Anda di halaman 1dari 20

INCREASING HUMAN AND ENVIRONMENTAL THEMATIC LEARNING

OUTCOMES IN CLASS V STUDENTS AT ELEMENTARY SCHOOL 2


BANJAR TENGAH THROUGH SCIENCE-TECHNOLOGY-SOCIETY
(STM) APPROACH

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEMATIK SUBTEMA MANUSIA


DAN LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
NEGERI 2 BANJAR TENGAH MELALUI PENDEKATAN SAINS-
TEKNOLOGI-MASYARAKAT (STM)

Putu Ayu Sugiart¹, I Nyoman Muriasa², Muhardila Fauziah³


1
Universitas Terbuka Denpasar, Denpasar, Indonesia
2
Universitas Terbuka Denpasar, Denpasar, Indonesia
3
Universitas PGRI Yogyakarta, D.I Yogyakarta, Indonesia

¹ayusugiarti44@gmail.com
²muriasainyoman@gmail.com
³mfauziah88@upy.ac.id

ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas bertujuan mendeskripsikan peningkatan hasil belajar
siswa pada Pembelajaran Tematik. Alternatif pemecahan masalah dengan
Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM). Subjek penelitian adalah siswa
Kelas V SD Negeri 2 Banjar Tengah, berjumlah 12 orang. Rancangan penelitian
dibuat meliputi dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan
yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/ penilaian, dan refleksi. Teknik
pengumpulan data dengan tes hasil belajar dan dianalisis dengan analisis
deskriptif kualitatif dan kuantitatif sederhana. Indikator keberhasilan yang
ditetapkan adalah rata-rata hasil belajar (=75,00), dan ketuntasan (=85,00).Hasil
penelitian: (1) dengan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) dapat
meningkatkan rata-rata hasil belajar siswadengan perolehan nilai 66,67 pada Pra
Siklus, 73,33 pada Siklus I, dan 80,42 pada Siklus II; (2) dengan Pendekatan
Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar
siswa dengan ketercapaian 41,67% pada Pra Siklus, 75,00% pada Siklus I, dan
91,67% pada Siklus II. Simpulan bahwa dengan Pendekatan Sains-Teknologi-
Masyarakat (STM), dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam kemampuan
memahami Manusia dan Lingkungan padapembelajaraanPembelajaran Tematik
siswa Kelas V SD Negeri 2 Banjar TengahSemester 1 Tahun Pelajaran 2022/2023.
Implikasi penelitian bahwa Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) tepat
digunakan dalam pembelajaran di sekolah dasar dengan tema lingkungan.

Kata kunci: Sains-Teknologi-Masyarakat (STM), Hasil Belajar, Tematik.

PENDAHULUAN

1
2

Fungsi pendidikan sangan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.


Hal ini tertuang dlam alinea 4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan
ditegaskan kembali pada ketentuan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Pencapaian tujuan pendidikan nasional berorientasi pada pemenuhan
delapan standar nasional pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian. Dalam hal pencapaian pendidikan berskala nasional maka standar
nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan lainya.
Sedangkan di tingkat sekolah pencapaian tujuan pendidikan dilaksanakan oleh
sekolah dengan ujung tombak penyelenggaranya adalah guru.
Guru dalam upaya mencapai tujuan pendidikan melakukannya dengan
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran serta mengevaluasi hasil
pelaksanaan pembelajarannya. Guru dalam pelaksanaan pembelajaran selalu
menghendaki siswa dapat melakukan keaktifan dalam pelajarannya. Dalam hal ini
peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran harus mampu mengembangkan
pembelajaran yang memicu keaktifan siswa, maka berbagai pendekatan, strategi,
metode dan teknik-teknik pembelajaran terbaru wajib dikuasai dan mampu
dilaksanakan oleh guru. Model, pendekatan pembelajaran yang diketahui dapat
memicu lebih banyak aktivitas siswa adalah model-model pembelajaran inovatif
konstruktivistik. Pada implementasi model-model pembelajaran ini, siswa yang
aktivitasnya tinggi akan dapat menggunakan pengalaman belajarnya dengan baik
dan dengan sendirinya dapat menyerap lebih maksimal mataeri pelajaran yang
diajarkan. Sedangkan bagi siswa yang kurang aktif juga akan terpicu untukikut
beraktivitas melalui persaingan dan atau berkompetisi dengan temannya yang
sudah aktif. Jadi dalam hal memicu keterlibatan siswa dalam pembelajaran dapat
3

digunakan model, pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang


inovatif.
Identifikasi masalah yang dilakukan pada kondisi awal terhadap
pembelajaran Tematik pada siswa Kelas VSD Negeri 2 Banjar Tengah
menunjukkan adanya permasalahan pembelajaran yang perlu mendapat
penanganan. Permasalahan yang dimaksud antara lain: (1) sumber belajar yang
mendukung terjadinya aktivitas belajaran belum memadai; (2) siswa pasif dalam
merespon pertanyaan atau instruksi dari guru; (3) siswa kurang terfokus
perhatiannya dalam kegiatan pembelajaran; (4) siswa tidak siap menerima cara-
cara mengajar baru yang diterapkan guru; dan (5) media/alat bantu pembelajaran
yang digunakan belum sesuai dengan karakteristik materi dan kebutuhan siswa.
Sedangkan permasalahan yang ditemukan pada guru antara lain: (1) guru tidak
menguasai dengan baik keterampilan membuka dan menutup pembelajaran; (2)
guru tidak menguasai dengan baik keterampilan membimbing kelompok kecil
dalam pembelajaran; dan (3) guru tidak menguasai dengan baik keterampilan
mengelola kelas dalam pembelajaran.
Hasil identifikasi awal melalui pengamatan pendahuluan peneliti yang
telah dikonsultasikan dengan Supervisor 2 selaku pembimbing PKP, ditemukan
bahwa sebagian besar siswa Kelas VSD Negeri 2 Banjar Tengah belum mencapai
ketuntasan hasil belajar siswa sesuai dengan Kriteria Ketuntasan
Minimal.PembelajaranTematik hanya memperoleh rata-rata 66,67 di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (=75,00) dengan ketuntasan klasikal hanya mencapai
41,67%dibawah ketuntasan klasikal (=85,00). Alternatif pemecahan masalah yang
dipilih dalam memperbaiki pembelajaran yang bermasalah adalah melaksanakan
perbaikan pembelajaran dengan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM).
Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) merupakan suatu cara yang
dilakukan untuk mencapai suatu tujuan dengan berdasarkan pada ilmu
pengetahuan dan masyarakat. Cara yang dimaksud adalah cara yang dilakukan
oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas atau di luar kelas agar
tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Pendekatan Sains-Teknologi-
Masyarakat (STM) dipilih dalam pembelajaran didasarkan atas keinginan guru
untuk mewujudkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat dan lingkungan,
4

pembelajaran yang dikembangkan dengan Pendekatan Sains-Teknologi-


Masyarakat (STM). Oleh karenaitulah, maka dalam rangka meningkatkan hasil
belajar pembelajaran Tematik siswa Sekolah Dasar tepat diterapkan Pendekatan
Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)khususnya untuk pemahaman konsep-konsep
pembelajaran Tematik yang temanya terkait dengan pemahaman lingkungan.
Pembelajaran yang dilakukan dengan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat
(STM)akan membawa siswa mengalami dan menemukan sendiri konsep
pembelajaran yang dipelajari dan akan manjadikan pembelajaran lebih bermakna
dan mudah menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
KAJIANPUSTAKA
Tinjauan tentang Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)
Pendekatan dalam pembelajaran merupakan cara umum dalam
memandang permasalahan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran adalah cara
umum yang digunakan memandang terhadap pembelajaran. Salah satu
pendekatan yang dapat dipilih adalah pembelajaran menggunakan kajian sains,
teknologi, dan masyarakat sehingga pendekatan pembelajaran ini disebut
pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat. Perkataan Sains-Teknologi-
Masyarakat, terdiri dari perkataan sains, teknologi, dan masyarakat.Sains-
Teknologi-Masyarakat dapat diartikan sebagai suatu cara yang dilakukan untuk
mencapai suatu tujuan dengan berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan
masyarakat.Sebagai suatu pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat dipilih guru
dalam melaksanakan pembelajaran didasarkan atas tujuan untuk menjadikan
bahan pelajaran sebagai bagian dari kehidupan masyarakat atau lingkungan
sosial, sehingga model pembelajaran yang dikembangkan dengan pendekatan
Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) tergolong kontekstual dan dekat dengan
lingkungan nyata siswa.
Teori belajar yang mendasari Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat
(STM) dalam pembelajaran adalah teori belajar konstruktivistik. Kaum
konstruktivis berpendapat bahwa pengetahuan bukan suatu yang sudah jadi,
tetapi merupakan suatu proses menjadi (Suparno, 1997: 20). Misalnya,
pengetahuan kita tentang “ayam”, mula-mula dibentuk sejak kita masih kecil
ketemu pertama kali dengan ayam. Pengetahuan tentang ayam waktu kecil
5

belum lengkap, tetapi lambat laun makin lengkap di saat kita makin banyak
berinteraksi dengan ayam yang ternyata ada bermacam-macam jenisnya, tetapi
semua disebut ayam. Pengetahuan bukan suatu barang yang dapat dipindahkan
begitu saja dari pikiran seseorang (dalam kasus ini pendidik) kepada orang lain
atau peserta didik. Bahkan ketika pendidik bermaksud memindahkan konsep,
ide, nilai, norma, keterampilan dan pengertian kepada peserta didik, pemindahan
itu harus diinterpretasikan dan dibentuk oleh peserta didik sendiri. Tanpa
keaktivan peserta didik dalam membentuk pengetahuan, pengetahuan seseorang
tidak akan terjadi. Jadi pembelajaran yang menggunakanpendekatan Sains-
Teknologi-Masyarakat (STM) sejajar dengan pelaksanaan pembelajaran dari
pandangan konstruktivisme dalam belajar dan mengajar (Yager dalam Sadia,
2009). Pandangan konstriktivisme dalam belajar dan mengajar didasarkan atas
asumsi bahwa “pengetahuan dibangun di dalam pikiran pebelajar” (Bodner
dalam Sadia, 2009). Model konstruktivis tentang belajar dan mengajar, memberi
tekanan pada pentingnya peran prior knowledge siswa dalam belajar, serta
memperhatikan bagaimana pengetahuan itu dibangun di dalam struktur kognitif
siswa. Model konstruktivis menempatkan siswa pada posisi sentral dalam proses
pembelajaran. Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) di samping
menggunakan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang berlaku pada model
konstruktivis dalam pembelajaran, juga memberi kesempatan kepada siswa
sebagai decision maker dalam memecahkan masalah.
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan Sains-
Teknologi-Masyarakat (STM) adalah seperti pada table 2.1 berikut.
Tabel 1 Langkah-langkah pembelajaran menggunakan Dengan Pendekatan
Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)

Tahapan Kegiatan Guru/Siswa


Tahap Orientasi. a. Guru membina suasana/iklim pembelajaran
yang responsif.
b. Guru mengkondisikan agar siswa siap
melaksanakan proses pembelajaran;
c. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk
berpikir memecahkan masalah yang ada di
lingkungan masyarakat.
6

Tahapan Kegiatan Guru/Siswa


Tahap a. Siswa melakukan identifikasi masalah.
Merumuskan b. Yang menjadi masalah adalah teka-teki yang
Masalah. mengandung konsep yang jelas yang harus dicari
dan ditemukan oleh siswa.
c. Dalam merumuskan dan memecahkan masalah,
keterlibatan siswa lebih aktif, karena siswa harus
mencari sendiri informasi yang digunakan untuk
memecahkan masalah.
Tahap a. Siswa diajak berpikir merumuskan jawaban
Merumuskan sementara atas masalah yang ditemukan pada
Hipotesis. pembelajarannya,
. b. Hipotesis perlu diuji kebenarannya, maka siswa
dan guru perlu memiliki kemampuan atau
potensi untuk berpikir yang dimulai dari
kemampuan untuk menebak atau mengira-ngira
(berhipotesis) dari suatu permasalahan;
c. Siswa didorong untuk berpikir lebih lanjut.
Tahap a. Siswa mengumpulkan data atau menjaring
Mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk menguji
Data. hipotesis.
b. Pada proses pengumpulan data perlu motivasi
yang kuat, ketekunan dan kemampuan
menggunakan potensi berpikir.
Tahap Menguji a. Pada proses ini sudah merupakan proses belajar yang
Hipotesis. berpusat pada siswa.
b. Siswa dilatih menggunakan metode ilmiah yang
digunakan ilmuwan.
c. Konsep-konsep yang dipelajari tidak hanya
bersumber dari buku teks, tetapi juga dari
masyarakat.
d. Para siswa memperoleh kesempatan untuk berfungsi
sebagai “decision maker” dalam memecahkan
masalah.
e. Proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang
diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
f. Yang terpenting dalam menguji bipotesis adalah
mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban
yang diberikan.
g. Siswa mengembangkan kemampuan berpikir
rasional.
Tahap a. Siswa bersama guru mendeskripsikan temuan
7

Tahapan Kegiatan Guru/Siswa


Merumuskan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian
Kesimpulan. hipotesis.
b. Merumuskan kesimpulan yang merupakan inti
dari hasil pembelajaran.

Tinjauan Tentang Belajar dan Pembelajaran


Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses dan hasil. Gagne (1985),
menyebutkan bahwa “Belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Proses yang diinginkan dalam
belajar adala adanya aktivitas. Aktif berarti giat belajar, giat berusaha, dinamis,
mampu berkreasi dan beraksi (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 32). Aktivitas
merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa, baik dalam aktivitas jasmani
maupun dalam aktivitas rohani. Aktivitas ini jelas merupakan ciri bahwa siswa
berkeinginan untuk mengikuti proses. Siswa dikatakan memiliki keaktifan
apabila ditemui ciri-ciri seperti (1) antusiasme siswa dalam mengikuti
pembelajaran; (2) terjadi interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa; (3)
siswa terlibat dan bekerjasama dalam diskusi kelompok; (4) terjadi aktivitas
siswa dalam pelaksanaan pembelajaran; dan (5) Siswa berpartisipasi dalam
menyimpulkan materi (Tim Instruktur PKG, 1992).
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan
digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran
sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi
pembelajaran, ymg pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di
akhir kegiatan belajar. Jadi strategi pembelajaran bukan hanya terbatas prosedur
atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi
atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta
didik.Joni (dalam Anitah W, Sri dkk, 2011) menjelaskan bahwa “strategi” adalah
ilmu atau kiat di dalam memanfaatkan segala sumber yang dimiliki dan/atau
yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.
Sedangkan Dimyati & Seodjono (1996) mengemukakan bahwa strategi dalam
pembelajaran adalah kegiatan guru untuk memikirkan dan mengupayakan
terjadinya konsistensi antara aspek-aspek dari komponen pembentukan sistem
8

pembelajaran. Dalam hal ini guru menggunakan siasat tertentu. Penentuan


strategi pembelajaran tidak hanya dilakukan guru dalam pelaksanaan
pembelajaran, tetapi juga dalam perencanaan pembelajaran. Strategi
pembelajaran pada dimensi perencanaan mengacu pada upaya secara strategis
dalam memilih, menetapkan, dan merumuskan komponen-komponen
pembelajaran. Dimensi ini tercermin pada saat guru mengembangkan rancangan
pembelajaran.
Belajar bermakna, menurut David Ausubel (dalam Hera Lestari, 2005),
mengklasifikasikan belajar ke dalam dua dimensi:
a. Dimensi pertama menyangkut cara materi atau informasi diterima peserta
didik. Dilihat dari dimensi ini, peserta didik memperoleh materi atau
informasi melalui penerimaan dan penemuan. Artinya peserta didik dapat
mengasimilasi informasi atau materi pelajaran secara penerimaan dan
Penemuan.
b. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana peserta didik dapat mengkaitkan
informasi atau materi pelajaran dengan struktur kognitif yang telah ada.
Menurut teori Humanisme (dalam Hera Lestari dkk, 2005)
mengemukakan salah satu karakteristik yang harus ada pada diri guru atau
pendidik adalah memiliki kemampuan memotivasi belajar peserta didik. Selain
itu guru harus memiliki sikap empatik (emphatie), terbuka (open mindedness),
keaslian (genuineness), kekongkretan (conereteness), dan kehangatan (warmth).
a. Sikap empatik (emphatie) meru.juk pada sikap guru yang mau memposisikan
dirinya pada kerangka berpikir peserta didik.
b. Sikap keterbukaan (open mindedness) merujuk pada kemampuan guru
membuka diri, siap dikritik, siap diberi masukan, siap dinilai, dan siap diberi
pujian.
c. Keaslian (genuinenes) merujuk pada penampilan apa Adanya dan tidak
dibuat-buat.
Pembelajaran sebagai hasil tujuannya
adalahmenghasilkansiswayangmempunyai semangatuntukterusbelajarseumur
hidup, penuh rasa ingin tahudankeinginanuntukmenambah ilmu, meskipun
Pendidikan formal mereka telah berakhir. Konsep
9

motivasibelajarsebagaidoronganuntukmemenuhi atau memuaskan kebutuhan


agar tetap hidup.Terdapat beberapa pandangan tentang strategi pembelajaran
sebagaimana dikemukakan oleh para ahli pembelajaran (instructional
technology), di antaranyasebagai berikut.Kozna (dalam Hamzah B. Uno 2011)
menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah setiap kegiatan yang
dipilihyang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik
menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu. Sedangkan Gerlach dan Ely
(dalam Hamzah B. Uno 2011:1)menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran
dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran meliputi sifat
lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman
belajar peserta didik. Selanjutnya Dick dan Carey (dalam Hamzah B. Uno
2011:1)menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen
materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau
digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran tertentu.
Jadi dari berbagai pandangan tentang pembelajaran beserta berbagai
model, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang dapat dipilih dan
digunakan guru, maka dalam hal mengajarman materi Pembelajaran Tematik di
Kelas V Sekolah Dasar samgat tepat digunakan pendekatan Pendekatan Sains-
Teknologi-Masyarakat (STM).
Metode
Pada penelitian ini siswa Kelas V SD Negeri 2 Banjar Tengah merupan
subjeknya. Jumlah siswa sebanyak 12 orang terdiri dari 6 orang laki-laki dan 6
orang perempuan. Pelaksanaan penelitian selama dua bulan yakni pada bulan
Oktober s.d. November 2022. Jenis penelitian ini adalah Tindakan kelas ….
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Deskripsi Hasil Pembelajaran Kondisi Awal
Data tentang hasil belajar siswa Kelas V SD Negeri 2 Banjar Tengah
yang diperoleh dari hasil ulangan harian sebelum dilaksanakan perbaikan
pembelajaran maupun setelah tindakan Siklus I dan Siklus II disajikan secara
10

deskriptif dalam bentuk tabel, histogram dan uraian secara singkat. Terhadap
data yang diperoleh dilakukan analisis sederhana untuk mendapatkan nilai rata-
rata, dan prosentase peningkatannya dengan menggunakan program Excel.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, diperoleh nilai rata-rata dan
peningkatannya mulai dari data sebelum tindakan (Pra Siklus), Siklus I sampai
pada Siklus II. Data tentang kondisi awal kemampuan siswa diperoleh dari
pengamatan awal melalui cek dokumen tentang hasil ulangan sebelumnya yang
dilakukan guru terhadap siswa berjumlah 12 orang. Cek dokumen dan dari hasil
pengamatan diketahui bahwa dari 12 orang siswa di kelas kemampuan siswa
dalam menjawab hasil tes awal masih tergolong rendah. dari12 orang siswa
seluruhnya pada pembelajaran Tematik dapat dilihat pada table berikut. Data
hasil belajar siswa pada Pembelajaran Tematik Pra Siklus dapat dilihat pada
table 4.1 berikut.
Tabel 4.1DataHasil BelajarPembelajaran Tematik siswa Kelas V SD Negeri 2
Banjar Tengah, sebelum Tindakan (Pra Siklus)

Hasil Belajar Pra Siklus


No Nama siswa
Nilai Ketuntasan
1 A.A Pt. Anom Laksmana Narendra 75 Tuntas
2 Alissa Tania Sasputra 70 Tidak Tuntas
3 Amabel Nathania Ramadanty Her 55 Tidak Tuntas
4 Ana Tasya Oktoberliana 60 Tidak Tuntas
5 Anak Agung Ayu Dewi Swastini 75 Tuntas
6 Ayu Avara Savitri Urdha 80 Tuntas
7 Defanov Aji Pangestu 60 Tidak Tuntas
8 Elsky Emberta Vania Tabun 50 Tidak Tuntas
9 Gusti Ngurah Billy Jaya Wiranata 70 Tidak Tuntas
10 I Gede Willy Pratama 75 Tuntas
11 I Gusti Komang Cakra Wiarsa 75 Tuntas
12 I Gusti Ngurah Duta 55 Tidak Tuntas
Jumlah nilai 800
Rata-rata 66,67 Tidak Tuntas
Nilai tertinggi 80
Nilai terendah 50
Jumlah Siswa Tidak Tuntas 7
% Siswa Tidak Tuntas 58,33%
Jumlah Siswa Tuntas 5
% Siswa Tuntas 41,67%
11

Berdasarkandata pada tabel diatasdapatdiketahuibahwajumlah nlai 800;


rata-rata 66,67; nilai tertinggi 80; nilai terendah 50; jumlah siswa seluruhnya 12
orang; jumlah siswa tidak tuntas 5 orang (58,33%); jumlah siswa tuntas 5 orang
(41,67%). Dari12
orangsiswaseluruhnya,kemampuansiswamenyerapmateripelajaranpada tes
awalhanyamencapairata-rata66,67 beradadi bawahKriteria Ketuntasan
Minimal(=75,00),danjumlahsiswayangtuntashanyamencapai5 orang (41,67%)
berada di bawah ketuntasan klasikal (=85,00%).
Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Siklus I
PertemuanSiklus IpembelajaranTematikdilakukansetelah semua
persiapan yang digunakan dalampelaksanaanpembelajarandinyatakan siap,
dansiswajuga siap untuk mengikuti pelajaran,maka kegiatan praktek
perbaikanpembelajarandilakukan.Hasilpenilaianterhadap
pelaksanaanpembelajaranSiklus Ipada pelajaranTematikdapatdilihat pada tabel
4.2 berikut.
Tabel4.2DatahasilbelajarPembelajaran TematiksiswaKelas VSD Negeri 2
Banjar Tengah,pada Siklus I

Hasil Belajar Siklus I


No Nama siswa
Nilai Ketuntasan
1 A.A Pt. Anom Laksmana Narendra 80 Tuntas
2 Alissa Tania Sasputra 75 Tuntas
3 Amabel Nathania Ramadanty Her 60 Tidak Tuntas
4 Ana Tasya Oktoberliana 75 Tuntas
5 Anak Agung Ayu Dewi Swastini 80 Tuntas
6 Ayu Avara Savitri Urdha 85 Tuntas
7 Defanov Aji Pangestu 75 Tuntas
8 Elsky Emberta Vania Tabun 55 Tidak Tuntas
9 Gusti Ngurah Billy Jaya Wiranata 75 Tuntas
10 I Gede Willy Pratama 80 Tuntas
11 I Gusti Komang Cakra Wiarsa 80 Tuntas
12 I Gusti Ngurah Duta 60 Tidak Tuntas
Jumlah nilai 880
Rata-rata 73,33 Tidak Tuntas
Nilai tertinggi 85
Nilai terendah 55
12

Jumlah Siswa Tidak Tuntas 3


% Siswa Tidak Tuntas 25,00%
Jumlah Siswa Tuntas 9
% Siswa Tuntas 75,00%

Berdasarkan data padatabeldi atasdapat diketahui bahwajumlah nilai 880;


rata-rata 73,33; nilai tertinggi 85; nilai terendah 55; jumlah siswa seluruhnya 12
orang; jumlah siswa tidak tuntas 3 orang (25,00%);jumlah siswa tuntas 9
(75,00%). Dari 12 orang siswa seluruhnya,kemampuansiswamenyerap materi
pelajaranpada Siklus Imencapairata-rata 73,33 berada dibawahKriteria
Ketuntasan Minimal(=75,00),dan jumlah siswayangtuntashanyamencapai
9orang(75,00%) berada dibawahketuntasanklasikal minimalyang
diharapkanyakni(=85,00%).
Berdasarkanhasiluraiandi atas, dapat dikatakan bahwa implementasi
tindakanSiklus Iini sudahmenunjukkanbeberapakelebihanmaupunkelemahandari
modelpembelajaranyang dilakukan. Dengan temuan
hasilbelajardanketuntasanyang diperoleh pada Siklus IbelummencapaiIndikator
keberhasilanyang ditetapkan,makatindakanperbaikan dilanjutkanpada Siklus II
Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan PembelajaranSiklus II
PertemuanSiklus
IIpembelajaranTematiksetelahsemuapersiapanyangdigunakandalampelaksanaan
pembelajarandinyatakansiap,dansiswajugasiapuntukmengikutipelajaran,
makakegiatanpraktek perbaikanpembelajarandilakukan. Pada Siklus II ini,
kegiatanpembelajaranberlangsungsesuai dengan rencana.Tahapan-tahapan
tindakantercantum padaskenario pembelajaran.Hasil penilaian terhadap
pelaksanaanpembelajaranSiklus IIpadakedua matapelajaranyang dipraktekkan
dapat dilihatpadatable 4.3 berikut.
Tabel4.3DatahasilbelajarPembelajaran TematiksiswaKelas VSD Negeri 2
Banjar Tengah,Siklus II

Hasil Belajar Siklus II


No Nama siswa
Nilai Ketuntasan
1 A.A Pt. Anom Laksmana Narendra 85 Tuntas
2 Alissa Tania Sasputra 80 Tuntas
3 Amabel Nathania Ramadanty Her 75 Tuntas
13

Hasil Belajar Siklus II


No Nama siswa
Nilai Ketuntasan
4 Ana Tasya Oktoberliana 80 Tuntas
5 Anak Agung Ayu Dewi Swastini 85 Tuntas
6 Ayu Avara Savitri Urdha 90 Tuntas
7 Defanov Aji Pangestu 80 Tuntas
8 Elsky Emberta Vania Tabun 60 Tidak Tuntas
9 Gusti Ngurah Billy Jaya Wiranata 80 Tuntas
10 I Gede Willy Pratama 85 Tuntas
11 I Gusti Komang Cakra Wiarsa 90 Tuntas
12 I Gusti Ngurah Duta 75 Tuntas
Jumlah nilai 965
Rata-rata 80,42 Tuntas
Nilai tertinggi 90
Nilai terendah 60
Jumlah Siswa Tidak Tuntas 1
% Siswa Tidak Tuntas 8,33%
Jumlah Siswa Tuntas 11
% Siswa Tuntas 91,67%

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwajumlah nilai


965; rata-rata 80,42; nilai tertinggi 90; nilai terendah 60; jumlah siswa
seluruhnya 12 orang; jumlah siswa tidak tuntas 1 orang (8,33%);jumlah siswa
tuntas 11 orang (91,67%%).Dari 12 orang siswa
seluruhnya,kemampuansiswamenyerap materi pelajaranpada Siklus II
mencapairata-rata 80,42 berada di atasKriteria Ketuntasan Minimal(=75,00), dan
jumlah siswayangtuntasmencapai 11 orang(91,67%) berada di
atasketuntasanminimalyang ditetapkanyakni(=85,00%).
BerdasarkanhasilpengamatanSiklus II, dapat dikatakan bahwa
implementasi tindakanSiklus II ini sudahmenunjukkanbeberapakelebihan dari
model pembelajaranyang dilakukan. Dengan temuan
hasilbelajardanketuntasanyang diperoleh pada Siklus IIsudah mencapaiindikator
keberhasilanyang ditetapkan,makatindakanperbaikan dihentikanpada Siklus II.
Rekap hasilbelajarPembelajaran Tematikdanpeningkatannyabaik secararata-rata
maupunperolehannilai tuntaspada siswadapat dilihatpadatabel4.4 dan tabel 4.5
berikut.
14

Tabel4.4Rekap hasilbelajardanketuntasanPembelajaran
TematiksiswaKelas VSD Negeri 2 Banjar
Tengah,sebelumtindakan (Pra Siklus),Siklus IdanSiklus II

Nilai
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Rata-Rata 66,67 73,33 80,42
ketuntasan (or) 5 9 11
ketuntasan (%) 41,67% 75,00% 91,67%

Tabel 4.5PeningkatanHasil BelajardanketuntasanPembelajaran


TematiksiswaKelas VSD Negeri 2 Banjar
Tengah,sebelumtindakan(Pra Siklus),Siklus IdanSiklus II

peningkatan
Pra SikluskeSiklus Siklus IkeSiklus
Total
I II
Rata-Rata 6,67 7,08 13,75
ketuntasan (or) 4 2 6
ketuntasan (%) 33,33% 16,67% 50,00%

Daritabel diatas dapat dideskruipsikan 1) Terjadi peningkatanrata-rata


hasilbelajarsiswadari Pra SikluskeSiklus I sebesar6,67yakni dari 66,67padaPra
Siklusmenjadi73,33pada Siklus I;terjadi peningkatanrata-rata hasil belajar siswa
dariSiklus I keSiklus IIsebesar7,08yakni dari 73,33pada Siklus I
menjadi80,42pada Siklus II; dan terjadi peningkatan totalrata-rata hasil belajar
siswa dari Pra SikluskeSiklus IIsebesar13,75yakni dari 66,67padaPra
Siklusmenjadi80,42pada Siklus II; 2) Terjadi peningkatanketuntasanhasil
belajarsiswa secara klasikal dari Pra SikluskeSiklus I sebesar33,33%yakni dari
41,67%pada Pra Siklusmenjadi75,00%pada Siklus I; terjadi
peningkatanketuntasan hasil belajar siswasecara klasikal dariSiklus I keSiklus
IIsebesar16,67%yakni dari 75,00%pada Siklus I menjadi91,67%pada Siklus
II;Terjadi peningkatanketuntasan hasil belajar siswasecara klasikal dari pra
15

siklus keSiklus IIsebesar50,00%yakni dari 46,67%padaPra


Siklusmenjadi91,67%pada Siklus II.
Untukmendapatkan gambaran yang lebihjelas
tentangperolehanhasilbelajarPra Siklus,Siklus IdanSiklus II dapat
dilihatpadagambar 4.1 dan gambar 4.2 berikut.

Rata-rata Hasil Belajar

90.00 80.42
73.33
80.00 66.67
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Rata-rata

Gambar4.1Histogramrata-rata hasilbelajarPembelajaran
TematiksiswaKelas VSD Negeri 2 Banjar Tengah

Ketuntasan belajar siswa

91.67%
100.00%
90.00% 75.00%
80.00%
70.00%
60.00%
41.67%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Ketuntasan
16

Gambar 4.2 Histogram Ketuntasan hasil belajar Pembelajaran Tematik


siswa Kelas VSD Negeri 2 Banjar Tengah

Peningkatanrata-rata nilai dan peningkatanketuntasan hasil belajar


siswayang terjadi dariPra SikluskeSiklus IdandariSiklus I keSiklus
II,sangatlahberarti dimana hal ini menunjukkan bahwa Penggunaan Pendekatan
Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)sebagai
suatuupayaperbaikanpembelajaran.Dengandemikiandapat dikatakan bahwa
Tujuan Perbaikan Pembelajaranuntukmeningkatkan hasilbelajarPembelajaran
TematiksiswaKelas VSD Negeri 2 Banjar Tengah, tercapaisesuai dengantujuan
penelitian yang telah ditetapkan.
Pembahasan
Pembelajaran Siklus I
Hasil penelitian menunjukkanterjadinya peningkatanhasilbelajardari Pra
Siklus ke Siklus I.Peningkatan ini berartipenelitian perbaikanpembelajaran yang
dilakukanmenggunakan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) sangat
berarti.Dalampenggunaan pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)pada
setiap tahap pembelajaran berhasil diperbaiki setiap kelemahan yang ada pada
pembelajaran sebelumnya.Kelemahan-kelamahan pembelajaran terjadi
karenagurubelummampumenyusunRencana Perbaikan Pembelajaran dengan
menggukanmodel pembelajaran inovatif danbelummampumengaitkan materi
denganlingkunganyangsebenarnya.
Pembelajaranyangdilaksanakanjugabelummampumelibatkanativitas siswasecara
keseluruhan. untukmengatasi kelemahantersebut makapadatindakanSiklus
IIdiupayakan menyiapkan terlebihdahulumateri
pelajaranyangterkaitlangsungdenganlingkungandanalam
sekitaryangsebenarnya,dan menyusun soal-soal yang terkait langsungdengan
kehidupansehari-hari siswa,sertamemperbanyak contoh pengerjaansoalsehinga
pembelajaranyangdilaksanakandapatmeningkatkanaktivitassiswa.
Perbaikan pelajaranPembelajaran Tematikpada Siklus
IadalahPenggunaan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat
(STM).Penggunaan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat
(STM)belumsepenuhnyamampumeningkatkanaktivitasdankreativitassiswadalam
17

prosespembelajaran. Diskusi dan komunikasipada mulanya kurang bergairah.Hal


inididuga disebabkan siswabelumsepenuhnya terfokus padakegiatanPenggunaan
Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM). Disamping
itusiswabelumpernahPenggunaan Media
Lingkungandanbelummampumelaksanakan eksplorasidalampembelajaran.
Demikianjugadiskusi belumbaikdansiswabelum cukupkeberanian dalam
mengungkapkan pendapat.
Secara umum dapat dikatakan bahwa berdasarkan hasil
pengamatanSiklus I pada pelajaran Pembelajaran Tematik, diketahui bahwa
Penggunaan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) belum
menampakkan hasil yang menggembirakan dan interaksi belajar siswa masih
belum maksimal. Hal ini diketahui dari hasil pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran sebagai berikut.
a. Siswa sering tidak siap menerima cara-cara mengajar baru yang
diterapkan guru.
b. Media/alat bantu pembelajaran yang digunakan belum sesuai dengan
karakteristik materi dan kebutuhan siswa.
c. Guru tidak menguasai dengan baik keterampilan membuka dan
menutup pembelajaran.
d. Guru tidak menguasai dengan baik keterampilan membimbing
kelompok kecil dalam pembelajaran.
e. Guru tidak menguasai dengan baik keterampilan mengelola kelas
dalam pembelajaran.
f. Guru tidak menguasai dengan baik keterampilan mengajar kelompok
kecil dan perorangan dalam pembelajaran.
Pembelajaran Siklus II
Penggunaan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)setelah
Siklus II ternyataberjalan baik dan memberi pengalaman yang menarik bagi
siswa dalam belajar, dan dapat memperjelas konsep-konsep yang dipelajari serta
memperkaya atau melengkapi informasi yang dibutuhkan siswa. Penggunaan
Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) juga dapat meningkatkan
aktivitas serta keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. dengan demikian
18

dapat dikatakan bahwa Penggunaan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat


(STM) dapat meningkatkan hasil belajar Pembelajaran Tematik siswa Kelas
VSD Negeri 2 Banjar Tengah pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2022/2023.
Berdasarkan atas temuan tersebut perbaikan pembelajaran pada Siklus II
difokuskan pada kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada Siklus I, dengan
cara memantapkan Penggunaan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)
dikolaborasi dengan diskusi dan tanyajawab serta menggunakan Lembar Kerja
Siswa. Penggunaan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)yang disertai
diskusi dan tanya jawab berbantuan Lembar Kerja Siswa, akhirnya dapat
meningkatkan ativitas dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran secara total.
Diskusi dan komunikasi antar siswa, antara siswa dan guru menjadilebihhidup
dan bergairah. dengan demikian dapat dikatakan bahwa Penggunaan Pendekatan
Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)dapat meningkatkan hasil belajar
Pembelajaran Tematikpada siswa Kelas VSD Negeri 2 Banjar TengahSemester 1
Tahun Pelajaran 2022/2023.
Sementara itu hasil pengamatanSiklus II pada pelajaran Pembelajaran
Tematik, diketahui bahwa Penggunaan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat
(STM) sudah menunjukkan hasil sesuai dengan yang diharapkan dimana hampir
semua aspek yang dipengamati telah menunjukkan hasil baik yakni:
1) Siswa siap menerima cara-cara mengajar baru yang diterapkan guru.
2) Media/alat bantu pembelajaran yang digunakan sesuai dengan
karakteristik materi dan kebutuhan siswa.
3) Guru menguasai dengan baik keterampilan membuka dan menutup
pembelajaran.
4) Guru menguasai dengan baik keterampilan membimbing kelompok
kecil dalam pembelajaran.
5) Guru menguasai dengan baik keterampilan mengelola kelas dalam
pembelajaran.
6) Guru menguasai dengan baik keterampilan mengajar kelompok kecil
dan perorangan dalam pembelajaran.
Dari paparan di atas tidakterdapat masalahkhusus yang perludiperbaiki
dandengandemikian tidakdiperlukanlagidilakukanperbaikanmelalui
19

siklusberikutnya. Semua aspek yang dinilai dan diamati sudah memenuhi


indikator keberhasilan tindakan sehingga hasil penelitian telah mampu
menjawab rumusan masalahyang diajukan pada penelitian ini, sehingga
penelitian yang dilakukan dapat dikatakan berhasil.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari uraian dan pembahasan yangtelah dikemukakandi atasdapat
dipetikbeberapasimpulan sebagaiberikut.: 1) Pembelajaran dengan Pendekatan
Sains-Teknologi-Masyarakat (STM), dapatmeningkatkanrata-rata hasil belajar
siswa dalam kemampuan memahami Manusia dan Lingkunganpada
Pembelajaran TematikKelas VSD Negeri 2 Banjar Tengah,Semester 1 Tahun
Pelajaran 2022/2023, denganrata-rata 66,67pada Pra Siklus,73,33pada Siklus I,
dan 80,42pada Siklus II; 2) Pembelajaran dengan Pendekatan Sains-Teknologi-
Masyarakat (STM), dapatmeningkatkanketuntasanhasil belajar siswa dalam
kemampuan memahami Manusia dan Lingkunganpada Pembelajaran
TematiksiswaKelas VSD Negeri 2 Banjar Tengah,Semester 1 Tahun Pelajaran
2022/2023, denganketercapaian 41,67%pada Pra Siklus,75,00%pada Siklus
I,dan91,67%pada Siklus II.
Saran
Berdasarkankesimpulan yang diuraikandi atasdalam rangka
melaksanakanperbaikanpembelajaran,makasaran-saran yangdapat dikemukakan
adalahsebagaiberikut. 1) Kepada para siswa disarankanagartekun dan
rajinmengikuti perbaikanpembelajaranyang dilaksanakan olehgurukarena
berdampakakanlebihmudahmemahamikonsep-konsep yangdipelajari, lebih
aktifdan kreatif dalam prosses pembelajaran, danmeningkatkan
hasilbelajarsecara optimal; 2) Kepada para gurumatapelajarandisarankanagar
menggunakan hasil perbaikanpembelajaraniniuntukmeningkatkan
kualitaspengelolaan pembelajaranyang diampunya, meningkatkan
profesionalitas, meningkatkan kesempatan dan peran aktifdalam
mengembangkanpengetahuan dan keterampilan, sertadapat
memecahkanmasalah-masalah pembelajarandengan berpedomanpadalangkah-
langkahpenelitianilmiah.3) Kepada kepala sekolahdisarankanagar menggunakan
20

hasil perbaikanpembelajaraniniuntuk lebihmengefektifkan


pelaksanaanpembelajarandisekolah, danmeningkatkan prestasisekolah; 4)
Kepada pemerintah dan masyarakatdisarankanagar menggunakan hasil
perbaikanpembelajaraniniuntukmeningkatkan kepercayaanterhadapsekolah dan
bahanmasukan bagi pemerintah dalamdalam upayannya meningkatkan mutu
pendidikan khususnyamutu pendidikan
ditingkatSekolahDasardiKabupatenJembrana, danmeningkatkan
partisipasimasyarakatterhadapdunia pendidikan.

DAFTARPUSTAKA
Anitah W, Sri dkk. (2011). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka
Depdiknas. (2008). Media Pembelajaran dan Sumber Belajar. Jakarta: Direktorat
Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan.
Depdiknas.(2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Gagne, Robert M. (1977). The Conditions of Learning.Third Edition. New York:
Holt, Reinhart and Winston.
Hamzah B. Uno. (2011). Model Pembelajaran Menciptakan Proses belajar
Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara
Mikarsa Hera Lestari, Agus Taufik, Puji Lestari Prianto. (2013). Pendidikan Anak
SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Poedjiadi, A. (2005). Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Sadia I Wayan. (2009). Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat Dalam
Pembelajaran Sains. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
Wardani, IGAK, dkk.(2013). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas
Terbuka.
------, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan
Nasional.

Anda mungkin juga menyukai