Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dari waktu ke wa

ktu semakin pesat. Fenomena tersebut mengakibatkan adanya pengaruh dalam ber

bagai bidang kehidupan, salah satunya bidang pendidikan. Dalam Perundang-unda

ngan tentang Sistem Pendidikan No. 20 tahun 2003, mengatakan bahwa Pendidika

n merupakan “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan p

embelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasa

n, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat”.

Pendidikan di Indonesia perlu mendapat perhatian dan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang menuntut peserta didik untuk memiliki pengetah

uan, sikap serta keterampilan belajar pada abad 21 untuk menghadapi kemajuan I

PTEK yang berkembang pesat dalam kehidupan global. Pemerintah juga telah mel

akukan upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia agar lebih baik d

ari masa-masa sebelumnya. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah

antara lain melengkapi sarana dan prasarana, serta penyempurnaan kurikulum. Pe

nyempurnaan kurikulum dari tahun 1994, kurikulum berbasis kompetensi, kurikul

um tingkat satuan pendidikan sampai kurikulum 2013 (K-13) yang diterapkan di I

ndonesia saat ini.

Pemerintah juga melakukan peningkatan terhadap kualitas pendidik seperti

mengadakan pelatihan, seminar nasional, MGMP dan lainnya. Tujuan pendidikan

tidak akan berhasil tanpa adanya pendidik yang menggunakan model, pendekatan
2

serta metode yang digunakan pada proses belajar mengajar. Tugas pendidik adala

h memberikan pelajaran berupa ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada pesert

a didik, juga sekaligus melatih dan membimbing serta mengarahkan peserta didik

nya agar dapat berakhlak mulia dan berpikir secara cerdas.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang Stan

dar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa proses pembelajaran pada suatu pend

idikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, m

emotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cuku

p bagi prakarsa kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perke

mbangan fisik serta psikologi peserta didik. Oleh karena itu pelaksanaan pembelaj

aran di kelas dapat diselenggarakan dengan interaktif, inspiratif dan menyenangka

n jika ada kerja sama antara pendidik dan peserta didik, sehingga dapat memberik

an motivasi pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Menurut Mundilarto dalam Meyrinda Tobing (2017:197) Fisika merupaka

n salah satu ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam dari segi materi dan energi

nya. Fisika sebagai ilmu dasar memiliki karakteristik yang mencakup bangun ilmu

yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, hukum, postulat, dan teori serta metodolog

i keilmuwan. Fisika mencakup keterampilan dalam proses penyelidikan yang meli

puti mengamati, mengukur, memahami konsep dalam fisika dan menerapkan ide p

ada situasi yang baru ditemukan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan dengan pendidik di kelas XI MIPA

SMA Negeri 1 Tigo Nagari yaitu kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 20

13 yang dimana peserta didik dituntut untuk aktif, kreatif, dan inovatif. Namun pa
3

da saat proses pembelajaran, penyampaian materi oleh pendidik masih bersifat sat

u arah atau masih menggunakan metode ceramah. Kondisi tersebut menyebabkan

pembelajaran menjadi kurang menarik dan tidak efektif. Walaupun dibeberapa ma

teri sudah mulai menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PB

L). Akan tetapi hasil yang diinginkan belum sesuai yang diharapkan, karena hasil

belajar peserta didik masih tergolong rendah dan kurangnya keaktifan peserta didi

k dalam pembelajaran yang membuat tidak terjadinya interaksi dua arah antara pe

ndidik dan peserta didik. Pendidik mengatakan bahwa peserta didik masih kesulita

n dalam menguasai materi fisika, konsep dan rumus.

Hasil observasi terhadap peserta didik, peserta didik mengatakan fisika itu

mata pelajaran yang sulit dipahami karena konsep dan rumusnya yang banyak. Pe

serta didik juga mengatakan pendidik lebih sering menggunakan buku paket kemu

dian menjelaskan materi di papan tulis. Jika peserta didik tidak paham akan materi,

mereka akan bertanya ke teman-temannya atau menunggu jawaban dari pendidik.

Hal ini didukung juga dari hasil observasi yaitu pada proses pembelajaran

berlangsung terlihat banyaknya peserta didik yang kurang aktif dalam

pembelajaran, sering keluar masuk kelas, berbicara dengan teman sebangku, jika

ditanya oleh pendidik tentang soal, peserta didik bingung dengan soal tersebut

sehingga berpikir kritis peserta didik rendah. Penggunakan metode ceramah dalam

proses pembelajaran membuat peserta didik lebih cenderung tidak mendengarkan

dan kurang aktif. Peserta didik juga berharap pendidik bisa menggunakan variasi

model atau pun metode dalam pembelajaran supaya bisa menarik minat belajar

peserta didik. Adanya masalah diatas akan menyebabkan kurangnya minat belajar
4

peserta didik terhadap pelajaran fisika dan akan berdampak pada hasil belajar pese

rta didik.

Hasil belajar peserta didik fisika pada nilai ujian tengah semester ganjil tah

un ajaran 2023/2024 diantaranya sebagai berikut:

Tabel 1. Persentase Ketuntasan Nilai UTS Semester 1 Fisika Peserta Didik


Kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Tigo Nagari
Kelas Jumlah Peserta Tuntas Tidak Tuntas
Didik Jumlah Persentase Jumlah Persentase
XI MIPA 1 35 17 48,57 18 51,43
XI MIPA 2 34 1 2,94 33 97,06
XI MIPA 3 34 4 11,76 30 88,24
XI MIPA 4 36 2 5,55 34 94,45
XI MIPA 5 33 5 15,15 28 84,85
Sumber: Pendidik Fisika SMA Negeri 1 Tigo Nagari

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat hasil belajar peserta didik banyak yang re

ndah dan banyak peserta didik yang tidak tuntas dari pada yang tuntas. Hal ini dis

ebabkan oleh rendahnya pemahaman konsep fisika peserta didik sehingga berdam

pak pada hasil belajarnya. Pemahaman konsep merupakan kemampuan peserta did

ik untuk mengungkapkan pengetahuan pembelajaran dalam bentuk lain yang mud

ah dimengerti serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi dapat disimpulkan bahwa peserta didik masih kurang memahami mate

ri yang disampaikan oleh pendidik karena masih menggunakan metode ceramah

(pembelajaran konvensional). Maka dari itu salah satu upaya yang dapat dilakuka

n yaitu menciptakan kegiatan belajar yang lebih menarik bagi peserta didik dan le

bih mudah dipahami dengan menggunakan pembelajaran yang diberikan permasal

ahan dalam kehidupan sehari dengan menggunakan pembelajaran STEM (Science,

Technology, Engineering, Mathematics) berbasis ESD (Education for Sustainable

Development) terhadap berpikir kritis peserta didik.


5

Model pembelajaran STEM mengharuskan siswa untuk bisa memecahkan

masalah, membuat pembaruan, menemukan/merancang hal baru, memahami diri,

melakukan pemikiran logis dan menguasai teknologi. Pendidikan ini difokuskan p

ada dunia nyata dan masalah otentik akan membuat siswa memiliki pengetahuan y

ang mendalam, bersifat dinamis dan kreatif, sehingga dapat menciptakan generasi

unggul (Sariah, 2016:4). Beberapa kelebihan dalam pembelajaran STEM yaitu pes

erta didik diberi kesempatan untuk menghubungkan yakni pengetahuan dengan pe

ndekatan interdisipliner dan menerapkannya berdasarkan konteks dalam dunia nya

ta pembelajarannya pun berbasis masalah.

Berpikir kritis merupakan suatu proses dimana peserta didik dituntut untuk

menganalisis fakta untuk membentuk penilaian. Adapun untuk mengukur

kemampuan berpikir kritis peserta didik diperlukan beberapa indikator. Menurut

Maulana (2017:7) berpikir kritis dapat diukur oleh beberapa indikator: 1)

Menganalisis dan mengklasifikasi pernyataan, 2) Mengidentifikasi dan

mengevaluasi asumsi yang ada, 3) Menyusun klarifikasi dengan pertimbangan

yang bernilai, 4) Menyusun penjelasan, dan 5) Membuat kesimpulan dan

argument. Dengan menggunakan pembelajaran STEM yang dintegrasikan ke dala

m ESD akan berdampak positif yaitu akan meningkatnya kemampuan berpikir krit

is peserta didik.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dalam penelitian in

i akan menerapkan pembelajaran STEM berbasis ESD terhadap berpikir kritis pes

erta didik kelas XI SMA Negeri 1 Tigo Nagari.

B. Identifikasi Masalah
6

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, adapun identif

ikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran fisika karena pendidik

menggunakan metode ceramah

2. Peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi fisika karena rum

usnya.

3. Rendahnya hasil belajar peserta didik karena kurangnya pemahaman konsep p

eserta didik pada materi fisika.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, Peneliti hanya membatasi permasalah pa

da:

1. Proses pembelajaran masih menggunakan metode ceramah sehingga perlu dit

erapkan variasi pada pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang diterapkan

yaitu dengan menggunakan pembelajaran STEM berbasis ESD diharapkan da

pat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada materi fisika.

2. Berpikir kritis peserta didik dilihat dari ranah kognitif dan ranah afektif.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam peneli

tian ini adalah “Apakah terdapat Pengaruh Penerapan Pembelajaran STEM Berbas

is ESD Terhadap Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 1 Tigo Nag

ari?”

E. Tujuan Penelitian
7

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adal

ah untuk melihat Pengaruh Penerapan Pembelajaran STEM Berbasis ESD Terhad

ap Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 1 Tigo Nagari.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah

dan tujuan masalah, maka penelitian ini bermanfaat untuk:

1. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengasah kemampuan dalam penerapan pembelajaran STEM b

erbasis ESD yang nantinya diharapkan berguna dalam dunia pendidikan khus

usnya dalam proses belajar mengajar.

2. Bagi peserta didik

Peserta didik dapat menjadikan penerapan pembelajaran STEM berbasis ESD

sebagai salah satu cara untuk memahami konsep fisika dengan cara yang baru

dan lebih menarik dalam proses pembelajaran.

3. Bagi pendidik

Pendidik dapat memanfaatkan penerapan pembelajaran STEM berbasis ESD

untuk menunjang pembelajaran agar peseta didik lebih tertarik untuk belajar

fisika.

4. Bagi sekolah

Sekolah dapat menjadikan pembelajaran STEM berbasis ESD ini sebagai pem

belajaran meningkatkan kualitas dan mutu hasil pembelajaran fisika.


8

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Belajar dan Pembelajaran Fisika

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan baik secara tingkah laku yang baru atau sebagai

hasil pengalaman sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Slameto,


9

2010:2). Jadi belajar merupakan perubahan perilaku seseorang dari hasil

interaksinya dengan lingkungan sekitar yang menjadi titik acuan untuk melihat

suatu perkembangannya. Didalam kegiatan belajar terdapat proses pembelajaran.

Pembelajaran adalah upaya yang dilaksanakan secara sistematis dilakukan oleh pe

ndidik dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran agar efektif dan efisien dimana

kegiatan pembelajaran dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Aqib

Z. 2013: 66).

Pembelajaran bermutu adalah pembelajaran efektif yang pada intinya men

yangkut kemampuan pendidik dalam proses pembelajaran di kelas akan sangat me

nentukan mutu hasil pembelajaran yang akan diperoleh peserta didik. Untuk menc

iptakan suatu pendidikan yang bermutu, maka salah satu upaya yang dilakukan pe

ndidik adalah dengan membentuk pola berpikir kritis bagi peserta didik. Salah sat

u pembelajaran yang membutuhkan pemikiran kritis oleh peserta didik yaitu pemb

elajaran fisika.

Pembelajaran fisika adalah salah satu pembelajaran sains sehingga dalam k

egiatan pembelajarannya harus meliputi proses, sikap ilmiah, dan produk. Pembel

ajaran fisika juga tidak hanya memberikan kemampuan terhadap peserta didik unt

uk menyelesaikan soal-soal saja, tetapi juga untuk melatih agar peserta didik ma

mpu berpikir kritis, logis dan sikap ilmiah lainnya.

B. Pembelajaran STEM (Science, Technology Engineering and Mathematics)

1. Pengertian Pembelajaran STEM

STEM dikenalkan oleh NSF (National Science Foundation) Amerika Seri

kat th 1990. Science merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum-huku


10

m alam serta perlakuan atau penerapan fakta. Technology memberi kemudahan un

tuk mengakses data dan segala kebutuhan manusia. Engineering adalah penerapan

dari teknologi untuk menyelesaikan permasalahan, dan Mathematics yaitu konsep

perhitungan yang dipakai untuk konseptualisasi permasalahan dalam kehidupan se

hari-hari. STEM dalam proses pembelajaran adalah suatu pendekatan yang pembe

lajarannya terdapat integrasi antara empat aspek yang memfokuskan terhadap mas

alah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran STEM adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan p

ada hubungan pengetahuan dan keterampilan (STEM). Pendekatan ini dapat men

ciptakan sebuah pembelajaran secara menyatu dan pembelajaran yang aktif karena

semua aspek dalam STEM dibutuhkan secara bersamaan untuk menyelesaikan ma

salah. Melalui pendekatan STEM (Sumaji, 2019:8), kemampuan berpikir kritis ma

tematis siswa dikembangkan agar mampu memecahkan masalah dengan berpikir k

ritis, bernalar secara logis dan sistematis serta mampu untuk berkomunikasi, berko

laborasi dan mengikuti perkembangan teknologi.

Berkembangnya pendidikan STEM ini akan menghasilkan pengalaman dal

am kehidupan peserta didik. Berikut empat aspek dalam pendekatan STEM yaitu s

ebagai berikut:

a. Science, Kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam mengeksplor berbagai

informasi berdasarkan kemampuannya dalam pengetahuan.

b. Technology, Kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk menentukan softwa

re untuk membantu menyelesaikan permasalahan.


11

c. Engineering, Kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam mengoperasikan s

oftware untuk membantu meyelesaikan permasalahan.

d. Mathematics, Kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam analisis, memberi

kan ide/gagasan untuk memperoleh serta mengamati kesimpulan kembali.

Kolaborasi dalam proses pembelajaran, STEM akan membantu peserta did

ik untuk mengumpulkan dan menganalisis serta memecahkan permasalahan yang t

erjadi serta mampu untuk memahami hubungan antara suatu permasalahan dan ma

salah lainnya. STEM dalam dunia pendidikan bertujuan selaras dengan tuntutan p

endidikan abad 21, yaitu agar peserta didik memiliki literasi sains dan teknologi y

ang berdampak dari membaca, menulis, mengamati, serta melakukan sains, serta

mampu mengembangkan kompetensi yang telah dimilikinya untuk diterapkan dal

am menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang terkait bidang il

mu STEM (Jauhariyah dkk 2017:623).

2. Sintaks dan Langkah-Langkah Pembelajaran STEM

Menurut Muhammad Syukri, dkk (2013:109) Pembelajaran STEM memiliki l

ima tahap dalam pelaksanaannya dikelas yaitu observe, new idea, innovation, crea

tivity, dan society yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.Sintaks dan Langkah-Langkah Pembelajaran STEM


No Tahapan Pembelajara Langkah-langkah/ Sintaks
n STEM
1 Pengamatan (observ Peserta didik dimotivasi untuk melakukan pengamatan terhadap berb
e) agai fenomena/isu yang terdapat didalam lingkungan kehidupan seha
ri-hari yang mempunyai kaitan dengan materi yang sedang diajarkan.
2 Ide baru Peserta didik mengamati dan mencari informasi tambahan mengenai
(new idea) berbagai fenomena atau isu yang berhubungan dengan topik materi d
ibahas, seterusnya peserta didik melaksanakan langkah ide baru. P
12

eserta didik diminta mencari dan memikirkan satu permasalahan bar


u dari informasi yang sudah ada, pada langkah ini Peserta didik mem
erlukan kemahiran dalam menganalisis dan berpikir kritis.
3 Inovasi (Innovation) Langkah ini peserta didik diminta untuk menguraikan hal-hal apa saj
a yang harus dilakukan agar masalah yang telah dihasilkan pada lang
kah masalah baru sebelumnya dapat diaplikasikan.
4 Kreasi (creativity). Langkah ini merupakan pelaksanaan semua saran dan pandangan has
il diskusi mengenai masalah yang ingin diaplikasikannya atau sudah
ditemukan solusi dari masalah tersebut.
5 Nilai Langkah terakhir yang harus dijalankan oleh peserta didik adalah
(society). mempresentasikan hasil diskusi dan pendidik akan memberikan nilai
sebagai hasil kerja kelompok.

3. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran STEM

Menurut Halim (2019:36) Pembelajaran STEM pendidikan memiliki beber

apa kelebihan berdasarkan pengajaran dan pembelajaran antara lain:

a. Menumbuhkan pemahaman tentang hubungan antara prinsip, konsep, dan


keterampilan domain disiplin tertentu.
b. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan memicu imajinasi kreatif merek
a dan berpikir kritis.
c. Membantu siswa untuk memahami dan mengalami proses penyelidikan il
miah.
d. Mendorong kolaborasi pemecahan masalah dan saling ketergantungan dala
m kerja kelompok.
e. Memperluas pengetahuan siswa diantaranya pengetahuan matematika dan
ilmiah.
f. Membangun pengetahuan aktif dan ingatan melalui pembelajaran mandiri.
g. Memupuk hubungan antara berpikir, melakukan, dan belajar.
h. Meningkatkan minat siswa, partisipasi, dan meningkatkan kehadiran.
i. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan mere
ka.
Pembelajaran STEM pendidikan juga memiliki beberapa kelemahan
berdasarkan pengajaran dan pembelajaran antara lain:
a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
b. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpula
n informasi akan mengalami kesulitan.
c. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
d. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, di
khawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.
13

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran STEM peserta didik diajak untuk

berperan aktif dalam proses pembelajaran dan juga peserta didik diajak untuk dap

at memecahkan suatu permasalahan yang dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari.

C. Education for Sustainable Development (ESD)

Education for Sustainable Development (ESD) yaitu belajar sepanjang hay

at yang bertujuan untuk menginformasikan dan melibatkan peserta didik aktif, kre

atif juga memiliki keterampilan dalam menyelesaikan masalah, saintifik, dan sosia

l literasi, lalu berkomitmen yang mana tindakan akan menjamin kesejahteraan ling

kungan di masa depan (Agusti et al.2019:176). Menurut Gabriela Clarisa dkk

(2020:14) Konsep ESD yaitu penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehar

i-hari yang berkaitan dengan isu-isu lingkungan, dengan adanya pembelajaran itu

diharapkan pembelajaran bisa berlangsung menjadi lebih bermakna dan dapat me

ngarahkan siswa untuk berpikir ke depan serta memiliki kesadaran atas sustainabi

lity awareness.

Sustainability awareness merupakan kesadaran berkelanjutan terkait lingk

ungan sekitar siswa atau dapat dikatakan juga sebagai kesadararan untuk menjaga

serta menghargai lingkungan dan kehidupan disekitarnya dibangun sejak dini kare

na komponen ini yang sangat penting untuk mendukung pembangunan berkelanju

tan. Maksudnya disini adalah peserta didik dituntut sejak dini bisa menyelesaikan

suatu permasalahan dengan mengaitkan dengan kehidupan sehari sehingga tujuan

dari ESD tercapai. Belajar aktif peserta didik akan belajar lebih efektif dan konsist

en jika dikaitkan dengan kehidupan nyata, didalam pembelajaran pendidik hanya s

ebagai pembimbing dan menyiapkan kondisi kelas.


14

Pada penelitian ini akan digunakan STEM berbasis ESD yaitu untuk pemb

elajaran STEM dengan penggunaan empat aspek serta sintaks dari STEM yang di

mana peserta didik dituntut untuk memecahkan permasalahan dengan mengaitka

nnya dalam kehidupan sehari-hari yang di integrasikan dengan ESD.

D. Berpikir Kritis

Berpikir adalah satu keaktifan pribadi seseorang yang mengakibatkan penemu

an terarah untuk suatu tujuan. Proses berpikir juga merupakan suatu kegiatan ment

al untuk membangun dan memperoleh pengetahuan. Dalam suatu proses pembelaj

aran, kemampuan berpikir peserta didik dapat dikembangkan dengan mempe

rbanyak pengetahuan yang bermakna melalui persoalan pemecahan masalah. Pern

yataan tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Tyler (Sarfa

W.2021:74) mengenai pengalaman atau pembelajaran yang memberikan kesempat

an kepada peserta didik untuk memperoleh keterampilan-keterampilan dalam pem

ecahan masalah, sehingga kemampuan berpikir dapat dikembangkan dengan baik.

Menurut Maulana (2017:5) berpendapat bahwa terdapat empat alasan meng


enai perlunya kemampuan berpikir kritis yaitu (1)Tuntutan zaman yang men
gharuskan setiap individu dapat mencari, memilih, dan menggunakan infor
masi dalam kehidupannya, (2) Setiap orang selalu berhadapan dengan berba
gai permasalahan dan pilihan sehingga di tuntut untuk mampu berpikir kritis
dalam memandang berbagai permasalahan yang dihadapi, (3) Berpikir kritis
merupakan aspek dalam memecahkan masalah agar setiap individu dapat be
rsaing dengan sehat dan adil serta mampu dalam menciptakan kerja sama ya
ng baik dengan individu lain.

Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian berpikir ada

lah aktivitas mental secara yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada s

uatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan dan mampu mencari sumber info

rmasi yang relevan sebagai pendukung pemecahan masalah. Berpikir kritis merup
15

akan kemampuan untuk mempertanyakan setiap aspek penting dalam suatu perma

salahan. Dalam proses belajar mengajar terdapat suatu proses yang memberikan k

emampuan intelektual, minat dan kemampuan motorik atau fisik.

Benyamin S Bloom (Asrul dkk, 2014:98) menjelaskan mengklasifikasikan k


emampuan belajar menjadi tiga kategori, yaitu: (1) Ranah kognitif, meliputi
kemampuan intelektual yang terdiri dari pengetahuan/ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi, (2) Ranah afektif, berkenaan dengan
sikap dan minat yang terdiri penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, org
anisasi, dan internalisasi (3) Ranah psikomotorik, mencakup yang berupa ke
terampilan fisik dan kemampuan bertindak yang terdiri atas gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar dan kompleks, kemampuan perseptual, keharmo
nisan dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran te

rbagi atas tiga ranah penilaian yaitu ranah kognitif yang merupakan penilaian terh

adap kemampuan intelektual peserta didik, ranah afektif penilaian terhadap sikap,

dan ranah psikomotor merupakan penilaian terhadap keterampilan yang dimiliki p

eserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Untuk penilaian ranah psikom

otorik tidak digunakan karena tidak melakukan praktikum praktikum dilaboratoriu

m selama penelitian.

Pada penelitian ini akan digunakan STEM berbasis ESD yaitu untuk pemb

elajaran STEM dengan penggunaan empat aspek serta sintaks dari STEM yang di

mana peserta didik dituntut untuk memecahkan permasalahan dengan mengaitkan

dengan kehidupan sehari-hari yang di integrasikan dengan ESD dengan tujuan pe

mecahan masalah. Peneliti akan mengetahui pembelajaran ini akan meningkatkan

kemampuan berpikir kritis jika pembelajaran sesuai dilakukan dengan memahami

sintaks dari pembelajaran STEM.

E. Penelitian Yang Relevan


16

Pembelajaran STEM yang diintegrasikan berbasis ESD diharapkan dapat

menstimulus siswa agar memiliki kemampuan berpikir kritis. Pelaksanaan pembel

ajaran STEM yang memfasilitasi metode pemecahan masalah dengan menggabun

gkan empat disiplin ilmu yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika yang didu

kung dengan Education for Sustainable Development (ESD) dimana peserta didik

dapat menyelesaikan permasalahan nyata dengan memikirkan dampak pada alam

dan lingkungan sekitarnya.

Berikut penelitian relevan yang menjadi acuan peneliti untuk melakukan p

enelitian yang baru. Hasanah Zainatul, (2021) dengan judul “Implementasi Model

Problem Based Learning Dipadu LKPD Berbasis STEM untuk Meningkatkan Ket

erampilan Berpikir Kritis pada Materi Pencemaran Lingkungan “Hasil penelitiann

ya adalah Implementasi model pembelajaran PBL dipadu dengan LKPD berbasis

STEM dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik SMA pada

materi pencemaran lingkungan. Selanjutnya penelitian dilakukan oleh Nurul Hud

apoti (2023) dengan judul “Studi literatur analisis pengaruh pendekatan STEM ter

hadap kemampuan berpikir krtis siswa”. Hasil penelitiannya adalah pendekatan S

TEM memberikan pengaruh yang positif terhadap kemampuan berpikir kritis sisw

a.

Perbedaan penelitian yang akan peneliti lakukan dengan penelitian sebelu

mnya adalah penelitian yang dilakukan Hasanah Zainatul, (2021) dan Nurul Huda

poti (2023) yaitu perbedaan materi, materi yang akan digunakan adalah gelomban

g cahaya yang akan diintegrasikan kedalam bentuk tujuan dari ESD dengan

memperhatikan langkah-langkah pelaksanaannya.


17

F. KERANGKA BERPIKIR

Berdasarkan uraian dari kajian teori diatas, maka dapat dibuat kerangka be

rpikir bahwa pendidik masih menerapkan metode konvensional atau ceramah. Ke

mampuan berpikir kritis pada peserta didik dapat dilihat dari indikatornya, yang

dimana menuntun peserta didik untuk bisa menganalisis dan mengklasifikasi

pernyataan, mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang ada, menyusun

klarifikasi dengan pertimbangan yang bernilai, menyusun penjelasan, dan

membuat kesimpulan.

Proses pembelajaran dikembangkan dengan menggunakan model pembelaj

aran yang sesuai, maka pembelajaran STEM diintegrasikan dengan pendekatan E

SD supaya tercapainya tujuan pembelajaran pendidikan sesuai dengan sebagaiman

a mestinya. Dalam permasalahan ini pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan ol

eh pendidik yaitu pembelajaran STEM berbasis ESD. Berikut kerangka berpikir p

ada penelitian ini terdapat pada gambar1.

Menggunakan pembelajaran
konvensional atau ceramah
18

Gambar 1. Kerangka berpikir

G. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan hasil kerangkan berpikir, maka usulan penelitian yang telah d

ilakukan adalah sebagai berikut “ adanya pengaruh berpikir kritis fisika peserta di

dik dengan menggunakan pembelajaran STEM berbasis ESD dari pada mengguna

kan pembelajaran konvensional kelas XI SMA Negeri 1 Tigo Nagari”.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2023/2

024. Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu kelas XI MIPA SMAN 1 Tigo Nagar

i yang terletak di Jl. Lintas Padang Sawah-Kumpulan Km.4 Kec Tigo Nagari Kab.

Pasaman. Penelitian ini akan dilakukan selama kurang lebih 3 minggu pada materi

gelombang cahaya.

B. Desain Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka jen

is penelitian yang akan dilakukan merupakan Quasi Eksperiment. Penelitian Quas

i Eksperiment dilakukan karena dalam penelitian ini tidak mungkin mengontrol se

mua jenis variabel yang relevan kecuali beberapa dari variabel-variabel tersebut.
19

Menurut Sugiyono (2012:206) dalam desain ini kelompok eksperimen mapun

kelompok control dipilih secara acak. Penelitian ini menggunakan model rancanga

n Randomized Control Group Posstest Only Design yang dapat digambarkan sepe

rti tabel 3.

Tabel 3. Desain Penelitian


Kelas Perlakuan Tes Akhir
Eksperimen X O
Kontrol - O
Sumber : Sugiyono (2017:502)
Keterangan:
X : Pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran STEM berbasis ESD
O : Tes Akhir yang berikan kepada kelas eksperimen dan kontrol.

Berdasarkan tabel 3, penelitian yang akan dilaksanakan ini terdiri dari dua

kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, yang dimana pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol diberikan posstest tetapi hanya kelas eksperimen

saja menggunakan pembelajaran STEM berbasis ESD sedangkan kelas kontrol

menggunakan pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah.

C. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012: 38) menyatakan variabel adalah suatu atribut pe

nelitian atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai varia

si tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesi

mpulannya. Pada penelitian ini terdapat variabel bebas dan variabel terikat, adapu

n definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Pembelajaran STEM berbasis ESD adalah pendekatan yang digunakan pada aba

d 21. Pembelajaran STEM merupakan pendekatan pembelajaran yang menekan

kan pada hubungan pengetahuan dan keterampilan ilmiah science, technology, e


20

ngineering, dan mathematics (STEM) untuk mengatasi masalah. Pembelajaran

STEM yang diintegrasikan dengan ESD akan meningkatkan kemampuan berpik

ir kritis peserta didik.

2. Berpikir Kritis merupakan aspek yang dapat membantu dalam memecahkan ma

salah agar setiap individu dapat bersaing dengan sehat dan adil serta mampu dal

am menciptakan kerja sama yang baik dengan individu lain. Berpikir kritis dapa

t dilihat dari ranah kognitif dan afektif yang merupakan variabel terikat, dimana

variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena ad

anya variabel bebas.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto 2013:173). D

alam penelitian ini populasinya adalah seluruh peserta didik kelas XI MIPA SMA

Negeri 1 Tigo Nagari Tahun Ajaran 2024/2025.

2. Sampel

Sampel diambil menggunakan teknik sampling. Teknik sampling adalah tekni

k pengambilan sampel atau untuk menentukan sampel yang akan digunakan

(Sugiyono, 2018:139). Teknik sampel pada penelitian ini adalah stratified random

sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana pemilihan mengarah ke

tingkatan tertentu seperti tingkat tinggi atau tingkat rendah. Sesuai masalah yang d

iteliti, maka dibutuhkan dua kelas sebagai sampel yaitu kelas eksperimen dan kela

s kontrol. Pada penelitian ini kelas eksperimen yaitu kelas XI MIPA 1 dan kelas
21

kontrol XI MIPA 2 dilihat dari nilai UTS dimana kelas XI MIPA 1 lebih banyak

yang tuntas dari pada kelas XI MIPA 2.

Ada beberapa langkah-langkah yang digunakan dalam pengambilan sampe

l yaitu sebagai berikut:

a. Mengumpulkan nilai ujian semester 1 ganjil kelas XI SMA Negeri 1 Tigo Nag

ari 2023/2024 (Lampiran 1)

b. Melakukan uji nornalitas dengan tujuan untuk melihat apakah sampel berasal d

ari populasi yang berdistribusi normal atau tidaknya. Menurut Sudjana dalam

Nuryadi (2017:81) uji normalitas data digunakan dengan menggunakan uji lili

efors dilakukan langkah-langkah sebagai berikut. Diawali dengan penent

uan taraf sigifikansi, yaitu pada taraf signifikasi 5% (0,05) dengan hipotesis y

ang diajukan adalah sebagai berikut :

: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal


: Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Dengan kriteria pengujian adalah Jika < terima

Jika > tolak

Adapun langkah-langkah pengujian normalitas adalah :

1. Data pengamatan dijadikan bilangan baku

dengan menggunakan rumus (dengan dan masing

masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku)

2. Untuk setiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal b

aku, kemudian dihitung peluang .


22

3. Selanjutnya dihitung bilangan baku yang lebih kecil atau s

ama dengan . Maka rumus yang digunakan adalah:

4. Hitung selisih – , kemudian tentukan harga mutlaknya.

5. Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut, m

isal harga tersebut .

Untuk menerima atau menolak hipotesis nol ( ), dilakukan dengan cara Memban

digkan ini dengan nilai kritis yang terdapat dalam tabel untuk taraf n

yata yang dipilih. Kriterianya adalah jika maka diteri a, ditolak.

Jika maka diterima, ditolak. Setelah melakukan pengujian ter

hadap nilai UTS kelas sampel dengan uji normalitas, maka didapat sampel berdist

ribusi normal (Lampiran 2).

c. Melakukan uji homogenitas

Selanjutnya menggunakan uji homogenitas dengan tujuan untuk menunj

ukkan bahwa dua atau lebih kelompok sampel data diambil dari populasi yang

memiliki varians yang sama. Pengujian ini dilakukan dengan uji F. Hipotesis ya

ng digunakan adalah:

Dalam Sudjana (2005: 49) menyebutkan untuk menghitung harga F diguna

kan rumus:
23

Keterangan:
: Varians dua kelompok
: Varians terbesar
: Varians terbesar

Kriteria pengujiannya adalah tolak jika f dan dit

erima jika . Setelah melakukan pengujian terhadap nilai UTS kel

as sampel dengan uji homogenitas, maka didapat kedua sampel memiliki varians d

ata homogen (Lampiran 3).

E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2015: 150) menyatakan bahwa Instrumen penelitian

adalah suatu alat ukut untuk mengukur fenomena alam ataupun sosial yang

diamati. Instrumen penelitian merupakan alat untuk memperoleh data dalam rang

ka memecahkan permasalahan dalam penelitian. Pada penelitian ini instrumen pe

nelitian yaitu sebagai berikut:

a. Ranah kognitif

Instrumen yang akan digunakan untuk melihat kemampuan berfikir kriti

s peserta didik pada aspek kognitif adalah dengan menggunakan tes berbentuk e

ssay. Tes ini dilakukan diakhir pertemuan atau diakhir materi pelajaran. Setela

h selesai melakukan tes maka dilakukan penskoran pada soal tes.

Untuk tes yang baik perlu dilaksanakan penyusunan tes dengan menggu

nakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyusun soal tes


24

Tes yang diberikan adalah tes tertulis berupa soal-soal essay yang dimana

soal tersebut diambil berdasarkan materi pokok bahasan yang sudah dipelajari. Te

s digunakan sebagai untuk melihat kemampuan berpikir kritis peserta didik pada

materi fisika meningkat dari pada sebelumnya. Dalam tes tersebut dilakukan langk

ah-langkah sebagai berikut:

a) Membuat batasan terhadap materi pelajaran yang akan diuji

b) Membuat kisi-kisi yang sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi

c) Menyusun butir-butir soal yang menjadi bentuk tes akhir sesuai dengan kisi-k

isi soal.

d) Membuat kunci jawaban tes uji coba

e) Memvaliditas tes

Validitas tes adalah ketepatan tes. Suatu tes bisa dikatakan valid apabila te

s tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Arikunto (2016:64) sebua

h tes dikatakan memiliki validasi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang se

jajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu, materi yang

diajarkan tertera dalam kurikulum yang digunakan disekolah tersebut dan menyes

uaikannya dengan materi yang sudah diajarkan. Validasi dilakukan oleh dosen pe

mbimbing dan guru mata pembelajaran fisika kelas MIPA SMA Negeri 1 Tigo Na

gari.

2. Melakukan uji coba tes akhir

Hasil sebuah penelitian dipercaya apabila alat pengumpulan data yang dig

unakan sudah akurat dan sudah mempunyai validitas tes, tingkat kesukaran soal, d

aya pembeda soal, dan reabilitas tes. Maka soal tersebut perlu dilakukan uji coba t
25

erlebih dahulu disekolah yang memiliki kualifikasi dan kemampuan akademik yan

g bagus. Uji coba tes akan dilakukan di kelas XI MIPA SMAN 1 Kinali, Pasaman

Barat.

3. Analisis Item

Setelah uji coba soal dilaksanakan kemudian dilakukan analisis item tes un

tuk melihat baik atau tidaknya suatu soal. Untuk menganalisis item perlu diperhati

kan langkah-langkah berikut:

a. Tingkat Kesukaran (TK)

Tingkat kesukaran soal adalah untuk menentukan soal tersebut termasuk

soal yang mudah, sedang atau sukar. Menurut Arikunto (2015:222) untuk meng

identifikasi soal yang baik, kurang baik dan buruk dilakukan uji tingkat kesukar

an butir soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak ter

lalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk meningkatka

n kemampuan pemecahan masalah dan soal yang sukar akan menyebabkan sisw

a tidak bersemangat mengerjakannya dan siswa menjadi putus asa. Menurut

Arifin (2013:135) tingkat kesukaran soal dapat dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Kriteria yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran soal disajika

n pada tabel berikut:

Tabel 4: Klasifikasi tingkat kesukaran soal


Tingkat Kesukaran Kriteria
0,00-0,30 Sukar
0,31-0,70 Sedang
26

0,71-1,00 Mudah
Sumber: Arifin (2016:135)

b. Daya pembeda soal (DP)

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan

antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan ren

dah. Menurut Arifin (2016:133) untuk menentukan daya beda soal dapat

digunakan rumus berikut ini:

Keterangan
DP: Daya Pembeda
= Rata-rata kelompok atas
= Rata -rata kelompok bawah
s = Skor maksimum

Tabel 5. Kriteria daya pembeda soal


Daya pembeda item Keterangan
0,00-0,20 Kurang Baik
0,20-0,40 Sedang
0,40-1,00 Sangat baik
Sumber: Arifin (2016:133)
c. Reabilitas tes

Reabilitas merupakan ketepatan suatu tes apabila digunakan pada subjek y

ang sama. Menurut Arikunto (2013: 239) untuk menentukan reliabilitas tes diguna

kan rumus Alpha dibawah ini yaitu sebagai berikut:

, dimana

Keterangan :
: Reliabilitas soal.
N : Jumlah banyaknya
: Jumlah variansi tiap-tiap soal.
: Jumlah variansi
: Jumlah skor tiap-tiap butir soal.
27

N : Jumlah pengikut tes

Tabel 5. Interpretasi
Nilai Interpretasi
0,00-0,20 Sangat Lemah
0,21 – 0,40 Lemah
0,41-0,60 Cukup
0,61-0,80 Tinggi
0,81-1,00 Sangat Tinggi
Sumber : Arikunto (2014:228)

Arikunto (2014:228) menyatakan bahwa apabila harga ini dikonsultasik

an dengan tabel product moment, dan diketahui bahwa lebih kecil dari harga .M

aka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut cukup. Jadi dapat disimpulkan b

ahwa suatu instrumen dapat dikatakan reliabel apabila didapat .

b. Ranah Afektif

Ranah afektif mencakup watak perilaku atau aktivitas peserta didik sela

ma proses pembelajaran. Penilaian afektif memiliki karakteristik yang berbeda

dengan penilaian kognitif sehingga teknik penilaian yang digunakan juga berbe

da. Ranah afektif yang diamati berupa aktivitas peserta didik selama proses keg

iatan pembelajaran berlangsung. Aktivitas belajar adalah keterlibatan peserta di

dik dalam membentuk sikap, pikiran, perhatian, dan kegiatan pembelajaran gun

a untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manf

aat kegiatan tersebut. Aktivitas yang telah diamati pada penelitian ini diantaran

ya dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini.

Tabel 5 Aktivitas Peserta Didik Yang Diamati


No. Aktivits peserta didik Indikator Ya Tidak
(P) (P)

1 Reciving 1. Peserta didik mendengarkan


(penerima) selama proses diskusi
28

kelompok berlangsung.
2 Responding 2. Peserta didik ada terlihat
(Jawaban) menjawab pertanyaan yang
diberikan pendidik atau
kelompok lain
3 Valuing 3. Peserta didik menghargai
(Penilaian) pendapat teman lain pada saat
proses tanya jawab.
4 Organization 4. Peserta didik berpartisipasi
(Organisasi) dalam diskusi kelompok.

Sumber : Dimodifikasi dari (Sudjana, 2010:29)

Berdasarkan Tabel diatas terlihat bahwa aktivitas peserta didik yang akan

diamati pada penelitian ini adalah receiving, responding, valuing dan organizing.

Dari aktivitas tersebut diberi tanda (✔) pada kolom Ya atau Tidak.

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan perlu disusun prosedur pe

nelitian yang sistematis. Prosedur penelitian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap

persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian.

a. Tahap persiapan

Sebelum melaksanakan penelitian disiapkan segala sesuatu berhubungan pelaksan

aan yaitu sebagai berikut:

1) Peneliti meminta izin untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Tigo Nag

ari dan mempersiapkan surat izin penelitian.

2) Peneliti menyusun jadwal penelitian

3) Peneliti menyusun kisi-kisi soal tes akhir, membuat soal tes akhir dan RPP

4) Peneliti menentukan kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

5) Mempersiapkan materi pembelajaran berpatokan ke RPP


29

6) Mempersiapkan kisi-kisi soal dan kunci jawaban tes uji coba sekaligus tes ak

hir.

b. Tahap pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dilakukan proses pembelajaran pada kelas ekper

imen dan kelas kontrol. Tahapan pelaksanaan pada kelas kedua tersebut yaitu a

danya kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup berikut penjela

sannya:

Tabel 6. Tahap pelaksanaan


Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Kegiatan Pendahuluan
1. Pendidik mengajak peserta didik 1. Pendidik mengajak peserta didik
berdoa berdoa
2. Pendidik memberikan apersepsi 2. Pendidik memberikan apersepsi
kepada peserta didik tentang kepada peserta didik tentang
pembelajaran pembelajaran
3. Pendidik menyampaikan tujuan 3. Pendidik menyampaikan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai pembelajaran yang harus dicapai
4. Pendidik memberi motivasi kepada 4. Pendidik memberi motivasi
peserta didik. kepada peserta didik

Kegiatan Inti
Pendidik menggunakan langkah pembelajaran P1. S Pendidik menyuruh peserta didik
TEM yaitu: duduk secara berkelompok
P1. Pendidik menyuruh peserta didik 2. Pendidik membagikan buku paket.
duduk secara berkelompok. Peserta didik pendidik menyampaikan materi
dikelompokkan secara acak dilihat dari pembelajaran
berdasarkan tingkat kemampuan tinggi, rendah, 3.Pendidik memberikan kesempatan kepada pese
sedang. rta didik untuk bertanya mengenai materi disajik
P2. Pendidik memberikan soal tentang materi, Pes an
erta didik dimotivasi untuk melakukan suatu pen 4. pendidik menjawab pertanyaan
gamatan terhadap berbagai fenomena/masalah peserta didik mengenai materi yang disajikan.
tersebut 5.Pendidik menjelaskan contoh soal kepada pese
P3. Peserta didik di minta mampu melihat melalui rta didik. Pendidik memberikan latihan soal unt
model maupun simulasi untuk membantu menge uk dikerjakan oleh peserta didik
mbangkan informasi yang sedang diamati. 6.Pendidik memintak salah satu
4.Peserta didik diminta untuk merencanakan dan perwakilan kelompok untuk menjawaban latihan
melakukan penyelidikan ilmiah terrhadap di depan kelas atau papan tulis
masalah yang ditemukan untuk memperoleh dat 7.Pendidik memperbolehkan
a kelompok lain menanggapi jawaban.
55.Peserta didik melakukan penyelidikan ilmiah d 8.Pendidik memberikan penguatan terhadap jawa
an memperoleh data, selanjutnya data yang di pe ban peserta didik dan memberikan hadiah kepada
roleh di analisis kemudian menafsirkan data yan kelompok presentasi
g di peroleh
66.Peserta didik menggunakan cara berpikir mate
30

matika dan pemikiran komputasi untuk memban


gun simulasi dan menganalisis data.
77.Peserta didik mampu membangun penjelasan te
rkait kegiatan pembelajaran yang sedang dipelaj
ari. Kemudian merancang solusi baru untuk mas
alah yang di temukan di dalam pembelajaran
8888. Peserta didik terlibat dalam argumentasi unt
uk mengklarifikasikan aspek pembelajaran yang ada
kemudian solusi terbaik suatu masalah, kemudian di
perkuat dengan bukti data yang kuat untuk memperta
hankan suatu kesimpulan,
8889. Peserta didik memperoleh suatu infomasi da
ri pembelajaran yang telah di lakukan kemudian men
gevaluasi dan mampu mengkomunikasikan dan hasil
dari temuan yang telah di lakukan serta dapat menari
k kesimpulan.
8890. Setelah presentasi kelompok pendidik akan
memberikan hadiah.
Kegiatan Penutup
1. Pendidik bersama peserta didik 1. Pendidik bersama peserta didik
menyimpulkan pembelajaran menyimpulkan pembelajaran
2. Pendidik memberikan tugas kepada 2. Pendidik memberikan tugas
peserta didik kepada peserta didik
3. Pendidik menyampaikan materi 3. Pendidik menyampaikan materi
selanjutnya selanjutnya
4. Pendidik memberi salam penutup 4. Pendidik memberi salam penutup

c. Tahap Akhir

Langkah-langkah tahap penyelesaian ini sebagai berikut:

1) Mengadakan tes akhir (posttest) pada kedua kelas dengan tujuan untuk menge

tahui kemampuan berpikir kritis peserta didik meningkat. Kemudian dilakuka

n analisis pada hasil tes pada kedua kelas tersebut.

2) Mengolah data hasil posttest peserta didik pada kedua kelas yaitu kelas eksper

imen dan kelas kontrol.

3) Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh melalui analisis da

ta dan selanjutnya menyusun laporan penelitian.

F. Teknik Analisis Data


31

Analisis data bertujuan untuk menguji apakah hipotesis yang di ajukan dal

am penelitian diterima atau ditolak. Data yang sudah dianalis mencakup ranah kog

nitif dan afektif.

1. Penilaian Ranah Kognitif

Pada ranah kognitif data yang telah dianalisis diperoleh dari tes akhir. A

nalisis tes untuk mengetahui apakah hasil posttes tersebut terdapat pengaruh ke

mampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hasil belajar peserta didik dari penskoran akhir dengan soal essay. Untuk mem

permudah penskoran pada tes essay perlu adanya kunci jawaban. Penilaian kog

nitif pada peserta didik berupa tes essay dapat dihitung dengan rumus:

Nilai peserta didik = x 100%

Analisis data digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Uji hip

otesis dapat dilakukan jika data yang digunakan sudah dilakukan uji normalitas

dan uji homogenitas terhadap kelas yang diteliti.

a. Uji Normalitas

Menurut Nuryadi (2017: 80) uji normalitas digunakan untuk mengetahui a

pakah data yang diperoleh terdistribusi normal atau tidak. Hipotesis statistik yang

digunakan:

: Sampel berdistribusi normal

: Sampel tidak berdistribusi normal

Uji yang digunakan adalah uji Lilliefors dengan menentukan nilai tertinggi

dari yang hasilnya disebut dengan . Kemudian dibandikan dengan kriteri


32

a pengujian adalah jika < terima dan jika > tolak

ditolak.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih k

elompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Hal

itu juga dinyatakan oleh Widana & Muliani (2020:29), uji homogenitas digunaka

n untuk membuktikan apakah sebuah kelompok berasal dari varians yang

sama. Adapun rumus yang digunakan, yaitu:

Keterangan:
:Varians dua kelompok
: Varians terbesar
: Varians terbesar

Kriteria pengujiannya adalah tolak jika f dan dit

erima jika .

c. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas dan homogenitas, kedua kela

s sampel dinyatakan normal dan homogen sehingga untuk perhitungan uji hipotesi

s dilakukan dengan Uji-t. dengan kriteria :

Keterangan:
= rata-rata skor tes hasil belajar peserta didik kelas eksperimen
= rata-rata skor tes hasil belajar peserta didik kelas kontrol.
33

Adapun persamaan yang digunakan menurut Sudjana, (2005:239) adalah

sebagai berikut:

Dengan S adalah:

Keterangan :
= nilai rata-rata kelas eksperimen
= nilai rata-rata kelas kontrol
= standar deviasi kelas eksperimen
= standar deviasi kelas kontrol
S = standar deviasi gabungan
= jumlah siswa kelas eksperimen
= jumlah siswa kelas kontrol

Kriterianya pengujiaanya adalah jika maka diteri

ma, dengan derajat kebebasan , dan maka dit

olak.

2. Penilaian Ranah Afektif

Pada penilaian ranah afektif dilihat dari aktivitas peserta didik di kelas s

elama proses pembelajaran. Apabila peserta melakukan aktivitas seperti yang a

da pada indikator yang telah dibuat oleh pendidik, maka akan diberikan tanda c

eklis (P). Untuk aspek yang diamati, akan diberikan skor 1 jika teramati “ya” da

n akan diberi skor 0 jika teramati “tidak”. Adapun kriteria penskorannya adalah

sebagai berikut:

Ya : Apabila peserta didik menunjukkan aktivitas sesuai aspek pengamatan.


34

Tidak: Apabila peserta didik tidak memunjukkan aktivitas sesuai aspek

pengamatan.

Untuk memperoleh nilai aktivitas peserta didik dengan nilai akhir meng

gunakan statistik sederhana menurut (Kunandar, 2015:130) yaitu :

Berdasarkan keterangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada penel

itian ranah afektif tingkat keberhasilan aktivitas peserta didik dikatakan baik dan s

angat baik apabila nilai peserta didik 75 ke atas, jika diperoleh nilai 75 ke bawah t

ingkat keberhasilan peserta didik dikategorikan cukup atau kurang, karena kriteria

Ketuntasan Maksimal (KKM) 75. Adapun kriteria skor tes akhir yang diperoleh p

eserta didik dapat dilihat pada Tabel di bawah ini yaitu :

Tabel 8. Predikat Nilai dan Hasil Belajar


Nilai Predikat
90-100 Sangat baik
81 – 90 Baik
60-70 Cukup
60 Sangat Kurang

Sumber : Kunandar ( 2014 : 129)

Berdasarkan Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa ketentuan nilai akhir d

ari ranah afektif dilihat berdasarkan predikat akhir yang diperoleh. Apabila pesert

a didik aktif dalam proses pembelajaran maka perolehan nilai semakin tinggi, seda

ngkan peserta didik yang kurang aktif juga mendapat nilai rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Z. (2013). Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual


(inovatif). Bandung.
35

Agusti D.E, K. A. (2019). Problem Based Learning dengan Konteks ESD untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sustainability Awareness
Siswa SMA pada materi Pemanasan Global. Jakarta.

Arifin, Zainal (2013). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosidakarya.

Arikunto. (2016). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka


Cipta

Asrul dkk, A. (2014). Evaluasi Pembelajaran. Bandung:Citapustaka Media.

Gabriela Clarisa dkk. (2020). Penerapan Flipped Classroom dalam Konteks ESD
untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Membangun Sustainability
Awareness. Journal of Natural Science and Integrationp. Vol. 3 Hal 13-25

Halim Simatupang (2019) Handbook Best Practice Strategi Belajar, (Surabaya:C


V Pustaka Media Guru,h. 36-37

Jauhariyah, F. R., Suwono, H., & Ibrohim, I. 2017. Science , Technology ,


Engineering and Mathematics Project Based Learning ( STEM-PjBL )
pada Pembelajaran Sains. Pros. Seminar Pend. IPA Pascasarjana UM, 2:
432–436.

Kunandar. (2015). Penilaian Autentik. PT Raja Grafindo Persada. .

Meyrinda Tobing, S. A. (2017). Pengembangan Media Infografis pada Materi


Pemanasan Global untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Jurnal Inovasi
Pendidikan Fisika (JIPF), 196-202.

Maulana. (2017). Konsep Dasar Matematika Berpikir Kritis-Kreatif. Sumedang:


UPI Sumedang Press.
Muhammad Syukri, dkk (2013) “Pendidikan STEM dalam Enterpreneurial
Science Thinking Escit: Satu pekongsian dari UKM untuk Aceh”. Aceh
Delelopment International Conference. Vol 1.h 107.
36

Nuryadi, T. D. (2017). Dasar-dasar Statistik Penelitian. Yogyakarta:


SIBUKU :MEDIA

Perundang-undangan tentang Sistem Pendidikan No. 20 tahun 2003.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar


Nasional Pendidikan

Safra W. (2021). Konsep Pengembangan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif


Peserta Didik Di Sekolah Dasar. Jurnal Horizon Pendidikan. 16(2). 72-88.

Sariah binti Abd Jali (2016). Pelaksanaan STEM Dalam Pengajaran dan
Pembelajaran, Malaysia: Putrajaya

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:PT


Rineka Cipta.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: CV Alfabeta.

Sumaji. (2019). Implementasi Pendekatan Stem Dalam Pembelajaran Matematika.


Seminar Nasional Pendidikan Matematika Program Studi Pendidikan
Matematika Fkip, Universitas Muria Kudus, 1, 7–15.

Yuniar Fauziaturromah, T. R. (2021, Desember). Pengembangan Rencana


Pembelajaran Model Pembelajaran STEM Untuk Kelompok B Sub Tema
Benda-Benda Alam. Jurnal PAUD Agapedia, 5(2), 176-183.

Anda mungkin juga menyukai