PENDAHULUAN
1
2
Beberapa identifikasi masalah yang ada dalam penelitian ini dan sering
terjadi dalam pembelajaran IPA, khususnya bagi siswa sekolah dasar adalah
sebagai berikut: (1) selama ini siswa masih pasif dalam proses pembelajaran IPA;
(2) masih rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap konsep IPA yang
diajarkan; dan (3) kurangnya peranan guru dalam mengaitkan konsep IPA dengan
perkembangan sains, dampak terhadap lingkungan, dan manfaat pembelajaran
terhadap kehidupan di masyarakat.
Pembelajaran IPA yang dilakukan saat ini sebagian besar masih sekedar
memberikan konsep-konsep sains, tanpa membahas keterkaitan dan penerapan
dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut memunculkan kecenderungan bahwa
tolok ukur keberhasilan pembelajaran hanya dilihat dari nilai tes dan ujian IPA
saja. Tetapi sebenarnya ada sisi lain yang lebih penting dalam menentukan
keberhasilan pembelajaran IPA, yaitu adanya aplikasi sains ke bentuk teknologi,
dan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat.
Sejarah juga membuktikan bahwa kehidupan di masa lalu beserta
pendidikan generasi mudanya kurang memperhatikan terhadap lingkungan
sekitar. Setiap produk yang dihasilkan, baik teknologi maupun sumber daya
manusianya berlomba-lomba untuk mengeksplorasi kekayaan bumi tanpa
memperhatikan akibat yang ditimbulkan di masa yang akan datang. Setelah
berbagai masalah dalam kehidupan yang disebabkan oleh kerusakan bumi begitu
menggejala, barulah sebagian negara, beberapa lembaga swadaya masyarakat dan
aktivis pecinta lingkungan hidup bersuara. Sejak itulah dalam dunia pendidikan
mulai diintegrasikan pendidikan berwawasan lingkungan, termasuk dalam
pembelajaran IPA.
Pembelajaran IPA berwawasan SETS (Science, Environment, Technology,
and Society) bertujuan untuk memperkenalkan kepada siswa tentang pemikiran
yang preventif dan kuratif terhadap lingkungan beserta isinya (Achmad Binadja,
1999: 5). Secara umum, pembelajaran berwawasan SETS adalah pembelajaran
dengan cara pandang terhadap unsur-unsur SETS, yaitu Science (Ilmu
3
B. Identifikasi Masalah
Sesuai fakta pada latar belakang masalah, maka beberapa permasalahan
dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1. Dalam kenyataannya masih banyak guru yang menerapkan strategi pembelajaran
konvensional, sehingga berdampak negatif terhadap lemahnya daya serap
siswa. Pembelajaran konvensional dengan metode ceramah merupakan cara
yang paling aman dilakukan guru untuk mengejar pencapaian target
pembelajaran. Padahal, pencapaian suatu kompetensi sebagaimana tertuang
dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan variasi metode
pembelajaran bagi siswa.
2. Perkembangan sains dan teknologi serta dampaknya pada lingkungan dan
masyarakat, menjadi semakin tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia.
Sehingga, meniadakan keterkaitan keempat unsur tersebut menjadi tidak
relevan dalam konteks pendidikan masa kini. Tugas seorang guru dalam hal ini
adalah membuat agar proses pembelajaran pada siswa berlangsung secara efektif
dan bermakna. Diperlukan sebuah strategi belajar yang lebih memberdayakan
siswa dan strategi belajar tersebut harus dapat membantu siswa memahami teori
secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empirik serta menerapkan
5
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan beberapa identifikasi masalah tersebut, maka batasan
masalah yang akan dikaji lebih dalam pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Subjek penelitian, yaitu siswa Kelas VI SD Pringapus 02 Kabupaten
Semarang tahun pelajaran 2009/2010.
2. Objek penelitian, yaitu pendekatan SETS sebagai salah satu alternatif
pembelajaran IPA Konsep Keseimbangan Ekosistem, yang bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa, serta keaktifan siswa
secara menyeluruh dalam pembelajaran, ditunjukkan oleh analisis nilai tes,
nilai LKS, dan deskripsi hasil observasi.
D. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini sesuai dengan batasan masalah
yang telah diuraikan adalah sebagai berikut.
Apakah melalui pembelajaran berwawasan SETS (Science, Environment,
Technology, and Society) dapat meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa
Kelas VI SD Pringapus 02 Kabupaten Semarang terhadap pembelajaran IPA
Konsep Keseimbangan Ekosistem?
6
F. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengenalkan kepada siswa sekolah dasar tentang pembelajaran IPA
berwawasan SETS (Science, Environment, Technology, and Society).
7
G. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi bagi
dunia pendidikan untuk mengembangkan strategi pembelajaran IPA melalui
pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society), sehingga
kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan. Sedangkan dari segi praktis, penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak berikut.
1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat djadikan sebagai motivasi untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui pendekatan SETS.
2. Bagi siswa, penelitian ini merupakan umpan balik dalam memecahkan
permasalahan yang timbul dalam pembelajaran IPA sehingga mampu
mencapai hasil belajar secara maksimal.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik
dalam rangka perbaikan pembelajaran IPA, khususnya pada sekolah tempat
penelitian dan sekolah lain pada umumnya.
8
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Tinjauan tentang Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Beberapa ahli mendefinisikan pengertian pembelajaran dalam
sudut pandang yang berbeda-beda. Max Darsono dkk. (2002: 2)
menjelaskan pengertian pembelajaran secara umum adalah suatu kegiatan
yang dilakukan oleh seorang guru sedemikian rupa, sehingga tingkah
laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Suyitno (2004: 2)
berpendapat bahwa pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan
pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan
siswa yang beragam agar terjadi interaksi yang optimal antara guru
dengan siswa, serta siswa dengan siswa.
TIM MKDK (1990: 10) menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar dan mengajar. Pembelajaran
merupakan suatu kegiatan kompleks, membutuhkan banyak keterampilan
untuk membimbing anak didik dalam memperkembangkan diri sesuai
dengan tujuan belajar yang ingin dicapai. Mengajar bukan lagi suatu
penyampaian atau penerusan pengetahuan belaka. Namun lebih luas lagi
bahwa mengajar adalah suatu aktifitas perbuatan dalam rangka
membimbing anak didik menuju perubahan tingkah laku sesuai kebutuhan
individu atau kebutuhannya sebagai anggota masyarakat. Pembelajaran
secara umum adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar mereka
dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Guru berfungsi
sebagi fasilitator yaitu orang yang menyediakan fasilitas dan menciptakan
situasi yang mendukung, agar siswa dapat mewujudkan kemampuan
belajarnya.
8
9
b. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah membantu siswa agar memperoleh
berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa akan
bertambah, baik kualitas maupun kuantitasnya. Tingkah laku yang
dimaksud, meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang
berfungsi sebagi pengendali sikap dan perilaku siswa. Unsur-unsur
dinamis dalam pembelajaran kongruen dengan unsur-unsur dalam belajar.
Artinya, unsur-unsur yang diperlukan dalam belajar dan keadaannya
berubah-ubah juga terdapat dalam diri guru (motivasi dan kesiapan
membelajarkan siswa), dan pada upaya guru menyiapkan bahan
pembelajaran, alat bantu pembelajaran, suasana pembelajaran, dan kondisi
atau kesiapan siswa mengikuti pembelajaran, baik secara fisik maupun
psikologis.
Pembelajaran dapat berhasil, dan bermakna, apabila keaktifan
siswa diutamakan. Sehingga dalam pembelajarannya, dominasi guru perlu
dikurangi dan keaktifan siswa lebih ditingkatkan. Pembelajaran dapat
berhasil, dan bermakna, apabila keaktifan siswa diutamakan. Sehingga
dalam pembelajarannya, dominasi guru perlu dikurangi dan keaktifan
siswa lebih ditingkatkan. Hal ini pada dasarnya sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh British Audio Visual (dalam Sudjarwo,
1985: 136) bahwa jika proses pembelajaran dilakukan hanya
menggunakan metode membaca saja, pengetahuan yang diperoeh dapat
mengendap hanya 10%, sedangkan bila dengan mendengarkan saja,
pengetahuan hanya mengendap 20%. Melalui melihat saja, pengetahuan
10
c. Ciri-ciri Pembelajaran
Pembelajaran merupakan kegiatan yang memproses dan unsur
fundamental dalam setiap penyelenggaraan pendidikan. Berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses belajar siswa, baik
di lingkungan sekolah, luar sekolah, atau di rumah. Kekeliruan persepsi
terhadap proses pembelajaran dan hal-hal yang berkaitan dengan hal
tersebut, dimungkinkan akan berakibat kurang berkualitasnya hasil belajar
yang dicapai siswa. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar semata-
mata menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau
pelajaran. Pendapat seperti ini biasanya menjadikan orangtua puas jika
anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah,
meskipun tanpa pengetahuan, karakter, serta tujuannya.
Guru selalu mengharapkan agar siswa memperoleh hasil yang
optimal dalam pembelajaran. Tetapi dalam kenyataannya, banyak siswa
yang menunjukkan gejala tidak dapat mencapai hasil belajar sesuai
harapan guru tersebut. Beberapa siswa menunjukkan nilai yang masih
rendah, meskipun telah dilakukan berbagai upaya perbaikan oleh guru.
Untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus mengetahui
ciri-ciri pembelajaran, sehingga pembelajaran yang diberikan dapat lebih
terarah dan sesuai dengan tujuannya.
11
3) Tujuan
Sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai.
Seperti sistem transportasi, sistem komunikasi, sistem pemerintahan,
semuanya memiliki tujuan.
Jika disimpulkan berdasakan kedua pendapat tersebut, maka ciri utama
pembelajaran adalah usaha sadar dan sistematis untuk menciptakan suasana
belajar yang aman, menarik, dan membangkitkan motivasi siswa.
Gambar 2.1 Keterkaitan Unsur SETS yang Berfokus pada Sains (Achmad
Binadja, 1999: 4)
13
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPA merupakan serangkaian proses yang kompleks dan
saling berhubungan antara materi satu dengan lainnya. Konsep awal yang
diterima siswa menjadi syarat untuk penguasaan konsep berikutnya. Pengetahuan
awal siswa pada setiap pengalaman belajarnya akan berpengaruh terhadap
bagaimana mereka akan belajar dan apa yang akan mereka pelajari selanjutnya.
IPA juga merupakan suatu proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai
gejala alam. Sehingga, diperlukan suatu tata cara tertentu yang sifatnya analitis,
cermat, lengkap, serta menghubungkan gejala alam yang satu dengan gejala alam
lain, sehingga keseluruhannya membentuk sudut pandang yang baru dan utuh
dterhadap objek yang diamati.
Salah satu penyebab rendahnya pemahaman dan aktivitas siswa dalam
pembelajaran IPA disinyalir disebabkan oleh penerapan pola pembelajaran yang
masih konvensional. Pembelajaran masih berpusat pada materi, sehingga
dianggap membosankan bagi siswa dan mengurangi daya kreativitas berpikir
siswa. Pembelajaran IPA yang dilakukan saat ini juga sebagian besar masih
sekedar memberikan konsep-konsep sains, tanpa membahas keterkaitan dan
penerapan alam kehidupan sehari-hari. Tolok ukur keberhasilan pembelajaran
hanya dilihat dari nilai tes dan ujian IPA saja. Terdapat sisi lain yang lebih
penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran IPA, yaitu adanya aplikasi
sains ke bentuk teknologi, dan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat.
22
Sesuai dengan kajian teori dan kerangka berpikir yang sudah diuraikan,
maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Dengan menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and
Society) akan dapat meningkatkan pemahaman dan aktivitas siswa pada
pembelajaran IPA Konsep Keseimbangan Ekosistem.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelas VI SD Negeri
Pringapus 02 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Peneliti memilih SD
Negeri Pringapus 02 sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa
sekolah tersebut merupakan tempat peneliti mengajar, sehingga peneliti
mengetahui secara pasti kondisi belajar siswa dan dapat terlibat secara langsung
dalam penelitian. Penelitian dilaksanakan secara kolaborasi dengan melibatkan
seorang rekan guru. Tim kolaborasi tersebut berfungsi sebagai observer selama
peneliti melaksanakan penelitian. Selain melaksanakan pengamatan terhadap
pembelajaran IPA dengan menggunakan metode pembelajaran IPA dengan
pendekatan SETS, tim kolaborasi juga melakukan analisis dan refleksi, untuk
menganalisa kekurangan dan kelebihan pada setiap tindakan.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VI SDLB SD Negeri Pringapus
02 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2010/2011 dengan
jumlah siswa 27 orang, yang terdiri dari 10 siswa putra dan 7 siswa putri.
Pertimbangan peneliti memilih siswa Kelas VI sebagai subjek penelitian karena
nilai rata-rata ulangan IPA untuk Konsep Keseimbangan Ekosistem pada kelas
tersebut masih rendah. Selain pertimbangan tersebut, peneliti juga
mempertimbangkan masih rendahnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
IPA.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, sebagai
berikut.
24
25
1. Sumber data primer, diperoleh dari analisis hasil tes akhir dan hasil LKS
setelah dilakukan pembelajaran IPA dengan pendekatan SETS
2. Sumber data sekunder, diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh
teman sejawat (observer), meliputi data dokumentasi, lembar observasi, dan
hasil wawancara.
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1990 : 3). Terdapat empat variabel dalam
penelitian ini, sebagai berikut.
1. Pengembangan kegiatan pembelajaran IPA pada Konsep Keseimbangan
Ekosistem dengan menggunakan pendekatan SETS, meliputi persiapan,
pelaksanaan pengajaran, dan evaluasi yang dilakukan oleh guru. Aspek yang
diamati adalah kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran, dan
kemampuan guru mengelola kegiatan belajar mengajar. Pengamatan
dilakukan oleh observer dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir.
2. Sikap ilmiah dan keterampilan proses siswa dalam pembelajaran IPA pada
Konsep Keseimbangan Ekosistem melalui pendekatan SETS. Sikap ilmiah
dan keterampilan proses siswa diamati oleh observer dalam lembar
pengamatan.
3. Respon siswa dan observer setelah dilaksanakan pembelajaran IPA pada
Konsep Keseimbangan Ekosistem dengan menggunakan pedekatan SETS.
4. Pemahaman siswa terhadap Konsep Keseimbangan Ekosistem yang diajarkan
dengan pendekatan SETS, yang ditunjukkan oleh hasil tes evaluasi dan hasil
pengerjaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
1. Observasi
Mulyono Seputra (1994: 440) berpendapat bahwa observasi
merupakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan
terhadap objek penelitian Sedangkan E. Kristi (1998: 63) mengemukakan
pendapatnya bahwa, observasi merupakan metode pengumpulan data esensial
dalam penelitian, terutama penelitian dengan pendekatan kualitatif. Suharsimi
Arikunto (1997: 146-147) memberikan batasan, bahwa observasi merupakan
kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan
seluruh alat indera. Depdikbud (1983: 191) mendefinisikan observasi sebagai
metode pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja
melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang diselidiki.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud observasi adalah pengamatan secara langsung maupun tidak
langsung pada subjek penelitian yang bertujuan untuk mencatat segala
perilakunya. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan secara langsung oleh
teman sejawat sebagai observer dalam tim kolaborasi terhadap aktivitas siswa
selama pembelajaran berlangsung.
2. Wawancara
Menurut Mulyono Seputra (1994: 423), ”Wawancara merupakan
metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara
peneliti dengan responden dan dilakukan secara sistematis sesuai dengan
tujuan penelitian. Suharsimi Arikunto (1997: 145) mengartikan wawancara
sebagai sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi dari terwawancara. Masih dalam pengertian wawancara, E. Kristi
(1998: 72) mengartikan wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.
27
3. Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (1997: 148), metode dokumentasi adalah
cara memperoleh data dari masing-masing tertulis. Teknik ini berfungsi untuk
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan
sebagainya. Priyono (2000: 83) berpendapat bahwa teknik dokumentasi
adalah cara-cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah
ada.
Sesuai pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan
dokumentasi adalah cara mencari data secara tertulis mengenai variabel
penelitian. Teknik dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk
mendapatkan data tentang nama-nama subjek penelitian, hasil belajar siswa,
situasi dan kondisi siswa saat pembelajaran IPA dengan pendekatan SETS.
4. Tes
Menurut S. Hamid Hasan dan Asmawi Zaenul, (1992: 21), tes adalah
pengumpulan data atau informasi yang dirancang khusus sesuai dengan
karakteristik informasi yang diinginkan oleh evaluator. Ogn. Masidjo (1995:
38) mengemukakan pengertian tes bahwa, Tes adalah sebagai suatu alat ukur
yang berupa serangkaian pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja dalam
situasi yang distandarisasikan dan yang dimaksudkan untuk mengukur
kemampuan hasil belajar individu atau kelompok. Mulyono Seputra (1994:
413) berpendapat bahwa tes merupakan serangkaian latihan yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, sikap, intelegensi, kemampuan,
dan bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
28
F. ValidasiData
Validitas data digunakan untuk mengetahui tingkat keabsahan suatu data
sebelum diujikan kepada sampel penelitian. Suharsimi Arikunto (2004: 144)
berpendapat bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen valid adalah dapat
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Jenis validitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah validitas internal. Validitas internal
intrumen dapat dicapai jika terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen
dengan instrumen secara keseluruhan. Dengan kata lain, sebuah intrumen
memiliki validitas internal apabila setiap bagian instrumen mendukung tujuan
instrumen secara keseluruhan, yaitu mengungkap data dari variabel yang
dimaksud.
Pengujian kredibilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara triangulasi. Menurut Lexy J. Moleong seperti yang dikutip oleh Sarwiji
Suwandi (2008: 69), triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan
memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
pembandingan data. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data. Untuk
menjamin apakah instrumen dalam penelitian ini benar-benar dapat digunakan
untuk mengukur variabel yang sebenarnya, maka peneliti melakukan beberapa
upaya, antara lain: (1) peneliti melakukan uji coba soal tes kepada siswa selain
subjek penelitian, kemudian hasil uji coba tersebut dianalisis untuk diketahui soal
yang valid dan tidak valid; (2) peneliti melakukan wawancara dengan guru-guru
pada sekolah penelitian untuk mengetahui pandangan mereka tentang hambatan-
hambatan siswa tunagrahita dalam memahami pelajaran IPA, khususnya Konsep
Keseimbangan Ekosistem; dan (3) Peneliti mengkonsultasikan seluruh instrumen
penelitian pada kepala sekolah, dan rekan sejawat untuk diketahui keabsahannya.
30
G. Reliabilitas Data
Reliabilitas artinya memiliki sifat dapat dipercaya. Forcese dan Richer
(dalam Rakhmar, 1993: 17) menjelaskan bahwa suatu alat ukur dapat memiliki
reliabilitas apabila dipergunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama atau peneliti
lain tetap memberikan hasil yang sama. Suharsimi Arikunto (2006: 168)
berpendapat bahwa instrumen yang reliabel dapat menghasilkan dapat yang dapat
dipercaya; datanya memang benar sesuai kenyataannya, berapa pun diambil.
Reliabilitas mengandung makna stabilitas (tidak berubah-ubah), konsistensi
(ajeg), dan dependabilitas (dapat diandalkan).
Untuk menunjukkan reliabilitas intrumen dalam penelitian ini, maka
peneliti melakukan beberapa upaya, yaitu: (1) memberikan uraian deskriptif
terhadap data secara konkrit sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran dalam
penafsiran; (2) meminta saran dan pendapat kepada pihak yang dipandang mampu
memberikan informasi yang berkaitan; dan (3) mencatat segala bentuk informasi
dari responden tentang masalah terkait.
Data hasil belajar siswa dianalisis dengan melakukan tes pada setiap akhir
pertemuan pembelajaran. Hasil tes akhir dinilai dengan angka antara 10 sampai
dengan 100. Hasil LKS juga dinilai seperti hasil tes, yaitu berupa angka 10
sampai dengan 100. Hasil tes siswa dan hasil LKS siswa kemudian diolah sebagai
hasil belajar dengan rumus sebagai berikut.
Skor yang diperoleh
Hasil belajar x 100%
Jumlah skor maksimal
Siswa dikatakan mencapai atau melampaui hasil belajar jika nilai siswa
menunjukkan sama atau lebih besar dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
yang ditetapkan, yaitu 50. Jika nilai siswa kurang dari KKM, maka dikatakan
belum tercapai.
Berdasarkan hasil belajar siswa secara individu, dapat diperoleh
pencapaian belajar secara klasikal (kelas) dengan rumus sebagai berikut.
I. Indikator Kinerja
Keabsahan data dalam penelitian ini berkaitan dengan hasil simpulan yang
diperolah dari hasil observasi rekan sejawat, hasil wawancara dengan siswa, hasil
pengerjaan LKS, dan hasil tes siswa. Tolok ukur keberhasilan dalam penelitian ini
dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut.
1. Guru (peneliti) terampil menerapkan pendekatan SETS dalam pembelajaran
IPA Konsep Keseimbangan Ekosistem.
2. Sekurang-kurangnya 75% dari jumlah seluruh siswa di kelas memenuhi target
pencapaian hasil belajar IPA Konsep Keseimbangan Ekosistem..
3. Meningkatnya keaktifan dan partisipasi siswa secara menyeluruh dalam
pembelajaran IPA Konsep Keseimbangan Ekosistem menggunakan
pendekatan SETS.
4. Guru terampil dalam membuat perencanaan pembelajaran IPA dengan
pendekatan SETS untuk Konsep Keseimbangan Ekosistem.
J. Prosedur Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dirancang untuk dilaksanakan dalam dua
siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yakni tahap perencanaan, tahap
tindakan, tahap pengamatan, dan tahap analisis dan refleksi. Masing-masing
tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Tahap Perencanaan
Berdasarkan temuan permasalahan, maka guru kemudian menyusun
instrument penelitian, meliputi rencana pembelajaran dan lembar observasi.
Rencana pembelajaran didesain untuk mata pelajaran IPA Konsep
33
b. Siklus II
Fokus pembelajaran pada siklus II adalah sub konsep pemanfaatan bagan
tubuh tumbuhan dan hewan untuk kepentingan manusia. Langkah-langkah
pembelajarannya adalah sebagai berikut.
1) Guru mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pembelajaran,
mengemukakan tujuan pembelajaran, dan memotivasi minat siswa
dalam belajar dengan memberikan apersepsi (memberikan contoh
isue-isue SETS yang berhubungan dengan pemanfaatan bagian tubuh
tumbuhan dan hewan untuk kepenting manusia pada awal
pembelajaran).
2) Guru mengadakan diskusi informasi untuk:
a) Menjelaskan contoh-contoh pemanfaatan bagian tubuh tumbuhan
dan hewan untuk kepentingan manusia;
b) menjelaskan beberapa produk teknologi yang memanfaatkan
bagian tubuh tumbuhan dan hewan;
c) menjelaskan dampak negatif pemanfaatan bagian tubuh tumbuhan
dan hewan terhadap kelestarian;
d) menjelaskan keuntungan dan kerugian yang dapat ditimbulkan dari
pemanfaatan bagian tubuh tumbuhan dan hewan untuk
kepentingan manusia.
3) Guru mengevaluasi tingkat pemahaman siswa melalui pemberian tes
pada akhir pembelajaran.
35
c. Siklus III
Fokus pembelajaran pada siklus II adalah sub konsep cara-cara enghindari
pemusnahan hewan dan tumbuhan. Langkah-langkah pembelajarannya
adalah sebagai berikut.
1) Guru mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pembelajaran,
mengemukakan tujuan pembelajaran, dan memotivasi minat siswa
dalam belajar dengan memberikan apersepsi (memberikan contoh
isue-isue SETS yang berhubungan dengan cara-cara untuk
menghindari pemusnahan hewan dan tumbuhan pada awal
pembelajaran).
2) Guru mengadakan diskusi informasi untuk:
a) Menjelaskan cara-cara menghindari pemusnahan hewan dan
tumbuhan;
e) menjelaskan dampak pemusnahan hewan dan tumbuhan;
f) menjelaskan cara efektif pemanfaatan tubuh tumbuhan dan hewan
untuk kepentingan manusia.
3) Guru mengevaluasi tingkat pemahaman siswa melalui pemberian tes
pada akhir pembelajaran.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil tindakan pada penelitian ini adalah berupa pemahaman Konsep
Keseimbangan Ekosistem, termasuk keaktifan siswa dan guru dalam proses
pembelajaran. Evaluasi dilakukan pada saat pembelajaran sebagai penilaian
proses, dan akhir pembelajaran untuk penilaian produk. Penilaian proses, meliputi
penilaian lembar observasi (penyusunan rencana pembalajaran, kemampuan guru
dalam mengelola KBM, aktivitas siswa, dan sikap ilmiah siswa) dan lembar
kegiatan siswa. Sedangkan penilaian akhir adalah penilaian lembar evaluasi. Hasil
dari pelaksanaan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Hasil Penilaian Proses
a. Penilaian Lembar Observasi
1) Penyusunan Rencana Pembelajaran
Rencana pembelajaran yang diajarkan untuk penelitian ini ada tiga
buah, yaitu (a) Rencana Pembelajaran I, untuk Konsep Keseimbangan
Ekosistem sub konsep sifat-sifat udara; (b) Rencana Pembelajaran II, untuk
Konsep Keseimbangan Ekosistem sub konsep angin; dan (c) Rencana
Pembelajaran III, untuk Konsep Keseimbangan Ekosistem sub proses
pembakaran. Hasil dari pengamatan observer terhadap penyusunan rencana
pembelajaran, dapat dilihat dalam Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Penyusunan Rencana Pembelajaran
No Aspek yang Diamati Siklus I Siklus II Siklus III Rerata
1 Kesesuaian TPK dengan 80 83.7 90 84.57
pembelajaran bervisi SETS
2 Keterkaitan unsur-unsur 79 80.5 82.5 80.67
SETS dalam pembelajaran
36
37
B. Pembahasan
Pada bab I telah dijelaskan bahwa salah satu permasalahan dalam
pembelajaran IPA, khususnya di tingkat Sekolah Dasar adalah kurangnya peranan
guru dalam mengaitkan konsep IPA dengan perkembangan sains,dampak
terhadap lingkungan, dan manfaatnya bagi masyarakat. Pembelajaran IPA yang
dilakukan saat ini masih sekedar memberikan konsep-konsep sains, tanpa
membahas keterkaitan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
memunculkan kecenderungan bahwa tolak ukur keberhasilan pembelajaran hanya
dapat dilihat dari nilai tes dan ujian IPA saja.
Berdasarkan pemaparan permasalahan tersebut, maka peneliti mencoba
memperkenalkan dan menerapkan strategi yang cukup baru dalam pembelajaran
IPA di SD, yaitu pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and
Society). Pembelajaran IPA melalui pendekatan SETS adalah pembelajaran
konsep-konsep IPA dengan cara pandang terhadap unsur-unsur SETS, yaitu
(Science (Ilmu Pengetahuan), Environment (Lingkungan), Technology
(Teknologi) , dan Society (Masyarakat) yang diturunkan dengan landasan
filosofis sebagai suatu kesatuan unsur. Penelitian dilakukan pada siswa Kelas VI
SD Negeri Pringapus 02 kecamatan Pringapus Kab. Semarang dalam bentuk
tindakan kelas, dengan peneliti sebagai pelaksana pembelajaran dan dibantu dua
rekan guru sebagai observer (epngamat).
Pembelajaran IPA sebelumnya, guru hanya menggunakan satu strategi
pembelajaran, sehingga cenderung bersifat monoton. Hal tersebut mengakibatkan
kurang aktifnya siswa pada proses belajar mengajar. Setelah guru menerapkan
pendekatan SETS, maka keaktifan siswa mulai tampak. Keaktifan siswa tersebut
dapat ditunjukkan dari beberapa kegiatan pada saat pembelajaran, antara lain
44
pembelajaran IPA, rerata nilai belajar siswa meningkat. Hal tersebut dibuktikan
pada siklus I, rerata nilai belajar siswa sebesar 7,26; siklus II sebesar 7,59; dan di
siklus III sebesar 7,81.
Kenaikan hasil belajar siswa tersebut jika divisualisasikan dalam bentuk
grafik akan tampak seperti berikut.
Grafik 4.1 Kenaikan Hasil Belajar Tahap Pra Siklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus
III
Grafik Kenaikan Hasil Belajar
8
7.8
7.6
7.4
7.2
N ila i
7
6.8
6.6
6.4
6.2
6
5.8
Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus III
Tahap
kepada seluruh siswa, setelah selesai evaluasi pada siklus III. Semua siswa senang
jika pembelajaran IPA dilakukan dengan pendekatan SETS. Siswa mengharapkan
guru untuk dapat menerapkannya pada pembelajaran IPA dengan pendekatan
SETS di kesempatan yang lain. Observer juga memberikan pendapatnya bahwa
pendekatan SETS efektif diterapkan dalam pembelajaran IPA bagi siswa, karena
lebih banyak mengaktifkan siswa dan mampu mengintegrasikan konsep serta
penanaman sikap ilmiah siswa. Sedangkan masukan penting dari observer
sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan adalah agar pendekatan SETS
ini dapat diinformasikan dan diterapkan tidak hanya dalam pembelelajaran IPA,
tetapi juga mata pelajaran lain dengan pengembangan pembelajaran lebih lanjut.
Tujuan dari serangkaian proses pembelajaran yang telah dilakukan dalam
penelitian ini adalah agar siswa yang memiliki keterbelakangan mental,
setidaknya mempunyai bekal pemahaman konsep IPA yang benar, konsepnya
menjadi sederhana dan mudah diingat, yang selanjutnya dapat mereka aplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Indikator keberhasilan pelaksanaan pembelajaran
IPA dengan pendekatan SETS ini tentunya tidak dapat diamati secara langsung
pada saat pembelajaran. Tetapi, dengan sering mengajak siswa untuk menggali
ide terpendam mereka, mengaitkan pengetahuan awal siswa dengan konsep baru,
mengajak siswa untuk memprediksi, mengelompokkan, mengemukakan hipotesa,
serta menyimpulkan disertai pembuktian penafsiran disetiap pembelajaran IPA,
maka nilai-nilai dan sikap ilmiah dapat ditumbuhkan pada diri siswa, sehingga
tujuan pendekatan SETS dapat tercapai.
49
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada pembelajaran IPA dengan
pendekatan SETS yang sudah peneliti laksanakan di Kelas VI SDN Pringapus 02
kecamatan Pringapus kabupaten Semarang, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut.
1. Pembelajaran IPA berwawasan SETS sudah dapat dikenalkan kepada siswa Kelas
VI SDN Pringapus 02. Hal tersebut dibuktikan dari hasil wawancara terhadap siswa
mengenai respon siswa setelah dilaksanakan pembelajaran IPA berwawasan SETS.
Semua siswa senang jika pendekatan ini diterapkan dalam pembelajaran IPA, dan
mengharapkan pendekatan SETS dapat diterapkan pada mata pelajaran lainnya.
2. Pendekatan SETS dalam pembelajaran IPA mampu meningkatkan aktivitas siswa
dalam kegiatan belajar mengajar. Hasil penilaian terhadap sikap ilmiah siswa: (a)
siklus I, rerata penilaian 79,11%, dalam kategori baik, (b) siklus II, rerata penilaian
81,89%, dalam kategori baik, (c) siklus III, rerata penilaian 84,00%, dalam kategori
baik. Sedangkan hasil penilaian keterampilan proses siswa: (a) siklus I, rerata
penilaian 78,38%, dalam kategori baik, (b) siklus II, rerata penilaian 80,88%, dalam
kategori baik, (c) siklus III, rerata penilaian 83,25%, dalam kategori baik.
3. Pendekatan SETS dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran IPA
pada Konsep Keseimbangan Ekosistem. Hasil belajar IPA siswa meningkat dari
6,58 (sebelum menggunakanpendekatan SETS) menjadi 7,26 pada siklus I, siklus II
sebesar 7,59, dan siklus III sebesar 7,81 (setelah menggunakan pendekatan SETS).
Ketuntasan belajar siswa tercapai di siklus II, karena penilaian seluruh siswa berada
di atas kriteria ketuntasan belajar (7,5).
49
50
B. Saran
Saran yang dapat peneliti kemukakan sehubungan dengan penelitian yang sudah
dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Sebagai salah satu prosedur didaktik yang cukup baru, maka pendekatan SETS ini
dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran IPA bagi siswa, khususnya untuk
siswa Sekolah Dasar.
2. Penelitian mengenai pendekatan SETS ini diharapkan dapat dikembangkan lebih
lanjut, baik oleh guru maupun pengembang pendidikan lainnya, sehingga teknik-
teknik pendekatan SETS menjadi lebih baik, dan tujuan pembelajaran semakin
efektif dan efisien.
51
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Binadja. 1999. Pembelajaran dan Tujuan Pendidikan SETS dalam Konteks
Kehidupan Yang Ada. Makalah disajikan dalam seminar Lokakarya
Pendidikan SETS, kerjasama antara SEAMEO RESCAM dan UNNES, 14-15
Desember 1999.
Depdikbud. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Nasution, Noechi. 1998. Pendidikan IPA diSekolah Dasar. Jakarta: Balai Pustaka.
Tim Penyusun. 2003. Buku Pegangan Guru IPA 2 (Kelas VI SD). Klaten: Intan
Pariwara.
Oleh
Eny Puryati, S.Pd.