Anda di halaman 1dari 45

PANDUAN

PELAYANAN
KELUARGA BERENCANA RUMAH SAKIT (PKBRS)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan KB merupakan salah satu intervensi penurunan Angka Kematian Ibu
melalui pencegahan kehamilan berisiko (kehamilan dengan 4 terlalu) dan
kehamilan yang tidak diinginkan. Dasar kebijakan pelayanan KB di Indonesia
adalah UU RI No. 36 tahun
2009 tentang Kesehatan yang tercantum dalam pasal 78, dimana tujuan pelayanan
kesehatan dalam keluarga berencana dimaksudk
an untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk
generasi penerus yang sehat dan cerdas dan
Pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas
pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan keluarga berencana yang
aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat.
Intervensi dilakukan melalui pemenuhan Sumber Daya
Manusia (SDM) kesehatan, alat dan obat perbekalan kesehatan, infrastruktur dan
sarana pelayanan, regulasi manajemen dan informasi kesehatan, pemberdayaan
dan kemitraan serta penelitian dan pengembangan.Dasar kebijakan dalam
pelayanan KB di Indonesia adalah UU RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
pasal 78, dimana tujuan pelayanan kesehatan dalam keluarga berencana
dimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk
membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas dan Pemerintah bertanggung
jawab serta menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat
dalam memberikan pelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu
danterjangkau oleh masyarakat.
Undang-Undang RI No.52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga pasal 20 disebutkan bahwa untuk
mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas, pemerintah
menetapkan kebijakan keluargaberencana melalui penyelenggaraan program
keluarga berencana.
Pada tahap persalinan dan nifas, diupayakan agar setiap persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Setelah melahirkan, diupayakan
agar setiap ibu mendapat pelayanan nifas, termasuk KB pasca persalinan. Apabila
terjadi komplikasi pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas, maka perlu dirujuk
dan
mendapatkan penanganan tepat waktu di fasyankes dasar (Puskesmas PONED)
maupun fasyankes lanjutan (RS PONEK).
Program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) Nasional di Indonesia,
menganut sistem “cafetaria” dengan menawarkan berbagai jenis kontrasepsi yang
relatif aman dan efektif, dimana salah satunya adalah AKDR. Sesuai dengan HTA
(Health
Technology Assesment) Indonesia yang telah dikeluarkan oleh Kemenkes tentang
KB pada periode menyusui, salah satu upaya dalam meningkatkan penggunaan
kontrasespi

jangka panjang adalah ditujukan pada ibu pasca bersalin dengan menggunakan
AKDR pasca persalinan dalam mengatur jarak kehamilan tanpa mempengaruhi
produksi air susu ibu (ASI).
RS GRAHA SEHAT MEDIKA merupkan salah satu rumah
sakit PONEK yang berada di KOTA PASURUAN, dimana menerima rujukan
dari FKTP dan FKTRL untuk kasus kasus kegawatan obstetri dan ginekologi, di
rumah sakit ini juga melayani KB yang di
kelola oleh Tim PKBRS yang secara kontinyu dan sinergis
menjalankan aktivitas pelayanan di bidangnya sesuai budaya kerja SIMPATIK.

B. Tujuan

a.Umum :
Meningkatkan kemampuan pengelola pelayanan keluarga berencana rumah
sakitdalam sebagai upaya mendukung percepatan penurunan
angka kematian ibu dan angka kematian bayi.

b.Khusus

1.Meningkatkan kemampuan pengelola program PKBRS dalam pengorganisasian


pelayanan KB.
2.Meningkatkan kemampuan pengelola program PKBRSdalam perencanaan
pelayanan KB.
3.Meningkatkan kemampuan pengelola program
PKBRS dalam pelaksanaan pelayanan KB.

4. Meningkatkan kemampuan pengelola program PKBRS alam pemantauan dan


evaluasi pelayanan KB.

C.Manfaat dan Sasaran


PanduanPelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakitmenjadi acuan untuk
meningkatkan kemampuan manajemen bagi Tim Pelayanan Keluarga Berencana
Rumah Sakit
RS GRAHA SEHAT MEDIKA

D.Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan PanduanPelayanan KB meliputi: Pengorganisasian,
Perencanaan dan Advokasi, Pelaksanaan, Pemantauan dan Evaluasi Pelayanan KB
BAB II
DEFINISI

A. Contraceptive Prevalence Rate (CPR)Persentase cakupan peserta KB


aktifdibandingkan dengan jumlah PUS di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu

B.Efek Samping Kontrasepsi


Efek yang tidak diinginkan yang dapat terjadiakibat penggunaan alat kontrasepsi

B. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Suatu tempat yang digunakan untuk


menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau masyarakat.

D. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL)


FasilitasKesehatan pelayanan komprehensif spesialistik atau
sub spesialistik.
E.Informed consent
Persetujuan tidak dan atau tertulis tentang tindakan medis
yang diberikan kepada klien
atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis
yang
akan dilakukan terhadap klien tersebut.

F.KB Pasca PersalinanPenggunaan suatu metode kontrasepsi sesudah


melahirkan sampai 6 minggu /42 hari melahirkan.
G. Kegagalan KBKasus terjadinya kehamilan pada akseptor KB aktif, yang
padasaat tersebut menggunakan metode kontrasepsi.

H. Komplikasi KontrasepsiGangguan kesehatan ringan sampai berat bagi


klienyang terjadi akibat penggunaan metode kontrasepsi.

I. Pasangan Usia Subur (PUS)pasangan yang istrinya berumur antara 15-


49tahun.

J. Peserta KB Aktif (Current User):Akseptor yang pada saat ini sedang


memakaialat dan obat kontrasepsi (alokon) untuk menjarangkan kehamilan atau
yang mengakhiri kesuburan, dan masih terlindungi oleh kontrasepsi.

K.Peserta KB Baru Peserta yang baru pertama kali menggunakan


metodekontrasepsi termasuk mereka yang pasca keguguran dan sesudah
melahirkan

L.Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM)


Jumlah perkiraan alokon yangdibutuhkan masyarakat yang harus dicapai dalam
periode waktu tertentu

M.Unsafe abortion
Prosedur penghentian kehamilan oleh tenaga kurang terampil
(tenaga medis/non medis), alat tidak memadai, lingkungan tidak memenuhi syarat
kesehatan (WHO, 1998)

N.Total Fertility Rate/TFR(Angka Kelahiran Total): Rata-rata banyaknya


anakyang dilahirkan hidup oleh seorang wanita selama masa reproduksinya.
O.
Unmet Need
Pasangan usia subur yang tida
k ingin punya anak lagi atau yang
ingin menjarangkan
kelahiran, tetapi tidak menggunakan kontrasepsi.

BAB III
INTEGRASI PELAYANAN KB

A.Sistem Kesehatan Nasional.Kebijakan pelayanan KB merupakan upaya


pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur dalam rangka membentuk
generasi penerus yang sehat dan cerdas, upaya pencegahan kehamilan yang tak
diinginkan dalam rangka menurunkan
kematian Ibu, pelayanan KB sebagai salah satu upaya kesehatan masyarakat
esensial dan pelayanan KB diberikan melalui pelayanan kontrasepsi yang
berkualitas dalam rangka memenuhi hak reproduksi klien. Sistem Kesehatan
Nasional (SKN)
diselenggarakan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pengelolaan kesehatan
diselenggarakan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. SKN menjadi acuan dalam
penyusunan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan yang dimulai dari kegiatan
perencanaan sampai dengan
kegiatan monitoring dan evaluasi. SKN dilaksanakan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat secara berkelanjutan, sistematis, terarah,
terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan dengan menjaga kemajuan,
kesatuan, dan ketahanan nasional. Melalui pendekatan SKN, terdapat 7 komponen
SKN yaitu:
1. Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah
provinsi/ kabupaten/kota, dan/atau masyarakat/swasta melalui upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan pemulihan kesehatan.
Pelaksanaan SKN ditekankan pada peningkatan perilaku dan kemandirian
masyarakat, profesionalisme sumber daya manusia kesehatan, serta upaya
promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upayakuratif dan rehabilitatif.
2.Sumber Daya Manusia
Fokus penting pada pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia
kesehatan guna menjamin ketersediaan, pendistribusian, dan peningkatan kualitas
sumber daya manusia kesehatan melalui perencanaan, pengadaan,
pendayagunaan,
pembinaan, dan pengawasan. Profesionalisme sumber daya manusia kesehatan
merupakan tuntutan bagi seluruh tenaga kesehatan yang mengabdikan dirinya
dalam pelayanan dan manajemen kesehatan di fasilitas kesehatan (meliputi
fasilitas
pelayanan kesehatan dan institusi pendidikan kesehatan), termasuk peningkatan
pengetahuan dan keterampilan bagi kader kesehatan.
3. Obat dan Alat Kesehatan
Menjamin aspek keamanan, ketersediaan, pemerataan, keterjangkauan serta mutu
obat dan alat kesehatan di semua fasilitas pelayanan kesehatan primer dan
rujukan; melindungi masyarakat dari penggunaan obat yang salah dan
penyalahgunaan obat;
meningkatkan penggunaan obat yang rasional; serta upaya kemandirian di bidang
kefarmasian melalui pemanfaatan sumber da
ya dalam negeri.
4.Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan meliputi public dan private good memegang peran yang
amat penting untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam mencapai tujuan
pembangunan nasional. Pembiayaan kesehatan meliputi komponen pembiayaan
untuk pelayanan kesehatan, ketersediaan tenaga, transportasi, logistik dan upaya
manajemen lainnya. Dengan sistem pembiayaan ini, diharapkan akan mencapai
universal health coverage tahun 2019 sesuai dengan amanat UU Republik
Indonesia Nomor 40/2004 tentang SJSN dan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 24/2011 tentang BPJS.
5.Sistem/ Informasi/ Regulasi/ Manajemen
Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang meliputi data,
informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi, dan s
umber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk
mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung
pembangunan kesehatan. Informasi Kesehatan
adalah Data Kesehatan yang telah diolah atau diproses menjadi bentuk
yangmengandung nilai dan makna yang berguna untuk meningkatkan
pengetahuan dalam mendukung pembangunan kesehatan. Peranan manajemen
kesehatan adalah koordinasi, integrasi, regulasi, sinkronisasi, dan harmonisasi
berbagai sub-sistem SKN agar efektif, efisien, dan transparan dalam
penyelenggaraan SKN yang meliputi
tersedianya Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK); bimbingan dan
pengawasan; pemantauan dan evaluasi; umpan balik (feed back) dan reward bagi
yang berprestasi.
6.Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dan upaya kesehatan pada hakekatnya merupakan
fokus dari pembangunan kesehatan. SKN akan berfungsi optimal apabila
ditunjang oleh dukungan pemberdayaan masyarakat sebagai bagian dari pelaku
pembangunan kesehatan yang terdiri dari kelompok sasaran primer, sekunder, dan
tersier.
7.Penelitian dan pengembangan kesehatan
Pengelolaan penelitian dan pengembangan kesehatan terdiri atas: penelitian dan
pengembangan biomedis dan teknologi dasar kesehatan, teknologi terapan
kesehatan
dan epidemiologi k
linik, teknologi intervensi kesehatan masyarakat, humaniora,
kebijakan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai contoh hal yang
dapat dilakukan pengkajian adalah terkait perilaku, mutu, akses dan pembiayaan
kesehatan.Pelayanan KB dalam SKN sejalan dengan komponen –komponen yang
ada
dalam Sistem Kesehatan Nasional, khususnya dalam sub sistem upaya kesehatan
yang memprioritaskan pada upaya promotif dan preventif.
B.Pelayanan Keluarga Berencana
Pelayanan KBmerupakan salah satu strategi untuk mendukung
percepatanpenurunan Angka Kematian Ibu melalui:
1.Mengatur waktu, jarak dan jumlah kehamilan
2.Mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang perempuan hamil
mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin selama kehamilan,
persalinan dan nifas.
3.Mencegah atau memperkecil terjadinya kematian pada seorang perempuan yang
mengalami komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.Peranan KB sangat
diperlukan untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, unsafe abortion dan
komplikasi yang pada akhirnya dapat mencegah kematian ibu. Selain itu,
Keluarga Berencana merupakan hal yang sangat strategis untuk mencegah
kehamilan “Empat Terlalu” (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu
banyak).
Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat, upaya yang diselengggarakan di Puskesmas terdiri
dari upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan.
Pelayanan
Keluarga Berencana merupakan salah satu dari 5 Upaya Kesehatan
Masyarakat Esensial yaitu pelayanan promosi kesehatan; pelayanan kesehatan
lingkungan; pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;pelayanan
gizi; dan
pelayanan pencegahan dan pengend
alian penyakit. Begitu pula untuk di Rumah Sakit,
menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi
dan
Perijinan Rumah Sakit, pelayanan KB merupakan pelayanan medik umum yang
harus
ada di RS. Dapat disimpulkan, pelayanan KB merup
akan:
1.
Upaya kesehatan masyarakat esensial Puskesmas dan pelayanan medik umum di
Rumah Sakit
2.
Upaya pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi
penerus yang sehat dan cerdas
3.
Upaya pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan
4.
Memenuhi
hak reproduksi klien.
Pelayanan keberlanjutan (C
ontinuum of Care)
dalam pelayanan KB, meliputi
pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja, konseling WUS/ calon pengantin,
konseling KB pada ibu hamil/ promosi KB pasca persalinan, pelayanan KB pasca
pers
alinan, dan pelayanan KB interval.
Sesuai dengan Rencana Aksi Nasional Pelayanan
KB 2014
-
2015, salah satu strateginya adalah peningkatan ketersediaan, keterjangkauan,
dan kualitas pelayanan KB melalui pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi
(KIE)
dan k
onseling secara sistematis dengan salah satu program utama adalah memastikan
seluruh penduduk mampu menjangkau dan mendapatkan pelayanan KB.
Komunikasi, Informasi dan Edukasi adalah proses yang sangat penting dalam
pelayanan KB. Pengertian komunikasi ada
lah
penyampaian pesan secara
langsung/tidak langsung melalui saluran komunikasi kepada penerima pesan
untuk
mendapatkan suatu efek. Dalam bidang kesehatan kita mengenal komunikasi
kesehatan yaitu usaha sistematis untuk mempengaruhi perilaku positif masyar
akat,
dengan menggunakan prinsip dan metode komunikasi baik menggunakan
komunikasi
individu maupun komunikasi massa. Sementara informasi adalah keterangan,
gagasan
maupun kenyataan yang perlu diketahui masyarakat (pesan yang disampaikan)
dan
edukasi adalah
proses perubahan perilaku ke arah yang positif.
Proses yang diberikan dalam KIE, salah satunya adalah konseling. Melalui
konseling pemberian pelayanan membantu klien memilih cara KB yang cocok dan
membantunya untuk terus menggunakan cara tersebut denga
n benar.
Konseling
adalah
proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara klien
-
petugas untuk membantu
klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan membuat keputusan
yang
paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi. Pelayanan
konseling KB
memegang peranan yang sangat penting, oleh karena itu untuk meningkatkan
keberhasilan konseling KB dapat digunakan media KIE dengan menggunakan
lembar
balik Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK)
-
KB. Konseling KB dapat
dilaksanakan bagi wan
ita dan pasangan usia subur, ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan Nasional dan Permenkes Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional dinyatakan
bahwa Pelayanan KB
merupakan salah satu manfaat promotif dan preventif. Selama masa transisi
menuju
universal health coverage
pada tahun 2019, maka pelayanan KB bagi penduduk yang
belum terdaftar sebagai peserta program JKN, dapat dibiayai dengan Jaminan
K
esehatan Daerah (Jamkesda). Pelayanan KB yang dijamin meliputi konseling,
kontrasepsi dasar, vasektomi, tubektomi termasuk komplikasi KB bekerjasama
dengan
lembaga yang membidangi keluarga berenc

BAB 1V
METODE KB PASCA
PERSALINAN
Penyampaian informasi yang jelas dan benar mengenai metode KB
yang akan
digunakan oleh akseptor
dapat membantu klien
dalam
mengenal
dan memahami akan
kebutuhannya, untuk memilih solusi terbaik dan membuat keputusan
yang paling sesuai
denga
n
kondisi yang sedang dihadapi
sehingga diperlukan pengarahan atau k
onseling yang
dilakukan oleh petugas
dan itu
akan membantu klien
dalam
menggunakan kontrasepsi
serta
meningkatkan keberhasilan KB.
Jenis

jenis metode KB yang terkini pasca persalinan yang
perlu diketahui adalah:
A.
Metode Barrier (Kondom)
Cara kerja
1. Menghalangi sperma masuk ke uterus
2. Mencegah penularan infeksi mikro organisme
Keuntungan
1. Tidak mengganggu ASI
2. Tidak ada efek samping terhadap kesehatan
3. Metode kontrasepsi sementara bila kontrasepsi lainnya harus
ditunda
4.
Mencegah infeksi menular seksual
Keterbatasan
1. Efektivitas tidak tinggi : 15 kehamilan per 100 ibu (15%)
2. Cara pemasangan yang tidak benar mempengaruhi keberhasilan
kontrasep
si
3. Agak menganggu hubungan seksual
Cara pakai
1. Dipasang saat penis ereksi
2. Dilepas sebelum penis melembek
3. Cari ukuran yang sesuai dengan ukuran penis
4.
Hanya bisa digunakan sekali saja
B.
Metode Amenorelaktasi (MAL
)
Cara kerja
Menekan ovulasi
Waktu Penggunaan Efektif hingga 6 bulan pasca persalinan, harus
benar
-
benar
eksklusif Efektivitas 2 kehamilan per 100 ibu (2%)
Keuntungan
1. Segera efektif
2. Tidak mengganggu senggama
3. Tidak ada efek samping
4. Tanpa biaya
5. Bay
i lebih sehat karena mendapat kekebalan pasif dan sumber gizi terbaik
dari ASI
serta terhindar dari paparan kontaminasi dari botol, air, dan susu
formula.
6. Baik bagi ibu karena mengurangi perdarahan pasca persalinan,
mengurangi risiko
anemia, meningka
tkan hubungan psikologis ibu dan bayi
Keterbatasan
1. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui
dalam 30 menit
pasca persalinan
2. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial
3. Tidak melindungi dari infeksi menular seksual
4. Efektivitas tinggi bila dilakukan dengan baik dan benar (ASI
eksklusif) dan hanya
selama 6 bulan
Kontraindikasi
1. Sudah mendapatkan haid setelah bersalin
2. Tidak ASI eksklusif
3.
Bayi tidak menyusui lebih lama dari 4 jam
Informasi untuk klien agar metode ini berhasil (konsensus Bellagio
1988)
1. Ibu harus menyusui secara penuh
2. Bayi menghisap secara langsung
3. Menyusui dimulai dari 30 menit

1 jam bayi setelah lahir
4. Kolostrum diberikan kepada bayi
5. Pola menyu
sui on demand
6. Hindari jarak menyusui lebih dari 4 jam, termasuk malam hari
7. Perdarahan sebelum hari ke 56 pasca persalinan belum dianggap
sebagai haid
MAL harus Memenuhi 3 persyaratan
1. Belum haid setelah melahirkan.
2. ASI Ekslusive ( asi saja
)
3.
Bayi berusia kurang dari 6 bulan.
C
. Metode Pil
a. Pil Progestin (mini pil)
Cara kerja:
1. Mencegah ovulasi
2. Mempengaruhi transformasi endometrium sehingga implantasi sulit
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi
sperma
4. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu
5. Efektivitas: secara umum 10 kehamilan per 100 ibu (10%) , untuk
ibu menyusui 1
kehamilan per 100 ibu (1%)
Waktu Penggunaan:
1. Dapat segera diberikan 3 hari untuk daerah sulit s
etelah persalinan maupun
pasca keguguran
2. Dapat digunakan segera mungkin pada ibu menyusui dan tidak
menyusui
3. Setelah abortus, segera dimulai
Keuntungan:
1. Tidak menganggu hubungan seksual
2. Tidak mempengaruhi ASI
3. Kesuburan cepat kemba
li bila obat dihentikan
4. Efek samping sedikit terhadap kesehatan
5. Dapat dihentikan setiap saat
6. Tidak mengandung estrogen (tidak meningkatkan gangguan
pembekuan darah,
kurang meningkatkan tekanan darah, nyeri kepala, dan depresi)
7. Mengur
angi jumlah, lama, dan nyeri haid
8. Mencegah kanker endometrium dan ovarium
9. Dapat diberikan pada pasien endometriosis
Keterbatasan:
1. Gangguan pada haid (perdarahan sela, spotting, amenorea)
2. Peningkatan berat badan
3. Harus diminum setiap hari pada waktu yang sama
4. Bila lupa minum satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
5. Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, atau jerawat
6. Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (tapi lebih rendah bila
dibandi
ngkan dengan
wanita yang tidak ber
-
KB)
7. Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual
8. Hirsustisme (tumbuh rambut/ bulu berlebihan) tapi sangat jarang
terjadi
Kontraindikasi:
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
3. Menggunakan obat TB (rifampisin), dan obat epiliepsi (fenitoin dan
barbiturat)
4. Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5. Sering lupa menggunakan pil
6. Miom uterus (progestin memicu
pertumbuhan miom uterus)
7. Riwayat stroke (progestin menyebabkan spasme pembuluh darah)
Cara Pakai:
1. Pastikan pasien tidak hamil
2. Konsumsi pil dimulai dari hari 1 hingga 5 haid
3. Bila dimulai dari hari ke 6 setelah hari pertama haid, gunakan kon
trasepsi lain atau
tidak berhubungan selama 2 hari
4. Dapat digunakan segera pasca persalinan, baik pada ibu menyusui
maupun tidak
menyusui
b. Pil Kombinasi
Cara kerja
1. Mencegah ovulasi
2. Mencegah implantasi
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilewati sperma
4.
Mengganggu pergerakan tuba, sehingga mengganggu transportasi sel
telur
Keuntungan
1.
Memiliki efektivitas yang tinggi (8 kehamilan per 100 pengguna
dalam 12 bulan
pertama pemakaian)
2.
Ris
iko terhadap kesehatan kecil
3.
Tidak menganggu hubungan seksual
4. Siklus haid jadi teratur dan jumlah darah haid berkurang (mencegah
anemia)
5. Dapat digunakan jangka panjang
6. Dapat digunakan dari masa remaja hingga menopause
7. Mudah dihentikan seti
ap saat
8. Kesuburan cepat kembali
9. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat
10. Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium,
K
ista
ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara,
dismenorea,
acne
Keterbatasan
1. Mual terutama 3 bulan pertama
2. Perdarahan bercak atau perdarahan sela pada 3 bulan pertama
3. Nyeri payudara, berat badan naik sedikit
4. Tidak bisa pada ibu menyusui
5. Meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan
6.
Tidak menceg
ah Infeksi menular seksual
Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Menyusui eksklusif
3. Perdarahan pervaginam yang tidak/belum diketahui penyebabnya
4. Penyakit hati akut (hepatitis)
5. Perokok dengan usia >35 tahun
6. Riwayat penyakit jantu
ng, stroke, atau tekanan darah >180/110 mmHg
7. Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis
(tidak terkontrol)
> 20 tahun
8. Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
9. Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi)
10. Tidak dapat menggunakan pil setiap hari (pelupa)
Cara pakai
1. Pastikan klien tidak hamil
2. Dapat dikonsumsi dari hari 1 hingga ke 7 siklus haid, sebaiknya
dikonsumsi pada jam
yang sama
3. Apabila dipergunakan dari hari ke
-
8 siklus haid, gunakan kontrasepsi lain seperti
kondom atau tidak berhubungan selama 7 hari
4. Bila muntah dalam 2 jam setelah minum pil, segera minum pil
berikutnya
5. Bila lupa meminum pil selama 1 ha
ri, hari besok langsung minum 2 pil sekaligus.
6. Apabila lupa meminum pil selama 2 hari, minum 2 pil sekaligus
setiap hari selama 2
hari berturut
-
turut, lalu lanjutkan minum pil seperti biasa
7. Apabila lupa minum pil selama 3 hari, lanjutkan pil
sepert
i biasa atau memulai dari
strip KB baru, dan gunakan kontrasepsi kondom/ tidak berhubungan
selama 7 hari.
8.
Untuk pil yang 21 tablet, selangi 1 minggu sebelum menggunakan
tablet berikutnya
9.
Hanya boleh dikonsumsi oleh ibu menyusui setelah 6 bulan pasca p
ersalinan
D.
Metode Suntikan
a. Suntikan Progestin
Preparat
1. Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera), mengandung 150
mg DMPA
disuntik
3. Bulan sekali, secara intramuscular
2. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg
No
retindron
Enantat, diberika setiap 2 bulan sekali secara intramuscular
Cara kerja (sama seperti suntikan kombinasi)
1. Mencegah ovulasi
2. Mencegah implantasi
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilewati sperma
Mengganggu pergerakan tuba, sehingga mengganggu transportasi sel
telur
Waktu Penggunaan:
1. Dapat segera diberikan dalam 7 hari pertama setelah persalinan
maupun pasca
keguguran (MEC 2015)
2. Pada klien yang menyusui dapat digunakan setelah 6 minggu pa
sca persalinan
3. Pada klien yang tidak menyusui digunakan segera mungkin
4.
Setelah abortus, segera dimulai
Keuntungan
1. Efektifitas tinggi, 3 kehamilan per 100 pengguna selama 12 bulan
pertama
2. Risiko terhadap kesehatan kecil
3.
Tidak mempengaruh
i hubungan suami istri
4. Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
5. Jangka panjang
6. Efek samping terhadap kesehatan kecil
7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
8. Mengurangi jumlah, lama, dan nyeri haid
9. Mencegah kanker ovarium dan endometrium
10.
Mencegah kehamilan ektopik
Keterbatasan
1. Perubahan pola haid, perdarahan bercak atau perdarahan sela
sampai 10 hari
2. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan akan menghilang
setelah suntikan
kedua atau ketiga
3. Klien harus kembali rutin ke fasilitas kesehatan
4. Efektivitas berkurang bila dipergunakan bersama obat tuberkulosis
dan epilepsi
5. Penembahan berat badan
6. Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung,
stroke,
gangguan
pembekuan darah, timbulnya tumor hati
7. Tidak melindungi dari infeksi menular seksual
8. Kesuburan kembali lama
Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya
3. Tidak dapat menerima terjadinya g
angguan haid, terutama amonorea
4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5.
Diabetes mellitus disertai komplikasi
Cara Pakai
1. Pastikan pasien tidak hamil
2. Suntikan diberikan dari hari haid 1 hingga 7
3. Bila disuntikan diluar masa
haid, gunakan kontrasepsi lain atau tidak berhubungan
selama 7 hari
4.
Bila ingin mengganti dari kontrasepsi hormonal lain ke kontrasepsi
suntikan, dapat
langsung diberikan kapan saja,
bila dipastikan ibu tidak hamil
5.
Bila ingin mengganti kontrasepsi suntik lain dengan kontrasepsi suntik
yang lain
lagi, jadwal penyuntikan adalah sesuai dengan jadwal penyuntikan
kontrasepsi
suntik sebelumnya.
\
6.
Untuk suntikan depo medroksiprogesteron asetat disuntik setiap 12
minggu,
intra
muscular
7.
Untuk suntikan noretisteron enantat untuk 4 kali suntikan pertama
diseling 8
minggu, suntikan ke 5 setiap 12 minggu, intra muscular
b.
Suntikan Kombinasi
Preparat
• Cyclofem mengandung Depo medroksiprogesteron asetat 25 mg dan
estradiol
sipionat 5 mg, disuntik sebulan sekali secara intramuscular.
• 50 mg noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat, suntikan
sebulan sekali
Cara kerja (sama seperti KB pil kombinasi)
1. Mencegah ovulasi
2. Mencegah implantasi
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilewati sperma
4. Mengganggu pergerakan tuba, sehingga mengganggu transportasi
sel telur
Keuntungan
1. Efektifitas t
inggi, 3 kehamilan per 100 pengguna selama 12 bulan pertama pe
makaian
2. Risiko terhadap kesehatan kecil
3. Tidak mempengaruhi hubungan suami istri
4. Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
5. Jangka panjang
6. Efek samping terhadap kesehatan kecil
7.
Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
8. Mengurangi jumlah, lama, dan nyeri haid
9. Mencegah kanker ovarium dan endometrium
10. Mencegah kehamilan ektopik
Keterbatasan
1. Perubahan pola haid, perdarahan bercak atau perdarahan sela
sampai 10 hari
2
. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan akan menghilang
setelah suntikan
kedua atau ketiga
3. Klien harus kembali rutin ke fasilitas kesehatan
4. Efektivitas berkurang bila dipergunakan bersama obat tuberkulosis
dan epilepsi
5. Penambahan berat badan
6. Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung,
stroke,
gangguan pembekuan darah, timbulnya tumor hati
7. Tidak melindungi dari infeksi menular seksual
8. Kesuburan kembali lama
Kontraindikasi
1.
Hamil atau diduga hamil
2. Menyusui
3. Perdarahan pervaginam yang tidak/belum diketahui penyebabnya
4. Penyakit hati akut (hepatitis)
5. Perokok dengan usia >35 tahun
6. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah >180/110
mmHg
7. Riwayat gan
gguan faktor pembekuan darah atau DM tidak terkontrol >20 tahun
8. Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
9. Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi)
Cara pakai
1. Ibu menyusui hanya bisa digunakan saat bayi berusia 6 bulan atau
lebih
2
. Pastikan pasien tidak hamil
3. Suntikan diberikan dari hari haid 1 hingga 7
4. Bila disuntikan diluar masa haid, gunakan kontrasepsi lain atau
tidak berhubungan
selama 7 hari
5.
Bila ingin mengganti dari kontrasepsi hormonal lain ke kontrasepsi
suntikan, dap
at
langsung diberikan kapan saja, bila dipastikan ibu tidak hamil
6.
Bila ingin mengganti kontrasepsi suntik lain dengan kontrasepsi suntik
yang lain
lagi, jadwal penyuntikan adalah sesuai dengan jadwal penyuntikan
kontrasepsi
suntik
sebelumnya.
7.
Suntikan dilakukan 1 bulan sekali
E.
Metode Implan
Cara kerja
1. Mencegah ovulasi
2. Mempengaruhi transformasi endometrium sehingga implantasi sulit
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi
sperma
4. Mengubah motilitas t
uba sehingga transportasi sperma terganggu
Waktu Penggunaan:
1. Dapat segera diberikan setelah persalinan maupun pasca keguguran
dan pada
klien yang menyusui maupun tidak menyusui (MEC 2015)
2. Setelah abortus, segera dimulai
Keuntungan
1. Efekt
ivitas tinggi 0,5 kehamilan per 100 pengguna dalam 1 tahun
pemakaian
2. Tidak menganggu hubungan seksual
3. Tidak mempengaruhi ASI
4. Kesuburan cepat kembali bila implan dicabut
5. Efek samping sedikit terhadap kesehatan
6. Dapat dihentikan setiap saat
7. Tidak mengandung estrogen (tidak meningkatkan gangguan
pembekuan darah,
kurang meningkatkan tekanan darah, nyeri kepala, dan depresi)
8. Mengurangi jumlah, lama, dan nyeri haid
9. Mencegah kanker endometrium dan o
varium
10.
Dapat diberikan pada pasien endometriosis
Keterbatasan (sama seperti pil progestin)
1. Gangguan pada haid (perdarahan sela, spotting, amenorea)
2. Peningkatan berat badan
3. Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, atau jerawat
4. Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (tapi lebih rendah bila
dibandingkan dengan
wanita yang tidak ber
-
KB)
5. Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual
6. Hirsustisme (tumbuh rambut/ bulu berlebihan) tapi sangat jarang
terjadi
7. Memer
lukan prosedur medis
8. Efek berkurang bila menggunakan obat tuberkulosis (rifampisin)
dan obat epilepsi
(fenitoin dan barbiturat)
Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
3. Menggunak
an obat TB (rifampisin), dan obat epiliepsi (fenitoin dan barbiturat)
4. Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5. Miom uterus (progestin memicu pertumbuhan miom uterus)
6. Riwayat stroke (progestin menyebabkan spasme pembuluh darah)
Cara Pakai
1. Pasien tidak hamil
2. Dipasang saat siklus haid ke 2 hingga 7, bila dipasang setelah siklus
haid ke
-
7,
menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja
4.
Setelah 48 jam pertama pemasangan, daerah pemasangan harus tetap
dibiarkan
5.
kering aga
r tidak infeksi
6.
Perlindungan sampai 4 tah
6. Penyakit trofoblas ganas
7. Menderita TBC pelvic
8. Kanker alat genital
9. Ukuran rahim kurang dari 5 cm
Cara Pakai
1. Da
pat dipasang kapan saja selama dipastikan tidak hamil
2. Sebagai kontrasepsi darurat dapat digunakan hari ke 1
-
5 pasca senggama
b. AKDR dengan Progestin
Cara kerja
1. Endometrium mengalami transformasi yang ireguler, epitel atrofi
sehingga
mengganggu implantasi
2. Mencegah pembuahan dengan mencegah pertemuan ovum dan
sperma
3. Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba falopii
4. Menginaktifkan sperma
Waktu Penggunaan:
1. Dipasang dalam 48 jam setelah plasenta lahir atau setelah 4 minggu
pasca
persalinan.
2. Pada abortus, dapat langsung dipasang, selama dipastikan tidak ada
infeksi
Keuntungan
1. Efektif dengan jangka proteksi 1 tahun
2. Tidak mengganggu hubu
ngan suami istri
3. Tidak berpengaruh pada ASI
4. Kesuburan cepat kembali setelah AKDR diangkat
5. Efek samping kecil
6. Mengurangi jumlah darah dan nyeri haid
7. Tidak menganggu kerja obat tuberkulosis dan epilepsy
Keterbatasan
1. Memerlukan prosed
ur medis
2. Mahal
3. Perforasi dinding uterus apabila salah pemasangan
4. Tidak mencegah IMS
5. Tidak cocok pada wanita yang suka berganti pasangan
6. Memerlukan prosedur medis saat pemasangan
7. AKDR mesti dilepas di fasilitas kesehatan
8. AKDR dap
at keluar dari uterus tanpa diketahui (terutama pada pemasangan
AKDR
pascaplasenta)
9. Efek samping progestin: risiko trombosis, menurunkan kadar HDL
pada pemberian
jangka panjang, memicu pertumbuhan miom
Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai
hamil
2. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
3. Menderita Infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
4. Tiga bulan terakhir mengalami penyakit radang panggul atau
abortus septik
5. Kelainan bawaan uterus abnormal (bentuk dan ukuran abnormal)
atau menderita
tumor jinak rahim
6. Penyakit trofoblas ganas
7. Menderita TBC pelvic
8. Kanker alat genital
9. Ukuran rahim kurang dari 5 cm
F.
Metode Tubektomi
Cara kerja:
Menghamba
t ovum dengan cara mengoklusi tuba falopii sehingga sperma tidak
dapat
bertemu dengan ovum
Waktu Penggunaan:
1. Dapat segera diberikan dalam 7 hari pertama setelah persalinan
maupun pasca
keguguran (WHO Mec 2015)
2. Bila ada infeksi atau pasca abortus
tidak aman tunda 3 bulan
Keuntungan:
1. Sangat efekti 0.5 kehamilan per 100 pengguna selama setahun
pertama
2. Tidak mengganggu produksi ASI
3. Tidak mempengaruhi hubungan suami istri
4. Tidak ada efek samping hormonal
Keterbatasan
1. Harus melalui
prosedur medis
2. Tidak melindungi dari infeksi menular seksual
3. Rasa nyeri atau tidak nyaman pasca tindakan
Yang dapat menjalani tubektomi
1. Usia > 26 tahun
2. Paritas > 2
3. Yakin dengan jumlah kehamilan yang diinginkan
4. Kehamilan berikutnya agan memberikan risiko kesehatan yang
serius
5. Pasca persalinan dan pasca keguguran
6. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini
Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum diket
ahui penyebabnya
3. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut
4. Tidak boleh menjalani prosedur pembedahan
5. Ragu
-
ragu untuk menjalani prosedur
6. Tidak menandatangani persetujuan medis tertulis
G.
Metode Vasektomi
Cara kerja
Menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan cara melakukan
oklusi vasa
deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan fertilisasi
tidak terjadi
Keuntungan
1. Sangat efektif : Efektivitas: 1 kehamilan pada 100 ibu (0.15%)
2. Tidak ada efek
samping jangka panjang
3. Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan
Keterbatasan
Membutuhkan prosedur medis
Kontraindikasi
1. Infeksi kulit pada lapang operasi
2. Infeksi sistemik
3. Hidrokel dan varikokel yang besar
4. Hernia inguinalis
5. Filari
asis
6.
Undesensus testikularis
7. Massa intraskrotalis
8. Anemia berat, gangguan pembekuan darah
Informasi bagi klien
1. Pertahankan band aid selama 3 hari
2. Luka yang dalam penyembuhan jangan ditarik atau digaruh
3. Daerah luka tidak basah dalam 2
4 jam, dan setelah 3 hari daerah luka boleh dicuci
dengan sabun dan air
4. Pakailah penunjang skrotum, usahakan daerah skrotum kering
5. Hindari mengangkat benda berat dan kerja keras dalam 3 hari
6. Boleh bersenggama setelah hari ke 2
-
3, namun pak
ai kondom hingga 15
-
20
ejakulasi atau 3 bulan
7. Lakukan pemeriksaan semen setelah 3 bulan pasca vasektomi
H.
KONDAR ( Kontrasepsi Darurat )
Kontrasepsi darurat (Kondar) adalah cara untuk mencegah kehamilan
setelah
hubungan seks yang tidak menggunakan pengaman. Kondar bisa
berupa PIL atau
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim). Jika ada pasangan yang
melakukan
hubungan seks tanpa pengama atau ibu
yang menggunakan metodel MAL (Metode
Amenore Laktasi) dan tidak yakin bahwa dia menyusui dengan
eksklusif, dia dapat
mempertimbangkan untuk menggunakan Pil kondar atau AKDR.
Cara Pakai :
Pil kontrasepsi darurat atau yang sering disebut Morning after pil
adalah pil hormon
yang dapat dikonsumsi wanita setelah melakukan hubungan seks. Pil
ini berfungsi
paling baik jika diminum maksimal 72 jam pertama setelah
melakukan hubungan
seks, tetapi masih tetap dapat mengurangi risiko kehamilan jika
dikonsumsi dalam
k
urun waktu 120 jam (5 hari) setelah hubungan seks yang tidak
berpengaman
Cara kerja:
Cara kerja kontrasepsi darurat adalah dengan menunda ovulasi
(pelepasan sel telur
wanita selama siklus bulanan). Apabila pembuahan dan implantasi
telah terjadi, maka
lev
onorgestrel tidak akan mengganggu kehamilan.
Cara Pemakaian :
Hormon seperti Levonorgestrel progesterone diberikan dalam dosis
tinggi untuk
mencegah kehamilan. Jumlah pil yang dikonsumsi tergantung pada
tipe jenis pil yang
digunakan. Jenis kontrasepsi da
rurat ini adalah yang paling efektif ketika dikonsumsi
secepat mungkin setelah berhubungan, walaupun masih tetap dapat
mengurangi
risiko kehamilan ketika dikonsumsi hingga 120 jam setelah
berhubungan.
Tipe terbaru dari kontrasepsi darurat yang bernama ulip
ristal acetate adalah jenis
pengobatan yang berbeda. Pil ini menunda ovulasi dan mungkin
membantu
mencegah implan. Jenis ini masih efektif bila dikonsumsi hingga 5
hari setelah
berhubungan. Kontrasepsi darurat tidak akan mencegah kehamilan
jika hubungan
se
ks yang tidak berpengaman dilakukan setelah meminum kontrasepsi
darurat.
Efektivitas :
1 atau 2 dari setiap 100 wanita yang menggunakan kontrasepsi darurat
dapat hamil
walaupun telah mengkonsumsi obat tersebut pada waktu yang telah
disaran

BAB
V
RUANG LINKUP
A.
Pengorganisasian
Pengorganisasian dalam manajemen pada prinsipnya merupakan suatu
kegiatan
pengaturan sumber daya manusia dan sumber daya fisik lainnya untuk
menjalankan
rencana yang telah ditetapkan guna
mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Pelaksanaan program pelayanan KB tidak sepenuhnya berada
dijajaran sektor
kesehatan, maka diperlukan upaya untuk mengorganisasi semua
sumber daya di lintas
program dan lintas sektor agar mendapatkan hasil yang op
timal.
Untuk mewujudkan program pelayanan KB yang berkualitas, perlu
dilakukan
pengorganisasian sumber daya sebagai berikut:
a.
Menjamin ketersediaan
alat
dan
obat kontrasepsi
serta
bahan habis pakai
,
penyimpanan dan distribusinya
.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan terkait
ketersediaan alokon dan bahan habis pakai :
1.
Ketersediaan Obat dan Alat Kesehatan yang dijamin oleh Pemerintah
dan/atau
Pemerintah Daerah, maka tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan,
meliputi alat
kontrase
psi dasar, vaksin untuk imunisasi dasar dan obat program pemerintah
(Permenkes Nomor 71 tahun 2013 pasal 19). Sesuai dengan kebijakan
yang ada
saat ini, penyediaan alat dan obat kontrasepsi disediakan oleh
BKKBN. Selain itu,
penyediaan alokon juga dapat di
sediakan oleh Pemerintah Daerah.
2.
Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai di
Rumah
Sakit harus dilakukan oleh Instalasi farmasi sistem satu pintu (Undang
-
Undang
Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009, pasal 15). Standar
Kefarmasia
n adalah
pedoman untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas
produksi,
distribusi atau penyaluran, dan pelayanan kefarmasian (Peraturan
Pemerintah No
51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian)
3.
Pengadaan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habi
s pakai oleh fasilitas
kesehatan dilakukan melalui
e
-
purchasing
, yang harganya tercantum dalam
e
-
catalogue
(Peraturan Presiden Nomor 111 tahun 2013)
b.
Menjamin tersedianya
sarana penunjang
pelayanan KB seperti
obgyn
-
bed
, IUD kit,
implan removal kit, VTP kit,
KIE kit, media informasi, pedoman klinis dan pedoman
manajemen. Pengelola program KB perlu berkoordinasi dengan
pengelola program terkait
di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten dan kota, baik di sarana
pelayanan pemerintah
maupun swasta. Mekanisme penye
diaan sarana penunjang pelayanan KB mengikuti
mekanisme penyediaan alokon.
c.
Menjamin tersedianya
pembiayaan
pelayanan KB baik melalui APBN (Kementerian
Kesehatan dan BKKBN) dan APBD dan sumber lain yang tidak
mengikat misalnya dana
hibah dalam dan luar negeri serta bantuan swasta dan perorangan.
d.
Menjamin tersedianya
tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan KB
yang
terampil dalam pelayanan klinis, konseling dan manajemen melalui
pelatihan yang
terakreditasi. Pengelola program KB p
erlu mengadakan koordinasi dengan Balai Besar
Pelatihan Kesehatan (BBPK), Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes),
Balai Pelatihan dan
Pengembangan KB (BKKBN), Pusat Pelatihan Klinik Sekunder
(P2KS) di Provinsi, Pusat
Pelatihan Klinik Primer (P2KP) di kabupat
en/kota, Puskesmas, Rumah Sakit, Organisasi
Profesi (POGI, IDI dan IBI) dan lintas sektor terkait yang mengacu
kepada pedoman
pelatihan yang berlaku.
Penguatan
demand
dalam rangka percepatan revitalisasi program KB
untuk
pencapaian target penurunan TFR d
ilaksanakan melalui :
a.
Perubahan
mind set
untuk melembagakan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera dan
Kampanye “Dua Anak Cukup”
b.
Memastikan semua PUS mendapatkan informasi tentang Kesehatan
Reproduksi
dan KB
c.
Memanfaatkan Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi
(P4K), Kelas Ibu Hamil, Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu,
termasuk
Konseling Calon Pengantin untuk meningkatkan pengetahuan calon
pengantin, ibu,
suami dan keluarga tentang KB dan perencanaan keluarga.
d.
Pemberdayaan Institusi Mas
yarakat Perdesaan dan Perkotaan harus dilakukan
secara optimal terutama memberdayakan petugas dan kader KB di
lapangan
e.
Memanfaatkan tenaga
-
tenaga promotif dan preventif untuk menekan Kehamilan
yang Tidak Diinginkan dan menurunkan Angka Kematian Ibu.
f.
Menyia
pkan bahan
-
bahan KIE yang bersifat edukasi bagi keluarga dalam
merencanakan keluarganya.
g.
Mempromosikan pesan pencegahan kehamilan “4 Terlalu” dan
penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
h.
Pembinaan remaja melalui Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR), Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) dan Generasi Berencana (GenRe)
i.
Pembinaan kelompok
-
kelompok KB yang tergabung dalam bina keluarga balita, bina
keluarga remaja dan bina keluarga lansia.
j.
Pendekatan kepada organisasi non pemerintah, LSM, swasta dan asos
iasi
-
asosiasi
serta organisasi profesi.
Untuk mendapatkan pelayanan KB sesuai standar, maka diperlukan
penguatan
supply
dalam rangka percepatan revitalisasi program KB untuk pencapaian
target
penurunan TFR melalui:
a.
Peningkatan akses masyarakat terhadap p
elayanan KB untuk mempercepat
terwujudnya revitalisasi KB
b.
Memperkuat sarana pelayanan kesehatan sehingga semua calon
peserta KB
mendapatkan pelayanan yang berkualitas dan merata
c.
Penyiapan supply di kabupaten dan kota untuk memberikan pelayanan
komprehensif
yang berkualitas hingga pasca pelayanan
d.
Pendekatan kepada organisasi non pemerintah, seperti LSM, swasta
dan asosiasi
-
asosiasi serta organisasi profesi.
e.
Memperkuat pelayanan statis dengan meningkatkan kapasitas faskes
berstatus
sederhana menjadi pelayanan
KB yang lengkap.
f.
Memastikan ketersediaan sarana prasarana dan alat obat kontrasepsi di
semua
sarana pelayanan melalui dana APBN maupun APBD.
g.
Menjamin mekanisme distribusi alokon melalui satu pintu untuk bisa
memenuhi
kebutuhan seluruh fasilitas pelayanan
KB sehingga tidak terjadi kesenjangan
distribusi.
h.
Meningkatkan kompetensi pelayanan KB dengan menyiapkan
provider pelayanan KB
dengan pelatihan
B.
Perencanaan
Untuk mewujudkan pelayanan KB dapat terlaksana secara optimal dan
berkualitas, harus didukung oleh
manajemen yang baik. Manajemen adalah
serangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematik untuk
menghasilkan
keluaran yang efektif dan efisien.
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan yang
harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam rangka me
ncapai tujuan yang
telah ditentukan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia
secara berhasil
guna dan berdaya guna. Perencanaan pelayanan KB sebagai bagian
integral dari
pelayanan kesehatan perlu diupayakan mulai dari tingkat fasilitas
pelayanan tingk
at
pertama sampai dengan tingkat lanjutan yang difokuskan pada analisis
situasi dengan
memanfaatkan data/ informasi KB yang ada, baik data rutin maupun
survei. Salah satu
upaya dalam mencapai hasil perencanaan yang optimal perlu
dilakukan advokasi
kepada p
ara pemangku kebijakan untuk mendapatkan dukungan terutama
dalam
kebijakan dan pembiayaan.
Perencanaan di Rumah Sakit
u
ntuk
m
erencanaan kebutuhan alokon dan sarana
prasarana, didasarkan pada rata
-
rata tren penggunaan metode kontrasepsi dalam 3 bulan
dengan menambahkan perhitungan perkiraan peningkatan kunjungan,
lead time, dst.
Setelah Rumah Sakit bersama PLKB/PPLKB menghitung k
ebutuhan alokon RS untuk 1
tahun kedepan pada triwulan pertama tahun berjalan, data tersebut
diteruskan ke SKPD
KB Kab/kota setempat dan ditembuskan kepada Dinas Kesehatan
Kab/kota. Terkait
dengan stok alokon di RS maka permintaan alokon ke SKPD KB
melalui
PLKB/PPLKB
untuk masing
-
masing metode kontrasepsi minimal 3 bulan dan maksimal 6 bulan
dan
dikelola dengan sistem satu pintu untuk memfasilitasi alokon di Poli
Kebidanan/KB dan
Kamar Bersalin. Rumah Sakit juga merencanakan dan mengusulkan
kebutuhan dan
pe
ngembangan SDM sesuai dengan kompetensinya yang diteruskan
kepada Dinas
Kesehatan Kab/kota.
C.
Jenis Pelayanan
Rumah sakit dalam melayani program KELUARGA BERENCANA
dilakukan di
Klinik Rawat Jalan, IGD POONEK, Kamar Bersalin dan Kamar
Operasi, kesemuanya
d
ilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi klinis pasien pada saat
akan di lakukan
pemasangan. Adapun jenis pelayanan KB yang ada di Rumah sakit
yaitu:
1.
pelayanan konseling;
2.
pelayanan kontrasepsi AKDR dan AKBK
3.
Metode Operasi Wanita (MOW)
4.
Metode Operas
i Pria (MOP)
D.
Pelaksanaan
KB
Pelayanan KB mendukung percepatan penurunan jumlah kematian ibu
dengan
mencegah kehamilan 4 terlalu dan kehamilan yang tidak diinginkan.
Kehamilan yang
tidak diinginkan (KTD) ini dapat terjadi pada; PUS dengan
unmet need
, kegagalan dan
Drop Out (DO) KB; kasus perkosaan dan remaja seks pra
-
nikah. Terjadinya kehamilan
pada keadaan tersebut sering berakhir dengan tindakan aborsi yang
tidak aman (
unsafe
abortion
) yang dapat membahayakan nyawa ibu yang merupakan salah satu
pen
yebab
masih tingginya jumlah kematian ibu.
Pelayanan Keluarga Berencana merupakan
bagian dari pelayanan kesehatan dasar dan rujukan sehingga
pelaksanaannya harus
terintegrasi dengan program kesehatan secara keseluruhan terutama
kesehatan
reproduksi. Dalam
pelaksanaannya, pelayanan keluarga berencana mengacu pada
standar pelayanan dan kepuasan klien.
Pelaksanaan pelayanan KB baik oleh pemerintah maupun swasta
harus sesuai
standar pelayanan yang ditetapkan untuk menjamin pelayanan yang
berkualitas dengan
memenuhi: pilihan metode kontrasepsi (
cafetaria system)
; informasi kepada klien;
kompetensi petugas; interaksi antara petugas dan klien; mekanisme
yang menjamin
kelanjutan pemakai KB; jejaring pelayanan yang memadai (
Judith Bruce,
199
0).
Upaya peningkata
n mutu pelayanan KB dilaksanakan dengan berkoordinasi
dan bekerjasamaantara Kementerian Kesehatan, BKKBN dan Lintas
Program dan
Sektor terkait serta profesi melalui pendekatan 3 sudut pandang: dari
pengelola
program; pelaksana dan klien

1.
Dari sudut
pandang pengelola program
a.
Menjamin terselenggaranya pelayanan KB yang berkualitas agar dapat
diakses
oleh semua lapisan masyarakat tanpa diskriminasi (status sosial,
budaya,
ekonomi, pendidikan dan geografi)
b.
Memastikan penggunaan standar pelayanan KB bagi
petugas kesehatan
termasuk standar pencegahan infeksi, sesuai dengan Buku Panduan
Praktis
Pelayanan Kontrasepsi (BP3K).
c.
Menjamin terlaksananya sistim rujukan pelayanan KB mulai dari
tingkat
pelayanan dasar sampai rujukan
d.
Menjamin ketersediaan tenaga keseha
tan yang kompeten dalam pelayanan
KB, melalui peningkatan kemampuan bidan dan dokter umum di
fasilitas
pelayanan kesehatan.
e.
Memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana untuk pelayanan KB yang
berkualitas, penyediaan alat dan obat kontrasepsi serta bahan habis
pakai.
f.
Menjamin terselenggaranya KIE dan konseling KB agar
meningkatkan
kesertaaan aktif ber
-
KB
g.
Memantau dan menilai mutu pelayanan KB yang dilaksanakan
berdasarkan
hasil analisis data pelayanan KB.
h.
Menjamin pelaksanaan pencatatan dan pelaporan pelayanan K
B dengan
menggunakan konsep wilayah
i.
Membentuk tim jaga mutu pelayanan KB yang terdiri dari Dinas
Kesehatan,
BKKBN, RS, profesi dan Lintas Sektor lainnya untuk melakukan
upaya
pemantauan, penilaian dan bimbingan meliputi aspek teknis medis dan
manajemen.
2.
Dari sudut pandang pelaksana pelayanan
a.
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan melalui pendidikan
berkelanjutan,
pelatihan, magang yang dilaksanakan melalui kerjasama dengan pusat
pendidikan,
pusat pelatihan dan organisasi profesi.
b.
Menerapkan standar pela
yanan KB yang telah ditetapkan, termasuk melaksanakan
pencegahan infeksi , pengayoman medis dan rujukan
c.
Memberikan pelayanan KB yang berkualitas sesuai harapan dan
kebutuhan klien
serta tanpa diskriminasi (status sosial, budaya, ekonomi, pendidikan
dan geo
grafi)
d.
Aktif dalam program jaga mutu, termasuk audit medik pelayanan KB.
e.
Melakukan pencatatan dan pelaporan pelayanan KB
3.
Dari sudut pandang klien
a.
Hak mendapatkan informasi
yang lengkap dan benar tentang :
Berbagai metode kontrasepsi yang ada
Kemungkinan
terjadinya efek samping/ komplikasi/ kegagalan
Pen
gunaan kontrasepsi yang rasional
Tempat pemberian pelayanan kontrasepsi
b.
Hak akses
terhadap pelayanan KB, tanpa diskriminasi
c.
Hak memilih
jenis kontrasepsi yang diinginkan, sepanjang memenuhi syarat
kesehatan, dalam hal ini termasuk hak untuk memilih tempat dan
pemberi
pelayanan KB
d.
Hak mendapatkan pelayanan yang berkualitas
, berarti pelayanan KB yang
diterima sesuai standar
e.
Hak privasi
, artinya klien perlu dihormati harkat dan martabatnya dengan
membe
rikan pelayanan ditempat sesuai standar.
f.
Hak atas kerahasiaan,
artinya data dan informasi tentang klien harus dijaga
kerahasiaannya, juga alat kontrasepsi yang digunakan klien tidak
boleh
disebarluaskan
g.
Hak dihormati atau dihargai
, dimaksudkan bahwa semua
klien mendapat
perlakuan yang sama dan adil dengan tanpa diskriminasi dengan tidak
membedakan status sosial, ekonomi, pendidikan, agama, suku atau
lainnya
h.
Hak mendapat kenyamanan dalam pelayanan
, termasuk waktu tunggu yang
tidak
terlalu lama dan ruang tung
gu yang nyaman
i.
Hak atas kelanjutan pelayanan
, yaitu jaminan atas kelanjutan ketersediaan
alat/
obat kontrasepsi yang dipilihnya, termasuk juga adanya tempat
rujukan
Pelayanan KB di RS dapat dilaksanakan di
ruang poli kebidanan,
IGD PONEK
,
kamar
bersalin dan kamar operasi. Untuk terlaksanan
ya pelayanan KB yang optimal d
i
RS perlu dipastikan ketersediaan sumber daya meliputi tenaga
pelayanan KB,
sarana
dan prasarana, alokon dan BHP. Untuk sarana dan prasarana, alokon
dan BHP dikelol
a
pengelolaan a
lokon
di
RS secara umum
dilakukan
satu pintu untuk mem
fasilitasi Poli
Kebidanan,
IGD PONEK
, Kamar bersalin dan Kamar Operasi. Pencatatan dan pelaporan
pelayanan KB di RS mengikuti Sistim Informasi Rumah Sakit (SIRS)
yang terdiri dari
pencatatan dalam rekam
medik, formulir RL 3, formulir RL 4a, Formulir RL4b serta
menggunakan format pencatatan dan pelaporan pelayanan KB yang
digunakan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Rumah Sakit juga melaksanakan
penyuluhan
program KB sebagai salah satu pelaksanaan KIE
di PKBRS.
Penjelasan :
1.
Calon klien atau klien KB datang ke IGD atau Poli Kebidanan/KB
mendaftar ke
petugas dengan menunjukkan surat pengantar rujukan, kartu
kepesertaan BPJS
Kesehatan (jika sudah menjadi peserta JKN) dan mendapat K/IV/KB.
2.
Dokter atau
Bidan Poli Kebidanan/ KB atau Rawat Inap memberikan konseling
kepada klien untuk memilih pelayanan KB sesuai kelaikan medis
3.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang untuk
menghindarkan
kontraindikasi tindakan sebelum klien menyepakati
informed
consent
4.
Setelah klien menyetujui untuk menggunakan salah satu metode
kontrasepsi khusus
untuk pelayanan suntik, IUD, implan, vasektomi dan tubektomi, perlu
persetujuan
secara tertulis dengan menandatangani formulir
informed
consent
, apabila klien tidak
s
etuju perlu diberikan konseling ulang
5.
Setelah pelayanan KB, dokter atau bidan memantau hasil pelayanan
KB dan
memberikan nasehat pasca pelayanan kepada klien KB sebelum klien
pulang dan
kontrol kembali.
6.
FKRTL memberikan rujuk balik pelayanan KB yang telah
ditindaklanjuti untuk
dipantau oleh Faskes perujuk.
E.
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAYANAN KB
Pemantauan (monitoring) dapat diartikan sebagai upaya pengumpulan,
pencatatan, dan analisis data secara periodik dalam rangka mengetahui
kemajuan
program dan
memastikan kegiatan program terlaksana sesuai rencana yang
berkualitas.
Penilaian (evaluasi) adalah suatu proses pengumpulan dan analisis
informasi mengenai
efektivitas dan dampak suatu program dalam tahap tertentu baik
sebagian atau
keseluruhan untuk meng
kaji pencapaian program yang diperoleh dari pencatatan dan
pelaporan.
BAB VII
PENUTUP
Manajemen Pelayanan KB dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan
secara
sistematik yang saling terkait dan berkesinambungan mulai dari
pengorganisasian,
perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan
-
evaluasi
untuk menghasilkan
luaran
yang efektif dan efisien. Kegiatan ini dilaksanakan terintegrasi di
setiap tingkatan
administrasi di tingkat desa, kecamatan, kabupaten/ kota , provinsi
sampai ke tingkat
pusat ba
k di tingkatan pelayanan maupun di tingkat manajemen.
Dengan manajemen pelayanan KB yang baik di setiap tingkatan
administrasi
diharapkan dapat meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB
yang pada akhirnya
dapat berkontribusi dalam percepat
an penurunan
angka kematian ibu

Anda mungkin juga menyukai