KELOMPOK II :
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan "Tugas Makalah Manajemen Mutu
Penyelenggaraan Makanan (MMPM) Joint Commission International (JCI) ” tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan mata
kuliah Manajemen Mutu Penyelenggaraan Makanan (MMPM) Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes Denpasar.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah penelitian ini tidak akan selesai
tanpa bantuan dari berbagai pihak karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dr. Badrut Tamam,STP, M.Biotech selaku dosen Mata Kuliah MMPM Poltekkes
Kemenkes Denpasar yang telah memberikan arahan dan masukan yang berguna
bagi mahasiswa.
2. Ida Ayu Eka Padmiari,SKM.M.Kes selaku dosen Mata Kuliah MMPM Poltekkes
Kemenkes Denpasar yang telah memberikan arahan dan masukan yang berguna
bagi mahasiswa.
3. I.G.P Sudita Puryana,STP,MP selaku dosen Mata Kuliah MMPM Poltekkes
Kemenkes Denpasar yang telah memberikan arahan dan masukan yang berguna
bagi mahasiswa.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat memiliki hak atas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas
pelayanan kesehatan yang layak. Pemerintah memiliki kewajiban melindungi hak
masyarakat tersebut melalui akreditasi rumah sakit. Berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan dinyatakan bahwa
penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan antara lain melalui kegiatan
pengamanan makanan dan minuman, kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit,
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan maupun melalui kegiatan penyuluhan
kesehatan masyarakat yang didukung oleh sumber daya kesehatan. Institusi pelayanan
kesehatan diharapkan tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang sedang-tingginya
(Depkes RI, 2009).
Salah satu upaya untuk membantu proses penyembuhan di rumah sakit melalui
pelayanan penunjang medis seperti pelayanan gizi. Instalasi gizi adalah unit fungsional
di rumah sakit. Instalasi gizi bertujuan untuk memberikan makanan yang bermutu,
bergizi, higiene dan sanitasi yang baik pada instalasi gizi yang sesuai dengan standar
kesehatan bagi pasien sekaligus untuk mempercepat proses penyembuhan pasien. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka penting diterapkan manajemen dalam penyelenggaraan
makanan sehingga menghasilkan makanan yang bermutu dan kebersihan makanan yang
memenuhi syarat kesehatan (Aritonang, 2009).
Pelayanan gizi yang baik menjadi salah satu penunjang rumah sakit dalam penilaian
standar akreditasi untuk menjamin keselamatan pasien yang mengacu pada The Joint
Commission International (JCI) for Hospital Accreditation. Semakin baik pelayanan gizi
yang diberikan oleh rumah sakit, maka baik pula standar akreditasi rumah sakit tersebut.
Hal ini dapat terlaksana bila tersedia tenaga gizi yang profesional dalam memberikan
pelayanan gizi (Kemenkes RI, 2013).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi akreditasi Rumah sakit dan JCI?
2. Apa tujuan akreditasi Rumah sakit JCI?
3. Apa saja elemen pada standar JCI Rumah Sakit?
4. Bagaimanakah Penjadwalan Survei dan Perencanaan Agenda Survei JCI?
5. Contoh Rumah Sakit yang telah mendapatkan akreditasi JCI di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat memahami definisi akreditasi Rumah Sakit dan JCI
2. Mahasiswa dapat memahami tujuan dan manfaat akreditasi JCI
3. Mahasiswa dapat memahami elemen dari standar JCI Rumah Sakit
4. Mahasiswa dapat melihat Penjadwalan Survei dan Perencanaan Agenda Survei JCI
telah
5. Mahasiswa Dapat melihat Contoh Rumah Sakit yang mendapatkan akreditasi JCI di
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan oleh
lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditentukan oleh Menteri, setelah dinilai
bahwa rumah sakit itu memenuhi Standar Pelayanan Rumah Sakit yang berlaku untuk
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara berkesinambungan (Permenkes No.12
tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit).
Dasar hukum pelaksanaan akreditasi di rumah sakit adalah UU No. 36 tahun 2009
tentang kesehatan, UU No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, Permenkes 1144 / Menkes /
Per / VIII / 2010 tentang organisasi dan tata Kerja kementerian kesehatan dan Permenkes
No.12 tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit pasal 1.
Jika KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) adalah suatu lembaga independen
dalam negeri sebagai pelaksana akreditasi RS yang bersifat fungsional dan non-struktural.
Sedangkan yang dimaksud dengan JCI (Joint Commission International) adalah merupakan
badan akreditasi akreditasi non profit yang berpusat di Amerika Serikat dan bertugas
menetapkan dan menilai standar performa para pemberi pelayanan kesehatan. Akreditasi JCI
ini merupakan suatu lembaga independen Luar Negeri yang telah ditetapkan oleh
Kementrian Kesehatan sebagai pelaksana Akreditasi Internasional. Standar Akreditasi
Nasional terangkum dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit, sedangkan Standar Akreditasi
Internasional terangkum pada edisi ke 4 Joint Commission International Accreditation
Standards for Hospital.
Pada bulan September 2007, JCI akreditasi oleh lembaga internasional untuk
kualitas yang diterima dalam International Society for Quality in Health Care (ISQua).
Akreditasi oleh ISQua memberikan jaminan bahwa standar, pelatihan dan proses yang
digunakan oleh JCI untuk survei kinerja organisasi perawatan kesehatan memenuhi standar
internasional tertinggi untuk badan akreditasi. Melalui akreditasi JCI dan sertifikasi maka,
organisasi kesehatan memiliki akses ke berbagai sumber daya dan layanan yang
menghubungkan dengan komunitas internasional.
Rumah sakit pelayanan kesehatan yang ingin diakreditasi oleh Joint Commission
International (JCI) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Rumah sakit tersebut saat ini beroperasi dengan izin sebagai rumah sakit penyedia
layanan kesehatan di negara yang menangani.
2. Rumah sakit tersebut harus bersedia dan siap bertanggung jawab untuk
meningkatkan kualitas rawatan dan layanannya.
3. Rumah sakit tersebut menyediakan layanan yang ditentukan oleh standar JCI.
Pada bagian kedua merupakan standar manajemen organisasi kesehatan. Standar ini
mencakup mengenai Peningkatan Kualitas dan Keselamatan Pasien (QPS), Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PCI), Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (GLD),
Manajemen dan Keamanan Fasilitas (FMS), Kualifikasi dan Pendidikan Staf (SQE) dan
Manajemen Komunikasi dan Informasi (MCI).
Proses evaluasi JCI biasanya akan berlangsung selama 5 hari. Kegiatan ini
termasuk Dokumen Review (2 jam), Telusur individu (Patient Tracers), Telusur sistem
(System Tracers). Patient tracer atau telusur individu merupakan metode evaluasi untuk
memeriksa kinerja rumah sakit secara efektif dalam pengalaman pasien saat dirawat di
rumah sakit. Selain itu akan dilakukan peninjauan fasilitas fisik, Keamanan, Peralatan
medis atau non- medis, sampah kimia yang berbahaya, Penanggulangan bahaya kebakaran,
Sistem utilitas, Keselamatan pasien dan pengunjung, dan Pengendalian infeksi.
2.4. Penjadwalan Survei dan Perencanaan Agenda Survei JCI
JCI dan rumah sakit menetapkan tanggal survei (lihat Jadwal Proses
Akreditasi) dan menyiapkan agenda survei bersama untuk memenuhi kebutuhan rumah
sakit dan agar survei berjalan efisien. Untuk mengurangi biaya perjalanan pelaku survei,
JCI akan melakukan segala upaya untuk mengkoordinasikannya dengan penjadwalan
survei rumah sakit lain atau Lembaga lain yang terkait di suatu Negara atau wilayah
tertentu. JCI akan menyediakan bagi setiap rumah sakit seorang spesialis layanan
akreditasi, yang akan menjadi kontak atau penghubung utama antara rumah sakit dan JCI.
Individu ini akan mengkoordinasikan perencanaan survei dan harus mampu menjawab
setiap pertanyaan tentang kebijakan, prosedur atau masalah akreditasi rumah sakit
tersebut.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan mengenai Akreditasi Rumah Sakit berstandar JCI, dapat ditarik
beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Akreditasi rumah sakit adalah suatu proses dimana suatu lembaga independen baik
dari dalam atau luar negeri, melakukan assessment terhadap rumah sakit berdasarkan
standar akreditasi yang berlaku.
4. Standar JCI memiliki 2 Bagian yang terdiri dari 12 bab yang mencakup lebih dari
300 standar dan 1000 elemen.
5. JCI dan rumah sakit menetapkan tanggal survei (lihat Jadwal Proses Akreditasi) dan
menyiapkan agenda survei bersama untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit dan
agar survei berjalan efisien.
6. Dari ribuan rumah sakit di Indonesia, hingga tahun 2018 hanya 25 rumah sakit di
Indonesia yang telah lulus paripurna oleh akreditasi standar JCI.
3.2 Saran