i
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT WATES HUSADA
Nomor: 106/Kpts/Dir.RSWH/1001/X.2022
TENTANG
PANDUAN UMUM PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
ii
9. Keputusan Ketua PT. Tri Husada Sejahtera No. 02/THS/I/2015
Tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Wates Husada.
10. Keputusan Ketua PT. Tri Husada Sejahtera No. 01/THS/I/2015
Tentang Penunjukan Direktur Rumah Sakit Wates Husada.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal dengan ketentuan bahwa isi Panduan
Umum Penggunaan Antibiotika akan ditinjau dan disempurnakan secara
terus-menerus oleh Tim Pengendalian Resistensi Antimikroba RRumah
Sakit Wates Husada untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan
terkini;
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekurangan dan kekeliruan akan diadakan
Ditetapkan di : Gresik
Pada Tanggal : 13 Januari 2022
RUMAH SAKIT WATES HUSADA
Direktur,
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan anugerahnya
yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Panduan Penggunaan antimikroba untuk
terapi dan Profilaksis (PPAB) di Rumah Sakit Wates Husada ini dapat selesai disusun.
Buku Panduan Penggunaan antimikroba untuk terapi dan Profilaksis (PPAB) ini
merupakan landasan kerja bagi semua pihak yang terkait di Rumah Sakit Wates Husada.
Dalam pedoman ini diuraikan tentang pengertian dan tatalaksana dalam Penggunaan
antimikroba untuk terapi dan Profilaksis (PPAB) di Rumah Sakit Wates Husada.
Ditetapkan di : Gresik
Pada Tanggal : 20 Januari 2022
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT...................................... ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iv
DAFTAR ISI........................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG................................................................. 1
B. TUJUAN PELAYANAN............................................................. 2
C. KELEBIHAN PANDUAN.......................................................... 2
D. PEMBATASAN KELOMPOK ANTIMIKROBA...................... 3
BAB II INDIKASI PENGGUNAAN ANTIMIKROBA................................ 6
A. ALUR REKOMENDASI PENGGUNAAN ANTIMIKROBA... 6
B. DIVISI BEDAH DIGESTIF........................................................ 8
C. DIVISI BEDAH PLASTIK DAN REKONSTRUKSI................ 9
D. DIVISI BEDAH ORTHOPEDI DAN TRAUMATOLOGI........ 13
E. DIVISI BEDAH UROLOGI........................................................ 16
F. DIVISI TELINGA, HIDUNG, TENGGOROKAN DAN KEPALA
LEHER......................................................................................... 19
G. DIVISI BEDAH ANAK.............................................................. 23
H. MATA.......................................................................................... 25
I. PROFILAKSIS BEDAH OBTETRI GINEKOLOGI.................. 29
J. INFEKSI OBSTETRI GINEKOLOGI........................................ 300
BAB III STANDAR KETENAGAAN............................................................. 32
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA.......................... 32
B. STRUKTUR ORGANISASI TIM FARMASI DAN TERAPI... 32
BAB IV TATA HUBUNGAN KERJA............................................................. 33
A. TATA HUBUNGAN KERJA..................................................... 33
B. URAIAN TUGAS....................................................................... 33
C. KEGIATAN POKOK.................................................................. 34
BAB V TATA LAKSANA PELAYANAN.................................................... 36
A. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESISTENSI
TERHADAP ANTIBIOTIK........................................................ 36
v
B. STRATEGI PENGGUNAAN DAN PENGENDALIAN
ANTIBIOTIK.............................................................................. 36
..................................................................................................... 36
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting,
khususnya di negara berkembang. Salah satu obat andalan untuk mengatasi masalah tersebut adalah
antimikroba antara lain antibakteri/antibiotik, antijamur, antivirus, dan antiprotozoa. Antibiotik
merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Berbagai
studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk
penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukanan tibiotik. Pada penelitian kualitas penggunaan
antibiotik diberbagai bagian rumah sakit ditemukan 30% sampai dengan 80% tidak didasarkan pada
indikasi (Hadi,2009). Penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan
dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik. Selain
berdampak pada morbiditas dan mortalitas, juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial
yang sangat tinggi. Muncul dan berkembangnya mikroba resisten dapat dikendalikan melalui dua
kegiatan utama, yaitu penerapan penggunaan antimikroba secara bijak, dan penerapan prinsip
pencegahan penyebaran mikroba resisten melalui kewaspadaan standar. Resistensi antimikroba atau
berkurangnya daya kerja antimikroba dalam membunuh mikroba telah timbul tidak lama setelah
antimikroba pertama ditemukan. Berdasarkan penelitian dan pengalaman yang dilaporkan di berbagai
penjuru dunia, telah dibuktikan bahwa pada saat ini beberapa antimikroba sudah tidak efektif lagi
dalam mengatasi beberapa penyakit infeksi, padahal sebelumnya infeksi tersebut cepat dan mudah
diatasi. Penatagunaan antimikroba (PGA), atau antimicrobial stewardship (AMS) adalah kegiatan
strategis dan sistematis, yang terpadu dan terorganisasi di rumah sakit, untuk tujuan mengoptimalkan
penggunaan antimikroba secara bijak, baik kuantitas maupun kualitasnya. Penggunaan antimikroba
secara bijak ini diharapkan dapat menurunkan tekanan selektif terhadap mikroba, sehingga dapat
mengendalikan resistensi antimikroba. Kegiatan PGA dimulai dari tahap penegakan diagnosis
penyakit infeksi, penetapan terapi berdasarkan indikasi, pemilihan jenis antimikroba yang tepat,
termasuk dosis, rute, saat, dan lama pemberiannya. Dilanjutkan dengan pemantauan keberhasilan
dan/atau kegagalan terapi, pencatatan dan/atau penghentian reaksi yang tidak dikehendaki terhadap
antimikroba, interaksi antimikroba dengan obat lain, dengan makanan, dengan pemeriksaan
laboratorium, dan reaksi alergi. Dalam upaya membatasi penggunaan anti mikroba maka diberkakukan
pembagian antimikroba kedalam kelompok AWaRe yakni access, watchdan reserve.Laporan dari
berbagai penelitian menunjukkan bahwa kegiatan PGA di rumah sakit terbukti dapat meningkatkan
kualitas penggunaan antimikroba, menurunkan angka kejadian infeksi dan kolonisasi mikroba resisten,
meningkatkan keberhasilan terapi pasien, memperpendek lama rawat pasien dan menurunkan biaya
rawat pasien, serta menurunkan jumlah pemakaian antimikroba, sehingga menurunkan biaya
pembelian antimikroba oleh rumah sakit. Dalam upaya mengatasi resistensi antimikroba, perlu disusun
1
Panduan Penggunaan Antimikroba di Rumah Sakit sebagai acuan dalam penerapan penggunaan
antimikroba secara bijak..
B. TUJUAN PELAYANAN
1. Sebagai acuan bagi klinisi dalam memberikan terapi antimikroba baik profilaksis maupun terapi
empiris secara bijak.
2. Untuk mencegah terjadinya resistensi antimikroba
C. KELEBIHAN PANDUAN
Panduan ini juga ditunjang dengan kebijakan Automatic Stop Order (ASO) yaitu penghentian
penggunaan antimikroba yang diberikan kepada pasien secara otomatis. Farmasi akan dengan
sendirinya menghentikan antimikroba tersebut bila lama terapi yang ditentukan terlewati.
Pemesanan antimikroba juga akan otomatis dihentikan ketika pasien :
1. Dipindahkan keatau dari ruang intensif (ICU, PICU/NICU, ICCU, HCU)
2. Dipindahkan ke atau dari pelayanan medis lain (misalkan dari bagian Bedah ke Penyakit Dalam)
3. Dikirim ke ruang operasi
Apoteker akan mengingatkan dokter dan perawat jika mendapati suatu penggunaan antimikroba
yang hampir mencapai batas pemberian yang aman. Penggunaan akan dilanjutkan setelah dinyatakan
secara tertulis oleh dokter yang bersangkutan. Identifikasi dan komunikasi terkait Automatic Stop
Order akan disampaikan 48 jam sebelum batas waktu pemesanan. Apoteker akan mengirim peringatan
tentang Automatic Stop Order yang akan dilakukan, Peringatan akan ditandai dengan stiker yang akan
ditempatkan pada Lembar Catatan Perkembangan Pasien Terpadu (CPPT) di rekam medis.
2
D. PEMBATASAN KELOMPOK ANTIMIKROBA
1. Antimikroba kelompok access
a. Digunakan untuk pengobatan infeksi mikroba yang umum terjadi.
b. Diresepkan oleh dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dikaji oleh farmasis.
c. Penggunaannya sesuai dengan PPK dan/atau CP untuk penyakit infeksi dan PPAB
yang berlaku.
d. Tersedia di semua fasilitas pelayanan Kesehatan.
2. Antimikroba kelompok watch
a. Digunakan untuk indikasi khusus atau ketika antimikroba kelompok access tidak efektif.
Kelompok ini memiliki kemampuan lebih tinggi untuk menimbulkan resistensi sehingga
diprioritaskan sebagai target utama program pengawasan dan pemantauan.
b. Diresepkan oleh dokter spesialis, dokter gigi spesialis, dikaji oleh farmasis, dan disetujui oleh
dokter konsultan penyakit infeksi. Apabila tidak tersedia dokter konsultan penyakit infeksi
persetujuan diberikan oleh dokter yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit.
c. Penggunaannya sesuai dengan PPK dan/atau CP untuk penyakit infeksi dan PPAB yang
berlaku.
d. Disetujui oleh Anggota PGA masing – masing SMF.
3. Antimikroba kelompok reserve
a. Dicadangkan untuk mengatasi infeksi bakteri yang disebabkan oleh MDRO, serta
merupakan pilihan terakhir pada infeksi berat yang mengancam jiwa.
b. Menjadi prioritas program pengendalian resistensi antimikroba secara nasional dan
internasional, yang dipantau dan dilaporkan penggunaannya.
c. Diresepkan oleh dokter spesialis, dokter gigi spesialis, dikaji oleh farmasis dan disetujui
penggunaannya oleh Anggota PGA dan ditanda – tangani oleh ketua atau wakil ketua
KPRA.
d. Penggunaannya sesuai dengan PPK dan/atau CP untuk penyakit infeksi dan PPAB yang
berlaku.
3
Tabel Pengelompokan Antibiotik Kategori ACCESS, WATCH, dan RESERVE (AWaRe)
4
Kategori Kategori
Kategori “ACCESS”
“WATCH” “RESERVE”
penisilin
asam
klavulanat
sulbaktam (inj)**
penisilin
(oral)
tazobaktam
penisilin
Sulbaktam
(oral)
oral Proksetil
injeksi
Tazobaktam
5
Seftazidime-
avibaktam
Keterangan :
*) khusus untuk profilaksis bedah
**) disediakan melalui Special Access Scheme (SAS)
6
BAB II
INDIKASI PENGGUNAAN
ANTIMIKROBA
A. ALUR REKOMENDASI PENGGUNAAN ANTIMIKROBA DILUAR PANDUAN PENGGUANAAN ANTIMIKROBA PROFILAKSIS DAN TERAPI EDISI VI TAHUN
2021, FORMULARIUM NASIONAL DAN KELOMPOK ANTIMIKROBA YANG DILAKUKAN PEMBATASAN PEMBERIAN ANTIMIKROBA
Resep Antimikroba diluar PPA, Konsultasi dengan dokter Farmasi klinis
penanggung jawab pasien menelaah resep Anti biotic access Unit pelayanan Farmasi
Formularium Nasional dan kelompok (DPJP)
antimikroba Restriksi
Acc KFT bila tidak terdapat pada fornas Konsul DPJP terkait Acc ketua atau wakil ketua KPRA (dapat secara langsung, Tertulis dan/atau Media Konsul DPJP terkait
atau formularium RSSA antibiotik rekomendasi Elektronik) dengan bukti screen capture bukti acc (diserahkan sekretariat PPRA). antibiotik rekomendasi
Tidak disetujui KPRA
KPRA
1. Bila terdapat ketidaksesuaian antara diagnosis, kondisi klinis pasien, hasil kultur mikrobiologi, dengan pemilihan antibiotika (PPA/Formularium Nasional/Kelompok Antimikroba
Restriksi), mohon menghubungi Anggota PGA SMF masing–masing.
2. Pengambilan spesimen mikrobiologi harap dilakukan sebelum antibiotika pertama masuk dan evaluasi tiap 3–5 hari (kondisi klinis, hasil lab. dasar, kultur spesimen).
3. Penggunaan antimikroba Vancomycin akan diatur dalam regulasi tersendiri serta dilaporkan kepada Direktur RSUD Dr. Saiful Anwar setiap bulan dan KPRA Nasional setiap
tahun.
4. Lembar ACC di tanda – tangani DPJP. tanda tangan ACC KPRA melalui lembar acc hanya dilakukan di Sekreatariat KPRA melalui ADMIN KPRA dengan melampirkan data
pendukung dan Bukti Screen Capture yang di email ke kprarssa@gmail.com.
5. Lembar ACC 2 lembar satu arsib KPRA dan satu untuk dilampirkan untuk klaim di instalasi farmasi.
7
B. DIVISI BEDAH DIGESTIF
Gentamycin IV:5mg/kg IV:2,5 mg/kg PROFILAKSIS 24jam 1 hari Bila alergi cefazolin
8
8 Bersih dgn Cefazoline IV:2gram IV:15-20 mg/kg PROFILAKSIS 24jam 1hari
implan(24jam hernia
implan) Gentamycin IV:5mg/kg IV:2,5 mg/kg PROFILAKSIS 24jam 1 hari Bila alergi cefazolin
Pemasangan implan
paska debridemen
(Patahtulangterbuka)
10
Keadaanklinik/ Rekomendasi Dosis Empiris/ Lama pemberian
No. Interval Keterangan
penyakit/tindakan antimikroba profilksis
Keadaan klinik / Rekomendasi Dewasa Dosis Anak Empiris / Lama pemberian
No. Interval Keterangan
penyakit / tindakan antimikroba profilaksis
6. Luka terbuka soft tissue Cefazolin IV : 2Dewasa
gram Anak
IV : 15-20mg/kg PROFILAKSIS 8 jam 3 hari Kultur diambil sebelum
injury otot tendon diberikan antibiotika
3 Patah tulang terbuka
neurovascular Cefazolin IV:2gram IV:15-20mg/kg PROFILAKSIS 24jam 1 hari Dapat dilanjutkan
empiris.
grade I, II kurang dari 6 3x24jam dengan acc PIC
< 6 jam
jam 24 jam bedah. Kultur diambil
sebelum diberikan
7. Luka terbuka soft tissue Ampicillin- IV : 2 gram IV : 15-20mg/kg IV : EMPIRIS 8 jam 3 hari antibiotika
Kultur empiris
diambil sebelum
injury otot tendon Sulbactam diberikan antibiotika
neurovascular Gentamicin IV:5mg/kg
IV:5mg/kg 2,5mg/kg IV
IV:2,5mg/kgIV PROFILAKSIS 24jam 1 hari Bila alergi cefazolin.
empiris.
Kultur diambil sebelum
> 6 jam 24 jam diberikan antibiotika
empiris
8. Sepsis dengan patah Cloxacillin IV:1000 mg IV:100-200mg/kg/ hari EMPIRIS 6jam 7 hari Bila Cloxacillin tidak tersedia
4 Patah tulang
Tulang terbuka grade
terbuka Cefazolin + IV : 2 gram IV:15-20mg/kg PROFILAKSIS 24jam 1hari maka
Dapatdapat
diulang
menggunakan
bila tindakan
III kurang dari 6 jam Gentamicin Ampicillin
Redebridemen
4x1000
danmg
Definitif.Kultur diambil
Ampicillin- IV:1500 mg IV:15-20mg/kg/ hari EMPIRIS 6jam 7 hari/ klinis/ Sampai Kultur
sebelumdiambil sebelum
diberikan
Sulbactam didapatkan hasil kultur diberikan antibiotika
antibiotika empiris empiris
dari luka dan darah
IV:5mg/kg IV:2,5mg/kgIV PROFILAKSIS 24jam 1 hari
9. Osteomyelitis dan Cloxacillin IV:1000 mg IV:100-200mg/kg/ hari EMPIRIS 6jam 7 hari/ klinis/ Sampai Bila Cloxacillin tidak tersedia
5 Patah
septictulang
artritisterbuka Ampicillin-Sulbactam IV:15-20mg/kg EMPIRIS 8jam 24 jam 3didapatkan
hari hasil kultur Kultur
maka diambil
dapat sebelum
menggunakan
grade I, II, III lebih dari 6 IV:2,5mg/kgIV diberikan antibiotika
Ampicillin Sulbactam
jam + empiris.
Kultur diambil sebelum
Gentamicin diberikan antibiotika empiris
Untuk osteomylitis TB
Konsul dengan PIC
10. Infeksi Pasca Implan Ciprofloxacin IVFD:200mg – EMPIRIS 12jam 7 hari/ klinis/ Sampai Untuk osteomyelitis TB konsul
Protesa didapatkan hasil kultur dengan PIC. Kultur diambil
400mg /12 jam sebelum diberikan antibiotika
empiris.
11
11. Diabetic foot Ampicillin- Sulbactam 4 x 1.5 g EMPIRIS 6jam 7 hari/ klinis/Samp ai Kultur diambil sebelum
didapatkan hasil kultur diberikan antibiotika
empiris.
E. DIVISI BEDAH UROLOGI
Keadaanklinik/ Rekomendasi Dosis Empiris / Lama pemberian
No. Interval Keterangan
penyakit/tindakan antimikroba profilaksis
Dewasa Anak
12
Nefropeksi/ Antibiotik
Hidrokel/ Palomo
prosedur/torsiotestis
UDT/Parapimhosis/
Fimosis/koreksi
priapismus/
Hipospadia
3 Operasi Bersih : Gentamisin IV:80mg IV:15-20mg/kg PROFILAKSIS 24jam 1hari Bila Ur Cr tinggi di
berikan cefoperazon
hipospadia dengan estimasi
oprasi lebih dari 4 jam
5. Operasi Bersih Gentamisin IV:80mg IV:15-20mg/kg PROFILAKSIS 24jam 1hari Bila Ur Cr tinggi
Terkontaminasi dan di berikan
Terkontaminasi : cefoperazon
Stoma (Nefrostomi,
Cistotomi,
13
Uretrokutanneostomi)
Nefrektomi (simpel/radikal)
6 Operasi Bersih Gentamisin IV:80mg IV:15-20mg/kg PROFILAKSIS 24jam 1hari Bila Ur Cr tinggi
Terkontaminasi dan di berikan
Terkontaminasi : Sistektomi cefoperazon
+ Neoblader Prostatektomi
(simpel/radikal)
7 Operasi Bersih Gentamisin IV:80mg IV:15-20mg/kg PROFILAKSIS 24jam 1hari Bila Ur Cr tinggi
Terkontaminasi dan di berikan
Terkontaminasi : Penektomi cefoperazon
8 Endoskopi (Operasi Bersih Gentamisin IV:80mg IV:15-20mg/kg PROFILAKSIS 24jam 1hari Bila Ur Cr tinggi
Terkontaminasi dan di berikan
Terkontaminasi) : Percutaneus cefoperazon
Nephro Lithotomy,
Ureteroscopic Lithotripsy,
ESWL
Uretrotomi interna
9 Tindakan Diagnostik Bersih Gentamisin IV:80mg IV:15-20mg/kg PROFILAKSIS 24jam 1hari Bila Ur Cr tinggi
Terkontaminasi Urodinamik di berikan
cefoperazon
APG (Antegrate Pyelography)
14
Keadaan klinik / penyakit / Rekomendasi Dosi Empiris / Lama pemberian
No. Interval Keterangan
tindakan antimikroba profilaksis
Dewasa Anak
10 Tindakan Diagnostik Bersih Gentamisin IV:80mg IV:15-20mg/kg PROFILAKSIS 24jam 1hari Bila Ur Cr tinggi di
Terkontaminasi dan berikan
Terkontaminasi : Biopsi Prostat cefoperazon
Sistografi
11 Laparoskopi dengan Gentamisin IV:80mg IV:15-20mg/kg PROFILAKSIS 24jam 1hari Bila Ur Cr tinggi di
melibatkan saluran berikan
kencing/cerna cefoperazon
18
F. DIVISI TELINGA, HIDUNG, TENGGOROKAN DAN KEPALA LEHER
Keadaan klinik / penyakit / Rekomendasi Dosis Empiris / Lama pemberian
No. Interval Keterangan
tindakan antimikroba profilaksis
Dewasa Anak
Keadaan klinik / penyakit / Rekomendasi Dosis Empiris / Lama pemberian
No. Interval Keterangan
1 Rhinosinusitistindakan
Akut antimikroba
Ciprofloxacin PO : 500 mg profilaksis
EMPIRIS 12 jam 5 hari Kultur diambil dihari ke 5
Dewasa Anak
(bakterial)
Amoxicillin- PO : mg/kg
20 mg/kg/ hari EMPIRIS 8 jam 5 hari Kultur diambil dihari ke
Clavulanic 5. Hanya untuk anak
Amoxicillin - PO : 625 mg PO : 20 mg/kg/ hari EMPIRIS 8 jam 5 hari
Acid
Clavulanic Acid
2 Rhinosinusitis Kronik Ciprofloxacin PO : 500 mg EMPIRIS 12 jam 5 hari Kultur diambil dihari ke 5
6 Otitis Media Supuratif Kronik Amoxicillin - PO : 625 mg PO : 20 mg/kg/ hari EMPIRIS 8 jam 5 hari
tanpa Kolesteatoma Clavulanic Acid 5 hari Kultur diambil dihari ke
Cotrimoxazole PO : 960 mg EMPIRIS 12 jam
5. Hanya untuk anak
Ciprofloxacin PO : 500 mg PO :10-20 mg/kg EMPIRIS 12 jam 5 hari
Amoxicillin- PO : 20 mg/kg/ hari EMPIRIS 8 jam 5 hari Kultur diambil dihari ke
7 Otitis Media Supuratif Kronik Calvulanic
Amoxicillin– PO : 625 mg PO : 20 mg/kg/ EMPIRIS 8 jam 5 hari 5. Hanya untuk anak
dengan kolesteatoma Acid
Clavulanic hari
3 Rhinosinusitis Kronik dengan Acid
Amoxicillin - PO : 625 mg PO : 20 mg/kg/ hari EMPIRIS 8 jam 5 hari Kultur diambil dihari ke
Komplikasi Clavulanic 5. Hanya untuk anak
Ciprofloxacin
Acid PO : 500 mg PO :10-20 mg/kg EMPIRIS 12 jam 5 hari
Amikacin IV : IV : 15-22,5 mg/ EMPIRIS 8-12 jam 5 hari Kultur diambil dihari ke 5
15mg/kg/hari kg/hari
8 Abses Retroaurikula Amoxicillin - PO : 625 mg PO : 20 mg/kg/ hari EMPIRIS 8 jam 5 hari
Clavulanic Acid
Cotrimoxazole PO : 960 PO : 6-10 mg EMPIRIS 12 jam 5 hari Kultur diambil dihari ke
mg 5. Hanya untuk anak
TMP/kg/hari
Ciprofloxacin PO : 500 mg PO : 10-20 mg/ EMPIRIS 12 jam 5 hari
4 Rhinitis Ozeana Ciprofloxacin PO : 500 PO : 10-20 mg/ EMPIRIS 12 jam 5 hari
mg Kg
Kg
19
Keadaan klinik / Rekomendasi Dosis Empiris / Lama
No. Interval Keterangan
penyakit / tindakan antimikroba profilaksis pemberian
Dewasa Anak
Kg
Levofloxacin IVFD : 500 mg IVFD : 8 mg/kg EMPIRIS 24 jam 5 hari Bila tidak membaik
menggunakan Ciprofloxacin
Clavulanic Acid
21
Keadaan klinik / Rekomendasi Dosis Empiris / Lama
No. Interval Keterangan
penyakit / tindakan antimikroba profilaksis pemberian
Dewasa Anak
Partial Laringektomi
Total Laringektomi
22
G. DIVISI BEDAH ANAK
Keadaan klinik / Rekomendasi Dosis Empiris / Lama
Keadaan klinik / Rekomendasi Dosis Empiris / Interval Lama pemberian Keterangan
penyakit / tindakan antimikroba profilaksis pemberian
No. Interval Keterangan
penyakit / tindakan antimikroba Dewasa Anak profilaksis
Dewasa Anak
1 Operasi Bersih: Cefazoline IV : 25-50 mg/ PROFILAKSI 24 jam 1 hari Dapat dilanjutkan 3x24jam
Splenektomi S dengan acc PIC KPRA
kg/hari
2 Bersih Terkontaminasi : Cefazoline IV : 25-50 mg/ PROFILAKSI 24 jam 1 hari Dapat dilanjutkan 3x24jam
Appendictomi sederhana S dengan acc PIC KPRA
kg/hari
3 Anastomosis Cefazoline IV : 25-50 mg/ PROFILAKSI 24 jam 1 hari Dapat dilanjutkan 3x24jam
Esofagus (repair S dengan acc PIC KPRA
TEF) kg/hari
4 Anastomosis Cefazoline IV : 25-50 mg/ PROFILAKSI 24 jam 1 hari Dapat dilanjutkan 3x24jam
duodenum S dengan acc PIC KPRA
kg/hari
kg/hari
6 Uretroplasti Pada Hipospadia Cefazoline IV : 25-50 mg/ PROFILAKSIS 24 jam 1 hari Dapat dilanjutkan 3x24jam
dengan acc PIC KPRA
kg/hari
7 Tutup stoma Ileum / kolon Cefazoline IV : 25-50 mg/kg/hari PROFILAKSIS 8 jam 1 hari Dapat dilanjutkan 3x24jam
dengan acc PIC KPRA
+ Metronidazole + +
8 Operasi definitif Cefazoline IV : 25-50 mg/kg/hari PROFILAKSIS 8 jam 1 hari Dapat dilanjutkan 3x24jam
dengan acc PIC KPRA
Hirschsprung + Metronidazole + +
desease
IVFD :7,5-15mg/kg 6-8 jam
23
No.
9 Postero sagital Cefazoline IV : 25-50 mg/ PROFILAKSIS 8 jam 1 hari Dapat dilanjutkan 3x24jam dengan
anorektoplasti acc PIC KPRA
(PSARP) + kg/hari +
10 Seluruh operasi bedah anak Cefazoline IV : 25-50 mg/ PROFILAKSIS 8 jam 1 hari Dapat dilanjutkan 3x24jam dengan
dengan indikasi Peritonitis, acc PIC KPRA
Abses, atau dengan + kg/hari +
penyulit
Gentamicin + 24 jam
+ IV : 2-2,5 mg/kg/hari +
Metronidazole + 8 jam
24
H. MATA
Oxyitetracycline 1%
salepmata
Salepmata
25
Keadaanklinik/ Rekomendasi Dosis Empiris Lama
No. Interval Keterangan
penyakit/tindakan antimikroba / pemberian
Dewasa Anak profilaks
is
26
5. UlkusKornea Sistemik: IVFD:200mg EMPIRIS IVFD:12jam IVFD: 5hari Bila didapatkan
Bakterial Ciprofloxacin atau hipopionatauulkus luas di
atau atau sentral
PO:12jam PO :7-14hari
PO :500mg
Topikal: 1tetes(mata) 1tetes(mata) EMPIRIS 4-6 jam 7-14hari Pada fase akut
Levofloxacin0,5% antibiotika topikal
dapat
Topikal: 1tetes(mata) 1tetes(mata) EMPIRIS 4-6jam 7-14jam
Moxifloxacin0,5% diberikan bahkantiap5menit.
27
Keadaanklinik/ Rekomendasi Dosis Empiris/ Lama
No. Interval Keterangan
penyakit/tindakan antimikroba Profilaksis pemberian
Dewasa Anak
7 Prosedur operasi Sistemik: 500 mg PO EMPIRIS 12 jam 5 hari Terapi Post Operatif
intraokuli Ciprofloxacin
Topikal: 1 tetes (mata) 1 tetes (mata) EMPIRIS 4-6 jam 7-10 hari
Levofloxacin 0,5%
Pemasangan implant
(diagnostik/terapetik)
Surgical staging
Vaginoplasty
MOW
Kista Ovarium
Terpuntir Kuret Abortus
(tidak terinfeksi)
30
vagina TOA Gentamicin IV : 80 mg EMPIRIS 12 jam Sampai ada
kultur
kista terinfeksi
2 Hamil dengan UTI Ceftriaxone IV : 1 gram EMPIRIS 12 jam Sampai ada kultur
31
Keadaan klinik / Rekomendasi Dosis Empiris / Lama
No. Interval Keterangan
penyakit / tindakan antimikroba profilaksis pemberian
Dewasa Anak
31
BAB III
STANDAR KETENAGAAN
Anggota 1 Anggota 2
Apt. Sari Natalia , S.Farm Husien Bintoro Hadi, Amd.Kep
Anggota 1 Anggota 1
Fitri Zuhdyana, S.Kep.Ns Asna Mufidah, Amd. AK
32
BAB IV
TATA HUBUNGAN KERJA
B. URAIAN TUGAS
33
5. Menyelenggarakan forum kajian kasus pengelolaan penyakit infeksi dan kepekaannya
terhadap antibiotic.
6. Menyebarluaskan serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang prinsip
pengendalian resistensi antimikroba, penggunaan antibiotic secara bijak, dan ketaatan
terhadap pencegahan pengendalian infeksi melalui kegiatan Pendidikan dan
pelatihan..
7. Melaporkan pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba kepada
kepala/Direktur rumah sakit.
C. KEGIATAN POKOK
1. Bidang keperawatan
a. Menerapkan kewaspadaan standar dalam upaya mencegah penyebaran mikroba
resisten.
b. Terlibat dalam cara pemberian antibiotik yang benar.
2. Intalasi farmasi
a. Mengelola serta menjamin mutu dan ketersediaan antibiotic yang tercantum
dalam formularium.
b. Memberikan informasi dan edukasi tentang penggunaan antibiotic yang tepat dan
bena
c. Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik Bersama tim.
3. Laboratorium
a. Melakukan pemeriksaan mikrobiologi.
b. Memberikan informasi pola mikroba dan pola resitensi secara berkala setiap tahun.
4. Komite pencegahan pengendalian infeksi (PPI)
a. Penerapan kewaspadaan standar.
b. Menyusun pedoman penangan kejadian luar biasa mikroba.
c. Isolasi bagi pasien infeksi yang disebakan mikroba multiresisten
d. Pengendalian penyebaran mikroba resisten
1) Standar Precaution (kewaspadaan standar)
2) Isolasi penderita
3) Penanganan unit kerja sumber mikroba resisten (source control)
4) Surveillance mikroba resisten
5) Menyusun pedoman-pedoman terkait
34
5. Komite farmasi dan terapi (KFT)
a. Berperan dalam menyusun kebijakan dan panduan penggunaan antibiotik di
rumah sakit.
b. Memantau kepatuhan penggunaan antibiotik terhadap kebijakan dan panduan di
rumah sakit.
c. Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik Bersama tim.
Peran Apoteker sebagai anggota Tim Pengendalian Resistensi antimikroba, dapat dilakukan
melalui:
b. Menurunkan transmisi infeksi melalui keterlibatan aktif dalam Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi.
c. Memberikan edukasi kepada tenaga kesehatan, pasien dan masyarakat tentang penyakit
infeksi dan penggunaan antibiotik yang bijak.
35
BAB V
TATALAKSANA PELAYANAN
1. Tingkat penggunaan yang tinggi untuk jenis infeksi yang salah, dosis yang tidak tepat,
durasi yang tidak tepat
2. Peningkatan pasien risiko tinggi (immunocompromised)
3. Peningkatan tindakan invasive
1. Menyusun kebijakan dan pedoman penggunaan antibiotik (profilaksis, terapi) yang di-
update secara berkala
2. Program sosialisasi dan edukasi
3. Menggolongkan peresepan antibiotik menjadi: non-restriksi dan restriksi
4. Kontinuitas ketersediaan antibiotik yang diperlukan
5. Ketersediaan laboratorium uji kepekaan dan pemilihan uji kepekaan
6. Memberikan umpan balik secara berkala kepada klinisi tentang pola peresepan antibiotik
dan pola kepekaan kuman
7. Keberadaan Apoteker farmasi klinik untuk optimalisasi terapi antibiotic
8. Pengendalian promosi obat
9. Penghentian otomatis (automatic stop order) untuk antibiotik tertentu
36
1. Tingkat penggunaan yang tinggi untuk jenis infeksi yang salah, dosis yang tidak tepat,
durasi yang tidak tepat
2. Peningkatan pasien risiko tinggi (immunocompromised)
3. Peningkatan tindakan invasive
1. Menyusun kebijakan dan pedoman penggunaan antibiotik (profilaksis, terapi) yang di-
update secara berkala
2. Program sosialisasi dan edukasi
3. Menggolongkan peresepan antibiotik menjadi: non-restriksi dan restriksi
4. Kontinuitas ketersediaan antibiotik yang diperlukan
5. Ketersediaan laboratorium uji kepekaan dan pemilihan uji kepekaan
6. Memberikan umpan balik secara berkala kepada klinisi tentang pola peresepan antibiotik
dan pola kepekaan kuman
7. Keberadaan Apoteker farmasi klinik untuk optimalisasi terapi antibiotik
8. Pengendalian promosi obat
9. Penghentian otomatis (automatic stop order) untuk antibiotik tertentu
37
F. ANTIBIOTIK INTRAVENA DAPAT DIGANTI PERORAL, APABILA SETELAH 24-
48 JAM:
BAB VI
PENGENDALIAN MUTU
B. PELAPORAN
1. Pengertian
Pelaporan merupakan alat untuk melaporkan semua bentuk kegiatan di PKRS yang terkait
dengan pemberian edukasi baik kepada pasien, keluarga pasien maupun masyarakat.
2. Jenis Pelaporan
Jenis laporan yang dibuat oleh PKRS adalah :
a. Laporan tiap 6 Bulan
Laporan bulanan dibuat oleh Ketua PKRS dibantu oleh Sekretaris PKRS dan diserahkan
kepada Direktur sebelum tanggal 10. Laporan 6 bulanan berisi :
1) Realisasi Kegiatan selama bulan tersebut
2) Sarana dan Prasarana, berisi :
a) Kelengkapan sarana dan prasarana PKRS
b) Masalah yang berhubungan dengan fasilitas yang belum teratasi.
b. Laporan Tahunan
Laporan Tahunan dibuat oleh Ketua PKRS setiap bulan Januari tahun
berikutnya dan diserahkan kepada Direktur. Laporan tahunan dibuat dengan
format yang sama dengan format laporan Bulanan, ditambah dengan Laporan
Rencana Anggaran yang dibuat setahun sekali menjelang akhir tahun
anggaran.
39
BAB VII
PENUTUP
Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa PPRA bukanlah urusan
mereka yang bertugas di unit PPRA saja, PPRA adalah tanggung jawab dari Direksi RS, dan
menjadi urusan (tugas) bagi hampir seluruh jajaran Rumah Sakit.Yang paling penting
dilaksanakan dalam rangka PPRA adalah upaya-upaya pemberdayaan, baik pemberdayaan
terhadap pasien (rawat jalan dan rawat inap) maupun terhadap klien sehat.
Namun demikian, upaya-upaya pemberdayaan ini akan berhasil, jika didukung oleh
upaya-upaya bina suasana dan advokasi. Bina suasana dilakukan terhadap mereka yang paling
berpengaruh terhadap pasien/klien.Sedangkan advokasi dilakukan terhadap mereka yang dapat
mendukung membantu RS dari segi kebijakan (peraturan perundang-undangan) dan sumber
40
1