Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2009, merupakan penyesuaian dari SKN 2004,
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/SK/V/2009,
dinyatakan bahwa salah satu subsistem dari SKN adalah subsistem upaya kesehatan. Upaya
kesehatan merupakan salah satu unsur dalam subsistem upaya kesehatan. Sedangkan pelayanan
kesehatan yang dimaksud adalah Pelayanan Kesehatan meliputi peningkatan pencegahan,
pengobatan dan pemulihan, baik pelayanan kesehatan konvensional maupun pelayanan
kesehatan yang terdiri dari pengobatan tradisional dan komplementer melalui pendidikan dan
pelatihan dengan selalu mengutamakan keamanan dan efektifitas yang tinggi.

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dalam Pasal 1


menyebutkan pengertian rumah sakit yaitu institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Selanjutnya dikatakan bahwa Pelayanan
Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.

Mengacu kepada peraturan perundang-undangan tersebut di atas, kiranya dapat


dinyatakan bahwa di setiap rumah sakit harus dilaksanakan upaya peningkatan kesehatan, salah
satunya melalui kegiatan promosi kesehatan. Untuk itu dibentuklah Panitia Kesehatan Rumah
Sakit (PKRS) di RS Restu Ibu Balikpapan yang diharapkan mampu mewujudkan pelayanan
paripurna kepada pasien dan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga pasien.

TUJUAN

Untuk memfasilitasi terciptanya hasil akhir yang baik pada status kesehatan pasien dengan cara
memberikan promosi perilaku hidup sehat pada pasien, keluarga, maupun pengambil keputusan.

RUANG LINGKUP

1. Di dalam gedung
Di dalam gedung rumah sakit, PKRS dilaksanakan seiring dengan pelayanan yang
diselenggarakan rumah sakit. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa di dalam gedung,
terdapat peluang-peluang :
a. PKRS di ruang pendaftaran/administrasi, yaitu di ruang di mana pasien/klien
harumelapor/mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan rumah sakit.
b. PKRS dalam pelayanan rawat jalan bagi pasien, yaitu di poliklinik-poliklinik seperti'
poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik anak, poliklinik mata, poliklinik bedah,
poliklinik penyakit dalam, poliklinik THT, dan lain-lain.
c. PKRS dalam pelayanan rawat inap bagi pasien, yaitu di ruang-ruang rawat darurat,
rawat intensif, dan rawat inap.
d. PKRS dalam pelayanan penunjang medik bagi pasien, yaitu terutama di pelayanan
obat/apotik, pelayanan laboratorium, dan pelayanan rehabilitasi medik, bahkan juga
kamar mayat.

1
e. PKRS dalam pelayanan bagi klien (orang sehat), yaitu seperti di pelayanan KB,
konseling gizi, bimbingan senam, pemeriksaan kesehatan (check up), konseling
kesehatan jiwa, konseling kesehatan remaja, dan lain-lain.
f. PKRS di ruang pembayaran rawat inap, yaitu di ruang di mana pasien rawat inap harus
menyelesaikan pembayaran biaya rawat inap, sebelum meninggalkan rumah sakit.

2. Di luar gedung

Kawasan luar gedung rumah sakit pun dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk PKRS,
yaitu:

a. PKRS di Tempat Parkir, yaitu pemanfaatan ruang yang ada di lapangan/gedung parkir
sejak dari bangunan gardu parkir sampai ke sudut-sudut lapangan gedung parkir.
b. PKRS di Taman rumah sakit, yaitu baik taman-taman yang ada di depan,
samping/sekitar maupun di dalam/halaman dalam rumah sakit.
c. PKRS di dinding luar rumah sakit.
d. PKRS di tempat-tempat umum di lingkungan rumah sakit misalnya tempat ibadah yang
tersedia di rumah sakit (misalnya masjid atau musholla) dan di kantin/toko-toko/kios-
kios.
e. PKRS di pagar pembatas kawasan rumah sakit.

DEFINISI OPERASIONAL

1. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatan yang diperlukan
baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi.
2. Keluarga pasien adalah setiap orang yang memiliki kekerabatan dengan pasien atau yang
mewakili dengan bukti tertulis atau diberi wewenang oleh pasien
3. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan tingkat pemahaman dan
keterampilan yang diperlukan seseorang atau sekelompok orang
4. Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya rumah sakit untuk
meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien
dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-
kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-
masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat,
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka,
serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

2
LANDASAN HUKUM

Panitia PKRS merupakan unit kerja di rumah sakit yang bertugas membantu terselenggaranya
pendidikan untuk pasien dan keluarganya sesuai dengan ketentuan dalam

1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 574/Men.Kes /SK/XI/2000


tentang Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010;

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 004 Tahun 2012, tentang Petunjuk
Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit

5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 131 / MENKES / SK / II / 2004


tentang Sistem Kesehatan Nasional

3
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

Dalam upaya mempersiapkan tenaga rekam medis yang handal, perlu kiranya melakukan
kegiatan menyediakan, mempertahankan sumber daya manusia yang tepat bagi organisasi.

Atas dasar tersebut perlu adanya perencanaan SDM, yaitu proses mengantisipasi dan
menyiapkan perputaran orang ke dalam, di dalam dan ke luar organisasi. Tujuannya adalah
mendayagunakan sumber-sumber tersebut seefektif mungkin sehingga pada waktu yang tepat
dapat disediakan sejumlah orang yang sesuai dengan persyaratan jabatan.

Perencanaan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan oganisasi


dalam mencapai sasarannya melalui strategi pengembangan kontribusi.

Adapun kualifikasi sumber daya manusia di panitia PKRS Restu Ibu adalah sebagai berikut :

Tabel Kualifikasi SDM Komite PKRS

Restu Ibu Balikpapan

NAMA JABATAN KUALIFIKASI TENAGA YANG


DIBUTUHKAN
FORMAL & INFORMAL

Ketua Panitia PKRS  S1 kedokteran/keperawatan/kesehatan 1


masyarakat
 Pegawai purnawaktu di RS Restu Ibu
yang telah bekerja minimal 3 tahun
 Telah mengikuti pelatihan
komunikasi efektif sebagai tenaga
promotif

Sekretaris Panitia PKRS  Pegawai purnawaktu RS Restu Ibu 1


 Menguasai bidang sekretariat secara
umum
 Memiliki minat di bidang promosi
kesehatan
 Telah mengikuti pelatihan
Komunikasi efektif

Pokja pendidikan medis  S1 kedokteran 1


 Pegawai purnawaktu RS Restu Ibu

4
Pokja Pendidikan keperawatan  D3/S1 keperawatan/kebidanan 6
 Memiliki minat di bidang promosi
kesehatan
 Telah mengikuti pelatihan sebagai
tenaga promotif

Pokja pendidikan gizi  D3 ilmu gizi 2


 Memiliki kemampuan dan minat di
bidang promosi kesehatan
 Telah mengikuti pelatihan sebagai
tenaga promotif

Pokja pendidikan farmasi  S1 farmasi 4


 Telah mengikuti pelatihan sebagai
tenaga promosi kesehatan

Pokja pendidikan rehabilitasi medik  D3 fisioterapi 1


 Telah mendapatkan pelatihan sebagai
tenaga promosi kesehatan

 Menguasai teknis peralatan medis 1


Pokja Pendidikan peralatan medik  Telah mengikuti pelatihan sebagai
tenaga promosi kesehatan

15
Jumlah

DISTRIBUSI KETENAGAAN

Komite PKRS di RS Restu Ibu Balikpapan terdiri dari 6 orang yang terbagi dalam 6
kelompok kerja. Panitia ini bertindak sebagai kordinator dalam penyelenggaraan promosi di
rumah sakit. Sedangkan pelaksanaan PKRS di RS dilalukan oleh semua bagian RS sebagai
stakeholder pelayanan di RS.

5
BAB III

STANDAR FASILITAS

DENAH RUANG

Ruang Komite PKRS Restu Ibu terletak di lantai 3 rawat inap

STANDAR FASILITAS

1. 2 buah meja
2. 3 buah kursi
3. 1 komputer desktop
4. 1 unit printer
5. 1 buah papan tulis

6
BAB IV

PELAKSANAAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA

1. Pasien dan keluarganya diberikan pengetahuan yang spesifik dan keterampilan yang
diperlukan dalam merawat pasien.
2. Pendidikan pasien dan keluarga merupakan proses yang kolaboratif dan lintas disiplin ilmu
3. Proses pemberian pendidikan pasien dan keluarga sebaiknya mencakup penilaian kebutuhan
belajar pasien/keluarganya dan kesiapan untuk menerima informasi baru. Perlu perhatian
khusus pada :
a) Budaya dan kepercayaan
b) Kendala emosional
c) Keterbatasan fisik dan kognisi
d) Kendala bahasa
e) Kemauan dan motivasi untuk belajar
f) Factor finansial
g) Lama masa perawatan
4. Proses pendidikan pasien dan keluarga seharusnya mencakup penilaian secara tepat terhadap
kebutuhan pasien pada :
a) Rencana perawatan, terapi dan pelayanan
b) Keamanan serta penerapan kesehatan dasar
c) Penggunaan obat secara aman dan efektif
d) Penggunaan peralatan medis secara aman dan efektif
e) Pemahaman tentang nyeri, resiko nyeri, perlunya penanganan nyeri yang efektif, dan
metode manajemen nyeri.
f) Teknik rehabilitasi untuk membantu pasien mencapai tingkat kemandirian
semaksimal mungkin.
g) Dukungan dan intervensi untuk menghentikan kebiasaan merokok
h) Informasi tentang imunisasi
i) Akses pada komunitas
j) Kapan dan bagaimana memperoleh pengobatan lanjut, bila diperlukan
k) Menjaga pola hidup bersih dan sehat, termasuk kesehatan gigi dan mulut

YANG BERTANGGUNG JAWAB

1. Dokter
2. Perawat/bidan
3. Petugas gizi
4. Petugas rehabilitasi medik
5. Petugas farmasi
6. Perugas peralatan medis
7. Petugas pengontrol infeksi

7
PROSEDUR PELAYANAN

A. Penilaian terhadap kebutuhan untuk belajar pada pasien dan keluarganya

Diperlukan penilaian secara tepat akan kebutuhan pasien dan keluarga untuk belajar pada
saat rawat jalan, rawat inap, setelah keluar rumah sakit maupun perawatan dirumah.
Data penilaian didokumentasikan kedalam catatan edukasi terintegrasi, catatan kemajuan,
dan daftar masalah yg dihadapi selama perawatan pasien.

B. Rencana pendidikan pasien dan keluarga

Dokter, perawar/bidan, pasien/keluarganya dan petugas kesehatan lain yang sesuai, membuat
rencana pendidikan pasien dan keluarga yang terintegrasi dengan rencana pengobatan secara
keseluruhan. Rencana ini berfungsi sebagai cetak biru untuk aktivitas pendidikan pasien dan
keluarga yang digunakan oleh seluruh tim PPK.

C. Penerapan rencana pendidikan pasien dan keluarga


Rencana yang telah tercatat di terapkan dengan berbagai metode seperti diskusi individual,
demmonstrasi, pembelajaran secara berkelompok. Materi di sajikan sejelas mungkin dengan
perlengkapan seperti
 Audiovisual
 Poster tentang program pendidikan kesehatan
 Buletin atau jurnal kesehatan yang dibuat oleh tim PPK
 Buku-buku referansi
 Leaflet/brosur
 Spanduk

D. Perencanaan untuk pasien yang akan keluar RS

 Instruksi diberikan pada pasien atau yang bertanggung jawab merawat pasien setelah
keluar dari rumah sakit
 Pasin dan keluarganya diberikan pemahaman tentang bagaimana memperoleh
perawatan lebih lanjut, pelayanan dan pengobatan yang mereka perlukan

E. Evaluasi
 Pemahaman pasien dan keluarga akan kebutuhan untuk belajar akan diecaluasi secara
terus menerus oleh tim PPK
 Evaluasi pembelajaran secara obyektif dilakukan dengan meminta pasien atau
keluarganya untuk mengulang demonstrasi dan/atau materi diskusi.
 Bila ternyata materi pembelajaran yang diberikan tidak dapat diterima dengan baik
oleh pasien dan keluarganya, maka perlu diberikan penyampaian dengan metode
yang lain dan akan di re-evaluasi lagi apakah meraka benar-benar memahami secara
obyektif.

8
F. Dokumentasi
 Catatan edukasi terintegrasi
 Catatan kemajuan
 Daftar masalah
 Rencana pasien KRS

9
BAB V

LOGISTIK

Peralatan yang diperlukan untuk menunjang kegiatan Panitia PKRS Restu Ibu
Balikpapan diantaranya :

1. Formulir materi edukasi pasien di ruang rawat inap


2. Formulir materi edukasi kolaboratif
3. Formulir bukti pemberian eduksi
4. Pamflet
5. Flyer
6. Poster
7. Kertas polos A4
8. Spidol
9. Pulpen
10. Lem
11. Selotip
12. Printer

10
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Dalam 5 tahun terakhir, angka insiden yang berkaitan dengan masalah keselamatan
pasien yang di rawat di Rumah Sakit Restu Ibu sangatlah kecil. Kejadian yang paling sering
dilaporkan adalah berkaitan dengan pasien yang jatuh dari tempat tidur dan pasien yang terjatuh
saat sedang di kamar mandi. Walaupun angka kejadian tidak besar, namun hal ini tetap menjadi
perhatian pihak rumah sakit. Karena kita sangat mengutamakan kesehatan dan keselamatan
pasien terutama selama dalam masa perawatan di RS. Bahkan mengharapan zero acccident di
dalam wilayah Rumah Sakit Restu Ibu.

Untuk meningkatkan keselamatan pasien di RS, PKRS diharapkan dapat menjadi salah
satu ujung tombak dalam mencegah terjadinya kecelakaan baik melalui penyuluhan secara
langsung, maupun melalui poster dan alat peraga lainnya. Program kerja PKRS pada akhirnya
bermuara untuk meningkatkan keselamatan pasien di dalam lingkup wilayah kerja RS Restu Ibu.

11
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

UU Nomor 23 Tahun 1992 menyatakan bahwa tempat kerja wajib menyelenggarakan


upaya kesehatan kerja adalah tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah
terjangkit penyakit atau mempunyai paling sedikit 10 orang. Rumah Sakit adalah tempat kerja
yang termasuk dalam kategori seperti disebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja di Unit Rekam
Medis bertujuan melindungi karyawan dan pelanggan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan
di dalam dan di luar rumah sakit.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap
warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal
ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan
pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.

Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan
terhadap pekerja dalam hal ini pegawai Unit Rekam Medis dan perlindungan terhadap Rumah
Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit.

Pemerintah berkepentingan atas keberhasilan dan kelangsungan semua usaha-usaha


masyarakat. Pemerintah berkepentingan melindungi masyaraktnya termasuk para pegawai dari
bahaya kerja. Sebab itu Pemerintah mengatur dan mengawasi pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja. Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan
untuk menjamin:

a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam keadaan
sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan
pada tiga kelompok, yaitu :

a. Kondisi dan lingkungan kerja


b. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
c. Peranan dan kualitas manajemen

12
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat terjadi bila :

1. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus;

2. Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi;

3. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas atau
terlalu dingin;

4. Tidak tersedia alat-alat pengaman;

5. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dll.

13
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan ditingkatkan
dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk mengukur mutu
pelayanan Rumah Sakit yaitu :

Defenisi Indikator adalah:

Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator merupakan
suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator yang baik adalah yang
sensitif tapi juga spesifik.

Kriteria :

Adalah spesifikasi dari indikator.

Standar :

 Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang
dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab untuk mempertahankan
tingkat performance atau kondisi tersebut.
 Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik.
 Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus memperhatikan prinsip
dasar sebagai berikut:

1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan

 Keprofesian
 Efisiensi
 Keamanan pasien
 Kepuasan pasien
 Sarana dan lingkungan fisik
2. Indikator yang dipilih

a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses
b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok daripada untuk
perorangan.
c. Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar Rumah Sakit
d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk dimonitor
e. Didasarkan pada data yang ada.
3. Kriteria yang digunakan

14
Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai indikator,
sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik dan mutu tidak baik.

4. Standar yang digunakan

Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan :

a. Acuan dari berbagai sumber


b. Benchmarking dengan Rumah Sakit yang setara
c. Berdasarkan trend yang menuju kebaikan

15
BAB IX

PENUTUP

Seperti telah diuraikan diatas, bahwa pendidikan pasien dan keluarga dilaksanakan agar
pasien dan keluarganya dapat berpartisipasi lebih baik dalam perawatan dan pengambilan
keputusan-keputusan perawatan. Pada akhirnya, upaya pendidikan pasien dan keluarga pada
rumah sakit dapat terselenggara dengan baik bila pimpinan dan staf rumah sakit yang terkait
mempunyai itikad pengembangan, motivasi sertapenuh kesadaran dan tanggung jawab
menjalankansemua program yang telah di buat.

Dengan adanya buku pedoman pendidikan pasien dan keluarga ini, diharapkan dapat
meningkatkan pelayanan di Rumah Sakit Restu Ibu Balikpapan untuk menjadi rumah sakit
terbaik di Balikpapan pada khususnya dan Kalimantan Timur pada umumnya.

16

Anda mungkin juga menyukai