LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.01.07/MENKES/1128/2022
TENTANG
STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Dalam memberikan pelayanan, rumah sakit harus memperhatikan mutu
dan keselamatan pasien. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah
pelayanan yang memiliki karakter aman, tepat waktu, efisien, efektif,
berorientasi pada pasien, adil dan terintegrasi. Pemenuhan mutu
pelayanan di rumah sakit dilakukan dengan dua cara yaitu peningkatan
mutu secara internal dan peningkatan mutu secara eksternal.
Peningkatan Mutu Internal (Internal Continous Quality Improvement)
yaitu rumah sakit melakukan upaya peningkatan mutu secara berkala
antara lain penetapan, pengukuran, pelaporan dan evaluasi indikator
mutu serta pelaporan insiden keselamatan pasien. Peningkatan mutu
secara internal ini menjadi hal terpenting bagi rumah sakit untuk
menjamin mutu pelayanan. Peningkatan Mutu Eksternal (External
Continous Quality Improvement) merupakan bagian dari upaya
peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit secara keseluruhan.
Beberapa kegiatan yang termasuk peningkatan mutu eksternal adalah
perizinan, sertifikasi, dan akreditasi. Rumah sakit melakukan peningkatan
mutu internal dan eksternal secara berkesinambungan (continuous quality
improvement).
Akreditasi adalah pengakuan terhadap mutu pelayanan rumah sakit
setelah dilakukan penilaian bahwa rumah sakit telah memenuhi standar
akreditasi yang disetujui oleh Pemerintah. Pada bulan Desember 2021
jdih.kemkes.go.id
-2-
B. Tujuan
1. Untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit.
jdih.kemkes.go.id
-3-
C. Ruang Lingkup
1. Penyelenggaraan akreditasi rumah sakit yaitu persiapan,
pelaksanaan penilaian akreditasi, dan pasca akreditasi.
2. Standar akreditasi rumah sakit meliputi gambaran umum, maksud
dan tujuan, serta elemen penilaian pada setiap kelompok standar
akreditasi rumah sakit.
jdih.kemkes.go.id
-4-
BAB II
PENYELENGGARAAN AKREDITASI RUMAH SAKIT
A. Persiapan Akreditasi
Persiapan dilakukan sepenuhnya oleh rumah sakit secara mandiri
atau dengan pembinaan dari Kementerian Kesehatan, dinas kesehatan
daerah provinsi, dan dinas kesehatan daerah kabupaten/kota maupun
lembaga lain yang kompeten. Kegiatan persiapan akreditasi antara lain
pemenuhan syarat untuk dapat diakreditasi dengan pemenuhan
kelengkapan dokumen pelayanan dan perizinan, peningkatan kompetensi
staf melalui pelatihan, dan kesiapan fasilitas pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Rumah Sakit dapat melakukan penilaian mandiri secara periodik
tentang pemenuhan standar akreditasi rumah sakit sehingga tergambar
kemampuan rumah sakit dalam memenuhi standar akreditasi yang
ditetapkan. Setelah dinilai mampu oleh pimpinan rumah sakit, maka
rumah sakit dapat mengajukan permohonan survei kepada lembaga
independen penyelenggara akreditasi yang dipilih oleh rumah sakit.
Pemilihan lembaga dilaksanakan secara sukarela oleh rumah sakit dan
tidak atas paksaan pihak manapun.
Rumah sakit yang mengajukan permohonan survei akreditasi paling
sedikit harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Rumah sakit memiliki perizinan berusaha yang masih berlaku dan
teregistrasi di Kementerian Kesehatan;
2. Kepala atau direktur rumah sakit harus seorang tenaga medis yang
mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan;
3. Rumah sakit memiliki Izin Pengelolaan Limbah Cair (IPLC) yang
masih berlaku;
4. Rumah sakit memiliki kerja sama dengan pihak ketiga yang
mempunyai izin sebagai pengolah dan/atau sebagai transporter
limbah B3 yang masih berlaku atau izin alat pengolah limbah B3;
5. Seluruh tenaga medis di rumah sakit yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan (pemberi asuhan) memiliki Surat Tanda
Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) yang masih berlaku atau
surat tugas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
6. Rumah sakit bersedia melaksanakan kewajiban dalam meningkatkan
mutu dan keselamatan pasien; dan
7. Pemenuhan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan (SPA) minimal
jdih.kemkes.go.id
-5-
60% berdasarkan ASPAK dan telah tervalidasi 100% oleh
Kementerian Kesehatan atau dinas kesehatan daerah setempat
sesuai dengan kewenangannya.
jdih.kemkes.go.id
-6-
jumlah surveior yang melaksanakan telusur dan kunjungan lapangan
sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
Klasifikasi RS Kelas RS Jumlah Hari Jumlah Surveior
RS Umum A 3 4
B 2 3
C 2 2
D 2 2
RS Khusus A 2 3
B 2 2
C 2 2
4. Penilaian
Lembaga independen penyelenggara akreditasi menetapkan tata cara
dan tahapan penilaian akreditasi dengan berpedoman pada standar
akreditasi yang dipergunakan saat survei akreditasi. Tahapan
penilaian ditentukan lembaga independen penyelenggara akreditasi
dengan menerapkan prinsip-prinsip keadilan, profesionalisme, dan
menghindari terjadinya konflik kepentingan. Lembaga independen
penyelenggara akreditasi membuat instrumen, daftar tilik dan alat
bantu untuk surveior dalam melakukan penilaian agar hasil yang
diperoleh objektif dan dapat dipertanggungjawabkan.
Penentuan skor dari elemen penilaian dilakukan dengan
memperhatikan kelengkapan dokumen, hasil telusur, kunjungan
lapangan, simulasi kepada petugas, wawancara, dan klarifikasi yang
ada di standar akreditasi mengikuti ketentuan sebagai berikut:
No Kriteria Skor 10 (TL) Skor 5 (TS) Skor 0 (TT) TDD
1. Pemenuhan ≥80% 20% s.d <80% <20% Tidak
elemen dapat
penilaian diterap-
kan
2. Bukti Bukti Bukti kepatuhan Bukti
kepatuhan kepatuhan ditemukan tidak kepatuhan tidak
ditemukan konsisten/ hanya ditemukan pada
secara pada sebagian semua
konsisten pada unit di mana bagian/unit di
semua persyaratan- mana
jdih.kemkes.go.id
-7-
jdih.kemkes.go.id
-8-
jdih.kemkes.go.id
-9-
jdih.kemkes.go.id
- 11 -
jdih.kemkes.go.id
- 12 -
BAB III
STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT
B. Program Nasional
Gambaran Umum
Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang
kesehatan telah ditentukan prioritas pelayanan kesehatan dengan target
yang harus dicapai. Salah satu fungsi rumah sakit adalah melaksanakan
program pemerintah dan mendukung tercapainya target target
pembangunan nasional. Pada standar akreditasi ini Program Nasional
(Prognas) meliputi:
1. Peningkatnan kesehatan ibu dan bayi.
2. Penurunan angka kesakitan Tuberkulosis/TBC.
3. Penurunan angka kesakitan HIV/AIDS.
4. Penurunan prevalensi stunting dan wasting.
5. Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit.
Pelaksanaan program nasional oleh rumah sakit diharapkan mampu
meningkatkan akselerasi pencapaian target RPJMN bidang kesehatan
sehingga upaya mingkatkan derajat kesehatan masyarakat meningkat
segera terwujud.
jdih.kemkes.go.id
- 14 -
jejaring rujukan rumah sakit.
2) Rumah sakit melakukan pembinaan terhadap
jejaring secara berkala.
3) Telah dilakukan evaluasi program pembinaan
jejaring rujukan.
jdih.kemkes.go.id
- 15 -
4) Penemuan dan penanganan kasus tuberkulosis.
Penemuan kasus tuberkulosis dilakukan melalui pasien
yang datang kerumah sakit, setelah pemeriksaan,
penegakan diagnosis, penetapan klarifikasi dan tipe pasien
tuberkulosis. Sedangkan untuk penanganan kasus
dilaksanakan sesuai tata laksana pada pedoman nasional
pelayanan kedokteran tuberkulosis dan standar lainnya
sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
5) Pemberian kekebalan
Pemberian kekebalan dilakukan melalui pemberian
imunisasi BCG terhadap bayi dalam upaya penurunan
risiko tingkat pemahaman tuberkulosis sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
6) Pemberian obat pencegahan.
Pemberian obat pencegahan selama 6 (enam) bulan yang
ditujukan pada anak usia dibawah 5 (lima) tahun yang
kontak erat dengan pasien tuberkulosis aktif; orang dengan
HIV dan AIDS (ODHA) yang tidak terdiagnosis tuberkulosis;
populasi tertentu lainnya sesuai peraturan perundang-
undangan.
jdih.kemkes.go.id
- 17 -
pelayanan gizi, laboratorium dan radiologi, pencatatan dan
pelaporan.
c. Elemen Penilaian Prognas 3
1) Rumah sakit telah melaksanakan kebijakan program
penanggulangan HIV/AIDS sesuai ketentuan perundangan.
2) Rumah sakit telah menerapkan fungsi rujukan HIV/AIDS
pada rumah sakit sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
3) Rumah sakit melaksanakan pelayanan PITC dan PMTC.
4) Rumah sakit memberikan pelayanan ODHA dengan faktor
risiko IO.
5) Rumah sakit merencanakan dan mengadakan penyediaan
ART.
6) Rumah sakit melakukan pemantauan dan evaluasi program
penanggulangan HIV/AIDS.
jdih.kemkes.go.id
- 18 -
wasting dipimpin oleh staf medis atau dokter spesialis anak.
Rumah sakit menyusun program penurunan prevalensi
stunting dan wasting di rumah sakit terdiri dari:
1) Peningkatan pemahaman dan kesadaran seluruh staf,
pasien dan keluarga tentang masalah stunting dan wasting;
2) Intervensi spesifik di rumah sakit;
3) Penerapan Rumah Sakit Sayang Ibu Bayi;
4) Rumah sakit sebagai pusat rujukan kasus stunting dan
wasting;
5) Rumah sakit sebagai pendamping klinis dan manajemen
serta merupakan jejaring rujukan
6) Program pemantauan dan evaluasi.
jdih.kemkes.go.id
- 19 -
kematian, pencatatan dan pelaporan gizi buruk dan
stunting dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS).
Rumah sakit melaksanakan pelayanan sebagai pusat rujukan
kasus stunting dan kasus wasting dengan menyiapkan sebagai:
jdih.kemkes.go.id
- 21 -
perundangan-undangan.
13) Pelaporan dan analisis meliputi:
a) Ketersediaan semua jenis alat dan obat kontrasepsi
sesuai dengan kapasitas rumah sakit dan kebutuhan
pelayanan KB.
b) Ketersediaan sarana penunjang pelayanan KB.
c) Ketersediaan tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan KB.
d) Angka capaian pelayanan KB per metode kontrasepsi,
baik Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan
Non MKJP.
e) Angka capaian pelayanan KB Pasca Persalinan dan
Pasca Keguguran.
f) Kejadian tidak dilakukannya KB Pasca Persalinan pada
ibu baru bersalin dan KB Pasca Keguguran pada Ibu
pasca keguguran.
d. Elemen Penilaian Prognas 5
1) Rumah sakit telah menetapkan kebijakan
tentang pelaksanaan PKBRS.
2) Terdapat tim PKBRS yang ditetapkan oleh direktur disertai
program kerjanya.
3) Rumah sakit telah melaksanakan program KB Pasca
Persalinan dan Pasca Keguguran.
4) Rumah sakit telah melakukan pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan PKBRS.
e. Elemen Penilaian Prognas 5.1
1) Rumah sakit telah menyediakan alat dan obat kontrasepsi
dan sarana penunjang pelayanan KB.
2) Rumah sakit menyediakan layanan konseling bagi peserta
dan calon peserta program KB.
3) Rumah sakit telah merancang dan menyediakan ruang
pelayanan KB yang memadai.
jdih.kemkes.go.id