapkan.
Prosedur. Rumah sakit harus memberitahu JCI setiap perubahan signifikan yang terjadi di antara survei, seperti
yang disyaratkan kebijakan JCI tentang Persyaratan Pelaporan Antar-Survei (lihat halaman 26). Informasi yang
diserahkan akan diperiksa petugas Program Akreditasi JCI untuk menentukan apakah perlu diadakan survei
akreditasi lengkap atau terfokus untuk mengevaluasi perubahan yang telah dilakukan itu.
Survei Validasi
Tujuan. Tujuan survei validasi adalah untuk mengevaluasi efektivitas proses survei JCI dalam menilai ke-
sesuaian rumah sakit pelayanan kesehatan dengan standar internasional, sebagai bagian dari upaya perbaikan
kualitas internal JCI. Rumah sakit yang dengan sukarela menjadi objek survei validasi tidak akan dikenai biaya.
Proses. Rumah sakit yang telah meraih akreditasi JCI akan diundang sebagai relawan untuk survei validasi
segera setelah survei ulang awal atau survei tigatahunan. Survei Validasi akan dilakukan dalam waktu 60 hingga
180 hari setelah survei ulang awal atau survei tiga tahunan. Lama dan komponen survei akan meniru proses survei
awal atau survei tiga tahunan yang baru saja dilakukan rumah sakit. Para pelaku survei yang ditugaskan melakukan
survei validasi tidak memiliki informasi mengenai hasil survei tiga tahunan yang paling mutakhir itu, dan rumah
sakit diminta untuk tidak memberikan informasi tersebut dengan cara apa pun.
Keputusan akreditasi rumah sakit peserta tidak akan terpengaruh hasil temuan survei validasi sesuai dengan aturan
keputusan yang berlaku bagi survei awal atau survei ulang tiga tahunan. Namun, bila ada kondisi yang dilihat
21
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit
Kebijakan
edisi dan
ke- Prosedur Joint Commision
selama survei ditengarai merupakan ancaman serius bagi kesehatan atau keselamatan pasien atau masyarakat,
maka Program Akreditasi JCI akan diberitahu, dan protokol JCI mengenai ancaman terhadap kesehatan dan
Joint Commision International
keselamatan akan diimplementasikan. Pada akhir survei, pelaku survei secara lisan akan melaporkan
Kebijakan dan Prosedur
pengamatan mereka ke pemimpin rumah sakit. Laporan tertulis tidak akan ditinggalkan di lokasi kerja.
Rumah sakit yang secara sukarela disurvei validasinya akan diminta untuk tidak membocorkan hasil
survei validasi kepada siapa pun atau rumah sakit di luar mereka. Demikian pula, JCI tidak akan
mengeluarkan informasi apa pun tentang survei ini kepada publik. Rumah sakit yang rela disurvei
keabsahannya tidak akan dikenakan biaya apa pun.
Tanggung Jawab. Pelaku survei JCI bertanggungjawab melaporkan segala situasi yang diyakini berpotensi
menimbulkan cedera serius, membahayakan, menyebabkan kecacatan atau membawa kematian pada staf,
pasien, atau masyarakat di rumah sakit yang mereka survei.
Prosedur. Prosedur menangani keadaan yang mengancam kesehatan dan keselamatan adalah sebagai berikut:
[1] Pelaku survei segera memberitahu Program Akreditasi JCI jika teridentifikasi adanya kondisi yang bisa
merupakan ancaman serius bagi kesehatan atau keselamatan pasien atau masyarakat.
[2] Direktur Eksekutif Program Akreditasi JCI dapat meminta pemimpin tim survei selama survei
berlangsung untuk mengoordinasikan conference call dari Program Akreditasi JCI ke rumah sakit untuk
membahas temuan itu dengan pemimpin senior rumah sakit.
[3] Survei akan terus dilanjutkan dan seluruh temuan berikutnya segera dilaporkan ke Program Akreditasi
JCI.
[4] Direktur eksekutif senior untuk akreditasi dan standar JCI akan merekomendasikan kepada Presiden
Direktur dan CEO JCI apakah ancaman terhadap status kesehatan atau keselamatan harus
diumumkan atau tidak.
[5] Presiden Direktur dan CEO JCI, atau jika Presiden Direktur berhalangan, ketua Komite Akreditasi,
setelah berkonsultasi dengan Direktur Eksekutif Senior untuk akreditasi dan standar, kemudian dapat
mengeluarkan keputusan yang dapat dibuka untuk umum bahwa status akreditasi yang ada saat ini
tidak lagi efektif sambil menunggu peninjauan ulang oleh Komite Akreditasi JCI.
[6] Presiden Direktur dan CEO atau ketua Komite Akreditasi kemudian dapat mengeluarkan keputusan
Penolakan Akreditasi yang dipercepat.
[7] Direktur Eksekutif Senior, untuk akreditasi dan standar, segera menginformasikan CEO rumah sakit
(dan pejabat pemerintah terkait jika perlu) tentang keputusan ini dan temuan apa yang membawanya
pada pengambilan tindakan ini.
[8] Komite Akreditasi JCI menegaskan atau mementahkan keputusan pada pertemuan berikutnya,
atau pertemuan khusus dapat diadakan atas permintaan Presiden Direktur dan CEO atau Direktur
Eksekutif Senior untuk akreditasi dan standar, berdasarkan tingkat ancamannya terhadap kesehatan
atau keselamatan. Komite Akreditasi JCI akan mempertimbangkan informasi yang diterima dari
rumah
sakit terakreditasi dan kemudian memutuskan apakah akan segera menolak akreditasi atau mengambil
tindakan apa pun yang dianggap tepat. Sebagai bahan pertimbangan, Komite Akreditasi dapat
mengamati
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit
Kebijakan
edisi dan
ke- Prosedur Joint Commision
tindakan korektif yang diambil rumah sakit atau bagaimana mereka bersikap ketika menghadapi
situasi membahayakan. Rumah sakit dapat memberikan informasi untuk mempertunjukkan
Dalam situasi-situasi ini, tindakan korektif dipertimbangkan jika hanya ada satu masalah yang
menyebabkan timbulnya temuan merugikan tadi dan pihak rumah sakit menunjukkan bahwa mereka:
• langsung bertindak memperbaiki situasi secara tuntas;
• menyiapkan analisis pencarian akar permasalahan secara kredibel dan menyeluruh;
• menerapkan perubahan pada sistem untuk mencegah terulangnya kembali masalah dan
• menerapkan suatu survei terfokus terjadwal untuk memverifikasi implementasi dari setiap tindakan korektif
di
atas.
Kerahasiaan
JCI menjaga kerahasiaan informasi berikut yang diterima atau dikembangkan selama proses akreditasi:
• Laporan Resmi Temuan Survei, kecuali rumah sakit ingin menggunakan akreditasi untuk memenuhi
persyaratan pemerintah (misalnya, untuk lisensi). JCI akan merilis informasi tambahan, sampai
dengan dan termasuk Laporan Resmi Temuan Survei kepada instansi pemerintah terkait atas seizin
rumah sakit yang terakreditasi itu.
• Informasi yang diperoleh dari rumah sakit sebelum, selama, atau setelah survei akreditasi, yang
digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan standar akreditasi tertentu.
• analisis akar permasalahan rumah sakit atau rencana tindakan dalam menghadapi suatu kejadian
sentinel atau sebagai reaksi terhadap kondisi lain sebagaimana ditetapkan JCI.
• Semua materi lain yang ikut berkontribusi dalam keputusan akreditasi (misalnya, catatan pelaku survei)
• Analisis tertulis dari staf dan catatan notula dan agenda materi Komite Akreditasi.
• Jati diri setiap individu yang melayangkan keluhan tentang rumah sakit terakreditasi, terkecuali JCI
memiliki izin khusus dari yang melayangkan keluhan atau diwajibkan oleh hukum.
JCI akan
mempublikasikan:
• Status Rumah sakit terakreditasi, yaitu apakah rumah sakit terakreditasi, akreditasi ditolak, atau
jika akreditasi dicabut JCI dan, jika ada yang meminta:
• Jumlah keluhan yang didapat rumah sakit yang memenuhi kriteria JCI untuk ditinjau kembali.
• Status rumah sakit yang tercatat di situs Web JCI sebagai Terakreditasi (dan tanggal) atau Akreditasi
Dicabut (dan tanggal). Status Akreditasi dicabut akan dipasang di situs Web JCI selama satu
tahun.
Yang akan diberikan oleh JCI kepada individu yang melayangkan pengaduan yang memenuhi kriteria
peninjauan kembali:
• standar apa saja berkaitan dengan pengaduan itu, yang akan ditinjau kembali;
• semua standar yang disebutkan dalam Rekomendasi Perbaikan sebagai hasil tinjauan ulang, dan bila
dapat diterapkan:
• setiap perubahan dalam status akreditasi rumah sakit.
Rumah sakit terakreditasi dapat memberikan informasi yang lebih rinci, sampai dan termasuk Laporan
Resmi Temuan Survei kepada siapa saja. Namun, jika rumah sakit menyebarkan informasi yang tidak
akurat tentang akreditasi, JCI berhak menjelaskan informasi yang seharusnya dianggap rahasia.
perlunya pengawasan tambahan untuk memastikan bahwa kualitas rumah sakit dan program keselamatan
Joint Commision International
Kebijakan. Berisiko untuk ditolak akreditasinya merupakan klasifikasi administrasi yang terjadi ketika staf
Program Akreditasi JCI menentukan bahwa terdapat satu atau lebih dari kondisi-kondisi berikut ini:
[1] Adanya ancaman langsung terhadap keselamatan pasien, kesehatan masyarakat, atau keselamatan
staf dalam rumah sakit itu.
[2] Seorang individu yang tidak memiliki lisensi, terdaftar, atau bersertifikat melakukan atau telah
memberikan layanan kesehatan dalam rumah sakit yang, menurut hukum dan peraturan yang
berlaku, memerlukan lisensi, pendaftaran, atau sertifikasi dan yang menyebabkan pasien rumah sakit
tersebut berisiko mengalami akibat buruk yang serius.
[3] JCI cukup yakin bahwa rumah sakit mengajukan dokumen palsu atau informasi tidak tepat dalam
upaya meraih atau mempertahankan akreditasi, sebagaimana diprasyaratkan dalam Kebijakan tentang
Ketepatan dan Kebenaran Informasi.
[4] Jumlah standar yang tidak terpenuhi (seluruhnya atau sebagian) pada saat survei berada di atas rata-rata (tiga
atau lebih standar deviasi) untuk rumah sakit dalam program sama yang disurvei selama 24 bulan
sebelumnya.
[5] Rumah sakit tidak memiliki lisensi, sertifikat, dan atau izin, seperti atau pada saat dibutuhkan,
dari undang-undang dan peraturan yang berlaku, untuk memberikan layanan kesehatan yang
sedang diupayakan akreditasinya.
[6] Rumah sakit belum memenuhi kebijakan akreditasi untuk Persyaratan Pelaporan Antar-Survei
(lihat halaman 26).
[7] Rumah sakit gagal menyampaikan Rencana Strategis Perbaikan (SIP) yang bisa diterima dalam waktu
120 hari setelah survei dilakukan.
Tanggung Jawab. Staf dan pelaku survei Program Akreditasi JCI mungkin akan menemukan kondisi-
kondisi tertentu ketika survei di lapangan, meninjau kembali laporan survei atau melakukan aktivitas tindak-
lanjut pascasurvei, atau berdasarkan pengaduan terhadap rumah sakit. Pelaku survei akan
menginformasi/menyelidiki kondisi-kondisi itu baik ketika sedang melakukan survei di lapangan atau sebagai
bagian dari survei terfokus. Rekomendasi staf Program Akreditasi JCI akan ditinjau oleh Komite Akreditasi.
Prosedur. Ketika satu atau lebih dari ketujuh kondisi di atas ditemukan, staf Program Akreditasi JCI akan
memberitahukan Direktur Eksekutif JCI, bagian akreditasi, dan/atau Direktur Eksekutif Senior, bagian
akreditasi dan standar, untuk meninjau situasinya. Berdasarkan hasil tinjauan tersebut, Presiden Direktur dan
CEO JCI mungkin perlu diberitahu, tergantung pada risiko yang teridentifikasi.
Kemudian diambil keputusan tentang langkah-langkah berikutnya, seperti misalnya meminta pihak rumah
sakit untuk memberikan klarifikasi, menjadwalkan survei terfokus tindak-lanjut, survei terfokus Mencari-
Sebab, atau kegiatan lain yang sesuai.
Ketika pelaku survei menemukan bahwa kondisi tersebut memang terbukti ada dan masalah itu memang tidak
diselesaikan, Penolakan Akreditasi akan direkomendasikan kepada Komite Akreditasi. Rumah sakit memiliki
hak untuk mengajukan banding atas keputusan ini seperti yang dijelaskan dalam kebijakan JCI tentang
Keputusan Banding ketika Akreditasi JCI Ditolak atau Dicabut (lihat halaman 25).
melalui surat elektronik (e-mail), dibuatnya revisi laporan yang terkait dengan temuan survei. Revisi permintaan ini
Akreditasi Diterima atau Akreditasi Ditolak. Keputusan akreditasi ini didasarkan pada apakah rumah sakit
telah memenuhi Kaidah Keputusan. Deskripsi Kaidah Keputusan bisa dilihat dalam Panduan Proses Survei atau
akseslah bagian Peraturan di situs Web JCI
Rumah sakit kemudian memiliki tambahan 60 hari untuk memberikan data dan informasi yang memenuhi
syarat kepada JCI guna mendukung upaya bandingnya, secara tertulis atau melalui surat elektronik. Jika, setelah
memeriksa setiap materi yang diterima, ternyata keputusan menolak atau mencabut akreditasi itu tetap
dikukuhkan, rumah sakit atas biayanya sendiri bisa menghadap Komite Akreditasi JCI untuk mendukung upaya
bandingnya. Berikut ini garis besar prosedur peninjauan dan banding:
Pemberitahuan kepada rumah sakit tentang bidang-bidang yang tidak memenuhi Standar JCI
atau kondisi yang Mengancam Kehidupan. Jika berdasarkan hasil survei, dokumen survei, dan materi
terkait atau informasi yang diterima dari sumber mana pun, staf JCI memutuskan bahwa sesuai dengan Kaidah
Keputusan yang disetujui Komite Akreditasi JCI, ia merekomendasikan kepada Komite Akreditasi JCI untuk
menolak memberikan akreditasi atau mencabut akreditasi yang sudah ada, maka staf itu akan menjabarkan temuan
dan keputusannya tersebut. Rumah sakit kemudian mungkin akan:
a) menerima temuan dan keputusan itu atau
b) menyerahkan kepada JCI bukti dipenuhinya aturan yang sesuai dengan standar JCI pada saat survei, yang
belum tercantum dalam Laporan Resmi Temuan Survei, disertai penjelasan mengapa informasi tersebut
tidak tersedia pada saat survei atau
c) menyerahkan bukti kepada JCI bukti-bukti terkait dengan temuan adanya situasi yang Mengancam
Kehidupan.
Pertimbangan Terhadap Respons Rumah Sakit. JCI akan menilai ulang permohonan itu dan sesuai
dengan Kaidah Keputusan yang telah disetujui Komite Akreditasi JCI akan
a) merekomendasikan kepada Komite Akreditasi JCI bahwa rumah sakit dapat diakreditasi, atau b)
merekomendasikan agar rumah sakit ditolak akreditasinya
25
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit
Kebijakan
edisi dan
ke- Prosedur Joint Commision
d) meminta dilakukan survei ulang atau survei terfokus terhadap rumah sakit, untuk mengevaluasi hasilnya
Joint Commision International
Jika sebuah rumah sakit menarik diri dari proses akreditasi setelah survei tuntas, Komite Akreditasi JCI akan
mengambil keputusan berdasarkan temuan lengkap survei akreditasi dan tindak lanjutnya serta tetap akan
menyampaikan keputusan tersebut kepada rumah sakit.
Yang penting untuk informasi tertentu kerahasiaan tetap dijaga agar mendukung keterbukaan dalam proses
akreditasi. Keterbukaan ini mempermudah peningkatan kualitas layanan kesehatan demi kepentingan masyarakat.
Silakan mengacu pada bagian tentang kerahasiaan informasi khusus tentang masalah ini.
Rumah sakit yang diakreditasi JCI harus memberikan penjelasan yang akurat kepada masyarakat tentang sifat dan
makna penghargaan akreditasi. Oleh karena itu, rumah sakit tidak boleh salah menafsirkan status akreditasinya atau
fasilitas dan layanannya sesuai dengan penetapan akreditasi. JCI akan memasok buku panduan yang tepat bagi
setiap rumah sakit yang menerima akreditasi untuk mengumumkan penghargaan akreditasinya.
Mempertahankan Akreditasi
Secara terus-menerus selama tiga tahun masa siklus akreditasi, JCI akan terus memantau rumah sakit yang sudah
terakreditasi dan program-program yang telah disertifikasi untuk memenuhi semua Sasaran Internasional
Keselamatan Pasien (SIKP) dan standar JCI terkait.
Kebijakan. Jika perubahan signifikan terjadi di rumah sakit terakreditasi, akreditasi tidak ditransfer secara
otomatis atau dilanjutkan. Perubahan tersebut mungkin memerlukan survei akreditasi lengkap atau terfokus jika
program tersebut telah:
• menerapkan layanan atau program baru yang harus memenuhi standar JCI, termasuk setiap penambahan
atau penghapusan jenis layanan kesehatan;
• menyebabkan perubahan di rumah sakit/nama program dan/atau kepemilikannya, termasuk sejumlah
besar perubahan dalam manajemen dan staf klinis atau kebijakan operasional dan prosedur;
26
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit
Kebijakan
edisi dan
ke- Prosedur Joint Commision
• menyebabkan berubahnya orang (atau orang-orang) yang ditugaskan oleh rumah sakit atau
Bila salah satu hal ini terjadi, rumah sakit/program harus memberitahu JCI secara tertulis tidak lebih dari 30
hari setelah perubahan tersebut terjadi. Suatu rumah sakit/program yang tidak tepat waktu memberitahu JCI
akan perubahan ini, menurut ketentuan Kebijakan Ketepatan dan Kebenaran Informasi, akan dimasukkan
dalam kategori administratif Berisiko untuk Ditolak Akreditasi sebagaimana dinyatakan dalam kebijakan ini.
Tanggung Jawab. Departemen Standar JCI memastikan bahwa kebijakan ini akan dipublikasikan
dalam setiap manual akreditasi. Kebijakan ini tercantum di halaman depan buku manual di bawah
kebijakan dan prosedur Akreditasi JCI.
2) Untuk memfokuskan perhatian rumah sakit yang telah mengalami kejadian sentinel pada upaya
Joint Commision International
memahami penyebab kejadian dan mengubah sistem rumah sakit untuk mengurangi kemungkinan
terulangnya kejadian itu di waktu yang akan datang.
Kebijakan dan Prosedur
3) Untuk meningkatkan pengetahuan umum tentang kejadian sentinel, penyebabnya, dan strategi
pencegahannya.
4) Untuk menjaga kepercayaan publik dan pihak rumah sakit yang telah terakreditasi secara internasional
pada proses akreditasi.
Standar-standar Terkait Kejadian Sentinel. Standar terkait dengan mutu dan keselamatan dalam publikasi
ini berisi persyaratan khusus terkait dengan pengelolaan kejadian sentinel.
Definisi Kejadian Sentinel. Standar terkait dengan mutu dan keamanan di dalam publikasi ini mewajibkan
setiap rumah sakit yang telah terakreditasi untuk menetapkan peristiwa tak terduga apa saja yang signifikan dan
mungkin terjadi dan bagaimana prosesnya untuk melakukan analisis yang mendalam. Walaupun secara umum apa
yang dianggap signifikan harus konsisten dengan definisi umum kejadian sentinel menurut kebijakan ini, tetapi
rumah sakit yang telah terakreditasi berhak menentukan secara lebih spesifik definisi “peristiwa tak terduga” dan
“hilangnya secara permanen fungsi utama.” Paling tidak rumah sakit harus memasukkan peristiwa yang perlu
dikaji sebagaimana daftar berikut ini:
• Kematian tidak terduga yang terjadi tak ada kaitannya dengan proses alami penyakit pasien atau kondisi
yang melatarbelakangi penyakit itu.
• Hilangnya fungsi utama secara permanen tidak terkait dengan proses alami penyakit pasien atau kondisi
yang melatarbelakangi penyakit itu.
• Salah lokasi, salah-prosedur, salah pasien dalam pembedahan
• Penculikan anak atau anak yang dipulangkan dengan orangtua yang salah.
Respons yang diharapkan dari rumah sakit terhadap Kejadian Sentinel. Rumah sakit terakreditasi
diharapkan mengidentifikasi dan merespons secara tepat semua kejadian sentinel (sebagaimana ditetapkan rumah sakit
sesuai dengan paragraf sebelumnya) yang terjadi di rumah sakit atau yang terkait layanan yang disediakannya, baik
di fasilitasnya sendiri atau milik orang lain. Yang dimaksudkan dengan respons secara tepat itu adalah melakukan
analisis akar penyebab masalah secara kredibel, menyeluruh, dan tepat waktu; menerapkan rencana tindakan untuk
mengurangi risiko, menerapkan perbaikan tersebut, dan memantau efektivitas perbaikan tersebut.
Analisis Akar masalah. Analisis Akar Masalah merupakan proses mengidentifikasi alasan atau faktor masalah
yang menimbulkan variasi dalam performa, termasuk terjadinya atau kemungkinan terjadinya kejadian sentinel.
Analisis Akar Masalah memfokuskan terutama pada sistem dan proses, bukan pada performa individual.
Rencana Tindakan. Hasil analisis akar masalah adalah rencana tindakan yang akan dilakukan rumah sakit
dalam upaya mengurangi risiko terjadi peristiwa serupa di waktu yang akan datang. Rencana ini harus mencakup
penerapan, pengawasan, uji coba kalau cocok, kerangka waktu, dan strategi pengukuran efektivitas tindakan-
tindakan tersebut.
Proses Survei. Ketika melakukan survei akreditasi, JCI berupaya mengevaluasi sejauh mana rumah sakit
memenuhi standar yang diterapkan; berdasarkan performa di seluruh rumah sakit tersebut selama jangka waktu
tertentu dilakukanlah penilaian (misalnya, 12 bulan sebelum survei tiga-tahunan diulang atau empat bulan
sebelum survei awal dilakukan). Jika selama melakukan aktivitas survei biasa itu ditemukan terjadinya kejadian
sentinel, pelaku survei akan mengambil langkah berikut:
• Memberitahu CEO bahwa kejadian itu telah diidentifikasi.
• Memberitahu CEO bahwa kejadian itu akan dilaporkan kepada Program Akreditasi JCI untuk dikaji ulang
dan ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku dalam Kebijakan Kejadian Sentinel.
28
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit
Kebijakan
edisi dan
ke- Prosedur Joint Commision
Selama survei di lapangan, pelaku survei menilai kesesuaian rumah sakit dengan standar-standar yang terkait
Bagaimana JCI Mengetahui Terjadinya Kejadian Sentinel. Setiap rumah sakit didorong, namun tidak
diharuskan, melaporkan kepada JCI setiap kejadian sentinel yang memenuhi kriteria sebagai kejadian sentinel
yang patut dikaji. JCI bisa saja mengetahui terjadinya kejadian sentinel dengan cara lain, seperti lewat komunikasi
dengan pasien, anggota keluarga pasien, karyawan rumah sakit, pelaku survei, atau media.
Alasan melaporkan Kejadian Sentinel kepada JCI. Meski melaporkan sendiri kejadian sentinel tidak diharuskan
dan tanggapan, kerangka waktu maupun prosedur tinjauannya tak akan berbeda antara bila rumah sakit dengan
suka rela melaporkannya sendiri dengan JCI mengetahui adanya peristiwa itu melalui sarana lain, terdapat dua
manfaat utama bagi rumah sakit yang melaporkan sendiri kejadian sentinel:
[1] pelaporan dini membuka peluang konsultasi dengan staf Program Akreditasi JCI selama dilakukannya
penyusunan analisis akar penyebab dan rencana tindakan.
[2] Pesan yang disampaikan kepada publik bahwa rumah sakit itu telah melakukan apa pun agar kejadian
seperti itu tidak terjadi lagi akan diperkuat dengan pengakuan dan kolaborasinya dengan JCI dalam
memahami bagaimana peristiwa itu terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko
berulangnya kejadian itu di kemudian hari.
Kejadian Sentinel Yang Patut Dinilai Ulang. Definisi kejadian sentinel yang patut dinilai ualang mempertim-
bangkan banyak macam kejadian yang berlaku bagi berbagai jenis rumah sakit perawatan kesehatan. Berbagai
kejadian ini dapat saja berlaku untuk rumah sakit tertentu. Dengan demikian, salah satu dari peristiwa berikut
mungkin berlaku di rumah sakit Anda. Kejadian sentinel berikut ini akan ditinjau JCI dan termasuk juga kejadian
apa pun yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
• Kejadiannya berakibat pada kematian tak terduga yang tidak berhubungan dengan proses alami penyakit
pasien atau kondisi yang melatarbelakanginya (misalnya, bunuh diri).
• Kejadian ini menyebabkan hilangnya fungsi utama secara permanen tetapi tidak terkait dengan proses alami
penyakit pasien atau kondisi yang melatarbelakanginya.
• Kejadian terjadi akibat salah lokasi, salah pasien, kesalahan prosedur bedah.
• Kejadiannya mengakibatkan bayi diculik atau bayi dipulangkan bersama orangtua yang salah.
Respons Wajib Terhadap Kejadian Sentinel Yang Patut Dinilai Ulang. Jika JCI mengetahui terjadinya kejadian
sentinel (baik melalui laporan suka rela pihak rumah sakit maupun yang bukan) yang memenuhi kriteria di atas
dan peristiwa terjadi di rumah sakit terakreditasi, maka rumah sakit diharapkan melakukan hal berikut:
Mempersiapkan rencana tindakan secara menyeluruh dan kredibel dalam waktu 45 hari sejak terjadinya
kejadian atau sejak diketahuinya kejadian tersebut.
Melaporkan kepada JCI analisis akar penyebab dan rencana tindakannya atau responsnya terhadap
kejadian sentinel agar bisa dievaluasi.
Penilaian Ulang Analisis Akar Masalah dan Rencana Tindakan. Analisis akar masalah dianggap dapat diterima
jika memiliki karakteristik sebagai berikut:
29
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit
Kebijakan
edisi dan
ke- Prosedur Joint Commision
• Pusat perhatiannya terletak pada sistem dan proses, bukan kinerja individu.
Joint Commision International
• Analisis mencakup penyebab spesifik dalam proses perawatan klinis hingga ke penyebab umum dalam
proses rumah sakit.
Kebijakan dan Prosedur
Semua analisis akar masalah dan rencana tindakan dianggap dan diperlakukan sebagai rahasia oleh JCI.
Kegiatan-kegiatan tindak lanjut. Setelah JCI menetapkan bahwa rumah sakit telah melakukan analisis akar
penyebab dan menyusun rencana tindakan yang dapat diterima, JCI akan memberitahu rumah sakit bahwa analisis
akar penyebab dan rencana tindakannya dapat diterima dan akan menentukan apa kegiatan tindak-lanjut yang
cocok; misalnya laporan kemajuan secara tertulis yang sudah dikirimkan paling lambat dalam waktu empat bulan.
Implementasi Kebijakan Kejadian Sentinel. Jika sebuah rumah sakit ingin melaporkan kejadian yang
mengandung adanya unsur kejadian sentinel yang patut ditinjau JCI, mereka dapat mengirimkan laporan itu kepada
Program Akreditasi JCI melalui surat, kawat, atau faksimili. Jika JCI mengetahui adanya kejadian sentinel yang
patut ditinjau berdasarkan kebijakan kejadian sentinel yang tidak dilaporkan rumah sakit ke JCI, maka
CEO rumah sakit akan dihubungi dan penilaian awal terhadap kejadian sentinel pun dilakukan. Kejadian yang
terjadi lebih dari satu tahun sebelum tanggal JCI mengetahui terjadinya kejadian itu biasanya tidak akan ditinjau
menurut Kebijakan Kejadian Sentinel. Dalam kasus demikian, rumah sakit diminta memberikan respons tertulis,
termasuk rangkuman proses yang ada untuk mencegah munculnya kejadian serupa.
Berdasarkan informasi faktual yang diterima tentang kejadian itu, staf JCI akan menerapkan definisi di atas untuk
menentukan apakah kejadian itu dapat dikaji berdasarkan Kebijakan Kejadian Sentinel. Bila ada argumentasi
terhadap ketentuan bahwa suatu peristiwa dapat dikaji, maka akan diselesaikan melalui konsultasi dengan Direktur
Eksekutif JCI dan Chief Medical Officer JCI.
Tinjauan Awal Kejadian Sentinel di Lapangan. Biasanya tinjauan awal kejadian sentinel langsung di lapangan tidak
akan dilakukan, kecuali disimpulkan adanya potensi ancaman langsung terhadap kesehatan dan keselamatan pasien
atau potensi besar tidak akan terpenuhinya standar JCI. Kejadian yang langsung mengancam hidup termasuk situasi
di mana tidak terpenuhinya satu atau lebih standar telah menyebabkan, atau mungkin menyebab- kan, hilangnya
fungsi utama secara permanen, cacat, atau kematian pasien dan bahwa kejadian itu mungkin akan terus berlanjut.
Keluhan akan diprioritaskan penanganannya jika informasi menunjukkan perlunya tindakan korektif sesegera
mungkin. Semua itu segera disampaikan ke pemimpin eksekutif JCI yang berwenang meme- rintahkan diadakannya
survei terfokus. Jika survei terfokus itu jadi dilaksanakan, rumah sakit akan ditagih biaya- nya sesuai tarif yang
berlaku untuk menutup biaya survei semacam ini.
Informasi YangTerbuka. Jika JCI ditanya tentang keputusan akreditasi terhadap sebuah rumah sakit yang
mengalami pengkajian kejadian sentinel, keputusan akreditasi rumah sakit tersebut akan dilaporkan secara biasa
saja tanpa mengacu pada kejadian sentinel. Jika penanya secara spesifik mengacu pada kejadian sentinel tertentu,
JCI akan mengakui telah mengetahui peristiwa tersebut dan saat ini bekerja atau telah bekerja sama dengan rumah
sakit tersebut dalam proses pengkajian kejadian sentinel.
30
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit
Kebijakan
edisi dan
ke- Prosedur Joint Commision
Pemantauan Mutu dan Keselamatan menilai ulang dan men-triase keluhan, keprihatinan, dan pertanyaan dari
Jika sebuah rumah sakit pelayanan kesehatan diminta menanggapi pengaduan, rumah sakit tersebut harus
melakukannya dalam waktu 30 hari setelah diberitahu. Untuk masalah yang lebih serius, rumah sakit diminta
menanggapi keluhan dalam waktu tujuh hari setelah diberitahu atau lebih cepat. Bila diperlukan tanggapan dalam
waktu singkat, rumah sakit akan segera diberitahu.
Tanggapan yang diterima akan langsung dievaluasi apakah telah sesuai dengan standar akreditasi JCI yang
diterapkan. Jika diperlukan informasi tambahan, rumah sakit akan diberitahu.
Jika tanggapan rumah sakit telah lengkap dan diterima, surat bukti penerimaan di kirim lewat surat elektronik
kepada CEO rumah sakit dan kasus dianggap selesai.
Program Akreditasi JCI mengharuskan rumah sakit terakreditasi menyampaikan kepada karyawan rumah sakit,
pengunjung, dan pasien bahwa jika keluhan tidak diselesaikan secara memuaskan, mereka berhak memilih
melaporkan keluhan mereka kepada Program Akreditasi JCI.
Kebijakan Program Akreditasi JCI melarang rumah sakit melakukan tindakan balas dendam terhadap karyawan
yang mengadu ke Program Akreditasi JCI dan melarang Program Akreditasi JCI mengungkapkan kepada pelapor
apakah keluhannya didukung.
31
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit
Kebijakan
edisi dan
ke- Prosedur Joint Commision
minta diakreditasi berpatokan standar baru atau standar yang telah direvisi.
Definisi. Tanggal efektif adalah tanggal yang tercantum pada sampul buku standar JCI, yang menjadi panduan
bagi semua aktivitas terkait akreditasi.
Kebijakan dan
Kebijakan
Prosedur
1) Tanggal efektif untuk edisi pertama Standar Program Akreditasi baru JCI ditetapkan sebagai
tanggal publikasi dari manual Standar itu.
2) Tanggal efektif berlakunya edisi Standar berikutnya adalah enam bulan setelah publikasi resmi Standar.
3) Segala jenis Survei Akreditasi dilakukan sesuai standar yang berlaku pada saat survei. Tidak ada survei
yang dilakukan menurut standar yang tidak berlaku lagi atau yang belum efektif.
4) Standar akan dipublikasikan setidaknya enam bulan sebelum tanggal efektif untuk memberi waktu
bagi rumah sakit mematuhi standar yang telah direvisi sesuai tanggal efektif.
Prosedur. Setiap edisi manual standar, setelah standar-standarnya disetujui oleh Komite Akreditasi JCI,
diteruskan kepada Bagian Penerbitan untuk dilakukan penyuntingan akhir dan pencetakan. Bagian Penerbitan
dan staf Program Akreditasi menentukan tanggal publikasinya. Tanggal efektif resminya kemudian ditetapkan
yaitu enam bulan setelah tanggal publikasi. Tanggal efektif itu selalu jatuh pada setiap awal bulan, kecuali
dinyatakan berbeda.
32
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit
Kebijakan
edisi dan
ke- Prosedur Joint Commision
33
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Pasien
Keselamatan
(SIKP)
Internasional
Sasaran
34
Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (SIKP)
Bagian I: Sasaran
Standar-standar
Internasional
Yang Berfokus Pasien
(SIKP)
Keselamatan
3535
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Pasien
Keselamatan
(SIKP)
Internasional
Sasaran
36
Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (SIKP)
(SIKP)
(SIKP)
Keselamatan
Gambaran umum
Bab ini membahas Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (SIKP), sebagaimana disyaratkan untuk diimple- Pasien
mentasikan mulai tanggal 1 Januari 2011 di semua rumah sakit yang terakreditasi oleh Joint Commission
International (JCI) di bawah Standar Internasional untuk Rumah Sakit.
Tujuan SIKP adalah untuk menggiatkan perbaikan-perbaikan tertentu dalam soal keselamatan pasien. Sasaran-
sasaran dalam SIKP menyoroti bidang-bidang yang bermasalah dalam perawatan kesehatan, memberikan bukti
dan solusi hasil konsensus yang berdasarkan nasihat para pakar. Dengan mempertimbangkan bahwa untuk
menyediakan perawatan kesehatan yang aman dan berkualitas tinggi diperlukan desain sistem yang baik,
sasaran biasanya sedapat mungkin berfokus pada solusi yang berlaku untuk keseluruhan sistem.
Penyusunan sasaran sama saja seperti standar-standar lainnya, ada standar (pernyataan sasaran), maksud dan
tujuan, dan elemen penilaian. Penilaiannya juga sama dengan penilaian terhadap standar lain yaitu
menggunakan kriteria “memenuhi,” “sebagian memenuhi,” atau “tidak memenuhi” . Dalam Kaidah Keputusan
Akreditasi tercakup juga syarat memenuhi ketentuan SIKP sebagai kaidah keputusan yang terpisah.
Sasaran
Berikut ini adalah daftar semua sasaran. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan persyaratan, maksud
dan tujuan, atau elemen terukurnya. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini, dapat dilihat pada
bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Tujuan, dan Elemen Penilaian.
SIKP.4 Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang Benar, Pembedahan Pada Pasien Yang
Benar
3737
Sasaran Internasional Keselamatan Pasien Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi
Sasaran
ke- Internasional Keselamatan Pasien
Untuk memperbaiki proses identifikasi, dikembangkanlah bersama suatu kebijakan dan/atau prosedur, khususnya,
proses untuk mengidentifikasi pasien di saat pemberian obat, darah atau produk darah; pengambilan darah dan
itu memerlukan setidaknya dua cara untuk mengidentifikasi pasien, seperti nama pasien, nomor identifikasi,
tanggal lahir, gelang berkode batang atau cara lain. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak dapat digunakan untuk
identifikasi. Kebijakan dan/atau prosedur itu mengklarifikasikan digunakannya dua macam pengidentifikasi itu di
lokasi berbeda dalam rumah sakit, seperti misalnya pelayanan rawat jalan atau layanan rawat jalan lainnya, unit
gawat darurat,
atau kamar operasi. Identifikasi pasien koma yang tanpa tanda pengenal juga termasuk di dalamnya. Penyusunan
kebijakan dan/atau prosedur ini harus dikerjakan oleh berbagai pihak agar hasilnya dipastikan dapat mengatasi
semua permasalahan identifikasi yang mungkin terjadi.
melalui telepon, jika hal ini diperbolehkan hukum dan peraturan setempat. Komunikasi lain yang rawan salah
adalah ketika melaporkan kembali hasil tes penting seperti misalnya ketika laboratorium klinik menelepon unit
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur untuk pemberian perintah baik se-
cara lisan maupun via telepon termasuk pencatatan (pada buku atau di-enter ke komputer) perintah secara leng-
kap atau hasil tes oleh si penerima informasi tersebut; penerima kemudian membaca kembali perintah atau hasil tes
tersebut dan mengkonfirmasikan apakah yang telah ditulis dan dibaca-ulang itu sudah tepat. Kebijakan dan/atau
prosedur mengidentifikasi alternatif yang diperbolehkan bila proses membaca-ulang tidak selalu dimungkinkan,
(SIKP)
misalnya di ruang operasi dan dalam situasi darurat di bagian gawat darurat atau unit perawatan intensif.
Standar SIKP.3
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai.
Rumah sakit bersama-sama menyusun kebijakan dan/atau prosedur untuk mengidentifikasi obat-obatan yang patut
diwaspadai apa saja yang dimiliki rumah sakit berdasarkan data yang ada. Kebijakan dan/atau prosedur juga
menetapkan bagian mana saja secara klinis memang memerlukan elektrolit konsentrat sesuai bukti dan praktik
profesional yang ada, seperti misalnya bagian gawat darurat atau kamar operasi, dan menetapkan cara pelabelannya
yang jelas dan cara penyimpanannya sedemikian rupa sehingga aksesnya terbatas agar terhindar dari pemakaian tak
sengaja.
39
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi
Sasaran
ke- Internasional Keselamatan Pasien
Standar SIKP.4
Rumah sakit menyusun pendekatan untuk memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar.
Rumah sakit harus secara kolaboratif menyusun kebijakan dan/atau prosedur yang efektif untuk menghilangkan
masalah yang mengkhawatirkan ini. Kebijakan ini mencakup definisi pembedahan yang di dalamnya terkandung
setidaknya prosedur yang menyelidiki dan/atau menyembuhkan penyakit dan gangguan tubuh manusia melalui
pemotongan, pengangkatan, pengubahan atau pemasukan alat diagnostik/terapi. Kebijakan ini berlaku untuk segala
lokasi di rumah sakit, di mana prosedur itu dilakukan.
Praktik berbasis bukti (evidence, based, practices) dibahas dalam The (US) Protokol Universal Joint Commission's
Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery.TM
Menandai lokasi pembedahan melibatkan pasien dan dilakukan dengan tanda yang mudah dan langsung dikenali.
Tanda itu harus konsisten di seluruh rumah sakit; harus dibuat oleh mereka yang melaksanakan prosedur; harus
dilakukan ketika pasien masih dalam keadaan sadar dan terjaga jika mungkin, dan harus terlihat setelah pasien
selesai dipersiapkan. Dalam semua kasus yang melibatkan ke-lateral-an, struktur ganda (jari, jari kaki, lesi), atau
tingkatan berlapis (tulang belakang) lokasi pembedahan harus ditandai.
40
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi
Sasaran
ke- Internasional Keselamatan Pasien
• memverifikasi lokasi yang benar, prosedur yang benar, dan pasien yang benar;
• memastikan bahwa semua dokumen, gambar atau citra, dan studi yang relevan telah tersedia, sudah
Jeda merupakan peluang untuk menjawab semua pertanyaan yang belum terjawab atau meluruskan kerancuan.
Jeda dilakukan di lokasi tempat prosedur akan dilakukan, tepat sebelum memulai prosedur, dan melibatkan
seluruh tim operasi. Rumah sakit menentukan bagaimana proses jeda didokumentasikan
(SIKP)
q 1. Rumah sakit menggunakan tanda yang langsung dikenali untuk mengidentifikasi lokasi pembedahan dan
melibatkan pasien dalam proses pemberian tanda.
q 2. Rumah sakit menggunakan daftar atau proses lain untuk sebelum operasi untuk memverifikasi apakah
lokasinya, prosedur, dan pasien sudah benar dan bahwa seluruh dokumen dan peralatan yang dibutuhkan
sudah ada, tepat, dan fungsional.
q 3. Tim bedah lengkap melakukan dan mendokumentasi prosedur jeda sesaat sebelum memulai prosedur
pembedahan.
q 4. Kebijakan dan prosedur disusun sedemikian sehingga semua proses seragam sehingga dapat dipastikan
lokasi benar, prosedur benar, dan pasien juga benar; termasuk prosedur medis dan gigi yang dilakukan
tidak di ruang operasi.
Kebersihan tangan yang memadai itu penting dalam usaha menghilangkan infeksi-infeksi ini dan infeksi lainnya.
Panduan kebersihan tangan yang sudah diterima secara internasional adalah panduan dari Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), United States Centers for Disease Control and Prevention (US CDC) dan berbagai organisasi
nasional dan internasional lainnya.
Rumah sakit memiliki proses kolaboratif untuk menyusun kebijakan dan/atau prosedur yang mengadaptasi atau
mengadopsi panduan kebersihan tangan yang baru dipublikasi dan pelaksanaan panduan tersebut dengan rumah
sakit.
41
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi
Sasaran
ke- Internasional Keselamatan Pasien
q 3. Kebijakan dan/atau prosedur yang dikembangkan yang mendukung secara terus-menerus pengurangan
infeksi terkait dengan perawatan kesehatan.
Sasaran Internasional Keselamatan Pasien
Standar SIKP.6
Rumah sakit menyusun cara pendekatan untuk mengurangi risiko cedera yang menimpa pasien akibat jatuh
(SIKP)
42
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi
Sasaran
ke- Internasional Keselamatan Pasien
43
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Perawatan
Kesinambungan
(APKP)
dan
P
er
a
w
at
a
n
k
e
Akses
Akses ke Perawatan dan
Kesinambungan
Perawatan (APKP)
Access to Care and Continuity of Care (ACC)
Gambaran umum
(APKP)
• layanan yang efisien kepada pasien, dan
• pemulangan atau perujukan ke lokasi perawatan lain
Standar
Berikut adalah daftar semua standar fungsi tersebut. Demi kenyamanan Anda, daftar diberikan tanpa menyebut-
kan maksud dan tujuan atau elemen penilaiannya. Informasi lebih lanjut mengenai standar-standar itu,
silakan melihat bagian berikutnya yang membahas Standar, Tujuan, dan Elemen Penilaian.
APKP.1.1 Rumah sakit memiliki proses penerimaan pasien rawat inap dan pendaftaran pasien rawat
jalan.
45
Joint Commission International Standar Akreditasi Akses
Rumah ke Sakit
Perawatan dan Kesinambungan Perawatan
edisi ke-
APKP.1.2 Ketika masuk sebagai pasien rawat inap, pasien dan keluarganya diberi tahu tentang
perawatan yang diusulkan, hasil yang diharapkan dari perawatan, dan berapa perkiraan
biaya perawatannya.
APKP.1.3 Rumah sakit berupaya mengurangi hambatan fisik, bahasa, budaya, dan hambatan
lainnya dalam pengaksesan dan pemberian layanan.
APKP.1.4 Penerimaan atau pemindahan atau dari unit yang menyediakan layanan intensif
atau layanan khusus ditentukan kriteria tertentu.
Perawatan Berkelanjutan
APKP.2 Rumah sakit merancang dan melaksanakan proses agar dapat memberikan layanan perawatan pasien
yang berkesinambungan di rumah sakit dan mengoordinasikan kerja antarpraktisi perawatan kesehatan.
Akses ke Perawatan dan Kesinambungan
APKP.2.1 Selama semua fase rawat inapnya, selalu ada individu andal tertentu yang
dipasrahi tanggung jawab atas perawatan pasien tersebut.
APKP.3.1 Rumah sakit bekerja sama dengan praktisi kesehatan dan instansi luar untuk
memastikan rujukan yang sesuai dan tepat waktu.
APKP.3.2 Catatan data klinis pasien rawat inap berisi salinan resume medis pasien pulang.
APKP.3.2.1 Resume medis pasien pulang untuk pasien rawat inap telah dilengkapi.
APKP.3.3 Rekam medis pasien rawat jalan yang mendapatkan perawatan berkelanjutan berisi
rangkuman seluruh diagnosis signifikan yang diketahui, alergi obat, obat-obatan yang
sedang dikonsumsi, dan setiap prosedur pembedahan dan rawat inap yang pernah dijalani.
APKP.3.4 Pasien dan, bila sesuai, keluarganya, diberi instruksi tindak-lanjut yang bisa dipahami.
APKP.3.5 Rumah sakit memiliki proses untuk mengelola dan menindaklanjuti pasien yang pulang
tanpa izin dokter.
Rujukan Pasien
APKP.4 Pasien dirujuk ke rumah sakit lain berdasarkan status dan kebutuhan untuk memenuhi
keperluan perawatan yang berkelanjutan.
APKP.4.1 Rumah sakit perujuk menentukan bahwa rumah sakit penerima dapat
memenuhi kebutuhan pasien akan perawatan yang berkelanjutan.
APKP.4.2 Rumah sakit penerima diberi rangkuman tertulis tentang kondisi klinis pasien
dan intervensi atau tindakan yang telah dilakukan rumah sakit perujuk.
46
Joint Commission International Standar Akreditasi Akses
Rumah ke Sakit
Perawatan dan Kesinambungan Perawatan
edisi ke-
APKP.4.3 Selama proses pemindahan, seorang staf yang andal memantau kondisi pasien.
Transportasi
APKP.5 Proses untuk merujuk, memindahkan, atau memulangkan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan,
mencakup perencanaan transportasinya.
47
Joint Commission International Standar Akreditasi Akses
Rumah ke Sakit
Perawatan dan Kesinambungan Perawatan
edisi ke-
Standar APKP.1
Pasien diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar untuk layanan rawat jalan berdasarkan kebutuhan
perawatan kesehatan mereka yang teridentifikasi dan misi serta sumber daya rumah sakit.
dapat melalui kriteria triase, evaluasi visual, pemeriksaan fisik, atau hasil-hasil pemeriksaan sebelumnya yang
terkait fisik, psikologi, dan laboratorium klinis, atau evaluasi pencitraan diagnostik. Proses skrining ini bisa
dilakukan di sumber daya perujuk, selama transportasi darurat, atau ketika pasien tiba di rumah sakit. Yang
penting, keputusan untuk mengobati, memindahkan, atau merujuk dilakukan hanya setelah hasil evaluasi
skrining tersedia. Hanya pasien yang bisa ditangani oleh rumah sakit dengan menyediakan layanan yang
dibutuhkannya dan konsisten dengan misi rumah sakitlah yang dipertimbangkan sebagai pasien rawat inap atau
didaftarkan sebagai pasien rawat jalan. Bila rumah sakit membutuhkan tes skrining tertentu atau evaluasi sebelum
penerimaan atau pendaftaran, hal ini dinyatakan dalam kebijakan tertulis (juga lihat AP.1, maksud dan tujuan)
❑ 1. Skrining dimulai pada pertemuan pertama di dalam atau di luar rumah sakit.
❑ 2. Berdasarkan hasil skrining, ditentukan apakah kebutuhan pasien sesuai dengan misi dan sumber daya
rumah sakit. (Juga lihat TKKA.3.2, EP 2)
❑ 3. Pasien diterima hanya jika rumah sakit dapat memberikan layanan yang diperlukan dan rawat jalan atau
kebutuhan rawat inap yang tepat.
❑ 4. Ada proses untuk menyerahkan hasil-hasil tes diagnostik kepada mereka yang berwenang menentukan
apakah pasien harus masuk, dipindahkan atau dirujuk.
❑ 5. Ada kebijakan yang menetapkan apa saja standar skrining dan tes diagnostik yang diperlukan sebelum
masuk.
❑ 6. Pasien tidak diterima, dipindahkan, atau dirujuk sebelum hasil tes yang diperlukan untuk mengambil
keputusan ini tersedia.
Standar APKP.1.1
Rumah sakit memiliki proses penerimaan pasien rawat inap dan pendaftaran pasien rawat jalan.
48
Joint Commission International Standar Akreditasi Akses
Rumah ke Sakit
Perawatan dan Kesinambungan Perawatan
edisi ke-
Kebijakan juga terkait dengan bagaimana pasien dikelola ketika fasilitas rawat inap terbatas atau tidak ada
ruang yang tersedia untuk memasukkan pasien ke unit yang sesuai. (Juga lihat PP.1, EP 1)
(APKP)
pengobatan sesuai kebutuhan mereka. Proses triase bisa saja meliputi juga kriteria berbasis fisiologis,
bilamana itu mungkin dan sesuai. Rumah sakit melatih staf untuk menentukan mana pasien yang
membutuhkan perawatan segera dan bagaimana memprioritaskan perawatan mereka.
Bila rumah sakit tidak mampu memenuhi kebutuhan pasien darurat dan pasien perlu dipindahkan ke level
perawatan yang lebih canggih, rumah sakit yang memindahkan harus memberikan perawatan yang
menstabilkan pasien sesuai kemampuannya sebelum melakukan pemindahan.
Standar APKP.1.1.2
Kebutuhan pasien akan layanan preventif kuratif, paliatif, dan rehabilitatif diprioritaskan berdasarkan
kondisi pasien pada saat masuk rumah sakit sebagai pasien rawat inap.
Standar APKP.1.1.3
Rumah sakit mempertimbangkan kebutuhan klinis pasien ketika ada sela masa penantian atau kelambatan
layanan diagnostik dan/atau perawatan.
Akses ke Perawatan dan Kesinambungan Perawatan
❑ 1. Pasien rawat inap dan pasien rawat jalan diberi informasi jika terjadi kelambatan dalam perawatan dan/
atau penatalaksanaan.
❑ 2. Pasien diberitahu alasan kelambatan dan diberi informasi tentang alternatif yang ada dan sesuai dengan
kebutuhan klinis mereka.
❑ 3. Informasi ini didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
❑ 4. Kebijakan dan/atau prosedur tertulis mengarah pada praktik yang konsisten.
Standar APKP.1.2
Ketika masuk sebagai pasien rawat inap, pasien dan keluarga mendapatkan informasi tentang perawatan yang
diusulkan, hasil yang diharapkan dari perawatan, dan berapa perkiraan biaya perawatannya.
50
Joint Commission International Standar Akreditasi Akses
Rumah ke Sakit
Perawatan dan Kesinambungan Perawatan
edisi ke-
❑ 5. Informasi yang cukup untuk pasien dan keluarga dalam membuat keputusan yang tepat. (Juga lihat
AP.4.1, EP
3)
Standar APKP.1.3
Rumah sakit berupaya mengurangi hambatan fisik, bahasa, budaya, dan hambatan lainnya dalam pengaksesan
dan pemberian layanan.
(APKP)
Standar APKP.1.4
Penerimaan atau pemindahan ke atau dari unit yang menyediakan layanan intensif atau layanan
khusus ditentukan kriteria tertentu.
Jika rumah sakit melakukan penelitian atau menyediakan perawatan atau program khusus untuk pasien, maka
untuk memasukkan atau memindahkan pasien ke program demikian harus melalui kriteria tertentu atau
protokol yang telah ditentukan. Orang yang tepat dari bagian penelitian atau program itu dilibatkan dalam
penyusunan kriteria atau protokol ini. Keikutsertaan dalam program tersebut didokumentasikan dalam laporan
pasien termasuk prasyarat menurut kriteria atau protokol yang diberlakukan ketika menerima pasien untuk
dirawat atau dipindahkan.
Joint Commission International Standar Akreditasi Akses
Rumah ke Sakit
Perawatan dan Kesinambungan Perawatan
edisi ke-
Kesinambungan Pelayanan
Standar APKP.2
Rumah sakit merancang dan melaksanakan proses agar dapat memberikan pelayanan perawatan pasien
yang berkesinambungan di rumah sakit dan mengoordinasikan kerja antarpraktisi perawatan kesehatan.
Sepanjang proses perawatan seorang pasien di rumah sakit, dari saat masuk hingga pulang atau pindah,
mungkin ada beberapa departemen, layanan dan berbagai praktisi perawatan kesehatan yang terlibat dalam
memberikan perawatan kepadanya. Untuk setiap fase perawatan itu, kebutuhan pasien disesuaikan dengan
sumber daya yang sesuai yang tersedia di rumah sakit dan, jika perlu, di luar rumah sakit. Hal ini biasanya
dapat terlaksana dengan penerapan kriteria atau kebijakan tertentu yang menentukan layak/tidaknya
pemindahan dilakukan di dalam rumah sakit. (Juga lihat APKP.1.4 terkait dengan kriteria masuk atau keluar
dari unit intensif dan unit khusus)
Agar perawatan pasien tampak mulus, rumah sakit perlu merancang dan melaksanakan proses
kesinambungan dan koordinasi perawatan antara dokter, perawat, dan praktisi layanan kesehatan lainnya di
• layanan darurat dan pasien rawat inap;
• layanan diagnostik dan pengobatan;
• layanan pembedahan dan bukan pembedahan
•• rumah
program
sakit
pasien
lain rawat
serta lokasi
jalan; perawatan
dan lain.
Pemimpin dari berbagai unit kerja dan layanan bekerja sama untuk merancang dan melaksanakan proses-
proses. Proses-proses tersebut dapat pula didukung dengan kriteria yang jelas tentang pemindahan pasien
atau dengan kebijakan, prosedur, atau pedoman. Untuk mengoordinasikan semua layanan, ditunjuklah
individu tertentu. Individu tersebut bisa mengkoordinasikan perawatan untuk semua pasien (misalnya,
antardepartemen) atau mungkin perawatan pasien orang per orang (misalnya, manajer kasus).
52
Joint Commission International Standar Akreditasi Akses
Rumah ke Sakit
Perawatan dan Kesinambungan Perawatan
edisi ke-
❑ 4. Kesinambungan dan koordinasi itu jelas dapat dilihat pasien. (Juga lihat HPK.2, EP 1, dan
HPK.2.1, EP 2)
Standar APKP.2.1
Selama semua fase rawat inapnya, selalu ada individu andal tertentu yang dipasrahi tanggung jawab atas
perawat- an pasien tersebut.
(APKP)
Ketika seorang pasien berpindah dari satu tempat ke tempat lain (misalnya, dari ruang bedah ke ruang
rehabilitasi), orang yang bertanggungjawab untuk perawatannya dapat berubah dapat juga tidak, sehingga
orang yang sama terus mengawasi perawatannya.
Standar APKP.3
Ada panduan kebijakan tentang rujukan atau pemulangan pasien.
layanan atau perawatannya. Dokter atau penanggung jawab perawatan pasienlah yang harus menentukan
apakah pasien sudah siap dipulangkan, sesuai kebijakan dan kriteria terkait atau indikasi untuk rujukan dan
pemulangan yang ditetapkan rumah sakit. Kriteria tertentu juga dapat dipakai untuk menentukan apakah
pasien sudah siap dipulangkan. Demi kontinuitas perawatannya, mungkin saja itu berarti memberikan
rujukan ke dokter spesialis, ahli terapi rehabilitasi atau bahkan menentukan langkah-langkah kesehatan
preventif yang akan dilakukan oleh keluarga di rumah. Sebuah proses yang terorganisir memastikan bahwa
setiap kebutuhan pasien akan terpenuhi oleh praktisi kesehatan atau rumah sakit lain yang tepat. Kalau perlu,
proses ini termasuk merujuk pasien ke sumber daya perawatan di luar wilayah. Begitu ada indikasi, rumah
sakit merancang kebutuhan perawatan lanjutan seawal mungkin. Keluarga dilibatkan dalam proses
perencanaan pemulangan agar sesuai dengan pasien dan kebutuhannya.
Ketika rumah sakit itu mengizinkan pasien meninggalkan rumah sakit untuk jangka waktu tertentu – misalnya,
“izin” pulang di akhir minggu, ada kebijakan dan prosedur yang mengatur proses ini.
Akses ke Perawatan dan Kesinambungan Perawatan
Standar APKP.3.1
Rumah sakit bekerja sama dengan praktisi kesehatan dan instansi luar untuk memastikan perujukan yang
sesuai dan tepat waktu.
Selain itu, pada saat pemulangan dari rumah sakit pasien mungkin membutuhkan dukungan pelbagai
layanan dan pengobatan. Sebagai contoh, mungkin saja ia memerlukan dukungan sosial, gizi, finansial,
psikologis, atau lainnya. Ketersediaan dan diberikannya dukungan layanan ini akan besar pengaruhnya pada
kebutuhan layanan mediknya yang berkelanjutan. Maka proses rencana pemulangan mencakup juga jenis
layanan dukungan yang diperlukan dan ketersediaan layanan tersebut.
54
Joint Commission International Standar Akreditasi Akses
Rumah ke Sakit
Perawatan dan Kesinambungan Perawatan
edisi ke-
❑ 2. Rumah Sakit mengidentifikasi siapa dan mana saja praktisi kesehatan, rumah sakit, dan orang-orang
di komunitasnya yang paling sesuai dengan layanan yang diberikannya dan jenis pasien yang
dilayaninya. (Juga lihat PPKP.3, EP 2)
❑ 3. Bilamana mungkin, rujukan ke luar rumah sakit menyebutkan secara pasti individu atau rumah sakit
tertentu di komunitas tempat tinggal pasien.
❑ 4. Bila memungkinkan, rujukan dilakukan hanya untuk layanan yang bersifat mendukung.
Standar APKP.3.2
Catatan klinis pasien rawat inap berisi salinan resume medis pasien pulang.
(APKP)
❑ 3. Pasien diberi salinan resume medis pasien pulang, kecuali jika bertentangan dengan kebijakan rumah
sakit, hukum atau budaya setempat.
❑ 4. Salinan resume medis pasien pulang diberikan kepada praktisi yang bertanggung jawab atas perawatan
lanjutan atau proses tindak-lanjut pada pasien.
❑ 5. Ada kebijakan dan prosedur yang menentukan kapan resume medis pasien pulang harus dilengkapi dan
disimpan.
Standar APKP.3.2.1
resume medis pasien pulang pasien rawat inap telah dilengkapi.
55
JointCommission
Joint CommissionInternational
InternationalStandar
Standar Akreditasi Akses
AkreditasiRumah
RumahkeSakit
Perawatan
Sakit dan
edisike-
edisi ke-4 Kesinambungan Perawatan
❑ 3. Resume medis pasien pulang berisi prosedur diagnostik dan prosedur terapi yang telah dilakukan
❑ 4. Resume medis pasien pulang berisi obat-obatan yang penting, termasuk obat yang harus dibawa pulang
❑ 5. Resume medis pasien pulang yang berisi kondisi/status pasien pada saat pemulangan
❑ 6. Resume medis pasien pulang berisi instruksi tindak lanjut.
Standar APKP.3.3
Rekam medis pasien rawat jalan yang mendapatkan perawatan berkelanjutan berisi rangkuman seluruh
diagnosis yang diketahui, alergi obat, obat-obatan yang sedang dikonsumsi, dan setiap prosedur pembedahan
serta rawat inap di masa lalu.
dengan waktu akan terkumpul sejumlah data diagnosis, pengobatan, dan sejarah perkembangan klinis serta
hasil pemeriksaan fisik. Sangat penting menyusun rangkuman terkini dari profil pasien agar supaya
perawatan berkelanjutan bisa dipermudah. Rangkuman itu berisi hal-hal sebagai berikut:
• Diagnosis yang signifikan
• Alergi obat
• Obat (atau obat-obatan) yang sekarang diminum
• Tindakan pembedahan di masa lalu
• Rawat inap di masa lalu
(APKP)
Rumah sakit harus memutuskan format dan isi rangkuman, serta pasien dengan perawatan berkelanjutan yang
bagaimana yang perlu dibuatkan rangkuman ini (misalnya, pasien yang lebih lama dari jangka waktu tertentu
telah diperiksa karena berbagai masalah, yang sudah berkali-kali berkunjung, yang mengunjungi berbagai
klinik, dan hal-hal sejenisnya). Rumah sakit juga memutuskan apa yang dianggap sebagai rangkuman terkini,
bagaimana rangkuman dikelola dan siapa yang akan mengelolanya.
Standar APKP.3.4
Pasien dan, bila sesuai, keluarganya diberi instruksi tindak-lanjut yang bisa dipahami.
Dalam instruksi sudah termasuk nama dan lokasi untuk memperoleh perawatan berkelanjutan, kapan saja
harus kembali ke rumah sakit untuk tindak-lanjut, dan kapan harus mendapatkan perawatan yang mendesak.
Bila kondisi atau kemampuan pasien tidak memungkinkannya untuk memahami instruksi tindak-lanjut
tersebut,
Joint Commission International Standar Akreditasi Akses
Rumah ke Sakit
Perawatan dan Kesinambungan Perawatan
edisi ke-
keluarga dilibatkan dalam proses ini. Keluarga juga dilibatkan bila mereka ikut berperan dalam
memberikan proses perawatan berkelanjutan.
Rumah sakit memberi instruksi kepada pasien dan, bila sesuai, keluarganya dengan cara yang sederhana dan
mudah dimengerti. Instruksi diberikan secara tertulis atau dalam bentuk yang paling mudah dipahami
pasien.
(APKP)
Elemen Penilaian APKP.3.5
❑ 1. Terdapat proses pengelolaan dan tindak-lanjut bagi pasien rawat inap dan pasien rawat jalan yang me-
ninggalkan rumah sakit tanpa izin dokter (Juga lihat HPK.2, EP 1, dan HPK.2.2, Maksud dan Tujuan)
❑ 2. Jika diketahui adanya dokter keluarga, maka dia harus diberitahu (Juga lihat HPK 2.2, EP 1 dan 2)
❑ 3. Proses ini konsisten dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Standar APKP.4
Pasien dirujuk ke rumah sakit lain berdasarkan status dan kebutuhan untuk memenuhi keperluan perawatan yang
berkelanjutan.
Standar APKP.4.1
Akses ke Perawatan dan Kesinambungan Perawatan
Rumah sakit perujuk menentukan bahwa rumah sakit penerima dapat memenuhi kebutuhan pasien akan
perawatan yang berkelanjutan.
Standar APKP.4.2
Rumah sakit penerima diberi rangkuman tertulis tentang kondisi klinis pasien dan tindakan yang telah dilakukan
rumah sakit perujuk.
58
Joint Commission International Standar Akreditasi Akses
Rumah ke Sakit
Perawatan dan Kesinambungan Perawatan
edisi ke-
Standar APKP.4.3
Selama proses pemindahan, seorang staf yang andal memantau kondisi pasien.
Standar APKP.4.4
Proses pemindahan ini didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
(APKP)
tersebut, dan persyaratan khusus untuk pelaksanaan rujuksn (misalnya kapan ruangan di rumah sakit penerima
siap atau status pasien). Selain itu, dicatat pula apakah kondisi atau status pasien berubah selama proses
rujuksn (misalnya, pasien meninggal atau membutuhkan resusitasi). Dokumentasi lain yang diperlukan sesuai
dengan kebijakan rumah sakit (misalnya, tanda tangan perawat atau dokter yang menerima, nama orang yang
memantau pasien selama proses pemindahan) juga dimasukkan ke rekam medis tersebut.
Standar APKP.5
Proses untuk merujuk, memindahkan atau memulangkan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan,
mencakup perencanaan transportasinya.
59
Joint Commission International Standar Akreditasi Akses
Rumah ke Sakit
Perawatan dan Kesinambungan Perawatan
edisi ke-
kebutuhan transportasinya. Jenis transportasi bisa bervariasi dan mungkin berupa ambulan atau kendaraan
lain yang dimiliki rumah sakit atau sumber lain yang ditunjuk keluarga atau keluarga dan/atau teman yang
menyediakannya. Transportasi yang dipilih juga bergantung pada kondisi dan status pasien.
Kendaraan milik rumah sakit yang digunakan sebagai transportasi harus memenuhi hukum dan peraturan yang
berlaku terkait dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaannya. Rumah sakit menetapkan kondisi transportasi
yang berisiko terpapar pada infeksi dan menerapkan strategi untuk menekan risiko infeksi. (Juga lihat bab PPI
tentang kepatuhan pada standar pengendalian infeksi yang tepat guna.) Obat-obatan dan peralatan lain yang
diperlukan dalam mobil disesuaikan dengan kebutuhan pasien yang dipindahkan. Sebagai contoh, membawa
pulang pasien lanjut usia dari kunjungan rawat jalan sangat berbeda dengan memindahkan pasien dengan penyakit
menular atau pasien luka bakar ke rumah sakit lain.
Jika rumah sakit menyewa jasa transportasi, maka rumah sakit harus yakin bahwa kontraktor telah memenuhi
Akses ke Perawatan dan Kesinambungan Perawatan
60
Joint Commission International Standar Akreditasi Akses
Rumah ke Sakit
Perawatan dan Kesinambungan Perawatan
edisi ke-
61
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Kel
uar
ga
dan
(HP
K)
Pasien
Hak
Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
Gambaran Umum
Setiap pasien itu unik, dengan kebutuhan, keunggulan, nilai-nilai, dan keyakinannya masing-masing. Organisasi
pelayanan kesehatan berkarya untuk mewujudkan rasa percaya pada pasien, menjalin komunikasi terbuka dengan
mereka, serta untuk memahami dan melindungi nilai-nilai budaya, psikososial, dan spiritual mereka.
Hasil perawatan akan menjadi lebih baik jika pasien dan bila perlu, keluarganya atau wakil mereka yang
mengambil keputusan bagi mereka, dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan proses perawatan pasien sesuai
dengan rasa budaya mereka. H
(HPK)
hormat yang menjunjung tinggi martabat pasien.
Bab ini membahas proses untuk sie
l mengidentifikasi, melindungi, dan meningkatkan hak-hak pasien;
l memberi informasi kepada pasien tentang hak mereka; n
l melibatkan keluarga pasien, bila memungkinkan, dalam pengambilan keputusan mengenai perawatan
pasien; (H
l mendapatkan informed consent, dan
l mendidik staf tentang hak-hak pasien. PK
Bagaimana rumah sakit menjalankan berbagai proses ini harus didasarkan atas hukum dan peraturan negaranya
berikut konvensi, perjanjian atau kesepakatan internasional terkait hak asasi manusia yang berlaku di negara itu.
Proses ini terkait dengan bagaimana rumah sakit memberikan perawatan kesehatan secara memadai, sesuai )
dengan struktur sistem penyediaan perawatan kesehatan dan mekanisme pembiayaannya di negara bersangkutan. da
Bab ini juga membahas hak-hak pasien dan keluarga yang berhubungan dengan penelitian, donasi dan
transplantasi organ dan jaringan tubuh.
63
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Hak Pasien dan Keluarga
Standar
Berikut ini adalah daftar semua standar untuk fungsi di atas. Demi kenyamanan Anda, standar-standar ini
disajikan tanpa tujuan atau elemen penilaiannya. Informasi lebih lanjut tentang masing-masing standar
dapat dilihat di bagian berikutnya dalam bab ini, Standar, Tujuan, dan Elemen Penilaian.
HPK.1 Rumah sakit bertanggung jawab menyediakan proses yang mendukung hak-hak pasien dan
keluarganya selama ia dirawat.
HPK.1.1 Perawatan diberikan secara tulus dan menghormati nilai-nilai serta keyakinan pribadi
para pasien.
HPK.1.1.1 Rumah sakit memiliki proses untuk menanggapi permintaan pasien dan keluarganya
dalam memperoleh pelayanan pastoral atau permintaan serupa yang berhubungan
dengan keyakinan agama dan spiritual mereka.
HPK.1.2 Perawatan diberikan dengan menghormati kebutuhan privasi pasien.
HPK.1.3 Rumah sakit mengambil langkah-langkah melindungi harta benda pasien dari pencurian
atau hilang.
HPK.1.4 Pasien dilindungi dari penganiayaan fisik.
HPK.1.5 Anak-anak, orang dengan keterbatasan, kaum lanjut usia, dan mereka yang
berisiko mendapatkan perlindungan yang memadai.
HPK.1.6 Informasi tentang pasien bersifat rahasia.
HPK.2 Rumah sakit mendukung hak-hak pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi dalam proses perawatan.
HPK.2.1 Rumah sakit memberi informasi kepada pasien dan keluarga dengan cara dan bahasa yang
mudah dipahami, tentang proses penginformasian kondisi kesehatan dan diagnosis apa
Hak Pasien dan
pun yang sudah pasti, bagaimana mereka akan diberi tahu tentang rencana perawatan
Keluarga
dan pengobatan, dan bagaimana mereka bisa berperan serta dalam mengambil keputusan
perawatan sampai sejauh mereka ingin terlibat.
HPK.2.1.1 Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang bagaimana mereka akan
diberi informasi tentang hasil perawatan dan pengobatan, termasuk hasil yang tak terduga,
dan siapa yang akan memberitahu mereka.
HPK.2.2 Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang hak dan tanggung jawab
mereka terkait dengan penolakan atau penghentian pengobatan.
HPK.2.3 Rumah sakit menghormati keinginan dan pilihan pasien untuk tidak memberikan per-
napasan buatan; dan meneruskan atau menghentikan perawatan yang mempertahankan
denyut kehidupan.
HPK.2.4 Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan asesmen dan pengelolaan rasa
sakit yang tepat.
HPK.2.5 Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan perawatan penuh rasa hormat
dan kasih sayang menjelang akhir kehidupannya.
HPK.3 Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang proses mereka menerima dan menanggapi
keluhan, tindakan mereka tindakan mereka bila ada konflik dan perbedaan pendapat tentang
perawat- an pasien, dan hak pasien untuk berperan serta dalam semua proses ini.
HPK.4 Staf rumah sakit diedukasi tentang peran mereka dalam mengidentifikasi nilai-nilai dan kepercayaan
pasien serta dalam melindungi hak-hak pasien.
HPK.5 Semua pasien diberitahu tentang hak dan tanggung jawab mereka dengan cara dan bahasa yang mudah
dipahami.
Informed Consent
HPK.6 Informed consent pasien diperoleh melalui cara yang telah ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh
petugas terlatih dalam bahasa yang mudah dipahami pasien.
64
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Hak Pasien dan Keluarga
HPK.6.1 Pasien dan keluarganya memperoleh menerima informasi memadai tentang penyakit,
usulan perawatan, dan praktisi pelayanan kesehatan sehingga mereka dapat mengambil
keputusan tentang perawatannya.
HPK.6.2 Rumah sakit menentukan proses, dalam konteks hukum dan budaya yang berlaku, untuk
pemberian persetujuan oleh orang lain.
HPK.6.3 Persetujuan umum untuk perawatan, yang diperoleh jika pasien menjalani rawat inap atau di
daftar untuk pertama kali sebagai pasien rawat jalan, sudah jelas lingkup dan batasannya.
HPK.6.4 Informed consent diperoleh sebelum pembedahan, anestesi, dalam penggunaan darah dan
produk darah, serta prosedur dan perawatan berisiko tinggi lainnya.
HPK.6.4.1 Rumah sakit mendaftar seluruh kategori atau jenis perawatan dan prosedur
yang membutuhkan informed consent khusus.
Penelitian
HPK.7 Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang cara mendapatkan akses ke penelitian
klinis, pemeriksaan klinis, atau uji klinis yang melibatkan manusia.
HPK.7.1 Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang bagaimana pasien yang memilih
berpartisipasi dalam penelitian klinis, pemeriksaan klinis atau uji klinis, akan dilindungi.
HPK.8 Informed consent diperoleh sebelum pasien berpartisipasi dalam penelitian klinis, pemeriksaan klinis,
dan uji klinis.
Donasi Organ
(HPK)
HPK.10 Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang bagaimana memutuskan untuk mendonasi-
kan organ dan jaringan tubuh lainnya.
HPK.11 Rumah sakit melakukan pengawasan terhadap pengambilan dan transplantasi organ dan jaringan tubuh.
65
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Hak Pasien dan Keluarga
Standar HPK.1
Rumah sakit bertanggung jawab menyediakan proses yang mendukung hak-hak pasien dan keluarganya
selama dirawat.
prerogatifnya
Rumah untuk menentukan
sakit menghormati informasi
hak pasien mengenai
dan dalam perawatan
beberapa apatertentu
keadaan saja yangjuga
bisahak
disampaikan kepada
keluarga pasien hak
keluarga
atau orang lain, dan di bawah kondisi apa saja. Sebagai contoh, pasien mungkin tidak ingin diagnosis
penyakitnya diberitahukan kepada keluarganya.
Hak Pasien dan Keluarga
Hak-hak pasien dan keluarga merupakan unsur mendasar dari seluruh hubungan antar-organisasi, staf, dan
pasien serta keluarga. Dengan demikian, kebijakan dan prosedur yang dikembangkan dan
diimplementasikan adalah untuk memastikan agar seluruh karyawan menyadari dan bertanggung jawab
(HPK)
terhadap permasalahan
hak pasien dan keluarganya ketika mereka berinteraksi dengan dan merawat mereka di rumah sakit itu.
Rumah sakit menerapkan proses kolaboratif dan inklusif untuk mengembangkan kebijakan dan prosedur,
dan apabila diperlukan, juga melibatkan para pasien dan keluarganya selama proses tersebut
Standar HPK.1.1
Perawatan diberikan secara tulus dan menghormati nilai-nilai serta keyakinan pribadi para pasien
Standar HPK.1.1.1
Rumah sakit memiliki proses untuk menanggapi permintaan pasien dan keluarganya dalam memperoleh atas
pelayanan pastoral atau permintaan serupa yang berhubungan dengan keyakinan spiritual dan kepercayaan
pasien.
Nilai-nilai dan keyakinan tertentu dianut seluruh pasien dan kerap kali bersumber dari budaya dan keagamaan.
Nilai dan keyakinan lainnya adalah dari pasien itu sendiri. Semua pasien didukung untuk menjalankan keyakinan
mereka dengan cara juga menghormati kepercayaan orang lain.
Nilai-nilai dan keyakinan yang dipegang teguh bisa ikut membentuk proses perawatan dan bagaimana pasien
bereaksi terhadap perawatan itu. Dengan demikian, setiap praktisi kesehatan berupaya memahami perawatan dan
layanan yang diberikan di dalam konteks keyakinan dan nilai-nilai yang dianut pasien.
Ketika seorang pasien atau keluarganya ingin berbicara dengan seseorang dari aliran agama atau aliran spiritual
tertentu, rumah sakit memiliki cara untuk menanggapi permintaan tersebut. Proses ini dapat dilakukan melalui
petugas agama setempat, sumber daya setempat atau sumber acuan keluarga. Proses menanggapi hal ini akan
menjadi lebih rumit, misalnya, jika rumah sakit atau negara itu tidak secara resmi “mengakui” dan/atau memiliki
sumber-sumber terkait dengan agama atau kepercayaan yang sesuai dengan permintaan mereka.
(HPK)
Standar HPK.1.2
Perawatan diberikan dengan menghormati kebutuhan privasi pasien.
Standar HPK.1.3
Rumah sakit mengambil langkah-langkah untuk melindungi harta benda pasien dari pencurian atau hilang.
67
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Standar HPK.1.4
Pasien dilindungi dari penganiayaan fisik.
Rumah sakit bertanggung jawab untuk melindungi pasien dari penganiayaan fisik yang dilakukan
pengunjung, pasien lain, dan petugas. Tanggung jawab ini terutama relevan bagi bayi dan anak-anak, orang
tua, dan orang lain yang tidak mampu melindungi dirinya sendiri atau memberi sinyal butuh bantuan.
Rumah sakit berupaya mencegah penganiayaan melalui berbagai proses seperti memeriksa orang-orang yang
(HPK)
berada di lokasi tanpa identifikasi yang jelas, memantau wilayah yang terpencil atau terisolasi, dan cepat
menanggapi dan membantu mereka yang berada dalam bahaya atau dianiaya.
Standar HPK.1.5
Anak-anak, orang dengan keterbatasan, kaum lanjut usia, dan mereka yang berisiko mendapatkan
perlindungan yang memadai.
Standar HPK.1.6
Informasi tentang pasien bersifat rahasia.
Staf rumah sakit menjaga kerahasiaan pasien dengan tidak mencantumkan keterangan penyakit pasien di pintu
atau di ruang perawat dan tidak membahas tentang penyakit pasien di tempat umum. Staf rumah sakit
(HPK)
memahami hukum dan peraturan terkait dengan kerahasiaan penyakit pasien dan memberitahu pasien tentang
bagaimana rumah sakit menghormati dan memegang teguh kerahasiaan informasi tersebut. Pasien juga
diberitahu tentang kapan dan dalam kondisi apa saja informasi mungkin dibagikan dan bagaimana cara
memperoleh izin dari mereka.
Rumah sakit memiliki kebijakan yang menetapkan bahwa pasien memiliki akses terhadap informasi tentang
kese- hatan mereka dan cara mengaksesnya jika dizinkan. (Juga lihat MKI.10, EP 2, dan MKI.16, Maksud dan
Tujuan)
hukum serta peraturan yang memerintahkan atau memerlukan keterangan pasien tersebut untuk dibuka.
Elemen Penilaian HPK.1.6
❑ 2. Pasien diminta untuk memberikan izin membagikan informasi yang tidak dilindungi hukum
dan peraturan.
3. Rumah sakit menghormati keterangan kesehatan pasien serta merahasiakannya
Standar HPK.2
Rumah sakit mendukung hak-hak pasien dan keluarganya untuk berperan serta dalam proses perawatan.
dalam maupun di luar rumah sakit. Seluruh karyawan dididik untuk memahami kebijakan dan prosedur
rumah sakit serta peranan mereka untuk mendukung hak pasien dan keluarga mereka ikut berperan serta
dalam proses perawatan
Elemen Penilaian
HPK.2
❑ 1. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung dan meningkatkan peran serta pasien
dan
keluarganya dalam proses perawatan. (Juga lihat APKP.2, EP 4; APKP.3.5, EP 1; PP.7.1, EP 5;
PPKP.2,
EP 5; PPKP.5, EP 2; HPK.2,, dan APKP.3, EP 3 )
❑ 2. Kebijakan dan prosedur mendukung hak pasien mencari pendapat kedua tanpa enggan
bekerjasama
untuk merawat mereka baik di dalam maupun di luar rumahsakit.
❑ 3. Karyawan rumah sakit dididik untuk memahami kebijakan dan prosedur serta peranan mereka
dalam
mendukung peranserta pasien dan keluarganya dalam proses perawatan.
penginformasian kondisi kesehatan dan diagnosis apa pun yang sudah pasti, bagaimana mereka akan diberitahu
tentang rencana perawatan dan pengobatan, dan bagaimana mereka bisa berperan serta dalam
mengambil keputusan perawatan sampai sejauh mereka ingin terlibat.
Hak Pasien dan Keluarga
dapat berperan serta dalam pengambilan keputusan perawatan mereka. Pasien dan keluarganya memahami
bila
mereka telah diberitahu dan siapa yang bertanggung jawab untuk memberitahu mereka. Pasien dan
keluarganya memahami jenis keputusan yang harus diambil mengenai perawatan dan cara berperan serta
dalam keputusan tersebut. Di samping itu, pasien dan keluarganya perlu memahami proses rumah sakit untuk
memperoleh persetujuan dan proses perawatan, tes, prosedur, dan perawatan apa saja yang memerlukan
persetujuan mereka. Meskipun beberapa pasien tertentu tidak ingin mengetahui diagnosis pasti atau berperan
serta dalam mengambil keputusan terkait perawatannya, mereka diberi kesempatan dan dapat memilih untuk
terlibat melalui anggota keluarganya, seorang teman, atau wakilnya yang mengambil keputusan.(Juga lihat
PPKP.5, EPPenilaian
Elemen 3) HPK.2.1
❑ 1. Pasien dan keluarganya memahami bagaimana dan kapan mereka akan diberitahu tentang kondisi
medik
dan setiap diagnosis yang pasti pada saat yang tepat. (Juga lihat AP.4.1, EP 2, dan PPKP.2, EP 6)
❑ 2. Pasien dan keluarganya memahami bagaimana dan kapan mereka akan diberitahu tentang rencana
perawatan dan pengobatan. (Juga lihat AP.4.1, EP 3, dan APKP.2, EP 4)
❑ 3. Pasien dan keluarganya memahami kapan akan diminta persetujuan dan proses yang digunakan untuk
memberi izin. (Juga lihat PPKP.2, EP 4)
❑ 4. Pasien dan keluarganya memahami hak mereka untuk berperan serta dalam keputusan perawatan
sampai
sejauh yang mereka inginkan. (Juga lihat HPK.2, EP 1; AP.4.1, EP 3; PP.7.1, EP 5; APKP.3, EP 3;
dan PPKP.2, EP 7)
Standar HPK.2.1.1
Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang bagaimana mereka akan diberi informasi tentang
hasil perawatan dan pengobatan, termasuk hasil akhir yang tak terduga, dan siapa yang akan memberitahu
mereka.
Hak Pasien dan Keluarga
Standar HPK.2.2
Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang hak dan tanggung jawab mereka terkait dengan
penolakan atau penghentian pengobatan.
(HPK)
diberitahu mengenai perawatan dan pengobatan alternatif. (Juga lihat APKP.3.5, EP 1)
Standar HPK.2.3
Rumah sakit menghormati keinginan dan pilihan pasien untuk tidak memberikan resusitasi dan meneruskan atau
menghentikan perawatan yang mempertahankan denyut kehidupan.
71
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Untuk memastikan bahwa proses pengambilan keputusan terkait dengan melaksanakan keinginan pasien itu
tetap konsisten, rumah sakit mengembangkan kebijakan dan prosedur melalui suatu proses yang melibatkan
banyak pakar dan dari berbagai sudut pandang. Kebijakan dan prosedur ini kemudian mengidentifikasi
akuntabilitas dan tanggung jawab serta bagaimana proses itu didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
Standar HPK.2.4
Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan asesmen dan pengelolaan rasa sakit yang tepat.
(HPK)
Standar HPK.2.5
Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan perawatan penuh rasa hormat dan kasih sayang
saat menjelang akhir kehidupannya.
gejala primer dan sekunder serta cara mengelola rasa sakit (juga lihat AP.1.7 dan PP.6); tanggapan terhadap
keprihatinan psikologi, sosial, emosional, agama, serta budaya pasien dan keluarganya.(juga lihat HPK.1.1, HPK.
1.1.1, dan HPK.1.2), dan keterlibatan dalam mengambil keputusan tentang perawatannya (juga lihat PP.7,
maksud dan tujuan).
Standar HPK.3
Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang proses mereka menerima dan menanggapi keluhan,
tindakan mereka bila ada konflik dan perbedaan pendapat tentang perawatan pasien, dan hak pasien untuk
berperan serta dalam semua proses ini.
(HPK)
Rumah sakit menetapkan proses untuk mencari penyelesaian dari dilema dan keluhan tersebut. Rumah sakit
mengidentifikasi kebijakan dan prosedur bagi mereka yang perlu dilibatkan dalam proses ini dan bagaimana
pasien dan keluarganya ikut berperan serta.
Standar HPK.4
Staf rumah sakit diedukasi tentang peran mereka dalam mengidentifikasi nilai-nilai dan kepercayaan pasien serta
dalam melindungi hak-hak pasien.
73
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Standar HPK.5
Semua pasien diberi tahu tentang hak dan tanggung jawab mereka dengan cara dan bahasa yang mudah
dipahami.
Pernyataan ini sesuai dengan usia pasien, pemahaman, dan bahasa yang digunakan. Ketika komunikasi tertulis
Hak Pasien dan Keluarga
tidak lagi sesuai atau efektif, pasien dan keluarganya diberitahu tentang hak dan kewajiban mereka dalam
bahasa dan cara yang mudah dipahami. (Juga lihat MKI.3, EP 1 dan 2)
❑ 1. Informasi tentang hak dan kewajiban pasien diberikan secara tertulis kepada setiap pasien.
❑ 2. Pernyataan tentang hak dan kewajiban pasien dipasang di kamar atau tersedia dan dapat diminta
sewaktu-
waktu pada petugas rumah sakit.
❑ 3. Rumah sakit mempunyai cara memberitahu pasien tentang hak dan kewajiban mereka apabila
komunikasi secara tertulis tidak lagi sesuai atau efektif.
Informed
Standar HPK.6
Informed consent pasien diperoleh melalui cara yang telah ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh
petugas terlatih dalam bahasa yang mudah dipahami pasien.
74
Hak Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga diberi informasi tentang apa saja tes, prosedur, dan perawatan yang memerlukan persetujuan
dan bagaimana mereka dapat memberikan persetujuan (misalnya, dilakukan secara lisan, dengan menandatangani
formulir persetujuan atau dengan beberapa cara lain). Pasien dan keluarga harus memahami siapa saja selain
pasien yang bisa memberikan izin. Petugas yang ditunjuk telah dilatih untuk memberitahu pasien dan bagaimana
cara memperoleh serta mendokumentasi persetujuan pasien (Juga lihat HPK.8, Maksud dan Tujuan)
Standar HPK.6.1
Pasien dan keluarganya memperoleh informasi memadai tentang penyakit, usulan perawatan, dan praktisi
pelayanan kesehatan sehingga mereka dapat mengambil keputusan tentang perawatannya.
(HPK)
d) manfaat dan kekurangannya;
e) alternatif yang lain;
f) kemungkinan keberhasilan;
g) kemungkinan masalah terkait dengan proses pemulihan dan
h) kemungkinan hasil akibat tidak dirawat.
Anggota staf juga memberitahu pasien nama dokter atau praktisi lainnya yang paling bertanggung jawab atas
perawatan pasien atau siapa yang berwenang melakukan prosedur atau pengobatan. Sering kali, pasien ingin
bertanya tentang pengalaman dokter yang menangani mereka, lama perawatan di rumah sakit dan pertanyaan
lain sejenisnya. Rumah sakit harus memiliki proses atau cara menanggapi permintaan pasien untuk informasi
tambahan terutama dari para praktisi yang menangani kasus mereka.
Standar HPK.6.2
Rumah sakit menentukan proses, dalam konteks hukum dan budaya yang berlaku, untuk pemberian persetujuan
oleh orang lain.
75
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Standar HPK.6.3
Persetujuan umum untuk perawatan yang diperoleh jika pasien menjalani rawat inap atau didaftar untuk
pertama kalinya sebagai pasien rawat jalan, sudah jelas lingkup dan batasannya.
Hak Pasien dan Keluarga
lingkup persetujuan umum tersebut, misalnya berbagai tes dan perawatan yang termasuk dalam persetujuan
umum. Pasien juga diberi informasi tentang tes dan perawatan yang memerlukan informed consent secara
terpisah. Persetujuan umum itu juga menyatakan adanya kemungkinan para mahasiswa kedokteran atau yang
magang
ikut serta dalam proses perawatan tersebut. Rumah sakit akan menentukan bagaimana persetujuan
umum didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
Standar HPK.6.4
Informed consent diperoleh sebelum pembedahan, anestesi, penggunaan darah dan produk darah, serta
prosedur dan perawatan berisiko tinggi lainnya.
dan Tujuan)
❑ 2. Persetujuan diperoleh sebelum dilakukan anestesi (termasuk pembiusan sedang dan dalam). (Juga lihat
PAB.5.1, maksud dan tujuan dan EP 1)
❑ 3. Persetujuan diperoleh sebelum penggunaan darah dan produk darah.
❑ 4. Persetujuan diperoleh sebelum prosedur dan perawatan berisiko tinggi.
❑ 5. Jati diri orang yang memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya dicatat dalam rekam medis
pasien. (Juga lihat HPK.8, EP 2)
❑ 6. Persetujuan ini didokumentasikan dalam rekam medis pasien dengan tanda tangan atau rekaman dari
persetujuan secara lisan. (Juga lihat HPK.8, EP 2)
Standar HPK.6.4.1
Rumah sakit mendaftar seluruh kategori atau jenis perawatan dan prosedur yang membutuhkan informed consent
khusus.
(HPK)
Elemen Penilaian HPK.6.4.1
❑ 1. Rumah sakit telah membuat daftar prosedur dan perawatan yang memerlukan persetujuan terpisah.
❑ 2. Daftar ini dikembangkan bersama oleh para dokter dan orang lain yang memberikan perawatan dan
melaksanakan prosedur.
Penelitian
Standar HPK.7
Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang cara mendapatkan akses ke penelitian klinis,
pemeriksaan klinis, atau uji klinis yang melibatkan manusia.
77
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Pasien diberitahu bahwa mereka dapat menolak untuk berpartisipasi atau membatalkan partisipasinya dan
bahwa penolakan atau pembetalan itu tidak akan menganggu akses mereka terhadap layanan rumah sakit.
Rumah sakit memiliki kebijakan dan prosedur untuk memberitahu pasien dan keluarganya tentang hal itu.
Standar HPK.7.1
Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang bagaimana pasien yang memilih berpartisipasi
Hak Pasien dan Keluarga
dalam penelitian klinis, pemeriksaan klinis, atau uji klinis akan dilindungi.
subjek manusia menyadari bahwa tanggung jawab utamanya adalah untuk kesehatan dan kesejahteraan
pasien. Rumah sakit lebih dulu memberitahu pasien dan keluarganya tentang proses yang sudah ada
untuk
• menilai ulang protokol penelitian;
• mempertimbangkan perkiraan risiko dan manfaatnya bagi pasien
• memperoleh persetujuan pasien, dan
• membatalkan diri untuk berpartisipasi.
Informasi ini dikomunikasikan kepada pasien dan keluarganya untuk membantu dalam mengambil
keputusan terkait partisipasinya.
Elemen Penilaian HPK.7.1
1. Pasien dan keluarganya diberitahu tentang proses di rumah sakit untuk mempelajari protokol
penelitian.
2. Pasien dan keluarganya diberitahu tentang proses di rumah sakit dalam mempertimbangkan manfaat
dan risikonya terhadap pasien.
3. Pasien dan keluarganya diberitahu tentang proses di rumah sakit untuk mendapatkan persetujuan.
4. Pasien dan keluarganya diberitahu tentang proses di rumah sakit terkait dengan pembatalan pasien
untuk berpartisipasi
Standar HPK.8
Informed consent diperoleh sebelum pasien berpartisipasi dalam penelitian klinis, pemeriksaan klinis, dan uji
klinis.
atau uji klinis, informed consent diberikan. Informasi yang diberikan pada saat keputusan ikut serta diambil
menjadi dasar dari informed consent - (juga lihat HPK.6, Maksud dan Tujuan). Individu yang memberikan
informasi dan mendapatkan persetujuan dicatat dalam rekam medik pasien.
Standar HPK.9
Rumah sakit memiliki komite atau cara lain untuk mengawasi seluruh penelitian dalam rumah sakit yang
melibatkan pasien/manusia.
(HPK)
dan proses terkait dengan kerahasiaan dan keamanan informasi penelitian.
Standar HPK.10
Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang bagaimana memutuskan untuk mendonasikan organ
dan jaringan tubuh lainnya.
79
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Standar HPK.11
Rumah sakit melakukan pengawasan terhadap pengambilan dan transplantasi organ serta jaringan tubuh.
❑ 2.
Kebijakan dan prosedur memandu proses transplantasi.
❑ 3.
Staf dilatih dalam kebijakan dan prosedur.
❑ 4.
Staf dilatih dalam pelbagai persoalan dan permasalahan terkait dengan donasi organ dan ketersediaan
transplan.
❑ 5. Rumah sakit memperoleh informed consent dari donor hidup.
❑ 6. Rumah sakit bekerja sama dengan organisasi dan lembaga terkait dalam masyarakat untuk
menghormati
dan melaksanakan pilihan untuk menyumbangkan organ tubuh.
* Di beberapa negara, hukum menentukan bahwa setiap orang adalah donor, kecuali ditentukan lain.
80
Hak Pasien dan Keluarga
(HPK)
81
Hak Pasien dan Keluarga
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Pasien
(
AP
As
Asesmen Pasien (AP)
Gambaran Umum
Proses asesmen pasien yang efektif akan menghasilkan keputusan mengenai kebutuhan penanganan pasien
sesegera mungkin dan berkesinambungan. Kebutuhan ini mencakup keadaan gawat darurat, elektif atau untuk
perawatan terencana, bahkan ketika kondisi pasien berubah. Asesmen pasien merupakan suatu proses dinamis dan
berlangsung terus-menerus di berbagai keadaan rawat inap dan rawat jalan serta departemen dan klinik. Asesmen
pasien terdiri atas tiga proses utama:
• Pengumpulan informasi dan data mengenai status fisik, psikologis dan sosial serta riwayat kesehatan
pasien
• Analisis data dan informasi, termasuk hasil tes laboratorium dan pencitraan diagnostik (imaging diagnostic)
untuk mengidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatan pasien
• Pengembangan rencana perawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang telah diidentifikasi
Asesmen pasien perlu mempertimbangkan kondisi, usia, kebutuhan kesehatan dan permintaan atau preferensi
pasien. Proses ini paling efektif dilakukan jika berbagai ahli kesehatan yang bertanggung jawab terhadap pasien
bekerja bersama-sama.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, standar-standar berikut disajikan
tanpa maksud dan tujuan ataupun elemen penilaian. Untuk informasi lebih lanjut mengenai standar
tersebut silahkan lihat bagian berikutnya dalam bab ini yakni Standar, Tujuan, dan Elemen Penilaian.
AP.1 Semua pasien yang dirawat oleh rumah sakit diidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatannya melalui
suatu proses asesmen yang telah ditetapkan.
AP.1.1 Rumah sakit telah menetapkan ruang lingkup dan isi asesmen, berdasarkan undang-
undang, peraturan serta standar profesional yang berlaku.
AP.1.2 Asesmen awal setiap pasien mencakup evaluasi faktor fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi
Asesmen
termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan.
Asesmen Pasien
AP.1.3 Kebutuhan medis dan keperawatan pasien diidentifikasi sejak asesmen awal
dan dicatat dalam rekam medis. (AP)
AP.1.3.1 Asesmen medis dan keperawatan awal pasien gawat darurat didasarkan pada
(AP)
8383
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
AP.1.5 Temuan dari asesmen didokumentasikan dalam rekam medis pasien dan tersedia bagi
mereka yang bertanggung jawab untuk perawatan pasien.
AP.1.5.1 Asesmen medis awal didokumentasikan sebelum perawatan anestesi
atau pembedahan.
AP.1.6 Pasien diperiksa status gizi dan kebutuhan fungsionalnya dan dirujuk untuk asesmen
dan pengobatan lebih lanjut jika perlu.
AP.1.7 Semua pasien rawat inap dan rawat jalan diperiksa apakah mengalami rasa nyeri dan
diperiksa mengenai rasa nyeri tersebut jika ada.
AP.1.8 Untuk melayani kelompok jenis pasien khusus, rumah sakit melakukan asesmen awal
secara individual.
AP.1.9 Terhadap pasien yang menjelang ajal dan keluarganya dilakukan asesmen dan asesmen
ulang berdasarkan kebutuhan mereka masing-masing.
AP.1.10 Asesmen awal mencakup penentuan dibutuhkan atau tidaknya asesmen khusus tambahan.
AP.1.11 Asesmen awal mencakup penentuan dibutuhkan atau tidaknya perencanaan pemulangan.
AP.2 Semua pasien diases ulang dengan interval tertentu berdasarkan kondisi dan pengobatan mereka
untuk mengetahui respons mereka terhadap pengobatan. Selain itu juga untuk merencanakan
perawatan lanjutan atau pemulangan.
AP.3 Individu yang memenuhi kualifikasi melaksanakan sesmen dan asesmen ulang.
AP.4 Dokter, perawat serta individu dan layanan lain yang bertanggung jawab terhadap perawatan
pasien bekerja sama untuk menganalisis dan mengintegrasikan asesmen pasien.
AP.4.1 Kebutuhan perawatan yang paling mendesak atau paling penting diidentifikasi.
Layanan Laboratorium
AP.5 Layanan laboratorium tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien. Semua layanan seperti itu
memenuhi standar lokal dan nasional, undang-undang, dan peraturan yang berlaku.
AP.5.1 Terdapat suatu program yang menjamin keselamatan laboratorium yang dijalankan
dan didokumentasikan.
AP.5.2 Pengujian dan interpretasi hasilnya dilakukan oleh individu dengan kualifikasi dan
pengalaman yang tepa.
AP.5.3 Hasil laboratorium tersedia secara tepat waktu seperti yang telah ditetapkan oleh rumah
sakit.
AP.5.3.1 Terdapat suatu proses untuk melaporkan hasil-hasil kritis suatu
pengujian diagnostik yang kritis.
AP.5.4 Semua peralatan yang digunakan untuk uji laboratorium diinspeksi, dipelihara
dan dikalibrasi secara berkala. Dokumentasi yang sesuai dibuat untuk kegiatan
tersebut.
AP.5.5 Reagen penting dan perlengkapan penting lainnya tersedia secara teratur dan dievaluasi
aman,
untukdan membuang
memastikan spesimen
akurasi diikuti.
dan presisi hasil.
AP.5.7 Digunakan norma dan rentang yang telah berlaku umum untuk menginterpretasi
dan melaporkan hasil laboratorium klinis.
Asesmen Pasien
AP.5.8 Orang (-orang) yang memenuhi kualifikasi bertanggung jawab untuk mengelola layanan
laboratorium klinis atau layanan patologi.
AP.5.9 Terdapat prosedur pengendalian mutu yang dijalankan dan didokumentasikan.
(AP)
84
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
Asesmen Pasien
(AP)
85
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
Standar AP.1
Semua pasien yang dirawat oleh rumah sakit diidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatannya melalui suatu
proses asesmen yang telah ditetapkan.
Standar AP.1.1
Rumah sakit telah menetapkan ruang lingkup dan isi asesmen, berdasarkan undang-undang, peraturan
serta standar profesional yang berlaku.
elemen yang dibutuhkan untuk pemeriksaan riwayat medis dan fisik. (Juga lihat PAB.3, EP 3, dan
PAB.4, EP 1)
❑ 2. Hanya individu yang memenuhi kualifikasi dan diizinkan oleh lisensi, undang-undang ,dan peraturan
yang berlaku atau sertifikasi yang melaksanakan penilaian.
❑ 3. Isi minimum penilaian yang dijalankan dalam kondisi rawat inap ditetapkan dalam kebijakan. (Juga
lihat
86
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
❑ 4. Isi minimum penilaian yang dijalankan dalam kondisi rawat jalan ditetapkan dalam kebijakan.
Standar AP.1.2
Asesmen awal setiap pasien mencakup evaluasi faktor fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi termasuk pemeriksaan
fisik dan riwayat kesehatan.
Untuk menyediakan informasi ini, asesmen awal mencakup evaluasi status medis pasien melalui pemeriksaan
fisik dan riwayat kesehatannya. Asesmen psikologi menentukan status emosional pasien (misalnya, apakah
pasien mengalami depresi, merasa takut atau bersikap agresif dan dapat melukai dirinya sendiri atau orang
lain). Pengumpulan informasi sosial pasien bukan dimaksudkan untuk “mengklasifikasikan” pasien. Sebaliknya,
konteks sosial, budaya, keluarga dan ekonomi merupakan faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi
responsnya terhadap penyakit dan pengobatan. Keluarga dapat sangat membantu dalam area asesmen ini dan
dalam memahami keinginan dan preferensi pasien selama proses asesmen. Faktor ekonomi dinilai sebagai
bagian dari asesmen sosial atau diases terpisah jika pasien dan keluarganya bertanggung jawab akan biaya untuk
semua atau sebagian perawatan selama rawat inap atau setelah pemulangan. Berbagai individu yang memenuhi
kualifikasi dapat dilibatkan dalam asesmen seorang pasien. Faktor yang paling penting adalah asesmen tersebut
lengkap dan tersedia (juga lihat MKI.7, EP 2) bagi mereka yang merawat pasien. (Juga lihat AP.1.7, EP 1,
mengenai asesmen nyeri)
Standar AP.1.3
Kebutuhan medis dan keperawatan pasien diidentifikasi sejak asesmen awal dan dicatat dalam rekam medis.
Asesmen Pasien
Standar AP.1.3.1
Asesmen medis dan keperawatan awal pasien keadaan darurat didasarkan pada kebutuhan dan kondisi mereka.
(AP)
87
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
asesmen medis dan keperawatanlah yang terpenting untuk memulai perawatan, asesmen tambahan dapat pula
dilaksanakan oleh praktisi perawatan kesehatan lain, termasuk asesmen khusus (juga lihat AP.1.8), dan asesmen yang
khas untuk individu tertentu (juga lihat AP.1.7). Asesmen-asesmen ini harus diintegrasikan (juga lihat AP.4) dan
kebutuhan perawatan yang paling mendesak diidentifikasi (juga lihat .4.1).
Dalam keadaan gawat darurat, mungkin saja asesmen medis dan keperawatan awal hanya terbatas pada
kebutuhan dan kondisi pasien yang terlihat. Di samping itu, apabila tidak ada waktu untuk mencatat riwayat
lengkap dan pemeriksaan fisik seorang pasien gawat darurat yang membutuhkan pembedahan, maka dibuat
catatan singkat dan diagnosis praoperasi sebelum pembedahan.
Standar AP.1.4
Asesmen diselesaikan dalam kurun waktu yang ditentukan oleh rumah sakit.
Apabila suatu asesmen diselesaikan sebagian atau seluruhnya di luar rumah sakit (misalnya, di ruang praktik kon-
sultan bedah) maka hasilnya dinilai ulang dan/atau diverifikasi pada saat penerimaan sebagai pasien rawat inap, sesuai
Asesmen Pasien
dengan jeda waktu antara pelaksanaan asesmen luar tersebut dan saat penerimaan (juga lihat AP.1.4.1), sejauh mana
kritisnya hasil tersebut, kompleksitas pasien, serta perawatan dan pengobatan yang direncanakan (misalnya penilaian
ulang tersebut mengkonfirmasi kejelasan diagnosis serta prosedur atau pengobatan yang direncanakan; peralatan
(AP)
radiograf yang dibutuhkan dalam pembedahan; adanya perubahan dalam kondisi pasien seperti kontrol terhadap gula
darah serta mengidentifikasi tes laboratorium penting apa yang mungkin perlu diulang).
88
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
❑ 3. Hasil semua asesmen yang dilakukan di luar rumah sakit dinilai ulang dan/atau diverifikasi pada saat
penerimaan sebagai pasien rawat inap. (Juga lihat AP.1.4.1 untuk bagian memperbarui dan mengulang
asesmen medis yang sudah lebih dari 30 hari; juga lihat MKI.6, EP 1)
Standar AP.1.4.1
Asesmen medis dan keperawatan awal diselesaikan dalam waktu 24 jam setelah pasien masuk sebagai pasien
rawat inap seperti yang diindikasikan oleh kondisi pasien dan kebijakan rumah sakit.
Apabila asesmen medis awal dilakukan di ruang praktik pribadi seorang dokter atau di tempat rawat jalan
lainnya sebelum perawatan di rumah sakit sebagai pasien rawat inap maka asesmen tersebut harus
dilaksanakan dalam 30 hari sebelumnya. Jika pada saat penerimaan sebagai pasien rawat inap asesmen medis
tersebut sudah lebih dari
30 hari lalu, riwayat kesehatan tersebut harus diperbarui dan pemeriksaan fisik diulang. Perubahan-perubahan
signifikan dalam kondisi pasien semenjak asesmen medis yang dilakukan 30 hari sebelum penerimaannya
sebagai pasien rawat inap dicatat saat masuk. Pembaruan dan pemeriksaan ulang ini dapat dilaksanakan oleh
siapa saja yang memenuhi kualifikasi. (Juga lihat AP.4, maksud dan tujuan)
Temuan-temuan dari asesmen didokumentasikan dalam rekam medis pasien dan tersedia bagi mereka yang
Standar AP.1.5
bertanggung jawab untuk perawatan pasien.
Asesmen Pasien
asesmen bermakna lainnya penting untuk didokumentasikan dengan baik, dapat dengan cepat dan mudah
diambil dari rekam medis atau tempat standar lainnya dan digunakan oleh mereka yang merawat pasien.
Secara khusus, asesmen medis dan keperawatan pasien didokumentasikan dalam rekam medis dalam waktu
24 jam pertama setelah pasien masuk sebagai pasien rawat inap. Hal ini tidak menghalangi dimasukkannya
asesmen-asesmen tambahan yang lebih mendetail di tempat selain rekam medis selama tetap dapat diakses
oleh mereka yang merawat pasien.
89
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
Standar AP.1.5.1
Asesmen medis awal didokumentasikan sebelum perawatan anestesi atau penanganan bedah.
Standar AP.1.6
Pasien diperiksa status gizi dan kebutuhan fungsionalnya dan dirujuk untuk asesmen dan pengobatan lebih
lanjut jika perlu.
Caraperlu
Jika yangindividu
paling efektif untuk
tersebut jugamengidentifikasi pasien dengan
menyediakan pengobatan pasienkebutuhan gizi atauMisalnya
yang diperlukan. fungsional adalah
kriteria pemeriksaan
melalui kriteria skrining. Misalnya, asesmen keperawatan awal dapat memuat kriteria tersebut. Kriteria
untuk risiko gizi dapat dikembangkan oleh perawat yang akan menerapkan kriteria tersebut, penata diet
(dietitian) yang akan menyediakan intervensi diet yang direkomendasikan dan ahli gizi (nutritionist) yang
Asesmen Pasien
mampu
mengintegrasikan kebutuhan gizi dengan kebutuhan lain pasien. (Juga lihat PP.5)
(AP)
90
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
Standar AP.1.7
Semua pasien rawat inap dan rawat jalan diperiksa apakah mengalami rasa nyeri dan diperiksa mengenai
rasa nyeri tersebut jika ada.
Suatu asesmen yang lebih komprehensif dilakukan apabila pasien dirawat di rumah sakit. Asesmen tersebut
sesuai dengan usia pasien dan mengukur intensitas dan kualitas nyeri seperti karakter, frekuensi, lokasi dan
durasi nyeri. Asesmen ini dicatat sedemikian rupa yang memfasilitasi penilaian ulang dan tindak lanjut yang
teratur sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh rumah sakit dan kebutuhan pasien.
Standar AP.1.8
Untuk melayani kelompok jenis pasien khusus, rumah sakit melakukan asesmen awal secara individual.
• Remaja
• Orang tua yang lemah
• Pasien dengan sakit terminal/ stadium akhir
(AP)
91
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
Asesmen pasien yang dicurigai memiliki ketergantungan obat dan/atau alkohol dan asesmen korban
penganiayaan dan penelantaran dibuat berdasarkan budaya kelompok jenis pasien yang bersangkutan.
Asesmen-asesmen ini
tidak dimaksudkan sebagai proses penyelidikan kasus secara proaktif. Sebaliknya, asesmen pasien ini lebih
untuk merespons kebutuhan dan kondisi mereka dengan cara yang dapat diterima menurut budaya mereka
dan bersifat rahasia.
Proses asesmen ini dimodifikasi supaya sesuai dengan undang-undang dan peraturan lokal serta standar
profesional yang berkaitan dengan kelompok jenis pasien dan situasi semacam itu serta melibatkan keluarga jika
sesuai atau perlu.
Standar AP.1.9
Terhadap pasien yang menjelang ajal dan keluarganya dilakukan asesmen dan asesmen ulang
berdasarkan kebutuhan mereka masing-masing.
lainnya h) kebutuhan akan suatu jenis perawatan atau perawatan alternatif dan
i) faktor risiko pihak yang ditinggalkan, seperti mekanisme keluarga untuk mengatasi kesedihan dan
potensi timbulnya reaksi berkabung yang parah dan tak masuk akal.
(AP)
92
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
Standar AP.1.10
Asesmen awal mencakup penentuan dibutuhkan atau tidaknya asesmen khusus tambahan.
Standar AP.1.11
Asesmen awal mencakup penentuan dibutuhkan atau tidaknya perencanaan pemulangan.
Standar AP.2
Semua pasien diases ulang pada interval tertentu berdasarkan kondisi dan pengobatan mereka untuk menge-
tahui respons mereka terhadap pengobatan. Selain itu juga untuk merencanakan perawatan lanjutan atau
pemulangan.
Asesmen Pasien
interval-interval berdasarkan kebutuhan dan perencanaan perawatan mereka atau sebagaimana ditetapkan
oleh kebijakan dan prosedur rumah sakit. Hasil asesmen ulang ini dicantumkan dalam rekam medis sebagai
informasi untuk digunakan oleh semua yang merawat pasien tersebut. (Juga lihat MKI.19.1, EP 5) Asesmen
ulang oleh seorang dokter merupakan bagian integral dari perawatan pasien yang sedang berlangsung.
Seorang dokter menilai pasien perawatan akut setidaknya setiap hari termasuk selama akhir pekan dan ketika
kondisi pasien berubah signifikan.
93
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
Standar AP.3
Individu yang memenuhi kualifikasi melaksanakan asesmen dan asesmen ulang.
❑ 3. Asesmen darurat dilakukan oleh individu yang memenuhi kualifikasi untuk melakukannya.
❑ 4. Asesmen keperawatan dilakukan oleh individu yang memenuhi kualifikasi untuk melakukannya.
❑ 5. Tanggung jawab mereka yang memenuhi kualifikasi untuk melakukan asesmen dan asesmen ulang
pasien ditetapkan secara tertulis. (Juga lihat KPS.1.1, EP 1 dan 2, dan KPS.10, EP 1)
94
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
Standar AP.4
Dokter, perawat serta individu dan layanan lain yang bertanggung jawab terhadap perawatan pasien bekerja sama
untuk menganalisis dan mengintegrasikan asesmen pasien.
Standar AP.4.1
Kebutuhan perawatan yang paling mendesak atau paling penting diidentifikasi.
Standar AP.5
Layanan laboratorium tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien. Semua layanan semacam itu memenuhi
Asesmen Pasien
Rumah sakit mempunyai suatu sistem untuk menyediakan layanan laboratorium termasuk layanan patologi klinis
yang dibutuhkan oleh populasi pasiennya, layanan klinis yang ditawarkannya dan kebutuhan praktisi perawatan
kesehatan. Layanan laboratorium tersebut dikelola dan disediakan dengan cara yang memenuhi standar lokal dan
nasional, undang-undang dan peraturan yang berlaku.
95
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
Layanan laboratorium, termasuk yang diperlukan untuk keadaan darurat, dapat disediakan dalam rumah sakit,
melalui perjanjian dengan rumah sakit lain atau keduanya. Layanan laboratorium tersedia setelah jam kerja
untuk keadaan darurat.
Sumber luar mudah diakses oleh pasien. Rumah sakit memilih sumber luar berdasarkan rekomendasi direktur
atau individu lain yang bertanggung jawab akan layanan laboratorium. Sumber luar layanan laboratorium
memenuhi undang-undang dan peraturan yang berlaku dan diketahui memiliki riwayat mempunyai layanan
yang akurat dan tepat waktu. Pasien diberitahu apabila sumber luar layanan laboratorium dimiliki oleh dokter
yang merujuk.
Standar AP.5.1
Terdapat suatu program yang menjamin keselamatan laboratorium, yang dijalankan dan didokumentasikan.
96
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
❑ 4. Risiko keselamatan yang diidentifikasi dibahas oleh proses dan/atau perangkat tertentu untuk mengurangi
risiko terhadap keselamatan. (Juga lihat MKF.5, EP 5)
❑ 5. Staf laboratorium diberikan pengarahan mengenai prosedur dan praktik keselamatan. (Juga lihat MKF.11,
EP 1; TKKA.5.4, EP 1 dan 2; dan TKKA.6.1, EP 1)
❑ 6. Staf laboratorium menerima penyuluhan mengenai prosedur baru dan bahan-bahan berbahaya yang baru
diperoleh atau dikenal. (Juga lihat KPS.8, EP 3 dan 4)
Standar AP.5.2
Pengujian dan interpretasi hasilnya dilakukan oleh individu dengan kualifikasi dan pengalaman yang tepat.
Standar AP.5.3
Hasil laboratorium tersedia secara tepat waktu seperti yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
❑ 3. Hasil laboratorium dilaporkan dalam kurun waktu untuk memenuhi kebutuhan pasien. (Juga lihat
PAB.7, EP
1)
Standar AP.5.3.1
Terdapat suatu proses untuk melaporkan hasil-hasil kritis suatu pengujian diagnostik.
97
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
Proses yang dikembangkan oleh rumah sakit untuk mengelola hasil kritis pengujian diagnostik memberikan
pedoman bagi para praktisi untuk meminta dan menerima hasil pengujian pada saat darurat atau STAT
(segera). Proses tersebut juga mencakup definisi pengujian kritis dan nilai-nilai kritis untuk tiap jenis
pengujian. Selain itu juga mencakup oleh siapa dan kepada siapa hasil pengujian kiritis dilaporkan dan metode
yang ditetapkan untuk memantau kepatuhan.
Standar AP.5.4
Semua peralatan yang digunakan untuk uji laboratorium diinspeksi, dipelihara dan dikalibrasi, secara
berkala. Dokumentasi yang sesuai dibuat untuk kegiatan tersebut.
❑ 1. Terdapat suatu program manajemen peralatan laboratorium dan program tersebut diterapkan. (Juga
lihat
MKF.8, EP 1)
(AP)
98
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
Standar AP.5.5
Reagen penting dan perlengkapan penting lainnya tersedia secara teratur dan dievaluasi untuk
memastikan akurasi dan presisi hasil.
Standar AP.5.6
Prosedur untuk mengumpulkan, mengidentifikasi, menangani, memindahkan secara aman dan membuang
spesimen diikuti.
Standar AP.5.7
Digunakan norma dan rentang yang telah berlaku umum untuk menginterpretasikan dan melaporkan
hasil laboratorium klinis.
99
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
Standar AP.5.8
Orang (-orang) yang memenuhi kualifikasi bertanggung jawab untuk mengelola layanan laboratorium klinis
atau
layanan patologi.
Apabila individu ini memberikan konsultasi klinis atau pendapat medis maka ia adalah seorang dokter dan
lebih baik lagi seorang ahli patologi. Layanan laboratorium spesialisasi atau sub-spesialisasi berada di bawah
arahan orang-orang yang memenuhi kualifikasi yang sesuai. Tanggung jawab seorang direktur laboratorium
mencakup
•• memantau
menyusun,dan meninjaudan
menerapkan semua layanan laboratorium.
menegakkan kebijakan dan prosedur;
❑ 1. Laboratorium klinis dan layanan laboratorium lainnya di seluruh rumah sakit, berada di bawah arahan
dan pengawasan seorang atau lebih dari seorang individu yang memenuhi kualifikasi. (Juga lihat
TKKA.5, EP 1)
(AP)
❑ 2. Tanggung jawab untuk menyusun, menerapkan dan menegakkan kebijakan dan prosedur ditetapkan
dan
dijalanka
n.
❑ 3. Tanggung jawab untuk pengawasan administrasi ditetapkan dan dijalankan.
❑ 4. Tanggung jawab untuk mengurus program pengendalian mutu ditetapkan dan dijalankan.
100
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
❑ 6. Tanggung jawab untuk memantau dan meninjau semua layanan laboratorium di dalam atau di luar
laboratorium ditetapkan dan dijalankan. (Juga lihat TKKA.3.3, EP 1 dan 3, dan TKKA.3.3.1, EP 1)
Standar AP.5.9
Terdapat prosedur pengendalian mutu yang dijalankan dan didokumentasikan.
Standar AP.5.9.1
Terdapat suatu proses untuk uji keahlian (proficiency testing).
Uji keahlian menentukan seberapa baik hasil satu laboratorium dibandingkan dengan laboratorium lain yang
menggunakan metodologi yang sama. Pengujian semacam itu dapat mengidentifikasi masalah kinerja yang tidak
diketahui dari mekanisme internal. Oleh karena itu, laboratorium berpartisipasi dalam program uji keahlian
yang disetujui jika tersedia. Sebagai alternatif apabila program yang disetujui tidak tersedia maka laboratorium
bertukar sampel dengan laboratorium di rumah sakit lain dengan tujuan untuk uji banding (peer comparison
testing). Laboratorium menyimpan catatan kumulatif partisipasi dalam proses uji keahlian. Jika tersedia, uji
keahlian atau alternatifnya dijalankan untuk semua program laboratorium spesialis.
❑Elemen Penilaian
1. Laboratorium AP.5.9.1dalam program uji keahlian, atau alternatifnya, untuk semua layanan dan
berpartisipasi
pengujian di laboratorium spesialis
❑ 2. Dibuat catatan kumulatif mengenai partisipasi
Asesmen Pasien
tersebut
(AP)
Standar
AP.5.10
Rumah sakit menilai ulang hasil pengendalian mutu secara berkala untuk semua sumber luar layanan
laboratorium.
101
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
Standar AP.5.11
Rumah sakit memiliki akses ke pakar di bidang diagnostik khusus bila diperlukan.
Standar AP.6
Layanan radiologi dan pencitraan diagnostik tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien. Semua
layanan semacam itu memenuhi standar lokal dan nasional, undang-undang dan peraturan yang
berlaku.
Standar AP.6.1
Layanan radiologi dan pencitraan diagnostik disediakan rumah sakit atau tersedia melalui pengaturan
dengan sumber luar.
Layanan radiologi dan pencitraan diagnostik memenuhi semua standar lokal dan nasional, undang-undang dan
peraturan yang berlaku.
Layanan radiologi dan pencitraan diagnostik termasuk yang dibutuhkan untuk keadaan darurat dapat
Asesmen Pasien
disediakan di dalam rumah sakit, melalui perjanjian dengan rumah sakit lain atau keduanya. Layanan
radiologi dan pencitraan diagnostik tersedia setelah jam kerja tersedia untuk keadaan darurat,
(AP)
Sumber luar mudah diakses oleh pasien dan laporan diterima tepat waktu demi kelancaran kelangsungan
perawatan. Rumah sakit memilih sumber luar berdasarkan rekomendasi direktur atau individu lain yang
bertanggung jawab akan layanan radiologi dan pencitraan diagnostik. Sumber luar layanan radiologi dan
pencitraan diagnostik memenuhi undang-undang dan peraturan yang berlaku serta memiliki riwayat
layanan yang akurat dan tepat waktu. Pasien diberitahu apabila sumber luar dimiliki oleh dokter yang
merujuk.
102
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
Standar AP.6.2
Terdapat program yang menjamin keamanan radiasi yang dijalankan, diikuti dan didokumentasikan.
❑ 2. Program keamanan tersebut merupakan bagian dari program manajemen keselamatan rumah sakit
dan melapor kepada struktur keselamatan rumah sakit setidaknya setahun sekali dan apabila terjadi suatu
peristiwa. (Juga lihat MKF.4, EP 2)
(AP)
❑ 3. Kebijakan dan prosedur tertulis membahas kepatuhan terhadap standar, undang-undang dan peraturan
yang berlaku.
❑ 4. Kebijakan dan prosedur tertulis membahas penanganan dan pembuangan bahan-bahan yang dapat
menular dan berbahaya. (Juga lihat MKF.5, EP 2 dan 4)
❑ 5. Masalah-masalah keamanan radiasi yang diidentifikasi dibahas oleh proses atau perangkat khusus untuk
103
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
mengurangi risiko keamanan (seperti baju pelindung radiasi berlapis timah atau lead apron, alat
pengukur dosis paparan radiasi atau radiation badges, dan semacamnya). (Juga lihat MKF.5, EP 5)
❑ 6. Staf radiologi dan pencitraan diagnostik mendapat pengarahan mengenai prosedur dan praktik kese-
lamatan. (Juga lihat MKF.11, EP 1, dan TKKA.5.4, EP 1 dan 2)
❑ 7. Staf radiologi dan pencitraan diagnostik mendapat penyuluhan untuk prosedur dan bahan-bahan
berbahaya baru. (Juga lihat KPS.8, EP 3 dan 4)
Standar AP.6.3
Individu dengan kualifikasi dan pengalaman yang tepat melakukan studi pencitraan diagnostik,
menginterpretasikan hasilnya dan melaporkan hasilnya.
Standar AP.6.4
Hasil pengamatan radiologi dan pencitraan diagnostik tersedia secara tepat waktu seperti yang telah ditetapkan
oleh rumah sakit.
waktu masuknya laporan tersebut ditetapkan berdasarkan kebutuhan pasien, layanan yang ditawarkan dan
kebutuhan staf klinis. Termasuk juga pengujian darurat dan kebutuhan pengujian setelah lewat jam kerja dan
di akhir pekan. Untuk hasil-hasil pengamatan terhadap hasil radiologi dan pencitraan diagnostik dalam situasi
(AP)
mendesak, seperti yang berasal dari bagian gawat darurat, ruang operasi dan unit perawatan intensif, diberikan
perhatian khusus pada mutu proses pengukurannya. Studi radiologi dan pencitraan diagnostik yang dilakukan
oleh kontraktor layanan dari luar dilaporkan sesuai dengan kebijakan rumah sakit atau persyaratan kontrak.
104
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
Standar AP.6.5
Semua peralatan yang digunakan untuk melakukan pengamatan radiologi dan pencitraan diagnostik diinspeksi,
dipelihara dan dikalibrasi secara berkala. Kegiatan tersebut didokumentasikan secara tepat.
Frekuensi pengujian, pemeliharaan dan kalibrasi berkaitan dengan penggunaan peralatan tersebut dan riwayat
layanan yang didokumentasikan. (Juga lihat MKF.8, Maksud dan Tujuan)
Standar AP.6.6
Film X-ray dan perlengkapan lainnya tersedia secara teratur.
radiologi dan pencitraan diagnostik secara teratur bagi para pasiennya. Suatu proses untuk memesan dan untuk
mengamankan film, reagen dan perlengkapan penting lainnya berfungsi secara efektif. Semua perlengkapan
disimpan dan dikeluarkan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan serta menyertakan rekomendasi produsen.
(AP)
Evaluasi berkala reagen sesuai dengan rekomendasi produsen menjamin akurasi dan ketepatan hasil. (Juga lihat
AP.6.8, Maksud dan Tujuan)
105
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
❑ 3. Semua perlengkapan disimpan dan dikeluarkan sesuai dengan pedoman. (Juga lihat MKF.5, EP 2)
❑ 4. Semua perlengkapan dievaluasi akurasi dan hasilnya secara berkala.
❑ 5. Semua perlengkapan diberi label dengan lengkap dan akurat. (Juga lihat MKF.5, EP 7)
Standar AP.6.7
Seseorang yang memenuhi kualifikasi bertanggung jawab untuk mengelola layanan radiologi diagnostik dan
pencitraan diagnostik.
Standar AP.6.8
Terdapat prosedur pengendalian mutu yang dijalankan, diikuti, dan didokumentasikan.
Asesmen Pasien
106
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Asesmen Pasien
Standar AP.6.9
Rumah sakit menilai ulang hasil pengendalian mutu secara berkala untuk semua sumber luar layanan diagnostik.
Standar AP.6.10
Rumah sakit memiliki akses ke pakar di bidang diagnostik khusus bila diperlukan.
tersebut.
107
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Pasien
(
PP
Per
aw
ata
n
Perawatan Pasien (PP)
Perawatan Pasien
Care of Patients (COP)
(PP)
(PP)
Pasien
Gambaran Umum
Tujuan utama suatu rumah sakit adalah merawat pasien. Untuk menyediakan perawatan yang sesuai dengan
kebutuhan unik setiap pasien, dibutuhkan perencanaan dan koordinasi tingkat tinggi. Ada beberapa kegiatan
yang mendasar dalam perawatan pasien. Berlaku untuk semua bidang, kegiatan-kegiatan ini meliputi
• merencanakan dan memberikan perawatan kepada setiap pasien;
• memantau untuk memahami hasil perawatan itu;
• memodifikasi perawatan, jika diperlukan;
• menuntaskan perawatan; dan
• merencanakan tindak lanjut (follow-up).
Banyak dokter, perawat, ahli farmasi, ahli terapi rehabilitasi, dan berbagai jenis praktisi perawatan kesehatan
lainnya yang dapat melaksanakan kegiatan tersebut. Setiap praktisi memiliki peran yang jelas dalam perawatan
pasien. Peran tersebut ditentukan berdasarkan lisensi; kredensial; sertifikasi; undang-undang dan peraturan;
keterampilan, pengetahuan dan pengalaman khusus individu; dan kebijakan rumah sakit atau deskripsi jabatan.
Beberapa tindak perawatan dapat dilakukan sendiri oleh pasien, keluarganya atau pemberi pelayanan terlatih
lainnya.
Standar Asesmen Pasien (AP, juga lihat hal. 83 -107) menjabarkan dasar pemberian perawatan - perencanaan
untuk setiap pasien berdasarkan asesmen terhadap kebutuhannya. Perawatan tersebut dapat bersifat preventif,
paliatif, kuratif atau rehabilitatif dan dapat mencakup anestesi, bedah, obat-obatan, terapi-terapi pendukung atau
kombinasi dari hal-hal di atas. Untuk mencapai hasil yang optimal rencana perawatan tidak dapat berdiri sendiri
melainkan harus dikoordinasi dan dintegrasikan oleh semua pihak yang merawat pasien.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan
persyaratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaiannya. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini,
dapat dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Maksud dan Tujuan, dan
Elemen Penilaian.
PP.2 Terdapat suatu proses untuk mengintegrasi dan mengoordinasikan perawatan yang diberikan
kepada setiap pasien.
PP.2.1 Perawatan yang diberikan kepada setiap pasien terencana dan tertulis dalam rekam medis.
1 09
109
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Perawatan Pasien
PP.2.2 Mereka yang diizinkan untuk menulis permintaan pasien menuliskannya pada tempat yang
sama di rekam medis.
Perawatan Pasien
PP.2.4 Para pasien dan keluarganya diberitahu mengenai hasil perawatan dan pengobatan, termasuk
hasil yang tidak terduga.
PP.3.1 Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien keadaan darurat.
PP.3.2 Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu penggunaan layanan resusitasi di seluruh
rumah sakit.
PP.3.3 Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu penanganan, penggunaan, dan pemberian
darah dan produk darah.
PP.3.4 Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien yang menggunakan
alat bantu kehidupan (life support) atau dalam keadaan koma. (Juga lihat HPK.1.5)
PP.3.5 Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien yang menderita penyakit
menular dan penurunan kekebalan tubuh (immune-suppressed).
PP.3.6 Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien yang menjalani dialisis.
PP.3.7 Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu penggunaan alat pengekang (restraint)
dan perawatan pasien yang memakai alat pengekang.
PP.3.8 Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien lanjut usia, orang dengan
keterbatasan, anak-anak, dan populasi yang berisiko diperlakukan tak senonoh.
PP.3.9 Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien yang menjalani
kemoterapi atau pengobatan berisiko tinggi lainnya.
PP.4.1 Penyiapan, penanganan, penyimpanan, dan pembagian makanan bersifat aman dan mematuhi
undang-undang, peraturan dan praktik-praktik yang berlaku dan dapat diterima.
PP.5 Pasien dengan risiko menderita gangguan gizi menerima terapi gizi.
110
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Perawatan Pasien
Manajemen Nyeri
PP.6 Pasien didukung secara efektif dalam mengelola rasa nyerinya.
Perawatan Pasien
Perawatan di Akhir Hayat
PP.7 Rumah sakit menyediakan perawatan pada akhir hayat.
(PP)
PP.7.1 Perawatan pasien dalam keadaan menjelang ajal mengoptimalkan kenyamanan dan
martabatnya.
111
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Perawatan Pasien
Standar PP.1
Kebijakan dan prosedur serta undang-undang dan peraturan yang berlaku memandu keseragaman perawatan
untuk semua pasien.
Perawatan yang seragam untuk semua pasien menghasilkan penggunaan sumber daya yang efektif dan
memungkinkan evaluasi hasil perawatan yang serupa di seluruh rumah sakit.
Standar PP.2
Terdapat suatu proses untuk mengintegrasi dan mengoordinasikan perawatan yang diberikan kepada setiap pasien.
112
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Perawatan Pasien
serta kemungkinan kondisi akhir pasien yang lebih baik. Oleh karena itu, pemimpin menerapkan pelbagai sarana
dan teknik untuk mengintegrasi dan mengkoordinasikan perawatan pasien dengan lebih baik (misalnya, perawatan
Perawatan Pasien
diberikan oleh tim, kunjungan terhadap pasien dilaksanakan oleh pelbagai departemen, formulir perencanaan
perawatan bersama, rekam medis yang terintegrasi, manajer-manajer kasus). (Juga lihat AP.4, maksud dan tujuan)
(PP)
Rekam medis memfasilitasi dan mencerminkan integrasi dan koordinasi perawatan. Secara khusus, setiap praktisi
mencatat pengamatan dan pengobatan dalam rekam medis. Selain itu, hasil atau kesimpulan dari pertemuan tim
perawatan pasien kolaboratif atau diskusi pasien yang serupa ditulis dalam rekam medis. (Juga lihat PP.5, EP 2)
Standar PP.2.1
Perawatan yang diberikan kepada setiap pasien terencana dan tertulis dalam rekam medis.
Perawatan yang direncanakan untuk seorang pasien harus sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut dapat berubah sebagai akibat dari perbaikan klinis atau masuknya informasi baru dari penilaian ulang
rutin (misalnya, hasil laboratorium atau radiografi yang abnormal), atau mungkin terlihat jelas dari perubahan
mendadak pada kondisi pasien (misalnya, hilangnya kesadaran). Jika kebutuhan berubah, rencana perawatan
pasien juga ikut berubah. Perubahan-perubahan ditulis dalam rekam medis sebagai catatan untuk penyusunan
rencana awal atau sebagai sasaran perawatan baru atau revisi, atau bahkan rencana perawatan baru.
Catatan: Suatu rencana perawatan tunggal dan terintegrasi yang mengidentifikasi perkembangan (sasaran) yang
terukur yang diharapkan oleh masing-masing disiplin adalah lebih baik daripada rencana perawatan terpisah yang
disusun oleh masing-masing praktisi. Rencana perawatan pasien harus mencerminkan sasaran perawatan yang khas
untuk masing-masing individu, objektif, dan realistis sehingga nantinya penilaian ulang dan revisi rencana dapat
dilakukan.
113
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Perawatan Pasien
❑ 4. Perkembangan (sasaran) yang diantisipasi diperbarui atau direvisi jika diperlukan berdasarkan penilaian
ulang pasien oleh praktisi perawatan kesehatan.
Perawatan Pasien
❑ 5. Perawatan yang direncanakan untuk setiap pasien ditinjau dan diverifikasi oleh dokter yang bertanggung
jawab dengan notasi dalam catatan perkembangan. (Juga lihat APKP.2.1, EP 1)
❑ 6. Perawatan yang direncanakan tersedia. (Juga lihat PP.2.3, Maksud dan Tujuan)
(PP)
❑ 7. Perawatan yang diberikan untuk setiap pasien ditulis dalam rekam medis oleh profesional kesehatan yang
memberikan perawatan. (Juga lihat PAB.5.2, EP 1; PAB.7.2, Maksud dan Tujuan; dan PP.2.3, EP 1)
Standar PP.2.2
Mereka yang diizinkan untuk menulis permintaan pasien menuliskannya pada tempat yang sama direkam medis.
Standar PP.2.3
Prosedur yang dijalankan ditulis dalam rekam medis.
114
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Perawatan Pasien
Perawatan Pasien
Standar PP.2.4
(PP)
Para pasien dan keluarganya diberi tahu mengenai hasil perawatan dan pengobatan, termasuk hasil yang tidak
terduga.
Standar PP.3
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien berisiko tinggi dan penyediaan layanan
berisiko tinggi.
Rumah sakit juga menyediakan berbagai layanan, beberapa di antaranya dianggap berisiko tinggi karena memerlu-
kan peralatan kompleks untuk menangani kondisi yang mengancam jiwa (pasien dialisis) atau karena sifat peng-
obatannya (ada penggunaan darah dan produk darah). Layanan lainnya dianggap berisiko tinggi karena terdapat
potensi bahaya kepada pasien (alat pengekang), atau adanya efek toksik obat-obatan berisiko tinggi tertentu
(misalnya, kemoterapi).
Kebijakan dan prosedur merupakan sarana penting bagi staf untuk memahami pasien dan layanan ini serta untuk
merespons secara menyeluruh, kompeten dan seragam. Pemimpin bertanggung jawab untuk
• mengidentifikasi pasien dan layanan yang dianggap berisiko tinggi dalam rumah sakit;
• menggunakan proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan prosedur yang relevan; dan
115
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Perawatan Pasien
Pasien dan layanan yang diidentifikasi dalam PP.3.1 hingga PP.3.9, jika terdapat dalam rumah sakit, disertakan
dalam proses. Apabila ada lagi jenis pasien atau layanan lain dalam populasi pasien dan layanannya, maka juga
dimasukkan.
(PP)
Rumah sakit dapat pula mengidentifikasi risiko tambahan sebagai akibat dari prosedur atau rencana perawatan
(misalnya, kebutuhan untuk mencegah deep vein thrombosis, ulkus dekubitus, dan jatuh). Jika ada, risiko seperti
itu dapat dicegah dengan mendidik staf dan menyusun kebijakan dan prosedur yang tepat. (Juga lihat HPK.1.5,
EP 1 dan 2)
Standar PP.3.1
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien keadaan darurat.
Standar PP.3.2
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu penggunaan layanan resusitasi di seluruh rumah sakit.
Standar PP.3.3
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu penanganan, penggunaan, dan pemberian darah dan produk
darah.
Standar PP.3.4
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien yang menggunakan alat bantu kehidupan
(life support) atau dalam keadaan koma.
Standar PP.3.5
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien yang menderita penyakit menular dan
penurunan kekebalan tubuh (immune-suppressed).
Standar PP.3.6
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien yang menjalani dialisis.
Standar PP.3.7
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu penggunaan alat pengekang (restraint) dan perawatan pasien
yang memakai alat pengekang.
Standar PP.3.8
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien lanjut usia, orang dengan keterbatasan,
anak-anak, dan populasi pasien yang berisiko diperlakukan tak senonoh.
Standar PP.3.9
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien yang menjalani kemoterapi atau pengobatan
berisiko tinggi lainnya.
116
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Perawatan Pasien
Perawatan Pasien
Penyesuaian ini bertujuan mengurangi risiko tersebut secara efektif dan tepat. Sangat penting bahwa kebijakan
atau prosedur tersebut menetapkan
a) bagaimana perencanaan akan berlangsung, termasuk identifikasi perbedaan-perbedaan antara populasi
(PP)
dewasa dan anak-anak, atau pertimbangan khusus lainnya;
b) dokumentasi yang dibutuhkan untuk tim perawatan agar dapat bekerja dan berkomunikasi secara efektif;
c) pertimbangan mengenai adanya persetujuan khusus, jika diperlukan;
d) persyaratan pemantauan pasien;
e) kualifikasi atau keterampilan khusus staf yang terlibat dalam proses perawatan; dan
f) ketersediaan dan penggunaan peralatan khusus.
Clinical guidelines dan clinical pathway sering bermanfaat dalam menyusun kebijakan dan prosedur serta dapat
dimasukkan ke dalamnya. (Juga lihat HPK.1.4, EP 2; HPK.1.5, EP 1 dan 2; dan AP.1.7)
Catatan: Untuk standar PP.3.1 hingga PP.3.9, elemen a) hingga f) dalam maksud dan tujuan harus tercermin
dalam kebijakan dan prosedur yang dibutuhkan.
117
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Perawatan Pasien
❑ 2. Pasien yang memakai alat pengekang menerima perawatan sesuai dengan kebijakan dan prosedur.
❑ 1. Perawatan pasien lanjut usia yang lemah dan bergantung pada orang lain dipandu oleh kebijakan dan
prosedur yang tepat.
❑ 2. Pasien lanjut usia yang lemah dan bergantung pada orang lain menerima perawatan sesuai dengan
kebijakan dan prosedur.
❑ 3. Perawatan anak-anak yang masih kecil dan bergantung pada orang lain dipandu oleh kebijakan dan
prosedur yang tepat.
❑ 4. Anak-anak yang masih kecil dan bergantung pada orang lain menerima perawatan sesuai dengan
kebijakan dan prosedur.
❑ 5. Kelompok pasien yang berisiko diperlakukan tak senonoh diidentifikasi, dan perawatan mereka dipandu
oleh kebijakan dan prosedur yang tepat.
❑ 6. Kelompok pasien yang teridentifikasi berisiko diperlakukan tak senonoh menerima perawatan sesuai
dengan kebijakan dan prosedur.
Elemen Penilaian PP.3.9
❑ 1. Perawatan pasien yang menjalani kemoterapi atau pengobatan berisiko tinggi lainnya dipandu oleh
kebijakan dan prosedur yang tepat.
❑ 2. Pasien yang menjalani kemoterapi atau pengobatan berisiko tinggi lainnya menerima perawatan sesuai
dengan kebijakan dan prosedur.
Standar PP.4
Berbagai pilihan makanan yang tepat untuk status gizi pasien dan konsisten dengan perawatan klinis pasien,
tersedia secara teratur.
118
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Perawatan Pasien
❑ 5. Apabila keluarga menyediakan makanan, mereka diberi penyuluhan mengenai batasan-batasan makanan
bagi si pasien.
Perawatan Pasien
Standar PP.4.1
(PP)
Penyiapan, penanganan, penyimpanan, dan pembagian makanan aman dan mematuhi undang-undang, peraturan
dan praktik yang saat ini dapat diterima.
Standar PP.5
Pasien dengan risiko menderita gangguan gizi menerima terapi gizi.
Manajemen Nyeri
Standar PP.6
Pasien didukung secara efektif dalam mengelola rasa nyerinya.
119
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Perawatan Pasien
psikologis yang negatif. Pasien memiliki hak untuk memperoleh asesmen dan manajemen nyeri yang tepat. (Juga
lihat HPK.2.5, maksud dan tujuan). Berdasarkan lingkup layanan yang diberikan, rumah sakit memiliki proses
Perawatan Pasien
c) mengomunikasikan dengan pasien dan keluarga serta memberikan edukasi mengenai nyeri dan
manajemen gejala dalam konteks keyakinan pribadi, budaya, dan agama mereka (Juga lihat HPK.1.1,
EP 1); dan
d) memberikan edukasi kepada praktisi perawatan kesehatan mengenai asesmen tentang nyeri dan
manajemen nyeri. (Juga lihat HPK.2.4)
Sasaran rumah sakit dalam pemberian perawatan di akhir hayat ini antara lain mempertimbangkan tempat
di mana perawatan atau layanan diberikan (seperti hospice atau unit perawatan paliatif), jenis perawatan yang
diberikan, dan jenis pasien yang dilayani. Rumah sakit menyusun proses-proses untuk mengelola perawatan di
akhir hayat tersebut. Proses-proses ini
• memastikan bahwa gejala apa pun akan ases dan ditangani dengan tepat;
• memastikan bahwa pasien yang menderita sakit stadium akhir akan diperlakukan secara terhormat dan
bermartabat;
• mengases pasien sesering yang diperlukan untuk mengidentifikasi gejala-gejala yang dialaminya;
• merencanakan pendekatan preventif dan terapeutik untuk mengelola gejala-gejala itu; dan
• mendidik pasien dan staf mengenai bagaimana mengelola gejala-gejala yang dialami pasien.
Standar PP.7
Rumah sakit menyediakan perawatan pada akhir hayat.
120
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Perawatan Pasien
Untuk mencapai hal ini, semua staf perlu dibuat menyadari tentang kebutuhan khusus pasien di akhir hayatnya.
Semua aspek perawatan selama tahap akhir kehidupan seorang pasien harus mengutamakan kenyamanan dan
Perawatan Pasien
harga dirinya. Perawatan di akhir hayat yang disediakan rumah sakit mencakup
a) menyediakan penanganan gejala yang tepat sesuai dengan keinginan pasien dan keluarga;
b) menangani secara sensitif masalah seperti otopsi dan donor organ;
(PP)
c) menghormati nilai-nilai, agama, dan preferensi budaya pasien;
d) melibatkan pasien dan keluarga dalam semua aspek perawatan; dan
e) menanggapi masalah psikologis, emosional, spiritual, dan kultural pasien dan keluarga.
Untuk mencapai tujuan ini, semua staf perlu disadarkan akan kebutuhan khusus pasien di akhir hayatnya.
(Juga lihat HPK.2.5, maksud dan tujuan). Rumah sakit mengevaluasi mutu perawatan di akhir hayat dengan
mengevaluasi persepsi keluarga dan staf mengenai perawatan yang diberikan.
Standar PP.7.1
Perawatan pasien dalam keadaan menjelang ajal mengoptimalkan kenyamanan dan martabatnya.
121
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
B
e
d
a
h
d
a
n
(P
Anestesi
AB)
Perawatan
Perawatan Anestesi dan Bedah (PAB)
Perawatan Anestesi
dan Bedah (PAB)
Anesthesia and Surgical Care (ASC)
(PAB)
anestesi penuh. Karena respons pasien dapat berubah-ubah sepanjang berlangsungnya rangkaian tersebut, AB)
penggunaan anestesi dan sedasi diatur secara terpadu. Oleh sebab itu, bab ini meliputi anestesi dan sedasi
sedang dan dalam, yang berpotensi membahayakan refleks protektif pasien untuk fungsi pernapasannya. Bab ini dan
tidak membahas penggunaan sedasi minimal (anxiolysis, obat-obat penenang). Dengan demikian, penggunaan
istilah “anestesi” hanya meliputi sedasi sedang dan dalam. Bedah
Catatan: Standar anestesi dan bedah berlaku di lokasi manapun anestesi dan/atau sedasi sedang atau dalam
digunakan; juga pada semua prosedur pembedahan dan invasif lainnya yang membutuhkan persetujuan (juga
lihat HPK.6.4). Lokasi ini meliputi ruang operasi rumah sakit, bedah harian atau unit rumah sakit harian,
klinik gigi dan klinik rawat jalan lainnya, layanan gawat darurat, area perawatan intensif, dan tempat lainnya.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan
persyaratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaian. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini,
dapat dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Maksud danTujuan, serta
Elemen Penilaian.
PAB.2 Seseorang yang memenuhi kualifikasi bertanggung jawab untuk mengelola layanan anestesi (termasuk
sedasi sedang dan dalam).
Perawatan Sedasi
PAB.3 Kebijakan dan prosedur mengatur perawatan pasien yang sedang menjalani sedasi sedang dan dalam.
1
12323
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Perawatan Anestesi dan Bedah
Perawatan Anestesi
PAB.4 Seseorang yang memenuhi kualifikasi melaksanakan asesmen praanestesi dan penilaian prainduksi.
PAB.5 Perawatan anestesi setiap pasien direncanakan dan didokumentasikan di dalam rekam medis.
PAB.5.1 Risiko, manfaat, dan alternatif dibahas dengan pasien, keluarga pasien, atau mereka
yang membuat keputusan untuk pasien.
PAB.5.2 Anestesi yang digunakan dan teknik anestesi ditulis di dalam rekam medis.
PAB.5.3 Status fisiologis setiap pasien selama anestesi dipantau secara terus-menerus dan ditulis di
dalam rekam medis.
PAB.6 Status pascaanestesi setiap pasien dipantau dan didokumentasikan. Pasien dipindahkan dari area
pemulihan oleh individu yang memenuhi kualifikasi atau dengan menggunakan kriteria yang
telah ditetapkan.
Perawatan Anestesi dan
Perawatan Bedah
PAB.7 Perawatan bedah setiap pasien direncanakan dan didokumentasikan berdasarkan hasil-hasil asesmen.
Bedah
PAB.7.1 Risiko, manfaat, dan alternatif dibahas dengan pasien, keluarga pasien, atau mereka
yang membuat keputusan untuk pasien.
PAB.7.2 Terdapat laporan bedah atau catatan operasi singkat dalam rekam medis pasien
untuk memfasilitasi perawatan berkelanjutan.
PAB.7.3 Status fisiologis setiap pasien dipantau secara terus-menerus selama dan segera sesudah
pembedahan dan ditulis di dalam rekam medis.
124
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Perawatan Anestesi dan Bedah
Standar
PAB.1
Layanan anestesi (termasuk sedasi sedang dan dalam) tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien, dan
semua layanan semacam itu memenuhi standar, undang-undang dan peraturan lokal dan nasional yang
berlaku serta standar-standar profesional.
Maksud dan Tujuan PAB.1
Rumah sakit mempunyai suatu sistem untuk menyediakan layanan anestesi (termasuk sedasi sedang dan
dalam) yang diperlukan oleh para pasiennya, layanan klinis yang ditawarkan, dan untuk memenuhi
Layanan anestesi (termasuk sedasi sedang dan dalam serta layanan yang dibutuhkan untuk keadaan gawat
darurat) dapat disediakan dalam rumah sakit, dengan rumah sakit lain sesuai perjanjian, atau keduanya.
Layanan anestesi (termasuk sedang dan dalam) tersedia setelah jam kerja biasa untuk keadaan darurat.
(PAB)
Setiap penggunaan sumber anestesi dari luar harus berdasarkan rekomendasi direktur dan individu lain yang
bertanggung jawab akan layanan anestesi/sedasi. Sumber dari luar itu memenuhi undang-undang dan
peraturan yang berlaku serta memiliki mutu dan rekam jejak keselamatan pasien yang dapat diterima.
Standar PAB.2
Seseorang yang memenuhi kualifikasi bertanggung jawab untuk mengelola layanan anestesi (termasuk sedasi
sedang dan dalam).
125
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Perawatan Anestesi dan Bedah
• merekomendasikan sumber dari luar untuk layanan anestesi (termasuk sedasi sedang dan dalam); dan
• memantau dan mengkaji semua layanan anestesi (termasuk sedasi sedang dan dalam).
Standar PAB.3
Kebijakan dan prosedur mengatur perawatan pasien yang sedang menjalani sedasi sedang dan dalam.
Kualifikasi dokter, dokter gigi, atau individu lain yang bertanggung jawab akan pasien yang menerima sedasi
sedang dan dalam juga penting. Individu tersebut harus kompeten
dalam g) teknik-teknik berbagai cara sedasi;
h) pemantauan yang tepat;
i) respons terhadap komplikasi;
j) penggunaan zat antidotum; dan
k) setidaknya melakukan pertolongan pertama atau P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
atau menggunakan alat-alat bantu kehidupan yang mendasar.
Individu yang memang diserahi tanggung jawab dan mempunyai kualifikasilah yang melakukan asesmen pra-
126
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Perawatan Anestesi dan Bedah
sedasi pada pasien untuk memastikan bahwa sedasi yang direncanakan dan kadar sedasinya sesuai untuk
pasien. Kebijakan rumah sakit menetapkan ruang lingkup dan isi penilaian ini.
Selain dokter atau dokter gigi, seseorang yang memenuhi kualifikasi bertanggung jawab memantau tanpa henti
parameter-parameter fisiologis pasien serta membantu upaya suportif atau resusitasi. Kualifikasi individu yang
memantau peralatan dan perlengkapan sama dengan kualifikasi individu yang bertanggung jawab untuk sedasi yang
disediakan di lokasi-lokasi lain dalam organisasi (misalnya, dalam ruang operasi dan klinik gigi rawat jalan). Dengan
demikian, tingkat perawatan yang sama terjaga. (Juga lihat PP.1, EP 3, dan TKKA.3.2.1, EP 3)
Definisi kadar-kadar sedasi dapat dilihat pada Glosarium manual ini di halaman 271.
(PAB)
❑ 4. Praktisi yang memenuhi kualifikasi dan bertanggung jawab untuk sedasi memenuhi kualifikasi setidaknya
dari elemen g) hingga k) dalam maksud dan tujuan.
❑ 5. Individu yang memenuhi kualifikasi memantau pasien selama masa sedasi dan mendokumentasikan
pemantauan tersebut.
❑ 6. Kriteria untuk pemulihan dan selesainya sedasi ditetapkan dan didokumentasikan.
❑ 7. Sedasi sedang dan dalam diberikan sesuai kebijakan rumah sakit.
Perawatan
Standar PAB.4
Seseorang yang memenuhi kualifikasi melaksanakan asesmen praanestesi dan penilaian prainduksi.
Seorang ahli anestesi atau individu lain yang memenuhi kualifikasi melaksanakan penilaian praanestesi tersebut.
Penilaian praanestesi tersebut dapat dilaksanakan beberapa saat sebelum penerimaan pasien ke dalam rumah
sakit atau sebelum prosedur operasi bedah atau sesaat sebelum prosedur bedah, seperti untuk pasien gawat
darurat dan kandungan.
Asesmen prainduksi berbeda dengan asesmen praanestesi, karena asesmen tersebut berfokus pada stabilitasi
127
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Perawatan Anestesi dan Bedah
fisiologis dan kesiapan pasien untuk anestesi dan dilaksanakan segera sebelum induksi anestesi.
Apabila anestesi harus diberikan secara darurat, asesmen praanestesi dan asesmen prainduksi dapat dilaksanakan
segera secara berurutan, atau secara bersama-sama, tetapi didokumentasikan secara terpisah.
Standar PAB.5
Perawatan Anestesi dan Bedah
Perawatan anestesi setiap pasien direncanakan dan didokumentasikan di dalam rekam medis.
digunakan, metode pemberian, obat-obatan dan cairan lainnya, prosedur pemantauan, dan perawatan pasca-
anestesi yang diantisipasi.
Standar PAB.5.1
Risiko, manfaat, dan alternatif dibahas dengan pasien, keluarga pasien, atau mereka yang membuat keputusan
untuk pasien.
Standar PAB.5.2
Jenis dan teknik anestesi yang digunakan ditulis di dalam rekam medis.
128
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Perawatan Anestesi dan Bedah
Standar PAB.5.3
Status fisiologis setiap pasien selama anestesi dipantau secara terus-menerus dan ditulis di dalam rekam medis.
(PAB)
Elemen Penilaian PAB.5.3
❑ 1. Kebijakan dan prosedur membahas frekuensi minimum dan jenis pemantauan selama anestesi dan
seragam untuk pasien serupa yang menerima anestesi yang serupa di mana pun anestesi tersebut
diberikan. (Juga lihat AP.2, EP 1–3)
❑ 2. Status fisiologis dipantau berdasarkan kebijakan dan prosedur selama pemberian anestesi. (Juga lihat
AP.2, EP 1 dan 2)
❑ 3. Hasil-hasil pemantauan ditulis di dalam catatan anestesi pasien. (Juga lihat MKI.19.1, EP 4)
Standar PAB.6
Status pascaanestesi setiap pasien dipantau dan didokumentasikan. Pasien dipindahkan dari area pemulihan oleh
individu yang memenuhi kualifikasi atau dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan.
Pasien dipindahkan dari wilayah pemulihan pascaanestesi atau dihentikan pemantauan pemulihannya dengan
salah satu alternatif berikut:
a) Pasien dipindahkan (atau pemantauan pemulihan dihentikan) oleh seorang ahli anestesi yang memenuhi
kualifikasi. Selain itu bisa juga oleh individu lain yang diizinkan oleh individu yang bertanggung jawab
mengelola layanan anestesi.
b) Pasien dipindahkan (atau pemantauan pemulihan dihentikan) oleh seorang perawat atau individu yang
memiliki kualifikasi setara berdasarkan kriteria pascaanestesi yang ditetapkan oleh pemimpin rumah sakit.
Rekam medis menunjukkan bukti bahwa kriteria tersebut terpenuhi.
129
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Perawatan Anestesi dan Bedah
c) Pasien tersebut dipindahkan ke unit yang mampu menyediakan perawatan pascaanestesi atau
pascasedasi pasien khusus, seperti di antaranya unit perawatan intensif kardiovaskular, unit perawatan
intensif bedah syaraf.
Waktu kedatangan dan pemindahan dari wilayah pemulihan (atau pemberhentian pemantauan pemulihan)
dicatat.
Standar PAB.7
Perawatan bedah setiap pasien direncanakan dan didokumentasikan berdasarkan hasil-hasil asemen.
Pemilihan prosedur bergantung pada riwayat pasien, status fisik, data diagnotik serta risiko dan manfaat
prosedur bagi pasien. Hal-hal yang ikut berperan dalam pemilihan prosedur antara lain informasi dari asesmen
saat pasien masuk, tes diagnostik, dan sumber lain yang ada. Bila seorang pasien gawat darurat membutuhkan
pembedahan, waktu pelaksanaan proses asesmen itu dipersingkat. Perawatan bedah yang direncanakan untuk
pasien tersebut didokumentasikan dalam rekam medis, termasuk diagnosis pra-operasi. Nama prosedur bedah
saja bukan merupakan suatu diagnosis.
Standar PAB.7.1
Risiko, manfaat, dan alternatif dibahas dengan pasien, keluarga pasien, atau mereka yang membuat
keputusan untuk pasien.
(PAB)
kinan komplikasi, dan alternatif yang berkaitan dengan prosedur bedah yang direncanakan. (Juga lihat
HPK.6.4, EP 1)
❑ 2. Penyuluhan tersebut mencakup kebutuhan, risiko dan manfaat, serta alternatif penggunaan darah dan
produk darah.
❑ 3. Ahli bedah pasien atau individu lain yang memenuhi kualifikasi memberikan edukasi tersebut.
(Juga lihat HPK.6.1, EP 2)
Standar PAB.7.2
Terdapat laporan bedah atau catatan operasi singkat dalam rekam medis pasien untuk memfasilitasi perawatan
berkelanjutan.
Sebelum pasien meninggalkan area pemulihan pascaanestesi, catatan operasi singkat dapat digunakan sebagai
ganti laporan bedah tertulis. Isi minimum laporan bedah tertulis atau catatan operasi singkat meliputi
a. diagnosis pascaoperasi;
b. nama ahli bedah dan para asistennya;
c. nama prosedur;
d. spesimen bedah yang dikirim untuk pemeriksaan;
e. komplikasi ataupun tidak adanya komplikasi selama prosedur, termasuk jumlah darah yang
hilang disebut secara khusus; dan
f. tanggal, waktu dan tanda tangan dokter yang bertanggung jawab.
131
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Perawatan Anestesi dan Bedah
Standar PAB.7.3
Status fisiologis setiap pasien dipantau secara terus-menerus selama dan segera sesudah pembedahan dan ditulis di
dalam rekam medis.
Catatan: Persyaratan ini akan dimasukkan di sini hanya jika prosedur tersebut dilaksanakan di bawah anestesi
lokal, tanpa anestesi atau sedasi menyeluruh atau regional.
Perawatan Anestesi dan Bedah
Hasil-hasil dari pemantauan itu merupakan kunci bagi keputusan yang dilakukan selama operasi berlangsung
(intraoperatif) serta keputusan pascaoperasi, seperti misalnya: kembali dibedah, transfer ke tingkat perawatan yang
lain, atau pemulangan dari rumah sakit. Informasi pemantauan mengatur perawatan medis dan keperawatan dan
mengidentifikasi kebutuhan akan layanan diagnostik dan lainnya. Temuan-temuan hasil pemantauan dimasukkan
ke dalam rekam medis. Persyaratan ini berkaitan dengan persyaratan yang sama untuk pemantauan fisiologis selama
anestesi. (Juga lihat PAB.5.3)
Standar PAB.7.4
Perawatan pasien setelah pembedahan direncanakan dan didokumentasikan.
132
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Perawatan Anestesi dan Bedah
atau diverifikasi oleh ahli bedah yang bertanggung jawab dengan tanda tangan bersama dalam
dokumentasi rencana yang ditulis oleh utusan ahli bedah tersebut.
❑ 3. Rencana keperawatan pascaoperasi didokumentasikan dalam rekam medis.
❑ 4. Bila diindikasikan oleh kebutuhan pasien, rencana perawatan pascaoperasi yang disediakan oleh pihak
lain didokumentasikan dalam rekam medis.
❑ 5. Rencana perawatan didokumentasikan dalam rekam medis dalam waktu 24 jam setelah pembedahan.
❑ 6. Perawatan yang direncanakan disediakan.
133
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Obat-obatan
(MPO)
Penggunaan
dan
Manajemen
134
Manajemen dan Penggunaan Obat-obatan (MPO)
Manajemen dan
Penggunaan
Obat-Obatan (MPO)
Medication Management and Use (MMU)
Gambaran Umum
Dalam pengobatan simtomatik, preventif, kuratif, dan paliatif maupun tata kelola penyakit dan kondisinya,
komponen yang penting adalah manajemen obat-obatan. Manajemen obat-obatan ini meliputi sistem dan proses
yang digunakan rumah sakit untuk menyediakan farmakoterapi bagi pasiennya. Hal ini biasanya merupakan
suatu upaya multidisiplin yang terkoordinasi oleh staf rumah sakit. Adapun prinsip-prinsip yang diterapkan
mencakup merancang proses yang efektif, penerapan, dan perbaikan terhadap pemilihan, pengadaan, penyimpanan,Manajemen
permintaan/peresepan, penyalinan, distribusi, persiapan, pengeluaran, pemberian, dokumentasi dan pemantauan
terapi obat-obatan. Meskipun peran-peran praktisi perawatan kesehatan dalam manajemen obat-obatan bisa
berbeda jauh antara satu negara ke negara lain, proses manajemen obat-obatan yang dapat diandalkan untuk
keselamatan pasien bersifat universal.
dan
Catatan: Obat-obatan didefinisikan sebagai obat-obatan dengan resep dokter; obat-obat sampel; obat herbal;
vitamin; suplemen nutrisi (nutriceuticals); obat-obat bebas yang tidak memerlukan resep dokter; vaksin;(MPO)
atau zat
Penggunaan
diagnostik dan kontras yang digunakan atau diberikan pada pasien untuk keperluan diagnosis, mengobati, atau
untuk mencegah penyakit atau kondisi abnormal lainnya; obat-obat radioaktif; pengobatan terapi pernapasan;
nutrisi parenteral; derivatif darah; dan cairan infus (biasa, dengan elektrolit dan/atau obat).
Obat-obatan
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan
persyaratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaian. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini, dapat
dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Maksud dan Tujuan, serta Elemen
Penilaian.
MPO.1.1 Ahli farmasi atau teknisi yang memiliki lisensi yang sesuai, atau profesional terlatih lainnya
mengawasi pelayanan farmasi atau yang berkaitan dengan farmasi.
MPO.2.1 Terdapat suatu metode untuk mengawasi daftar obat-obatan rumah sakit dan penggunaan
obat-obatan.
135
1 35
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitManajemen
edisi ke- dan Penggunaan Obat-obatan
MPO.2.2 Rumah sakit dapat dengan segera memperoleh obat-obatan yang tidak ada dalam persediaan
atau tidak biasa tersedia bagi rumah sakit atau pada saat-saat di mana apotek tutup.
Penyimpanan
MPO.3 Obat-obatan disimpan dengan baik dan aman.
MPO.3.1 Kebijakan rumah sakit mendukung penyimpanan obat-obatan dan produk-produk nutrisi
yang dapat dipakai secara tepat.
MPO.3.2 Obat-obatan untuk keadaan darurat tersedia, terpantau, dan aman apabila disimpan di luar
farmasi rumah sakit.
MPO.4.1 Rumah sakit menetapkan elemen-elemen suatu permintaan atau peresepan yang lengkap
Manajemen dan Penggunaan Obat-obatan
MPO.5.2 Suatu sistem digunakan untuk mengeluarkan obat-obatan dengan dosis yang tepat bagi
pasien yang benar pada saat yang tepat.
Pemberian
MPO.6 Rumah sakit mengidentifikasi mereka yang memenuhi kualifikasi dan diizinkan untuk memberikan obat-
obatan.
MPO.6.1 Pemberian obat-obatan meliputi proses verifikasi bahwa obat-obatan tersebut tepat sesuai
dengan permintaan.
MPO.6.2 Kebijakan dan prosedur mengatur obat-obatan yang dibawa masuk ke dalam rumah sakit
untuk dikonsumsi sendiri oleh pasien atau sebagai sampel.
Pemantauan
MPO.7 Efek-efek obat-obatan pada pasien dipantau.
MPO.7.1 Kesalahan obat, termasuk kejadian nyaris cedera (near miss), dilaporkan melalui suatu proses
dan kurun waktu yang ditetapkan rumah sakit.
136
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitManajemen
edisi ke- dan Penggunaan Obat-obatan
Standar MPO.1
Obat-obatan yang digunakan di dalam rumah sakit sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku dan
diatur untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Untuk menjamin manajemen dan penggunaan obat-obatan yang efektif dan efisien, setidaknya setahun sekali, sistem
dinilai ulang oleh rumah sakit. Penilaian ulang tahunan ini mengumpulkan semua informasi dan pengalaman yang
berkaitan dengan pengelolaan obat-obatan. Informasi dan pengalaman tersebut meliputi, misalnya, sebagai berikut:
(MPO)
• Sebaik apa sistem bekerja berkaitan dengan
– pemilihan dan pengadaan obat-obatan;
– penyimpanan;
– permintaan dan penyalinan;
– persiapan dan pengeluaran; dan
– pemberian dan pemantauan;
• Pemantauan hal-hal yang disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam formularium, seperti penambahan
obat
• Pemantauan kesalahan obat dan kejadian nyaris cedera (near miss)
• Kebutuhan penyuluhan yang muncul
• Pertimbangan terhadap praktik-praktik baru berdasarkan bukti
Penilaian ulang tersebut memungkinkan rumah sakit untuk memahami apa sajakah kebutuhan dan yang mesti
diprioritaskan demi peningkatan sistem yang berkelanjutan dalam hal kualitas dan keamanan penggunaan obat-
obatan.
137
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitManajemen
edisi ke- dan Penggunaan Obat-obatan
❑ 5. Layanan farmasi atau yang berkaitan dengan farmasi serta penggunaan obat-obatan mematuhi undang-
undang dan peraturan yang berlaku.
❑ 6. Sumber-sumber informasi obat yang sesuai tersedia dengan mudah bagi semua yang terlibat dalam
penggunaan obat-obatan.
Standar MPO.1.1
Ahli farmasi atau teknisi yang memiliki lisensi yang sesuai, atau profesional terlatih lainnya mengawasi pelayanan
farmasi atau yang berkaitan dengan farmasi.
lihat TKKA.5, EP 1)
❑ 2. Individu tersebut melaksanakan pengawasan untuk proses-proses yang dijabarkan dalam MPO.2 hingga
MPO.5.
(MPO)
Standar MPO.2
Pilihan obat-obatan yang tepat untuk peresepan atau permintaan ada dalam persediaan atau terdapat tersedia
dengan mudah.
138
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitManajemen
edisi ke- dan Penggunaan Obat-obatan
Standar MPO.2.1
Terdapat suatu metode untuk mengawasi daftar obat-obatan rumah sakit dan penggunaan obat-obatan.
Daftar tersebut nilai diulang setidaknya setahun sekali berdasarkan informasi yag muncul berkaitan dengan
keselamatan dan efikasi (kemanjuran)-nya serta informasi tentang penggunaan dan efek samping. Sedangkan
(MPO)
❑ 3. Praktisi perawatan kesehatan yang terlibat dalam proses permintaan, pengeluaran, pemberian dan
pemantauan pasien dilibatkan dalam evaluasi dan pemantauan daftar obat-obatan.
❑ 4. Keputusan untuk menambah atau mengurangi obat-obatan dari daftar tersebut diatur oleh kriteria.
❑ 5. Ketika terdapat obat-obatan yang baru saja ditambahkan ke dalam daftar tersebut, terdapat suatu proses
atau mekanisme untuk memantau bagaimana obat tersebut digunakan dan adakah efek samping yang tidak
terduga.
❑ 6. Daftar tersebut ditinjau setidaknya setahun sekali berdasarkan informasi keselamatan dan kemanjuran.
Standar MPO.2.2
Rumah sakit dapat dengan segera memperoleh obat-obatan yang tidak ada dalam persediaan atau tidak biasa
tersedia bagi rumah sakit atau pada saat-saat di mana farmasi tutup.
139
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitManajemen
edisi ke- dan Penggunaan Obat-obatan
❑ 2. Terdapat proses untuk memperoleh obat-obatan pada saat farmasi rumah sakit tutup atau persediaan obat-
obatan dalam kondisi terkunci. (Juga lihat TKKA.3.2.1, EP 2)
❑ 3. Staf memahami proses-proses tersebut.
Standar MPO.3
Obat-obatan disimpan dengan baik dan aman.
b) Zat-zat yang dikendalikan dicatat secara akurat sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku. c)
Obat-obatan dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menyiapkan obat-obatan diberi label secara
akurat dengan isi, tanggal kadaluarsa, dan peringatan.
d) Elektrolit-elektrolit konsentrat tidak disimpan di unit perawatan kecuali jika dibutuhkan secara klinis, dan
apabila disimpan dalam unit perawatan, terdapat pengamanan untuk mencegah pemberian tidak sengaja
(dimasukkan dalam SIKP.3, EP 1 dan 2).
e) Semua area penyimpanan obat-obatan diinspeksi secara berkala sesuai dengan kebijakan rumah sakit untuk
(MPO)
Standar MPO.3.1
Kebijakan rumah sakit mendukung penyimpanan obat-obatan dan produk-produk nutrisi yang dapat dipakai secara
tepat.
140
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitManajemen
edisi ke- dan Penggunaan Obat-obatan
pengendalian penggunaannya. Hal ini disebabkan antara lain karena risikonya tinggi (obat-obatan radioaktif),
kondisi yang tidak biasa (dibawa masuk oleh pasien), berpeluang untuk dimanfaatkan atau disalahgunakan (obat-
obatan sampel dan obat-obatan darurat), atau sifat khususnya (produk nutrisional yang dapat dipakai). Kebijakan
tersebut membahas proses penerimaan, identifikasi obat, jika perlu, penyimpanan dan distribusinya.
Standar MPO.3.2
Obat-obatan untuk keadaan darurat tersedia, terpantau, dan aman bila disimpan di luar farmasi rumah sakit.
(MPO)
keseimbangan antara kesiapan akses dan keamanan lokasi penyimpanan obat-obatan darurat itu.
Standar MPO.3.3
Rumah sakit memiliki sistem penarikan kembali obat-obatan.
141
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitManajemen
edisi ke- dan Penggunaan Obat-obatan
❑ 2. Ada kebijakan dan prosedur yang menangani penggunaan obat-obatan yang kadaluarsa atau ketinggalan
zaman.
❑ 3. Ada kebijakan dan prosedur yang membahas penghancuran obat-obatan yang diketahui sudah kadaluarsa
atau ketinggalan zaman.
❑ 4. Kebijakan dan prosedur itu diterapkan.
Standar MPO.4
Peresepan, permintaan, dan penyalinan diatur oleh kebijakan dan prosedur.
Berhubung resep obat atau pesanan yang tidak terbaca dapat membahayakan keselamatan pasien dan menunda
proses pengobatan, kebijakan rumah sakit menetapkan tindakan-tindakan untuk mengurangi risiko tidak terbacanya
suatu resep atau permintaan. Dalam rekam medis pasien tercatat daftar semua obat terkini dan daftar ini tersedia
bagi farmasi rumah sakit, perawat dan dokter. Rumah sakit menetapkan proses untuk membandingkan daftar obat
pasien sebelum masuk rumah sakit dengan permintaan awal di rumah sakit.
❑ 1. Ada kebijakan dan prosedur yang mengatur peresepan, permintaan, dan penyalinan obat-obatan yang
aman dalam rumah sakit. (Juga lihat PP.2.2, EP 1; AP.3, EP 1; dan SIKP.2, EP 1)
❑ 2. Ada kebijakan dan prosedur yang membahas tindakan-tindakan berkaitan dengan resep atau permintaan
yang tidak terbaca.
❑ 3. Terdapat proses kerja sama dalam penyusunan kebijakan dan prosedur.
❑ 4. Staf yang relevan dilatih dalam praktik-praktik peresepan, permintaan dan penyalinan yang benar.
❑ 5. Rekam medis pasien memuat daftar obat-obatan terkini sebelum masuk ke rumah sakit, dan informasi ini
tersedia bagi farmasi dan para praktisi perawatan kesehatan pasien.
❑ 6. Permintaan obat-obatan awal dibandingkan dengan daftar obat-obatan yang dikonsumsi sebelum masuk ke
rumah sakit, sesuai dengan proses yang ditetapkan rumah sakit.
Standar MPO.4.1
Rumah sakit menetapkan elemen-elemen permintaan atau resep yang lengkap serta jenis permintaan yang dapat
diterima dan digunakan.
142
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitManajemen
edisi ke- dan Penggunaan Obat-obatan
Dengan demikian, berdasarkan standar-standar inilah permintaan obat di seluruh rumah sakit harus dijalankan.
Diterapkannya kebijakan ini akan tercermin dalam permintaan lengkap yang dimasukkan ke dalam catatan pasien;
farmasi rumah sakit atau unit pembagian lain yang menerima informasi yang diperlukan untuk membagikan obat,
serta pemberian obat-obatan sesuai dengan permintaan lengkap.
(MPO)
Standar MPO.4.2
Rumah sakit mengidentifikasi mereka yang memenuhi kualifikasi dan diizinkan untuk peresepan atau permintaan
obat-obatan.
143
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitManajemen
edisi ke- dan Penggunaan Obat-obatan
Standar MPO.4.3
Obat-obatan yang diresepkan dan diberikan ditulis dalam rekam medis.
Standar MPO.5
Obat-obatan disiapkan dan dibagikan dalam lingkungan yang aman dan bersih.
Layanan farmasi atau yang berkaitan dengan farmasi menyiapkan dan membagikan obat-obatan dalam lingkungan
yang bersih, aman dan sesuai dengan undang-undang, peraturan, serta standar praktik profesional. Rumah sakit
menetapkan standar praktik untuk lingkungan penyiapan dan pengeluaran obat yang aman dan bersih. Obat- obatan
yang disimpan dan dibagikan dari area di luar farmasi rumah sakit (misalnya, unit perawatan pasien) mematuhi
peraturan keamanan dan kebersihan yang sama. Staf yang menyiapkan produk steril yang dicampur (seperti IV dan
epidural) terlatih dalam prinsip-prinsip teknik aseptik. Demikian pula, pelindung bertudung (hooded vents) tersedia
dan digunakan jika diperlukan oleh praktik-praktik profesional (misalnya, obat-obatan sitotoksik).
❑ 2. Penyiapan dan pengeluaran obat-obatan mengikuti undang-undang, peraturan, dan standar praktik
profesional.
❑ 3. Staf yang menyiapkan produk steril terlatih dalam teknik aseptik.
Standar MPO.5.1
Resep atau permintaan obat-obatan diperiksa kelayakannya.
144
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitManajemen
edisi ke- dan Penggunaan Obat-obatan
menetapkan seperti apa informasi spesifik pasien yang dibutuhkan bagi pemeriksaan resep atau permintaan yang
efektif. Hal ini dilaksanakan sebelum pengeluaran atau sebelum pemberian bila obat-obatan dikeluarkan dari lokasi
di luar farmasi rumah sakit. Bila muncul pertanyaan, individu yang menulis resep atau permintaan obat-obatan
tersebut dihubungi.
Proses untuk memeriksa permintaan atau resep sebelum pengeluaran meliputi evaluasi oleh profesional yang terlatih
dalam segi
a) kelayakan obat, dosis, frekuensi dan rute pemberian;
b) duplikasi terapeutik;
c) alergi atau sensitivitas yang terjadi atau potensial terjadi;
d) interaksi antara obat-obatan dan obat-obatan lain atau makanan yang terjadi atau potensial terjadi;
e) variasi dari kriteria penggunaan dari rumah sakit;
f) berat badan pasien dan informasi fisiologis lainnya; dan g)
kontraindikasi lainnya.
Pemeriksa permintaan atau resep obat-obatan memiliki kompetensi untuk melaksanakan hal tersebut berdasarkan
pendidikan atau pelatihan, sebagaimana ditentukan oleh pemberian hak istimewa, atau telah menunjukkan
kompetensinya dalam proses pemeriksaan. Sebagai tambahan, pemeriksaan kelayakan mungkin tidak diperlukan
atau kurang sesuai dalam keadaan darurat atau bila dokter pemesannya hadir untuk melakukan permintaan,
Terdapat suatu catatan (profil) mengenai semua obat-obatan yang diberikan kepada pasien kecuali obat-obatan
darurat dan yang diberikan sebagai bagian dari prosedur untuk memfasilitasi pemeriksaan.
Bila untuk pemeriksaan silang (cross-check) obat-obatan/interaksi obat dan alergi obat, digunakan program piranti
(MPO)
lunak pada komputer, piranti lunak tersebut diperbarui menurut jadwal yang sesuai.
Standar MPO.5.2
Suatu sistem digunakan untuk mengeluarkan obat-obatan dengan dosis yang tepat bagi pasien yang benar pada saat
yang tepat.
145
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitManajemen
edisi ke- dan Penggunaan Obat-obatan
disiapkan dan dibagikan dengan bentuk/wadah lain—dan tidak segera diberikan—obat-obatan tersebut harus diberi
label dengan nama obatnya, dosis/konsentrasinya, tanggal penyiapan, dan tanggal kadaluarsa. Pusat farmasi rumah
sakit dan tempat-tempat distribusi obat-obatan lainnya di seluruh rumah sakit menggunakan sistem yang sama.
Sistem ini mendukung pengeluaran obat-obatan yang akurat secara tepat waktu.
Standar MPO.6
Rumah sakit mengidentifikasi mereka yang memenuhi kualifikasi dan diizinkan untuk memberikan obat-obatan.
dapat saja menetapkan pembatasan penyerahan obat oleh individu, seperti untuk zat-zat yang dikontrol ketat atau
radioaktif dan obat-obatan investigasional. Rumah sakit menetapkan siapa saja orang lain yang diizinkan untuk
memberikan obat-obatan dalam keadaan darurat.
Standar MPO.6.1
Pemberian obat-obatan meliputi proses verifikasi bahwa obat-obatan tersebut tepat sesuai dengan permintaan.
146
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitManajemen
edisi ke- dan Penggunaan Obat-obatan
Rumah sakit menetapkan proses verifikasi untuk digunakan pada pemberian obat-obatan.
Proses pemeriksaan kelayakan yang dijabarkan dalam MPO.5.1 juga harus dilaksanakan oleh individu yang
memenuhi kualifikasi bila obat-obatan disiapkan dan dikeluarkan oleh unit perawatan pasien.
Standar MPO.6.2
Kebijakan dan prosedur mengatur obat-obatan yang dibawa masuk ke dalam rumah sakit untuk dikonsumsi sendiri
oleh pasien atau sebagai sampel.
(MPO)
Elemen Penilaian MPO.6.2
❑ 1. Ada kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk mengatur konsumsi obat-obatan pasien atas inisiatif
sendiri.
❑ 2. Ada kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk mengatur dokumentasi dan manajemen obat-obatan
yang dibawa masuk ke dalam rumah sakit untuk atau oleh pasien.
❑ 3. Ada kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk mengatur ketersediaan dan penggunaan sampel obat-
obatan.
Standar MPO.7
Efek-efek obat-obatan pada pasien dipantau.
147
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitManajemen
edisi ke- dan Penggunaan Obat-obatan
respons terapi yang diantisipasi serta respons alergi, obat/interaksi obat yang tidak terduga, atau perubahan sistem
keseimbangan pasien yang dapat meningkatkan risiko jatuh dan sebagainya.
Pemantauan efek-efek obat mencakup pengamatan dan dokumentasi setiap efek samping (efek tak terduga) yang
muncul. Rumah sakit memiliki kebijakan untuk mengidentifikasi semua efek samping yang harus dicatat dan yang
harus dilaporkan. Rumah sakit menyusun mekanisme pelaporan efek samping yang terjadi jika diwajibkan dan
kurun waktu pelaporan.
Standar MPO.7.1
Kesalahan obat, termasuk kejadian nyaris cedera (near miss), dilaporkan melalui suatu proses dan kurun waktu yang
ditetapkan rumah sakit.
penggunaan format yang distandarisasi untuk pelaporan, dan penyuluhan staf mengenai proses dan pentingnya
pelaporan. Definisi dan proses disusun melalui suatu proses kerja sama yang mengikutsertakan semua yang terlibat
dalam tingkat-tingkat yang berbeda-beda dalam manajemen obat-obatan. Proses pelaporan merupakan bagian
dari program mutu dan keselamatan pasien rumah sakit. Laporan tersebut ditujukan ke satu atau lebih orang yang
bertanggung jawab untuk mengambil tindakan (Juga lihat PMKP.7). Fokus program tersebut adalah mencegah
terjadinya kesalahan pengobatan dengan memahami jenis-jenis kesalahan yang terjadi di rumah sakit dan di
rumah sakit lain serta mengapa kejadian nyaris cedera (KNC near miss) bisa terjadi. Perbaikan dalam proses-proses
pengobatan dan pelatihan staf bertujuan mencegah terjadinya kesalahan di masa mendatang. Farmasi rumah sakit
turut berpartisipasi dalam pelatihan staf semacam itu.
148
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitManajemen
edisi ke- dan Penggunaan Obat-obatan
149
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Pasien
Kel
uar
ga
dan
(PP
KP)
Penyuluhan Pasien dan Keluarga Pasien (PPKP)
Gambaran Umum
Penyuluhan bagi pasien dan keluarganya membantu pasien untuk dapat berpartisipasi lebih baik dalam
perawatan dan mengambil keputusan-keputusan perawatan. Penyuluhan ini diberikan oleh berbagai staf rumah
sakit. Penyuluhan diberikan pada saat pasien berinteraksi dengan dokternya atau dengan perawat. Pihak lain
memberikan penyuluhan pada saat mereka memberikan layanan-layanan khusus, seperti rehabilitasi atau terapi
nutrisi, atau saat mempersiapkan pasien untuk pulang dan perawatan lanjutan. Oleh karena banyaknya staf yang
membantu menyuluh pasien dan keluarganya, maka staf rumah sakit perlu mengkoordinasikan kegiatan mereka
dan memfokuskan diri pada apa saja yang perlu dipelajari pasien.
Dengan demikian, penyuluhan yang efektif diawali dengan melakukan penilaian terhadap kebutuhan belajar
pasien dan keluarganya. Penilaian ini menentukan bukan hanya apa yang harus dipelajari melainkan juga
bagaimana cara terbaik untuk melaksanakan pembelajaran tersebut. Pembelajaran sendiri akan berlangsung paling
efektif jika disesuaikan dengan pilihan belajar, nilai agama dan budaya serta kemampuan membaca dan bahasa
seseorang. Pembelajaran juga dipengaruhi oleh kapan waktu pelaksanaannya dalam proses perawatan.
Penyuluhan mencakup pengetahuan yang diperlukan selama proses perawatan dan pengetahuan yang diperlukan
setelah pasien dipindahkan ke tempat perawatan lain atau dipulangkan. Dengan demikian, penyuluhan dapat PenyuluhanPe
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan
persyaratan, pernyataan tujuan, atau elemen terukurnya. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini, dapat dan
dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Tujuan, dan Elemen Terukur. Pa
Keluargasie
PPKP.1 Rumah sakit menyediakan penyuluhan yang mendukung partisipasi pasien dan keluarganya n
dalam keputusan perawatan dan proses perawatan.
(PPK
Pasien
P)
PPKP.2 Kebutuhan penyuluhan setiap pasien diases dan dimasukkan ke dalam rekam medisnya.
da
PPKP.2.1 Kemampuan dan kemauan pasien serta keluarganya untuk belajar diases.
n
1
15151
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi
Penyuluhan
ke- Pasien dan Keluarga Pasien
PPKP.3 Penyuluhan dan pelatihan membantu memenuhi kebutuhan kesehatan pasien yang berkesinambungan.
PPKP.4 Penyuluhan pasien dan keluarganya mencakup topik-topik berikut, yang berkaitan dengan perawatan
pasien: penggunaan obat-obatan yang aman, penggunaan peralatan medis yang aman, potensi interaksi
antara obat-obatan dan makanan, panduan gizi, manajemen nyeri, serta teknik-teknik rehabilitasi.
PPKP.5 Metode penyuluhan mempertimbangkan nilai dan preferensi pasien dan keluarganya serta
memungkinkan interaksi yang memadai antara pasien, keluarga pasien dan staf untuk terjadinya
pembelajaran.
PPKP.6 Profesional kesehatan yang merawat pasien bekerja sama untuk menyediakan penyuluhan.
Penyuluhan Pasien dan Keluarga Pasien
(PPKP)
152
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi
Penyuluhan
ke- Pasien dan Keluarga Pasien
Standar PPKP.1
Rumah sakit memberikan penyuluhan yang mendukung partisipasi pasien dan keluarganya dalam keputusan
perawatan dan proses perawatan.
Tujuan PPKP.1
Rumah sakit memberikan penyuluhan bagi pasien dan keluarga pasien supaya mereka mempunyai pengetahuan dan
keterampilan untuk berpartisipasi dalam proses perawatan kesehatan dan keputusan perawatan. Setiap rumah sakit
memasukkan penyuluhan ke dalam proses perawatan berdasarkan misinya, layanan yang disediakan, serta populasi
pasiennya. Penyuluhan direncanakan untuk memastikan bahwa setiap pasien mendapat penyuluhan
yang dibutuhkannya. Rumah sakit memilih cara untuk mengelola sumber daya pendidikannya dengan efektif dan
efisien. Rumah sakit dapat menunjuk koordinator penyuluhan atau komite penyuluhan, menyelenggarakan
layanan penyuluhan, atau bekerja dengan semua staf untuk menyediakan penyuluhan secara terkoordinasi.
Standar PPKP.2
Kebutuhan penyuluhan setiap pasien diases dan dimasukkan ke dalam rekam medisnya.
Tujuan PPKP.2
Penyuluhan berfokus pada pengetahuan dan keterampilan khusus yang akan dibutuhkan pasien dan keluarganya
untuk membuat keputusan perawatan, berpartisipasi dalam perawatan, dan melanjutkan perawatan di rumah.
Hal ini berbeda dengan arus informasi pada umumnya antara staf dan pasien yang bersifat informatif, tetapi tidak
Untuk memahami kebutuhan edukasi setiap pasien dan keluarganya, terdapat proses penilaian untuk menetapkan
jenis operasi bedah, prosedur invasif lainnya dan pengobatan apa saja yang direncanakan, apakah kebutuhan
keperawatannya, dan apakah kebutuhan perawatan lanjutannya nanti setelah pasien pulang. Penilaian ini
memungkinkan mereka yang merawat pasien untuk dapat merencanakan dan memberikan penyuluhan yang
diperlukan.
(PPKP)
Penyuluhan oleh staf rumah sakit diberikan kepada pasien dan keluarganya untuk mendukung keputusan dalam proses
perawatan. Penyuluhan yang disediakan merupakan bagian dari proses untuk memperoleh pernyataan persetujuan
(misalnya, untuk pembedahan dan anestesi) dan didokumentasikan dalam rekam medis. Selain itu, apabila pasien atau
keluarganya berpartisipasi secara langsung dalam penyediaan perawatan (misalnya mengganti perban, memberi makan
pasien, memberikan obat-obatan dan pengobatan lainnya), mereka perlu diberi penyuluhan.
Setelah kebutuhan penyuluhan diidentifikasi, kebutuhan-kebutuhan ini ditulis dalam rekam medis. Hal ini
membantu semua pemberi pelayanan untuk berpartisipasi dalam proses penyuluhan. Setiap rumah sakit memu-
tuskan di mana dan dalam format apa dalam rekam medis asesmen pendidikan, perencanaan, dan penyampaian
informasi itu dicatat.
153
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi
Penyuluhan
ke- Pasien dan Keluarga Pasien
Standar PPKP.2.1
Kemampuan dan kemauan pasien serta keluarganya untuk belajar diases.
Tujuan PPKP.2.1
Kekuatan dan kekurangan dalam pengetahuan dan keterampilan diidentifikasi dan digunakan untuk merencana-
kan penyuluhan. Ada banyak variabel pasien yang menentukan apakah pasien dan keluarga pasien bersedia dan
mampu untuk belajar. Dengan demikian, untuk merencanakan penyuluhan, rumah sakit harus menilai
a) kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut pasien dan keluarganya;
b) kecakapan baca tulis, tingkat pendidikan dan bahasa mereka;
c) hambatan emosional dan motivasi;
d) keterbatasan fisik dan kognitif; serta
e) kemauan pasien untuk menerima informasi (Juga lihat HPK.5, EP 3)
Standar PPKP.3
Penyuluhan dan pelatihan membantu memenuhi kebutuhan kesehatan pasien yang berkesinambungan.
Tujuan PPKP.3
Sering kali pasien memerlukan perawatan tindak lanjut/follow-up untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yang ber-
(PPKP)
kesinambungan atau untuk mencapai sasaran kesehatan mereka. Informasi kesehatan umum yang disediakan oleh
rumah sakit atau dari sumber daya masyarakat dapat mencakup kapan kegiatan sehari-hari dapat dilanjutkan kem-
bali setelah pasien pulang, praktik-praktik pencegahan yang relevan untuk kondisi atau sasaran kesehatan pasien,
informasi mengenai cara menanggulangi penyakit atau cacat/ketidakmampuan jika relevan dengan kondisi pasien.
Rumah sakit mengidentifikasi sumber daya pendidikan dan pelatihan yang tersedia di masyarakat. Secara khusus,
dicarilah rumah sakit umum yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit, dan, jika
memungkinkan, dijalin hubungan kerja sama yang berkesinambungan dengan rumah sakit-rumah sakit ini.
154
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi
Penyuluhan
ke- Pasien dan Keluarga Pasien
mereka secara berkesinambungan atau untuk mencapai sasaran kesehatan mereka. (Juga lihat MKI.3, EP
1 dan 2)
❑ 2. Rumah sakit mengidentifikasi dan membangun hubungan kerja sama dengan sumber daya masyarakat
yang mendukung pendidikan tentang pemeliharaan kesehatan yang berkesinambungan dan pencegahan
penyakit. (Juga lihat APKP.3.1, EP 2, dan TKKA.3.1, EP 2)
❑ 3. Apabila diindikasi oleh kondisi pasien, pasien dirujuk pada sumber daya yang tersedia dalam masyarakat.
(Juga lihat TKKA.3.1, EP 2)
Standar PPKP.4
Penyuluhan pasien dan keluarganya mencakup topik-topik berikut, yang berkaitan dengan perawatan pasien:
penggunaan obat-obatan yang aman, penggunaan peralatan medis yang aman, potensi interaksi antara obat-
obatan dan makanan, panduan gizi, manajemen nyeri, serta teknik-teknik rehabilitasi.
Tujuan PPKP.4
Rumah sakit memberikan penyuluhan secara rutin kepada pasien untuk bidang-bidang yang berisiko tinggi.
Penyuluhan membantu proses pemulihan pasien ke tingkat fungsional sebelumnya dan pemeliharaan kesehatan
yang optimal.
Dengan menggunakan materi dan proses-proses yang sudah standar, rumah sakit memberikan penyuluhan
kepada pasien setidaknya untuk topik-topik berikut
• Bagaimana menggunakan secara aman dan efektif semua obat-obatan yang dikonsumsi pasien (bukan
hanya obat-obatan sesudah pasien pulang), termasuk efek samping obat yang mungkin terjadi
• Bagaimana menggunakan peralatan medis secara aman dan efektif
• Interaksi yang mungkin terjadi antara obat-obatan resep dengan obat-obatan lain (termasuk obat obatan
bebas) dan dengan makanan
• Diet dan gizi
• Manajemen nyeri
• Teknik-teknik rehabilitasi
Standar PPKP.5
Metode penyuluhan dipilih dengan mempertimbangkan nilai yang dianut dan preferensi pasien dan keluarganya
serta memungkinkan terjadinya interaksi yang memadai antara pasien, keluarga pasien dan staf sehingga terjadi
proses pembelajaran.
155
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi
Penyuluhan
ke- Pasien dan Keluarga Pasien
Tujuan PPKP.5
Metode yang digunakan untuk mendidik pasien dan keluarganya harus diperhatikan apabila kita ingin proses
pembelajaran terjadi. Pemahaman akan pasien dan keluarganya membantu rumah sakit dalam memilih tenaga
pendidik dan metode penyuluhan yang sesuai dengan nilai dan preferensi pasien dan keluarganya. Pemahaman
ini juga bertujuan mengidentifikasi peran keluarga dan metode pengajaran yang digunakan.
Pasien dan keluarga pasien dianjurkan untuk berpartisipasi dalam proses perawatan dengan berani bicara dan
mengajukan pertanyaan pada staf untuk memastikan bahwa mereka sudah memiliki pemahaman yang benar dan
mengetahui bagaimana nantinya mereka mesti berpartisipasi. Staf menyadari pentingnya peran pasien dalam
penyediaan perawatan yang aman dan bermutu tinggi.
Peluang interaksi antara staf, pasien, dan keluarganya memungkinkan adanya masukan untuk menjamin bahwa
informasi dimengerti, bermanfaat dan dapat digunakan (Juga lihat MKI.3, EP 1 dan 2). Rumah sakit juga
memutuskan kapan dan bagaimana penyuluhan lisan ditunjang dengan materi-materi tertulis untuk meningkatkan
pemahaman dan menyediakan referensi penyuluhan di masa mendatang.
Standar PPKP.6
Profesional kesehatan yang merawat pasien bekerja sama untuk menyediakan penyuluhan.
Tujuan PPKP.6
Jika para profesional perawatan kesehatan saling memahami bagaimana kontribusi masing-masing terhadap
Penyuluhan Pasien dan Keluarga Pasien
penyuluhan pasien, mereka akan dapat bekerja sama lebih efektif. Kerja sama ini nantinya membantu memastikan
bahwa informasi yang diterima pasien dan keluarganya bersifat menyeluruh, konsisten dan seefektif mungkin. Kerja
sama didasarkan pada kebutuhan pasien dan karenanya tidak selalu diperlukan.
Agar penyuluhan berlangsung efektif, hal-hal berikut perlu dipertimbangkan, antara lain pengetahuan tentang
materi pelajaran, tersedianya waktu yang cukup, dan kemampuan untuk berkomunikasi efektif.
(PPKP)
156
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi
Penyuluhan
ke- Pasien dan Keluarga Pasien
157
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Pasien
Kes
ela
mat
an
dan(
PMK
P)
Mutu
Perbaikan
Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
Kesehatan (PMKP)dan
Keselamatan
159
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Pasien
Kes
ela
mat
an
dan(
PMK
P)
Mutu
Perbaikan
160
Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
(PMKP)dan
Keselamatan
Gambaran Umum
Bab ini menjabarkan pendekatan menyeluruh terhadap perbaikan mutu dan keselamatan pasien. Untuk Pasien
memperbaiki mutu secara keseluruhan, kita perlu secara terus-menerus mengurangi risiko terhadap pasien dan
staf. Risiko semacam itu dapat muncul dalam proses klinis maupun lingkungan fisik rumah sakit. Pendekatan ini
meliputi:
• bagaimana memimpin dan merencanakan program perbaikan mutu dan keselamatan pasien;
• bagaimana merancang suatu proses klinis dan manajerial yang baru dengan baik;
• bagaimana mengases seberapa baiknya proses berjalan melalui pengumpulan data;
• bagaimana menganalisis data itu; dan
• bagaimana menerapkan dan mempertahankan perubahan yang ditimbulkan dalam proses perbaikan mutu.
Mutu dan keselamatan berakar pada pekerjaan sehari-hari setiap profesional perawatan kesehatan dan staf
lainnya. Pada saat dokter atau perawat melakukan asesmen tentang kebutuhan pasien dan memberikan
perawatan kepadanya, bab ini dapat membantu mereka memahami bagaimana cara membuat perbaikan nyata
yang dapat menolong si pasien dan mengurangi risiko yang dihadapi. Demikian pula, para manajer, staf
pendukung dan
lain-lain dapat menerapkan standar-standar tersebut dalam pekerjaan sehari-hari untuk memahami bagaimana
membuat proses lebih efisien, memanfaatkan sumber daya lebih bijaksana, dan mengurangi risiko-risiko fisik.
Bab ini menekankan bahwa upaya terus-menerus merencanakan, merancang, mengukur, menganalisis dan
meningkatkan proses klinis maupun manajerial harus diatur dengan baik dan membutuhkan
kepemimpinan yang jelas agar dicapai hasil maksimal. Pendekatan ini telah memperhitungkan fakta bahwa
sebagian besar proses perawatan klinis melibatkan lebih dari satu departemen atau unit dan dapat
melibatkan banyak
invididu. Pendekatan ini juga memperhitungkan bahwa sebagian besar masalah klinis dan manajerial itu saling
berhubungan. Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan proses tersebut harus dipandu dengan kerangka
kerja yang menyeluruh baik bagi kegiatan manajemen maupun kegiatan yang berkaitan dengan perbaikan mutu
di rumah sakit; juga dipantau oleh kelompok atau panitia pengawasan perbaikan mutu dan keselamatan pasien.
Standar akreditasi internasional ini membahas kegiatan manajerial dan klinis dalam suatu rumah sakit secara
161
1 61
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitPerbaikan
edisi ke- Mutu dan Keselamatan Pasien
mendetail, termasuk kerangka kerja untuk meningkatkan kegiatan tersebut dan mengurangi risiko yang terkait
dengan proses-proses yang bervariasi.
Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien
Dengan demikian, kerangka kerja yang disajikan dalam standar ini tidak hanya sesuai untuk berbagai macam
program yang terstruktur tetapi juga sesuai dengan pendekatan terhadap perbaikan mutu dan keselamatan
pasien yang sifatnya tidak begitu formal. Kerangka kerja ini juga dapat menggabungkan program pengukuran
tradisional, seperti yang berkaitan dengan peristiwa yang tidak terduga (manajemen risiko) dan penggunaan
sumber daya (manajemen pemanfaatan).
Sejalan dengan waktu, rumah sakit yang mengikuti kerangka kerja tersebut akan dapat
(PMK
• mengembangkan dukungan kepemimpinan yang lebih besar untuk program di tingkat rumah sakit;
• melatih dan melibatkan lebih banyak staf;
• menetapkan prioritas yang lebih jelas mengenai apa yang harus diukur;
• mengambil keputusan berdasarkan pengukuran data; dan
• membuat perbaikan atas dasar perbandingan terhadap rumah sakit lain, di tingkat nasional maupun
internasional.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Untuk memudahkan, standar-standar berikut disajikan
tanpa maksud dan tujuan mereka ataupun elemen penilaian. Tentang informasi lebih lanjut mengenai standar
tersebut, silahkan lihat bagian berikutnya dalam bab ini, Standar, Maksud dan Tujuan, serta Elemen Penilaian.
PMKP.1 Mereka yang bertanggung jawab untuk mengatur dan mengelola rumah sakit berpartisipasi dalam
perencanaan dan pengukuran program perbaikan mutu dan keselamatan pasien.
PMKP.1.1 Pemimpin rumah sakit bekerja sama melaksanakan program perbaikan mutu dan
keselamatan pasien.
PMKP.1.2 Pemimpin menetapkan mana prioritas yang harus diukur dan kegiatan perbaikan serta
keselamatan pasien mana yang harus dilaksanakan.
PMKP.1.3 Pemimpin menyediakan dukungan teknologi dan lain-lain bagi program perbaikan mutu
dan keselamatan pasien.
QPS.1.4 Informasi perbaikan mutu dan keselamatan pasien dikomunikasikan kepada staf.
PMKP.2.1 Clinical practice guidelines (pedoman praktik klinis), clinical pathways (alur klinis), dan/
atau protokol klinis digunakan untuk memandu perawatan klinis.
162
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitPerbaikan
edisi ke- Mutu dan Keselamatan Pasien
PMKP.3.1 Pemimpin rumah sakit mengidentifikasi ukuran-ukuran penting untuk tiap struktur,
proses, dan hasil kerja klinis rumah sakit.
PMKP.3.2 Pemimpin rumah sakit mengidentifikasi ukuran penting untuk tiap struktur, proses
(PMKP)
dan hasil kerja manajerial rumah sakit.
PMKP.3.3 Pemimpin rumah sakit mengidentifikasi ukuran penting untuk tiap Sasaran
Internasional Keselamatan Pasien.
PMKP.4.1 Frekuensi analisis data sesuai dengan proses yang dipelajari dan memenuhi kebutuhan
rumah sakit.
PMKP.4.2 Proses analisis mencakup perbandingan internal, perbandingan dengan rumah sakit
lain apabila ada, dan dengan standar-standar ilmiah serta praktik-praktik yang
diinginkan.
PMKP.5 Rumah sakit menggunakan proses internal untuk melakukan validasi data.
PMKP.5.1 Apabila rumah sakit mempublikasikan data atau mengunggah (posting) data pada situs
jaringan publik, pemimpin rumah sakit harus memastikan bahwa data tersebut dapat
dipercaya.
PMKP.6 Rumah sakit menggunakan proses yang telah ditetapkan untuk mengidentifikasi dan mengelola
kejadian sentinel.
PMKP.7 Data dianalisis ketika muncul tren atau variasi yang tidak diinginkan dari data itu.
PMKP.8 Rumah sakit menggunakan proses yang telah ditetapkan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
kegagalan.
Perbaikan
PMKP.9 Perbaikan mutu dan keselamatan dicapai dan berkelanjutan.
PMKP.10 Kegiatan perbaikan dan keselamatan dilakukan pada area prioritas yang telah diidentifikasi oleh
pemimpin rumah sakit.
PMKP.11 Suatu program manajemen risiko yang berkelanjutan digunakan untuk mengidentifikasi dan
mengurangi Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dan risiko-risiko keselamatan lainnya pada pasien dan
staf.
163
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitPerbaikan
edisi ke- Mutu dan Keselamatan Pasien
Standar PMKP.1
Mereka yang bertanggung jawab untuk mengatur dan mengelola rumah sakit berpartisipasi dalam perencanaan
dan pengukuran program perbaikan mutu dan keselamatan pasien.
(PMK
Dewan penyantun rumah sakitlah penanggung jawab tertinggi akan mutu dan keselamatan pasien dalam rumah
sakit, dan oleh karena itu rencana mutu dan keselamatan pasien harus mendapatkan persetujuan dari mereka (juga
lihat TKKA.1.5); secara teratur, dewan penyantun dilapori tentang program-program perbaikan mutu dan
keselamatan pasien (juga lihat TKKA.1.5) dan menindaklanjuti laporan-laporan tersebut.
Standar PMKP.1.1
Pemimpin rumah sakit bekerja sama melaksanakan program perbaikan mutu dan keselamatan pasien.
164
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitPerbaikan
edisi ke- Mutu dan Keselamatan Pasien
keselamatan pasien, atau program dan unit lainnya. Untuk memperbaiki hasil perawatan terhadap pasien
diperlukan program yang inklusif, karena pasien menerima perawatan dari berbagai departemen dan
(PMKP)
❑ 2. Program perbaikan mutu dan keselamatan pasien merupakan program yang berlaku di seluruh rumah
sakit yang bersangkutan.
❑ 3. Program tersebut membahas sistem rumah sakit, peran desain sistem dan desain ulangnya dalam
memperbaiki mutu dan keselamatan.
❑ 4. Program tersebut membahas koordinasi antar semua komponen dalam kegiatan pengukuran dan kontrol
mutu rumah sakit. (Juga lihat TKKA.3.4, EP 2, dan PPI.10, EP 1)
❑ 5. Program tersebut menggunakan pendekatan sistematis terhadap perbaikan mutu dan keselamatan pasien.
Standar PMKP.1.2
Pemimpin menetapkan prioritas, proses mana yang harus diukur dan kegiatan perbaikan serta keselamatan pasien
mana yang harus dilaksanakan.
Standar PMKP.1.3
Pemimpin menyediakan dukungan teknologi dan lain-lain bagi program perbaikan mutu dan keselamatan
pasien.
165
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitPerbaikan
edisi ke- Mutu dan Keselamatan Pasien
Standar PMKP.1.4
Informasi perbaikan mutu dan keselamatan pasien dikomunikasikan kepada staf.
(PMK
Standar PMKP.1.5
Staf dilatih untuk berpartisipasi dalam program.
Standar PMKP.2
Rumah sakit merancang sistem dan proses, baik yang baru maupun dari hasil modifikasi berdasarkan prinsip perbaikan
mutu.
166
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitPerbaikan
edisi ke- Mutu dan Keselamatan Pasien
Proses baru atau hasil modifikasi itu juga dapat dirancang berdasarkan informasi dari pengalaman-pengalaman
pihak lain yang dianggap telah mempraktikkan best/better/good practice. Praktik-praktik semacam itu dievaluasi
(PMKP)
oleh rumah sakit, lalu yang relevan dapat digunakan dan diuji coba.
Sebuah proses atau layanan dirancang dengan baik bila proses atau rancangan itu menggunakan berbagai macam
sumber informasi. Desain proses yang baik itu
• konsisten dengan misi dan rencana rumah sakit;
• memenuhi kebutuhan pasien, keluarga pasien, staf, dan lain-lain;
• menggunakan practical guidelines terkini, standar klinis, literatur ilmiah dan informasi lain yang relevan,
terkini dan sudah terbukti tentang praktik-praktik klinis;
• konsisten dengan praktik bisnis yang sehat;
• memperhitungkan juga informasi relevan tentang manajemen risiko;
• dibuat berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang tersedia di rumah sakit ybs.;
• dibuat berdasarkan best/better/good practices di rumah sakit lain;
• memanfaatkan informasi dari kegiatan-kegiatan perbaikan yang terkait; dan
• mengintegrasikan dan menghubung-hubungkan pelbagai proses dan sistem.
Pada saat merancang proses baru, rumah sakit menentukan sistem pengukuran yang tepat untuk proses tersebut.
Begitu proses baru itu diterapkan, rumah sakit tersebut mengumpulkan data untuk menilai apakah proses tersebut
telah terlaksana seperti yang diharapkan.
Standar PMKP.2.1
Clinical practice guidelines (pedoman praktik klinis), clinical pathways (alur klinis), dan/atau protokol klinis
digunakan untuk memandu perawatan klinis.
167
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitPerbaikan
edisi ke- Mutu dan Keselamatan Pasien
• secara konsisten menyediakan perawatan bermutu tinggi dengan menggunakan praktik-praktik yang sudah
terbukti.
Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien
Berbagai sarana dapat digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan di atas dan tujuan lainnya. Sebagai contoh, yang
diupayakan para praktisi pelayanan kesehatan adalah mengembangkan proses perawatan klinis dan membuat kepu-
tusan berdasarkan bukti ilmiah terbaik yang tersedia. Untuk upaya ini, clinical practic guidelines merupakan sarana
yang bermanfaat untuk memahami dan menerapkan sains terbaik pada diagnosis atau kondisi-kondisi tertentu.
Selain itu, para praktisi pelayanan kesehatan pasti juga berupaya untuk menstandarisasi proses perawatan. Clinical
care pathway (alur perawatan klinis) dan protokol klinis merupakan sarana yang berguna untuk memastikan
(PMK
terlaksananya integrasi dan koordinasi yang efektif terhadap perawatan dan efisiensi penggunaan sumber daya
yang ada. Pedoman praktik klinis, clinical care pathway, dan protokol klinis yang sesuai dengan populasi pasien
dan misi rumah sakit adalah
a) dipilih dari semua yang dapat diberlakukan terhadap jenis layanan dan pasien rumah sakit ybs. (jika ada,
pedoman nasional yang bersifat wajib disertakan dalam proses ini);
b) dievaluasi kesesuaiannya bagi populasi pasien rumah sakit;
c) disesuaikan, jika perlu, dengan teknologi, obat-obatan, dan sumber daya lainnya yang ada di rumah sakit
atau dengan norma profesional yang diakui secara nasional;
d) dinilai seberapa jauh terbukti secara ilmiah;
e) secara formal disetujui atau diterapkan oleh rumah sakit;
f) diterapkan dan diukur bagaimana bila digunakan secara konsisten dan bagaimana pula efektivitasnya;
g) didukung oleh staf yang terlatih untuk menerapkan pedoman atau pathway; dan
h) diperbarui secara berkala berdasarkan perubahan-perubahan yang ada di dalam bukti dan evaluasi
terhadap proses dan hasilnya.
Standar PMKP.3
Pemimpin rumah sakit mengidentifikasi ukuran-ukuran penting dalam struktur, proses, dan hasil kerja rumah
168
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitPerbaikan
edisi ke- Mutu dan Keselamatan Pasien
sakit untuk digunakan dalam rencana perbaikan mutu dan keselamatan pasien di tingkat keseluruhan organisasi.
Standar PMKP.3.1
Standar PMKP.3.2
Pemimpin rumah sakit mengidentifikasi ukuran penting untuk tiap struktur, proses dan hasil manajerial rumah
sakit.
(PMKP)
Standar PMKP.3.3
Pemimpin rumah sakit mengidentifikasi ukuran penting untuk tiap Sasaran Internasional Keselamatan Pasien.
Karena sebagian besar rumah sakit memiliki sumber daya terbatas, rumah sakit tidak dapat mengumpulkan data
untuk mengukur segala sesuatu yang diinginkan. Oleh karena itu, tiap rumah sakit harus memilih proses klinis
dan manajerial serta hasil mana yang paling penting untuk diukur berdasarkan misi, kebutuhan pasien, dan
layanan yang mereka sediakan. Oleh karena itu, pengukuran sering kali difokuskan pada proses-proses yang
berisiko tinggi bagi pasien, sering sekali dilakukan, atau yang rawan masalah. Pemimpin rumah sakitlah yang
bertanggung jawab menetapkan seleksi terakhir ukuran penting apa saja yang akan dimasukkan dalam kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan mutu.
169
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitPerbaikan
edisi ke- Mutu dan Keselamatan Pasien
Sembilan ukuran manajerial dulunya merupakan ukuran yang sama dengan yang tercantum di edisi ketiga Standar
Rumah Sakit sebagai PMKP.3.12 hingga PMKP.3.20. Ukuran manajerial akan ditambahkan ke dalam Joint
Commission International Library of Measures di masa mendatang.
Pemimpin rumah sakit bertanggung jawab untuk melakukan seleksi akhir kegiatan pengukuran apa saja yang
ditargetkan. Untuk masing-masing bidang, mereka memutuskan
• proses, prosedur, hasil yang akan diukur;
• ketersediaan “sains” atau “bukti” yang bisa mendukung ukuran;
(PMK
Jelaslah, penentuan proses, prosedur, atau hasil yang akan diukur merupakan langkah yang paling penting. Pengukuran
perlu terfokus pada, misalnya, titik-titik risiko dalam proses, prosedur yang sering bermasalah atau yang sering sekali
dilakukan, dan hasil yang dapat dengan jelas didefinisikan dan berada di bawah kendali rumah sakit. Sebagai contoh,
suatu rumah sakit dapat memilih untuk mengukur prosedur operasi tertentu (misalnya, perbaikan bibir sumbing)
atau suatu kelas prosedur operasi (misalnya, prosedur-prosedur ortopedi). Selain itu, rumah sakit dapat memilih untuk
mengukur proses memilih prosedur operasi untuk perbaikan bibir sumbing dan memilih untuk mengukur proses
penyelarasan prosthesis pada pembedahan penggantian tulang sendi pinggul. Frekuensi pengumpulan data terkait
dengan seberapa sering suatu proses digunakan atau suatu prosedur dilakukan. Dibutuhkan data yang cukup dari semua
kasus atau contoh kasus untuk mendukung kesimpulan dan rekomendasinya. Bila ukuran terkini ternyata tidak
mengandung data yang diperlukan untuk menganalisis proses, prosedur, atau hasil, maka diseleksi lagi ukuran-ukuran
baru. Dengan demikian, rumah sakit harus memiliki rekam jejak pengukuran terus-menerus pada bidang-bidang yang
telah ditetapkan; meskipun, ukuran yang sungguh-sungguh dipakai dapat saja berubah.
Untuk mengukur proses, rumah sakit perlu menentukan bagaimana cara mengatur kegiatan pengukuran tersebut,
seberapa sering mengumpulkan data, dan bagaimana cara menyertakan pengumpulan data ke dalam proses kerja
sehari-hari. Ukuran tersebut juga membantu kita untuk lebih memahami atau lebih intensif menilai bidang- bidang
yang diteliti. Demikian juga, analisis terhadap data hasil pengukuran itu (juga lihat PMKP.4 hingga PMKP.4.2)
dapat melahirkan strategi-strategi perbaikan untuk bidang yang diukur. Dengan demikian, ukuran tersebut
membantu kita memahami seberapa efektifnya strategi perbaikan yang telah dilaksanakan.
Pengumpulan data, analisis, dan penggunaan kelima ukuran klinis yang diambil dari Joint Commission
International Library of Measures, akan dimulai pada tahun 2011. Pengajuan data ke JCI untuk lima ukuran
tersebut secara sukarela dapat dilakukan pada tahun 2011. Pengajuan wajib mungkin baru akan dimulai pada
tahun 2012 atau sesudahnya.
170
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitPerbaikan
edisi ke- Mutu dan Keselamatan Pasien
(PMKP)
bidang manajerial yang disebutkan di maksud dan tujuan.
❑ 2. Pemimpin mengamati “sains” atau “bukti” yang mendukung tiap ukuran yang dipilih.
❑ 3. Pengukuran meliputi struktur, proses, dan hasil.
❑ 4. Untuk tiap ukuran, ruang lingkup, metode, dan frekuensinya ditetapkan.
❑ 5. Data pengukuran manajerial dikumpulkan dan digunakan untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan.
Standar PMKP.4
Individu dengan pengalaman, pengetahuan dan keterampilan yang tepat bertugas untuk mengumpulkan dan
menganalisis data rumah sakit secara sistematis.
Dalam menganalisis data, pemahaman tentang teknik-teknik statistik akan sangat membantu, khususnya dalam
menafsirkan variasi dan menentukan di mana perbaikan perlu dilakukan. Run chart, control chart, histogram, dan
Pareto chart merupakan contoh-contoh alat statistik yang bermanfaat dalam memahami tren dan variasi pada
perawatan kesehatan.
171
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitPerbaikan
edisi ke- Mutu dan Keselamatan Pasien
❑ 4. Hasil-hasil analisis dilaporkan kepada mereka yang bertanggung jawab untuk mengambil tindakan.
(Juga lihat TKKA.3.4, EP 2)
Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien
Standar PMKP.4.1
Frekuensi analisis data sesuai dengan proses yang dipelajari dan memenuhi kebutuhan rumah sakit.
contoh, data pengontrolan kualitas laboratorium klinis dapat dianalisis secara mingguan untuk memenuhi
peraturan lokal, tetapi data pasien yang jatuh cukup dianalisis secara bulanan apabila kejadian itu jarang terjadi.
Dengan demikian, penggabungan data yang dilakukan pada saat yang berbeda-beda ini memungkinkan rumah
sakit untuk menilai seberapa stabilnya suatu proses atau seberapa cocoknya suatu hasil dibandingkan dengan
prediksi yang telah dibuat.
Standar PMKP.4.2
Proses analisis mencakup perbandingan internal, perbandingan dengan rumah sakit lain apabila ada, dan dengan
standar-standar ilmiah serta praktik-praktik yang diinginkan.
Standar PMKP.5
Rumah sakit menggunakan proses internal untuk melakukan validasi data.
172
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitPerbaikan
edisi ke- Mutu dan Keselamatan Pasien
pentingnya pengukuran yang dapat dipercaya bagi semua perbaikan. Untuk menjamin bahwa data yang
terkumpul itu baik dan bermanfaat, perlu dilaksanakan suatu proses internal untuk menyahihkan data.
(PMKP)
• sumber data berubah, misalnya jika ada bagian dari catatan pasien yang diubah ke format elektronik
sehingga sumber datanya menjadi elektronik dan kertas; atau
• subjek pengumpulan data berubah, misalnya perubahan dalam umur pasien rata-rata, perubahan
protokol penelitian, penerapan practice guidelines (pedoman praktik) baru, atau pemakaian teknologi dan
metodologi perawatan baru.
Penyahihan/validasi data merupakan alat penting untuk memahami mutu dari data mutu dan untuk mencapai
tingkat di mana data tersebut cukup meyakinkan bagi para pembuat keputusan. Validasi data menjadi salah satu
langkah dalam proses penentuan prioritas untuk pengukuran, pemilihan apa yang harus diukur, pemilihan dan
pengujian ukuran, pengumpulan data, validasi data dan penggunaan data untuk perbaikan.
Elemen penting dari suatu proses penyahihan/validasi data yang dapat dipercaya meliputi sebagai berikut:
a) Pengumpulan ulang data dilakukan oleh orang kedua yang tidak terlibat dalam pengumpulan data orisinil
b) Penggunaan sampel rekor, kasus, dan data lainnya yang sahih secara statistik. Penggunaan 100% sampel
hanya diperlukan apabila jumlah rekor, kasus, atau data lainnya sangat kecil.
c) Pembandingan antara data orisinil dengan data dari pengumpulan ulang.
d) Perhitungan keakuratan dengan membagi jumlah elemen data yang sama dengan jumlah total elemen
data dan mengalikan total tersebut dengan 100. Tingkat keakuratan 90% merupakan tolak ukur yang
baik.
e) Apabila unsur datanya tidak sama, alasan-alasannya (misalnya, definisi data yang tidak jelas) harus dicatat
dan tindakan korektif harus dilaksanakan.
f) Pengumpulan sampel baru setelah semua tindakan korektif dilaksanakan untuk menjamin bahwa tindakan
tersebut menghasilkan tingkat keakuratan yang diinginkan. (Juga lihat KPS.11, EP 4)
Standar PMKP.5.1
Apabila rumah sakit mempublikasikan data atau mengunggah (posting) data pada situs jaringan publik,
pemimpin rumah sakit harus memastikan bahwa data tersebut dapat dipercaya.
173
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitPerbaikan
edisi ke- Mutu dan Keselamatan Pasien
Pemimpin rumah sakit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa data tersebut akurat dan terpercaya. Hal
ini dapat dipastikan melalui proses internal rumah sakit untuk evaluasi validasi data atau, sebagai alternatif, lewat
Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien
Standar PMKP.6
Rumah sakit menggunakan proses yang telah ditetapkan untuk mengidentifikasi dan mengelola kejadian sentinel.
Definisi rumah sakit untuk kejadian sentinel meliputi a) hingga d) di atas dan dapat meliputi kejadian-kejadian
lainnya seperti yang disyaratkan dalam undang-undang atau peraturan atau dianggap sesuai oleh rumah sakit untuk
ditambahkan ke dalam daftar kejadian sentinel. Semua kejadian yang memenuhi syarat diases melalui analisis
akar masalah yang dapat dipercaya. Apabila analisis akar masalah tersebut menunjukkan bahwa perbaikan sistem
atau tindakan-tindakan lainnya dapat mencegah atau mengurangi risiko terjadinya kejadian sentinel semacam itu,
rumah sakit mendesain ulang proses dan mengambil tindakan apa pun yang sesuai untuk melakukannya.
Penting untuk dicatat bahwa istilah “kejadian sentinel” (Juga lihat Kebijakan Kejadian Sentinel JCI pada halaman
27) tidak selalu merujuk pada kekeliruan atau kesalahan ataupun menyarankan suatu kewajiban hukum tertentu.
(Juga lihat KPS.11, EP 4)
Standar PMKP.7
Data dianalisis ketika muncul tren atau variasi yang tidak diinginkan dari data itu.
174
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitPerbaikan
edisi ke- Mutu dan Keselamatan Pasien
kan, rumah sakit memulai analisis mendalam untuk menentukan di area terbaik mana perlu memfokuskan per-
baikan (juga lihat MPO.7.1, maksud dan tujuan). Secara khusus, analisis mendalam dimulai jika tingkat, pola,
(PMKP)
rumah sakit
c. Semua kesalahan pengobatan yang signifikan, jika sesuai dan sebagaimana yang didefinisikan oleh rumah
sakit
d. Semua perbedaan besar antara diagnosis pra-operasi dan pasca-operasi
e. Efek samping atau pola efek samping selama sedasi moderat atau mendalam dan pemakaian anestesi f.
Kejadian-kejadian lain, seperti wabah penyakit menular
Standar PMKP.8
Rumah sakit menggunakan proses yang telah ditetapkan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kegagalan.
175
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitPerbaikan
edisi ke- Mutu dan Keselamatan Pasien
Standar PMKP.9
Perbaikan mutu dan keselamatan dicapai dan berkelanjutan.
perbaikan perlu direncanakan dan prioritas apa yang harus diberikan untuk perbaikan tersebut. Secara khusus,
perbaikan-perbaikan direncanakan untuk area pengumpulan data yang diprioritaskan oleh pemimpin.
Standar PMKP.10
Kegiatan perbaikan dan keselamatan dilakukan pada area prioritas yang telah diidentifikasi oleh pemimpin
rumah sakit.
Setelah perencanaan, data dikumpulkan selama masa uji untuk menunjukkan bahwa perubahan yang
direncanakan merupakan perbaikan. Untuk menjamin bahwa perbaikan dipertahankan, data pengukuran
dikumpulkan untuk analisis yang terus-menerus. Perubahan yang efektif dimasukkan ke dalam prosedur
operasi standar, dan pendidikan staf yang diperlukan perlu dilakukan. Rumah sakit mendokumentasi
perbaikan-perbaikan yang berhasil dicapai dan dipertahankan, sebagai bagian dari program manajemen dan
perbaikan mutu.
176
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah SakitPerbaikan
edisi ke- Mutu dan Keselamatan Pasien
Standar PMKP.11
(PMKP)
b) prioritas risiko;
c) pelaporan risiko;
d) manajemen risiko;
e) investigasi Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dan
f) manajemen klaim yang terkait.
Sebuah elemen penting dari manajemen risiko adalah analisis risiko, seperti proses untuk mengevaluasi near miss
(KNC, Kejadian Nyaris Cedera) dan proses berisiko tinggi lainnya di mana suatu kegagalan dapat menyebabkan
kejadian sentinel. Satu alat yang dapat menyediakan analisis proaktif semacam itu yang dapat terjadi pada suatu
proses kritis dan berisiko tinggi adalah failure mode effect analysis (analisis efek dan modus kegagalan). Rumah
sakit dapat pula mengidentifikasi dan menggunalan alat-alat serupa untuk mengidentifikasi dan mengurangi risiko,
seperti hazard vulnerability analysis (analisis kerentanan terhadap bahaya).
Untuk menggunakan alat ini atau alat-alat lain yang serupa secara efektif, pemimpin rumah sakit harus memakai
dan mempelajari pendekatan tersebut, menyepakati daftar proses yang berisiko tinggi dari segi keselamatan
pasien dan staf, dan kemudian menggunakan alat tersebut pada proses risiko prioritas. Setelah analisis hasil,
pemimpin rumah sakit mengambil tindakan untuk mendesain ulang proses tersebut atau tindakan serupa untuk
mengurangi risiko dalam proses. Proses pengurangan risiko ini dilaksanakan minimal sekali dalam setahun dan
didokumentasikan.
177
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Infeksi
Pengendalian
(PPI)
dan
Pencegahan
178
Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI)
Prevention and Control of Infections (PCI)
Risiko infeksi dan kegiatan program dapat berbeda antara rumah sakit yang satu dengan rumah sakit lainnya,
tergantung pada kegiatan dan layanan klinis rumah sakit yang bersangkutan, populasi pasien yang dilayani, lokasi
(PPI)
geografis, volume pasien, dan jumlah pegawainya.
Program yang efektif umumnya telah menentukan pemimpin program, staf terlatih, metode untuk meng-
identifikasi dan mengatasi risiko infeksi secara proaktif, kebijakan dan prosedur yang sesuai, menentukan juga
pendidikan staf, dan pengoordinasian program itu di seluruh rumah sakit.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan persya-
ratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaiannya. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini,
dapat dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Maksud dan Tujuan, dan
Elemen Penilaian.
PPI.2 Terdapat mekanisme koordinasi untuk semua kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi yang
melibatkan para dokter, perawat, dan lain-lain berdasarkan ukuran dan kompleksitas rumah sakit.
PPI.3 Program pencegahan dan pengendalian infeksi berdasarkan atas pengetahuan ilmiah terkini, pedoman
praktik yang diterima, undang-undang dan peraturan yang berlaku, serta standar-standar untuk
sanitasi dan kebersihan.
PPI.4 Pemimpin rumah sakit menyediakan sumber daya yang memadai untuk mendukung program
pencegahan dan pengendalian infeksi.
1 79
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Pencegahan
ke- dan Pengendalian Infeksi
Fokus Program
PPI.5 Rumah sakit merancang dan menerapkan suatu program menyeluruh untuk mengurangi risiko infeksi
yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan pada pasien dan petugas pelayanan kesehatan.
PPI.5.1 Semua wilayah pasien, staf dan pengunjung rumah sakit termasuk dalam program
pencegahan dan pengendalian infeksi.
PPI.6 Rumah sakit menggunakan pendekatan berbasis risiko dalam menetapkan fokus program pencegahan
dan penurunan infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan.
PPI.7 Rumah sakit mengidentifikasi prosedur dan proses yang terkait dengan risiko infeksi dan menerapkan
strategi untuk mengurangi risiko infeksi.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
PPI.7.1 Rumah sakit mengurangi risiko infeksi dengan memastikan pembersihan dan sterilisasi
peralatan yang memadai dan pengelolaan binatu dan linen yang tepat.
PPI.7.2 Rumah sakit mengurangi risiko infeksi melalui pembuangan limbah yang tepat.
PPI.7.3 Rumah sakit mempunyai kebijakan dan prosedur pembuangan benda tajam dan jarum.
PPI.7.4 Rumah sakit mengurangi risiko infeksi di fasilitas yang terkait dengan kegiatan kerja
instalasi makanan dan pengontrolan fungsi mekanis serta teknis (mechanical and engineering).
PPI.7.5 Rumah sakit mengurangi risiko infeksi di fasilitas selama pembongkaran, konstruksi dan
renovasi.
Prosedur Isolasi
PPI.8 Rumah sakit menyediakan alat pelindung untuk kewaspadaan (barrier precautions) dan prosedur isolasi
yang melindungi pasien, pengunjung dan staf dari penyakit menular dan melindungi pasien imunosupresi dari
infeksi yang terhadapnya pasien rentan.
PPI.10.1 Rumah sakit menelusuri risiko infeksi, angka infeksi, dan tren infeksi yang terkait dengan
pelayanan kesehatan.
180
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Pencegahan
ke- dan Pengendalian Infeksi
PPI.10.2 Perbaikan mutu meliputi ukuran-ukuran yang terkait dengan masalah infeksi yang penting
secara epidemiologis bagi rumah sakit.
PPI.10.3 Rumah sakit menggunakan informasi risiko, tingkat risiko, dan tren risiko untuk merancang
dan memodifikasi proses penurunan risiko infeksi yang terkait dengan perawatan kesehatan ke
tingkat yang serendah mungkin.
PPI.10.4 Rumah sakit membandingkan tingkat infeksi yang terkait pelayanan kesehatan dengan
rumah sakit lain melalui database komparatif.
PPI.10.5 Hasil pengukuran pencegahan dan pengendalian infeksi dalam rumah sakit secara teratur
disampaikan kepada pemimpin dan staf.
PPI.10.6 Rumah sakit melaporkan informasi tentang infeksi kepada instansi kesehatan masyarakat
(PPI)
Pengendalian
181
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Pencegahan
ke- dan Pengendalian Infeksi
Standar PPI.1
Semua kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi diawasi oleh satu atau lebih individu. Individu
tersebut memiliki kualifikasi yang cukup dalam bidang pencegahan dan pengendalian infeksi yang didapat
dari pendidikan, pelatihan, pengalaman, atau sertifikasi.
mereka. Kualifikasi mereka tergantung pada kegiatan yang akan mereka laksanakan dan dapat dipenuhi
melalui
• pendidikan;
• pelatihan;
• pengalaman; dan
Infeksi
Standar PPI.2
Terdapat mekanisme koordinasi untuk semua kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi memiliki mekanisme
koordinasi yang melibatkan para dokter, perawat, dan lain-lain berdasarkan ukuran dan kompleksitas rumah sakit.
Terlepas dari mekanisme apa pun yang dipilih oleh rumah sakit untuk mengkoordinasikan program
pencegahan dan pengendalian infeksi, dokter dan perawat harus terwakili dan dilibatkan dalam kegiatan
dengan para profesional pencegahan dan pengendalian infeksi. Pihak lain dapat pula dilibatkan sesuai dengan
ukuran dan kompleksitas layanan rumah sakit (misalnya, ahli epidemiologi, ahli pengumpulan data, ahli
statistik, manajer
182
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Pencegahan
ke- dan Pengendalian Infeksi
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Pencegahan
ke- dan Pengendalian Infeksi
sterilisasi pusat, ahli mikrobiologi, apoteker, layanan housekeeping, layanan lingkungan atau fasilitas, supervisor
ruang operasi).
(PPI)
ilmiah terbaru dan dapat berasal dari banyak sumber nasional maupun internasional; misalnya, World
Health Organization (WHO) menerbitkan pedoman higiene tangan dan lain-lain. Dalam pedoman
praktik tersedia informasi tentang praktik-praktik pencegahan dan infeksi yang terkait dengan layanan
klinis dan layanan
pendukung lainnya, unsur-unsur program dasarnya, bagaimana respons terhadap epidemi penyakit menular
dan persyaratan pelaporan ditentukan berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Standar PPI.4
Pemimpin rumah sakit menyediakan sumber daya yang memadai untuk mendukung program pencegahan
dan pengendalian infeksi.
Selain itu, program pencegahan dan pengendalian infeksi memerlukan sumber daya untuk menyediakan
edukasi bagi semua staf dan bahan-bahan, seperti alkohol pembersih tangan untuk higiene tangan. Pemimpin
rumah sakit memastikan bahwa ada jumlah sumber daya yang memadai untuk melaksanakan program secara
efektif.
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Pencegahan
ke- dan Pengendalian Infeksi
Sistem manajemen informasi merupakan sumber daya yang penting untuk mendukung penelusuran risiko, angka
dan tren risiko pada infeksi yang terkait dengan pelyanan kesehatan. Analisis data, penafsiran dan presentasi
temuannya didukung oleh petugas-petugas dalam manajemen informasi. Di samping itu, data program dan
informasi tentang pencegahan dan pengendalian infeksi diolah dengan program-program pengelolaan mutu dan
perbaikan mutu rumah sakit.
Standar PPI.5
Rumah sakit merancang dan menerapkan suatu program menyeluruh untuk mengurangi risiko infeksi yang
(PPI)
berkaitan dengan pelayanan kesehatan pada pasien dan petugas pelayanan kesehatan.
Standar PPI.5.1
Program pencegahan dan pengendalian infeksi mencakup semua wilayah keberadaan pasien, staf dan pengunjung
rumah sakit.
184
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Pencegahan
ke- dan Pengendalian Infeksi
Standar PPI.6
Rumah sakit menggunakan pendekatan berbasis risiko dalam menetapkan fokus program pencegahan
(PPI)
program. Pendekatan berbasis risiko mengandalkan surveilans sebagai komponen penting untuk
mengumpulkan dan menganalisis data yang memandu asesmen risiko.
Rumah sakit mengumpulkan dan mengevaluasi data mengenai infeksi dan lokasinya yang relevan sebagai berikut:
a) Saluran pernapasan – misalnya prosedur dan peralatan yang berkaitan dengan intubasi,
mechanical ventilatory support, trakeostomi, dan sebagainya
b) Saluran kencing – misalnya prosedur-prosedur dan peralatan invasif yang berkaitan dengan
indwelling urinary catheters, sistem drainase urin, perawatannya, dan sebagainya
c) Peralatan intravaskular invasif – seperti pemasangan dan perawatan kateter vena sentral, infus vena
perifer, dan sebagainya
d) Lokasi bedah – seperti perawatan dan jenis balutan dan prosedur aseptik terkait
e) Penyakit dan organisme yang signifikan secara epidemiologis – organisme yang resisten terhadap banyak
jenis obat, infeksi yang sangat berbahaya
f) Infeksi yang timbul atau timbul kembali bersama masyarakat
Standar PPI.7
Rumah sakit mengidentifikasi prosedur dan proses yang terkait dengan risiko infeksi dan menerapkan strategi
untuk mengurangi risiko infeksi.
185
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Pencegahan
ke- dan Pengendalian Infeksi
mengurangi risiko.
Standar PPI.7.1
Rumah sakit mengurangi risiko infeksi dengan memastikan pembersihan dan sterilisasi peralatan yang
memadai dan pengelolaan binatu dan linen yang tepat.
(PPI)
Standar PPI.7.1.1
Terdapat kebijakan dan prosedur yang mengidentifikasi proses untuk mengelola persediaan yang sudah
kadaluarsa dan menentukan persyaratan untuk penggunaan kembali peralatan sekali-pakai apabila diizinkan
oleh undang-undang dan peraturan.
Di samping itu, peralatan sekali-pakai tertentu dapat dipakai ulang dengan kondisi tertentu. Ada dua risiko
yang dihubungkan dengan penggunaan ulang peralatan sekali-pakai: jadi peningkatan risiko infeksi, dan
adanya risiko bahwa kinerja peralatan mungkin tidak memadai atau tidak dapat diterima setelah diproses
ulang. Apabila peralatan sekali-pakai digunakan ulang, penggunaannya harus diatur oleh kebijakan rumah
sakit. Kebijakan tersebut konsisten dengan undang-undang dan peraturan serta standar profesional dan
meliputi identifikasi:
a) peralatan dan materi yang tidak akan pernah dipakai ulang;
b) jumlah pemakaian ulang maksimum untuk tiap peralatan dan materi yang dipakai ulang;
c) jenis kerusakan akibat pemakaian dan keretakan, antara lain, yang menunjukkan bahwa peralatan
tersebut tidak dapat digunakan lagi;
d) proses pembersihan untuk tiap peralatan yang dimulai segera setelah pemakaian dan mengikuti
e) proses untuk
protokol yangpengumpulan,
jelas; dan analisis, dan pemakaian data pencegahan dan pengendalian infeksi yang
berkaitan dengan peralatan dan materi yang dipakai ulang.
(PPI)
Standar PPI.7.2
Rumah sakit mengurangi risiko infeksi melalui pembuangan limbah yang tepat.
Standar PPI.7.3
Rumah sakit mempunyai kebijakan dan prosedur pembuangan benda tajam dan jarum.
Standar PPI.7.4
Rumah sakit mengurangi risiko infeksi di fasilitas yang terkait dengan kegiatan kerja layanan makanan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
terhadap sanitasi yang baik serta penurunan risiko infeksi dalam rumah sakit.
Elemen Penilaian
PPI.7.4
❑ 1. Sanitasi dapur serta persiapan dan penanganan makanan memadai untuk meminimalkan risiko
infeksi.
❑ 2. Pengontrolan teknis diterapkan untuk meminimalkan risiko infeksi di area-area yang tepat dalam
rumah
sakit.
Rumah sakit menggunakan kriteria risiko yang membahas dampak dari renovasi atau konstruksi baru pada
persyaratan mutu udara, pencegahan dan pengendalian infeksi, persyaratan penggunaan, kebisingan, getaran,
dan prosedur darurat pada saat perencanaan pembongkaran, konstruksi, atau renovasi.
Prosedur
Isolasi
Standar PPI.8
Rumah sakit menyediakan Alat Pelindung untuk kewaspadaan (barrier precautions) dan prosedur isolasi yang
melindungi pasien, pengunjung dan staf dari penyakit menular dan melindungi pasien imunosupresi dari
infeksi.
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Pencegahan
ke- dan Pengendalian Infeksi
Pencegahan penyebaran penyakit lewat udara adalah upaya penting untuk mencegah transmisi agen
menular yang dapat tetap di udara selama jangka waktu yang lama. Penempatan yang dipilih untuk
pasien dengan infeksi yang dapat menyebar lewat udara adalah di dalam ruang tekanan negatif. Apabila
ulang udara
struktur melalui sistem filtrasi high-efficiency particulate air (HEPA) pada kecepatan sekurang-kurangnya 12
bangunan
pertukaran udara per jam.
(PPI)
sakit dan pedoman yang direkomendasikan.
❑ 2. Kebijakan dan prosedur membahas tentang pemisahan pasien yang menderita penyakit menular dari
pasien dan staf yang berisiko tertular lebih besar akibat imunosupresi atau alasan lainnya.
❑ 3. Kebijakan dan prosedur membahas bagaimana cara menangani pasien dengan infeksi yang menular lewat
udara dalam jangka waktu singkat jika ruang tekanan negatif tidak tersedia.
❑ 4. Rumah sakit mempunyai strategi untuk menangani masuknya sejumlah pasien dengan penyakit menular.
❑ 5. Untuk pasien yang menderita penyakit menular yang membutuhkan isolasi untuk infeksi yang menular
lewat udara disediakan ruang tekanan negatif dan dipantau secara rutin; jika ruang tekanan negatif tidak
dapat segera tersedia, kamar dengan sistem filtrasi HEPA yang disetujui dapat digunakan.
❑ 6. Staf dididik mengenai pengelolaan pasien yang menderita penyakit menular.
Standar PPI.9
Sarung tangan, masker, pelindung mata, peralatan pelindung lainnya, sabun, dan disinfektan tersedia
dan digunakan secara tepat jika diperlukan.
Standar PPI.10
Proses pencegahan dan pengendalian infeksi terintegrasi dengan program rumah sakit keseluruhan
untuk perbaikan mutu dan keselamatan pasien.
(PPI)
Standar PPI.10.1
Rumah sakit menelusuri risiko infeksi, angka infeksi, dan tren infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan.
Standar PPI.10.2
Perbaikan mutu meliputi penggunaan ukuran-ukuran yang terkait dengan masalah infeksi yang penting secara
epidemiologis bagi rumah sakit.
Standar PPI.10.3
Rumah sakit menggunakan informasi risiko, tingkat risiko, dan tren risiko untuk merancang dan memodifikasi
proses penurunan risiko infeksi yang terkait dengan perawatan kesehatan ke tingkat yang serendah mungkin.
Standar PPI.10.4
Rumah sakit membandingkan angka infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan dengan rumah sakit
lain melalui database komparatif.
Standar PPI.10.5
Hasil pengukuran pencegahan dan pengendalian infeksi dalam rumah sakit secara teratur disampaikan
kepada pemimpin dan staf.
Standar PPI.10.6
Rumah sakit melaporkan informasi tentang infeksi kepada instansi kesehatan masyarakat eksternal yang sesuai.
angka infeksi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan hingga serendah mungkin. Suatu rumah sakit dapat
menggunakan data dan informasi pengukuran secara baik dengan memahami tingkat dan tren yang sejenis
pada rumah sakit sejenis lainnya dan memberikan kontribusi data kepada database yang berkaitan dengan
infeksi.
Elemen Penilaian
❑ 1. Risiko PPI.10.1
infeksi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan ditelusuri.
❑ 2. Angka risiko infeksi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan ditelusuri.
❑ 3. Tren risiko infeksi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan ditelusuri.
(PPI)
❑ 2. Proses-proses dirancang ulang untuk menurunkan risiko infeksi hingga serendah mungkin.
Standar PPI.11
Rumah sakit menyediakan edukasi mengenai praktik pencegahan dan pengendalian infeksi kepada staf,
dokter, pasien, keluarga pasien, dan pemberi pelayanan lainnya apabila ada indikasi mereka terlibat dalam
perawatan.
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Pencegahan
ke- dan Pengendalian Infeksi
Pendidikan ini disediakan sebagai bagian dari orientasi bagi semua staf baru dan diulang secara berkala, atau
setidaknya apabila ada perubahan dalam kebijakan, prosedur dan praktik yang memandu program rumah sakit
untuk pencegahan dan pengendalian infeksi. Pendidikan ini juga mencakup temuan dan tren yang diperoleh dari
kegiatan pengukuran. (Juga lihat KPS.7)
❑ 1. Rumah sakit menyusun program pencegahan dan pengendalian infeksi yang mencakup semua staf dan
profesional lainnya serta pasien dan keluarganya.
❑ 2. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan mengenai pencegahan dan pengendalian infeksi bagi semua
staf dan profesional lainnya.
❑ 3. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan mengenai pencegahan dan pengendalian infeksi bagi pasien
dan keluarganya.
❑ 4. Semua staf dididik mengenai kebijakan, prosedur, dan praktik program pencegahan dan pengendalian
(PPI)
192
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Pencegahan
ke- dan Pengendalian Infeksi
193
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
A
r
a
h
d
a
n
(TKKA)
Kepemimpinan,
K
e
l
o
l
a
,
a
Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Arah (TKKA)
Gambaran Umum
Untuk dapat menyediakan perawatan pasien yang hebat dibutuhkan kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan
tersebut berasal dari berbagai sumber dalam organisasi pelayanan kesehatan, termasuk dewan penyantun
(governance), pemimpin, dan lain-lain yang memegang posisi kepemimpinan, tanggung jawab dan kepercayaan.
Tiap rumah sakit harus mengidentifikasi dan melibatkan mereka untuk memastikan bahwa rumah sakit
merupakan sumber daya yang efektif dan efisien bagi masyarakat dan pasiennya.
Secara khusus, para pemimpin ini harus mengidentifikasi misi rumah sakit dan memastikan bahwa sumber
daya yang dibutuhkan untuk memenuhi misi tersebut tersedia. Bagi banyak rumah sakit, hal ini bukan
berarti menambahkan sumber daya baru melainkan menggunakan sumber daya yang ada sekarang secara
lebih efisien, bahkan ketika jumlahnya terbatas. Selain itu, pemimpin harus bekerja sama dengan baik T
Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan pemahaman akan berbagai tanggung jawab dan wewenang setiap
individu dalam rumah sakit dan bagaimana para individu bekerja sama. Mereka yang mengatur, mengelola dan elol
memimpin suatu rumah sakit memiliki baik wewenang maupun tanggung jawab. Secara kolektif dan
(TKKA)
individual, mereka bertanggung jawab untuk mematuhi undang-undang dan peraturan dan untuk memenuhi
tanggung jawab rumah sakit bagi populasi pasien yang dilayani. a,
Seiring dengan waktu, kepemimpinan yang efektif membantu mengatasi hambatan dan masalah komunikasi
yang dirasakan antara bagian dan instalasi di rumah sakit, sehingga rumah sakit menjadi lebih efisien dan
efektif. Layanan pun menjadi semakin terintegrasi. Secara khusus, integrasi semua kegiatan manajemen dan
perbaikan mutu di seluruh rumah sakit akan berdampak pada semakin baiknya hasil perawatan pasien.
(TK
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan persya-
ratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaiannya. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini,
dapat dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Maksud dan Tujuan, serta
Elemen Penilaian.
1 95 mi
Tata ke-
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Kelola, Kepemimpinan, dan Arah
TKKA.1.2 Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola memberikan persetujuan
atas kebijakan-kebijakan dan rencana-rencana untuk mengoperasikan
rumah sakit.
TKKA.1.3 Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola menyetujui anggaran dan
mengalokasikan sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi misi rumah
sakit.
TKKA.1.4 Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola mengangkat manajer senior
atau kepala rumah sakit.
TKKA.1.5 Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola menyetujui rencana rumah
sakit untuk mutu dan keselamatan pasien dan secara berkala menerima dan
bertindak berdasarkan laporan-laporan program mutu dan keselamatan pasien.
Pemimpin rumah
TKKA.3 memenuhi sakit diidentifikasi dan secara kolektif bertanggung jawab untuk mendefinisikan
misi tersebut.
Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Arah
TKKA.3.1 Pemimpin rumah sakit bersama-sama dengan pemimpin masyarakat dan pemimpin
rumah sakit lainnya membuat rencana untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan masyarakat.
TKKA.3.2 Pemimpin mengidentifikasi dan merencanakan jenis layanan klinis yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan pasien yang dilayani rumah sakit.
(TKKA)
TKKA.3.4 Pemimpin medis, keperawatan dan lainnya diberi edukasi tentang konsep
perbaikan mutu.
TKKA.3.5 Pemimpin rumah sakit memastikan adanya program yang seragam untuk
perekrutan, retensi, pengembangan, dan pendidikan lanjutan untuk semua
staf.
Tata ke-
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Kelola, Kepemimpinan, dan Arah
TKKA.4 Pemimpin medis, keperawatan, dan layanan klinis lainnya merencanakan dan menerapkan struktur
organisasi yang efektif untuk mendukung tanggung jawab dan wewenang mereka.
TKKA.5.1 Kepala tiap departemen klinis mengidentifikasi, secara tertulis, layanan yang akan
disediakan oleh departemennya.
TKKA.5.2 Kepala departemen/instalasi merekomendasikan ruang, peralatan, staf, dan sumber daya
lainnya yang dibutuhkan oleh departemen atau instalasi.
TKKA.5.4 Kepala departemen/instalasi memberikan orientasi dan pelatihan untuk semua staf
TKKA.5.5 Kepala departemen/instalasi memonitor kinerja departemen atau instalasi serta kinerja
staf.
Arah
Etika Organisasi
TKKA.6 Rumah sakit menyusun kerangka kerja manajemen etika yang memastikan bahwa perawatan pasien
disediakan sesuai norma bisnis, keuangan, etika, dan hukum serta melindungi pasien dan hak-hak
mereka.
TKKA.6.1 Kerangka kerja rumah sakit untuk manajemen etis mencakup pemasaran, penerimaan
pasien, transfer pasien, pemulangan pasien, dan pernyataan kepemilikan serta konflik
bisnis dan profesional yang mungkin bertentangan dengan kepentingan pasien.
TKKA.6.2 Kerangka kerja rumah sakit untuk manajemen etis mendukung pengambilan keputusan
yang etis dalam perawatan klinis dan layanan nonklinis.
197
Tata ke-
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Kelola, Kepemimpinan, dan Arah
Standar TKKA.1
Tanggung jawab dan akuntabilitas tata kelola dijelaskan dalam peraturan, kebijakan dan prosedur atau dokumen
sejenis yang memandu pelaksanaannya.
Struktur manajemen dan tata kelola rumah sakit ditampilkan dalam bagan organisasi atau dokumen lain yang
menunjukkan jalur kewenangan dan akuntabilitas. Individu-individu yang ditampilkan dalam bagan tersebut
Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Arah
Standar TKKA.1.1
Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola menyetujui dan mempublikasikan pernyataan misi rumah sakit.
Standar TKKA.1.2
Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola menyetujui kebijakan-kebijakan dan rencana-rencana untuk
mengoperasikan rumah sakit.
Standar TKKA.1.3
Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola menyetujui anggaran dan mengalokasikan sumber daya yang
dibutuhkan untuk memenuhi misi rumah sakit.
Standar TKKA.1.4
Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola mengangkat manajer senior atau kepala rumah sakit.
Standar TKKA.1.5
Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola menyetujui rencana rumah sakit untuk mutu dan keselamatan
pasien dan secara berkala menerima dan bertindak berdasarkan laporan-laporan program mutu dan keselamatan
pasien.
198
Tata ke-
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Kelola, Kepemimpinan, dan Arah
Ditetapkannya individu-individu dalam satu bagan organisasi rumah sakit tidak menjamin komunikasi dan
kerja sama yang baik antara mereka yang memimpin dan mereka yang mengelola rumah sakit. Hal ini terjadi
apabila struktur tata kelola terpisah dari rumah sakit, seperti misalnya pemilik yang berada jauh atau rumah
sakit di bawah otoritas lembaga kesehatan nasional atau regional. Dengan demikian, mereka yang bertanggung
jawab untuk tata kelola mengembangkan suatu proses untuk dapat berkomunikasi dan bekerja sama dengan
manajer-
manajer rumah sakit dengan tujuan memenuhi misi dan rencana rumah sakit.
(TKKA)
Elemen Penilaian TKKA.1.2
❑ 1. Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola menyetujui rencana strategis dan manajemen
serta kebijakan dan prosedur operasi.
❑ 2. Apabila wewenang persetujuan didelegasikan, hal tersebut dijabarkan dalam kebijakan dan prosedur tata
kelola.
❑ 3. Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola menyetujui strategi dan program rumah sakit yang
berkaitan dengan pendidikan dan penelitian profesional pelayanan kesehatan. Setelah itu mereka
menyediakan pengawasan mutu program tersebut.
199
Tata ke-
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Kelola, Kepemimpinan, dan Arah
Standar TKKA.2
Seorang manajer senior atau kepala bertanggung jawab untuk mengoperasikan rumah sakit dan menaati
undang- undang dan peraturan yang berlaku.
Manajer senior atau kepala rumah sakit bertanggung jawab akan operasi sehari-hari rumah sakit secara
keseluruhan. Hal ini meliputi pembelian dan inventarisasi bahan-bahan pokok, pemeliharaan fasilitas fisik,
Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Arah
manajemen keuangan, manajemen mutu, dan tanggung jawab lainnya. Pendidikan dan pengalaman individu
memenuhi persyaratan yang termuat dalam deskripsi jabatan. Manajer senior atau kepala rumah sakit bekerja
sama dengan manajer-manajer rumah sakit untuk mendefinisikan misi rumah sakit dan untuk merencanakan
kebijakan, prosedur dan layanan klinis yang berkaitan dengan misi tersebut. Setelah disetujui oleh badan
pengelola, manajer senior atau kepala rumah sakit bertanggung jawab untuk menerapkan seluruh kebijakan
dan memastikan bahwa semua kebijakan dipatuhi oleh staf rumah sakit.
(TKKA)
Standar TKKA.3
Pemimpin rumah sakit diidentifikasi dan secara kolektif bertanggung jawab untuk mendefinisikan misi rumah
sakit dan membuat rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan yang diperlukan untuk memenuhi misi tersebut.
Tata ke-
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Kelola, Kepemimpinan, dan Arah
Standar TKKA.3.1
(TKKA)
atau politik yang lebih besar.
Kebutuhan pasien dan masyarakat biasanya berubah dari waktu ke waktu, dengan demikian, rumah sakit
perlu melibatkan masyarakat dalam perencanaan strategis dan operasional rumah sakit. Hal ini dapat dilakukan
dengan beberapa cara, misalnya, mengumpulkan pendapat atau masukan secara individual atau kelompok
melalui kelompok-kelompok penasihat atau satuan tugas.
Dengan demikian, penting bagi pemimpin organisasi pelayanan kesehatan rumah sakit untuk mengenal,
bertemu menyusun rencana bersama para tokoh terkemuka dan pemimpin organisasi pelayanan kesehatan
masyarakat
lainnya di (klinik, apotik, layanan ambulans, dan sejenisnya). Para pemimpin memiliki rancangan untuk
membuat masyarakat lebih sehat dan sadar bahwa mereka memiliki tanggung jawab dan pengaruh
terhadap masyarakat. (Juga lihat MKI.1, EP 3)
201
Tata ke-
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Kelola, Kepemimpinan, dan Arah
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Standar TKKA.3.2
Pemimpin mengidentifikasi dan merencanakan jenis pelayanan klinis yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan pasien yang dilayani rumah sakit.
Pelayanan tersebut mencerminkan arah strategis rumah sakit dan perspektif pasien yang dirawat oleh rumah sakit.
Pada saat rumah sakit menggunakan apa yang diidentifikasi sebagai teknologi dan/atau obat “eksperimental” dalam
prosedur perawatan pasien (yaitu, teknologi atau obat yang diidentifikasi sebagai “eksperimental” baik secara
nasional maupun internasional), terdapat suatu proses untuk meninjau dan menyetujui penggunaan tersebut.
Persetujuan tersebut
penting untuk diperoleh sebelum digunakan dalam perawatan pasien. Bila secara khusus diperlukan persetujuan
Elemen
pasien, makaPenilaian TKKA.3.2
keputusan pun dibuat untuk memperolehnya.
❑ 1. Perawatan dan layanan yang akan diberikan dijabarkan dalam rencana-rencana rumah sakit.
Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Arah
❑ 2. Perawatan dan layanan yang akan ditawarkan itu sesuai dengan misi rumah sakit. (Juga lihat APKP.1,
EP 2)
❑ 3. Pemimpin menentukan jenis perawatan dan layanan yang akan diberikan oleh rumah sakit.
❑ 4. Prosedur, teknologi dan obat yang diidentifikasi sebagai eksperimental harus melalui proses peninjauan
dan persetujuan pemimpin sebelum digunakan dalam perawatan pasien.
(TKKA)
Standar TKKA.3.2.1
Peralatan, perlengkapan, dan obat-obatan yang digunakan adalah yang direkomendasikan oleh
organisasi profesional atau sumber-sumber alternatif yang berwenang.
Tujuan TKKA.3.2.1
Risiko dalam proses perawatan klinis berkurang secara signifikan bila peralatan yang digunakan sesuai dan
ber- fungsi baik. Hal ini terutama berlaku untuk areal klinis, seperti anestesi, radiologi dan pencitraan
diagnostik, kardiologi, onkologi radiasi, serta layanan berisiko tinggi lainnya. Perlengkapan dan obat-obatan
yang memadai juga tersedia dan sesuai untuk penggunaan yang terencana dan situasi darurat. Tiap rumah
peralatan,
terencana perlengkapan
bagi populasidan obat-obatan
pasiennya. apa saja yang
Rekomendasi dibutuhkan
mengenai atau disarankan
peralatan, untukdan
perlengkapan menyediakan layanan
obat-obatan dapat
berasal dari instansi pemerintah, lembaga profesional anestesi nasional atau internasional, dan sumber-sumber
berwenang lainnya.
Elemen Penilaian
TKKA.3.2.1
❑ 1. Rumah sakit menggunakan rekomendasi dari lembaga profesional dan sumber-sumber berwenang
lainnya
untuk mengidentifikasi peralatan dan perlengkapan yang akan dibutuhkan untuk menyediakan layanan
yang direncanakan. (Juga lihat MPO.2.2, EP 1)
❑ 2. Peralatan, perlengkapan dan obat-obatan yang diidentifikasi diperoleh. (Juga lihat MPO.2.2, EP
2)
❑ 3. Peralatan, perlengkapan dan obat-obatan yang diidentifikasi digunakan. (Juga lihat PAB.3, Maksud
dan
Tujuan, dan PAB.3, EP 1)
Tata ke-
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Kelola, Kepemimpinan, dan Arah
Standar TKKA.3.3
Pemimpin bertanggung jawab atas kontrak-kontrak untuk layanan klinis atau manajemen.
Dalam semua kasus, terdapat akuntabilitas kepimpinan terhadap kontrak atau perjanjian lainnya untuk
memasti- kan bahwa layanan tersebut memenuhi kebutuhan pasien dan dimasukkan sebagai bagian dari
kegiatan rumah sakit untuk manajemen dan perbaikan mutu. Pemimpin klinis berpartisipasi dalam pemilihan
kontrak klinis dan bertanggung jawab atas kontrak klinis. Pemimpin manajemen berpartisipasi dalam pemilihan
kontrak manajemen dan bertanggung jawab atas kontrak manajemen.
(TKKA)
untuk kontrak manajemen.
❑ 6. Ketika kontrak dinegosiasi ulang atau diakhiri, rumah sakit menjaga kelangsungan pelayanan bagi pasien.
Standar TKKA.3.3.1
Kontrak dan perjanjian-perjanjian lainnya termasuk bagian dari program rumah sakit untuk perbaikan mutu
dan keselamatan pasien.
203
Tata ke-
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Kelola, Kepemimpinan, dan Arah
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
❑ 2. Ketika menganalisis informasi mutu dan keselamatan dari kontraktor luar, pemimpin klinis dan
manajer- manajer yang terkait berpartisipasi dengan program perbaikan mutu juga. (Juga lihat AP.5.8,
EP 5)
❑ 3. Bila layanan kontraktor luar tidak memenuhi harapan dalam soal mutu dan keselamatan, maka
diambillah tindakan.
Standar TKKA.3.3.2
Praktisi mandiri nonkaryawan rumah sakit memiliki kredensial yang tepat untuk layanan yang diberikan
kepada pasien-pasien rumah sakit.
dari luar rumah sakit, seperti telemedicine, teleradiology, dan penafsiran diagnostik lainnya, seperti
elektrokardiogram (EKG), electroencephalogram (EEG), dan electromyogram (EMG), dan
sejenisnya, disediakan sebagai hak istimewa oleh rumah sakit. (Juga lihat KPS.9 dan KPS.10)
❑ 3. Praktisi mandiri yang menyediakan layanan perawatan pasien di wilayah rumah sakit tetapi bukan
merupakan pegawai atau anggota staf klinis diberi kepercayaan dan hak istimewa seperti yang diatur
dalam KPS.9 hingga KPS.10.
(TKKA)
❑ 4. Mutu layanan praktisi mandiri di luar rumah sakit dipantau sebagai bagian dari program perbaikan
mutu rumah sakit.
Standar TKKA.3.4
Para pemimpin medis, keperawatan dan lainnya diberi edukasi mengenai konsep perbaikan mutu.
Tujuan TKKA.3.4
Tujuan utama rumah sakit adalah untuk menyediakan perawatan pasien dan dari waktu ke waktu berusaha
❑ 3. Kinerja profesional diukur sebagai bagian dari perbaikan mutu klinis. (Juga lihat KPS.11, KPS.14, dan
KPS.17)
Standar TKKA.3.5
Pemimpin rumah sakit memastikan adanya program yang seragam untuk perekrutan, retensi,
pengembangan, dan pendidikan lanjutan untuk semua staf.
Elemen Penilaian
❑ 1. Terdapat TKKA.3.5
proses terencana untuk rekrutmen staf. (Juga lihat KPS.2, EP 1)
❑ 2. Terdapat proses terencana untuk retensi staf.
Standar TKKA.4
(TKKA)
Pemimpin medis, keperawatan, dan layanan klinis lainnya merencanakan dan menerapkan struktur
organisasi yang efektif untuk mendukung tanggung jawab dan wewenang mereka.
Pemimpin staf medis dan keperawatan membentuk struktur organisasi yang sesuai dan efektif untuk
menjalankan tanggung jawab tersebut. Adapun struktur organisasi tersebut bisa merupakan struktur staf
profesional tunggal terdiri atas dokter, perawat, dan lain-lain atau struktur staf medis terpisah dari struktur staf
keperawatan. Struktur yang dipilih dapat merupakan struktur yang sangat terorganisir dengan anggaran rumah
tangga, peraturan dan
tata tertib tapi bisa pula terorganisir secara informal. Secara umum, struktur yang dipilih
• mencakup semua staf klinis yang sesuai;
• konsisten dengan kepemilikan, misi dan struktur rumah sakit;
• sesuai dengan kompleksitas dan besarnya staf profesional rumah sakit; dan
• efektif dalam menjalankan tanggung jawab yang tercantum di atas.
Tata ke-
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Kelola, Kepemimpinan, dan Arah
Standar TKKA.5
Satu atau lebih individu yang memenuhi syarat memberikan arahan untuk setiap departemen atau instalasi dalam
rumah sakit.
baik membutuhkan kepemimpinan yang jelas dari individu yang berkualifikasi. Dalam departemen atau instalasi
yang lebih besar, kepemimpinannya dapat dipisah-pisahkan. Dalam kasus semacam itu, masing-masing tanggung
jawab didefinisikan secara tertulis. (Juga lihat APKP.6.1, EP 1; PAB.2, EP 2; AP.5.9 yang berkaitan dengan arah
layanan radiologi dan diagnostic imaging; MPO.1.1 yang berkaitan dengan arah layanan apotik atau farmasi; dan
PAB.2 yang berkaitan dengan arah layanan anestesi)
❑ 1. Tiap departemen atau layanan dalam rumah sakit diarahkan oleh individu dengan pelatihan, pendidikan,
dan pengalaman yang sesuai dengan layanan yang diberikan. (Juga lihat AP.5.8, EP 1; AP .6.7, EP 1;
dan MPO.1.1, EP 1)
❑ 2. Bila ada lebih dari satu orang yang memberikan arahan, tanggung jawab masing-masing didefinisikan
secara tertulis.
Standar TKKA.5.1
Kepala tiap departemen klinis mengidentifikasi secara tertulis layanan yang akan disediakan oleh departemennya.
Standar TKKA.5.1.1
Layanan layanan selalu terkoordinasi dan terintegrasi, baik di dalam masing-masing departemen atau instalasi
maupun antara departemen dan instalasi lainnya.
206
Tata ke-
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Kelola, Kepemimpinan, dan Arah
Layanan klinis bagi pasien terkoordinasi dan terintegrasi dalam tiap departemen layanan. Sebagai contoh,
terdapat integrasi layanan medis dan keperawatan. Selain itu, tiap departemen dan unit mengkoordinasikan
dan mengintegrasi layanannya dengan departemen dan unit lainnya. Duplikasi layanan yang tidak
diperlukan dihindari dan dihilangkan untuk menghemat sumber daya.
Standar TKKA.5.2
Kepala departemen/instalasi merekomendasikan ruang, peralatan, staf, dan sumber daya lainnya yang
(TKKA)
departemen telah membuat rekomendasi mengenai kebutuhan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya,
kebutuhan tersebut kadang-kadang berubah atau tidak terpenuhi. Dengan demikian, kepala departemen
memiliki proses untuk merespons kekurangan sumber daya supaya perawatan yang aman dan efektif terjamin
bagi semua pasien.
Standar TKKA.5.3
Kepala departemen merekomendasikan kriteria untuk memilih staf profesional departemen atau instalasi
dan memilih atau merekomendasikan individu yang memenuhi kriteria.
dibutuhkan oleh staf profesional departemen untuk menyediakan layanan tersebut. Kepala departemen
menyusun kriteria yang mencerminkan pertimbangan tersebut dan kemudian memilih staf. Kepala departemen
dapat pula bekerja dengan personalia atau departemen lainnya dalam proses pemilihan berdasarkan
rekomendasi kepala.
Standar TKKA.5.4
Kepala departemen menyediakan orientasi dan pelatihan untuk semua staf mengenai tugas dan tanggung
jawab mereka kepada departemen atau instalasi di mana mereka ditugaskan.
prosedur yang baru ditetapkan atau direvisi, staf perlu dilatih. (Juga lihat KPS.7; AP.5.1, EP 5; AP.6.2, EP 6;
dan PP.11, EP 4)
Elemen Penilaian
TKKA.5.4
❑ 1. Kepala departemen telah menyelenggarakan program orientasi yang terdokumentasi untuk
staf
(TKKA)
Standar
TKKA.5.5
Kepala departemen/mengevaluasi kinerja departemen atau instalasi serta kinerja
staf.
diterapkan oleh departemen atau layanan dipengaruhi oleh:
a) prioritas rumah sakit dalam hal pengukuran dan perbaikan yang terkait dengan departemen atau
layanan yang bersangkutan;
b) hasil evaluasi terhadap layanan, yang berasal dari pelbagai sumber, termasuk survei dan keluhan pasien;
c) sejauh manakah layanan yang diberikan itu sudah efisien dan efektif dari segi pembiayaan, dan
d) hasil evaluasi layanan yang disediakan berdasarkan perjanjian kontrak. (Juga lihat TKKA.3.3)
Standar TKKA.6
Rumah sakit menetapkan kerangka kerja manajemen etika yang memastikan bahwa perawatan pasien
disediakan sesuai norma bisnis, keuangan, etika, dan hukum, serta melindungi pasien dan hak-hak mereka.
Standar TKKA.6.1
Standar TKKA.6.2
Kerangka kerja rumah sakit untuk manajemen etis mendukung pengambilan keputusan etis dalam
(TKKA)
perawatan klinis dan layanan non-klinis.
Kerangka kerja tersebut juga membantu staf profesional dan pasien rumah sakit bila dihadapkan dengan
dilema etika dalam perawatan pasien, seperti keputusan-keputusan yang berkaitan dengan donor dan
transplantasi; perselisihan antara pasien dan keluarganya, dan antara pasien dan praktisi kesehatannya,
mengenai keputusan perawatan; dan perselisihan antarprofesional. Dukungan semacam itu sudah tersedia.
209
Tata ke-
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Kelola, Kepemimpinan, dan Arah
*Dalam konteks keselamatan pasien dan mutu perawatan kesehatan, norma-norma internasional yang berkaitan
dengan hak asasi manusia dan praktik profesional yang etis semakin menarik perhatian dunia. Meskipun perhatian
tersebut belum lama dimulai dan masih terus berkembang, dokumen-dokumen internasional yang disusun untuk
membentuk norma-norma semacam itu sudah lama hadir dan meliputi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (PBB,
1948); Konvensi Jenewa (12 Agustus 1949); Deklarasi Tokyo: Pedoman bagi Dokter mengenai Penyiksaan dan Perlakuan
Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan lainnya atau Hukuman dalam kaitannya dengan Penahanan dan Pemenjaraan
(World Medical Assembly, Majelis Kesehatan Dunia, 1975); Sumpah Atena (International Council of Prison Medical Services,
Majelis Internasional Pelayanan Medis Penjara, 1979); dan Perjanjian Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, Konvensi
Menentang Penyiksaan dan Perlakuan Kejam, Tidak Manusiawi, atau Perlakuan Merendahkan atau Hukuman (PBB, 1985).
210
Tata ke-
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi Kelola, Kepemimpinan, dan Arah
211
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Fasilitas
Keamanan
(MKF)
dan
Manajemen
212
Manajemen dan Keamanan Fasilitas (MKF)
Manajemen dan
Keamanan Fasilitas (MKF)
Facility Management and Safety (FMS)
Gambaran Umum
Organisasi pelayanan kesehatan berperan menyediakan fasilitas yang aman, fungsional dan suportif bagi pasien,
keluarganya, staf dan pengunjung. Untuk mencapai tujuan ini, fasilitas fisik, medis, peralatan lainnya, dan
sumber daya manusianya harus dikelola secara efektif. Secara khusus, manajemen harus berusaha untuk
• mengurangi dan mengendalikan bahaya dan risiko;
• mencegah kecelakaan dan cedera; dan
• memelihara kondisi yang aman.
Manajemen yang efektif meliputi perencanaan, pendidikan, dan pengawasan multidisiplin sebagai berikut:
• Pemimpin merencanakan ruang, peralatan, dan sumber daya yang dibutuhkan sedemikian rupa sehingga
dapat mendukung pelayanan klinis yang disediakan secara aman dan efektif.
• Semua staf diberi penyuluhan mengenai fasilitas, bagaimana cara mengurangi risiko, dan bagaimana
cara untuk memantau dan melaporkan situasi-situasi yang berisiko.
• Suatu kriteria kinerja digunakan untuk mengevaluasi sistem-sistem penting dan mengidentifikasi
perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
Bila sesuai, untuk fasilitas dan kegiatan-kegiatan rumah sakit disusunlah rencana tertulis yang meliputi enam
bidang: Manajemen
2 13
213
Manajemen
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- dan Keamanan Fasilitas
Bila di rumah sakit ada unit-unit nonmedis dalam fasilitas perawatan pasien yang akan disurvei (seperti kedai kopi
atau toko suvenir milik perorangan), rumah sakit berkewajiban memastikan bahwa unit-unit independen tersebut
mematuhi manajemen fasilitas dan rencana keselamatan berikut:
• Rencana keselamatan dan keamanan
• Rencana bahan-bahan berbahaya
• Rencana manajemen keadaan darurat
• Rencana penanganan kebakaran
Bagaimana suatu fasilitas dirancang, digunakan, dan dipelihara sangat dipengaruhi oleh undang-undang,
peraturan dan inspeksi oleh pihak berwenang lokal. Semua rumah sakit, terlepas dari ukuran dan sumber
dayanya, harus mematuhi persyaratan tersebut sebagai bagian dari tanggung jawab mereka terhadap pasien,
keluarga pasien, staf, dan pengunjung.
Rumah sakit mulai beroperasi dengan mematuhi undang-undang dan peraturan. Seiring waktu, kondisi fasilitas
fisik yang ditempati semakin dikenal dengan lebih rinci. Secara proaktif rumah sakit mulai mengumpulkan data
dan melaksanakan strategi untuk menekan risiko dan membuat lingkungan perawatan pasien semakin baik.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan persya-
ratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaiannya. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini, dapat
dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Maksud dan Tujuan, serta Elemen
Penilaian.
MKF.4.2 Rumah sakit merencanakan dan menganggarkan peningkatan atau penggantian sistem-
sistem utama, bangunan, atau komponen-komponen berdasarkan pemeriksaan fasilitas dan
sesuai dengan undang-undang dan peraturan.
Bahan-bahan Berbahaya
MKF.5 Rumah sakit memiliki rencana untuk inventarisasi, penanganan, penyimpanan, dan penggunaan bahan-
bahan berbahaya serta pengendalian dan pembuangan bahan-bahan dan limbah berbahaya.
214
Manajemen
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- dan Keamanan Fasilitas
Penanganan Kebakaran
MKF.7 Rumah sakit merencanakan dan melaksanakan program untuk memastikan bahwa semua penghuni
gedung selamat dari bahaya api, asap, dan keadaan darurat lainnya di seluruh fasilitasnya.
MKF.7.1 Rencana tersebut meliputi pencegahan, deteksi dini, pembatasan, pengurangan dan
penyediaan jalan keluar yang aman dari fasilitas sebagai respons terhadap kebakaran dan
keadaan darurat lainnya.
MKF.7.2 Rumah sakit menguji secara berkala rencana penanganan kebakaran dan asap, termasuk
semua alat yang berkaitan dengan deteksi dini dan pemadaman, dan mendokumentasikan
hasil-hasil ujinya.
MKF.7.3 Rumah sakit menyusun dan melaksanakan rencana untuk membatasi kegiatan merokok
bagi staf dan pasien hanya di luar wilayah perawatan pasien.
Peralatan Medis
MKF.8 Rumah sakit merencanakan dan melaksanakan program untuk menginspeksi, menguji, dan memelihara
peralatan medis dan mendokumentasikan hasil-hasilnya.
MKF.8.1 Rumah sakit mengumpulkan data pemantauan untuk program pengelolaan peralatan
medis. Data tersebut digunakan untuk merencanakan kebutuhan jangka panjang rumah
sakit untuk meningkatkan atau mengganti peralatan.
MKF.8.2 Rumah sakit memiliki sistem penarikan kembali produk/peralatan.
Sistem Utilitas
MKF.9 Air minum dan listrik tersedia 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, melalui sumber biasa atau alternatif,
untuk memenuhi kebutuhan penting perawatan pasien.
MKF.9.1 Rumah sakit memiliki proses darurat untuk melindungi penghuninya jika terjadi gangguan
air atau listrik, kontaminasi, atau kerusakan.
MKF.9.2 Rumah sakit menguji sistem air dan listrik darurat secara berkala sesuai dengan sistem
tersebut dan mendokumentasikan hasil-hasilnya.
MKF.10 Listrik, air, pembuangan, ventilasi, gas medis, dan sistem utama lainnya secara berkala diinspeksi,
Pendidikan Staf
MKF.11 Rumah sakit mengedukasi dan melatih semua anggota staf mengenai peran mereka dalam penyediaan
fasilitas perawatan pasien yang aman dan efektif.
MKF.11.1 Anggota staf dilatih dan berpengalaman mengenai peran mereka dalam rencana rumah sakit
untuk menangani kebakaran, keamanan, bahan-bahan berbahaya dan keadaan darurat.
MKF.11.2 Staf dilatih untuk mengoperasikan dan menjaga peralatan medis dan sistem utilitas.
MKF.11.3 Rumah sakit melakukan uji pengetahuan staf secara berkala melalui demonstrasi, simulasi,
dan metode lainnya yang sesuai. Ujian ini kemudian didokumentasikan.
215
Manajemen
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- dan Keamanan Fasilitas
Standar MKF.1
Rumah sakit mematuhi undang-undang, peraturan, dan persyaratan inspeksi fasilitas yang relevan.
Pemimpin rumah sakit, termasuk dewan penyantun dan manajemen senior, bertanggung jawab untuk
• mengetahui undang-undang nasional dan lokal, peraturan, serta persyaratan lain mana yang berlaku bagi
fasilitas-fasilitas rumah sakit;
• menerapkan persyaratan yang berlaku atau persyaratan alternatif yang disetujui; dan
• membuat rencana dan anggaran untuk peningkatan atau penggantian yang diperlukan (seperti yang
dicatat di data pemantauan) atau untuk memenuhi persyaratan yang berlaku dan untuk menunjukkan
kemajuan sesuai rencana. (Juga lihat MKF.4.2)
Bila rumah sakit dianggap tidak memenuhi syarat, pemimpinlah yang bertanggung jawab merencanakan dan
memenuhi persyaratan tersebut dalam kurun waktu yang ditentukan.
Standar MKF.2
Rumah sakit menyusun dan mengurus rencana tertulis yang menggambarkan proses untuk mengelola risiko yang
bisa timbul bagi pasien, keluarga, pengunjung dan staf.
(MKF)
216
Manajemen
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- dan Keamanan Fasilitas
Rencana-rencana tersebut tertulis dan selalu diperbarui (up to date), dalam arti bahwa mereka mencerminkan
kondisi saat ini atau baru-baru ini dalam lingkungan rumah sakit. Terdapat suatu proses untuk menilai ulang dan
memperbaruinya.
Standar MKF.3
Perencanaan dan pelaksanaan program untuk mengelola risiko-risiko dalam lingkungan perawatan diawasi oleh
satu atau lebih individu yang memiliki kualifikasi untuk hal tersebut.
Standar MKF.3.1
Suatu program pemantauan menyediakan data insiden, cedera, dan kejadian-kejadian lain yang mendukung
perencanaan dan pengurangan risiko lebih lanjut.
Suatu panitia risiko lingkungan/fasilitas dapat dibentuk dan diberi tanggung jawab untuk mengawasi program
dan kesinambungan program, jika sesuai dengan ukuran dan kompleksitas rumah sakit.
Pemantauan semua aspek program akan menghasilkan data yang berharga untuk meningkatkan program dan
selanjutnya dapat mengurangi risiko di rumah sakit.
217
Manajemen
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- dan Keamanan Fasilitas
Standar MKF.4
Rumah sakit merencanakan dan melaksanakan suatu program untuk menciptakan lingkungan fisik yang aman
dan terlindung.
Standar MKF.4.1
Rumah sakit menginspeksi semua bangunan perawatan pasien dan memiliki rencana untuk mengurangi risiko
yang sudah jelas dan menciptakan fasilitas fisik yang aman bagi pasien, keluarga pasien, staf dan pengunjung.
Standar MKF.4.2
Rumah sakit merencanakan dan menganggarkan peningkatan atau penggantian sistem-sistem utama, bangunan,
atau komponen-komponen berdasarkan pemeriksaan fasilitas dan sesuai dengan undang-undang dan peraturan.
sangat penting selama masa konstruksi atau renovasi. Selain itu, untuk menjamin keamanan, semua staf,
pengunjung, vendor dan lain-lain dalam rumah sakit diidentifikasi dan diberi tanda pengenal sementara atau
permanen atau melalui cara identifikasi lainnya, dan semua area yang diharapkan aman, seperti tempat bayi yang
baru dilahirkan, harus aman dan terpantau.
Hal ini dapat dilaksanakan dengan menyusun Rencana Perbaikan Fasilitas (Facility Improvement Plan), yang
(MKF)
mencakup inspeksi menyeluruh terhadap fasilitas. Semuanya dicatat dari perabot rusak yang tajam yang dapat
melukai orang hingga lokasi-lokasi yang memungkinkan orang terjebak saat kebakaran atau situasi di mana tak
ada lagi area aman yang dapat terpantau. Inspeksi berkala ini didokumentasikan dan digunakan untuk
membantu merencanakan dan melaksanakan perbaikan; juga membantu dalam penyusunan anggaran perbaikan
atau penggantian fasilitas jangka panjang.
Setelah itu, dengan pemahaman atas segala risiko yang ada di fasilitas fisiknya, rumah sakit dapat menyusun
rencana proaktif untuk menekan risiko-risiko tersebut demi pasien, keluarga pasien, staf dan pengunjung.
Rencana tersebut dapat meliputi hal-hal seperti pemasangan kamera keamanan di lokasi terpencil, penggantian
218
Manajemen
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- dan Keamanan Fasilitas
generator darurat, penggantian pintu kebakaran, dan sebagainya. Rencana tersebut mencakup keselamatan dan
keamanan.
Bahan-bahan Berbahaya
Standar MKF.5
kimia, kemoterapi, bahan-bahan dan limbah radioaktif, gas dan uap berbahaya, serta limbah medis dan menular
lainnya. Program ini menyediakan proses untuk
• inventarisasi bahan-bahan dan limbah berbahaya;
• penanganan, penyimpanan, dan penggunaan bahan-bahan berbahaya;
• pelaporan dan penyelidikan tumpahan, paparan terhadap bahan/limbah berbahaya, dan insiden lainnya;
• pembuangan limbah berbahaya yang memadai;
• peralatan pelindung dan prosedur yang tepat selama penggunaan, tumpahan atau paparan;
• dokumentasi, termasuk surat izin, lisensi, atau persyaratan peraturan lainnya; dan
• pemberian label bahan-bahan dan limbah berbahaya secara tepat.
219
Manajemen
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- dan Keamanan Fasilitas
Standar MKF.6
Rumah sakit menyusun dan menjalankan rencana dan program pengelolaan keadaan darurat untuk merespons
keadaan darurat, epidemi, bencana alam dan lainnya yang mungkin terjadi di masyarakat.
Standar MKF.6.1
Rumah sakit menguji responsnya terhadap keadaan darurat, epidemik dan bencana.
kerusakan pada area perawatan pasien sebagai akibat gempa atau flu yang membuat staf tidak dapat datang bekerja.
Untuk merespons secara efektif, rumah sakit menyusun suatu rencana dan program untuk mengatasi keadaan
darurat semacam itu. Rencana tersebut menyediakan proses untuk
a) menentukan jenis, kemungkinan terjadi, dan konsekuensi bahaya, ancaman, dan kejadian;
b) menentukan peran rumah sakit dalam peristiwa semacam itu;
c) strategi komunikasi untuk kejadian-kejadian seperti itu;
(MKF)
220
Manajemen
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- dan Keamanan Fasilitas
• pengujian terhadap unsur-unsur kritis rencana tersebut dari c) hingga g) yang dilaksanakan
sepanjang tahun.
Ketika rumah sakit menghadapi bencana yang sebenarnya, menjalankan rencananya itu, dan melaksanakan
debriefing (peninjauan kembali) yang layak setelahnya, maka hal ini setara dengan uji tahunan.
Penanganan
Kebakaran
Standar MKF.7
Rumah sakit merencanakan dan melaksanakan program untuk memastikan bahwa semua penghuni
gedung selamat dari bahaya api, asap, atau keadaan darurat lainnya dalam fasilitasnya.
Standar MKF.7.1
Rencana tersebut meliputi pencegahan, deteksi dini, perubahan, pengurangan bahaya kebakaran, dan
penyediaan jalan keluar yang aman dari fasilitas sebagai respons terhadap kebakaran dan keadaan darurat
Standar
lainnya. MKF.7.2
Rumah sakit menguji secara berkala rencana penanganan kebakaran dan asap, termasuk semua alat yang
• mencegah kebakaran melalui pengurangan risiko, seperti penyimpanan dan penanganan bahan-
bahan berpotensi mudah terbakar secara aman, termasuk gas-gas medis yang mudah terbakar, seperti
oksigen;
• menangani bahaya yang terkait dengan konstruksi apa pun di atau yang berdekatan dengan
bangunan yang ditempati pasien;
• menyediakan jalan keluar yang aman dan tidak terhalangi apabila terjadi kebakaran;
• menyediakan sistem peringatan dini, deteksi dini, seperti detektor asap, alarm kebakaran, dan
patroli kebakaran (fire patrols); dan
• menyediakan mekanisme pemadaman api, seperti selang air, bahan kimia pemadam api
(chemical suppressants), atau sistem sprinkler.
221
Manajemen
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- dan Keamanan Fasilitas
Semua tindakan ini secara keseluruhan akan memberi pasien, keluarga pasien, staf dan pengunjung waktu yang
memadai untuk keluar dengan selamat dari fasilitas jika terjadi kebakaran atau asap. Tindakan-tindakan tersebut
harus efektif tanpa memandang usia, ukuran, maupun bentuk bangunannya. Sebagai contoh, sebuah rumah sakit
kecil bertingkat satu dari batu bata akan menggunakan metode yang berbeda dari rumah sakit besar bertingkat
banyak dari kayu.
Pengujian rencana dapat dicapai dalam beberapa cara. Sebagai contoh, rumah sakit dapat menunjuk “komandan
pemadam kebakaran” untuk setiap unit yang kemudian akan secara acak menanyakan kepada staf apa yang
akan mereka lakukan bila terjadi kebakaran di unit mereka. Kepada staf dapat diberikan pertanyaan-pertanyaan
spesifik, seperti, “Di mana letak katup penutup oksigen? Jika harus menutup katup oksigen, bagaimana Anda
merawat pasien yang membutuhkan oksigen? Di mana letak alat pemadam api di unit Anda? Bagaimana
melaporkan kebakaran? Bagaimana melindungi pasien jika terjadi kebakaran? Bila perlu mengevakuasi pasien,
proses apa yang harus diikuti?” Staf harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan tepat. Jika
tidak, hal ini harus didokumentasikan dan rencana untuk pendidikan ulang perlu dikembangkan. “Komandan
pemadam kebakaran” harus mencatat orang-orang yang berpartisipasi. Rumah sakit juga dapat mengadakan uji
tertulis untuk staf mengenai penanganan kebakaran sebagai bagian dari pengujian rencana.
❑ 3. Bila terdapat unit independen milik perorangan dalam fasilitas perawatan pasien yang akan disurvei,
rumah sakit memastikan bahwa unit tersebut mematuhi rencana penanganan kebakaran.
222
Manajemen
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- dan Keamanan Fasilitas
❑ 2. Staf dilatih untuk berpartisipasi dalam rencana penanganan kebakaran dan asap.
(Juga lihat MKF.11.1, EP 1)
❑ 3. Semua staf berpartisipasi dalam setidaknya satu uji rencana penanganan kebakaran dan asap tiap
tahunnya.
❑ 4. Staf dapat mendemonstrasikan bagaimana cara menyelamatkan pasien.
❑ 5. Inspeksi, pengujian dan pemeliharaan peralatan dan sistem didokumentasikan.
Standar MKF.7.3
Rumah sakit menyusun dan melaksanakan rencana untuk membatasi kegiatan merokok bagi staf dan pasien
hanya di luar wilayah perawatan pasien.
Kebijakan merokok rumah sakit menetapkan adanya pengecualian terkait pasien, misalkan adanya alasan medis atau
kejiwaan sehingga pasien diizinkan merokok, dan siapa saja yang diizinkan memberikan pengecualian tersebut. Bila
ada pengecualian tersebut, maka pasien merokok di luar wilayah perawatan, jauh dari pasien-pasien lain.
Standar MKF.8
Rumah sakit merencanakan dan melaksanakan program untuk menginspeksi, menguji, dan memelihara peralatan
medis dan mendokumentasikan hasil-hasilnya.
(MKF)
Standar MKF.8.1
Rumah sakit mengumpulkan data pemantauan untuk program pengelolaan peralatan medis. Data tersebut
digunakan untuk merencanakan kebutuhan jangka panjang rumah sakit dalam meningkatkan atau mengganti
peralatan.
223
Manajemen
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- dan Keamanan Fasilitas
Individu yang berkualifikasi menyediakan layanan tersebut. Peralatan diinspeksi dan diuji ketika masih baru dan
setelah itu secara berkesinambungan, sesuai dengan usia dan kegunaan peralatan atau berdasarkan instruksi
pabrik. Hasil inspeksi pengujian dan pemeliharaan didokumentasikan. Hal ini bertujuan untuk memastikan
kelangsungan proses pemeliharaan dan membantu pada saat rumah sakit akan merencanakan modal untuk
penggantian, peningkatan alat, atau perubahan lainnya. (Juga lihat AP.6.5, maksud dan tujuan)
Standar MKF.8.2
Rumah sakit memiliki sistem penarikan kembali produk/peralatan.
kebijakan atau prosedur yang membahas penggunaan produk atau peralatan yang ditarik dari peredaran.
Sistem Utilitas
Standar MKF.9
Air minum dan listrik tersedia 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, melalui sumber biasa atau alternatif, untuk
memenuhi kebutuhan penting perawatan pasien.
224
Manajemen
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- dan Keamanan Fasilitas
Standar MKF.9.1
Rumah sakit memiliki proses darurat untuk melindungi penghuni jika terjadi gangguan, kontaminasi, atau
kerusakan pada sistem air dan listrik.
Standar MKF.9.2
Rumah sakit menguji sistem air dan listrik darurat secara berkala sesuai dengan sistem tersebut dan
mendokumentasikan hasil-hasilnya.
225
Manajemen
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- dan Keamanan Fasilitas
Standar MKF.10
Listrik, air, pembuangan, ventilasi, gas medis, dan sistem utama lainnya secara berkala diinspeksi, dipelihara, dan,
bila perlu, ditingkatkan.
Standar MKF.10.1
Ada individu atau lembaga yang ditunjuk untuk memantau mutu air secara teratur.
Standar MKF.10.2
Rumah sakit mengumpulkan data pemantauan untuk program manajemen sistem utilitas. Data tersebut
digunakan untuk merencanakan kebutuhan jangka panjang rumah sakit dalam meningkatkan atau mengganti
sistem utilitas.
Mutu air dapat berubah mendadak akibat banyak hal, beberapa di antaranya dapat berasal dari luar rumah sakit,
seperti pemutusan jalur suplai ke rumah sakit atau kontaminasi sumber air kota. Mutu air juga merupakan faktor
penting dalam proses perawatan klinis, seperti dialisis ginjal kronis. Dengan demikian, rumah sakit menetapkan
proses untuk memantau mutu air secara berkala, termasuk pengujian biologis air yang digunakan dalam dialisis
(MKF)
ginjal kronis secara teratur. Frekuensi pemantauan sebagian didasarkan pada pengalaman sebelumnya dengan
masalah mutu air. Pemantauan dapat dilakukan oleh individu yang ditunjuk rumah sakit, seperti misalnya staf
laboratorium klinis, atau oleh badan kesehatan masyarakat atau lembaga pengendalian air di luar rumah sakit yang
dinilai kompeten untuk melakukan pengujian tersebut. Rumah sakit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
pengujian dilaksanakan sebagaimana harusnya.
Pemantauan sistem-sistem penting membantu rumah sakit mencegah timbulnya masalah dan menyediakan
informasi yang dibutuhkan ketika membuat keputusan dalam rangka peningkatan sistem dan merencanakan
peningkatan atau penggantian sistem utilitas. Data pemantauan didokumentasikan.
226
Manajemen
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- dan Keamanan Fasilitas
Pendidikan Staf
Standar MKF.11
Rumah sakit mengedukasi dan melatih semua anggota staf mengenai peran mereka dalam penyediaan fasilitas
perawatan pasien yang aman dan efektif.
Standar MKF.11.1
Anggota staf dilatih dan berpengetahuan mengenai peran mereka dalam rencana rumah sakit untuk menangani
kebakaran, keamanan, bahan-bahan berbahaya dan keadaan darurat.
Standar MKF.11.2
Staf dilatih untuk mengoperasikan dan menjaga peralatan medis dan sistem utilitas.
Standar MKF.11.3
Rumah sakit melakukan uji pengetahuan staf secara berkala melalui demonstrasi, simulasi, dan metode lainnya
yang sesuai. Ujian ini kemudian didokumentasikan.
Tiap rumah sakit harus memutuskan jenis dan tingkat pelatihan bagi stafnya, kemudian melaksanakan dan
mendokumentasikan program pelatihan dan edukasi ini. Program tersebut dapat berupa edukasi per kelompok,
materi edukasi dalam bentuk cetakan, orientasi bagi staf baru, atau mekanisme lainnya yang memenuhi kebu-
tuhan rumah sakit. Program tersebut meliputi instruksi mengenai proses pelaporan potensi risiko, pelaporan
insiden dan cedera, serta penanganan bahan-bahan berbahaya dan bahan-bahan lainnya yang berisiko bagi diri
mereka sendiri dan orang lain.
Staf yang bertanggung jawab untuk kegiatan kerja dan pemeliharaan peralatan medis menerima pelatihan khusus.
227
Manajemen
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- dan Keamanan Fasilitas
Pelatihan tersebut dapat berasal dari rumah sakit, dari produsen peralatan, atau sumber lain yang memiliki
pengetahuan.
Rumah sakit merencanakan program yang dirancang untuk menguji pengetahuan staf akan kedaruratan secara
berkala, termasuk prosedur penanganan kebakaran, respons terhadap bahaya, seperti tumpahan bahan berbahaya;
dan penggunaan peralatan medis yang berisiko bagi pasien dan staf. Pengetahuan dapat diuji melalui berbagai cara,
misalnya demonstrasi individu atau kelompok; pengadaan simulasi kejadian seperti epidemi di masyarakat;
penggunaan ujian tertulis atau komputer; atau cara-cara lain yang sesuai dengan pengetahuan yang diuji. Rumah
sakit mendokumentasikan siapa yang diuji dan hasil-hasil pengujian.
228
Manajemen
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- dan Keamanan Fasilitas
229
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Staf
Pendidikan
(KPS)
dan
Kualifikasi
230
li sidan Pend di kan
Kua fika i S at f KPS
( )
(KPS)
Gambaran Umum
Untuk mencapai misi dan memenuhi kebutuhan pasien, suatu rumah sakit membutuhkan orang-orang yang Staf
terampil dan memenuhi syarat. Pemimpin rumah sakit bekerja sama untuk menentukan jumlah dan jenis
staf yang dibutuhkan berdasarkan rekomendasi kepala departemen dan kepala layanan.
Perekrutan, evaluasi, dan penunjukan staf paling baik dilakukan melalui proses yang terkoordinasi, efisie, dan
seragam. Dokumentasi keterampilan, pengetahuan, pendidikan, dan pengalaman kerja sebelumnya dari pelamar
juga penting dilakukan. Pemeriksaan kredensial staf medis dan keperawatan merupakan hal yang sangat penting
dan harus dilakukan secara berhati-hati mengingat mereka terlibat dalam proses-proses perawatan klinis dan
bekerja secara langsung dengan pasien.
Rumah sakit harus menyediakan kesempatan pada staf untuk belajar dan berkembang secara pribadi dan
profesional. Dengan demikian, pelatihan internal untuk pekerjaan dan kesempatan-kesempatan belajar lainnya
harus ditawarkan kepada staf.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan persyarat-
an, maksud dan tujuan, atau elemen penilaiannya. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini, dapat
dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Maksud dan Tujuan, serta Elemen
Penilaian. KPS.1 Pemimpin rumah sakit menetapkan persyaratan pendidikan, keterampilan, pengetahuan,
dan persya-
ratan lainnya bagi anggota staf.
KPS.1.1 Tanggung jawab tiap anggota staf didefinisikan dalam deskripsi jabatan yang berlaku.
KPS.2 Pemimpin rumah sakit menyusun dan melaksanakan proses-proses untuk merekrut, mengevaluasi, dan
menunjuk staf serta prosedur-prosedur terkait lainnya yang diidentifikasi oleh rumah sakit.
KPS.3 Rumah sakit menggunakan proses yang sudah ditetapkan untuk memastikan bahwa pengetahuan dan
keterampilan staf klinis sesuai dengan kebutuhan pasien.
KPS.4 Rumah sakit menggunakan proses yang sudah ditetapkan untuk memastikan bahwa pengetahuan
dan keterampilan staf nonklinis sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dan persyaratan untuk posisi
tersebut.
KPS.5 Terdapat informasi kepegawaian yang terdokumentasi untuk setiap anggota staf.
KPS.6 Rencana susunan kepegawaian bagi rumah sakit, yang disusun secara kolaboratif oleh pemimpin,
mengidentifikasikan jumlah, tipe, dan kualifikasi staf yang diinginkan.
231
2 31
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Kualifikasi dan Pendidikan Staf
KPS.6.1 Rencana susunan kepegawaian dinilai ulang secara berkelanjutan dan diperbarui
Kualifikasi dan Pendidikan Staf
sesuai kebutuhan.
unit di mana mereka ditugaskan dan mengenai tanggung jawab pekerjaan spesifik mereka
pada saat penunjukan.
KPS.8 Tiap anggota staf menerima pelatihan internal (in-service education/training) serta
pendidikan dan pelatihan lain yang berkelanjutan untuk menyokong dan meningkatkan
keterampilan dan pengetahuannya.
KPS.8.1 Anggota staf yang menyediakan perawatan pasien dan staf lainnya yang diidentifikasi
rumah sakit dilatih dan dapat mendemonstrasikan melakukan teknik yang tepat.
KPS.8.2 Rumah sakit menyediakan fasilitas dan waktu bagi pendidikan dan pelatihan staf.
KPS.8.3 Pendidikan profesional kesehatan, ketika disediakan rumah sakit, dipandu oleh
parameter- parameter pendidikan yang ditetapkan oleh program sponsor akademis.
Staf Medis
Penentuan Keanggotaan Staf Medis
KPS.9 Rumah sakit memiliki proses efektif untuk mengumpulkan, memverifikasi, dan mengevaluasi
kredensial (lisensi, pendidikan, pelatihan, kompetensi, dan pengalaman) staf medis yang
diizinkan untuk memberikan perawatan pasien tanpa pengawasan.
Staf Keperawatan
KPS.12 Rumah sakit memiliki proses yang efektif untuk mengumpulkan, memverifikasi dan mengevaluasi
kredensial staf keperawatan (lisensi, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja).
232
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Kualifikasi dan Pendidikan Staf
KPS.13 Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk menentukan tanggung jawab pekerjaan dan untuk
KPS.14 Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk menentukan partisipasi staf keperawatan dalam
kegiatan-kegiatan perbaikan mutu rumah sakit, termasuk evaluasi kinerja individu jika diperlukan.
(KPS)
Praktisi Perawatan Kesehatan Lainnya
KPS.15 Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk mengumpulkan, memverifikasi, dan mengevaluasi
kredensial anggota staf profesional lainnya (lisensi, pendidikan, pelatihan dan pengalaman).
KPS.16 Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk mengidentifikasi tanggung jawab pekerjaan dan untuk
membuat penugasan klinis berdasarkan kredensial anggota staf medis profesional dan persyaratan
menurut peraturan.
KPS.17 Rumah sakit memiliki proses yang efektif untuk partisipasi anggota staf profesional kesehatan lain
dalam kegiatan-kegiatan perbaikan mutu rumah sakit.
233
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Kualifikasi dan Pendidikan Staf
Penilaian
Perencanaa
(KPS)
Standar KPS.1
Pemimpin rumah sakit menetapkan persyaratan pendidikan, keterampilan, pengetahuan, dan persyaratan
lainnya bagi anggota staf.
kepegawaian
Maksud dan untukTujuan
memenuhi kebutuhan pasien. Pemimpin menggunakan faktor-faktor berikut untuk
KPS.1
memproyeksikan kebutuhan susunan kepegawaian:
• Misi rumah sakit
• Pasien yang dilayani oleh rumah sakit dan kompleksitas serta kepelikan kebutuhan mereka
• Pelayanan yang disediakan rumah sakit
• Teknologi yang digunakan dalam perawatan pasien.
Rumah sakit mematuhi undang-undang dan peraturan yang mengatur tingkat pendidikan, keterampilan,
atau persyaratan lainnya yang dibutuhkan dari tiap anggota staf atau yang mengatur jumlah atau bauran staf
rumah sakit. Pemimpin menggunakan misi rumah sakit dan kebutuhan pasien di samping persyaratan
undang-undang dan peraturan.
Standar KPS.1.1
Tanggung jawab tiap anggota staf didefinisikan dalam deskripsi jabatan yang berlaku.
yang harus di bawah pengawasan. Deskripsi program dapat berfungsi sebagai uraian tugas dalam
Apabila suatu rumah sakit menggunakan uraian tugas nasional atau generik (misalnya, deskripsi jabatan
(KPS)
untuk seorang “perawat”), penting untuk memperluas uraian tugas ini dengan tanggung jawab pekerjaan
yang spesifik untuk jenis-jenis perawat (misalnya, antara lain perawat ICU, perawat anak, atau perawat
kamar operasi).
Bagi mereka yang diizinkan oleh undang-undang dan rumah sakit untuk berpraktik secara mandiri, terdapat
suatu proses untuk menentukan dan memberi kuasa individu tersebut untuk berpraktik berdasarkan
pendidikan, pelatihan dan pengalaman. Proses ini diidentifikasi dalam KPS.9 untuk anggota staf medis dan
dalam KPS.12 untuk anggota staf keperawatan.
Persyaratan untuk standar ini berlaku bagi semua jenis “staf” yang membutuhkan uraian tugas (misalnya, staf full-
time, paruh waktu atau part-time, pegawai, sukarela, atau sementara).
Standar KPS.2
Pemimpin rumah sakit menyusun dan melaksanakan proses-proses untuk merekrut, mengevaluasi, dan menunjuk
staf serta prosedur-prosedur yang terkait lainnya yang diidentifikasi oleh rumah sakit.
Apabila proses tersebut tidak terpusat, maka kriteria, proses dan formulir yang sama menghasilkan suatu proses
yang seragam di seluruh rumah sakit. Para kepala departemen dan bagian berpartisipasi dengan merekomendasikan
jumlah dan kualifikasi staf yang dibutuhkan untuk menyediakan pelayanan klinis bagi pasien, serta jabatan-jabatan
pendukung non-klinis. Selain itu mereka juga merekomendasikan berapa staf yang dibutuhkan untuk memenuhi
tanggung
jawab pendidikan dan tanggung jawab lainnya yang berhubungan dengan departemen. Kepala-kepala
departemen dan layanan juga membantu membuat keputusan mengenai individu-individu yang akan diangkat
sebagai staf. Dengan demikian, standar-standar dalam bab ini melengkapi standar-standar Tata kelola,
Kepemimpinan, dan Arah (Governance, Leadership, and Direction) yang menjelaskan tanggung jawab seorang
kepala departemen atau layanan.
Standar KPS.3
Rumah sakit menggunakan proses yang sudah ditetapkan untuk memastikan bahwa pengetahuan dan
(KPS)
Untuk staf profesional kesehatan rumah sakit yang tidak berpraktik sesuai uraian tugas, proses tersebut
diidentifikasi dalam KPS.9 hingga KPS.11.
Evaluasi yang berkesinambungan memastikan bahwa pelatihan dilaksanakan jika diperlukan dan bahwa staf
mampu untuk memikul tangung jawab baru atau tanggung jawab yang baru diubah. Meskipun evaluasi
semacam itu lebih baik dilaksanakan secara terus-menerus, terdapat setidaknya satu evaluasi yang
didokumentasikan untuk tiap staf klinis yang bekerja sesuai uraian tugas tiap tahun. (Evaluasi untuk yang
diizinkan bekerja secara mandiri dapat ditemukan di KPS.11).
Standar KPS.4
Rumah sakit menggunakan proses yang sudah ditetapkan untuk memastikan bahwa pengetahuan dan
keterampilan staf nonklinis sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dan persyaratan untuk posisi tersebut.
memberikan orientasi untuk posisi tersebut dan memastikan bahwa pegawai dapat memenuhi tanggung jawab
(KPS)
AP.6.3, EP 2 dan 3).
❑ 2. Staf nonklinis baru dievaluasi pada saat mereka memulai tanggung jawab pekerjaan mereka.
❑ 3. Departemen atau bagian di mana individu ditugaskan melaksanakan evaluasi tersebut.
❑ 4. Rumah sakit menetapkan frekuensi evaluasi staf yang sedang berlangsung.
❑ 5. Terdapat setidaknya satu atau lebih evaluasi yang didokumentasikan untuk anggota staf nonklinis setiap
tahun seperti yang ditetapkan oleh rumah sakit.
Standar KPS.5
Terdapat informasi kepegawaian yang terdokumentasi untuk setiap anggota staf.
Standar KPS.6
Rencana susunan kepegawaian bagi rumah sakit, yang disusun secara kolaboratif oleh pemimpin, mengidentifi-
kasikan jumlah, tipe, dan kualifikasi staf yang diinginkan.
Standar KPS.6.1
Rencana susunan kepegawaian dinilai ulang secara berkelanjutan dan diperbarui sesuai kebutuhan.
237
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Kualifikasi dan Pendidikan Staf
pengetahuan dan persyaratan lainnya yang dibutuhkan di tiap departemen dan bagian. Rencana tersebut
Kualifikasi dan Pendidikan Staf
membahas
• alih fungsi staf dari satu departemen atau bagian ke departemen atau bagian lain dalam
menanggapi perubahan kebutuhan pasien atau kekurangan staf;
• pertimbangan terhadap permintaan staf untuk alih tugas berdasarkan nilai-nilai budaya atau agama
dan kepercayaan;
(KPS)
• kebijakan dan prosedur untuk mengalihkan tanggung jawab dari satu orang ke yang lain (misalnya
dari seorang dokter ke seorang perawat) apabila tanggung jawab tersebut akan berada di luar area
tanggung jawab normal individu tersebut.
Kepegawaian yang terencana dan terlaksana, dipantau secara berkelanjutan, dan rencana tersebut diperbarui
sesuai kebutuhan. Ketika dipantau pada tingkat departemen atau bagian, terdapat suatu proses kolaboratif bagi
para pemimpin rumah sakit untuk memperbarui rencana secara keseluruhan.
❑ 1. Terdapat
Elemen rencanaKPS.6
Penilaian tertulis untuk kepegawaian rumah sakit.
❑ 2. Para pemimpin menyusun rencana tersebut secara kolaboratif.
❑ 3. Jumlah, tipe, dan kualifikasi staf yang diinginkan diidentifikasi di dalam rencana tersebut dengan
menggunakan metode kepegawaian yang diakui. (Juga lihat AP.6.3, EP 5)
❑ 4. Rencana tersebut membahas penugasan dan alih fungsi staf.
❑ 5. Rencana tersebut membahas pengalihan tanggung jawab dari satu orang ke yang lain.
Orientasi dan
Pendidikan
Standar KPS.7
Semua anggota staf klinis dan nonklinis diberikan orientasi mengenai rumah sakit, departemen atau unit di
mana
mereka ditugaskan dan mengenai tanggung jawab pekerjaan spesifik mereka pada saat penunjukan.
Karyawan kontrak, relawan, dan mahasiswa/tenaga magang juga diberi orientasi mengenai rumah sakit dan
tugas- tugas atau tanggung jawab khusus mereka, seperti keselamatan pasien serta pencegahan dan pengendalian
infeksi.
❑ 2. Pekerja kontrak menerima orientasi mengenai rumah sakit, departemen atau unit di mana mereka
ditugaskan, mengenai tanggung jawab pekerjaan mereka serta tugas-tugas spesifik.
(KPS)
Standar KPS.8
Tiap anggota staf menerima pelatihan internal serta pendidikan dan pelatihan lain yang berkelanjutan
untuk menyokong atau meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya.
Untuk mempertahankan tingkat kinerja staf yang dapat diterima, mengajarkan keterampilan baru, dan
menyedia- kan pelatihan untuk pemakaian peralatan dan prosedur baru, rumah sakit menyediakan atau
mengatur fasilitas, tenaga pengajar, dan waktu untuk serta bentuk edukasi lainnya. Edukasi ini relevan bagi tiap
anggota staf dan
juga bagi kemajuan rumah sakit dalam memenuhi kebutuhan pasien secara berkesinambungan. Sebagai
contoh, anggota staf medis dapat menerima edukasi tentang pencegahan dan pengendalian infeksi,
perkembangan-per- kembangan dalam praktik medis, atau teknologi baru. Prestasi tiap anggota staf dalam
pelatihan didokumentasi- kan dalam catatan personalia.
Di samping itu, tiap rumah sakit menyusun dan menerapkan suatu program kesehatan dan keselamatan staf
yang sesuai untuk kebutuhan kesehatan staf dan pertimbangan keselamatan rumah sakit dan staf.
Standar KPS.8.1
Anggota staf yang menyediakan perawatan pasien dan staf lainnya yang diidentifikasi rumah sakit dilatih dan
dapat mendemonstrasikan kompentesi melakukan teknik resusitasi yang tepat.
Tingkat pelatihan yang sesuai bagi mereka yang diidentifikasi diulang berdasarkan persyaratan dan/atau jangka
waktu yang diidentifikasi oleh program pelatihan yang diakui, atau setiap dua tahun jika tidak menggunakan
program pelatihan yang diakui. Ada bukti yang menunjukkan bahwa tiap anggota staf yang menghadiri
pelatihan benar-benar mencapai tingkat kompetensi yang diinginkan.
(KPS)
Standar
KPS.8.2
Rumah sakit menyediakan fasilitas dan waktu bagi pendidikan dan pelatihan
staf.
Pendidikan dan pelatihan dapat dilaksanakan di suatu lokasi terpusat atau di beberapa lokasi pembelajaran
dan pengembangan keterampilan yang lebih kecil di seluruh fasilitas. Pendidikan tersebut dapat diberikan
sekaligus untuk semua staf maupun dibagi menjadi beberapa sesi bagi staf secara bergiliran menurut waktu
kerja mereka untuk meminimalkan dampak pada kegiatan mereka merawat pasien.
Elemen Penilaian
KPS.8.2
❑ 1. Rumah sakit menyediakan fasilitas dan peralatan untuk pelatihan internal (in-service
education/training)
❑ 2. Rumah sakit menyediakan waktu yang adekuat bagi semua staf agar memiliki peluang untuk
pendidikan
dan pelatihan.
Standar
KPS.8.3
Pendidikan profesional kesehatan, ketika disediakan rumah sakit, dipandu oleh parameter-parameter
pendidikan yang ditetapkan oleh program sponsor akademis.
(KPS)
❑ 1.Rumah sakit menyediakan suatu mekanisme untuk pengawasan program pelatihan.
❑ 2.Rumah sakit memperoleh dan menerima parameter-parameter program sponsor akademik.
❑ 3.Rumah sakit memiliki catatan lengkap mengenai semua tenaga magang dalam rumah sakit.
❑ 4.Rumah sakit memiliki dokumentasi mengenai status pendaftaran, lisensi dan sertifikasi yang diperoleh
dan klasifikasi akademik tenaga magang.
❑ 5. Rumah sakit memahami dan menyediakan tingkat pengawasan yang diperlukan untuk tiap jenis dan
tingkat tenaga magang.
❑ 6. Rumah sakit mengintegrasikan tenaga magang ke dalam program orientasi, mutu, keselamatan pasien,
pencegahan dan pengendalian infeksi, serta program-program lainnya.
Standar KPS.8.4
Rumah sakit menyediakan suatu program kesehatan dan keselamatan staf.
Suatu program kesehatan dan keselamatan staf dapat ditemukan dalam rumah sakit atau diintegrasikan ke
dalam program-program eksternal. Tanpa memandang susunan kepegawaian dan struktur program, semua staf
harus memahami bagaimana cara mereka melaporkan, cara mereka dirawat, dan cara mereka menerima
konseling
dan tindak lanjut untuk cedera seperti tertusuk jarum (suntik), paparan terhadap penyakit menular,
memahami identifikasi risiko dan kondisi yang berbahaya dalam fasilitas serta masalah-masalah kesehatan dan
keselamatan lainnya. Program tersebut juga dapat menyediakan pemeriksaan kesehatan pada awal bekerja,
imunisasi dan pemeriksaan preventif secara berkala, pengobatan untuk kondisi-kondisi umum yang
berhubungan dengan pekerjaan, seperti cedera punggung, atau cedera yang lebih mendesak.
Desain program tersebut menampung masukan staf dan sumber daya klinis rumah sakit serta masyarakat.
Staf
Kualifikasi dan Pendidikan Staf
Medis
Penentuan Keanggotaan Staf
Medis
(KPS)
Standar KPS.9
Rumah sakit memiliki proses efektif untuk mengumpulkan, memverifikasi, dan mengevaluasi kredensial
(lisensi, pendidikan, pelatihan, kompetensi, dan pengalaman) staf medis yang diizinkan untuk memberikan
perawatan pasien tanpa pengawasan.
Standar KPS.9.1
Kepemimpinan membuat keputusan berdasarkan informasi dalam memperbarui izin bagi setiap anggota
Maksud dan Tujuan KPS.9 dan KPS.9.1
staf medis untuk melanjutkan penyediaan layanan perawatan pasien minimal setiap tiga tahun.
Definisi staf medis meliputi semua dokter, dokter gigi, dan profesional lainnya yang memiliki izin untuk ber-
praktik secara mandiri (tanpa pengawasan) dan yang menyediakan pelayanan preventif, kuratif, restoratif,
bedah, rehabilitatif, pelayanan medis lainnya atau yang berhubungan dengan gigi bagi pasien, atau yang
menye-diakan pelayanan interpretasi bagi pasien, seperti patologi, radiologi, atau layanan laboratorium, tanpa
melihat klasifikasi rumah sakit dalam pengangkatan, status kepegawaian, kontrak, atau pengaturan lainnya
dengan indi-vidu yang menyediakan layanan perawatan pasien itu. Orang-orang ini adalah yang paling
bertanggung jawab untuk perawatan pasien dan hasilnya. Dengan demikian, rumah sakit memikul tingkat
akuntabilitas tertinggi untuk memastikan tiap praktisi memenuhi syarat untuk menyediakan perawatan dan
pengobatan yang aman dan efektif bagi pasien.
Rumah sakit perlu berupaya memverifikasi informasi penting, bahkan jika pendidikan tersebut dilaksanakan
di negara lain dan sudah berlangsung cukup lama di masa lampau. Media yang bisa digunakan untuk
memverifikasi antara lain situs Web yang aman, konfirmasi lewat telepon dari sumber yang didokumentasikan,
konfirmasi tertulis, serta pihak ketiga seperti badan pemerintah maupun nonpemerintah resmi.
Ketiga situasi berikut merupakan pengganti yang dapat diterima bagi verifikasi sumber utama kredensial oleh
rumah sakit:
1. Berlaku bagi semua rumah sakit yang diawasi secara langsung oleh badan-badan pemerintah, adanya
proses verifikasi oleh pemerintah, didukung dengan ketersediaan peraturan pemerintah yang
transparan mengenai verifikasi sumber utama, ditambah dengan lisensi pemerintah dan pemberian
status khusus (misalnya, konsultan, spesialis, dan lain-lain) yang dapat diterima.
2. Berlaku bagi semua rumah sakit, adanya rumah sakit afiliasi yang telah melakukan verifikasi sumber
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Kualifikasi dan Pendidikan Staf
utama calon, verifikasi tersebut dapat diterima selama rumah sakit afiliasi tersebut memiliki
akreditasi Joint Commission International (JCI) dengan “full compliance” pada proses verifikasinya
3. Berlaku bagi semua rumah sakit, adanya bukti kredensial yang telah diverifikasi oleh pihak ketiga yang
independen, misalnya oleh instansi pemerintah atau nonpemerintah, selama syarat berikut terpenuhi:
Setiap rumah sakit yang mendasarkan keputusannya sebagian pada informasi dari suatu instansi peme-
(KPS)
rintah atau nonpemerintah resmi, harus memiliki keyakinan terhadap kelengkapan, akurasi, dan kete-
patan waktu informasi tersebut. Untuk mencapai tingkat keyakinan akan informasi tersebut, rumah
sakit tersebut harus mengevaluasi instansi yang menyediakan informasi tersebut pada awalnya dan
selanjutnya secara berkala. Prinsip-prinsip yang mengatur evaluasi semacam itu meliputi hal-hal
berikut:
• Instansi tersebut memberitahukan kepada pengguna data dan informasi, data dan informasi apa
saja yang dapat disediakan.
pengumpulan,
• Instansi tersebut informasi dan perkembangan,
menyediakan serta pengguna
dokumentasi bagi verifikasi data
yangdilaksanakan.
mendekripsikan proses
• Pengguna dan instansi tersebut menyetujui format untuk pengiriman informasi kredensial
individu dari instansi tersebut.
• Pengguna dapat dengan mudah memahami informasi mana, yang dikirimkan oleh instansi
tersebut, yang berasal dari sumber utama dan yang mana yang bukan.
• Apabila instansi tersebut mengirimkan informasi yang kedaluwarsa setelah jangka waktu tertentu,
badan tersebut menyediakan tanggal kapan informasi tersebut terakhir diperbarui dari sumber
utama.
• Instansi tersebut menyatakan bahwa informasi yang dikirimkan kepada pengguna
merupakan informasi yang akurat.
• Pengguna dapat memahami apakah informasi yang dikirimkan oleh instansi tersebut yang
dinyatakan dari suatu sumber utama merupakan informasi sumber utama seluruhnya yang
dimiliki instansi tersebut dan, jika tidak, di mana informasi tambahan dapat diperoleh.
• Jika perlu, pengguna dapat menggunakan proses-proses pengendalian mutu instansi tersebut
untuk mengatasi keraguan akan kesalahan pengiriman, ketidakkonsistenan, atau masalah-masalah
data lainnya yang dapat diidentifikasi dari waktu ke waktu.
• Pengguna memiliki suatu rencana formal dengan instansi tersebut untuk menyampaikan
setiap perubahan dalam informasi kredensial.
Kepatuhan pada standar-standar mewajibkan verifikasi kredensial individu berasal dari sumber utama.
Untuk memenuhi persyaratan ini, verifikasi sumber utama diperlukan untuk semua praktisi baru dimulai
sejak empat bulan sebelum survei akreditasi awal. Semua praktisi lainnya harus memiliki verifikasi sumber
utama pada saat survei akreditasi tiga tahunan rumah sakit.
Hal ini dicapai selama periode tiga tahun, berdasarkan suatu rencana yang memprioritaskan verifikasi kredential
praktisi aktif penyedia layanan risiko tinggi.
Catatan: Persyaratan ini hanya merujuk kepada “verifikasi” kredensial. Kredensial semua praktisi medis
dikumpul- kan dan ditinjau, dan hak-hak mereka diberikan. Tidak ada tahap-tahap dalam proses ini. (Juga lihat
KPS.9 EP 3)
Apabila verifikasi tidak memungkinkan, seperti misalnya arsip hilang akibat bencana, hal ini
didokumentasikan. Rumah sakit mengumpulkan dan memelihara suatu berkas kredensial tiap praktisi. Proses
tersebut berlaku bagi semua jenis dan tingkat staf (pegawai tetap, honorer, kontrak, serta yang berasal dari
komunitas).
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Kualifikasi dan Pendidikan Staf
tahun sekali untuk memastikan bahwa anggota staf medis masih memiliki lisensi praktik, tidak sedang
Kualifikasi dan Pendidikan Staf
mendapat tindakan disipliner dari instansi perizinan dan sertifikasi, memiliki dokumentasi yang memadai untuk
mencari hak istimewa (privilege) atau tugas baru atau lebih luas dalam rumah sakit, dan mampu secara fisik dan
mental untuk menyediakan perawatan dan pengobatan pasien tanpa pengawasan. Kebijakan rumah sakit
menentukan individu tersebut atau mekanisme yang bertanggung jawab untuk pemeriksaan ini, kriteria yang
dipakai untuk membuat keputusan, dan bagaimana keputusan tersebut akan didokumentasikan.
(KPS)
Staf
Medis
Penugasan Hak Istimewa Klinis (Clinical
Privileges)
Standar KPS.10
Rumah sakit memiliki tujuan dan prosedur berbasis bukti yang terstandar untuk mengesahkan semua anggota
staf medis untuk menerima dan pasien serta untuk memberikan pelayanan klinis lainnya yang konsisten
dengan kualifikasi mereka.
dalam menentukan hak istimewa. Apabila tersedia, surat-surat dari tempat-tempat praktik
(KPS)
terminal. b. Pengetahuan medis/klinis—akan bidang biomedis, klinis dan ilmu sosial yang ada dan
berkembang
serta aplikasi pengetahuan tersebut pada perawatan pasien dan menyalurkan ilmu kepada orang
lain. c. Pembelajaran dan perbaikan berbasis praktik—dengan menggunakan bukti dan metode
ilmiah
untuk menyelidiki, mengevaluasi dan memperbaiki praktik-praktik perawatan pasien.
d. Keterampilan interpersonal dan komunikasi—yang memungkinkan mereka untuk membangun
etis,
danpemahaman dan kepekaan
mempertahankan hubunganterhadap keragaman,
profesional dengansikap bertanggung
pasien, jawab dan
keluarga pasien, terhadap pasien,
anggota-anggota
profesi mereka, dan masyarakat.
f. Praktik berbasis sistem—melalui pemahaman konteks dan sistem di mana pelayanan
kesehatan disediakan.
Terdapat suatu sasaran standar dan prosedur berbasis bukti untuk mengubah semua informasi ini menjadi
suatu keputusan mengenai hak-hak istimewa untuk seorang praktisi. Prosedur tersebut didokumentasikan
dalam kebijakan dan dilaksanakan. Pemimpin staf medis dapat menunjukkan bagaimana prosedur tersebut
efektif baik pada proses pengangkatan staf awal maupun pada proses kesepakatan ulang.
Hak-hak istimewa klinis, setelah ditetapkan atau ditetapkan ulang, tersedia dalam bentuk hard copy,
elektronik, atau metode lain bagi individu. Hak-hak ini juga tersedia di berbagai lokasi (misalnya, ruang
operasi, departemen gawat darurat) dalam rumah sakit di mana anggota staf medis tersebut bekerja. Informasi
ini akan membantu memastikan bahwa anggota staf medis berpraktik dalam batas-batas kompetensi dan hak-
hak istimewa yang diperbolehkan. Informasi tersebut diperbarui secara berkala.
Staf
Medis
Pemantauan dan Evaluasi Anggota Staf Medis Yang
Berkesinambungan
Standar KPS.11
Rumah sakit menggunakan proses standar yang berkesinambungan untuk mengevaluasi mutu dan keselamatan
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Kualifikasi dan Pendidikan Staf
Pemeriksaan tersebut memungkinkan rumah sakit untuk menentukan tren praktik profesional yang
mempengaruhi mutu perawatan dan keselamatan pasien. Kriteria yang digunakan dalam evaluasi praktik profesional
yang terus-menerus meliputi, tetapi tidak terbatas pada, sebagai berikut:
• Pemeriksaan prosedur operatif dan klinis lainnya yang dilakukan dan hasil-hasilnya
• Pola penggunaan darah dan farmasi
• Permintaan-permintaan tes dan prosedur
• Pola lamanya perawatan
• Data morbiditas dan mortalitas
• Penggunaan konsultasi dan spesialis oleh praktisi
• Kriteria lainnya yang relevan sebagaimana ditetapkan oleh rumah sakit
Penilaian kegiatan staf medis senior dan kepala departemen dilakukan oleh badan berwenang internal
atau eksternal yang sesuai.
Proses evaluasi praktik profesional yang terus-menerus dilakukan bersifat objektif dan berbasis pada bukti.
Hasil penilaian ulang bisa berupa tidak ada perubahan dalam tanggung jawab anggota staf medis, perluasan
tanggung jawab, pembatasan tanggung jawab, masa konseling dan pengawasan atau tindakan lain yang sesuai.
Pada suatu waktu dalam setahun, apabila ditemukan bukti kinerja yang diragukan atau tidak baik, dilakukan
pemeriksaan dan diambil tindakan-tindakan yang tepat. Hasil pemeriksaan, tindakan yang diambil, dan
dampak pada hak-hak istimewa didokumentasikan dalam kredensial anggota staf medis atau berkas lainnya.
Staf
Standar KPS.12
(KPS)
Rumah sakit memiliki proses yang efektif untuk mengumpulkan, memverifikasi dan mengevaluasi kredensial staf
keperawatan (izin praktik, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja).
Rumah sakit perlu berusaha memverifikasi informasi penting, bahkan jika pendidikan tersebut dilaksanakan di
negara lain dan sudah berlangsung cukup lama di masa lampau. Media yang bisa digunakan untuk
memverifikasi antara lain situs Web yang aman, konfirmasi lewat telepon dari sumber yang didokumentasikan,
konfirmasi tertulis, serta pihak ketiga seperti badan pemerintah maupun nonpemerintah resmi.
Situasi-situasi yang dijabarkan untuk staf medis dalam maksud dan tujuan KPS.9 dipertimbangkan
sebagai pengganti yang dapat diterima bagi suatu rumah sakit yang melakukan verifikasi sumber utama
kredensial perawat.
Apabila verifikasi tidak memungkinkan, seperti misalnya arsip hilang akibat bencana, hal ini didokumentasikan.
Rumah sakit memiliki suatu proses yang memastikan bahwa kredensial setiap perawat kontrak juga telah dikum-
pulkan, diverifikasi, dan diperiksa untuk memastikan kompetensi klinis saat sebelum penugasan.
247
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Kualifikasi dan Pendidikan Staf
Rumah sakit mengumpulkan dan menyimpan berkas kredensial perawat. Berkas tersebut memuat lisensi yang
Kualifikasi dan Pendidikan Staf
masih berlaku jika peraturan mewajibkan perbaruan secara berkala. Terdapat dokumentasi tentang pelatihan
yang berkaitan dengan kompetensi tambahan.
perawatan.
❑ 2. Izin praktik, pendidikan, pelatihan dan pengalaman didokumentasikan.
❑ 3. Informasi tersebut diverifikasi dari sumber orisinal berdasarkan parameter-parameter yang ditemukan
dalam maksud dan tujuan KPS.9.
❑ 4. Terdapat suatu catatan yang dibuat mengenai kredensial setiap anggota staf keperawatan.
❑ 5. Rumah sakit memiliki suatu proses untuk memastikan bahwa kredensial perawat kontrak sah dan
lengkap sebelum penugasan.
❑ 6. Rumah sakit memiliki suatu proses untuk memastikan bahwa perawat yang bukan pegawai rumah
sakit, tetapi bekerja bersama dokter swasta dan memberikan pelayanan kepada pasien rumah sakit
memiliki kredensial yang sah.
Standar KPS.13
Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk menentukan tanggung jawab pekerjaan dan untuk
membuat penugasan pekerjaan klinis berdasarkan kredensial anggota staf keperawatan dan persyaratan
peraturan.
Standar KPS.14
Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk menentukan partisipasi staf keperawatan dalam kegiatan-
kegiatan perbaikan mutu rumah sakit, termasuk evaluasi kinerja individu jika diperlukan.
perbaikan mutu.
❑ 3. Informasi yang sesuai dari proses penilaian ulang didokumentasikan dalam kredensial perawat atau berkas
(KPS)
Lainnya
Standar KPS.15
Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk mengumpulkan, memverifikasi, dan mengevaluasi kredensial
anggota staf profesional lainnya (lisensi, pendidikan, pelatihan dan pengalaman).
Untuk para profesional kesehatan lain tersebut, yang diizinkan untuk bekerja atau berpraktik di rumah sakit,
rumah sakit bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan memverifikasi kredensial mereka. Rumah sakit
harus memastikan bahwa staf profesional kesehatan lainnya itu memenuhi syarat untuk memberikan perawatan
dan pengobatan dan harus menentukan jenis perawatan dan pengobatan yang diizinkan untuk mereka berikan,
jika tidak diidentifikasi dalam undang-undang atau peraturan. Rumah sakit memastikan bahwa para
profesional kese- hatan lainnya itu memenuhi syarat untuk memberikan perawatan yang aman dan efektif
untuk pasien dengan cara
• memahami undang-undang dan peraturan yang berlaku bagi praktisi semacam itu;
• mengumpulkan semua kredensial yang tersedia mengenai setiap individu, termasuk setidaknya bukti
pendidikan dan pelatihan, bukti lisensi atau sertifikat yang masih berlaku jika diperlukan;
dan
• verifikasi informasi penting, seperti pendaftaran, lisensi atau sertifikat yang masih berlaku.
Rumah sakit perlu melakukan segala upaya utuk memverifikasi informasi penting yang relevan bagi tanggung jawab
setiap individu, bahkan jika pendidikan tersebut dilaksanakan di negara lain dan sudah berlangsung cukup lama di
masa lampau. Media yang bisa digunakan untuk memverifikasi antara lain situs Web yang aman, konfirmasi
lewat telepon dari sumber yang didokumentasikan, konfirmasi tertulis, serta pihak ketiga seperti badan
pemerintah maupun nonpemerintah resmi.
Situasi-situasi yang dijabarkan untuk staf medis dalam maksud dan tujuan KPS.9 dianggap sebagai
pengganti yang dapat diterima bagi suatu rumah sakit yang melakukan verifikasi sumber utama kredensial
staf profesional kesehatan lainnya.
Apabila tidak ada kewajiban proses pendidikan formal, lisensi, atau proses pendaftaran atau kredensial lainnya
Kualifikasi dan Pendidikan Staf
atau bukti kompetensi, hal ini didokumentasikan dalam catatan individu. Apabila verifikasi tidak
memungkinkan,
seperti misalnya arsip hilang akibat bencana, hal ini didokumentasikan dalam catatan individu.
Rumah sakit mengumpulkan dan menyimpan suatu berkas kredensial tiap profesional kesehatan. Berkas
tersebut memuat lisensi atau pendaftaran yang masih berlaku jika peraturan mewajibkan perbaharuan secara
(KPS)
berkala.
Standar KPS.16
Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk mengidentifikasi tanggung jawab pekerjaan dan untuk membuat
penugasan pekerjaan klinis berdasarkan kredensial anggota staf profesional dan persyaratan menurut peraturan.
Standar KPS.17
Rumah sakit memiliki proses yang efektif untuk partisipasi anggota staf profesional kesehatan lain dalam
kegiatan- kegiatan perbaikan mutu rumah sakit.
Profesional kesehatan lainnya diikutsertakan dalam program manajemen dan perbaikan mutu rumah sakit.
251
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
In
fo
r
m
a
si
d
a
n
(MKI)
Komunikasi
Manajemen
Manajemen Komunikasi
dan Informasi (MKI)
Management of Communication and Information (MCI)
dan
Man
ajem
Manajemen
dan en
(MKI)
tentang ilmu perawatan, tentang pasien itu sendiri, perawatan yang telah diberikan, hasil dari perawatan itu, dan
kinerja rumah sakit. Seperti layaknya sumber daya manusia, material dan keuangan, informasi merupakan sumber
daya yang harus diolah secara efektif oleh pimpinan rumah sakit. Setiap rumah sakit berusaha memperoleh,
mengolah, dan menggunakan informasi itu untuk meningkatkan kesejahteraan pasien serta kinerja rumah sakit
baik secara keseluruhan maupun individu.
I)
Seiring waktu, rumah sakit akan menjadi semakin efektif dalam
(MCI)
• mengidentifikasi kebutuhan informasi; K
• merancang sistem manajemen informasi;
• mendefinisikan dan memperoleh data dan informasi; o
• menganalisis data dan mengubahnya menjadi informasi;
• transmisi dan pelaporan data dan informasi; serta
m
• mengintegrasikan dan menggunakan informasi.
Walaupun komputerisasi dan teknologi lainnya mampu meningkatkan efisiensi, prinsip manajemen informasi
u
yang baik berlaku untuk semua metode, baik yang berbasis kertas maupun elektronik. Standar berikut dirancang
sedemikian rupa agar sesuai baik untuk sistem yang belum terkomputerasi maupun untuk teknologi masa depan. ni
ka
Standar
Berikut adalah daftar standar untuk fungsi ini. Agar mudah, standar-standar ini disajikan tanpa maksud dan si
tujuan ataupun elemen penilaian. Informasi lebih lanjut mengenai standar-standar tersebut, dapat dilihat di
bagian berikutnya dalam bab ini, Standar, Maksud dan Tujuan, serta Elemen Penilaian. d
Komunikasi dengan Komunitas Masyarakat a
MKI.1 Rumah sakit berkomunikasi dengan komunitasnya untuk mempermudah akses layanan dan
akses informasi tentang layanan perawatan pasien.
n
Informasi
2 53
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit Manajemen
edisi ke- Komunikasi dan Informasi
MKI.7 Data pasien tersedia bagi para praktisi kesehatan untuk mempermudah.
MKI.8 Informasi yang berkaitan dengan perawatan pasien ditransfer bersama pasien.
254
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit Manajemen
edisi ke- Komunikasi dan Informasi
MKI.19.1.1 Catatan klinis setiap pasien yang menerima perawatan darurat meliputi
waktu kedatangan, kesimpulan pada akhir perawatan, kondisi pasien saat
pulang dan instruksi perawatan selanjutnya.
MKI.19.2 Kebijakan rumah sakit menetapkan siapa yang berwenang untuk membuat entri ke
dalam catatan klinis pasien dan menentukan isi dan format catatan tersebut.
MKI.19.3 Setiap entri catatan klinis pasien mencantumkan identitas penulisnya dan kapan entri
tersebut dibuat dalam catatan.
MKI.19.4 Sebagai bagian kegiatan perbaikan kinerja, secara teratur rumah sakit menilai isi dan
kelengkapan catatan klinis pasien.
(MKI)
255
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit Manajemen
edisi ke- Komunikasi dan Informasi
Standar MKI.1
Rumah sakit berkomunikasi dengan komunitasnya untuk mempermudah akses layanan dan akses informasi
tentang layanan perawatannya.
• informasi tentang layanan, jam kegiatan kerja, dan proses untuk mendapatkan perawatan, dan
• informasi tentang kualitas layanan, yang disediakan kepada masyarakat dan sumber rujukan.
Standar MKI.2
Rumah sakit menginformasikan kepada pasien dan keluarganya mengenai perawatan dan layanannya serta cara
memperoleh layanan tersebut.
256
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit Manajemen
edisi ke- Komunikasi dan Informasi
Standar MKI.3
Komunikasi dan pendidikan bagi pasien dan keluarganya dilakukan dalam format dan bahasa yang mudah
dimengerti.
(MKI)
dimengerti. (Juga lihat PPKP.5, EP 1 dan 2, dan HPK.5, maksud dan tujuan)
❑ 2. Komunikasi dan pendidikan untuk pasien dan keluarganya diberikan dalam bahasa yang mudah
dimengerti. (Juga lihat PPKP.5, EP 1 dan 2, dan HPK.5, maksud dan tujuan)
❑ 3. Anggota keluarga, khususnya anak-anak, hanya digunakan menjadi penerjemah apabila tidak ada jalan
lain.
Standar MKI.4
Komunikasi dilaksanakan secara efektif di seluruh rumah sakit.
257
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit Manajemen
edisi ke- Komunikasi dan Informasi
❑ 2. Komunikasi yang efektif juga terjadi di rumah sakit dalam setiap program-programnya. (Juga lihat
APKP.2, EP 1)
❑ 3. Komunikasi yang efektif terjadi dengan organisasi di luar rumah sakit. (Juga lihat APKP.3.1, EP 2 dan 3,
dan MPO.5.1, EP 1)
❑ 4. Komunikasi yang efektif terjadi dengan pasien dan keluarga. (Juga lihat APKP.2, EP 4)
❑ 5. Pemimpin mengkomunikasikan misi organisasi dan kebijakan, rencana, dan tujuan yang tepat kepada
seluruh stafnya.
Standar MKI.5
Pemimpin memastikan adanya komunikasi dan koordinasi yang efektif di antara individu dan departemen yang
bertanggung jawab dalam penyediaan layanan klinis.
Untuk mengoordinasi dan mengintegrasi perawatan pasien, pemimpin mengembangkan budaya yang
menekankan kerja sama dan komunikasi. Mereka mengembangkan metode formal (misalnya, panitia, tim
gabungan) dan informal (misalnya, buletin dan poster) untuk meningkatkan komunikasi antarlayanan dan
anggota staf. Koordinasi layanan klinis berasal dari pemahaman misi dan layanan setiap departemen serta
kolaborasi dalam pengembangan kebijakan dan prosedur umum. Saluran komunikasi rutin baik yang bersifat
klinis maupun nonklinis dikembangkan antara pihak tata kelola dan manajemen.
(MK
Standar MKI.6
Informasi mengenai perawatan pasien dan respons terhadap perawatan dikomunikasikan antara tenaga medis,
perawat, dan praktisi kesehatan lainnya dalam setiap giliran petugas dan antarpergantian petugas.
258
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit Manajemen
edisi ke- Komunikasi dan Informasi
Standar MKI.7
Data pasien tersedia bagi para praktisi kesehatan untuk mempermudah komunikasi informasi penting.
Standar MKI.8
Informasi yang berkaitan dengan perawatan pasien dipindahkan bersama pasien.
(MKI)
Maksud dan Tujuan MKI.8
Selama dirawat, pasien sering harus dipindah-pindahkan di dalam rumah sakit. Apabila terdapat perubahan tim
perawatan sebagai akibat dari perpindahan ini, demi kesinambungan perawatan pasien informasi penting yang
berkaitan dengan pasien perlu dipindahkan bersama pasien. Dengan demikian, pengobatan dan perawatan lainnya
dapat dilanjutkan tanpa gangguan, dan status pasien dapat dipantau dengan tepat. Untuk dapat melaksa- nakan
pemindahan informasi tersebut, catatan pasien dipindahkan atau informasi data pasien diringkas pada saat
pemindahan terjadi. Ringkasan tersebut meliputi alasan untuk penerimaan, hasil temuan yang berarti, diagnosis,
prosedur yang dilakukan, obat-obatan dan perawatan lainnya, dan kondisi pasien pada saat dipindahkan.
Standar MKI.9
Rumah sakit merencanakan dan merancang proses-proses manajemen informasi untuk memenuhi kebutuhan
informasi internal dan eksternal.
259
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit Manajemen
edisi ke- Komunikasi dan Informasi
Kebutuhan berbagai sumber tersebut akan prioritas informasi mempengaruhi strategi manajemen informasi yang
dipilih dan kemampuan rumah sakit dalam melaksanakan strategi tersebut. Strategi tersebut disesuaikan dengan
besar-kecilnya rumah sakit, tingkat kerumitan layanannya, ketersediaan staf yang terlatih, dan sumber daya
Manajemen Komunikasi dan Informasi
manusia dan teknis lainnya. Rencana ini bersifat komprehensif dan mencakup semua departemen dan layanan
yang ada di rumah sakit.
Perencanaan untuk manajemen informasi ini tidak perlu ditulis secara formal. Yang justru diperlukan adalah bukti
bahwa telah dilakukan pendekatan yang terencana untuk mengidentifikasikan semua kebutuhan informasi rumah
sakit.
(MK
Standar MKI.10
Terjaganya privasi dan kerahasiaan informasi.
260
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit Manajemen
edisi ke- Komunikasi dan Informasi
Standar MKI.11
Terjaganya keamanan informasi termasuk integritas data.
Salah satu aspek dari menjaga keamanan informasi pasien adalah menentukan siapa yang berwenang
mendapatkan catatan klinis pasien dan memasukkan informasi (entri) ke dalam catatan klinis pasien. Rumah
sakit menyusun kebijakan yang mengatur siapa orang-orang tersebut dan menentukan bagaimana isi serta
format untuk tiap entri dalam catatan klinis pasien. Ada proses untuk memastikan bahwa hanya individu yang
berwenang yang membuat entri dalam catatan klinis pasien.
(MKI)
Elemen Penilaian MKI.11
❑ 1. Rumah sakit mempunyai kebijakan tertulis untuk menangani keamanan informasi, termasuk integritas
data yang konsisten dan berdasarkan hukum atau peraturan.
❑ 2. Kebijakan tersebut menentukan juga tingkat keamanan untuk setiap jenis data dan informasi.
❑ 3. Ditentukan siapa saja yang boleh mengakses tiap jenis data dan informasi baik karena kebutuhan maupun
karena jabatan.
❑ 4. Kebijakan tersebut dilaksanakan.
❑ 5. Kepatuhan terhadap kebijakan dipantau.
Standar MKI.12
Rumah sakit memiliki kebijakan sampai berapa lama catatan, data, dan informasi akan disimpan.
261
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit Manajemen
edisi ke- Komunikasi dan Informasi
Standar MKI.13
Rumah sakit menerapkan kode diagnosis, kode prosedur, simbol, singkatan, dan definisi yang terstandar.
Standar MKI.14
(MK
Kebutuhan data dan informasi dari pihak dalam dan luar rumah sakit dipenuhi secara tepat waktu dalam format
yang memenuhi harapan pengguna dan dengan frekuensi yang diinginkan.
Standar MKI.15
Petugas klinis dan manajerial yang tepat berpartisipasi dalam memilih, mengintegrasikan, dan menggunakan
teknologi manajemen informasi.
262
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit Manajemen
edisi ke- Komunikasi dan Informasi
daya yang besar. Untuk alasan ini, teknologinya harus disesuaikan benar dengan kebutuhan organisasi saat ini
dan masa depan serta disesuaikan pula dengan sumber dayanya. Kebutuhan teknologi yang tersedia perlu
diintegrasikan dengan proses manajemen informasi yang sudah ada dan membantu pengintegrasian aktivitas
seluruh departemen dan layanan organisasi. Tingkat koordinasi tersebut menuntut keterlibatan staf klinis dan
manajerial penting dalam proses penyeleksian teknologi itu.
Standar MKI.16
Catatan dan informasi terlindung dari risiko hilang, rusak, diubah-ubah dan tidak dapat diakses atau digunakan
(MKI)
maksud dan tujuan, berkaitan dengan kerahasiaan informasi pasien)
Standar MKI.17
Para pengambil keputusan dan anggota staf lainnya diedukasi dan dilatih dalam prinsip manajemen informasi.
Semua orang diedukasi dan dilatih sesuai tanggung jawab, deskripsi pekerjaan, dan kebutuhan akan data dan
informasi masing-masing.
Proses manajemen informasi memungkinkan penggabungan informasi dari berbagai sumber untuk kemudian
263
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit Manajemen
edisi ke- Komunikasi dan Informasi
dihasilkan laporan yang dapat mendukung pengambilan keputusan. Secara khusus, kombinasi informasi klinis
dan manajerial membantu pemimpin rumah sakit untuk membuat perencanaan bersama. Proses manajemen
informasi membantu pemimpin dengan penyediaan data menyeluruh untuk periode waktu tertentu dan data
komparatif yang terpadu.
Standar MKI.18
Manajemen Komunikasi dan Informasi
Terdapat kebijakan atau protokol tertulis yang menetapkan persyaratan untuk mengembangkan dan memelihara
kebijakan dan prosedur internal serta proses untuk mengelola kebijakan dan prosedur eksternal.
Sistem pelacakan memungkinkan setiap dokumen dapat diidentifikasi berdasarkan judul, tanggal penerbitan, edisi
dan/atau tanggal revisi terakhirnya, jumlah halaman, pihak yang memberi kuasa untuk penerbitan dan/atau
memeriksa dokumen, serta identifikasi database (apabila menggunakan).
Terdapat suatu proses untuk memastikan bahwa semua staf rumah sakit telah membaca dan mengenal segala
macam kebijakan dan prosedur yang relevan dengan pekerjaan mereka.
Diterapkan proses untuk mengembangkan dan memelihara semua kebijakan dan prosedur.
264
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit Manajemen
edisi ke- Komunikasi dan Informasi
❑ 2. Terdapat protokol tertulis yang menjelaskan pengontrolan kebijakan dan prosedur yang berasal dari luar
rumah sakit, dan protokol tersebut diterapkan.
❑ 3. Terdapat kebijakan atau protokol tertulis yang mengatur pemberlakuan kebijakan dan prosedur
yang sudah tidak berlaku selama paling tidak yang diizinkan hukum dan peraturan serta memastikan
supaya kebijakan dan prosedur yang sudah tidak berlaku tersebut tidak disalahgunakan, dan kebijakan
atau protokol tertulis tersebut diterapkan.
❑ 4. Terdapat kebijakan atau protokol tertulis yang menjelaskan bagaimana semua kebijakan dan prosedur
yang beredar akan diidentifikasi dan dilacak, dan kebijakan atau protokol tertulis itu diterapkan.
Standar MKI.19
(MKI)
mendokumentasikan perawatan pasien dari waktu ke waktu.
Standar MKI.19.1
Catatan klinis berisi informasi yang cukup untuk mengidentifikasi pasien yang akan mendukung diagnosis,
memberikan penjelasan pengobatan, mendokumentasikan pengobatan dan hasil pengobatan, dan untuk
mempromosikan kesinambungan perawatan di kalangan praktisi kesehatan.
Standar MKI.19.1.1
Catatan klinis setiap pasien yang menerima perawatan keadaan darurat meliputi waktu kedatangan, kesimpulan
pada penghentian pengobatan, kondisi pasien saat pulang dan instruksi perawatan selanjutnya.
Rumah sakit menentukan data dan informasi spesifik yang dicantumkan di dalam catatan klinis setiap pasien
yang diperiksa atau dirawat baik rawat jalan, rawat darurat maupun rawat inap. Catatan setiap pasien yang
menerima perawatan keadaan darurat meliputi informasi spesifik yang dijelaskan dalam standar MKI.20.1.1.
265
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit Manajemen
edisi ke- Komunikasi dan Informasi
Standar MKI.19.2
Kebijakan rumah sakit mengidentifikasikan siapa yang berwenang untuk membuat entri ke dalam catatan klinis
pasien dan menentukan isi dan format catatan tersebut.
(MK
Standar MKI.19.3
Setiap entri catatan klinis pasien mencantumkan identitas penulisnya dan kapan entri tersebut dibuat dalam
catatan.
266
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit Manajemen
edisi ke- Komunikasi dan Informasi
❑ 6. Ada proses untuk memastikan hanya individu berwenang yang memiliki akses ke catatan klinis pasien.
Standar MKI.19.4
Sebagai bagian kegiatan perbaikan kinerja, secara teratur rumah sakit menilai isi dan kelengkapan catatan klinis
pasien.
(MKI)
catatan tentang pasien yang sedang dirawat maupun yang sudah pulang.
Standar MKI.20
Kumpulan data dan informasi mendukung perawatan pasien, manajemen organisasi dan program manajemen
kualitas.
Standar MKI.20.1
Rumah sakit menjalankan proses pengumpulan data dan menentukan data dan informasi yang harus dikumpul-
kan secara teratur untuk memenuhi kebutuhan para staf klinis dan manajerial rumah sakit dan badan-badan di
luar rumah sakit.
267
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit Manajemen
edisi ke- Komunikasi dan Informasi
Standar MKI.20.2
Rumah sakit menjalankan proses untuk menggunakan atau berpartisipasi dalam database eksternal.
Dengan berpartisipasi dalam database kinerja eksternal, rumah sakit dapat membandingkan kinerjanya dengan
kinerja rumah sakit lain yang serupa baik di skala lokal, nasional maupun internasional. Perbandingan kinerja
Manajemen Komunikasi dan Informasi
merupakan alat efektif untuk mencari peluang perbaikan dan untuk mendokumentasikan tingkat kinerja rumah
sakit. Jaringan organisasi rumah sakit dan organisasi lain yang membeli atau mendanai jasa perawatan kesehatan
sering membutuhkan informasi semacam itu. Database eksternal itu amat bervariasi dari jenis database asuransi
hingga database yang dibuat oleh masyarakat profesional. Bisa saja undang-undang atau peraturan mewajibkan
rumah sakit untuk berkontribusi ke beberapa database eksternal (Juga lihat PMKP.4.2 dan PPI.10.6, EP 1).
Dalam database manapun, keamanan dan kerahasiaan data dan informasinya dijaga.
(MK
Standar MKI.21
Rumah sakit mendukung perawatan pasien, pendidikan, penelitian, dan manajemen dengan penyediaan
informasi secara tepat waktu dari sumber yang mutakhir.
268
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit Manajemen
edisi ke- Komunikasi dan Informasi
membantu mereka dalam pelaksanaan tugas. Informasi tersebut dapat meliputi literatur ilmiah dan manajemen,
clinical practice guidelines (pedoman praktik klinis), hasil penemuan penelitian dan metodologi pendidikan.
Internet, bahan cetak di perpustakaan, sumber-sumber pencarian online, dan bahan-bahan personal merupakan
sumber informasi terkini yang berharga.
269
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Glosarium
270 270
Glosarium
Glosarium
Glosarium
Glosarium
akreditasi Penetapan oleh badan akreditasi sedasi dalam/analgesia Penurunan
Joint Commission International (JCI) bahwa suatu kesadaran di bawah pengaruh obat di mana pa-
organisasi pelayanan kesehatan yang memenuhi sien tidak mudah dirangsang namun mampu
persyaratan sesuai dengan standar JCI yang merespons secara sadar setelah stimulasi ber-
berlaku. ulang atau menyakitkan. Kemampuan untuk
mempertahankan fungsi pernapasan secara in-
akuitas Metode untuk menentukan jumlah dependen mungkin terganggu. Pasien mungkin
sumber daya yang dibutuhkan untuk memberi membutuhkan bantuan untuk mempertahan
pelayanan yang baik. jalan napas terbuka, pernapasan spontan mung-
kin tidak memadai. Fungsi kardiovaskularnya
analisis akar masalah (root cause analysis) biasanya terjaga.
Suatu proses untuk mengidentifikasi faktor dasar
atau kausal yang mendasari variasi dalam kinerja, anestesi Terdiri atas anestesi umum dan
termasuk terjadinya atau kemungkinan terjadinya tulang belakang (spinal) atau major regional.
suatu kejadian sentinel. Juga lihat kejadian sentinel. Anestesi lokal tidak termasuk dalam kategori
ini. Anestesi umum berupa hilangnya
anestesi dan sedasi Pemberian obat untuk kesadaran akibat pengaruh obat di mana pasien
individu, dalam kondisi apa pun, untuk tujuan apa tidak
pun, dengan cara apa pun untuk menimbulkan dapat dirangsang, bahkan dengan stimulasi
hilangnya sensasi secara sebagian maupun total demi yang menyakitkan. Kemampuan untuk
pelaksanaan prosedur operasi dan lainnya. Definisi mempertahankan fungsi pernapasan secara
empat tingkat anestesi dan sedasi meliputi berikut: independen sering terganggu. Pasien sering
membutuhkan bantuan untuk mempertahan-
sedasi minimal (anxiolysis) Keadaan di kan jalan napas terbuka, dan ventilasi tekanan
bawah pengaruh obat di mana pasien dapat positif mungkin dibutuhkan karena pernapasan
merespons secara normal terhadap perintah spontan ditekan atau karena penekanan fungsi
verbal. Meskipun fungsi kognitif dan koordinasi neuromuskular akibat pengaruh obat. Fungsi
mungkin terganggu, fungsi pernapasan dan kardiovaskular mungkin terganggu.
kardiovaskular tidak terpengaruh.
2 71
271
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Glosariu
bencana Lihat keadaan darurat. data Fakta, pengamatan klinis, atau pengukuran
yang dikumpulkan selama kegiatan penilaian.
best practice Teknik, metode atau proses Sebelum dianalisis, data disebut sebagai “data
klinis, ilmiah, atau profesional yang diakui oleh mentah”.
Glosarium
272
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Glosariu
menandakan kondisi yang mengancam jiwa pasien menerima informasi ini, pasien dapat menyetujui
dan memerlukan intervensi segera. Juga lihat atau menolak prosedur atau pengobatan. mendesak
(urgent).
keadaan darurat (emergency)
Glosarium
gejala, primer Indikasi pertama atau paling 1. Kejadian tidak terduga atau tiba-tiba, seper-
menonjol dari suatu penyakit atau kelainan lainnya. ti pembedahan yang diperlukan untuk men-
cegah kematian atau cacat yang serius.
gejala, sekunder Indikasi penyakit atau 2. Peristiwa alami atau buatan yang
kelainan lainnya yang muncul setelah atau karena mengganggu lingkungan perawatan secara
gejala primer. signifikan (misalnya, kerusakan pada gedung
dan area rumah sakit akibat angin kencang,
hasil akhir Efek yang dihasilkan oleh suatu badai, atau gempa); yang mengganggu
intervensi pada problem kesehatan tertentu. Hasil perawatan dan pengobatan secara signifikan
akhir mencerminkan tujuan intervensi. Misalnya, (misalnya, terganggunya aliran listrik, air
hasil akhir dari pendidikan kesehatan di pedesaan atau telepon akibat banjir, gangguan sipil,
mengenai air yang aman diminum dapat berupa kecelakaan, atau keadaan darurat dalam
berkurangnya diare di kalangan anak di bawah usia rumah sakit atau masyarakatnya); atau
lima tahun atau menurunnya angka kematian anak yang mengakibatkan permintaan tiba-tiba,
akibat diare. yang berubah secara signifikan atau yang
meningkat, akan layanan rumah sakit
hazard vulnerability analysis Identifikasi (misalnya, serangan bio-teroris, keruntuhan
keadaan darurat yang mungkin terjadi dan efek bangunan, atau kecelakaan pesawat terbang
langsung dan tidak langsung yang dapat disebabkan dalam lingkungan masyarakat rumah sakit).
keadaan darurat ini pada operasional rumah sakit dan Beberapa keadaan darurat disebut sebagai
permintaan akan layanannya. “bencana” atau “peristiwa yang berpotensi
menyebabkan cedera - potential injury-
health care associated infection - HAI creating events (PICEs)”.
Infeksi yang didapat seseorang pada saat menerima
perawatan atau layanan dalam suatu rumah sakit.
HAI yang umum terjadi adalah infeksi saluran keamanan Perlindungan dari bahaya hilang,
kerusakan, gangguan, atau akses atau penggunaan
kencing, infeksi luka bedah, pneumonia, dan infeksi
oleh pihak yang tidak berwenang.
dalam darah.
273
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Glosariu
keluarga pasien Orang (-orang) yang berperan kesalahan pengobatan Peristiwa yang sebe-
penting dalam kehidupan pasien. Orang (-orang) ini narnya dapat dicegah yang dapat mengakibatkan
dapat saja tidak secara hukum memiliki hubungan penggunaan obat-obatan yang tidak sesuai atau yang
famili dengan pasien. Orang ini sering disebut dapat membahayakan keselamatan pasien. Juga lihat
sebagai sosok pengganti pengambil keputusan apabila kejadian sentinel.
mempunyai wewenang untuk membuat keputusan
perawatan untuk pasien jika pasien kehilangan keselamatan Tingkat di mana gedung-gedung,
kemampuan membuat keputusan. daerah dan peralatan rumah sakit tidak menimbulkan
bahaya atau risiko bagi pasien, staf, atau pengunjung.
keputusan akreditasi Kategori akreditasi yang
dapat dicapai rumah sakit berdasarkan survei JCI. kompetensi Suatu penentuan keterampilan,
Kategori keputusan tersebut meliputi: pengetahuan dan kemampuan individu dalam
memenuhi harapan yang diuraikan, seperti yang biasa
Akreditasi Ditolak Rumah sakit secara tercantum dalam deskripsi jabatan.
konsisten tidak memenuhi standar JCI dan
Sasaran Internasional Keselamatan Pasien kontaminasi Adanya agen infeksius pada
(International Patient Safety Goals); JCI menarik makhluk hidup atau benda mati. akreditasinya
karena alasan lain, atau rumah sakit
secara sukarela menarik diri dari proses akreditasi. kredensial Bukti kompetensi, lisensi yang masih
berlaku dan relevan, pendidikan, pelatihan dan
Terakreditasi Rumah sakit memenuhi secara pengalaman. Kriteria lain dapat ditambahkan oleh
layak semua standar dan Sasaran Internasional rumah sakit. Juga lihat kompetensi; proses mandat
Keselamatan Pasien (International Patient Safety (kredensial).
Goals).
kriteria berbasis fisiologis Kriteria yang
kerahasiaan (confidentiality) berpusat pada cabang biologi yang mempelajari
1. Akses terbatas ke data dan informasi bagi fungsi-fungsi organisme hidup dan bagian-bagiannya
para individu yang memiliki kebutuhan, serta faktor dan proses fisik dan kimianya.
alasan dan izin untuk akses semacam itu.
2. Hak individu akan privasi personal dan kriteria skrining Suatu perangkat aturan atau
informasi, termasuk rekam medisnya. tes standar yang diterapkan pada kelompok pasien
yang menjadi dasar penilaian awal bahwa evaluasi
kerangka kerja akreditasi Struktur dan proses lebih lanjut diperlukan, seperti kebutuhan untuk di
suatu organisasi yang penting bagi organisasi evaluasi gizi berdasarkan pemeriksaan gizi. pemberi
akreditasi untuk melakukan berikut ini:
• Secara konsisten dan andal mengevaluasi layanan kontrak Layanan yang disediakan
rumah sakit pemohon terhadap standar- melalui perjanjian tertulis dengan rumah sakit,
standar yang berlaku badan, atau individu lain. Perjanjian tersebut
• Merekrut dan mengirimkan evaluator terlatih merinci layanan atau personil yang disediakan atas
274
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Glosariu
nama rumah sakit pemohon dan biaya-biaya untuk lingkup praktik (scope of practices)
penyediaan layanan atau personil ini. Berbagai kegiatan yang dijalankan seorang praktisi
dalam suatu rumah sakit. Lingkup tersebut
layanan kuratif Layanan yang disediakan ditentukan oleh pelatihan, tradisi, undang-undang
Glosarium
untuk menangani penyakit dan mendorong proses atau peraturan, atau rumah sakit.
kesembuhan. Layanan atau terapi kuratif berbeda
dengan layanan paliatif, yang meringankan sakit, lisensi Suatu hak yang diberikan berdasarkan
tetapi tidak menyembuhkan. Juga lihat layanan hukum oleh badan pemerintahan sesuai dengan
paliatif. undang-undang yang mengatur suatu bidang
pekerjaan tertentu (seperti dokter, dokter gigi,
layanan paliatif Pengobatan dan layanan perawat, psikiatri, atau pekerjaan sosial klinis, atau
pendukung yang lebih dimaksudkan untuk pengoperasian fasilitas perawatan kesehatan).
mengurangi rasa sakit dan penderitaan daripada
menyembuhkan penyakit. Terapi paliatif dapat maksud dan tujuan (intent) Penjelasan
mencakup pembedahan atau radioterapi untuk singkat mengenai alasan, makna dan kepentingan
mengurangi atau memperkecil tumor yang me- suatu standar, yang tercantum dalam manual ini di
nekan struktur vital dan dengan demikian mening- bawah “Tujuan”. Maksud dan tujuan dapat berisi
katkan kualitas hidup. Layanan paliatif termasuk rincian ekspektasi standar yang dievaluasi dalam
memperhatikan kebutuhan psikologis dan spiritual proses survei di lapangan (on-site).
pasien serta membantu pasien yang sekarat dan
keluarganya. manajemen informasi Pembuatan,
penggunaan, pemakaian bersama dan pembuangan
layanan preventif Intervensi untuk mening- data atau informasi dalam rumah sakit. Praktik
katkan kesehatan dan mencegah penyakit. Layanan ini penting bagi kegiatan operasional rumah sakit
ini mencakup identifikasi dan konseling mengenai yang efektif dan efisien. Hal ini mencakup peran
faktor-faktor risiko (misalnya, merokok, kurangnya manajemen untuk memproduksi dan mengendalikan
kegiatan fisik), tes kesehatan untuk mendeteksi penggunaan data dan informasi dalam kegiatan-
penyakit (misalnya, kanker payudara, penyakit kegiatan kerja, manajemen sumber daya informasi,
menular seksual), imunisasi, dan kemoprofilaksis teknologi informasi dan layanan informasi.
(misalnya terapi penggantian hormon).
manajemen utilisasi Perencanaan, pengelolaan,
layanan rehabilitasi Penggunaan langkah- pengarahan dan pengendalian sumber daya. Bagai-
langkah medis, sosial, pendidikan, dan kejuruan mana rumah sakit menghubungkan hal ini dengan
bersama-sama untuk pelatihan atau pelatihan kembali perawatan pasien merupakan hal yang penting.
orang-orang yang cacat akibat penyakit atau cedera.
Tujuannya adalah untuk memungkinkan pasien mendesak (urgent) Klasifikasi pemilahan
untuk mencapai tingkat setinggi mungkin untuk pasien yang digunakan dalam sistem triase untuk
kemampuan fungsional mereka. menandakan bahwa kondisi pasien berpotensial
mengancam jiwa dan membutuhkan asesmen yang
limbah infeksius Lihat bahan-bahan dan tepat waktu dan mungkin membutuhkan intervensi.
limbah berbahaya.
metodologi traser Sebuah proses yang
limbah medis Lihat bahan-bahan dan limbah digunakan pelaku survei JCI selama survei di
berbahaya. lapangan untuk menganalisis sistem rumah sakit
dengan cara mengikuti tiap-tiap pasien dalam proses
lingkup layanan (scope of services) perawatan kesehatan rumah sakit dengan urutan
Berbagai kegiatan yang dijalankan oleh personil tata sesuai yang dialami pasien. Pelaku survei mungkin
kelola, manajerial, klinis, dan personil pendukung perlu mengunjungi beberapa unit perawatan,
(support). departemen, atau area dalam rumah sakit atau satu
275
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Glosariu
unit perawatan untuk “melacak” perawatan yang organisasi pelayanan kesehatan Istilah
diberikan kepada pasien tergantung pada setting generik yang digunakan untuk mendeskripsikan
perawatannya. organisasi yang menyediakan layanan perawatan
kesehatan. Termasuk di sini adalah pusat pusat traser
Glosarium
pasien Proses yang digunakan JCI pelayanan kesehatan rawat jalan, institusi kesehatan untuk
mengevaluasi keseluruhan pengalaman perilaku/mental, organisasi pusat pelayanan kesehatan
perawatan masing-masing pasien dalam suatu perawatan di rumah, laboratorium, dan penyedia rumah
sakit. perawatan yang berjangka panjang. Juga dikenal
sebagai “institusi perawatan kesehatan”.
traser sistem Suatu sesi dalam survei di *)
Dalam buku ini “organisasi” dialihbahasakan sebagai “rumah
sakit.”
lapangan yang ditujukan untuk mengevaluasi
watan
masalah-masalah keselamatan dan mutu pera-
prioritas tinggi di tingkat sistem di pasien Individu yang menerima perawatan, seluruh
pengobatan dan layanan. Untuk standar JCI, pasien
rumah sakit. Contoh masalah-masalah
dan keluarga pasien merupakan satu unit perawatan tersebut
termasuk pencegahan dan pengen-
tunggal.
dalian infeksi, manajemen obat-obatan,
efektivitas kepegawaian, dan penggunaan data.
pasien rawat inap Umumnya, orang-orang
yang masuk dan ditempatkan di rumah sakit
multidisiplin Termasuk wakil-wakil dari berbagai
setidaknya selama semalam.
profesi, disiplin, atau area layanan.
pasien rawat jalan Pada umumnya, mereka
mutu perawatan Tingkat di mana perawatan
yang tidak membutuhkan tingkat perawatan berupa
kesehatan untuk individu dan populasi meningkatkan
program rawat inap atau residensial yang lebih
kemungkinan tercapainya hasil akhir kesehatan
terstruktur. Di banyak negara, rawat jalan juga
yang diharapkan dan konsisten dengan pengetahuan
profesional saat ini. Dimensi kinerja meliputi sebagai dikenal sebagai pelayanan rawat jalan. Di banyak
negara, pasien rawat jalan dianggap “masuk” ke
berikut: masalah perspektif pasien, keselamatan
dalam rumah sakit; sementara di beberapa negara
lingkungan perawatan; dan aksesibilitas, kesesuaian,
lain, pasien rawat jalan dianggap “terdaftar”. Juga
kontinuitas, efektivitas, keberhasilan, efisiensi, dan
lihat rawat jalan.
ketepatan waktu perawatan.
patologi klinis Layanan yang berkaitan dengan
obat-obatan Obat-obatan dengan resep; obat- penyelesaian masalah-masalah klinis, khususnya
obatan sampel, obat herbal, vitamin, nutriceutical; dengan menggunakan metode laboratorium dalam
obat-obatan tanpa resep, vaksin, zat diagnostif diagnosis klinis. Yang termasuk di dalamnya:
dan kontras yang digunakan pada atau diberikan kimia klinis, bakteriologi dan ilmu penyakit jamur
kepada orang-orang untuk mendiagnosis, merawat, (mycology), parasitologi, virologi, mikroskopi
atau mencegah penyakit atau kondisi abnormal klinis, hematologi, immunohematologi koagulasi,
lainnya; obat-obatan radioaktif, pengobatan terapi immunologi, serologi, dan radiobioassay.
pernapasan; nutrisi parenteral; darah dan turunannya;
dan solusi infus (biasa, dengan elektrolit dan/atau pedoman berbasis bukti (atau berdasarkan
obat). ilmu) Pengambilan keputusan klinis berdasarkan
bukti empiris, atau, jika tidak ada bukti empiris,
obat-obatan, berisiko tinggi atau waspada kesepakatan para ahli (seperti pernyataan konsensus
tinggi Obat-obatan yang mempunyai risiko yang didukung oleh perkumpulan profesional).
salah yang dapat mengakibatkan efek samping yang Pendekatan ini membutuhkan pemahaman terhadap
signifikan. hasil-hasil yang bertentangan dan dilakukannya
asesmen terhadap mutu dan kekuatan bukti-bukti
observasi Waktu di mana seorang pasien diawasi yang ada. Pada akhirnya, para praktisi harus menge-
secara ketat oleh pemberi pelayanan. tahui bagaimana hal tersebut diterapkan dalam ke-
276
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Glosariu
bijakan perawatan pasien dan perawatan kesehatan. serta membantu menjamin keakuratan diagnosis,
perawatan atau pemantauan. Evaluasi ini juga
pelatihan internal Pendidikan yang terorga- mencakup pengukuran spesifikasi kinerja dan
nisir, biasanya diberikan di tempat kerja, dirancang pengevaluasian faktor-faktor keamanan tertentu.
Glosarium
untuk meningkatkan keterampilan anggota staf atau
untuk mengajarkan mereka keterampilan baru yang pemeliharaan peralatan, rutin Pelaksanaan
relevan untuk pekerjaan dan bidang mereka. pemeriksaan keamanan yang mendasar—yaitu, eva-
luasi visual, teknis, dan fungsional peralatan—untuk
pelayanan rawat jalan Jenis layanan perawatan mengidentifikasi adatidaknya kekurang sempurnaan
kesehatan yang tersedia untuk para individu sebagai yang nyata sebelum menyebabkan dampak negatif.
pasien rawat jalan. Layanan tersebut disediakan Pemeriksaan ini biasanya mencakup inspeksi kotak/
untuk berbagai jenis, mulai dari fasilitas bedah pembungkus, kabel listrik, kerangka struktur, area
tersendiri (freestanding) hingga pusat kateterisasi penutup, kontrol, indikator, dan sebagainya.
jantung.
pemimpin Individu yang menetapkan ekspektasi,
pemantauan Tinjauan informasi secara berkala. mengembangkan rencana, dan melaksanakan
Tujuan pemantauan ini adalah untuk mengidenti- prosedur-prosedur untuk mengases dan memperbaiki
fikasi perubahan dalam suatu situasi. Sebagai contoh, mutu tata kelola (governance), manajemen fungsi-
spesialis informasi kesehatan dari tim kesehatan dae- fungsi dan proses-proses baik klinis maupun
rah setiap bulan melaporkan kasus-kasus meningitis pendukung di rumah sakit. Para pemimpin yang yang
terjadi di desa-desa yang berisiko. disebutkan dalam standar JCI mencakup setidaknya
pemimpin di badan pengatur (governing body), chief
pembedahan Prosedur-prosedur yang menye- executive officer, dan manajer senior lainnya, para lidiki
dan/atau menangani penyakit dan kelainan pemimpin departemen, pemimpin staf medis dan dalam
tubuh manusia melalui pemotongan, pemin- departemen klinis dan anggota staf medis lainnya dahan,
pengubahan, atau pemasukan alat diagnostik/ dalam posisi administratif rumah sakit yang dipilih
terapeutik. dan ditunjuk, serta perawat eksekutif dan para
pemimpin keperawatan senior lainnya.
pemberian hak istimewa (privileging)
Proses di mana suatu cakupan dan isi tertentu dalam pemindahan (transfer) Pemindahan tanggung
layanan perawatan pasien (yaitu, hak-hak istimewa jawab untuk merawat pasien secara formal dari (1)
klinis) diberikan sebagai wewenang kepada seorang satu unit perawatan ke yang lain, (2) satu layanan
praktisi perawatan kesehatan oleh suatu rumah sakit, klinis ke yang lain, (3) satu praktisi yang memenuhi
berdasarkan evaluasi kredensial dan kinerja orang kualifikasi ke praktisi yang lain, atau (4) satu rumah
tersebut. sakit ke yang lain.
277
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Glosariu
perawatan akut Suatu cabang pelayanan lihat pedoman berbasis bukti (atau berbasis ilmiah);
kesehatan di mana pengobatan penyakit diberikan clinical practice guidelines (pedoman praktik klinis).
hanya untuk waktu singkat ketika serangan penyakit-
nya singkat tapi parah. Banyak rumah sakit merupa- praktisi Seseorang yang telah menyelesaikan
Glosarium
kan fasilitas perawatan akut yang bertujuan untuk studi dan terampil dalam suatu bidang perawatan
memulangkan pasien segera setelah pasien dianggap kesehatan. Termasuk di sini antara lain ialah dokter,
sehat dan stabil, dengan instruksi pemulangan yang dokter gigi, perawat, apoteker, ahli terapi pernapasan.
sesuai. Praktisi mempunyai lisensi dari badan pemerintah
atau sertifikasi dari suatu rumah sakit profesional.
perawatan berkelanjutan (continuum of Juga lihat praktisi mandiri.
care) Penyesuaian kebutuhan individu yang
terus-menerus dengan tingkat dan jenis perawatan, praktisi mandiri Individu yang diizinkan
pengobatan, dan layanan yang sesuai dalam suatu oleh undang-undang dan oleh organisasi untuk
rumah sakit atau di beberapa rumah sakit. menyediakan perawatan dan layanan, tanpa arahan
atau pengawasan, dalam lingkup lisensi individu
perawatan gizi Intervensi dan konseling tersebut. Di banyak negara, praktisi mandiri ber-
untuk meningkatkan asupan gizi yang tepat. lisensi mencakup dokter, dokter gigi, beberapa
Kegiatan ini didasarkan pada penilaian gizi dan kategori perawat, podiatris (ahli penyakit kaki),
informasi mengenai makanan, sumber-sumber dokter mata dan ahli pijat. Juga lihat praktisi.
gizi lain, dan penyiapan makanan. Kegiatan ini
mempertimbangkan latar belakang budaya dan status Program Akreditasi (JCI) Lihat Program
sosial ekonomi pasien. Akreditasi JCI
perbaikan mutu Pendekatan terhadap studi dan Program Akreditasi JCI Divisi JCI yang ber-
perbaikan proses yang terus-menerus dari proses pe- tanggung jawab untuk administrasi semua kegiatan
nyediaan perawatan kesehatan dalam rangka meme- yang berkaitan dengan akreditasi atau sertifikasi
nuhi kebutuhan pasien dan lainnya. Sinonimnya organisasi pelayanan kesehatan.
antara lain: perbaikan kualitas secara terus-menerus,
perbaikan yang terus-menerus, perbaikan kinerja di program laboratorium khusus Program yang
tingkat rumah sakit, dan manajemen mutu total. menyertakan disiplin laboratorium, seperti kimia
(termasuk toksikologi, pengujian obat terapi, dan
pengujian point-of-care Pengujian analitik pengujian penyalahgunaan obat), cytogeneticsimmu-
yang dilaksanakan pada lokasi-lokasi di luar ling- nogenetics klinis, imunologi diagnostik, embriologi,
kungan laboratorium, biasanya pada tempat atau di hematologi (termasuk uji koagulasi), histocompati-
dekat lokasi perawatan pasien. bility, immunohematology, mikrobiologi (termasuk
bakteriologi, mikobakteriologi, mikologi, virologi dan
pernyataan misi Suatu ekspresi tertulis yang parasitology), biologi molekuler, patologi (termasuk
memaparkan tujuan, atau “misi” suatu rumah sakit patologi bedah, sitopatologi, dan nekropsi), serta atau
salah satu komponennya. Pembuatan pernyataan radiobioassay.
misi biasanya dilaksanakan sebelum pembentukan
tujuan dan sasaran. program manajemen risiko Kegiatan-
kegiatan klinis dan administratif yang dijalankan
practice guidelines Perangkat yang mendes- rumah sakit untuk mengidentifikasi, mengevaluasi,
kripsikan proses yang berasal dari percobaan klinis dan mengurangi risiko cedera pada pasien, staf, dan
atau pendapat konsensus para ahli sebagai yang pengunjung serta risiko kerugian terhadap rumah
paling efektif dalam mengevaluasi dan/atau merawat sakit itu sendiri.
pasien yang memiliki gejala, kondisi, atau diagnosis
tertentu, atau yang mendes-kripsikan suatu prosedur proses Rangkaian tindakan (atau kegiatan) yang
tertentu. Sinonim lainnya adalah parameter praktik, mengubah input (sumber daya) menjadi output
protokol, pola praktik yang dipilih, dan pedoman. Juga (layanan). Sebagai contoh, program penyuluhan
278
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Glosariu
kesehatan di daerah pedalaman akan membutuhkan praktek, alur klinis (clinical paths), peta perawatan
staf untuk mengembangkan suatu strategi penyuluh- (care maps), atau kombinasi dari semuanya.
an, mempersiapkan materi penyuluhan, dan me-
nyampaikan sesi penyuluhan. rencana manajemen lingkungan Dokumen
Glosarium
tertulis rumah sakit yang menguraikan proses yang
Proses Akreditasi Suatu proses berkesinam- dimilikinya untuk area operasional berikut ini: bungan
di mana rumah sakit diwajibkan untuk me- keselamatan dan keamanan, bahan-bahan berbahaya,
nunjukkan kepada JCI bahwa mereka menyediakan keadaan darurat, penanganan kebakaran, peralatan
perawatan yang aman dan bermutu tinggi, seperti medis, dan sistem utilitas. Rencana tersebut menetap-
yang diatur sebagai persyaratan yang harus dipenuhi kan prosedur-prosedur khusus yang menguraikan dalam
standar JCI dan rekomendasi Sasaran Internasio- strategi, langkah-langkah dan tanggung jawab miti-
nal Keselamatan Pasien (International Patient Safety gasi, kesiapan, respons dan pemulihan.
Goals). Komponen utama dari proses ini ialah evaluasi
lapangan di rumah sakit oleh pelaku survei JCI. rencana perawatan Rencana yang mengiden-
tifikasi kebutuhan perawatan pasien, menentukan
prosedur invasif Suatu prosedur yang melibat- strategi-strategi untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
kan pembuatan tusukan atau sayatan pada kulit atau mendokumentasi tujuan dan sasaran pengobatan,
pemasukan suatu alat atau bahan asing ke dalam tubuh. menguraikan kriteria untuk mengakhiri intervensi,
dan mendokumentasikan perkembangan individu
proses kredensial Proses untuk memperoleh, dalam mencapai tujuan dan sasaran yang ditentukan.
memverifikasi, dan menilai kualifikasi seorang Rencana ini didasarkan pada data yang dikumpulkan
praktisi perawatan kesehatan untuk menyediakan selama penilaian pasien. Format rencana tersebut
layanan perawatan pasien di dalam atau untuk suatu dalam beberapa rumah sakit dapat diatur oleh
rumah sakit. Proses untuk memeriksa kualifikasi staf kebijakan dan prosedur, protokol, pedoman praktik,
secara berkala disebut sebagai proses “rekredensial.” alur klinis (clinical paths) tertentu atau kombinasi
dari semuanya. Rencana perawatan dapat mencakup
proses perawatan pasien Tindakan penye- pencegahan, perawatan, pengobatan, habilitasi, dan
diaan akomodasi, kenyamanan, dan pengobatan rehabilitasi. Juga lihat rencana.
untuk seseorang. Hal ini secara tidak langsung me-
nyatakan tanggung jawab untuk keselamatan, ter- resume medis pasien pulang Suatu bagian
masuk pengobatan, layanan, habilitasi, rehabilitasi, dari rekam medis yang merangkum sebab pasien atau
program-program lainnya yang diminta oleh masuk ke rumah sakit, temuan signifikan, prosedur
rumah sakit atau jaringan untuk individu tersebut. yang dijalankan, pengobatan yang diberikan, kondisi
pasien saat pulang, dan instruksi-instruksi khusus
protokol Rencana pengobatan atau garis besar lainnya yang diberikan kepada pasien atau keluarga
suatu studi ilmiah—termasuk antara lain jenis pasien (misalnya, tindak-lanjut, obat-obatan).
peserta percobaan, jadwal, prosedur, pengobatan dan
dosis—yang menggunakan prosedur eksperimental rujukan Pengiriman individu (1) dari satu
atau pengobatan baru dengan tujuan mengukur dokter ke dokter atau spesialis lain atau (2) dari satu
aplikasinya pada manusia. tempat atau bagian ke yang lain atau sumber daya
lain, baik untuk konsultasi atau perawatan karena
rekrutmen Pencarian pegawai—biasanya baru— perujuk tidak siap atau tidak memenuhi syarat untuk
atau anggota staf rumah sakit lainnya. menyediakan layanan yang dibutuhkan.
rencana Suatu metode terperinci yang diformu- sampel representatif Suatu sampel di mana
lasi sebelumnya untuk mengidentifikasi kebutuhan, setiap kasus dalam populasi yang diidentifikasi
menentukan strategi-strategi untuk memenuhi ke- pada awalnya memiliki probabilitas yang sama
butuhan tersebut, serta menetapkan tujuan dan untuk dimasukkan sebagai sampel. Sebuah sampel
sasaran. Format rencana tersebut dapat mencakup representatif diperoleh jika random sampling
narasi, kebijakan dan prosedur, protokol, pedoman digunakan untuk memilih kasus sampel.
279
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Glosariu
staf Semua orang yang menyediakan perawatan, kesehatan berkala atau dengan menggunakan alat-alat
pengobatan dan layanan dalam rumah sakit sesuai pemeriksaan formal. Juga lihat ukuran.
peran dan tanggung jawab mereka (misalnya, staf
medis dan staf keperawatan), termasuk mereka yang sedasi Lihat anestesi dan sedasi.
Glosarium
280
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Glosariu
Glosarium
luhan pasien, pembuatan catatan pasien, penilaian akan pengamatan pelaku survei, wawancara
pasien). staf atau pasien, atau inspeksi fasilitas
fisik untuk mengonfirmasi bahwa rumah
sterilisasi Penggunaan prosedur fisik atau kimia sakit telah mengambil tindakan cukup
untuk menghancurkan semua mikroba, termasuk untuk mencapai pemenuhan syarat secara
endospora bakteri yang sangat resisten. layak berdasarkan standar JCI dan/atau
Sasaran Internasional Keselamatan Pasien
survei akreditasi Evaluasi terhadap suatu (International Patient Safety Goals) yang
rumah sakit yang mengases pemenuhannya terhadap diidentifikasikan sebagai “tidak terpenuhi”
standar-standar yang berlaku dan yang menentukan atau “terpenuhi sebagian” pada saat survei
status akreditasinya. Juga dikenal sebagai “survei tiga penuh awal atau tiga tahunan.
tahunan”, survei akreditasi JCI meliputi berikut ini:
• Evaluasi dokumen yang disediakan oleh
staf rumah sakit yang menunjukkan bahwa survei terfokus mencari-sebab Evaluasi
rumah sakit yang dilaksanakan apabila
syarat-syarat terpenuhi
JCI menyadari adanya masalah serius
• Informasi verbal mengenal penerapan standar
yang melibatkan pemenuhan syarat yang
atau contoh penerapannya yang membantu
diatur oleh standar, perawatan pasien dan
menentukan apakah syarat-syarat terpenuhi
keselamatan pasien.
• Pengamatan di lapangan oleh para pelaku
survei
• Pelacakan pasien melalui proses perawatan survei awal Evaluasi terhadap rumah
dengan metodologi traser. sakit yang sedang berusaha memperoleh
• Penyuluhan tentang standar pemenuhan akreditasi JCI untuk pertama kalinya atau
syarat dan perbaikan kinerja belum terakreditasi oleh JCI selama enam
bulan sebelumnya.
survei perluasan Evaluasi rumah sakit yang
dijalankan akibat faktor-faktor berikut: survei validasi Evaluasi proses survei
• Rumah sakit menawarkan sedikitnya 25% setelah survei ulang awal atau tiga tahunan,
dari layanannya di lokasi baru atau di lokasi yang menilai pemenuhan standar dalam
bangunan yang diubah secara signifikan. rumah sakit, sebagai bagian dari usaha
• Rumah sakit telah meningkatkan kapasitasnya perbaikan mutu internal JCI. Meskipun
sebesar 25% atau lebih untuk menyediakan memiliki ruang lingkup yang mirip dengan
pelayanan, diukur berdasarkan volume pasien survei awal atau tiga tahunan, survei
atau parameter lainnya yang relevan. validasi bersifat sukarela dan sama sekali
• Rumah sakit telah melakukan merger tidak mempengaruhi hasil survei awal atau
dengan, konsolidasi dengan, atau meng- tiga tahunan rumah sakit.
akuisisi situs, layanan atau program, yang
diatur oleh standar JCI yang berlaku, namun tata kelola (governance) Individu, kelompok,
belum terakreditasi. atau badan yang paling berwewenang dan bertang-
gung jawab untuk mengembangkan kebijakan,
survei terfokus Evaluasi rumah sakit yang memelihara mutu perawatan, dan menyediakan
sempit dan terbatas menyusul survei awal manajemen dan perencanaan rumah sakit. Nama
atau survei tiga tahunan, yang berkonsen- lain untuk kelompok ini mencakup “dewan”, trasi
hanya pada masalah yang belum me- “dewan pengurus”, “dewan gubernur”, “dewan menuhi
syarat pada survei awal atau survei komisaris” dan “badan pengatur”.
281
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Glosariu
terapi gizi Pengobatan medis yang mencakup gizi untuk memperoleh data yang lebih banyak mengenai
enteral dan parenteral. keamanan dan keampuhan suatu produk.
bedah atau lainnya, di mana setiap pertanyaan yang 1. Mengumpulkan data kuantitatif mengenai
belum terjawab atau hal-hal yang masih membingung- suatu fungsi, sistem, atau proses (seseorang
kan mengenai pasien, prosedur atau lokasi, dipecah- “mengukur”).
kan bersama oleh seluruh tim bedah atau prosedur. 2. Suatu alat kuantitatif.
Bahkan jika hanya satu orang yang melakukan pro-
sedur, periode jeda sesaat untuk memastikan pasien, uraian tugas Penjelasan mengenai posisi
prosedur dan lokasi yang benar ini perlu dilaksanakan. pekerjaan, termasuk tugas, tanggung jawab, dan
syarat-syarat yang dibutuhkan untuk melakukan
tingkat perawatan Suatu klasifikasi tingkat pekerjaan tersebut.
layanan perawatan kesehatan. Tingkat-tingkat ini
dibagi berdasarkan jenis perawatan yang diberikan, utilisasi Penggunaan, pola penggunaan atau ting-
jumlah orang yang dilayani, dan jumlah orang yang kat penggunaan suatu layanan perawatan kesehatan.
memberikan perawatan. Tingkat-tingkat utama pe- Penggunaan yang berlebih (overuse) terjadi jika layan-
rawatan adalah primer, sekunder, dan tersier. Ting- an perawatan kesehatan diberikan dalam keadaan di kat-
tingkat perawatan yang diklasifikasikan berdasar- mana kemungkinan bahaya melebihi kemungkinan kan
akuitas pasien atau intensitas pelayanan yang manfaatnya. Penggunaan yang kurang (underuse) diberikan
adalah darurat, intensif dan umum. Juga adalah tidak digunakannya suatu layanan perawatan lihat
perawatan berkelanjutan continuum of care. kesehatan yang seharusnya dapat memberikan hasil
yang menguntungkan bagi pasien. Keliru-guna
uji coba klinis Pengujian pengobatan dalam (misuse) terjadi apabila layanan yang sesuai telah tiga
atau terkadang empat tahap, tergantung dipilih namun terjadi komplikasi yang seharusnya pada
tujuan, ukuran dan ruang lingkup uji coba dapat dicegah. Ketiganya mencerminkan suatu tersebut. Uji
coba “Fase I” mengevaluasi keamanan masalah dalam mutu perawatan kesehatan, yang juga obat-obatan,
peralatan atau teknik diagnostik, dapat meningkatkan risiko kematian dan mengurangi terapi, atau
profilaksis untuk menentukan rentang kualitas hidup. Juga lihat manajemen utilisasi.
dosis yang aman (apabila sesuai). Hal tersebut
melibatkan sejumlah kecil subjek yang sehat. Uji variasi Perbedaan hasil dari pengukuran peristiwa
coba berlangsung sekitar setahun. Uji coba “Fase yang sama lebih dari sekali. Sumber variasi dapat
II” biasanya terkontrol untuk menilai efektifitas dan dikelompokkan ke dalam dua kelompok utama: dosis
(apabila sesuai) obat-obatan, peralatan atau penyebab umum dan penyebab khusus. Terlalu teknik-
teknik. Studi ini melibatkan beberapa ratus banyak variasi sering menyebabkan pemborosan dan relawan,
termasuk sejumlah pasien yang memiliki kerugian, seperti terjadinya kondisi kesehatan pasien penyakit
atau gangguan yang ditargetkan. Uji coba yang tidak diinginkan dan meningkatnya biaya
ini berlangsung sekitar dua tahun. Uji coba “Fase layanan kesehatan.
III” memverifikasi efektifitas obat-obatan, peralatan
atau teknik-teknik yang diuji dalam studi pada verifikasi sumber utama Verifikasi kualifikasi
Fase II. Para pasien dari Fase II dimonitor untuk yang dilaporkan untuk seorang praktisi perawatan
mengidentifikasi apabila ada reaksi-reaksi yang tidak kesehatan dari sumber orisinal atau institusi yang
baik dari penggunaan jangka panjang. Studi ini disahkan untuk sumber tersebut. Metode-metode
melibatkan sekelompok besar pasien, cukup besar untuk melaksanakan verifikasi pada sumber utama
untuk mengidentifikasi respon-respon klinis yang kredensial mencakup korespondensi langsung, veri-
signifikan. Uji coba ini biasanya berlangsung sekitar fikasi lewat telepon yang didokumentasikan, verifikasi
tiga tahun. Uji coba “Fase IV” meneliti obat-obatan, elektronik yang aman dari sumber kualifikasi utama,
peralatan atau teknik yang sudah disetujui untuk atau laporan-laporan dari lembaga verifikasi kreden-
dijual di kalangan umum. Studi ini sering dilakukan sial yang memenuhi persyaratan JCI.
282
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Glosariu
Glosarium
283
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4
Indeks
Indeks
284
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
Indeks
pasien keadaan darurat (AP.1.3.1), 88 C
pembaharuan asesmen lama (AP.1.4.1), 89 Cardiac life support
pembedahan, asesmen sebelum (AP.1.5.1), 90 kompetensi dalam (KPS.8.1), 239-240
penyelesaian tepat waktu (AP.1.4.1), 89 pelatihan dalam (KPS.8.1), 239-240
Asesmen psikologis (AP.1.2), 87 Catatan klinis pasien
Asesmen sosial (AP.1.2), 87 akses ke (MKI.7), 259
asesmen, dokumentasi temuan asesmen (AP.1.5;
AP.1.5.1), 89-90
B asesmen kebutuhan edukasi, dokumentasi
Bagian Keuangan (Joint Commisision International), (PPKP.2), 153
18 asesmen ulang, dokumentasi (AP.2), 93
Bahan berbahaya dan limbah dipindahkan bersama pasien (MKI.8), 259
edukasi staf yang berperan dalam pengelolaan efek samping obat, pemantauan dan
(MKF.11.1), 227 dokumentasi atas (MPO.7), 147-148
inventarisasi bahan dalam fasilitas (MKF.5), hilang, rusak dan diubah-ubah, terlindung dari
219-220 (MKI.16), 263
izin, lisensi, sertifikat, atau persyaratan lainnya informasi meliputi (MKI.19; MKI.19.1), 265
(MKF.5), 219-220 kebijakan retensi untuk catatan, data dan
pembuangan (MKF.5), 219-220 informasi, 266
penanganan, penyimpanan dan penggunaan, kemampuan dan kemauan belajar, asesmen dan
rencana untuk (MKF.5), 219-220 dokumentasi atas (PPKP.2.1), 151
pemberian label terhadap (MKF.5), 219-220 kerahasiaan informasi pasien (HPK.1.6), 69
program pengelolaan keselamatan laboratorium membuat entri, di
dan (AP.5.1), 96 kewenangan untuk membuat (MKI.19.2),
peralatan pelindung dan prosedur (MKF.5), 226
219-220 penulis (MKI.19.3), 266
program pengelolaan keselamatan pelayanan tanggal (MKI.19.3), 266
radiologi dan pencitraan diagnostik (AP.6.2), format dan lokasi (MKI.19.2), 266
103 permintaan obat dan resep (MPO.4.3), 144
rencana tertulis untuk mengendalikan risiko pemindahan pasien, dokumentasi (APKP.4.4), 59
lingkungan (MKF.2), 216 penilaian ulang terhadap (MKI.19.4), 267
Banding atas keputusan akreditasi, 25 perawatan anestesi
Bayi. Lihat Anak-anak dan bayi dokumentasi penggunaan dan teknik
Benda tajam dan jarum, pembuangan (PPI.7.3), 188 anestesi (PAB.5.2), 128
Biaya perawatan dokumentasi pemantauan pascaanestesi
asesmen ekonomi (AP.1.2), 87 (PAB.6), 129
informasi tentang (APKP.1.2), 50 permintaan untuk perawatan dan pengobatan,
pembayaran untuk perawatan dan pemberian dokumentasi dari (PP.2.2), 114
perawatan yang seragam (PP.1), 112 persetujuan, dokumentasi (HPK.6.4; HPK.8),
tagihan untuk pelayanan (TKKA.6.1), 210 78-79
Biaya perjalanan, 17, 18 prakarsa dan pengurusan (MKI.19), 265
Buku Petunjuk. Lihat Buku petunjuk standar privasi dan kerahasiaan informasi (MKI.10),
Buku Petunjuk Standar 260-261
bagaimana menggunakan, 3-4 prosedur, dokumentasi (PP.2.3), 114
285
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
286
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
Indeks
konflik profesionals dan bisnis (TKKA.6.1), 209 dengan (MKF.7), 221
pelaporan atas masalah etika dan undang-undang rencana kesiapan menghadapi bencana, sesuai
(TKKA.6.2), 209-210 dengan (MKF.6.1), 220-221
tagihan untuk perawatan (TKKA.6.1), 209 rencana untuk bahan dan limbah berbahaya,
Evakuasi dari fasilitas (MKF.7.2), 221-212 sesuai dengan (MKF.5), 219-220
Evaluasi kinerja Hambatan emosi dan motivasi, asesmen bersifat
evaluasi praktik staf medis (KPS.11), 245-246 edukasi untuk mengidentifikasi (PPKP.2.1), 154
tata kelola (TKKA.1), 198 Hambatan fisik untuk perawatan (APKP.1.3), 51
penilaian ulang kinerja praktisi kesehatan Hambatan pada akses dan pemberian layanan
(KPS.17), 250 (APKP.1.3), 51
penilaian ulang kinerja staf keperawatan Hasil perawatan
(KPS.14), 248 hasil yang tidak terduga (PP.2.4), 115
manajer senior atau kepala (TKKA.1.4), 198 informasi tentang (APKP.1.2; HPK.2.1.1;
staf (TKKA.5.5), 208 PP.2.4), 50, 70-71, 115
staf klinis (KPS.3), 236 pasien dan keluarga terlibat dalam
staf nonklinis (KPS.4), 236 perawatan dan, 63
F I
Faktur, 18 Identifikasi
Farmasi, pengawasan atas (MPO.1.1), 138 identifikasi pasien (SIKP.1), 38
Film X-ray dan perlengkapan lain, ketersediaan dan memeriksa orang-orang tanpa (HPK.1.4), 68
pengelolaan (AP.6.6), 105 Imunisasi dan vaksinasi (KPS.8.4), 241
Formulir Instruksi Perjalanan, 13 Infeksi akibat perawatan kesehatan
Formulir permintaan elektronik, 14 data pengukuran, perbandingan dengan data luar
(PPI.10.4), 190-191
pengurangan atas (SIKP.5; PPI.5), 41, 184
G Rancangan baru atau modifikasi proses
Gambaran umum, 45 (PPI.10.3), 190
Gangguan emosi, proses asesmen pasien dengan risiko, angka dan tren, penelusuran atas
(AP.1.8), 91 (PPI.10.1), 190
Gas medis Infeksi lewat udara dan pencegahan (PPI.8), 189
inspeksi, uji, perawatan sistem (MKF.10), 226 Infeksi peralatan intravaskular invasif (PPI.6), 185
pelatihan staf yang bertugas menyimpan dan Infeksi resisten terhadap banyak jenis obat
menangani (MKF.11.1), 226 (PPI.6), 185
Gas, medis. Lihat Gas medis Infeksi saluran kencing (PPI.6), 185
Gizi. Lihat Makanan dan gizi Infeksi saluran pernapasan (PPI.6), 185
nutrisi enteral (PP.4.1), 119 Informasi rahasia
Glosarium, 271 informasi bersifat privasi dan rahasia
Gold Seal, 4 (MKI.10), 260
informasi pasien (HPK.1.6), 69
informasi proses akreditasi, 23-24, 25
H Informasi terbuka untuk umum, 23, 25
Hak istimewa, Lihat Pemberian kredensial dan hak
287
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
288
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
Indeks
Kebutuhan layanan keperawatan, identifikasi dan dari (HPK.1.5), 68-69
dokumentasi dari (AP.1.3), 87-88 Kelambatan pelayanan dan/atau pengobatan
Kebutuhan medis, identifikasi dan dokumentasi dari (APKP.1.1.3), 50
(AP.1.3), 87-88 Kelompok pasien berisiko
Kebutuhan privasi pasien (HPK.1.2), 67 kebijakan dan prosedur perawatan terhadap
Kebutuhan psikososial pasien dan keluarga (PP.7.1), (PP3.1 sampai PP.3.9), 117-118
121 perlindungan hak dari (HPK.1.5), 68-69
Kebutuhan transportasi pasien (APKP.5), 5, 59-60 proses asesmen untuk (AP.1.8), 91
Kegiatan pengukuran dan perbaikan mutu Keluhan
partisipasi praktisi layanan kesehatan dalam balas dendam terhadap pengadu, 31
(KPS.17), 249 definisi tentang, 30
partisipasi staf keperawatan dalam (KPS.14), 248 mengenai perawatan (HPK3), 73
pelatihan untuk mendukung, 12 ketersediaan informasi bagi tiap orang untuk
menetapkan prioritas (PMKP.1.2), 165 menyampaikan keluhan, 23
teknologi dan pendukung lain untuk ketersediaan informasi mengenai, 23 (PMKP.1.3),
165-166 laporan untuk Joint Commission International,
Kehilangan dan pencurian harta benda, pencegahan 30
terhadap (HPK.1.3), 67-68 layanan transportasi, proses keluhan untuk
Kehilangan dan pencurian obat, pencegahan terhadap (APKP.5), 5, 59-60
(MPO.2.1), 139 tanggapan untuk, 23
Kehilangan dan pencurian obat, pencegahan terhadap Kepala anestesi (PAB.2), 125-126
(MPO.2.1), 139 Kepemilikan pasien, perlindungan dari pencurian atau
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) (PMKP.8), 175 kehilangan (HPK.1.3), 67-68
Kejadian sentinel Kepemilikan rumah sakit
analisis akar masalah, 28 pengungkapan tentang (TKKA.6.1), 209
definisi, 28, 175 perubahan pada, 13, 15, 21, 26
definisi spesifik untuk masing-masing Kepemimpinan. Lihat Standar Tata kelola, rumah
sakit, 29 Kepemimpinan dan Arah; Manajer senior atau
gagal melaporkan, 29 direktur
informasi terbuka tentang, 31 komunikasi hasil asesmen dengan (PPI.10.5),
identifikasi adanya kejadian sentinel selama 190
survei, 28 efektif, 191
identifikasi dan pengelolaan, proses untuk proses manajemen informasi, edukasi dan
(PMKP.6), 6, 174 pelatihan tentang (MKI.17), 263
kebijakan, 28-29 kerja sama perbaikan mutu dan program
kegiatan tindak-lanjut, 29 keselamatan pasien untuk melakukan
kejadian-kejadian yang dapat dinilai ulang, (PMKP.1.1), 164
28, 29 komunikasi kepada staf tentang
kesalahan pengobatan dibandingkan dengan, 29 (PMKP.1.4), 166
pelaporan, 29 pelatihan staf untuk partisipasi dalam
penilaian ulang di lapangan dari, 30 (PMKP.1.5), 166
rencana tindakan, 27-30 perbaikan dari (PMKP.1), 164 respons
terhadap prioritas ukuran kualitas dan aktivitas
oleh rumah sakit, 28 perbaikan(PMKP.1.2), 165
289
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
edukasi untuk staf dalam melindungi (HPK.4), wilayah risiko keamanan, pengawasan terhadap
73-74 (MKF.4), 219
menghargai pada (HPK.1.1), 66-67 Keselamatan kebakaran
metode edukasi dan (PPKP.5), 156 edukasi staf yang berperan dalam (MKF.11.1),
Keputusan-keputusan akreditasi 227
dasar, 2, 3, 12, 24 evakuasi dari fasilitas (MKF.7.2), 221-222
informasi dan, 15 sistem deteksi dan pemadaman, inspeksi dan
kategori dan klasifikasi pengujian atas (MKF.7.2), 221-222
Akreditasi Ditolak, 12, 19, 22, 24 jalan keluar dari fasilitas (MKF.7.1), 221-222
Berisiko Ditolak untuk Akreditasi, kebijakan merokok (MKF.7.3), 223
15, 19- 21, 23-24, 26 pelatihan staf untuk (MKF.7.2), 221-222
Diakreditasi, 12, 24 peran staf dalam (MKF.7.2), 221-222
Kebijakan tentang Keakuratan dan Kebenaran program keselamatan kebakaran dan asap kejadian
sentinel dan, 29 pengurangan api dan asap termasuk dalam
ketersediaan informasi akan, 22-23 (MKF.7.1), 221-222
pedoman keputusan, 12 deteksi kebakaran dan asap termasuk dalam
penilaian ulang dan prosedur banding, 20, (MKF.7.1), 221-222
24-25 perencanaan dan pelaksanaan dari
tanggal efektif, 13 (MKF.7), 221-222
tanggal efektif untuk manual standar dan, rencana tertulis untuk mengendalikan risiko
4-5, 30-31 lingkungan (MKF.2), 226
survei terfokus dan, 19-21 risiko penanganan kebakaran, pengurangan
survei validasi dan, 21 terhadap (MKF.7.1), 221
Keputusan pembelian teknologi (MKI.15), 262-263 Kesiapan menghadapi bencana dan pengelolaan
Keputusan perawatan, informasi untuk dibuat keadaan darurat
(APKP.1.2), 50 edukasi staf yang berperan dalam (MKF.11.1),
Kesalahan medis, kejadian sentinel dibandingkan 227
dengan, 27 pengujian terhadap (MKF.6.1), 220
Kesalahan obat, KNC, pelaporan dari (MPO.7.1), penyusunan dan menjalankan (MKF.6), 220
148 rencana tertulis untuk menanggulangi risiko
Keselamatan dan keamanan lingkungan (MKF.2), 216
edukasi staf yang berperan dalam (MKF.11.1), Kesinambungan perawatan
227 individu yang bertanggung jawab pada
inspeksi fasilitas (MKF.4.1), 218 perawatan
konstruksi, pengurangan risiko selama (APKP.2.1), 53
(PPI.7.5), 188 pemindahan tanggung jawab perawatan
(APKP.2.1), pencegahan cedera (MKF.4), 218 53
peningkatan atau penggantian sistem, bangunan proses untuk kesinambungan dan koordinasi
atau komponen (MKF.4.2), 218 perawatan (APKP.2), 52
progam penyediaan keselamatan dan keamanan Keterbatasan kognitif, asesmen untuk identifikasi
lingkungan, 218 (PPKP.2.1), 154
Rencana Perbaikan Fasilitas, 213 Kode diagnosis (MKI.13), 261
rencana tertulis untuk menangani risiko Kode prosedur (MKI.3), 261
lingkungan (MKF.2), 216 Komite Akreditasi (Joint Commission International)
290
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan, Konflik profesional dan bisnis (TKKA.6.1), 209
identifikasi selama survei, 22 Konstruksi
Kebijakan tentang Keakuratan dan Kebenaran pengelolaan risiko keselamatan dan keamanan
Informasi, 15 selama (MKF.4), 218
pembayaran biaya dan, 17 pengurangan risiko selama (PPI.7.5), 188
Indeks
penilaian ulang dan banding atas keputusan Kontrak layanan dan perawatan
akreditasi, 24-25 akuntabilitas terhadap (TKKA.3.3), 203
proses akreditasi, 12 karyawan kontrak, orientasi untuk (KPS.7), 238
standar-standar, persetujuan atas, 32 layanan transportasi (APKP.5), 5, 59-60
survei terfokus dan, 20-21 perbaikan mutu dan program keselamatan pasien
Komunikasi. Lihat juga Pertimbangan bahasa; dan (TKKA.3.3.1), 6, 203
Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI), 253 Kontrak survei, 13
akreditasi – terhubung, individu sebagai kontak Kontrol dan pencegahan infeksi
dalam rumah sakit, 15 infeksi akibat perawatan kesehatan
catatan klinis pasien, akses untuk (MKI.7), 259 data pengukuran, perbandingan dengan
dengan masyarakat (MKI.1), 256 data luar (PPI.10.4), 190-191
dengan pasien dan keluarga pengurangan terhadap (SIKP.5; PPI.5), 41,
format dan bahasa untuk (MKI.3), 257 184
informasi tentang perawatan dan pelayanan rancangan baru atau modifikasi proses
(MKI.2), 256 (PPI.10.3), 190
dengan pasien tentang hak-hak dengan sikap dan risiko, angka, dan tren, penelusuran atas
bahasa yang dimengerti pasien (HPK.5), 74 (PPI.10.1), 190
dengan staf program untuk
keselamatan pasien (PMKP.1.4), 166 alat sekali-pakai (PPI.7.1.1), 186
perihal pemenuhan terhadap (PMKP.1.4), epidemi penyakit menular, penyelidikan
166 atas (PPI.5), 188
perihal hasil pengukuran pencegahan dan darah atau komponen darah, penanganan
pengendalian infeksi (PPI.10.5), 190 dan pembuangan (PPI.7.2), 187
perihal program peningkatan kualitas dan dasar untuk (PPI.3), 183
dipindahkan bersama pasien (MKI.8), 259 dukungan sistem manajemen informasi
edukasi pasien, keterampilan untuk memberi (PPI.4), 183-184
(PPKP.6), 156 jarum dan benda tajam, pembuangan
informasi pasien dan status kesehatan (PPI.7.3), 188
komunikasi (MKI.6), 258 konstruksi, pengurangan risiko selama
kebijakan dan prosedur, pengembangan dan (PPI.7.5), 188
pemeliharaan atas (MKI.18), 264 koordinasi untuk semua kegiatan
komunikasi efektif (SIKP.2), 38-39 pencegahan dan pengendalian infeksi
komunikasi yang sesuai dengan umur pasien (PPI.2), 182
(HPK5), 74 limbah infeksius, pembuangan (PPI.7.2),
layanan klinis, komunikasi yang efektif, dalam 187
pemberian (MKI.5), 258 limbah, pembuangan (PPI.7.2), 187
proses untuk komunikasi yang efektif (MKI.4), mutu udara dan pencegahan dan
257 pengendalian infeksi (PPI.7.5), 188
selama dalam bencana dan darurat (MKF.6), pembersihan dan sterilisasi peralatan
220 (PPI.7.1), 186
struktur rumah sakit dan proses untuk pembongkaran, pengurangan risiko selama
mendukung (TKKA.4), 205 (PPI.7.5), 188
Komunikasi dengan pasien sesuai umur (HPK.5), 74 pengendalian mekanis dan teknis serta
Konflik bisnis dan profesional (TKKA.6.1), 209 (PPI.7.4), 188
291
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
292
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
kontrol data mutu dari sumber luar, penilaian pengawasan (KPS.8.3), 241
ulang atas (AP.6.9), 107 Makanan dan gizi
kualifikasi individu yang bertanggung jawab asesmen gizi (AP.1.6), 90
mengarahkan dan mengawasi (AP.6.7), 106 edukasi pasien dan keluarga mengenai (PPKP.4),
layanan radiologi dan pencitraan diagnostik 155
Indeks
(AP.6.1), 103 keluarga menyediakan makanan (PP.4), 109, 118
layanan radiologi darurat dan pencitraan makanan atau nutrisi yang sesuai (PP.4), 118
diagnostik (AP.6), 102 nutrisi enteral (PP.4.1), 119
pakar bidang diagnostik khusus (AP6.10), 107 penyiapan yang aman, penyimpanan dan
pengujian darurat, laporan hasil tepat waktu pemberian makanan (PP.4.1), 119
(AP.6.4), 104 persiapan dan penanganan makanan (PPI.7.4),
program keamanan radiasi (AP.6.2), 103 188
program pengelolaan keamanan (AP.6.2), 103 pesanan untuk (PP.4), 118
program pengelolaan peralatan (AP.6.5), 105 pilihan makanan (PP.4), 118
program pengendalian mutu (AP.6.8), 107 produk nutrisi, penyimpanan yang aman dan
prosedur dan praktik keselamatan, orientasi dan sesuai (MPO.3.1), 140, 141
tingkatan staf (AP.6.3), 104 terapi gizi (PP.5), 119
staf berkualifikasi pada layanan radiologi dan undang-undang, peraturan, dan keamanan
pencitraan diagnostik (AP.6.3), 104 makanan (PP4,1), 118-119
staf pengawas (AP.6.3), 104 Manajemen informasi. Lihat juga Manajemen
sumber luar layanan radiologi dan pencitraan Komunikasi dan Informasi (MKI), 253
diagnostik (AP.6.1), 102 integritas data (MKI.11), 261
uji darurat, hasil laporan tepat waktu (AP.6.4), format dan metode penyebarluasan data dan
104 informasi (MKI.14), 262
Layanan resusitasi kebijakan dan prosedur, pengukuran manajerial
kebijakan dan prosedur penggunaan (PP.3.2), (PMKP.3.2), 169
116 informasi rahasia dan pribadi (MKI.10), 260
mempertahankan atau penghentian dari proses
(HPK.2.3), 71 edukasi dan pelatihan pada (MKI.17), 263-
Library of Measures Joint Commission International 264
(JCI), v, 169, 170 rencana dan rancangan dari (MKI.9), 259
Limbah, pembuangan (PPI.7.2), 187 catatan dan informasi, terlindung dari
Lisensi, Sertifikat, dan/atau Surat Izin asesmen pasien, kehilangan, kerusakan, dan perubahan
kualitias individu yang berperan (AP.1.1; AP.3), (MKI.16), 263
86, 94 kebijakan retensi untuk catatan, data dan
kebijakan tentang status Akreditasi Berisiko informasi, 261
Ditolak, 23-24 keamanan informasi (MKI.11), 261
obat-obatan, izin untuk menulis resep atau standarisasi terminologi, kode dan singkatan
memesan (MPO.4.2), 143 (MKI.13), 262
Literatur ilmiah dan manajemen (MKI.21), 269 dukungan untuk program pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI.4), 183-184
keputusan pengadaan teknologi (MKI.15),
M 262-263
Magnesium sulfat, 39 Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI), 253
Mahasiswa/pekerja magang catatan dan informasi, terlindung dari
informasi tentang (KPS.8.3), 241 kehilangan, kerusakan, dan perubahan
integrasi ke dalam program-program rumah sakit (MKI.16), 263
(KPS.8.3), 241 catatan klinis pasien orientasi
(KPS.7), 238 akses ke (MKI.7), 259
293
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
pasien keadaan darurat (MKI.19.1), 265 informasi pasien dan status kesehatan
membuat entri, berwenang untuk dipindahkan bersama pasien (MKI.8), 259
(MKI.19.2), 266 komunikasi antara (MKI.6), 258
membuat entri, penulis (MKI.19.3), Manajer senior atau kepala
266-267 evaluasi kinerja (TKKA.1.4), 198
Indeks
294
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
pengukuran dan edukasi aktivitas perbaikan edukasi pasien dan keluarga tentang (PPKP.4),
mutu, untuk mendukung, 12 155
partisipasi praktisi layanan kesehatan dalam kejadian efek samping obat
(KPS.17), 250 analisis (PMKP.11), 177
partisipasi staf keperawatan dalam pemantauan dan dokumentasi, 147-148
Indeks
(KPS.14), 248 kesalahan pengobatan, analisis terhadap
menetapkan prioritas (PMKP.1.2), 165 (PMKP.7), 175
teknologi dan pendukung lain untuk obat sangat diwaspadai (SIKP.3), 5, 39
(PMKP.1.3), 165 pemberian, identifikasi pasien sebelum
pengurangan risiko dan pengelolaan dan, 227 (SIKP.1), 38
program keselamatan radiasi (AP.6.2), 103 rekomendasi obat dan penggunaan obat yang
program pengelolaan keselamatan direkomendasikan (TKKA.3.2.1), 202
layanan laboratorium AP.5.1), 96 ringkasan obat-obatan dalam catatan pasien
layanan radiologi dan pencitraan diagnostik (APKP.3.3), 5, 56
(AP.6.2), 103 mengonsumsi sendiri obat-obatan (MPO.6.2),
program pengendali mutu pelaksanaan 147
(TKKA.5.5), 208 Obat penenang (sedasi minimal), 123 layanan
laboratorium (AP.5.9), 101 Obat sampel, penyimpanan (MPO.3.1), 141 program
pengelolaan radiologi dan Observasi, menahan pasien untuk (APKP.1.1), 48
keselamatan layanan pencitraan diagnostik Oksigen. Lihat Gas medis
(AP.6.8), 106 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
Mutu udara dan pencegahan serta pengendalian panduan kebersihan tangan, 41
infeksi (PPI.7.5), 188 daftar obat-obatan yang harus diwaspadai, 39
panduan program rekrutmen, 205
N
Natrium klorida, 39 P
Nilai-nilai (kepercayaan). Lihat Kepercayaan dan Pakar bidang diagnostik khusus (AP.5.11; AP.6.10),
nilai-nilai 102, 107
Nyeri Panduan program rekrutmen Internasional Council of
edukasi pasien dan keluarga mengenai (PPKP.4), Nurses, 205
155 Panduan program rekrutmen World Medical
perawatan menjelang ajal dan (PP.7.1), 121 Association, 205
identifikasi dan manajemen nyeri (PP.6), 119 Panduan program rekrutmen, 205
hak asesmen dan pengelolaan atas (HPK.2.4), 72 Partisipasi dalam proses perawatan. Lihat juga
pemeriksaan dan asesmen rasa nyeri (AP.1.7), 91 edukasi dalam (PPKP.2), 153
hasil perawatan, 70
informasi kepada pasien dan keluarga tentang
O (HPK.2.1), 70
Obat investigasional, penyimpanan (MPO.3.1), 140 Informed Consent
Obat kadaluarsa (MPO.3.3), 141 kebijakan dan prosedur untuk mendukung
Obat-obatan darurat (MPO.3.2), 141 (HPK.2), 69-70
Obat-obatan radioaktif, penyimpanan (MPO.3.1), perawatan menjelang ajal dan (PP.7.1), 121
141 pertanyaan pasien dan kesediaan pasien untuk
Obat-obatan yang dibawa oleh pasien (MPO.3; bicara, dorongan untuk (PPKP.5), 156
MPO.6.2), 141, 147 Pasien. Lihat juga Penerimaan di rumah sakit;
Obat-obatan Pasien berkebutuhan khusus
definisi, 135 kebijakan dan prosedur perawatan terhadap
elektrolit konsentrat, 39 (PP.3.8), 116, 118
295
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
296
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
Indeks
pembaruan dari, 13 farmasi (MPO.2.2), 139-140
perubahan struktur, kepemilikan, atau layanan ketersediaan obat yang tidak ada dalam
rumah sakit dan, 13, 15, 21 persediaan atau tidak biasa tersedia (MPO.2.2),
sertifikat akreditasi, 12 139
pembayaran biaya dan, 17, 18 pengawasan terhadap daftar obat (MPO.2.1),
pengembalian, 26 139
salinan sertifikat, 25 penilaian ulang daftar obat (MPO.2.1), 139
tanggal efektif akreditasi, 13 Pemindahan pasien
tanggal mulai berlaku akreditasi, 13 kriteria dan kebijakan (APKP.2), 52
Pemberian kredensial dan hak istimewa kriteria dan kebijakan (APKP.2; APKP.4),
praktisi independen, proses untuk (TKKA.3.3.2), 52, 57-58
7, 204 kebijakan etis (TKKA.6.1), 209
staf medis layanan intensif, kriteria untuk penerimaan dan/
evaluasi praktik (KPS.11), 245-246 atau pemindahan ke (APKP.1.4), 51-52
laporan berkas kredensial dan pembaruan layanan khusus, kriteria penerimaan dan/atau
hak istimewa, penetapan ulang (KPS.10), pemindahan ke (APKP.1.4), 51-52
245 pemantauan terhadap pasien dilakukan
izin untuk melakukan perawatan (KPS.9.1), (APKP.4.3), 59
242-244 proses (APKP.4), 59
proses kredensial (KPS.9).1, 242 rangkuman kondisi klinis pasien untuk rumah
verifikasi kredensial (KPS.9), 242-244 sakit penerima (APKP.4.2), 58
Pembongkaran, pengurangan risiko selama (PPI.7.5), rumah sakit penerima, kemampuan memenuhi
188 kebutuhan pasien (APKP.4.1), 58
Pemenuhan standar. Lihat di bawah Standar stabilisasi untuk pasien dengan kebutuhan
Pemesanan dan resep mendesak (APKP.1.1.1), 5, 49
catatan klinis pasien, informasi dalam Pemindahan pasien komunikasi dengan
(MPO.4.3), 144 edukasi tentang
daftar obat terkini pada catatan pasien (MPO.4), format dan bahasa untuk (MKI.3), 257
6, 142 risiko anestesi, manfaat dan alternatif
izin untuk menulis resep atau memesan obat (PAB.5.1), 128
(MPO.4.2), 143 risiko pembedahan, manfaat, dan alternatif
kebijakan dan prosedur (MPO.4), 16, 142 (PAB.7.1), 130-131
pemesanan atau resep, elemen dari (MPO.4.1), format dan bahasa untuk (MKI.3), 257
142-143 identifikasi (SIKP.1), 38
perbandingan pesanan awal dengan daftar obat informasi dan status kesehatan pasien,
(MPO.4.1), 6, 142 komunikasi (MKI.6), 258
resep dan pesanan yang tidak terbaca (MPO.4), informasi tentang perawatan dan pelayanan
6, 142 (MKI.2), 256
Pemilihan dan perolehan obat-obatan undang-undang, peraturan dan hak akan, 63
afiliasi atau persetujuan antar-rumah sakit Pemulangan, perujukan, dan tindak lanjut
(APKP.4.1), 58 etika kebijakan (TKKA.6.1), 209-210 daftar
obat (formularium) (MPO.2), 138 instruksi tindak lanjut (APKP.3.4), 56-57
dokumentasi pemindahan (APKP.4.4), 59 kebijakan untuk panduan (APKP.3), 53
informasi pasien, dipindahkan bersama pasien kriteria untuk (APKP.3), 54
297
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
pasien pulang tanpa izin dokter, proses perlindungan pasien yang berpartisipasi dalam
pengelolaan atas (APKP.3.5), 57 (HPK.7.1), 78
pemulihan dan selesainya sedasi (PAB.3), persetujuan, dokumentasi dari (HPK.8), 78-79
126-127 persetujuan untuk berperan serta dalam
perawatan anestesi, dikeluarkan dari wilayah (HPK.7.1; HPK.8) 78-79
Indeks
298
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
Indeks
kesiapan bencana dan risiko pengelolaan darurat perbandingan dilakukan (PMKP.4.2), 172
rencana kesiapan menghadapi bencana, frekuensi dari (PMKP.4.1), 172 penyusunan
dan menjalankan (MKF.6), penyakit infeksi dan menular, analisis
220 berjangkitnya (PMKP.7), 175
rencana tertulis untuk menanggulangi risiko kesalahan pengobatan, analisis terhadap
lingkungan (MKF.2), 216 (PMKP.7), 175
risiko keselamatan kebakaran kejadian Nyaris Cedera (PMKP.8), 175
pengurangan dari (MKF.7.1), 221 diagnosis sebelum dan sesudah operasi,
rencana tertulis untuk pengendalian risiko analisis perbedaan antara (PMKP.7), 175
lingkungan (MKF.2), 216 kejadian sentinel (PMKP.6), 174
material berbahaya dan risiko limbah, rencana reaksi transfusi, analisis terhadap
tertulis untuk menangani risiko lingkungan (PMKP.7), 175
(MKF.2), 216 pengumpulan dan analisis data, pencegahan
mengelola risiko lingkungan (MKF.2), 216-217 dan pengendalian infeksi (PPI.6), 185 mutu
dan keselamatan dan, 161 bentuk dan metode penyebaran data dan
pendekatan proaktif pada (PMKP.11), 6, 177 informasi (MKI.14), 262
program pencegahan dan pengendalian infeksi, perbaikan mutu dan keselamatan, pengumpulan
pendekatan berbasis risiko untuk fokus data untuk (PMKP.10), 176
pada (PPI.6), 185 data kontrol kualitas laboratorium dari sumber
rencana tertulis untuk mengelola risiko luar, penilaian ulang untuk (AP.5.10), 101-102
lingkungan (MKF.2), 216-217 data pengukuran
risiko keselamatan dan keamanan agregat (kumpulan) dan analisis tentang
konstruksi dan renovasi, pengelolaan risiko (PMKP.4), 171
selama (MKF.4), 219 analisis tentang, perbandingan dibuat
inspeksi terhadap fasilitas (MKF.4.1), 218 selama (PMKP.4.2), 172
wilayah risiko keamanan, pengawasan analisis tentang, frekuensi dari (PMKP.4.1),
terhadap (MKF.4), 219 172
rencana tertulis untuk mengelola risiko ukuran klinis (PMKP.3.1), 169
lingkungan (MKF.2), 216-217 penyampaian hasil pengukuran kepada staf
risiko peralatan medis, rencana tertulis untuk dan pemimpin (PPI.10.5), 190-191
mengelola risiko lingkungan (MKF.2), 216 perbandingan dengan data luar (PPI.10.4),
risiko sistem utilitas, rencana tertulis untuk 190-191
Pengelolaan darurat. Lihat Kesiapan Menghadapi proses validasi data (PMKP.5), 6, 172
Bencana dan pengelolaan darurat instansi kesehatan masyarakat, laporan ke
Pengelolaan data (PPI.10.6), 190
data kumpulan dan informasi infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan
database eksternal, pemakaian atau partisipasi (PPI.10.1), 190
dalam (MKI.20.2), 268 infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan,
proses untuk (MKI.20.1), 267 risiko, angka dan tren, penelusuran atas
penggunaan untuk (MKI.20), 268 pencegahan infeksi dan ukuran
analisis data pengendalian (PPI.10.2), 190-191
efek samping obat, analisis terhadap ukuran Sasaran Internasional Keselamatan
(PMKP.7), 175 Pasien (PMKP.3.3), 169
kumpulan dan analisis data pengukuran Joint Commission International Library of
299
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
300
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
Indeks
pembersihan dan sterilisasi peralatan (PPI.7.1), Kebutuhan emosional pasien dan keluarga
186 (PP.7.1), 121
pemeliharaan atas (MKF.8), 223 kebutuhan spiritual atau agama pasien dan
penarikan kembali peralatan (MKF.8.2), 224 keluarga (PP.7.1), 121
pengujian atas (MKF.8), 223 kenyamanan dan martabat (PP.7; PP.7.1),
pengumpulan data untuk merencanakan 120-121
peningkatan dan penggantian peralatan mutu perawatan (PP.7), 120
(MKF.8.1), 223-224 pertimbangan budaya (PP.7.1), 121
program pengelolaan peralatan laboratorium penanganan nyeri (PP.7.), 121
(AP.5.4), 98 perawatan yang tepat (PP.7.1), 120-121
program pengelolaan radiologi dan peralatan partisipasi dalam pengambilan keputusan
layanan pencitraan diagnostik (AP.6.5), 105 perawatan (PP.7.1), 121
program pengelolaan untuk (MKF.8), 223 pengelolaan selama bencana dan keadaan darurat
rekomendasi atas dan penggunaan yang (MKF.6), 220
direkomendasikan (TKKA.3.2), 202 penolakan pengobatan (HPK.2.2), 71
rencana tertulis untuk mengelola risiko pertimbangan atas kekhasan suatu negara, 2, 12
lingkungan (MKF.2), 216-217 saluran komunikasi yang efektif (MKI.5), 258
Peralatan yang ditarik kembali (MKF.8.2), 224 standarisasi proses perawatan (PMKP.2.1), 167
Peraturan, kebijakan dan prosedur (TKKA.1), 198 Perawatan menjelang ajal
Peraturan. Lihat undang-undang dan peraturan hak atas perawatan dengan rasa hormat dan
perawatan (APKP.2.1), 53 kasih sayang (HPK.2.5), 72
Proses untuk kesinambungan dan kebutuhan emosional pasien dan keluarga
perawatan (APKP.2.1), 53 (PP.7.1), 121 manajemen nyeri (PP.7.1), 121
pemulangan pasien, perujukan, dan tindak-lanjut kebutuhan psikososial pasien dan keluarga
kriteria untuk (APKP.3), 54 (PP.7.1), 121
resume medis pasien pulang (APKP.3.2), 55 kebutuhan spiritual atau agama pasien dan
Perawatan dan layanan. Lihat juga Hasil perawatan keluarga (PP.7.1), 121
perubahan pada, 13, 15, 21, 26 kenyamanan dan martabat (PP.7; PP.7.1),
integrasi dan koordinasi layanan dalam dan antar 120-121
departemen (TKKA.5.1.1), 206-207 mutu perawatan (PP.7), 120
jenis yang disediakan rumah sakit (TKKA.3.2), partisipasi dalam mengambil keputusan
202 perawatan (PP.7.1), 121
komunikasi dengan pasien dan keluarga perawatan yang tepat (PP.7.1), 120-121
mengenai (MKI.1), 256 pertimbangan budaya (PP.7.1), 121
layanan memperpanjang denyut kehidupan Perawatan intensif, kriteria untuk masuk dan/atau
(HPK.2.3), 71-72 pemindahan ke (APKP.1.4), 51
layanan pemasaran (TKKA.6.1), 209 Perawatan tindak-lanjut. Lihat Pemulangan, rujukan,
layanan yang disediakan oleh departemen, dan tindak-lanjut
penjelasan tertulis tentang (TKKA.5.1), 206 Perintah lisan dan via telepon
misi rumah sakit dan (TKKA.3.2), 202 kebijakan dan prosedur (SIKP.2), 39 partisipasi
dalam proses pelayanan permintaan tertulis dan lisan untuk perawatan
informasi kepada pasien dan keluarga (PP.2.2), 114
tentang (HPK.2.1), 70 Perintah Via Telepon. Lihat Perintah lisan dan via
kebijakan dan prosedur untuk mendukung telepon
301
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
302
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
Indeks
mutu, menentukan (PMKP.1.2), 165 Reagen dan perlengkapan, ketersediaan dan
teknologi dan pendukung lain untuk pengelolaan dari (AP.5.5), 99
(PMKP.1.3), 165 Reaksi transfusi, analisis (PMKP.7), 174
Prosedur disinfeksi permukaan tubuh (PPI.9), 175 Rekrutmen, pengangkatan dan retensi staf
Prosedur isolasi (PPI.8), 189 (TKKA.3.5; KPS.2), 205, 235
Prosedur pembedahan. Lihat juga Standar Anestesi Rencana perawatan, berbagi informasi tentang
dan Bedah (PAB), 123 (AP.4.1), 95
asesmen sebelum pembedahan (AP.1.5.1; Rencana perawatan dan pengobatan, kerja sama
PAB.7), 90, 130 informasi (AP.4.1), 95
catatan pembedahan (PAB.7.2), 131 Rencana Perbaikan Strategis (SIP)
catatan pembedahan tertulis (PAB.7.2), 131 Kebijakan berisiko ditolak akreditasinya, 24
diagnosis pra - dan pascaoperasi, analisis definisi dan tujuan, 4
perbedaan antara (PMKP.7), 175 Penilaian ulang dan persetujuan atas, 4
edukasi pasien tentang risiko, manfaat dan Rencana Tindakan, 27-29
alternatif pembedahan (PAB.7.1), 130-131 Renovasi
infeksi lokasi pembedahan (PPI.6), 185 pengelolaan risiko keselamatan dan keamanan
lokasi pembedahan-benar, prosedur-benar, selama (MKF.4), 218
pasien-benar (SIKP.4), 5, 40 pengurangan risiko selama (PPI.7.5), 188
menandai lokasi pembedahan, 40, 41 Rentang referensi (AP.5.7), 99-100
proses sesaat, 38, 39 Relawan, orientasi (KPS.7), 238
proses verifikasi sebelum operasi, 40, 41 Riwayat kesehatan dan fisik (AP.1.2), 87
pasien darurat, catatan dan diagnostik praoperasi pemilihan dan pengumpulan data pengukuran
dibuat sebelum pembedahan (AP.1.3.1), 87-88 analisis dari, perbandingan yang dibuat selama
pemantauan fisiologis selama dan segera sesudah (PMKP.4.2), 172
operasi (PAB.7.3), 131-132 analisis tentang, frekuensi dari (PMKP.4.1), 172
persetujuan sebelum (HPK.6.4), 76 data publik, data untuk yang dipercaya
rangkuman pada catatan pasien (APKP.3.3; (PMKP.5.1), 6, 173
PAB.7), 5, 56, 130 data yang dipercaya (PMKP.5.1), 6, 173
rencana perawatan pascabedah (PAB.7.4), 132 instansi kesehatan masyarakat, laporan ke
rencana untuk perawatan pembedahan (PAB.7), (PPI.10.6), 190
130 infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan
Proses akreditasi. Lihat juga Survei, akreditasi di (PPI.10.1), 190
lapangan infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan,
dicabut dari, 25 risiko, dengan angka dan tren, penelusuran
jangka waktu untuk, 13 atas (PPI.10.1), 190
kerahasiaan informasi, 22-23, 25 implementasi aktivitas pengukuran kualitas
layanan khas organisasi kesehatan, 2 (TKKA.5.5), 208
pertimbangan kondisi khas negara tertentu pada Pasien (PMKP.3.3), v, 169
waktu, 2, 12 Joint Commission International Library of
Proses triase (APKP.1.1.1), 5, 49 Measures, v, 169
Pusat Pencegahan dan Kendali Penyakit (US CDC) pemilihan pengukuran, 168-169
panduan kebersihan tangan, 39 penyampaian hasil pengukuran kepada staf dan
pemimpin (PPI.10.5), 190-191
perbandingan, analisis dari (PMKP.4.2), 172
303
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
proses validasi data (PMKP.5), 6, 172- dan/atau protokol klinis (PMKP.2.1), 167-168
175 rancangan baru atau modifikasi proses kebijakan dan prosedur
(PPI.10.3), 190 keterkaitan antara proses klinis dan manjerial, 161
ukuran klinis (PMKP.3.1), 169 pengembangan dan pemeliharaan (MKI.18), 264
ukuran manajerial (PMKP.3.2), 169 perbaikan, 171
ukuran pencegahan dan pengendalian infeksi persetujuan atas (TKKA.1.2), 198
(PPI.10.2), 190-191 proses desain baru atau yang dimodifikasi
ukuran Sasaran International Keselamatan (PMKP.2; PPI.10.3), 166, 190
kinerja profesional, pengukuran (TKKA.3.4), proses berisiko tinggi, desin ulang (PMKP.11),
204 6, 176-177
Ruang tekanan negatif (PPI.8), 189 risiko infeksi, proses terkait dengan (PPI.7), 186
Rujukan untuk perawatan. Lihat Pemulangan, standarisasi proses perawatan (PMKP.2.1),
rujukan dan tindak lanjut 167-168
Rumah sakit, perubahan pada, 13, 15, 21, 26 ukuran klinis (PMKP.3.1), 169
Staf, program pencegahan dan ukuran manajerial (PMKP.3.2), 169
pengendalian infeksi dan (PPI.5.1), 184 variasi dalam, 161
Sistem filtrasi High Efficiency Particular Air (HEPA),
189
S Sistem penarikan kembali obat (MPO.3.3), 141
Sanitasi dapur (PPI.7.4), 188 Sistem utilitas
Sarung tangan (PPI.9), 189 air minum, ketersediaan (MKF.9), 224-225
Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (SIKP) air minum, sumber alternatif dari (MKF.9.1),
perubahan pada, 5 225
daftar tujuan, 35 air, pengawasan mutu (MKF.10.1), 226
identifikasi pasien (SIKP.1), 38 air untuk dialisis, pengujian (MKF.10.1), 226
infeksi akibat perawatan kesehatan, pengurangan edukasi staf yang bertugas dalam pengoperasian
terhadap (SIKP.5), 41 (MKF.11.2), 227
komunikasi dengan staf tentang pemenuhan inspeksi, uji, dan pemeliharaan (MKF.10), 226
(PMKP.1.4), 166 mutu udara dan pencegahan dan pengendalian
komunikasi, efektif (SIKP.2), 38 infeksi (PPI.7.5), 188
maksud dari, 35 pengumpulan data untuk memantau sistem
obat berisiko tinggi (SIKP.3), 5, 39 (MKF.10.2), 226
pemenuhan, asesmen atas, 2 rencana tertulis untuk mengendalikan risiko
pelaksanaan dari (PMKP.1.2), 165 lingkungan (MKF.2), 217
pembedahan, lokasi benar, prosedur benar dan tenaga listrik, ketersediaan (MKF.9), 225
pasien benar(SIKP.4), 5, 40 tenaga listrik, sumber alternatif dari (MKF.9.1),
risiko jatuh, pengurangan terhadap (SIKP.6), 42 207
Sedasi. Lihat Anestesi dan sedasi; Standar Anestesi Staf. Lihat juga Standar Kualifikasi dan edukasi staf
dan Bedah bahan berbahaya dan manejemen limbah, peran
Sedasi dalam. Lihat Anestesi dan Sedasi; Standar staf dalam (MKF.11.1), 227-228
Perawatan Anestesi dan Bedah (PAB), 123 bencana dan keadaan darurat, peran selama
Sedasi minimal (anxiolisis) (PAB), 123 (MKF.6), 220-221
Sertifikasi cardiac life support, kompetensi dalam
basis untuk, v, 2 (KPS.8.1), 239-240
304
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
Indeks
untuk (KPS.8.3), 240-241 komunikasi perihal
fasilitas dan peralatan untuk edukasi dan hasil pengukuran pencegahan dan
pelatihan (KPS.8.2), 240 keselamatan pasien (PMKP.1.4), 166
fasilitas yang aman dan efektif, peran staf dalam pengendalian infeksi (PPI.10.5), 190
(MKF.11.), 227 pemenuhan terhadap SIPK
fasilitas yang aman dan efektif, pengujian untuk (PMKP.1.4), 166
peran staf dalam (MKF.11.3), 227-228 program perbaikan kualitas dan kredensial,
karyawan kontrak, orientasi untuk (KPS.7), verifikasi dan evaluasi (KPS.12), 247
238-239 mahasiswa/tenaga magang, informasi tentang
keamanan dan keselamatan, peran staf dalam (KPS.8.3), 240-241
(MKF.11.1), 227 mahasiswa/tenaga magang, integrasi ke dalam
keamanan kebakaran, peran staf dalam mahasiswa/tenaga magang, orientasi (KPS.7),
(MKF.11.1), 227-229 238-239
kesempatan meneruskan edukasi (TKKA.3.5), mahasiswa/tenaga magang, pengawasan
205 (KPS.8.3), 240-241
kesiapan bencana, peran staf dalam (MKF.11.1), nilai dan kepercayaan pasien, hormat pada
227-228 (HPK.4), 73
keluhan dari, tanggapan balasan terhadap orientasi karyawan baru (KPS.7), 238-239
karyawan yang melaporkan, 31 penanganan dan penyimpanan gas medis, peran
kebutuhan pelatihan, identifikasi (KPS.8), 239 staf dalam (MKF.11.1), 227-228
kompetensi dan kualifikasi penanganan kebakaran, peran staf dalam
arsip kepegawaian (KPS.5), 237 (MKF.7.2), 221-222
cardiac life support, kompetensi dalam pengoperasian peralatan medis, peran staf dalam
(KPS.8.1), 239-240 (MKF.11.2), 227-228
definisi untuk semua anggota staf (KPS.1), pengoperasian sistem utilitas, peran staf dalam
234 (MKF.11.2), 227-228
diskripsi jabatan (KPS.1.1), 234 penilaian ulang kinerja (KPS.14), 248-249
pembaruan (KPS.6.1), 237-238 penugasan kerja klinis (KPS.13), 248
persyaratan jabatan staf KPS.1), 234 praktik dan prosedur keamanan laboratorium
rekrutmen dan pengangkatan staf (KPS.2), (AP.5.1), 96-97
235 praktik dan prosedur keamanan layanan rencana
kepegawaian, pengembangan radiologi dan pencitraan diagnostik (AP.6.2),
(KPS.6), 237-238 103
rencana kepegawaian, penilaian ulang dan program orientasi dan pelatihan (TKKA.5.4),
staf klinis, evaluasi awal (KPS.3), 236 208
staf klinis, evaluasi kinerja (KPS.3), 236 program penanganan kebakaran (MKF.7.2),
staf laboratorium (AP.5.2), 97 221-222
staf nonklinis, evulasi awal (KPS.4), program pelatihan profesional kesehatan
236-237 (KPS.8.3), 240
staf nonklinis, evaluasi kinerja (KPS.4), program peningkatan mutu dan keselamatan
236-237 pasien, partisipasi dalam (PMKP.1.5), 166 staf
layanan radiologi dan pencitraan program pencegahan dan pengendalian infeksi
diagnostik (AP.6.3), 104 (PPI.11), 192
teknik resusitasi, kompetensi dalam program-program rumah sakit (KPS.8.3),
305
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
306
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
Indeks
(APKP.1.2), 49-50 daftar standar, 123-124
hambatan budaya terhadap perawatan gambaran umum, 115
(APKP.1.3), 51 keberlakuan dari, 123
hambatan bahasa terhadap perawatan pengaturan dan pengelolaan
(APKP.1.3), 51 ketersediaan layanan anestesi (PAB.1), 125
hambatan dalam pemberian pengaksesan kepala layanan anestesi (PAB.2), 125-126
dan pemberian layanan (APKP.1.3), 50 Layanan anestesi untuk keadaan darurat
hambatan fisik pada perawatan (APKP.1.3), (PAB.1), 125
51 sumber anestesi dari luar (PAB.1), 125
hasil perawatan, informasi tentang undang-undang dan peraturan, layanan
(APKP.1.2), 49-50 anestesi dan (PAB.1), 125
kebutuhan darurat, pasien dengan Perawatan anestesi
(APKP.1.1.1), 5, 49 asesmen pascaanestesi (PAB.4), 127
kebutuhan mendesak, pasien dengan asesmen prainduksi (PAB.4), 127-128
(APKP.1.1.1), 5, 49 dipindahkan dari wilayah pemulihan
kebutuhan segera, pasien dengan (PAB.6), 129-130
(APKP.1.1.1), 5, 49 dokumentasi pemantauan pascaanestesi
kelambatan dalam perawatan dan/atau (PAB.6), 129-130
pengobatan, 45 dokumentasi penggunaan dan teknik
keputusan perawatan, informasi untuk anestesi (PAB.5.2), 128-129
mengambil (APKP.1.2), 50 edukasi pasien mengenai risiko, manfaat,
layanan intensif, kriteria untuk penerimaan dan alternatif anestesi (PAB.5.1), 128
dan/atau transfer ke (APKP.1.4), 51-52 pemantauan fisiologis selama (PAB.5.3),
layanan khusus, kriteria untuk penerimaan 129
dan/atau transfer ke (APKP.1.4), 51-52 rencana untuk perawatan anestesi (PAB.5),
menerima pasien, dasar untuk (APKP.1), 129
48 status pascaanestesi, pemantauan terhadap
misi rumah sakit dan penerimaan pasien (PAB.6), 129-130
(APKP.1), 48 perawatan anestesi dan (PAB.1), 125
memprioritaskan kebutuhan pasien perawatan pembedahan
(APKP.1.3), 51 asesmen prabedah (PAB.7), 130
observasi, menahan pasien untuk alternatif pembedahan (PAB.7.1), 130-131
(APKP.1.1), 48 catatan pembedahan (PAB.7.2), 131
penerimaan gawat darurat (APKP.1.1), catatan laporan pembedahan (PAB.7.2),
48-49 131
perawatan, informasi tentang (APKP.1.2), edukasi pasien tentang risiko, manfaat dan
50-51 pemantauan fisik selama dan segara dan
proses penerimaan (APKP.1.1), 48-49 rencana pascabedah (PAB7.4), 132 proses
triase (APKP.1.1.1), 5, 49 rencana untuk perawatan pembedahan skrining
dan pengujian diagnostik sebelum (PAB.7), 130
penerimaan (APKP.1), 48 sesudah operasi (PAB.7.3), 131-132
standarisasi proses (APKP.1.1), 48-49 perawatan sedasi
pengalihan tanggung jawab perawatan asesmen prasedasi (PAB.3), 126-127
(APKP.2.1), 53 kebijakan dan prosedur (PAB.3), 126-127
307
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
308
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
Indeks
berpartisipasi dalam (HPK.7.1), 78 (KPS.8.1), 239-240
persetujuan untuk berperan serta dalam edukasi dan pelatihan di tempat kerja
(HPK.7.1; HPK.8) 77-78 (KPS.8), 239
protokol, penilaian ulang atas (HPK.7.1), fasilitas dan peralatan untuk edukasi dan
78 pelatihan (KPS.8.2), 240
penyalahgunaan dan kelalaian, perlindungan karyawan kontrak, orientasi untuk (KPS.7),
bagi pasien terhadap (HPK.1.5), 68-69 238-239
perawatan di akhir hayat, penuh penghormatan kebutuhan pelatihan, identifikasi (KPS.8),
dan kasih sayang (HPK.2.5), 72 239
perawatan memperpanjang kehidupan mahasiswa/tenaga magang, informasi
(HPK.2.3), 71-72 tentang (KPS.8.3), 241
perlindungan akan hak (HPK.1), 66 mahasiswa/tenaga magang, integrasi ke
perubahan pada, 5 program-program rumah sakit (KPS.8.3),
pernyataan tertulis mengenai hak dan tanggung 241
jawab, 74 mahasiswa/tenaga magang, orientasi tentang
undang-undang dan peraturan dan hak pasien (KPS.7), 238-239
dan keluarga (HPK.1), 66 mahasiswa/tenaga magang, pengawasan dari
Standar Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS) (KPS.8.3), 241
arsip kepegawaian (KPS.5), 237 program pelatihan profesional kesehatan
daftar standar, 231-233 (KPS.8.3), 240
diskripsi pekerjaan (KPS.1.1), 234-235 program akademis, fasilitas setting klinis
kompetensi dan kualifikasi untuk (KPS.8.3), 240
arsip kepegawaian (KPS.5), 237 pegawai baru, orientasi untuk (KPS.7),
cardiac life support, kompetensi dalam relevansi edukasi (KPS.8), 239
(KPS.8.1), 239-240 sukarelawan, orientasi tentang (KPS.7), 238
definisi untuk semua anggota staf (KPS.1), teknik resusitasi, kompetensi dalam
234 (KPS.8.1), 239-240
diskripsi pekerjaan (KPS.1.1), 234-235 teknik resusitasi, pelatihan tentang
gambaran umum 231 (KPS.8.1), 239-240
imunisasi dan vaksinasi (KPS.8.4), 241 waktu staf untuk belajar dan pelatihan
kriteria posisi staf KPS1), 234 (KPS.8.2), 240
staf klinis, evaluasi awal (KPS.3), 236 penyakit infeksi, staf terekspos ke (KPS.8.4), 241
staf klinis, evaluasi kinerja (KPS.3), 236 praktisi pelayanan kesehatan
staf nonklinis, evaluasi awal (KPS.4), 236 aktivitas perbaikan mutu, partisipasi dalam
staf nonklinis, evaluasi kinerja (KPS.4), 236 (KPS.14), 248-249
rekrutmen dan pengangkatan staf KPS.2), kredensial, verifikasi, dan evaluasi dari
235 (KPS.15), 249-250
rencana kepegawaian, pengembangan penilaian ulang kinerja (KPS.17), 250
(KPS.6), 237 tugas-tugas pekerjaan klinis (KPS.16), 250
rencana kepegawaian, penilaian ulang dan program kesehatan dan keselamatan untuk staf
pembaruan (KPS.6.1), 237-238 (KPS.8.4), 241
teknik resusitasi, kompetensi dalam rekrutmen dan pengangkatan staf KPS.2), 237
(KPS.8.1), 239-240 staf medis
undang-undang dan peraturan, pemenuhan evaluasi praktik (KPS.11), 245-246
309
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
310
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
Indeks
Standar pengelolaan Fasilitas dan Keselamatan dengan (MKF.4), 218
kesiapan terhadap bencana dan pengelolaan darurat program penanganan asap dan kebakaran,
biaya sesuai dengan (MKF.7), 221
biaya akreditasi tiga tahunan, 17 rencana kesiapan menghadapi bencana,
biaya awal akreditasi, 17 rencana untuk bahan dan limbah
biaya pembatalan, 17 sesuai dengan (MKF.6.1), 220-221
biaya penundaan, 17 gambaran umum, 213
biaya perjalanan, 18 informasi tidak akurat, 15
dasar untuk, 16 inspeksi fasilitas, undang-undang dan peraturan,
faktur, 17-18 sesuai dengan (MKF.1), 216
pembayaran dari, 17, 18 keamanan kebakaran
penundaan dalam penyerahan pembayaran, evakuasi dari fasilitas (MKF.7.2), 221-222
18 deteksi dan sistem pengendalian, inspeksi
survei terfokus, 16, 17, 18 dan pengujian atas (MKF.7.2), 221-223
survei validasi, 21 jalan keluar dari fasilitas (MKF.7.1),
di luar wilayah perawatan pasien (MKF.7.3), 221-222
223 kebijakan merokok (MKF.7.3), 223
edukasi staf latihan staf untuk (MKF.7.2), 222-223
kesiapan bencana, staf berperan dalam perencanaan dan pelaksanaan (MKF.7),
(MKF.11.1), 227-228 221-222
keamanan kebakaran, staf berperan dalam program penanganan asap dan kebakaran,
(MKF.11.1), 227-228 sesuai dengan (MKF.7), 221
pengelolaan pembuangan limbah dan bahan rencana tertulis untuk mengelola risiko
berbahaya, staf berperan dalam lingkungan (MKF.2), 216-217
(MKF.11.1), 227-228 risiko penanganan kebakaran, pengurangan
operasi peralatan medis, staf berperan terhadap (MKF.7.1), 221
dalam (MKF.11.2), 228 staf yang bertugas untuk (MKF.7.2),
penanganan dan penyimpanan gas medis, 222-223
staf berperan dalam (MKF.11.1), 228 kesiapan terhadap bencana dan pengelolaan
fasilitas yang aman dan efektif, peran staf darurat
dalam (MKF.11.), 227 rencana kesiapan menghadapi bencana,
fasilitas yang aman dan efektif, pengujian penyusunan dan pelaksanaan (MKF.6),
untuk peran staf dalam (MKF.11.3), 220
227-228 rencana kesiapan menghadapi bencana,
keamanan dan keselamatan, peran staf pengujian terhadap (MKF.6.1), 220-221
dalam (MKF11.1), 228 rencana tertulis untuk mengelola risiko
operasi sistem utilitas, staf berperan dalam lingkungan (MKF.2), 216-217
(MKF.11.2), 228 keselamatan dan keamanan
fasilitas inspeksi fasilitas (MKF.4.1), 219
individu yang terlibat untuk (MKF.3), 218 konstruksi, pengelolaan risiko selama
pemantauan atas (MKF.3.1), 217 (MKF.4), 218
pengawasan dan pengarahan program peningkatan atau penggantian sistem,
(MKF.3.1), 217 bangunan atau komponen (MKF.4.2),
pengumpulan data untuk perbaikan 218
311
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
312
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
Indeks
penyakit dan organisme yang signifikan secara wilayah pengunjung yang termasuk dalam
epidemiologis (PPI.6), 185 (PPI.5.1), 185
perubahan pada, 6 wilayah perawatan pasien termasuk dalam
program pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI.5.1), 185
alat sekali-pakai (PPI.7.1.1), 186 wilayah staf yang termasuk dalam (PPI.5.1),
darah atau komponen darah, penanganan 185
dan pembuangan (PPI.7.2), 187 prosedur disinfeksi permukaan tubuh (PPI.9),
dasar untuk (PPI.3), 183 190
dukungan sistem manajemen informasi prosedur isolasi (PPI.8), 189
(PPI.4), 184 masker (PPI.9), 189
edukasi staf tentang (PPI.11), 192 sarung tangan (PPI.9), 189
jarum dan benda tajam, pembuangan teknik pelindung (PPI.9), 189
(PPI.7.3), 188 Standar Asesmen Pasien (AP), 83-107 konstruksi,
pengurangan risiko selama analisis bersama terhadap temuan asesmen
(PPI.7.5), 188 (AP.4), 95
koordinasi untuk semua kegiatan analisis temuan asesmen (AP.4), 95
limbah infeksius, pembuangan (PPI.7.2), anestesi, asesmen medis awal untuk (AP.1.5.1),
187 90
limbah, pembuangan (PPI.7.2), 187 asesmen awal
asesmen khusus, penentuan kebutuhan
pembersihan dan sterilisasi peralatan akan (AP.1.10), 93
(PPI.7.1), 186 evaluasi termasuk seluruhnya (AP.1.2), 87
pembongkaran, pengurangan risiko selama kurun waktu penyelesaian (AP.1.4.1), 89
(PPI.7.5), 188 rencana pemulangan, identifikasi kebutuhan
pencegahan dan pengendalian infeksi dan proses perencanaan (AP.1.11), 93
(PPI.2), 182 asesmen ekonomi (AP.1.2), 87
pendekatan berbasis risiko untuk fokus asesmen keperawatan
pada (PPI.6), 185 dokumentasi temuan asesmen (AP.1.5),
pengawasan dan kepemimpinan (PPI.1), 89-90
182 individu berkualifikasi melaksanakan
pengendalian mekanis dan teknis serta asesmen (AP.3), 94
(PPI.7.4), 188 kebutuhan layanan keperawatan, identifikasi
pengelolaan binatu dan linen (PPI.7.1), 186 dan dokumentasi (AP.1.3), 87-88
pengumpulan dan analisis data sebagai pasien keadaan darurat (AP.1.3.1), 87
dasar untuk fokus program (PPI.6), 185 asesmen khusus, penentuan kebutuhan akan
persediaan kadaluarsa, pengelolaan atas (AP.1.10), 93
(PPI.7.1.1), 188 asesmen lama yang diubah (AP.1.4.1), 89
persiapan dan penanganan makanan asesmen medis
(PPI.7.4), 188 anestesi, asesmen awal untuk (AP.1.5.1), 90
proses terkait dengan risiko infeksi (PPI.7), asesmen lama yang diperbaharui (AP.1.4.1),
186 89
renovasi, pengurangan risiko selama dokumentasi temuan asesmen (AP.1.5;
(PPI.7.5), 188 AP.1.5.1), 89-90
sanitasi dapur (PPI.7.4), 188 kebutuhan medis, identifikasi dan
313
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
314
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
dan pencitraan diagnostik (AP.6.3), 104 upaya kolaboratif dalam menyediakan edukasi
sumber luar layanan radiologi dan (PPKP.6), 156
pencitraan diagnostik (AP.6.1), 102 Standar Perawatan Pasien (PP)
menentukan prioritas kebutuhan pasien daftar standar, 109-110
pasien berkebutuhan khusus, proses asesmen gambaran umum
Indeks
untuk (AP.1.8), 91-92 identifikasi dan manajemen nyeri (PP.6), 119
pasien darurat keseragaman proses dan pemberian
asesmen medis dan keperawatan perawatan (PP.1), 112
(AP.1.3.1.), 87-88 pembayaran untuk perawatan dan pemberian
individu yang memenuhi kualifikasi perawatan yang seragam (PP.1), 112
melakukan asesmen (AP.3), 94 prosedur, dokumentasi (PP.2.3), 114
operasi pembedahan, catatan dan diagnosis rencana perawatan (PP.2.1), 112-113
praoperasi sebelum (AP.1.3.1), 88 hasil perawatan
pasien menjelang ajal, asesmen dan asesmen hasil yang tidak terduga (PP.2.4), 115
ulang (AP.1.9), 92-93 pemberitahuan (PP.2.4), 115
pembedahan, asesmen medis sebelum (AP.1.5.1), integrasi dan koordinasi dalam perencanaan dan
90 pemberian perawatan (PP.2), 112-113
pemeriksaan dan asesmen rasa nyeri (AP.1.7), 91 kepemimpinan dan perencanaan
pemeriksaan kebutuhan fungsional (AP.1.6.), 90 komunikasi dengan staf tentang perbaikan
perubahan pada, 6 mutu dan program keselamatan pasien
proses asesmen (AP.1), 86 (PMKP.1.4), 166
proses asesmen, modifikasi untuk kelompok pelatihan staf untuk berpartisipasi dalam
rencana pemulangan, identifikasi kebutuhan program perbaikan mutu dan keselamatan
dan proses perencanaan (AP1.11), 93 pasien (PMKP.1.5), 166
rencana perawatan dan pengobatan, kerja sama prioritas kegiatan pengukuran dan
informasi (AP.4.1), 95 perbaikan mutu, menentukan
riwayat kesehatan dan fisik (AP.1.2), 87 (PMKP.1.2), 165
Standar edukasi pasien dan keluarga program kolaborasi untuk perbaikan mutu
asesmen kebutuhan edukasi (PPKP.2), 154 dan keselamatan pasien (PMKP.1.1),
asesmen kemampuan dan kemauan untuk belajar 164-165
(PPKP.2.1), 154 program perbaikan mutu dan keselamatan
daftar standar, 151-152 pasien (PMKP.1), 164
gambaran umum, 151 teknologi dan pendukung lain untuk
informasi verbal (PPKP.5), 156 program perbaikan mutu dan keselamatan
kebutuhan yang sedang berjalan terkait kesehatan, pasien (PMKP.1.3), 165-166
edukasi dan pelatihan untuk mencapai sasaran makanan atau nutrisi yang sesuai (PP.4), 118
(PPKP.3), 154-155 gizi enteral (PP.4.1), 119
kecakapan komunikasi untuk memberikan keluarga menyediakan makanan (PP.4),
edukasi (PPKP.6), 156 109, 118
materi tertulis (PPKP.5), 156 pilihan makanan (PP.4), 118
metode edukasi (PPKP.5), 156 penyiapan, penyimpanan dan pembagian
pemahaman di pihak pasien dan keluarga, makanan secara aman (PP.4.1), 119
verifikasi atas (PPKP.5), 156 pesanan untuk (PP.4), 118
rencana edukasi (PPKP.1), 153 terapi gizi (PP.5), 119
struktur dan mekanisme untuk edukasi undang-undang, peraturan dan keamanan
(PPKP.1), 153 makanan (PP.4.1), 118-119
sumber daya, edukasi, dan pelatihan (PPKP.3), mutu perawatan (PP.7), 121
155 pasien dan perawatan berisiko tinggi, kebijakan
topik (PPKP.4), 155 dan prosedur untuk
315
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
anak-anak dan bayi (PP.3.8), 116, 118 efek samping obat, analisis (PMKP.7),
darah atau produk darah, pemakaian dan 174-175
administrasi (PP.3.3), 116-117 frekuensi (PMKP.4.1), 172
kelompok pasien berisiko (PP.3.1 sampai Kejadian Nyaris Cedera (PMKP.8), 175
PP.3.9), 117-118 kumpulan dan analisis data pengukuran
Indeks
316
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
Indeks
172 (TKKA.5.2), 207
proses validasi data (PMKP.5), 6, 172 kegiatan pengukuran mutu (TKKA.5.5),
ukuran klinis (PMKP.3.1), 169 209
perubahan pada, 6 kekurangan sumber daya (TKKA.5.2), 207
proses klinis dan manajerial program pengendalian mutu, implementasi
clinical practice guidelines, clinical pathways dari (TKKA.5.5), 208-209
dan/atau layanan panduan protokol klinis layanan yang diberikan oleh departemen,
(PMKP.2.1), 167 staf, orientasi dan program pelatihan untuk
proses desain baru atau yang modifikasi (TKKA.5.4), 208
(PMKP.2.1), 168 staf profesional, edukasi, keahlian dan
standarisasi proses perawatan (PMKP.2.1), pengalaman dari (TKKA.5.3), 208
168 daftar standar, 196-197
Sasaran Internasional Keselamatan Pasien etika
komunikasi dengan staf tentang biaya layanan (TKKA.6.1), 209
pemenuhan terhadap (PMKP.1.4), 166 dilema etik dan pembuatan keputusan
pelaksanaan (PMKP.1.2), 165 (TKKA6.2), 209
prioritas kegiatan pengukuran dan perbaikan kebijakan penerimaan, pemindahan dan
mutu, menentukan (PMKP.1.2), 165 pemulangan (TKKA.6.1), 209
program peningkatan kualitas dan keselamatan kerangka untuk pengelolaan etika
ukuran Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (TKKA.6).1), 210
(PMKP.3.3), 169-170 konflik profesional dan bisnis (TKKA.6.1),
data untuk publik, data yang dipercaya 209
(PMKP.5.1), 6, 173 gambaran umum, 195
data yang dipercaya (PMKP.5.1), 6, 173 pemasaran layanan (TKKA.6.1), 209
Joint Commission International Library of kepemilikan rumah sakit, pemberitahuan
Measures, v, 169 atas (TKKA.6.1), 210
ukuran manajerial (PMKP.3.2), 169 konflik bisnis dan profesional (TKKA.6.1),
pemilihan ukuran, 173 209
perbaikan mutu dan program keselamatan pelaporan atas persoalan etika dan undang-
pasien, pemilihan pengukuran (PMKP.3), undang (TKKA.6.2), 210
168-169 tata kelola rumah sakit
Standar Tata kelola, Kepemimpinan dan Arah (TKKA) anggaran, modal dan kegiatan (TKKA.1.3),
perubahan pada, 6-7 198-199
arah departemen dan layanan alokasi sumber daya untuk mencapai misi
diskripsi tertulis mengenai (TKKA.5.1), 206 rumah sakit (TKKA.1.3), 198-199
dokumen rencana departemen tertentu dokumen tertulis menggambarkan struktur
(TKKA.5.1), 206 tata kelola, 198
evaluasi kinerja staf (TKKA.5.5), 208 evaluasi mutu tata kelola (TKKA.1), 198
individu yang bertanggung jawab untuk kebijakan dan prosedur, persetujuan atas
(TKKA.5), 206 (TKKA.1.2), 198
integrasi dan koordinasi layanan di dalam manajer senior atau kepala, penunjukan
dan antar-departemen (TKKA.5.1.1), 206 (TKKA.1.4), 198
kebutuhan peralatan dan rekomendasi manajer senior atau direktur, evaluasi
(TKKA.5.2), 207 kinerja (TKKA.1.4), 199
317
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
318
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
Indeks
survei terfokus tindak-lanjut, 19, 20 Teknik resusitasi
survei terfokus mencari-sebab, 20 kompetensi dalam (KPS.8.1), 239
tujuan dari, 19 pelatihan dalam (KPS.8.1), 240
Survei terfokus mencari-sebab, 20 Teknologi dan pendukung lain untuk program
Survei terfokus tindak lanjut, 19, 20 perbaikan mutu dan keselamatan pasien
Survei validasi, 16, 21 (PMKP.1.3), 165
Survei, akreditasi di lapangan. Lihat juga Laporan Tenaga listrik
Temuan Survei Resmi sumber alternatif dari (MKF.9.1), 225
agenda, 2, 13, 14 ketersediaan akan (MKF.9), 224
aktivitas khas rumah sakit, 2, 12 Tenaga magang. Lihat Mahasiswa/tenaga magang
ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan, Terminologi, kode dan singkatan, standarisasi
identifikasi selama survei, 19, 21-22 (MKI.13), 262
hasil, 12 pengujian klinis. Lihat Layanan Laboratorium
Jadwal waktu proses akreditasi, 13
kejadian sentinel, identifikasi selama proses
survei, 28 U
lama waktu, 16, 21 Uji dan Hasil uji. Lihat Layanan laboratorium
metodologi traser, 18 Uji dan pengujian. Lihat Layanan laboratorium
pelatihan pelaku survei selama, 19 Uji klinis. Lihat penelitian klinis,investigasi klinis, dan
pembatalan, 14, 16, 17 uji klinis
pemantauan proses survei, 19 Undang-undang dan peraturan
penjadwalan, 13, 14, 30 asesmen pasien, kualifikasi individu pelaksana
penundaan, 14, 16, 17 (AP.1.1; AP.3), 86, 94
permintaan untuk Survei ulang, 30 hak pasien dan keluarga dan, 64-65
persyaratan pelaporan antar-survei, 21, 24, 26 inspeksi fasilitas, undang-undang dan peraturan,
perubahan struktur organisasi, kepemilikan, atau sesuai dengan (MKF.1), 216
layanan rumah sakit dan, 13, 15 Kebijakan tentang status Akreditasi Berisiko
proses, 18-24 Ditolak, 23-24
rapat pimpinan, 19 keamanan makanan dan (PP.4.1), 119 ruang
lingkup, 12 kerahasiaan informasi pasien (HPK.1.6), 69 survei
perluasan, 21 keselamatan dan keamanan dan sesuai dengan survei
terfokus (MKF.4.2), 218
survei terfokus mencari-sebab, 20 keseragaman proses dan pemberian perawatan
perubahan pada rumah sakit dan, 26 dan (PP.I), 112
biaya, 16, 17, 19 kualifikasi staf dan kompetensi, sesuai dengan
survei terfokus tindak-lanjut, 19, 20 (KPS.1), 234
Indeks 320 layanan radiologi dan pencitraan diagnostik
lama waktu, 19 (AP.6), 102
kebijakan, 19 layanan laboratorium (AP.5), 95-96
tujuan dari, 19 layanan memperpanjang denyut kehidupan
survei validasi, 16, 21 (HPK.2.3), 71-72
tanggal untuk, 14 layanan resusitatif (HPK.2.3), 71-72
tujuan, 12 layanan transportasi (APKP.5), 59-60
T manajemen dan penggunaan obat-obatan, sesuai
319
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- Inde
persediaan kadaluarsa, pengelolaan atas Wilayah perawatan pasien, program pencegahan dan
(PPI.7.1.1), 172, 186-187 pengendalian infeksi (PPI.5.1), 185
pertimbangan khas negara tertentu dalam proses
akreditasi, 2, 16
proses persetujuan diinformasikan (HPK.6), X
74-75
sesuai dengan, tanggung jawab untuk (TKKA.2),
200 Y
sesuai dengan terhadap standar, 3
staf perawatan dan pekerjaan keperawatan klinis
(KPS.13), 248 Z
pelaporan atas masalah etika dan undang-undang
(TKKA.6.2), 209
pengambilan keputusan oleh orang lain
(HPK.6.2), 75-76
V
Vaksinasi dan imunisasasi (KPS.8.4), 241
Ventilasi
filtrasi HEPA (PPI.8), 189
infeksi lewat udara dan pencegahan (PPI.8), 189
inspeksi, pengujian, dan sistem pemeliharaan
(MKF.10), 226-227
pengendalian mekanis dan teknis serta (PPI.7.4),
188
ruang tekanan negatif (PPI.8), 189
320