Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

MANAJEMEN MUTU PENYELENGGARAAN MAKANAN (MMPM)


Joint Commission International (JCI) Standar Akreditasi Internasional

KELOMPOK II :

Putu Rosa Efriyani


Ni Wayan Vera Sri Marta
Anak Agung Ayu Rai Kristiantari

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
PROGRAM STUDI GIZI DAN DIETETIKA
PROGRAM SARJANA TERAPAN
DENPASAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan "Tugas Makalah Manajemen Mutu
Penyelenggaraan Makanan (MMPM) Joint Commission International (JCI) ” tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan mata
kuliah Manajemen Mutu Penyelenggaraan Makanan (MMPM) Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes Denpasar.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah penelitian ini tidak akan selesai
tanpa bantuan dari berbagai pihak karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dr. Badrut Tamam,STP, M.Biotech selaku dosen Mata Kuliah MMPM Poltekkes
Kemenkes Denpasar yang telah memberikan arahan dan masukan yang berguna
bagi mahasiswa.
2. Ida Ayu Eka Padmiari,SKM.M.Kes selaku dosen Mata Kuliah MMPM Poltekkes
Kemenkes Denpasar yang telah memberikan arahan dan masukan yang berguna
bagi mahasiswa.
3. I.G.P Sudita Puryana,STP,MP selaku dosen Mata Kuliah MMPM Poltekkes
Kemenkes Denpasar yang telah memberikan arahan dan masukan yang berguna
bagi mahasiswa.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Denpasar, Juli 2022

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat memiliki hak atas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas
pelayanan kesehatan yang layak. Pemerintah memiliki kewajiban melindungi hak
masyarakat tersebut melalui akreditasi rumah sakit. Berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan dinyatakan bahwa
penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan antara lain melalui kegiatan
pengamanan makanan dan minuman, kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit,
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan maupun melalui kegiatan penyuluhan
kesehatan masyarakat yang didukung oleh sumber daya kesehatan. Institusi pelayanan
kesehatan diharapkan tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang sedang-tingginya
(Depkes RI, 2009).

Salah satu upaya untuk membantu proses penyembuhan di rumah sakit melalui
pelayanan penunjang medis seperti pelayanan gizi. Instalasi gizi adalah unit fungsional
di rumah sakit. Instalasi gizi bertujuan untuk memberikan makanan yang bermutu,
bergizi, higiene dan sanitasi yang baik pada instalasi gizi yang sesuai dengan standar
kesehatan bagi pasien sekaligus untuk mempercepat proses penyembuhan pasien. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka penting diterapkan manajemen dalam penyelenggaraan
makanan sehingga menghasilkan makanan yang bermutu dan kebersihan makanan yang
memenuhi syarat kesehatan (Aritonang, 2009).

Undang-Undang Kesehatan no 44 tahun 2009 pasal 40 ayat 1 pernyataan bahwa


dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi
secara berkala minimal 3 tahun sekali. Dengan semakin kritisnya masyarakat Indonesia
dalam penilaian mutu pelayanan kesehatan, maka Kementerian Kesehatan RI khususnya
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan memilih dan menetapkan sistem akreditasi
RS yang mengacu pada Joint commission International (JCI). JCI adalah suatu
organisasi yang independen, nonprofit, dan bukan lembaga pemerintahan yang berpusat
di Amerika Serikat dan merupakan divisi dari Joint Commission Resources (JCR)
cabang dari The Joint Commission. Fokus dari akreditasi JCI adalah keselamatan pasien
(patient safety) yang tertuang dalam standar 6 Sasaran Keselamatan Pasien.

Pelayanan gizi yang baik menjadi salah satu penunjang rumah sakit dalam penilaian
standar akreditasi untuk menjamin keselamatan pasien yang mengacu pada The Joint
Commission International (JCI) for Hospital Accreditation. Semakin baik pelayanan gizi
yang diberikan oleh rumah sakit, maka baik pula standar akreditasi rumah sakit tersebut.
Hal ini dapat terlaksana bila tersedia tenaga gizi yang profesional dalam memberikan
pelayanan gizi (Kemenkes RI, 2013).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi akreditasi Rumah sakit dan JCI?
2. Apa tujuan akreditasi Rumah sakit JCI?
3. Apa saja elemen pada standar JCI Rumah Sakit?
4. Bagaimanakah Penjadwalan Survei dan Perencanaan Agenda Survei JCI?
5. Contoh Rumah Sakit yang telah mendapatkan akreditasi JCI di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat memahami definisi akreditasi Rumah Sakit dan JCI
2. Mahasiswa dapat memahami tujuan dan manfaat akreditasi JCI
3. Mahasiswa dapat memahami elemen dari standar JCI Rumah Sakit
4. Mahasiswa dapat melihat Penjadwalan Survei dan Perencanaan Agenda Survei JCI
telah
5. Mahasiswa Dapat melihat Contoh Rumah Sakit yang mendapatkan akreditasi JCI di
Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Joint Commission International (JCI)


Akreditasi rumah sakit adalah suatu proses dimana suatu lembaga independen baik dari
dalam atau luar negeri, melakukan assessment terhadap rumah sakit berdasarkan standar
akreditasi yang berlaku. Rumah sakit yang telah terakreditasi akan mendapatkan pengakuan
dari Pemerintah karena telah memenuhi standar pelayanan dan manajemen yang ditetapkan.
Sebuah proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya keselamatan dan budaya
mutu di rumah sakit, sehingga rumah sakit senantiasa berusaha meningkatkan akan mutu dan
juga keamanan yang diberikannya. Dan ini adalah salah satu dari tujuan akreditasi rumah
sakit.

Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan oleh
lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditentukan oleh Menteri, setelah dinilai
bahwa rumah sakit itu memenuhi Standar Pelayanan Rumah Sakit yang berlaku untuk
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara berkesinambungan (Permenkes No.12
tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit).

Dasar hukum pelaksanaan akreditasi di rumah sakit adalah UU No. 36 tahun 2009
tentang kesehatan, UU No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, Permenkes 1144 / Menkes /
Per / VIII / 2010 tentang organisasi dan tata Kerja kementerian kesehatan dan Permenkes
No.12 tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit pasal 1.

Proses akreditasi dilakukan oleh lembaga independen yang memiliki kewenangan


untuk memberikan kualitas pelayanan kesehatan. Salah satu lembaga akreditasi
internasional rumah sakit yang telah diakui oleh dunia adalah Joint Commission
Internasional (JCI).

Jika KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) adalah suatu lembaga independen
dalam negeri sebagai pelaksana akreditasi RS yang bersifat fungsional dan non-struktural.
Sedangkan yang dimaksud dengan JCI (Joint Commission International) adalah merupakan
badan akreditasi akreditasi non profit yang berpusat di Amerika Serikat dan bertugas
menetapkan dan menilai standar performa para pemberi pelayanan kesehatan. Akreditasi JCI
ini merupakan suatu lembaga independen Luar Negeri yang telah ditetapkan oleh
Kementrian Kesehatan sebagai pelaksana Akreditasi Internasional. Standar Akreditasi
Nasional terangkum dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit, sedangkan Standar Akreditasi
Internasional terangkum pada edisi ke 4 Joint Commission International Accreditation
Standards for Hospital.

Pada bulan September 2007, JCI akreditasi oleh lembaga internasional untuk
kualitas yang diterima dalam International Society for Quality in Health Care (ISQua).
Akreditasi oleh ISQua memberikan jaminan bahwa standar, pelatihan dan proses yang
digunakan oleh JCI untuk survei kinerja organisasi perawatan kesehatan memenuhi standar
internasional tertinggi untuk badan akreditasi. Melalui akreditasi JCI dan sertifikasi maka,
organisasi kesehatan memiliki akses ke berbagai sumber daya dan layanan yang
menghubungkan dengan komunitas internasional.

Rumah sakit pelayanan kesehatan yang ingin diakreditasi oleh Joint Commission
International (JCI) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Rumah sakit tersebut saat ini beroperasi dengan izin sebagai rumah sakit penyedia
layanan kesehatan di negara yang menangani.
2. Rumah sakit tersebut harus bersedia dan siap bertanggung jawab untuk
meningkatkan kualitas rawatan dan layanannya.
3. Rumah sakit tersebut menyediakan layanan yang ditentukan oleh standar JCI.

2.2. Tujuan Akreditasi Rumah Sakit JCI


2.2.1. Tujuan Akreditasi Rumah sakit

1. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan Rumah Sakit yang


bersangkutan karena berorientasi pada peningkatan mutu dan keselamatan
pasien.
2. Proses administrasi, biaya serta penggunaan sumber daya akan menjadi lebih
efisien.
3. Menciptakan lingkungan internal RS yang lebih kondusif untuk penyembuhan,
pengobatan dan perawatan pasien.
4. Mendengarkan pesan dan keluarga, sera menghormati hak-hak pasien serta
melibatkan mereka dalam proses perawatan.
5. Memberikan jaminan, kepuasan serta perlindungan kepada masyarakat atas
pemberian pelayanan kesehatan.
2.2.2. Tujuan Akreditasi Rumah Sakit JCI

Ada pun tujuan akreditasi JCI adalah untuk menawarkan kepada


masyarakat internasional proses objektif untuk mengevaluasi organisasi
pelayanan kesehatan yang berbasis standar (Frelita, et al, 2011).

2.3. Elemen Pada Standar JCI Rumah Sakit


Standar JCI memiliki 2 Bagian yang terdiri dari 12 bab yang mencakup lebih dari
300 standar dan 1000 elemen. Bagian pertama adalah Standar yang didasarkan pada pasien
yang mencakup 8 bab antara lain:

1. International Patient Safety Goals (IPSG) terdiri dari 6 standar

2. Access to Care and Continuity of Care (ACC) terdiri dari 23 standar

3. Patient and Family Rights (PFR) terdiri dari Dari 30 standar

4. Assessment of Patients (AOP) terdiri dari 44 Standar

5. Care of Patients (COP) terdiri dari 22 standar

6. Anesthesia and Surgical Care (ASC) terdiri dari 14 standar

7. Medication Management and Use (MMU) terdiri dari 21 standar

8. Patient and Family Education (PFE) terdiri dari 7 standar

Pada bagian kedua merupakan standar manajemen organisasi kesehatan. Standar ini
mencakup mengenai Peningkatan Kualitas dan Keselamatan Pasien (QPS), Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PCI), Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (GLD),
Manajemen dan Keamanan Fasilitas (FMS), Kualifikasi dan Pendidikan Staf (SQE) dan
Manajemen Komunikasi dan Informasi (MCI).

Proses evaluasi JCI biasanya akan berlangsung selama 5 hari. Kegiatan ini
termasuk Dokumen Review (2 jam), Telusur individu (Patient Tracers), Telusur sistem
(System Tracers). Patient tracer atau telusur individu merupakan metode evaluasi untuk
memeriksa kinerja rumah sakit secara efektif dalam pengalaman pasien saat dirawat di
rumah sakit. Selain itu akan dilakukan peninjauan fasilitas fisik, Keamanan, Peralatan
medis atau non- medis, sampah kimia yang berbahaya, Penanggulangan bahaya kebakaran,
Sistem utilitas, Keselamatan pasien dan pengunjung, dan Pengendalian infeksi.
2.4. Penjadwalan Survei dan Perencanaan Agenda Survei JCI
JCI dan rumah sakit menetapkan tanggal survei (lihat Jadwal Proses
Akreditasi) dan menyiapkan agenda survei bersama untuk memenuhi kebutuhan rumah
sakit dan agar survei berjalan efisien. Untuk mengurangi biaya perjalanan pelaku survei,
JCI akan melakukan segala upaya untuk mengkoordinasikannya dengan penjadwalan
survei rumah sakit lain atau Lembaga lain yang terkait di suatu Negara atau wilayah
tertentu. JCI akan menyediakan bagi setiap rumah sakit seorang spesialis layanan
akreditasi, yang akan menjadi kontak atau penghubung utama antara rumah sakit dan JCI.
Individu ini akan mengkoordinasikan perencanaan survei dan harus mampu menjawab
setiap pertanyaan tentang kebijakan, prosedur atau masalah akreditasi rumah sakit
tersebut.

Spesialis layanan akreditasi itu akan bekerjasama dengan rumah sakit


mempersiapkan agenda berdasarkan jenis, ukuran, dan kompleksitas rumah sakit
pelayanan kesehatan. Di dalam agenda itu ditentukan lokasi mana saja di dalam rumah
sakit yang akan dikunjungi, jenis wawancara yang akan dilakukan, para karyawan yang
diwawancara, dan dokumen yang perlu disediakan bagi pelaku survei. Pelaku survei
internasional dengan kualifikasi tinggi akan melakukan survei. JCI akan melakukan
segala upaya untuk menyediakan pelaku survei yang fasih dalam bahasa setempat. Jika
pelaku survei JCI dengan kemampuan bahasa yang memadai tidak ada, JCI akan bekerja
sama dengan rumah sakit mencari penerjemah berkualitas.
2.5. Contoh Rumah Sakit yang telah mendapatkan akreditasi JCI di Indonesia
Dari ribuan rumah sakit di Indonesia, rumah sakit yang berhasil mendapatkan
akreditasi dari JCI sampai tahun 2018, yakni:
Tabel 2.5.1 Rumah Sakit Terakreditasi JCI
No Nama Rumah Sakit Alamat Tanggal Akreditasi
1 Awal Bros Hospital Batam Batam 2 Juli 2014
2 Awal Bros Hospital Bekasi Bekasi 18 April 2014
3 Awal Bros Hospital Pekanbaru Pekanbaru 28 Juni 2014
4 Awal bros Hospital Tangerang Tangerang 25 April 2014
5 RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 20 April 2013
6 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung 16 April 2016
7 RSU Dr. Kariadi Semarang 28 Pebruari 2015
8 RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 3 Desember 2016
9 RS Dokter Sardjito Yogyakarta 23 Agustus 2014
10 RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar 18 Oktober 2014
11 Eka Hospital Tangerang Tangerang 11 Desember 2011
12 Eka Hospital Pekanbaru Pekanbaru 1 Maret 2014
13 RSUP Fatmawati Jakarta 14 Desember 2013
14 RSPAD Gatot Soebroto Jakarta 4 Juli 2014
15 RS Jantung Harapan Kita Jakarta 28 Mei 2016
16 RS Pondok Indah Puri Indah Jakarta 16 Maret 2013
17 RS Pondok Indah Pondok Indah Jakarta 8 April 2017
18 RS Premier Bintaro Tangerang 15 Januari 2011
19 RS Premier Jatinegara Jakarta 3 Desember 2011
20 RS Premier Surabaya Surabaya 6 Maret 2013
21 RSUP Prof.DR.I.N.G. Ngoerah Bali 24 April 2013
22 Santosa Hospital Bandung Central Bandung 13 November 2010
23 Siloam Hospital Bali Bali 6 September 2017
24 Siloam Hospital Kebon Jeruk Jakarta 13 Agustus 2016
25 Siloam Hospital Lippo Village Banten 19 September 2007
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan mengenai Akreditasi Rumah Sakit berstandar JCI, dapat ditarik
beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Akreditasi rumah sakit adalah suatu proses dimana suatu lembaga independen baik
dari dalam atau luar negeri, melakukan assessment terhadap rumah sakit berdasarkan
standar akreditasi yang berlaku.

2. JCI (Joint Commission International) adalah merupakan badan akreditasi akreditasi


non profit yang berpusat di Amerika Serikat dan bertugas menetapkan dan menilai
standar performa para pemberi pelayanan kesehatan.

3. Tujuan akreditasi JCI adalah untuk menawarkan kepada masyarakat internasional


proses objektif untuk mengevaluasi organisasi pelayanan kesehatan yang berbasis
standar.

4. Standar JCI memiliki 2 Bagian yang terdiri dari 12 bab yang mencakup lebih dari
300 standar dan 1000 elemen.

5. JCI dan rumah sakit menetapkan tanggal survei (lihat Jadwal Proses Akreditasi) dan
menyiapkan agenda survei bersama untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit dan
agar survei berjalan efisien.

6. Dari ribuan rumah sakit di Indonesia, hingga tahun 2018 hanya 25 rumah sakit di
Indonesia yang telah lulus paripurna oleh akreditasi standar JCI.

3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai