Anda di halaman 1dari 52

MANAJEMEN PENGENDALIAN

PENYAKIT MENULAR

Disajikan dalam

Peningkatan Kapasitas Petugas dalam Manajemen


Bencana Bidang Kesehatan (TOT)
 UU No 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana

 UU no 4 tahun 1984 pasal 1


Tentang Wabah penyakit menular

 PP no 40 tahun 1991 psl 7


Tentang Kejadian Luar Biasa (KLB)
 ISPA
CIHLD HEALTH Comm. Diseases ENVIRONMENT

 DIARE
 MALARIA
MDG’s
 CAMPAK
 DBD
50

45

40

35
ISPA
30
DIARE
25

MALARIA
20

15

10

0
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5
300

250

200

ISPA

150

DIARE
100

MALARIA
50

0
11
5

2
23

25

27

29
21

31
13

15

17

19
Trend Harian Penyakit Diare s/d 19 November 2010
di Kabupaten Klaten
160

140

120

100
Jumlah Kasus

80

60

40

20

29- 30- 31- 01- 02- 03- 04- 05- 06- 07- 08- 09- 10- 11- 12- 13- 14- 15- 16- 17- 18- 19-
Oct Oct Oct Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov
0-5 3 - 1 3 3 1 5 - 8 14 24 22 22 26 36 35 8 14 11 4 2 6
≥5 94 3 9 7 2 9 13 11 32 65 134 86 64 47 76 95 65 47 23 8 20 36
Jumlah Kasus
29
/10

100
200
300
400
500
600
700

0
/20
31 10
/10
/20
02 10
/11
/20
04 10
/11
/20
06 10
/11
/20
08 10
/11
/20
10 10
/11
/20
12 10
/11
/20
14 10
/11
/20
16 10
/11
/20
18 10
/11
/20
20 10
/11
/20
22 10
/11
/20
24 10
/11
/20
26 10
/11
/20
28 10
/11
/20
30 10
/11
/20
10
Wilayah Kabupaten Klaten Jawa Tengah, 01 Desember 2010
Grafik Trend Penyakit ISPA pada Pengungsi Korban Gn.Merapi

ISPA > 5 Tahun


ISPA < 5 Tahun
1. ISPA
2. DIARE
3. MALARIA

CAMPAK Data belum


DBD didapatkan
TUJUAN:
Umum :
Terselenggaranya upaya pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan dalam penanggulangan bencana
sejak pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca
bencana di tingkat kabupaten/ kota.

Khusus :
1. Terlaksananya upaya surveilans epidemiologi
(surveilans bencana)
2. Terlaksananya upaya pengendalian penyakit
3. Terlaksananya upaya penyehatan lingkungan
4. Terlaksananya upaya pengendalian vektor
5. Terlaksananya upaya imunisasi
6. Terlaksananya mobilisasi sumberdaya
7. Terlaksananya pemulihan program kesehatan
1. Tahapan penanggulangan kesiapsiagaan, tanggap
darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi

2. Setiap korban akibat bencana


pelayanan kesehatan sesegera
mengurangi risiko munculnya bencana lanjutan di wilayah
yang terkena bencana dan lokasi pengungsian.
3. Pelaksana kegiatan  dinas kesehatan kabupaten/kota dan
masyarakat.

4. Kegiatan bidang PP & PL dalam penanggulangan bencana meliputi


a. Pelaksanaan RHA dan Need assessment
b. Surveilans Epidemilogi
c. Pengendalian penyakit melalui tatalaksana kasus
d. Penyehatan lingkungan melalui sanitasi darurat dan
pengendalian vektor
e. Pelaksanaan imunisasi terbatas bila diperlukan
f. Mobilisasi sumber daya yang terkait dengan pelaksanaan
kegiatan diatas
5. scoring kemampuan kabupaten/ kota dalam
melaksanakan tanggap darurat bencana
kesiapsiagaan baik yang bersifat teknis
maupun manajemen.

6. Ditjen PP & PL dapat mendelegasikan fungsi


upaya penanggulangan bencana bidang PP &
PL kepada BTKL-PPM dan KKP yang ada untuk
mendukung Dinas Kesehatan setempat.

7. Ditjen PP & PL memberikan supervisi dan bantuan
yang diperlukan sesuai dengan kewenangan dan
kemampuan yang dimiliki.
8.Bantuan kesehatan dari dalam maupun luar negeri,
perlu mengikuti standar dan prosedur yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan.
9.Informasi yang berkaitan dengan upaya PP
& PL dalam penanggulangan bencana
merupakan kesatuan informasi bidang
kesehatan. Penyampaian informasi
dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan setempat
selaku anggota Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (Dulu Satkorlak/ Satlak)

10.Monitoring dan evaluasi berkala yang perlu


diikuti oleh semua pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan penanggulangan kesehatan,
sekaligus menginformasikan kegiatan masing
– masing.
1. Legalitas
2. Advokasi dan sosialisasi
3. Pengembangan program dan inovasi baru
4. Peningkatan kapasitas
5. Logistik dan distribusi
6. Jejaring kerja
7. Monitoring dan evaluasi
8. Informasi
9. Pembiayaan
 Sasaran dalam penanggulangan bencana
adalah pengungsi, penduduk di sekitar lokasi
bencana, petugas, relawan dan lingkungan
 Dana DIPA (APBN/APBD)
untuk mendukung kegiatan rutin dan operasional
lembaga/departemen terutama untuk kegiatan
pengurangan risiko bencana
 Dana kontingensi
untuk penanganan kesiapsiagaan
 Dana Siap Pakai
untuk bantuan kemanusiaan (relief) pada saat terjadi
bencana atau pada saat dinyatakan kondisi darurat
 Dana bantuan Sosial berpola Hibah
Dana yang dialokasikan untuk bantuan pasca bencana
di daerah
 Dana yang bersumber dari masyarakat

19
Untuk mencegah ISPA di daerah bencana

a. Menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan


• Personal Higiene (contoh : masker, cuci tangan )
• Sanitasi lingkungan : air minum harus dimasak
sampai mendidih, kepadatan hunian dalam satu
tempat penampungan.
• Tempat penampungan diusahakan agar dalam
keadaan tidak lembab, harus mempunyai tempat
pembuangan sampah yang baik untuk membantu
pencegahan penyakit, sirkulasi udara dalam
tempat penampungan diupayakan agar lancar.
b. Meningkatkan ketahanan tubuh Balita

• Pemberian ASI membantu melindungi bayi


dari Pneumonia dan penyakit-penyakit lain.
• Usahakan memberikan makanan bergizi
sehingga tidak mudah terkena sakit atau
terancam kematian
• Pemberian Vitamin A membantu
melindungi anak terhadap serangan batuk,
pilek dan penyakit saluran pernapasan
lainnya serta dapat mempercepat
penyembuhan
1.Perilaku hidup sehat
• Bayi tetap diberi ASI
• Balita diberi PASI
• Penyediaan air bersih yang cukup
• Menyediakan jamban yang cukup
• Membuang tinja dengan benar
• Bila Penyajian makanan dikelola di dapur pengungsian,
dapur harus bersih, makanan sayuran harus dicuci dulu
dengan air bersih, dimasak dulu sebelum disajikan
• Bila makanan nasi bungkus, maka harus disantap tidak
melebihi atau sebelum 4 jam
• Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir sebelum makan
atau mengunakan liquid antiseptic
2.Penyehatan Lingkungan

• Penyedian tempat pembuangan sampah/


kantong sampah yang cukup
• Penyediaan air bersih yang cukup
• Penyediaan jamban yang cukup
• Pengelolahan kebersihan lingkungan
pengungsian

3.Promosi Kesehatan
 Kemoprofilaksis (untuk yang jangka pendek
di daerah endemis)  Doksisiklin
2mg/kgBB selama tidak lebih dari 4 – 6
minggu.Doksisiklin tidak boleh diberikan
kepada anak < 8 tahun dan ibu hamil.

 Personal protection seperti pemakaian


kelambu, repellent, kawat kasa, dll (untuk
yang jangka lama di daerah endemis)
 Crash program campak
 Kimiawi dengan pengasapan (Fogging)
menggunakan insektisida dan larvasidasi

 Biologi dengan memelihara ikan larvavorus


(gambusia affinis dan ikan adu)

 Fisik yang dikenal dengan kegiatan 3 M plus


(menguras, menutup dan mengubur) serta
memasang kawat kasa, ventilasi ruang yang
memadai, menggunakan kelambu, memakai
repellent, dan lain-lain.
Didasarkan pada 5 prinsip penanggulangan :
1. Melakukan upaya preventif dan mempercepat pemulihan pelayanan
kesehatan. Menyiapkan/memperhatikan makanan, air bersih/ air
minum, kebersihan lingkungan, tempat penampungan pengungsi.

2. Mengembangkan dan melakukan sistem monitoring dan evaluasi


terhadap data atau informasi yang ada dan melakukan review.

3. Berbagi informasi / pengalaman dengan penanggung jawab /


petugas kesehatan setempat.

4. Melakukan investigasi semua kasus suspek penyakit potensial KLB


dan melakukan konfirmasi.

5. Melakukan upaya kuratif, pembatasan penularan dan


penanggulangan untuk mencegah terjadinya penyebaran yang lebih
luas.
Kasus ISPA, Trauma, Luka
Bakar, panik, ggn psikologis
Korban sakit &
Gn meletus Pengungsi >>>

Hipotermia, diare/
Ggn GIT, wabah

Pengungsi >>>
Banjir

Trauma multipel, syok Korban cedera >>


Keracunan, luka bakar

Gempa

Meninggal, ggn resp


Korban meninggal
& hilang >>>
Tsunamii
TWMS april 2011
 Berdasarkan klasifikasi penyakit
Demam tidak tinggi ( < 38,5)
Nasehati ibu agar memberi cairan/ minum lbh bnyk

Demam tinggi ( > 38.5 )


Beri Parasetamol
Nasehati ibu agar memberi cairan/ minum lbh bnyk

Parasetamol diberi tiap 6 jam sampai demam reda


Umur atau BB Tablet 500mg Tablet 100mg Sirup
120mg/5 ml
2- < 6 bln 1/8 1/2 1/2
4 – 7 kg
6 bln-< 3 thn 1/4 1 1
7 – 14 kg
3 thn – 5 thn 1/2 2 1½
14 – 19 kg
Klasifikasi Diare
1. Diare Akut Cair :
BAB yg frekwensinya lebih sering dari biasanya ( pada umumnya 3 x atau
>) per hari dengan konsistensi cair dan berlangsung < 7 hr

2. Diare bermasalah
Diare bermasalah seperti disentri, kolera, diare dengan malnutrisi, dll dan
berdasarkan lamanya diare dibagi atas :
 Diare Berkepanjangan ( Prolonged Diare )

Adalah diare yang berlangsung lebih dari 7 hari dan kurang dari 14 hari
 Diare Persisten / Diare Kronik

Adalah diare dengan atau tanpa disertai darah, dan berlangsung selama
14 hari atau lebih dan disebabkan oleh infeksi .
 Diare Kronik
Adalah diare dengan atau tanpa disertai darah, dan berlangsung selama
14 hari atau lebih dan bukan disebabkan infeksi
LINTAS LIMA = Lima Langkah Tuntaskan Diare
1. Mengobati Dehidrasi
2. Pemberian ASI/ PASI
3. Pemberian tablet Zinc :
 Usia < 6 bulan : 10 mg ( ½ tablet )
 Usia 6 bulan – 5 thn : 20 mg ( 1 tablet )
4. Pemberian Antibiotika atas Indikasi
5. Pemberian Nasehat
 Agar segera kembali berobat ke petugas kesehatan
apabila terjadi :
• Tidak membaik dalam 3 hari
• Muntah berulang
• Rasa haus yang nyata
• Makan atau minum sedikit
• Demam
• Tinja berdarah
 Definisi : Diare yang dengan darah dan lendir dalam tinja, sakit
perut, tenesmus.

 Etiologi : Umumnya disebabkan bakteri seperti


 Shigella
 Salmonella
 E.Coli
 Compylobakteri jejuni
 Entamoeba hytolitica

 Gambaran Klinis :
 Diawali diare cair akut
 Darah dgn/ tanpa lendir ( hari 2 / 3 )
 Sakit perut
 Tenesmus
 Indikasi untuk rawat inap :

 Disentri dengan faktor risiko menjadi berat


merupakan indikasi untuk rawat inap,
antara lain :
 Anak dgn gizi berat
 Umur kurang dari satu tahun
 Menderita campak 6 bln terakhir
 Disentri dengan dehidrasi berat atau
dengan komplikasi serius.
Suspek Kolera
 Diare terus menerus, cair seperti air
cucian beras, tanpa sakit perut, disertai
muntah dan mual diawal penyakit.

 Diagnosa kolera ditegakkan dengan


Pemeriksaan Laboratorium
Penderita dengan suspek kolera indikasi untuk rawat inap,
dan dilakukan pemeriksaan laboratorium ( Rectal Swab )
Tatalaksana yang diberikan adalah pengobatan
radikal malaria dengan membunuh semua
stadium parasit yang ada di dalam tubuh
manusia.

Tujuan pengobatan radikal : untuk mendapat


kesembuhan klinis dan parasitologik serta
memutuskan rantai penularan.

Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam


keadaan perut kosong karena mengiritasi lambung.
Tatalaksana DBD bersifat simptomatok dan suportif yaitu dgn pemberian
Cairan oral atau intra vena

1) Cairan (rekomendasi WHO) :


a). Kristaloid :
 Larutan ringer laktat (RL)
 Larutan ringer asetat (RA)
 Larutan garam faali (GF)
 Dekstrosa 5 % dalam larutan ringer laktat (D5/RL),
 larutan ringer asetat (D5/RA),
 1/2 larutan garam faali (D5/1/2 LGF)

b). Koloid :
 Dekstran 40
 Plasma
 Hydroxy Ethyl Starch (HES)
 Gelatin
Contoh perhitungan Kebutuhan Obat untuk Bencana Bagi Penderita
ISPA berdasarkan bencana sebelumnya :
Jika Jumlah Penduduk 1 (satu) kabupaten = 1.000.000 Jiwa

Jumlah Balita 10% x Jumlah Penduduk = 100.000 Balita


Jumlah Penduduk Dewasa = 900.000 Jiwa

Jadi perkiraan penderita ISPA adalah :


Dewasa :
40% x 900.000 Jiwa = 360.000 Jiwa

Balita
40% x 100.000 Jiwa = 40.000 Balita
Kebutuhan Obat Paket Bencana
Perkiraan perhitungan kebutuhan 1paket diare saat Bencana :
1. Oralit
Perkiraan jumlah penderita diare saat KLB = P.Penderita
=30% x Jlh Pengungsi
Rata-rata pemberian oralit per penderita = 10 bungkus oralit
200 ml
Kebutuhan Oralit = P penderita x 10 bungkus

2. Zinc
Perkiraan jlh Balita di Penggungsian = 10 % x Jlh penduduk
Perkiraan Jlh penderita Balita = 50 % x Jlh balita

Kebutuhan Zinc = 50 % x Jlh Penderita balita x 10 tablet


3. Ringer Laktat (RL)

Penderita diare yang membutuhkan RL adalah penderita


diare dehidrasi berat, diperkirakan 30 % dari perkiraan
jumlah penderita diare saat KLB, sehingga :

Jumlah Penderita Membutuhkan RL = R penderita =


30 % x P. penderita

Bila rata-rata pemberian RL = 7 botol setiap penderita,

maka :

Jumlah RL yang dibutuhkan = R penderita x 7 botol


4. Giving Set / Infus Set
Jumlah penderita yang membutuhkan giving set adalah semua
penderita yang mendapat RL x 1 set. = R penderita x 1 set

5. Wing Needle
Perkiraan jumlah penderita yang membutuhkan Wing Needle
adalah 30 % dari penderita diare yang diberi RL.
Kebutuhan Wing Needle = 30 % x R penderita x 1 set V set

6. Abbocath
Perkiraan kebutuhan abocate adalah 80 % dari jumlah penderita
yang diberi RL.
Kebutuhan Abbocath = 80 % x R penderita Y set

7. Tetrasiklin 500 ml
Tetrasiklin 500 ml diberikan kepada penderita diare dengan
suspek kolera dengan dosis 4 kali per hari selama 3 hari
Satu paket logistik diare diperkirakan utk kebutuhan 300 jiwa
penggungsi, maka diperkirakan :

Perkiraan penderita : 30 % x 300 Jiwa = 90 jiwa

Perkiraan Jlh Balita : 10 % x 300 Jiwa = 30 jiwa

Perkiraan penderita Balita : 50 %x 30 jiwa = 15 jiwa

Perkiraan penderita menjadi dehidrasi berat


: 30 % x perkiraan penderita
: 30 % x 90 jiwa
: 27 jiwa
 Semua penyakit menular yang berpotensi
menjadi KLB dapat ditanggulangi/tertangani
100 %.

Anda mungkin juga menyukai