GELOMBANG BUNYI
OLEH :
NIM. 20160111064028
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2019
PENGESAHAN PKM-PENELITIAN
_______________________ ______________________
NIP/NIY NIM
BAB I
PENDAHULUAN
Materi atau konsep Fisika di tingkat sekolah menengah atas (SMA)/Madrasah Aliyah
(MA) memiliki tingkat kesukaran yang beragam, terdiri dari : yang mudah, sedang, dan
sukar. Keberagaman tingkat kesukaran tersebut tentunya akan memberikan respon yang
berbeda dari para siswa, diantarnaya akan muncul keberagaman tingkat pemahaman siswa.
Contohnya materi yang dianggap sedang akan mendapatkan respon yang beragam seperti
mudah, sedang, dan sukar oleh beberapa orang siswa. Keberagaman tingkat kesukaran
terhadap materi seperti ini memungkinkan terjadinya kesalahan penafsiran terhadap
materi/konsep. Kesalahan dalam menafsirkan konsep inilah yang akan menimbulkan
miskonsepsi.
Sumber kesalahan dalam memahami sebuah konsep, bisa bersumber dari: penafsiran awal
yang salah pada diri siswa, atau kesalahan sudah terjadi pada diri guru yang ditularkan kepada
siswa. Penyampaian informasi dan pemahaman konsep yang benar dari akan menghasilkan
informasi yang benar juga kepada para siswa. Jika pada awalnya informasi yang diterima guru
sudah salah, maka informasi yang diterima oleh siswa juga akan salah. Siswa akan selamanya
memahami hal yang salah dan terbawa-bawa selama˗lamnya. Proses pendidikan formal
merupakan proses yang panjang dan berkelanjutan. Miskonsepsi yang bermula dari siswa
(prakonsepsi) yang sudah salah akan berkelanjutan dan terus menerus.Keberhasilan setiap
jenjang pendidikan dipengaruhi keberhasilan siswa menguasai kompetensi pada jenjang
sebelumnya. Pemahaman yang baik akan di jadikan sebagai dasar/fondasi yang baik bagi
jenjang berikutnya.
Salah satu konsep fisika yang akan diteliti penulis adalah Gelombang Bunyi, karena konsep
Gelombang merupakan materi yang dianggap sulit baik dalam pemahaman maupun dalam
penyampaian konsep kepada siswa. Untuk mengetahui miskonsepsi mahasiswa dalam materi
tertentu melalui tes diagnostik saja, selanjutnya diputuskan konsep-konsep yang dipahami dan
tidak dipahami (miskonsepsi) merupakan cara yang kurang lengkap. Lebih jauh perlu
ditelusuri apakah mahasiwa telah benar-benar menggunakan konsep yang dia miliki untuk
menjawab soal- soal tes diagnostik yang diberikan atau tidak. Bisa jadi mahasiswa tidak
mengetahui konsep yang berkaitan dengan soal yang diberikan. Dengan kata lain, untuk
menjawab soal-soal tersebut mahasiswa tidak memiliki konsep yang memadai atau kekurang
pengetahuan atau bahkan mereka hanya menerka salah satu option jawaban yang tersedia pada
setiap soal.
Penelusuran miskonsepsi mahasiswa pendidikan fisika dalam penelitian ini, menggunakan
bantuan Certainty of Response Index (CRI) sehingga terungkap jawaban yang lucky guess
(menjawab benar dengan menebak), a lack of knowledge (kekurang pengetahuan),
miskonsepsi, dan yang benar-benar memahami konsep.
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep merupakan pemikiran dasar yang diperoleh dari fakta peristiwa, penga-
laman melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Konsep merupakan prinsip dasar yang
sangat penting dalam proses belajar. Menurut pendapat Sagala (2010: 56) definisi konsep
adalah:
“Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atas kelompok orang yang dinyatakan
dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan
teori konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir
abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan meramalkan”.
Seseorang belajar konsep jika belajar mengenal dan membedakan sifat-sifat dari
objek kemudian membuat pengelompokan terhadap objek tersebut. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Nasution dalam Yuliati (2006: 7) ”Bila seseorang dapat menghadapi
benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas, atau kategori, maka ia
telah belajar konsep”.
Jadi, konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri dan sesuatu yang mempermudah
komunikasi antar manusia serta yang memungkinkan manusia berpikir (bahasa adalah
alat berpikir). Secara singkat dapat kita katakan, bahwa suatu konsep meru-pakan suatu
abstraksi mental yang mewakili suatu kelas stimulus-stimulus. Kita menyimpulkan
bahwa suatu konsep telah dipelajari, bila yang diajar dapat me-nampilkan perilaku-
perilaku tertentu.
Jika seorang siswa telah memahami konsep secara keseluruhan maka ia akan
mampu menguasai konsep.Dalam mempelajari fisika, diperlukan penguasaan konsep
sehingga siswa tidak merasa kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep berikutnya
yang lebih kompleks, karena antara konsep yang satu dengan konsep yang lain saling
berkaitan.Slameto dalam Yusuf (2010:16) menyatakan bahwa ada dua kemungkinan
yang terjadi apabila sebuah konsep telah dikuasai siswa, yaitu :
2.1.1 Konsepsi
Dengan demikian bila seseorang siswa pasif, konsepsinya akan sedikit. Sedangkan
bila seseorang siswa aktif yang telah terlihat dalam proses belajar mengajar,konsepsinya
akan semakin banyak dan tinggi.
2.1.2 Miskonsepsi
Miskonsepsi akan terbentuk bila konsepsi seseorang mengenai suatu materi tidak
sesuai dengan konsepsi yang diterima oleh ilmuwan atau pakar dibidangnya. Suatu
miskonsepsi siswa bisa berasal dari beberapa sebab. Miskonsepsi siswa bisa berasal
dari siswa sendiri, yaitu siswa salah menginterpretasi gejala atau peristiwa yang
dihadapi dalam hidupnya. Selain itu, miskonsepsi yang dialami siswa bisa juga
diperoleh dari pembelajaran dari gurunya. Pembelajaran yang dilakukan gurunya
mungkin kurang terarah sehingga siswa melakukan interpretasi yang salah terhadap
suatu konsep, Suparno dalam Maharta (2010:6) menyatakan bahwa faktor penyebab
miskonsepsi fisika bisa dibagi menjadi lima sebab utama, yaitu berasal dari siswa,
pengajar, buku teks, konteks, dan cara mengajar. Adapun penjelasan rincinya seperti
yang disajikan pada Tabel 2.1.
Pengajar Tidak menguasai bahan, bukan lulusan dari bidang ilmu fisika,
tidak membiarkan siswa mengungkapkan gagasan/ide, relasi guru-
siswa tidak baik
Buku teks Penjelasan keliru, salah tulis terutama dalam rumus, tingkat
penulisan buku terlalu tinggi bagi siswa, tidak tahu membaca buk
teks, buku fiksi dan kartun sains sering salah konsep karena alasan
menariknya yang perlu,
Cara mengajar Hanya berisi ceramah dan menulis, langsung ke dalam bentuk
matematika, tidak mengungkapkan miskonsepsi, tidak
mengoreksi PR, model analogi yang diapakai kurang tepat, model
demonstrasi sempit,dll
2.1.4 Metode Penelusuran Miskonsepsi
Metode CRI ini telah dikembangkan oleh Saleem Hasan (1999: 294-299) yang
digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang dialami siswa, yang merupakan
ukuran tingkat keyakinan/kepastian responden dalam menjawab setiap pertanyaan (soal)
yang diberikan.Hutnal (2002) mengemukakan bahwa CRI menggunakan rubric dengan
penskoran 0 untuk totally guested answer, 1 untuk amost guest, 2 untuk not sure, 3 untuk
sure, 4 untuk almost certain, dan 5 untuk certain. Satu hal yang sangat penting untuk
diperhatikan dalam penggunaan CRI adalah kejujuran siswa dalam mengisi CRI untuk
jawaban suatu soal, karena nantinya akan menentukan pada keakuratan hasil identifikasi
yang dilakukan (Tayubi, 2005: 1).
Tabel ketentuan CRI untuk membedakan antara tahu konsep, miskonsepsi, dan
tidak tahu konsep.
(Tayubi, 2005).
CRI biasanya didasarkan pada suatu skala, sebagai contoh, skala enam (0-5) seperti pada
tabel berikut :
Tabel CRI skala 4 dan kriterianya
CRI Kriteria
1 Sangat tidak yakin
2 Tidak yakin
3 Yakin
4 Sangat yakin
(Nursiwin, 2014)
Menurut Tayubi (2005: 6) angka 0 menandakan tidak tahhu konsep sama sekali
(jawaban ditebak secara total), sementara angka 5 menandakan kepercayaan diri yang
penuh atas kebenaran pengatahuan dalam menjawab suatu pertanyaan (soal), tidak ada
unsur tebakan sama sekali. jika derajat kepastiannya rendah (CRI0-2), maka hal ini
menggambarkan bahwa proses penebakan memainkan peranan yang signifikan dalam
menentukan jawaban.Tanpa memandang apakah jawaban benar atau salah, nilai CRI yang
rendah menunjukkan adanya unsur penebakan yang secara tidak langsung mencerminkan
ketidaktahuan konsep yang mendasari penentuan jawaban.Jika CRI tinggi (CRI 3-5), maka
responden memiliki kepercayaan diri (confidence) yang tinggi dalam memilih jawaban.
5 Jika dalam menjawab soal tidak ada unsur tebakan sama sekali (0%)
2. Kelemahan
Selain mempunyai kelebihan, metode Certainly of Response Index (CRI) juga
mempunyai kelemahan antara lain:
1. Metode ini tidak sesuai diterapkan dikelas tinggi karena tidak dapat
mengembangkan pengetahuan.
2. Metode ini hanya digunakan untuk pembelajaran yang memerlukan satu
kepastian jawaban. Tidak sesuai untuk pelajaran yang membutuhkan banyak
alternatif jawaban.
Gelombang bunyi dapat bergerak melalui zat padat, zat cair, dan gas, tetapi tidak
bisa melalui vakum, karena di tempat vakum tidak ada partikel zat yang akan
mentransmisikan getaran. Kemampuan gelombang bunyi untuk menempuh jarak tertentu
dalam satu waktu disebut Kecepatan Bunyi. Kecepatan bunyi di udara bervariasi,
tergantung temperatur udara dan kerapatannya. Apabila temperatur udara meningkat,
maka kecepatan bunyi akan bertambah. Semakin tinggi kerapatan udara, maka bunyi
semakin cepat merambat. Kecepatan bunyi dalam zat cair lebih besar daripada cepat
rambat bunyi di udara. Sementara itu, kecepatan bunyi pada zat padat lebih besar
daripada cepat rambat bunyi dalam zat cair dan udara.
Unsur Bunyi dan Pemanfaatan Gelombang Bunyi Unsur unsur bunyi antara lain
sebagai berikut.
Semakin banyak jumlah getaran yang dihasilkan dalam satu selang waktu
tertentu, bunyi yang dihasilkan akan semakin tinggi. nyaring. Pada getaran yang semakin
sedikit, bunyi yang terdengar bernada rendah. Hal tersebut membuktikan bahwa tinggi
nada bergantung pada frekuensi sumber bunyi.
2. Kuat Bunyi
3. Warna Bunyi
Warna bunyi merupakan bunyi khas yang ditimbulkan oleh suatu sumber bunyi.
Bunyi gitar berbeda dengan bunyi biola, itu karena ada warna bunyi. Perbedaan tersebut
terjadi karena gabungan nada atas dan nada dasar dari sumber bunyi berbeda-beda
walaupun frekuensinya sama.
4. Batas Pendengaran
Manusia normal memiliki batas pendengaran antara 20 hertz sampai dengan 20.000
hertz. Daerah frekuensi tersebut dinamakan frekuensi audio. sedangkan daerah
frekuensi di bawah 20 hertz disebut infrasonik, daerah di atas frekuensi dengar atau di
atas 20.000 hertz disebut ultrasonik. Beberapa hewan mampu mendengar bunyi
ultrasonik, bahkan hewan seperti kelelawar yang memiliki alat penglihatan tidak sebaik
alat pendengarannya, menggunakan bunyi ultrasonik untuk mengetahui benda yang ada
di depannya.
Pada dasarnya gelombang bunyi adalah rambatan energi yang berasal dari sumber
bunyi yang merambat ke segala arah, sehingga muka gelombangnya berbentuk bola
(sferis).
P P
A 4π r2
dengan :
A = luas permukaan yang ditembus gelombang bunyi (m2) r = jarak tempat dari
sumber bunyi (m)
Jika titik A berjarak r1 dan titik B berjarak r2 dari sumber bunyi, maka
perbandingan intensitas bunyi antara titik A dan B dapat dinyatakan dalam persamaan
:
IA r2 2
IB r12
Dikarenakan keterbatasan pendengaran telinga manusia, maka para ahli
menggunakan istilah dalam intensitas bunyi dengan menggunakan ambang
pendengaran dan ambang perasaan.
Intensitas ambang pendengaran (Io) yaitu intensitas bunyi terkecil yang masih
mampu didengar oleh telinga, Besarnya ambang pendengaran berkisar pada 10-12
watt/m2.
Intensitas ambang perasaan yaitu intensitas bunyi yang terbesar yang masih dapat
didengar telinga tanpa menimbulkan rasa sakit. Besarnya ambang perasaan berkisar pada
1 watt/m2. Para ilmuwan menyatakan mengukur intensitas bunyi tidak dalam watt/m2
melainkan dalam satuan dB (desi Bell) yang dinyatakan dengan Taraf Intensitas bunyi
(TI).
Mengapa saat Anda berteriak di sekitar tebing selalu ada bunyi yang menirukan
suara Anda tersebut? Mengapa suara Anda terdengar lebih keras ketika berada di dalam
gedung? Kedua peristiwa tersebut menunjukkan bahwa bunyi dapat dipantulkan. Bunyi
pantul dapat memperkuat bunyi aslinya. Itulah sebabnya suara musik akan terdengar
lebih keras di dalam ruangan daripada di lapangan terbuka.
Sesuai dengan hukum pembiasan gelombang bahwa gelombang yang datang dari
medium kurang rapat ke medium lebih rapat akan dibiaskan mendekati garis normal atau
sebaliknya.
Pada siang hari, suhu udara di permukaan lebih tinggi daripada di atasnya. Hal
tersebut menyebabkan lapisan udara pada bagian atas lebih rapat daripada di bawahnya.
Sehingga, pada siang hari arah rambat bunyi dibiaskan menjauhi garis normal
(melengkung ke atas). Akibatnya, suara teriakan yang cukup jauh pada siang hari
terdengar kurang jelas. Sebaliknya, pada malam hari lapisan udara di permukaan lebih
rapat daripada di atasnya. Sehingga, arah rambat bunyi dibiaskan mendekati garis
normal (melengkung ke bawah). Akibatnya, suara teriakan yang cukup jauh pada
malam hari terdengar lebih jelas.
dengan n = 0, 1, 2, 3, ...
5. Pelayangan Bunyi
fp = | f1 - f2 |
Keterangan:
METODE PENELITIAN
1. Tidak tahu
2. Ragu-ragu
3. Yakin
Berdasarkan tabulasi data untuk setiap mahasiswa, demikian juga untuk
setiap item soal tes yang berpedoman pada kombinasi jawaban yang benar dan
yang salah serta CRI yang tinggi dan CRI yang rendah, sehingga mahasiswa
yang mengalami miskonsepsi dapat terungkap. Bentuk matriks jawaban
mahasiswa dan pengkategoriannya ditunjukkan pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Ketentuan Untuk Setiap Pertanyaan yang Diberikan
Berdasarkan pada Kombinasi Dari Jawaban Benar Atau Salah dan
Kriteria CRI
Kriteria Kriteria CRI
Jawaban Yakin Ragu-ragu Tidak
Tahu
Jawaban Paham Tidak paham Tidak
Benar paham/Me
nebak
Jawaban Miskonsepsi Tidak paham Tidak
Salah paham/Me
nebak
𝒇
𝑷=
𝑵
Persentase Kategori
0 – 30% Rendah
31% - 60% Sedang
61% - 100% Tinggi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
http://abdulgopuroke.blogspot.com/2017/02/model-pembelajaran-cri-
certainly-of.html
http://mediafunia.blogspot.com/2013/03/pengertian-prakonsepsi-dan-
miskonsepsi.html
https://www.academia.edu/11197509/Belajar_dan_Pembelajaran_Fisika