Anda di halaman 1dari 39

Analisis Kesulitan Pemahaman Konsep Pecahan Pada Mahasiswa Jurusan

PGMI UIN Mataram

Dosen Pengampu : Yandika Nugraha, M.Pd

Disusun Oleh:

Nur’aini (160103069)

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MATARAM

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kewajiban yang setiap manusia harus

kenyam semenjak lahir hingga akhir hayat. Pendidikan yang didapatkan

bukan hanya dari dunia persekolahan akan tetapi pendidikan juga bisa di

dapatkan dari lingkungan sekitar.

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,

masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

dan/atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah

sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat

memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa

yang akan datang. Pendidikan adalah pemahaman-pemahaman belajar

terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal dan informal di

sekolah dan luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan

optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar

dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.1

Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu

manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu

menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Dalam rangka membangun

manusia yang berpendidikan seutuhnya sangat dibutuhkan pembinaan

1
Redja Mudyahardjo, Pengantar pendidikan (Jakarta: PT Radja Grafindo Persada, 2014) h.
sumber daya manusia. Oleh karena itu, pendidikan sangat perlu

diperhatikan oleh semua komponen mulai dari pemerintah, masyarakat,

dan pengelola pendidikan pada khususnya.

Tentang tujuan ini, di dalam UU Nomor 20 Tahun 2003, secara

jelas disebutkan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu: “Pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa dan martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berhak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab”.2

Tujuan pendidikan merupakan perpaduan tujuan-tujuan pendidikan

yang bersifat pengembangan kemampuan-kemampuan pribadi secara

optimal dengan tujuan-tujuan sosial yang bersifat manusia seutuhnya yang

dapat memainkan peranannya sebagai warga dalam berbagai lingkungan

hidup dan kelompok sosial.3

Tujuan pendidikan mencakup tujuan-tujuan setiap jenis kegiatan

pendidikan (bimbingan, pengajaran, dan latihan), tujuan-tujuan pendidikan

sekolah serta luar sekolah dan tujuan-tujuan pendidikan nasional. Tujuan

pendidikan adalah sebagian dari tujuan hidup, yang bersifat menunjang

terhadap pencapaian tujuan-tujuan hidup.

2
Depertemen Agama RI Direktoral Jendral Pendidikan Islam, Undang-Undang No 20 Tahun
2003(Jakarta: Depertemen Agama, 2007)
3
Redja Mudyahardjo, Pengantar pendidikan (Jakarta: PT Radja Grafindo Persada, 2014) h.
Pembelajaran matematika khususya di dunia pendidikan sering

ditemukan kendala dalam proses belajar mengajar. Fakta telah

menunjukkan bahwa matematika adalah pelajaran yang menakutkan dan

menegangkan sehingga sebagian besar siswa menganggapnya sebagai

momok di sekolah. Prestasi belajar matematika cenderung lebih rendah

bila dibandingkan dengan materi pembelajaran yang lain. Hal ini

disebabkan karena sebagian siswa memiliki persepsi bahwa pelajaran

matematika itu sulit dipelajari, kurang menyenangkan, dan sulit untuk

menghafal rumus-rumus matematika. Hal ini dimungkinkan karena

kurangnya pemahaman siswa tentang konsep matematika.4

Keberhasilan proses belajar mengajar dapat diukur dari

keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran. Keberhasilan

tersebut dapat dilihat dari tingkat pemahaman materi dan prestasi belajar

siswa. Semakin tinggi pemahaman materi dan prestasi belajar siswa, maka

semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Dalam

pembelajaran matematika dibutuhkan pemahaman konsep sebagai dasar

untuk pengembangan materi lebih lanjut.

Pemahaman konsep adalah penguasaan sejumlah materi

pembelajaran, dimana siswa tidak hanya mengenal dan mengetahui, tetapi

mampu mengungkapkan kembali dalam bahasa yang mudah dimengerti

serta mampu mengaplikasikannya. Pemahaman konsep merupakan bagian

4
Rohmatuh mahmuda, ‘Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa padajenjang sekolah
menengah atas materi peluang menggunakan metode pemecahan masalah’, Jurnal Tadris
Matematika
institute agama islam negeri (IAIN)Tulungagung.v vol.3 no.2
yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Hal yang seperti ini

dikemukakan oleh Sulkardi dalam jurnal Nurul Fazilah dan teguh Wibowo

bahwa mata pelajaran matematika menekankan pada konsep. Artinya

dalam pembelajaran matematika siswa harus memahami konsep

matematika terlebih dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan

mampu mengaplikasikan pembelajaran tersebut dalam dunia nyata.5

Menurut I Nyoman Darma dkk, dalam penelitiannya menyebutkan bahwa

masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pemahaman konsep.

Hal tersebut menunjukkan bahwa konsep-konsep matematika yang

diajarkan masih kurang dipahami dan masih perlu ditingkatkan lagi.6

Ada beberapa kerangka teori tentang pemahaman konsep

matematika yang dikemukakan oleh Skemp, Skemp mengungkapkan “To

Understand someting means to assimilate”. Terlihat adanya perbedaan

antara pemahaman dengan memahami sesuatu. Pemahaman dikaitkan

dengan “kemampuan” (ability), dan memahami sesuatu dikaitkan dengan

“assimilate” dan suatu skema yang cocok. Skema diartikan oleh Skemp

sebagai grup konsep-konsep yang saling berhubung, masing-masing

konsep dibentuk dari abstraksi sifat-sifat invarian dari input sensor motor

atau dari konsep lainnya. Hubungan antara konsep-konsep ini dikaitkan

oleh suatu relasi atau transformasi.

5
Nurul Fadzillah, Teguh Wibowo, ‘Analisis Kesulitan Pemahaman KonsepMatematika Siswa
Kelas VII SMP’, Jurnal Pendidkan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, vol.20
no.2
(2016), h. 140. ejournal.umpwr.ac.id/indekx.php/ekuivalen/article/view/2888
6
Nurul Fadzillah, Teguh Wibowo, ‘Analisis Kesulitan Pemahaman KonsepMatematika Siswa
Kelas VII SMP’, h. 141. ejournal.umpwr.ac.id/indekx.php/ekuivalen/article/view/2888
Pada penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti menyimpulkan

bahwa kesulitan mahasiswa jurusa PGMI UIN Mataram dalam materi

pecahan adalah kurangnya pemahaman konsep siswa dalam memahami

konsep pecahan, sering salah menggunakan rumus dalam menyelesaikan

soal, juga kebiasaan guru dalam belajar matematika hanya dengan cara

mencatat saja dipapan tulis, kemudian kurangnya keinginan mahasiswa

dalam menyelesaikan contoh soal yang diberikan oleh dosen, sehingga

terbukti benar adanya kesulitan belajar dalam pelajaran matematika pada

materi pecahan mahasiswa jurusa PGMI UIN Mataram.7

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang penelitian ini adalah

bagaimana Kesulitan Pemahaman Konsep Pecahan Pada Mahasiswa

Jurusan PGMI UIN Mataram ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti terhadap masalah

yang sedang dikaji adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana kesulitan pemahaman konsep

pecahan pada mahasiswa jurusan PGMI UIN Mataram

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan

sulitnya pemahaman konsep pecahan pada mahasiswa jurusan

PGMI UIN Mataram

D. Manfaat Penelitian

7
Nurul Fadzillah, Teguh Wibowo, ‘Analisis Kesulitan Pemahaman KonsepMatematika Siswa
Kelas VII SMP’, h. 141. ejournal.umpwr.ac.id/indekx.php/ekuivalen/article/view/2888
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan gambaran tentang kesulitan pemahaman konsep

matematika mahasiswa dan faktor-faktor penyebab kesulitan

pemahaman konsep matematika mahasiswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Sebagai sumbangan pemikiran kepada mahasiswa agar

dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan

pemahaman konsep pecahan sehingga dapat mengurangi atau

menekankan seminimal mungkin kesulitan yang dihadapi.

b. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dalam mengidentifikasi faktor-faktor

penyebab rendahnya konsep pecahan mahasiswa dalam rangka

mempersiapkan diri menjadi seseorang pendidik (guru).

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan penafsiran mengenai istilah yang

digunakan dalam judul penelitian ini, maka peneliti mendefiniskan istilah -

istilah yang penting sebagai berikut :

1. Kesulitan belajar

Kesulitan belajar adalah gangguan yang mempengaruahi

tingkat pemahaman/penalaran mahasiswa menjadi kurang

maksimal saat menerima materi yang diajarkan.


2. Kemampuan berfikir kritis

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan

mahasiswa dalam menemukan solusi dari permasalahan pecahan

matematika dengan cara menganalisis suatu masalah hingga pada

tahap pencarian solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

F. Kajiaan Teori

1. Kajian Pustaka

a. Hakikat Belajar

Proses belajar pada hakikahnya merupakan kegiatan mental

yang tidak dapat dilihat.8 Di dalam kehidupan sehari-hari kita

melakukan banyak kegiatan yang sebenarnya merupakan gejala

belajar. Suatu gejala mengajar ditandai oleh kemampuan untuk

melakukan sesuatu melalui proses “belajar” mengingat mula-mula

kemampuan belum ada. Maka terjadilah proses perubahan dari

belum mampu kearah sudah mampu, dan proses perubahan terjadi

selama jangka waktu tertentu.9

Secara keseluruahan proses pendidikan disekolah, kegiatan

belajar merupakan kegiatan yang paling pokok ini berarti bahwa

berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan yang bergantung

8
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Cet. II; Jakarta:Kencana Pradana Medis
Group, 2009),h.229
9
Winkel, Psikologi Pengajran (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), h.56
kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai

anak didik.10

Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif

permanen dan dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari

pembelajaran yang bertujuan atau direncanakan. Pengalaman

diperoleh seseorang dalam interaksi dengan lingkungan, baik yang

tidak direncanakan maupun yang direncanakan sehingga

menghasilkan perubahan yang bersifat relatif menetap.11

2. Kesulitan Belajar

a. Hakikat Kesulitan Belajar

Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya

dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-

kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang

dipelajari,kadang-kadang terasa amat sulit.12 Kesulitan belajar

dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang

ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai

hasil belajar. Hambatan- hambatan itu dapat bersifat psikologis,

sosiologis maupun fisiologis dalam keseluruhan proses

belajarnya.13

10
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya (Cet. V; Jakarta: Rineka
Cipta,2010), h.1-2
11
Mohamad Syarif Sumantri , Strategi Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 2
12
Abu Ahmad & Supriyono, Psikologis Belajar (Cet. II; Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2004),
h77
13
Siti Mardiyati, penelitian Hasil Belajar (Surakarta: UNS, 2008), h.4-5
Kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai

dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai

tujuan, sehingga memerlukan usaha yang lebih giat untuk

mengatasinya, sedangkan belajar merupakan suatu proses

memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan

tingkah laku dan kemampuan beraksi yang relatif permanen dan

menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.14

Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan

adanya hambatan-hambatan tertentu yang menyebabkan tidak

tercapainya tujuan belajar.15

b. Faktor-faktor Penyebab kesulitan belajar

Ada beberapa faktor kesulitan belajar yang mempengaruhi siswa,

adalah sebagai berikut:

1. Faktor internal siswa: keadaan yang muncul dari dalam diri

sendiri atau kurang mampu psokofisik siswa

2. Faktor eksternal siswa:

a. Keluarga: broken home, rendah kehidupan ekonomi

b. Masyarakat: Perkampungan kumuh, teman sepermainan

yang nakal

14
Erlina Sari Candraningrum, “Kajian Kesulitan Siswa dalam Mempelajari Geometri Dimensi
Tiga Kelas X MAN Yogyakarta 1”, Skripsi (Yogyakarta: Universitas Negeri Yoyakarta, 2010),
h.21
15
Sitti Faika dan Sumiati Side, Ánalisis Kesulitan Mahasiswa dalam Perkuliahan dan
Praktikum Kimia Dasar diJurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Makassar”, Jurnal Chemica
12,
vol.12 no.2 (2011): h.19 http://ojs.unm.ac.id/index.php/chemica/article/view/497
c. Sekolah: kondisi letak gedung sekolah buruk, lingkungan

sekolah yang kurang mendukung suasana belajar, fasilitas

sekolah yang kurang.

3. Faktor khusus: sidrom psikologi (ketidakmampuan belajar).16

3. Kesulitan Belajar Matematika

a. Hakikat Matematika

Berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika

dipandang dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing yang

berbeda. Dayang mengatakan bahwa matematika itu bahasa simbol.

Matematika adalah numerik; matematika adalah bahasa yang dapat

menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emosional; matematika

adalah metode berfikir logis; matematika adalah sarana berfikir;

matematika adalah logika pada masa dewasa; matematika adalah

ilmu yang abstrak dan deduktif; matematika adalah aktivitas

manusia.

Matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang

sulit dan membosankan bagi siswi. Begitu pula bagi guru,

matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit untuk diajarkan.

Sebagai mana yang diungkapkan oleh Wahyudi bahwa matematika

merupakan mata pelajaran yang sulit untuk diajarkan maupun

dipelajari. Salah satu alasan mengapa demikian adalah karena dalam

mempelajari materi baru dalam matematika sering kali memerlukan

16
Ulfiani Rahman, Nuansa Baru Psikologi Belajar (Cet.I Makassar: Alauddin University
Press, 2013), h. 174-176
pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang satu atau lebih

materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Istilah mathematics (Inggris), mathematic (Jerman),

mathematique (Prancis), mathematico (Itali), matematiceski (Rusia),

mathematic/wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan latin

mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani,

mathematike, yang berarti “Relating to learning”. Perkataan itu

mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu

(knoeleadge, sains). Perkataan matematike berhubungan sangat erat

dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang

mengandung arti belajar (berfikir).17

Adapun pengertian matematika menurut beberapa ahli, yaitu:

1. James dan James dalam kamus matematika mengatakan bahwa

matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,

susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu

dan yang lainnya, dengan jumlah yang banyak yang terbagi

dalam tiga bidang. Yaitu : Aljabar, analisis dan pecahan.

Namun pembagian yang jelas sangatlah sukar untuk dibuat.

Sebab cabang-cabang itu semakin bercampur. Sebagai contoh,

adanya pendapat yang mengatakan bahwa matematika itu

timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan

dengan ide, proses dan penalaran yang terbagi menjadi empat

17
St. Hasmiah Mustamin, Psikologi Pembelajaran Matematika,(Cet. I; Makassar: Alauddin
University Press, 2013), h. 2
wawasan yang luas yaitu aritmatika, aljabar, pecahan dan

analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan

statistika.

2. Johnson dan Rising dalam bukunya mengatakan bahwa

matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,

pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang

menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas,

dan akurat, refresentasenya dengan simbol dan padat, lebih

berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.

3. Reys dkk dalam bukunya bahwa matematika adalah telaah

tentang pola dan hubungan suatu jalan atau pola berpikir, suatu

seni, suatu bahasa, dan suatu alat.

4. Rine dalam bukunya mengatakan pula bahwa matematika itu

bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena

dirinya sendiri tapi adanya matematika itu terutama untuk

membantu manusia dalam memahami dan menguasai

permasalahan sosial ekonomi dan alam.18

Matematika adalah salah satu alat berpikir yang menggunakan

bahasa simbol yang berlaku secara umum yang berperan ganda

dalam ilmu pengetahuan dan merupakan bentuk logika paling

tinggi yang pernah diciptakan oleh pemikiran manusia.

18
St. Hasmiah Mustamin, Psikologi Pembelajaran Matematika, (Cet. I; Makassar: Alauddin
University Press, 2013), h. 3-5
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

matematika adalah ilmu tentang bilangan dan setelah sesuatu yang

berhubungan dengannya yang mencakup segala bentuk prosedur

operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah dalam

kehidupan sehari-hari mengenai bilangan.

b. Kesulitan Dalam Belajar Matematika

Dalam dunia pendidikan matematika di Indonesia dikenal adanya

matematika modern. Matematika modern lebih menekankan pada

pemahaman struktur dasar sistem bilangan daripada mempelajari

keterampilan dan fakta-fakta hafalan.

Pelajaran matematika modern lebih menekankan pada mengapa

dan bagaimana matematika melalui penemuan dan eksplorasi.

Pengajaran semacam itu agaknya telah mengabaikan beberapa

aspek dari psikologis belajar dan kurang menguntungkan bagi anak

berkesulitan belajar.

Ada beberapa kesulitan yang sering di alami oleh siswa dalam

memecahkan masalah matematika, diantaranya:

1. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami kata kunci yang

terdapat dalam soal, serta tidak dapat menginteraksikannya

kedalam kalimat matematika.


2. Siswa tidak dapat menggambarkan asumsi dan informasi apa

yang terdapat pada soal yang perlu digunakan untuk

menyelesaikan soal tersebut.

3. Ketika siswa tidak memahami soal, mereka cenderung

mengira-ngira jawabannya tanpa memikirkan cara penyelesaian

apapun.

4. Siswa tidak sadar dan tidak suka membaca soal-soal

matematika

5. Siswa tidak suka membaca soal yang panjang.

Sikap terhadap matematika diketahui merupakan factor yang

sangat mempengaruhi prestasi siswa dalam matematika sikap

terhadap matematika tersebut tidak memiliki perbedaan yang

signifikan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan. Oleh karena

itu tidak ada kesengajaan gender dalam matematika sehingga

sangat dianjurkan upaya untuk meningkatkan sikap terhadap

matematika.

Tabel 1 Indikator kesulitan dalam menyelesaikan soal

No Indicator terjemahan kode

1 Kesulitan dalam Siswa sulit dalam S1

mempelajari konsep menerapkan prinsip

yang telah ia dapatkan

dan sulit dalam


menerapkannya dalam

menyelesaikan soal

2 Kesulitan dalam Mahasiswa tidak dapat S2

menerapkan prinsip menggambarkan asumsi

dan informasi apa yang

terdapat pada soal yang

perlu digunakan untuk

menyelesaikan soal

tersebut.

3 Kesuiltan dalam Siswa sulit dalam S3

menyelesaikan masalah meneyelesaikan soal-

verbal soal yang verbal atau

soal- soal cerita.

Berdasarkan indikator-indikator kesulitan pemahaman konsep tersebut,

maka soal dan jawaban yang akan diberikan oleh peneliti kepada mahasiswa

semester VI di jurusan PGMI UIN Mataram yang bertujuan untuk mengetahui

kesulitan pemahaman konsep pecahan mahasiswa tersebut adalah sebagai

berikut :
1 1
”Ibu membeli 40 4 kg gula pasir. Sebanyak 2 8 gula tersebut Ibu

berikan kepada Bibik, kemudian sisanya akan dijual eceran dengan

1
dibungkus plastic yang masing - masing beratnya 4 kg. Berapa kantong

plastic gula yang dapat Ibu jual ?”

Hipotesis jawaban sebagai berikut!

NO Indikator Jawaban berdasarkan Jawaban yang tepat

indikator

1 Kesulitan - Kesulitan konsep 161 18 322 18


 − = − −
4 8 8 8

dalam dalam mengubah 304 1


= 38 38: 4 =
8
mempelajari pecahan campuran
38 4 152
×1= = 152
konsep menjadi pecahan 1 1

biasa, dalam hal ini

untuk mengubah

pecahan tersebut

mahasiswa

menjawab pecahan

1 44
dari 40 3 menjadi 4

2 20
dan pecahan 2 8 = 8

sehingga

pengurangan
pecahannya pada

soal tersebut menjadi

40 10 30
− = dan
4 4 4

kemudian dibagi
1 1
1 30 4  40 4 − 2 4 =
diperoleh ×1
4 4
(40 − 2) −
- Kesulitan konsep
1 1
(4 − 4) = 38 − 0 =
dalam

mengurangkan 38
1 38 4
pecahan biasa yang 38:4 = ×1=
1

penyebutnya tidak 152


= 152
1
sama, dalam hal ini

ketika mahasiswa

kesulitan dalam

konsep tersebut,

maka mahasiswa
Untuk menjawab ini kita
161
menjawab −
4
menggunakan permisalan
18 143
=− tanpa
8 4 atau contoh. Misalkan kita

menyamakan membuat dua buah

penyebutnya terlebih lingkaran dari karton

dahulu. Kemudian dimana lingkaran pertama

untuk menjawab dipotong menjadi 4 potong

permasalahan diatas sama besar, dan lingkaran


1
dibagi maka kedua dipotong menjadi 3
4

143 potong sama besar. Jadi


diperoleh − ×
4
pada lingkaran pertama, tiap
4
= −143
1
potongan = 1⁄4 lingkaran,
- Kesulitan konsep
pada lingkaran kedua tiap
dalam pengurangan
potongan = 1/3 lingkaran.
pecahan campuran,
Jika pada lingkaran pertama
dalam hal ini ketika
kita gabungkan atau
mahasiswa
jumlahkan 3 potangan maka
mengalami kesulitan
menjadi 3/4 lingkaran,
tersebut mahasiswa
begipula jika 3/4 tersebut
mengurangkan
kita kurangkan dengan 1/4
hanya bilangan
lingkaran maka menjadi 2/4
bulatnya saja seperti
lingkaran. Nah sekarang jika
1 1
40 4 − 2 4 = 40 − kita mengurangkan tiap

2 = 38. Kemudian potongan lingkaran pertama

untuk menjawab dengan tiap potongan

permasahalan diatas lingkaran kedua atau 1/4


1
ditambah maka dikurang dengan 1/3, tentu
4

1 kita bisa menebak berapa


diperoleh 38: 4 =
besar kedua potongan
4 152
38 × 1 = = 152
1
tersebut sebelum
- Kesulitan konsep
potongannya dibuat sama
dalam pengurangan besar atau dengan kata lain

pecahan biasa yang dibagi lagi menjadi

penyebutnya tidak potongan-potongan yang

sama, mengapa sama besar untuk itu inilah

dalam pengurangan alasannya menguragkan

pecahan harus pecahan harus disamakan

disamakan penyebutnya.

penyebutnya. Hal ini

dapat terlihat dari

jawaban mahasiswa

yaitu karena

penyebutnya yang

berbeda maka harus

disamakan terlebih

dahulu.

2 Kesulitan Kesulitan dalam prinsip ini 1 38 4


 38: 4 = ×1=
1

dalam dapat berupa kesulitan 152


= 152
1
menerapkan membagi pecahan 38

prinsip 1
dengan , dalam hal ini
4

ketika siswa membagi


1
pecahan 38 dengan ,
4
mahasiswa mengalikan 38
1
langsung dengan tanpa
4

1 4
membalikkan menjadi ,
4 1

sehingga diperoleh hasil


1 38 1 38
38: 4 = ×4=
1 4

3 Kesulitan Kesulitan ini dapat dilihat Banyaknya gula ibu stelah

dalam dari jawaban mahasiswa diberikan kepada bibi :

menyelesaik dalam menyelasaikan 161 18 322 18


− = − =
4 8 8 8
an masalah masalah di atas, dimana
304
= 38
verbal untuk mencari berapa 8

banyak kantong plastik yang Banyak kantong plastik gula

dapat ibu jual, mahasiswa yang dapat ibu jual :


1
langsung membagi 40 4 1 4 152
38 4 × 1 = = 152
1
1
dengan 4 tanpa

mengurangkan terlebih
1
dahulu dengan 2 4 sehingga

161 1 161
diperoleh ×4= ×
4 4

4
= 161
1

5. Penelitian Terdahulu/Relevan
Kajian terdahulu merupakan kajian yang menjadi acuan dalam

penelitian, sehingga peneliti dapat memperkaya teori-teori untuk

penelitiannya. Berikut ini merupakan kajian-kajian terdahulu yang

terkait dengan penelitian.

No Judul Persamaan Perbedaan

1 Laili Ma’atus Sholekah, Dewi Kesulitan Penelitian ini

Anggreini, & Adi Waluyo. belajar meggunakan

(2017). Analisis Kesulitan tinjauan dari

Siswa dalam Menyelesaikan koneksi matematis

Soal Matematika Ditinjau dan materi yang

dari Koneksi Matematis digunakan adalah

Materi Limit Fingsi, 1(2), materi limit fungsi

151-164. Jurnal Wacana serta subjeknya

Akademika, Vol.1 No.2 (2017) adalah siswa

2 Mutia. (2017). Analisis Kesulitan Penelitian ini

Kesulitan Siswa SMP dalam belajar menggunakan

Memahami Konsep Kubus pemaham konsep

Balok dan Alternatif kubus balok dan

Pemecahannya, 10(1), 83- alternative

102. Beta : Jurnal Tadris pemecahannya serta


Matematika, Vol. 10 No. 1 pada penelitian ini

(Mei 2017) tidak menggunakan

tinjauan

3 Kemampuan Representasi Penelitian ini

Matematik Siswa Kelas IX merupakan

MTs pada Materi Bangun penelitian tindakan

Ruang Sisi Lengkung dengan kelas (PTK).

Penerapan Pendekatan Penelitian dilakukan

Reciprocal Teaching, ole untuk mengetahui

Santriwati Moka, kemampuan

representasi

matematik siswa

dengan bantuan

pendekatan

Reciprocal

Teaching. Pokok

bahasannya adalah

bangun ruang sisi

lengkung. Penelitian

dilakukan di MTs

Al-Musyahada
Cimahi pada kelas

IX-B dengan jumlah

15 orang. Teknik

pengambilan data.

4 Astuti & Nurhidayah Sari. Kesulitan Penelitian ini

(2018). Analisis Kesulitan belajar dan menggunkan materi

Belajar Struktur Aljabar di subjeknya aljabar dan pada

STKIP Pahlawan Tuanku adalah penelitian ini tidak

Tambusai, 12(2), 73-80. mahasiswa menggunkan

Jurnal Pendidikan Matematika, tinjauan

Vol. 12 No. 2 (Juli 2018)

5 Nursyahidah, Farida & Ulil Kesulitan Penelitian ini

Albab, belajar menggunakan

Irkham. (2017). Investigating ditinjau dari materi Kalkulus

Student Difficulties on berpikir kritis integral

Integral Calculus Based on dan subjeknya

Critical Thingking Aspects, adalah

4(2), 211-218. Jurnal Riset mahasiswa

Pendidikan Matematika, Vol. 4

No. 2 (Desember 2017)


6. Metodologi Penelitian

a. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian

yang menekankan pada quality atau hal yang terpenting

dari sifat suatu barang/jasa.19 Penelitian kualitatif sering

dianggap berlawanan dengan penelitian kuantitatif karena

tidak menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan

dalam memberikan penafsiran terhadap hasilnya. Dengan

penelitian ini peneliti mencoba mengungkapkan penyebab

kesulitan pemahaman konsep matematika pada mahasiswa

jurusan PGMI UIN Mataram Smester VI. Adapun simpulan

dari penelitian ini hanya berlaku bagi Mahasiswa jurusan

PGMI di kelas yang diteliti dan tidak digeneralisasikan.

Adapun jenis penelitian ini digolongkan kedalam

jenis penelitian deskriptif, karena penelitian deskriptif

merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang ada.

Oleh karena itu, dalam melaksanakan penelitian, peneliti

19
Djam’an dan Aan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2011),
h.22
ingin melukiskan kondisi atau keadaan apa yang ada dalam

suatu situasi pada saat penelitain itu dilakukan.

b. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti berperan instrumen

sekaligus sebagai pengumpul data. Peneliti sebagai human

instrument dapat dipahami sebagai alat yang dapat

mengungkapkan fakta - fakta lapangan. Adapun fungsi

peneliti sebagai human instrument yaitu berfungsi

menetapkan focus penelitain, memilih informan sebagai

sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai

kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat

kesimpulan atas temuannya.20 Oleh karena itu, dalam

penelitian ini, peneliti turun langsung ke lapangan untuk

memilih mengumpulkan data yang diperlukan.

c. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan PGMI UIN

Mataram yang beralamat di Jalan Gajah Mada No. 100,

Pagesangan, Mataram, Jempong Baru, Sekarbela, Kota

Mataram, Nusa Tenggara Barat.

d. Sumber Data

20
St. Nuaim ,op.cit. hal 22
Sumber data penelitian yang peneliti gunakan

adalah 2 orang mahasiswa jurusan PGMI UIN Mataram

yang memiliki kemampuan berpikir kritis. Adapun jenis

data yang digunakan adalah data hasil tes dan wawancara

dari sumber data dalam memecahkan masalah pada materi

pecahan dengan indikator dari kesulitan dalam

menyelasaikan soal yaitu kesulitan dalam mempelajari

konsep pecahan.

e. Teknik Pengumpulan data

Dalam mengumpulkan data dengan menggunakan

teknik Think Aloud Method adalah mahasiswa diberikan tes

yang diberikan kepada subjek, selanjutnya dilakukan

wawancara untuk mempelajari/menelusuri alasan subjek

mengambil kesimpulan. Pemahaman subjek penelitian

dipelajari melalui interpretasi atau representatife yang

diberikan subjek dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan

pewawancara.

Beberapa hal yang diperhatikan dalam wawancara

berbasis tes pada penelitian ini adalah objektivitas.

Objektivitas merujuk pada hubungan pewawancara dan

responden. Pewawancara memberi kebebasan kepada

responden, apa saja yang berkaitan dengan permasalahan


yang diberikan. Tujuannya adalah untuk meminimalkan

pengaruh pewawancara terhadap subjek. Disamping itu,

pewawancara seminimal mungkin membantu subjek dalam

menjawab permasalahan secara tersurat maupun tersirat

untuk mengarahkan kearah jawaban yang dikehendaki

pewawancara, seperti memberi petunjuk atau motivasi yang

dapat mempengaruhi proses berfikir subjek.

f. Teknik analisis data

Analisis data dalam suatu penelitian merupakan

pokok utama dalam sebuah penelitian karena dengan

melakukan analisis akan dapat diperoleh hasil dari apa yang

diteliti.

Untuk menganalisis data yang telah terkumpul

digunakan digunakan analisis data non-statistik, karena

jenis penelitian ini deskriptif kualitatif. Data yang muncul

berupa kata-kata yang menggambarkan hasil penelitian

yang diperoleh, bukan dalam bentuk angka.


Pertanyaan untuk wawancara

1. Berdasarkan soal cerita tersebut, menurut anda bagaimankah cara

menyelesaikan soal tersebut ?

2. Apakah anda memahami kata kunci pada soal tersebut ?

3. Apakah anda kesulian dalam mengubah pecahan campuran menjadi

pecahan biasa ? (S1)

4. Apa yang harus anda kerjakan terlebih dahulu saat mengubah pecahan

campuran menjadi pecahan biasa ? (S1)

5. Apakah anda kesulitan dalam menjawab soal tersebut ?

1
6. Bagaimana cara anda membagi pecahan 38 dengan 4 ? (S2)

7. Bagaimana anda mendapatkan hasil 152 ?

8. Apakah anda langsung mengalikannya ? (S2)


1 1
9. Apakah 40 4 langsung dibagi dengan 4 ? (S3)

1
10. Berapa hasil dari 38:4 ? (S3)

1
11. Tanpa mengurangi terlebih dahulu 2 4 ? (S3)

1 2
12. mengapa 40 4 dikurangi 2 8 ? (S3)

1 1
13. mengapa 40 4 tidak dikurangi ? (S3)
4

14. apakah sulit mengurangkan pecahan biasa yang penyebutnya tidak sama ?

(S1)

15. mengapa tidak ditambah atau menggunakan operasi lain ?


16. mengapa dalam pengurangan pecahan harus disamakan penyebutnya

terlebih dahulu ? (S1)

17. mengapa tidak langsung ditambahkan atau dikurangkan saja ?


18
18. berapa hasil penyederhanaan dari ? (S3)
8

9
19. darimana anda mendapatkan hasil dari 4 ?

9
20. apakah 4 bisa di sederhanakan lagi ?

1
21. mengapa 4 bisa menjadi ? (S1)
4

1 4
22. apakah sama hasilnya dengan ? (S2)
4 1

2 18
23. begitupun dengan 2 8 mengapa bisa menjadi ? (S2)
8

2 1 1
24. − 3 + 4 apakah ini termasuk soal pecahan atau tidak ? (S1)
3

25. Bagaimana cara anda menentukan penyebut sehingga diperoleh

penyebutnya 12? (S1)


161 18
26. Bisakah langsung dikurangi ? (S2)
4 8

27. Mengapa tidak menggunakan operasi hitung yang lain ?


18 161
28. Apakah bisa langsung dikurangi dengan ?
8 4

18 9
29. Mengapa bisa menjadi 4 ? (S4)
8

161 9
30. Mengapa penulisan pengurangan pecahan harus − 4 ? (S1)
4

31. Kenapa tidak yang lain saja ? (S1)

32. Bagaimana cara anda menentukan penyebut ?


161−9
33. Apakah boleh ?
4−4
1 4
34. Apakah pembagian pecahan 38× 4 bisa di ubah menjadi 381 ?

38 4 4
35. Apakah hasil dari × 1 sama dengan hasil 38× 1 ?
1

1 1
36. Mengapa 40 4 − 2 4 hasilnya adalah 38 ?

608
37. Bagaimana anda mendapatkan hasil ?
4

608
38. Apakah hasil bisa disederhanakan lagi ?
4

39. Bagaimana cara anda mendapatkan hasil 152 ?

40. Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut ?


152 4
41. Apakah dalam perkalian pecahan × 1 angka 4 pada pecahan tersebut
4

bisa dicoret atau di hilangkan ?


152 4
42. Apakah dengan mencoret angka 4 pada perkalian pecahan × 1 hasilnya
4

152?
161 322
43. Apakah bisa menjadi ?
4 8

44. Apa saja yang anda ketahui dari soal tersebut ?

45. Apa yang anda dapat simpulkan dari soal tersebut ?


161 322
46. Mengapa bisa menjadi ?
4 8

322
47. Hasil didapatkan dari operasi yang mana ?
8

48. Apakah penyebutnya harus 8 ?

49. Mengapa penyebutnya tidak 4 ?

50. Dapatkah anda memberikan jawaban yang logis dari jawaban yang anda

berikan ?
BAB II

PAPARAN DATA

Pada bab ini akan dibahas tentang penyajian data yang diperoleh dari tes

dan wawancara dengan menggunakan tehnik Think Aloud Method. Think Aloud

Method adalah suatu teknik dalam pengumpula data dimana mahasiswa diminta

untuk mengungkapkan ekspresi verbal tentang ide yang dipikirkan ketika

menyelesaikan soal tes tersebut.Dalam mengumpulkan data dengan menggunakan

teknik Think Aloud Method adalah mahasiswa diberikan tes berbentuk soal cerita

pada materi pecahan secara verbal dan tertulis, kemudian peneliti memberikan

pertanyaan-pertanyaan mendalam atas jawaban yang diberikan oleh subjek

dengan dukungan dokumentasi dan rekaman.

Dalam melakukan tes dan wawancara, peneliti menggunkan dua

subjek sebagai pemberi informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Tes

dilakukan sebanyak dua kali, tes pertama dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2019

dan tes kedua dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2019. Adapun hasil tes dan

wawancara yang akan dibahas disajikan dalam tabel berikut ini.

Triangulasi 1.1

Indikator Subjek A

Tes I Tes II
Kesulitan dalam Ada satu jawaban yang Pada Tes II, subjek

mempelajari konsep diberikan untuk soal 1, tidak ada perubahan

yakni dengan dalam menyelesaikan

menggunakan dua cara. soal, subjek cara

Pada pertanyaan 1 menyelesaikan soal

subjek menjawab sama pada tes I.

dengan dua cara yakni: sehingga peneliti tidak

cara pertama dengan mendapatkan informasi

langsung menyamakan yang baru.

penyebut dengan

mencari kpknya.
1 1 1
40 4 − 2 8 − 4

161 17 1
− − −
4 8 4

322 − 17 − 2
=
8
308
= 8

7
= 37 8 = 37,8

Dalam wawancara

subjek menjelaskan

tidak bisa

mennggunakan cara

lain
Kesulitan dalam Subjek menjawab Pada Tes II, subjek

menerapkan prinsip pertanyaan dengan tidak ada perubahan

cukup singkat pada dalam menyelesaikan

pertanyaaan ia soal, subjek cara

menggunakan cara menyelesaikan soal

dengan mengalikan sama pada tes I.

penyebut dengan sehingga peneliti tidak

pembilang sehingga mendapatkan informasi

menghasilkan 37,8 yang baru.

kantong plastik.

Dalam wawancara

subjek menjelaskan

mengapa ia harus

menyamakan penyebut

pecahan karna dengan

menyamakan penyebut

kita mudah

mendapatkan hasil dari

perkalian silang antara

penyebut dengan

pembilang. Dan lebih

mudah mencari kpknya


kemudian dikurangi.

Dan dalam wawancara

subjek mengatakan

tidak ada alternative

penyelesaian lain selain

menyamakan penyebut

dengan mengalikan

penyebut dan mencari

kpknya.

Kesulitan dalam Subjek menjawab Pada Tes II, subjek

menyelesaikan masalah pertanyaan dengan tidak ada perubahan

verbal cukup singkat pada dalam menyelesaikan

pertanyaan ia soal, peneliti tidak

menggunakan cara mendapatkan

yang sudah biasa dalam informasi.

menjawab suatu

pertanyaan yaitu

dengan mengalikan

penyebut dengan

pembilang dan

menyamakan penyebut

dengan mencari
kpknya

Triangulasi 1.2

Indikator Subjek B

Tes I Tes II

Kesulitan dalam Ada satu jawaban yang Pada Tes II, subjek

mempelajari konsep diberikan untuk soal 1, tidak ada perubahan

yakni dengan dalam menyelesaikan

menggunakan dua cara. soal, peneliti tidak

Pada pertanyaan 1 mendapatkan informasi

subjek menjawab baru

dengan dua cara yakni:

cara pertama dengan

langsung menyamakan

penyebut dengan

mencari kpknya.

1 1
40 −2
40 8
1
4

10 − 0,25
= = 40 − 1
0,25

= 39
Dalam wawancara

subjek menjelaskan

tidak bisa

menggunakan cara lain

Subjek menjawab

pertanyaan dengn

cukup singkat pada

pertanyaaan ia

menggunakan cara

dengan mengalikan

penyebut dengan

pembilang sehingga

Kesulitan dalam Subjek menjawab Pada Tes II, subjek

menerapkan prinsip pertanyaan tidak sesuai tidak ada perubahan

dengan berbagai cara dalam menyelesaikan

pada pertanyaaan. Ia soal, peneliti tidak

tidak menggunakan mendapatkan informasi

cara lain dalam baru

penyelesaian masalah.

Kesulitan dalam Subjek tidak dapoat Pada Tes II, subjek

menyelesaikan masalah memenuhi indicator tidak ada perubahan

verbal kesulitan dalam dalam menyelesaikan


menyelesaikan masalah soal, peneliti tidak

verbal karena subjek mendapatkan informasi

hanya mampu baru

menyelesaikan spal

tersebut dalam bentuk

desimal mampu

mengembangkan atau

memperluas

jawabannya. Karna

hasilnya tetap 37,8

Kesimpulan hasil dari subjek A dan B Berdasarkan Tes I, Tes II dan

wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 24 dan 26 Mei 2019 subjek NH,

peneliti dapat menyimpulkan bahwa subjek NH mempunyai kemampuan

pemecahan masalah matematis yang sedang, subjek ini mampu menyelesaikan

masalah matematika dengan benar pada saat diberikan tes berupa soal cerita

terkait materi pecahan tetapi subjek belum mampu mengembangkan dan berbagai

cara dalam mengerjakan soal tersebut. Sedangkan subjek FR, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa subjek FR mempunyai kemampuan pemecahan masalah

matematis yang sedang, subjek ini mampu menyelesaikan masalah matematika

dengan benar pada saat diberikan tes berupa soal cerita terkait materi pecahan
yang tinggi, subjek FR ini mampu menyelesaikan masalah matematika dengan

benar pada saat diberikan tes berupa soal cerita terkait materi pecahan akan tetapi

belum mampu mengembangkannya atau belum memuat indicator

Anda mungkin juga menyukai