Anda di halaman 1dari 14

PEDOMAN PELAYANAN STUNTING DAN WASTING

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. (H.C.) Ir. SOEKARNO

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG


PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
DINAS KESEHATAN
UPTD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. (H.C.) Ir. SOEKARNO
Jl. Zipur Desa Air Anyir Kecamatan Merawang – Kabupaten Bangka 33172
Telp : 0717-9106750 (IGD) / 0717-9106753 (TU), Fax : 0717-9106754, Website : rsup.babelprov.go.id,
Email : rsud-soekarno@babelprov.go.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
anugerah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Buku Pedoman Program
Nasional Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting Rumah Sakit Dr. (H.C) Ir.
Soekarno Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini dapat selesai disusun.

Buku ini merupakan pedoman bagi semua pihak yang terkait dalam
memberikan pelayanan kepada pasien di Rumah Sakit Dr. (H.C) Ir. Soekarno
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung khususnya pelayanan penurunan prevalensi
stunting dan wasting.

Dalm buku pedoman ini diuraikan tentang pengertian dan tatalaksana dan
pencegahan Stunting dan Wasting di Rumah Sakit Dr. (H.C) Ir. Soekarno Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.

Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih atas bantuan semua pihak
yang telah membantu dan menyelesaikan Buku Pedoman Program Nasional
Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting Rumah Sakit Dr. (H.C) Ir. Soekarno
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Bangka, Juli 2022

Penyusu
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penurunan prevalensi stunting dan wasting penting dilakukan sedini


mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang yang merugikan seperti
terhambatnya tubuh kembang anak. Stunting dan wasting mempengaruhi
perkembangan otak sehingga tingkat kecerdasan anak tidak maksimal dan hal
ini beresiko menurunkan produktivitas pada saat dewasa. Selain itu, dampak
negatif stunting dan wasting juga menjadikan anak lebih rentan terhadap
penyakit dan beresiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa
dewasanya.
WHO menetapkan batas masalah gizi tidak lebih dari 20 %.
Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, prevalensi
stunting menunjukkan penurunan dari 27,7% di tahun 2019 menjadi 24,4%.
Sedangkan data untuk wasted juga mengalami penururnan dari 7,4% ditahun
2019 menjadi 7,1%. Namun, prevalensi underweight mengalami peningkatan
dari 16,3% menjadi 17%. Sedangkan data untuk wasted 7,1%.
Upaya percepatan perbaikan gizi merupakan upaya global, tidak hanya
untuk Indonesia, melainkan semua negara yang memiliki masalah gizi. Oleh
sebab itu, penurunan prevalensi stunting dan wasting merupakan salah satu
target yang harus dijalankan karena generasi yang tumbuh optimal memiliki
tingkat kecerdasan yang lebih baik, akan memberikan daya saing yang baik
dibidang pembangunan dan ekonomi. Disamping itu, pertumbuhan optimal
dapat mengurangi beban terhadap risiko penyakit degeneratif.
Dalam upaya penurunan prevalensi stunting dan wasting di rumah
sakit yang berkualitas, merata dan terjangkau maka pelayanan penurunan
stunting dan wasting harus dilakukan secara terpadu melalui pendekatan yang
bersifat interdisiplin oleh berbagai tenaga profesional yang berkerja dalam tim
penurunan prevalensi stunting dan wasting. Oleh sebab itu, dalam rangka
meningkatkan pelayanan penurunan prevalensi stunting dn wasting di rumah
sakit dan untuk mengakomodasi berbagai kemajuan ilmu pengetahun dan
teknologi perlu disusun penyelenggaraan pelayanan penurunan prevalensi
stunting dan wasting di RSUD DR. (H.C) Ir Soekarno.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terselenggaranya pelayanan penurunan prevalensi stunting dan
wasting di RSUD DR. (H.C) Ir Soekarno.

2. Tujuan Khusus
1. Terdatanya pasien dengan permasalahan stunting dan wasting di
RSUD DR. (H.C) Ir Soekarno.
2. Melakukan intervensi dibidang pengobatan dan gizi terhadap pasien
stunting dan wasting yang memerlukan intervensi lebih lanjut.
3. Melakukan penguatan rujukan masalah gizi kepada rumah sakit kelas
dibawahnya dan fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) di wilayah
rumah pasien.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Resiko stunting dan wasting dapat terjadi pada pasien yang dirawat diruangan:
1. Rawat Inap Anak
2. Rawat Jalan (Poliklinik dan IGD)
3. Ruang Intensif anak (PICU, NICU)

D. Batasan Operasional
1. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan
gizi kronis sehingga anak terlalu pendek menurut usianya. Definisi
stunting menurut Kementerian Kesehatan adalah anak dengan nilai z-score
kurang dari -2 SD (stunted) dan kurang dari -3SD (severely stunted).
2. Wasting adalah suatu kondisi kekurangan gizi akut dimana berat badan
anak tidak sesuai dengan panjang atau tinggi badan anak. Atau nilai z-
score kurang dari -2 SD.

E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2021 tentang
percepatan penurunan stunting.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2020
tentang Standar Antropometri Anak.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2013
tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit.

F. Kebijakan
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Layanan penurunan prevalensi stunting dan wasting harus mempunyai
sumber daya manusia yang sudah terlatih dan kompeten. Petugas pelayanan
penurunan prevalensi stunting dan wasting terdiri dari :
1. Staff medis
2. Perawat Anak
3. Dua orang ahli gizi.
4. Staff farmasi
5. Staff tumbuh kembang
6. Humas Rumah Sakit
Semua petugas layanan penurunan prevalensi stunting dan wasting
bertanggung jawab sesuai keahlian dan kompetensi masing-masing.
Pendokumentasian data harus dipersiapkan secara tepat dan cepat agar
memudahkan dalam pelayanan dan rujukan.

B. Distribusi Ketenagaan
1. Staff medis
Staff medis adalah dokter spesialis anak yang berkopeten pada
penanganan masalah kesehatan anak sejak lahir hingga usia remaja (18
tahun) yang meliputi pencegahan, pengobatan hingga perawatan. Staff
medis bertanggung jawab terhadap Direktur Utama atau Direktur
Pelayanan.
Tugas staff medis yaitu :
1. Melakukan anamnesa , pemeriksaan fisik untuk menetapkan diagnosa
berdasarkan klinis, antropometri dan laboratorium.
2. Menentukan tindakan dan perawatan.
3. Menentukan terapi obat dan terapi diit.
4. Memberikan konseling penyakit.
5. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap perkembangan medis
dan status gizi pasien.
6. Bertanggung jawab pada penderita secara keseluruhan.

2. Perawat Anak
Perawat anak adalah perawat yang bertugas di ruang anak, ruang intensif
anak dan rawat jalan anak.
Tugas Perawat anak yaitu :
1. Melakukan tindakan perawatan (infus, NGT) atas intruksi dokter anak.
2. Membantu, memantau dan evaluasi pemberian makan pada pasien.
3. Bertanggung jawab pada asuhan keperawatan pasien.

3. Ahli Gizi
Ahli gizi adalah profesi dibidang kesehatan yang bertugas mengupayakan
pemeliharaan dan perbaikan gizi pada anak.
Tugas ahli gizi yaitu :
1. Melakukan anamnesa gizi
2. Membuat formula WHO atau modisco dan menyusun menu makanan.
3. Memberikan konseling gizi
4. Memantau dan evaluasi pemberian makan pada pasien
5. Bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan makanan.

4. Staff farmasi
Staff farmasi adalah profesi dibidang kesehatan yang bertugas dalam
penyediaan obat pasien.
Tugas staff farmasi yaitu :
1. Melaksanakan permintaan obat dan cairan parenteral berdasarkan
resep dokter.
2. Menyediakan cairan ReSoMal (oralit dan mineral mix).
3. Mengawasi interaksi obat dan makanan.
4. Membantu memantau dan evaluasi pemberian obat pada pasien.

5. Staff Tumbuh Kembang


Staff tumbuh kembang adalah staff fisioterapi yang bertugas melakukan
pelayanan kesehatan pada anak untuk membantu mengatasi masalah terkait
motorik dan perkembangannya.
Tugas staff tumbuh kembang yaitu :
1. Bertanggung jawab dalam melakukan tindakan fisioterapi pada anak
sesuai dengan instruksi dokter.
2. Memberikan edukasi tentang pelatihan yang diperlukan pasien di
rumah.
3. Membantu memantau dan evaluasi terhadap perkembangan terapi yang
sudah diberikan.

6. Staff Humas
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Pelayanan penurunan prevalensi stunting dan wasting dilakukan di ruang
perawatan anak, ruang intensif anak dan rawat jalan anak.

B. Standar Fasilitas
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Semua pasien anak yang datang ke rumah sakit akan dilakukan skrining status
gizi. Untuk pasien yang tidak memiliki masalah stunting dan wasting akan diteruskan
pelayanan sesuai dengan tata laksana penyakitnya. Apabila tergolong stunting dan
wasting akan dilakukan assessment lanjutan oleh tim pelayanan penurunan prevalensi
stunting dan wasting.

Alur Pelayanan di Rumah Sakit dengan Pelayanan Penurunan Prevalensi Stunting dan
Wasting

Pasien Anak

IGD/ POLIKLINIK

RAJAL RANAP

TIDAK STUNTING, STUNTING, TIDAK STUNTING,


TIDAK WASTING WASTING TIDAK WASTING

TATALAKSANA RENCANA TATALAKSANA TATALAKSANA


SESUAI PENYAKIT KOMPREHENSIF OLEH TIM SESUAI PENYAKIT
PENURUNAN PREVALENSI
STUNTING DAN WASTING
RUJUK UNTUK EVALUASI DI
FKTM

Semua pasien anak yang berobat ke RSUD DR. (H.C) Ir Soekarno akan
dilakukan skrining status gizi baik di IGD ataupun poliklinik. Pasien dengan status
stunting dan wasting akan dilakukan tatalaksana komprehensif oleh tim penurunan
stunting dan wasting. Untuk pasien yang sudah pulang akan dirujuk ke rumah sakit
atau FKTM setempat untuk dilakukan pemantauan dan evaluasi lebih lanjut.
BAB V
PENGENDALIAN MUTU

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna


mewujudkan keberhasilan program pelayanan bagi pasien stunting dan wasting.
Pengendalian dan evaluasi harus ditindaklanjuti untuk menentukan faktor-faktor yang
potensial berpengaruh agar dapat diupayakan penyelesaian yang efektif. Pemantauan
dan evaluasi mutu dilakukan dalam bentuk kegiatan pencatatn dan pelaporan.
Diperlukan sejumlah indikator dalam pencatatan, diantaranya sebagai berikut :

1. Pengembangan Mutu Standar Prosedur Operasional


Pengendalian mutu standar prosedur oprasional sekuruh staf pelayanan
dengan mengadakan rapat bulanan untuk mengevaluasi Standar Prosedur
Operasional yang belum ada/belum lengkap serta merevisi Standar Prosedur
Operasional yang telah ada sesuai dengan keadaan lingkungan kerja .
Seluruh staff pelayanan memberikan masukan demi tercapainya unit
pelayanan intensif yang lebih baik dari sebelumnya. Standar Prosedur Operasional
yang kurang dicatat oleh seluruh staff pelayanan untuk dibahas di rapat bulanan.

2. Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia


a. Pelatihan dan seminar secara berkala baik internal maupun eksternal seperti
pelatihan Tata laksana Gizi Buruk, Tatalaksana penanganan stunting.
b. Pendidikan formal maupun informal untuk seluruh petugas pelayanan.
BAB VI
PENUTUP

Pedoman pelayanan penurunan prevalensi stunting dan wasting ini diharapkan


menjadi panduan penyelenggaraan pelayanan penurunan prevalensi stunting dan
wasting secara terpadu dan nyaman di RSUD DR. (H.C) Ir Soekarno. Pelaksanaan
pelayanan penurunan prevalesi stunting dan wasting ini harus disesuaikan dengan
SDM yang tersedia, peralatan, sarana dan prasarana sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Selain itu, perlu adanya kerjasama tim terpadu pelayanan penurunan
prevalensi stunting dan wasting yang bersama sama melayani pasien anak sesuai
dengan bidang ilmunya masing-masing sehingga terwujud pelayanan yang terpadu.

Pedoman petunjuk teknis pelayanan ini selanjutnya perlu dijabarkan dalam


prosedur tetap guna kelancaran pelaksanaannya.

Ditetapkan : Bangka
Pada Tanggal :

Anda mungkin juga menyukai