Anda di halaman 1dari 55

A.

JUDUL Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment And Satisfaction) Terhadap Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Sawan Tahun Ajaran 2010/2011

B. IDENTITAS PENELITI Nama Nim Jurusan : I Komang Ferry Astrawan : 0915057112 : Pendidikan Teknik Informatika

C. LATAR BELAKANG Secara filosofis pendidikan merupakan hak asasi manusia. Pendidikan merupakan hal yang bersifat terbuka, demokratis, tidak diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Untuk itu pemikiran dan realisasi ke arah upaya memenuhi kebutuhan pendidikan harus terus dilakukan. Upaya pemenuhan kebutuhan pendidikan di Indonesia telah melalui proses yang selalu mengalami penyempurnaan. Pada akhirnya diharapkan dapat menghasilkan suatu produk atau hasil pendidikan yang berkualitas. Belajar sering didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Walaupun belajar berjalan seiring dengan berjalannya proses kehidupan, namun prosesnya tidak tercipta begitu saja, melainkan memerlukan kondisi yang dibentuk secara sengaja. Untuk memperoleh kualitas pendidikan yang baik, salah satu upayanya adalah meningkatkan kualitas proses belajar mengajar yang berlangsung dalam pendidikan. Proses belajar mengajar yang berlangsung di dalam kelas akan berjalan dengan baik jika guru dan siswa sudah mempunyai cukup bekal. Bekal yang dimaksud adalah persiapan-persiapan dalam belajar mengajar. Persiapan-persiapan tersebut dimulai dari persiapan mental baik dari guru maupun dari siswa, persiapan pengenalan terhadap tujuan pembelajaran dan persiapan waktu belajar yang disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa hingga persiapan materi. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai mata pelajaran yang terhitung masih baru jika dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain, ternyata masih dianggap sulit bagi sebagian siswa. Hal ini terjadi karena banyak siswa yang 1

tidak memahami penyampaian materi yang dilakukan oleh guru. Selain itu, guru pun tidak terlalu banyak mendalami pemahaman siswa karena lebih fokus pada mengejar pencapaian kurikulum. Akhirnya, materi pelajaran selesai dibahas, namun kemampuan siswa terhadap materi tersebut belum memadai. Banyak siswa yang tidak bisa mengikuti alur penyampaian oleh guru karena kemampuan mereka memahami materi tersebut pun kurang. Timbul pertanyaan apakah mungkin dikembangkan suatu model pembelajaran yang sederhana, sistematik, bermakna dan dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar? SMP Negeri 1 Sawan sebagai salah satu sekolah yang telah mengkategorikan TIK sebagai salah satu mata pelajaran penting dalam kurikulum sekolah. Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan guru TIK Ketut Nusantari S.Pd di SMP Negeri 1 Sawan, ada beberapa permasalahan yang ditemukan selama proses pembelajaran TIK berlangsung. Masalah tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, karakteristik siswa : 1). Pada saat guru memberikan pertanyaan kepada siswa, hanya beberapa siswa yang berusaha untuk menjawab. Siswa yang lain hanya diam, tidak berusaha untuk menjawab pertanyaan dari guru. Siswa kurang memiliki rasa percaya diri, keberanian untuk menjawab pertanyaan dan kurang memiliki motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran TIK. 2). Jumlah siswa yang banyak, menyebabkan guru tidak bisa mengelola kelas dengan baik sehingga beberapa murid yang khususnya berada pada tempat duduk paling belakang sering bermain-main pada saat proses pembelajaran TIK berlangsung. Kedua, belum maksimalnya hasil belajar siswa. Dari observasi yang dilakukan peneliti, masih terdapat beberapa siswa yang nilainya di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Data hasil belajar TIK siswa dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Data Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Sawan Tahun Pelajaran 2010/2011. (Sumber: observasi dengan Guru dan Tata Usaha SMP Negeri 1 Sawan) NILAI HASIL BELAJAR Kelas Jumlah 33 KKM 71 Afektif JSB JS<B 29 4 T 28 Kognitif BT 5 (%) 85% T 26 Psikomotor BT 7 (%) 80%

VIII A1

VIII A2 VIII B1 VIII B2 VIII C1 VIII C2 VIII D1 VIII D2 Keterangan : T BT %

32 39 40 39 37 37 37

71 71 71 71 71 71 71

28 35 37 32 30 33 28

4 4 3 7 7 4 9

26 30 30 29 27 26 26

6 9 10 10 10 11 11

80% 78% 75% 74% 72% 70% 70%

24 29 29 27 26 25 24

8 10 11 12 11 12 13

75% 74% 72% 70% 70% 68% 65%

= Jumlah siswa tuntas = Jumlah siswa belum tuntas = Persentase ketuntasan

JSB = Jumlah Siswa dengan Katagori Baik JS<B = Jumlah Siswa dengan Katagori < Baik

Dari analisis tabel 1.1 di atas menunjukan bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran TIK masih kurang dan belum memenuhi standar KKM. Data yang diperoleh selama observasi, rata-rata nilai hasil belajar siswa yang belum tuntas memiliki KKM berkisar antara 69 sampai dengan 70. Ketiga, Guru jarang menggunakan variasi dalam proses pembelajaran TIK. Selama ini pada saat proses pembelajaran TIK, guru jarang melakukan variasi

pembelajaran, misalnya jarang mengelompokkan siswa dalam belajar, belum pernah menggunakan variasi belajar dengan permainan dan presentasi. Padahal dengan variasi pembelajaran akan memberikan kesan yang positif, proses belajar yang tidak monoton dan mengurangi kejenuhan siswa pada saat proses pembelajaran. Berbagai model, metode dan strategi telah dilakukan untuk melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang sering digunakan. Dari penelitian yang telah dilakukan, model pembelajaran kooperatif mampu mengembangkan keterampilan belajar siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan, konsep dan keterampilan. Tetapi, dari beberapa model pembelajaran kooperatif seperti STAD, TPS, JIGSAW, NHT dan TGT belum ada suatu model pembelajaran yang memiliki fase atau langkah yang memfokuskan

pada pengembangan sikap mental dan emosi siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, And Satisfaction) adalah suatu model yang berhubungan dengan pengembangan sikap mental dan emosi siswa. Model pembelajaran ARIAS diharapkan dapat menanamkan rasa percaya diri dan bangga pada siswa, membangkitkan minat atau perhatian serta memberi kesempatan kepada mereka untuk mengevaluasi diri. Dalam proses pembelajaran dengan model ARIAS sebelum siswa mulai dengan materi pelajaran, guru akan memberikan motivasi kepada siswa untuk berhasil dengan menggunakan suatu standar yang memungkinkan siswa untuk mencapainya, mengembangkan sikap mental dan emosi serta percaya diri siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan manfaat materi atau relevansi pembelajaran terhadap kehidupan siswa baik sekarang maupun akan datang. Guru akan melanjutkan dengan menumbuhkan minat siswa untuk selalu aktif dalam proses pembelajaran dengan menggunakan variasi agar siswa selalu tertarik dalam mengikuti pelajaran. Penilaian dan pemberian penguatan atas keberhasilan siswa merupakan langkah selanjutnya dalam proses pembelajaran dengan model ARIAS. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Parsa (2008) pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Singaraja, Bali. Disimpulkan bahwa prestasi dan motivasi belajar siswa pada bidang studi fisika meningkat dengan penerapan model pembelajaran ARIAS, dalam penelitian tersebut hasil yang diperoleh adalah siswa memiliki motivasi belajar dengan kategori tinggi yaitu 88,57% dan lebih baik dari prestasi belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Suwateriningsih (2009) dalam penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 2 Singaraja, Bali pada kelas VII juga menyatakan bahwa model pembelajaran ARIAS dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti termotivasi untuk mengkaji lebih jauh apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran ARIAS terhadap hasil belajar siswa dengan materi Microsoft Office Excel. Pemilihan materi Microsoft Office Excel, karena dalam materi ini diperlukan kecermatan dan ketelitian agar dapat memahami konsep yang ada pada materi tersebut. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengangkat judul penelitian Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment And Satisfaction ) Terhadap Hasil 4

Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Sawan Tahun Ajaran 2010/2011.

D. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumusk permasalahan an sebagai berikut. 1. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap hasil belajar TIK siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan tahun ajaran 2010/2011? 2. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi belajar TIK siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan tahun ajaran 2010/2011? 3. Bagaimanakah respon siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan tahun ajaran 2010/2011 terhadap penerapan model pembelajaran ARIAS dalam

pembelajaran TIK?

E. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap hasil belajar TIK siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan tahun ajaran 2010/2011 . 2. Mengetahui pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi belajar TIK siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan tahun ajaran 2010/2011 . 3. Mengetahui respon siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan terhadap penerapan model pembelajaran ARIAS dalam pembelajaran TIK tahun ajaran 2010/2011.

F. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan disiplin ilmu pengetahuan dalam memberikan sumbangan pemikiran teoritik guna pengembangan ilmu pendidikan, khususnya mengenai pemanfaatan model pembelajaran ARIAS dalam pembelajaran TIK.

2. Manfaat Praktis 1. Bagi Siswa Hasil penelitian ini sangat bermanfaat karena secara tidak langsung akan membantu dalam pembelajaran, yang membuat siswa merasa percaya diri, termotivasi, aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar secara optimal. 2. Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi yang bertujuan untuk menanamkan rasa percaya diri pada siswa, pemahaman konsep siswa, hasil belajar siswa dan mengurangi dominasi guu dalam pembelajaran. 3. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi kepala sekolah untuk mengambil suatu kebijakan yang paling tepat dalam menerapkan model ARIAS dalam pembelajaran TIK. 4. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi para peneliti bidang pendidikan, untuk meneliti aspek atau variabel lain yang lebih mendalam untuk meningkatkan hasil belajar.

G. KAJIAN TEORI

1. Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Memasuki abad ke-21, bidang teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan pesat dan memegang peranan sangat penting disegala bidang ini yang dipicu oleh temuan dalam bidang rekayasa material mikroelektronika. Perkembangan ini berpengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan, bahkan perilaku dan aktivitas manusia kini banyak tergantung kepada teknologi informasi dan komunikasi. Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu mengantisipasi pesatnya perkembangan tersebut. Mata pelajaran ini perlu diperkenalkan, dipraktikkan dan dikuasai peserta didik sedini mungkin agar mereka memiliki bekal untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan 6

global yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat. Untuk menghadapi perubahan tersebut diperlukan kemampuan dan kemauan belajar sepanjang hayat dengan cepat dan cerdas. Pada hakekatnya, kurikulum Teknologi Informasi dan Komunikasi menyiapkan siswa agar dapat terlibat pada perubahan yang pesat dalam dunia kerja maupun kegiatan lainnya yang mengalami penambahan dan perubahan dalam variasi penggunaan teknologi. Siswa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mencari, mengeksplorasi, menganalisis, dan saling tukar informasi secara kreatif namun bertanggung jawab. Siswa belajar bagaimana menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi agar dengan cepat mendapatkan ide dan pengalaman dari berbagai kalangan masyarakat, komunitas, dan budaya. Penambahan kemampuan karena penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi akan mengembangkan sikap inisiatif dan kemampuan belajar mandiri, sehingga siswa dapat memutuskan dan mempertimbangkan sendiri kapan dan di mana penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal, termasuk apa implikasinya saat ini dan di masa yang akan datang. Guru dapat menggunakan berbagai teknik dan metode pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. Teknik dan metode pembelajaran yang dipilih harus dalam bentuk demonstrasi yang melibatkan partisipasi aktif siswa. Guru perlu

mempertimbangkan model pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan. Guru juga harus membuat perencanaan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, jenis penugasan dan batas akhir suatu tugas. Strategi pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan materi dan kondisi siswa dapat meningkatkan partisipasi dari semua siswa dan kelompok dalam satu kelas, yang antara lain meliputi : a. b. c. Pemanfaatan studi kasus dari berbagai sumber informasi Dorongan dari guru agar siswa menjadi pembelajar yang otodidak Dorongan agar siswa mau berpikir kritis mengenai isu-isu dalam teknologi informasi d. e. Fasilitas belajar secara efektif melalui praktek langsung, refleksi, dan diskusi Peningkatan kemampuan kerjasama termasuk aktivitas yang melibatkan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok kecil atau dalam tim f. Penumbuhan sikap menghargai usaha siswa untuk memicu kreativitas mereka.

g.

Pemanfaatan sumber-sumber yang merefleksikan minat dan pengalaman siswa

h.

Pemberian akses pada semua siswa untuk menggunakan berbagai sumber belajar dan penguasaan berbagai alat bantu belajar.

i.

Penyajian/presentasi hasil karya siswa di majalah dinding atau acara khusus pameran misalnya pada saat pembagian raport atau acara lainnya

j.

Penyajian/presentasi hasil karya siswa di web sekolah, atau web klub Teknologi Informasi dan Komunikasi

k.

Penyajian/presentasi publikasi hasil karya siswa pada brosur sekolah, atau brosur khusus Teknologi Informasi dan Komunikasi

2. Mic

ic Exc l Microsoft Office Excel merupakan perangkat lunak untuk mengol h data secara a

otomatis meliputi perhitungan dasar, penggunaan fungsi fungsi, pembuatan grafik dan manajemen data. Perangkat lunak ini sangat membantu untuk menyelesaikan permasalahan administratif mulai yang paling sederhana sampai yang lebih kompleks. Sebelum melakukan pengolahan data pada Microsoft Office Excel, terlebih dahulu kita harus mengetahui elemen-elemen yang ada di Microsoft Office Excel. Tampilan area kerja Microsoft Office Excel dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tampilan area kerja Microsoft Office Excel Penjelasan bagian-bagian tampilan area kerja Microsoft Office Excel adalah sebagai berikut. 8

a. Title Bar menampilkan judul program dan dokumen aktif atau nama file dari lembar kerja yang aktif. b. Office Button berisi barisan perintah untuk pengoperasian program yang standar misalnya membuat dokumen baru, membuka dokumen lama, menyimpan dan mencetak dokumen. c. Quick Access Toolbar merupakan sarana yang disediakan Microsoft Excel untuk mempercepat akses berkomunikasi dengan Microsoft Office Excel misalnya menyimpan, mencetak dan sebagainya. d. Toolbar merupakan deretan tool-tool atau gambar yang mewakili perintah dan berfungsi untuk mempermudah dan mengefisienkan pengoperasian program. e. Help merupakan fasilitas bantuan dalamMicrosoft Office Excel. f. Lembar kerja (workbook) baris ini berisikan informasi halaman, section, letak insertion point dan tombol pengendali. g. Cell merupakan tempat menuliskan atau mengedit data dan dikelilingi oleh garis batas yang lebih tebal. h. Nomor baris untuk setiap baris memiliki nama berdasarkan angka dari 1 hingga 1048576. i. Nomor kolom setiap kolom memiliki nama berdasarkan Abjad, dari kolom A hingga Z, dilanjut AA hingga XFD. j. Nama range merupakan nama sel yang sedang aktif yang akan ditampilkan pada Name Box k. Formula bar untuk mengedit data pada sebuah cell. l. Penggulung vertikal dan horisontal fasilitas untuk menggeser layar secara vertikal maupun horisontal.

Dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP) materi Microsoft Office Excel diperoleh di kelas VIII. Materi yang dipelajari merupakan materi dasar-dasar Excel misalnya pengenalan lembar kerja, menu, ikon, format angka dan penggunaan rumus sederhana.

3. Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment and Satisfaction) Model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment and Satisfaction) merupakan modifikasi dari model ARCS yang dikembangkan oleh John. M Keller dengan menambahkan komponen Assessment pada keempat komponen model pembelajaran ARCS tersebut. Model pembelajaran ARCS ini dikenal secara luas sebagai Kellers ARCS Model of Motivation. Model ini dikembangkan dalam wadah Center for Teaching, Learning & Faculty Development di Florida State University (Keller, 2006). Model pembelajaran ini dikembangkan sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS. Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar dan pengalaman nyata para instruktur (Bohlin, 1987). Namun demikian, pada model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (Assessment), padahal evaluasi merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa (DeCecco, 1968). Saunders et al (dalam Beard dan Senior, 1980) menyatakan bahwa evaluasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Mengingat pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut. Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan mengandung lima komponen yaitu: attention (minat/perhatian), relevance (relevansi), confidence (percaya/yakin), satisfaction (kepuasan/bangga) dan Assessment (evaluasi).

Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest. Penggantian nama confidence (percaya diri) menjadi 10

assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata self-confidence (Morris, 1981). Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil, melainkan juga sangat penting menanamkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil. Demikian juga penggantian kata attention menjadi interest, karena pada kata interest (minat) sudah terkandung pengertian attention (perhatian). Jadi cakupan interest lebih luas dan sudah mencakup perhatian, minat dan adanya variasi di dalamnya. Makna kata interest tidak hanya sekedar menarik minat/perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara minat/perhatian tersebut selama kegiatan pembelajaran

berlangsung. Untuk memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna maka urutannya pun dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan satisfaction. Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement). Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran ARIAS. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen (assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Deskripsi singkat masing masing komponen dan beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk membangkitkan dan meningkatkannya kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut. 1. Assurance, (percaya diri), yang berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil (Keller, 1987). Bandura (dalam Gagne dan Driscoll, 1988) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil bagaimana pun kemampuan yang ia miliki. Sikap di mana seseorang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, sehingga perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja. Sikap percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu 11

bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan (Petri, 1986). Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus (Prayitno, 1989). Sikap percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal. Dengan sikap yakin, penuh percaya diri dan merasa mampu dapat melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa terdorong untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya atau dapat melebihi orang lain. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri adalah: a. Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan (misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku). b. Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan/sesuai dengan kemampuan siswa (misalnya memberi tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah berangsur sampai ke tugas yang sukar). Menyajikan materi secara bertahap sesuai dengan urutan dan tingkat kesukarannya maka akan dapat menanamkan rasa percaya diri pada siswa (Keller & Suzuki, 2004). c. Memberi kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih suatu keterampilan. d. Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta

menanamkan kepada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan menampilkan video ataupun gambar seseorang yang telah berhasil. Dengan adanya ini, maka siswa akan bisa menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri. 2. Relevance, berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang (Keller, 1987). Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk 12

mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali (Gagne dan Driscoll, 1988). 3. Interest, adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Menurut Woodruff (dalam Callahan, 1966) sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada minat/perhatian. Keller (dalam Reigeluth, 1987) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan minat/perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar siswa Herndon (1987). 4. Assessment, yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid (Lefrancois, 1982). Menurut Deale (dalam Lefrancois, 1982) bagi guru evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa; untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok; untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi (Hopkins dan Antes, 1990). Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai. Apakah siswa telah memiliki kemampuan seperti yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran (Gagne dan Briggs, 1979). Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self assessment) atau evaluasi diri. Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa 13

untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang maksimal. Mereka akan merasa malu kalau kelemahan dan kekurangan yang dimiliki diketahui oleh teman mereka sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar serta membantu siswa meningkatkan keberhasilannya (Soekamto, 1994). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Martin dan Briggs (dalam Bohlin, 1987), evaluasi diri secara luas sangat membantu dalam pengembangan belajar atas inisiatif sendiri. Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk meningkatkan apa yang ingin mereka capai. 5. Satisfaction, yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya Gagne dan Driscoll (dalam kiranawati, 2007) menyatakan bahwa reinforcement atau penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Keller (dalam Keller dan Kopp, 1987) berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik di mana individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik. Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau lingkungan. Menurut Thorndike (dalam Gagne dan Briggs, 1979) memberikan penghargaan (reward) merupakan suatu penguatan (reinforcement) dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, memberikan penghargaan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi hasil belajar siswa (Hilgard dan Bower, 1975). Untuk itu, rasa bangga dan puas perlu ditanamkan dan dijaga dalam diri siswa. Adapun langkah-langkah atau sintaks dari model peembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment and Satisfaction) ini dapat dilihat dalam tabel 1.2 berikut.

14

Tabel 1.2 Langkah/sintak model pembelajaran ARIAS Komponen Assurance Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa - Menumbuhkan rasa - Menggali pengetahuan awal siswa yang - Siswa mulai menggali pengetahuan percaya diri dalam diri berhubungan dengan materi pelajaran yang sudah dimiliki sebelumnya, siswa akan diajarkan. menghubungkannya dengan materi Contoh: menanyakan salah satu contoh akan dipelajari. Contoh : menjawab pertanyaan perangkat lunak pengolah angka diberikan guru. (pertanyaan yang tidak terlalu susah).
-

yang dan yang yang

Relevance

memotivasi siswa untuk aktif dalam - Aktif dalam proses belajar. Contoh : menumbuhkan motivasi diri, belajar dan mayakinkan mereka bahwa dan yakin terhadap diri sendiri untuk mereka berhasil dalam belajar. berhasil dalam pembelajaran. Contoh : dengan menampilkan beberapa contoh video atau gambar seseorang yang telah berhasil dalam penggunaan - Siswa senantiasa membiasakan diri Ms.Excel. untuk selalu bertanya jika menemukan masalah. - Memberikan bimbingan kepada siswa Contoh: menanyakan hal yang yang mengalami masalah belajar. berhubungan dengan materi Ms. Excel Contoh: menanyakan masalah yang jika menemukan masalah. dihadapi siswa terkait materi Ms.Excel dan memberikan solusi dari permasalahan. - Mendengarkan respon yang diberikan oleh guru. Contoh : respon positif dari guru - Selalu memberikan respon yang positif digunakan sebagai acuan untuk terhadap siswa. meningkatkan motivasi belajar Contoh: selalu memberikan reinforcment Ms.Excel. dari setiap pendapat atau jawaban siswa meskipun itu salah atau kurang tepat agar siswa tetap merasa percaya diri. - Menyampaikan - Guru menyampaikan standar kompetensi, - Siswa mencermati standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan tujuan kompetensi dasar dan tujuan kompetensi dasar, 15

14

indikator dan tujuan pembelajaran.

pembelajaran kepada siswa Contoh: penggunaan ikon dan menu pada Ms. Excel.

pembelajaran yang disajikan oleh guru Contoh: mencermati kompetensi dasar penggunaan ikon dan menu pada Ms.Excel.

Menyampaikan - Menghubungkan materi pelajaran dan - Siswa menghubungkan materi pelajaran relevansi materi relevansinya dengan kehidupan nyata, dan yang akan dipelajari dengan pengalaman pembelajaran dengan manfaatnya bagi kehidupan siswa. belajar siswa dalam kehidupan seharikehidupan nyata. Contoh: materi excel bisa digunakan hari. dalam pengolahan nilai rapor dan soal Contoh : dengan menghubungkan materi matematika dan pengolahan angka yang excel dan manfaatnya dalam kehidupan lain. sehari-hari, misalnya dalam pengolahan nilai rapor. - Menyampaikan materi inti pelajaran - Guru menyampaikan materi inti dengan - Siswa menyimak dan mengikuti
-

Memberikan bimbingan belajar.

menggunakan alternatif strategi dan media pembelajaran. Contoh: menggunakan alternatif strategi pembelajaran dari belajar individu menjadi kelompok.
-

pelajaran inti dengan baik. Contoh: siswa meyimak materi dan mengikuti strategi pelajaran yang digunakan oleh guru, misalnya belajar kelompok.

Guru memberikan soal terkait dengan - Siswa mengerjakan soal yang diberikan materi dengan menghubungkan dengan oleh guru. kehidupan sehari-hari. Contoh: mengerjakan soal perhitungan Contoh: memberikan soal perhitungan nilai rapor siswa. nilai rapor siswa kepada siswa. Membimbing siswa jika mengalami - Siswa bertanya kepada guru jika kesulitan atau masalah dalam pengerjaan mengalami kesulitan dalam pengerjaan latihan soal. soal. Contoh : memberikan bimbingan kepada Contoh: menanyakan kepada guru jika

15

16

Interest

Assessment

siswa dalam pengerjaan latihan soal Ms. soal Ms.Excel yang dikerjakan ada Excel. kesulitan. - Menumbuhkan - Guru mengadakan variasi dalam kegiatan - Siswa mempresentasikan apa yang sudah pembelajaran untuk menarik perhatian mereka kerjakan, ikut serta dalam variasi minat/perhatian siswa /minat siswa. lainnya. Contoh: variasi dengan menggunakan Contoh: mempresentasikan hasil diskusi kartu indeks dan presentasi kelompok. kelompok, penggunaan kartu indeks ikon dan fungsinya terkait dengan materi - Memberikan kesempatan kepada siswa Ms.Excel. untuk selalu berpartisipasi aktif dalam kelas. - Selalu aktif di dalam proses pembelajaran. Contoh: memberikan kesempatan siswa Contoh : bertanya, mengemukakan untuk bertanya, mengemukakan pendapat, pendapat dan menjawab soal dari guru sharing kepada teman terkait materi Ms.Excel. atau sharing dengan teman terkait materi Ms.Excel. - Mengevaluasi hasil - Melakukan Quis/tes pada tiap pertemuan. - Mengerjakan tes/quis yang diberikan Contoh: mengadakan quis/tes terkait secara mandiri/berkelompok. belajar siswa Ms.Excel dalam setiap pertemuan sebagai Contoh: mengerjakan tes/quis Ms. Excel bahan evaluasi. dalam setiap pertemuan.
-

Memberikan Postest di akhir penelitian - Mengerjakan Postest yang diberikan kepada siswa untuk mengevaluasi sebagai bahan evaluasi. pemahaman siswa setelah mendapat Contoh : mengerjakan tes obyektif dan perlakuan ARIAS. tes praktikum pada akhir penelitian. Contoh: evaluasi dilakukan dengan tes obyektif dan tes praktikum di akhir - Mengerjakan tugas tambahan/pekerjaan penelitian terkait materi Ms.Excel. rumah yang diberikan guru. Contoh : mengerjakan tugas rumah - Memberikan tugas tambahan atau manfaat dari Ms. Excel dalam kehidupan pekerjaan rumah. sehari-hari.

16 17

Contoh : memberikan tugas/pekerjaan rumah terkait materi Ms. Excel dalam beberapa pertemuan untuk memantapkan pengetahuan siswa Satisfaction
-

Memberikan - Menuntun siswa merangkum ataupun - Merangkum ataupun menarik menarik kesimpulan terhadap materi yang kesimpulan terhadap materi yang penguatan retensi dan sudah diberikan. diberikan. transfer Contoh : bersama siswa merangkum Contoh : merangkum materi penggunaan materi penggunaan fungsi IF dalam fungsi IF dalam Ms.Excel untuk Ms.Excel. memantapkan pemahaman materi yang dipelajari.
-

Memberikan penguatan, penghargaan - Menerima penghargaan, reinforcement kepada siswa atas keberhasilan yang yang diberikan oleh guru atas diperoleh. keberhasilan yang diperoleh dan Contoh : memberikan reinforcement menjadikan sebagai motivasi untuk terhadap siswa atas keberhasilan meningkatkan pengetahuan dan rasa melakukan presentasi atau merangkum percaya diri. materi Ms.Excel. Contoh : mejadikan reinforcement karena berhasil merangkum materi sebagai motivasi untuk meningkatkan pengetahuan di bidang Ms.Excel.

17 18

Sebelum model pembelajaran ARIAS diimplementasikan di sekolah, Guru atau peneliti sudah merancang semua kegiatan yang akan dilakukan, strategi atau metode pembelajaran yang akan digunakan, media pembelajaran apa yang akan dipakai, perlengkapan apa yang dibutuhkan dan bagaimana cara penilaian akan dilaksanakan ke dalam satuan pelajaran. Meskipun demikian pelaksanaan kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan situasi, kondisi dan lingkungan siswa. Demikian juga halnya dengan satuan pelajaran sebagai bahan/materi untuk siswa. Bahan/materi tersebut harus disusun berdasarkan model pembelajaran ARIAS. Bahasa, kosa kata, kalimat, gambar atau ilustrasi, pada bahan/materi dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa, bahwa mereka mampu, dan apa yang dipelajari ada relevansi dengan kehidupan mereka. Bentuk, susunan dan isi bahan/materi dapat membangkitkan minat/perhatian siswa, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengadakan evaluasi diri dan siswa merasa dihargai yang dapat menimbulkan rasa bangga pada mereka. Guru dan/atau pengembang agar menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti, katakata yang jelas dan kalimat yang sederhana tidak berbelit-belit sehingga maksudnya dapat dengan mudah ditangkap dan dicerna siswa. Bahan/materi agar dilengkapi dengan gambar yang jelas dan menarik dalam jumlah yang cukup. Gambar dapat menimbulkan berbagai macam khayalan/fantasi dan dapat membantu siswa lebih mudah memahami bahan/materi yang sedang dipelajari.

4. Motivasi Belajar Motivasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan apa yang memberikan energi bagi seseorang dan apa yang memberikan arah bagi aktivitasnya. Motivasi kadang-kadang dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil. Energi dan arah inilah yang menjadi inti dari konsep tentang motivasi. Motivasi merupakan sebuah konsep yang luas (diffuse), dan seringkali dikaitkan dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi energi dan arah aktivitas manusia, misalnya minat (interest), kebutuhan (need), nilai (value), sikap (attitude), aspirasi, dan insentif (Gage & Berliner, 1984). Dengan pengertian istilah motivasi seperti tersebut di atas, kita dapat mendefinisikan motivasi belajar siswa, yaitu apa yang memberikan energi untuk belajar bagi siswa dan apa yang memberikan arah bagi aktivitas belajar siswa. Lidgren (Sadirman, 2005) membedakan motivasi menjadi dua yaitu sebagai berikut. 19

1. Motivasi intrinsik Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang alam aktivita belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dalam diri dan secara mutlak terkait dengan aktivitas belajarnya (Sardiman, 2005) 2. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar. Mitivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang dalam aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari luar yang secara mutlak tidak terkait dengan aktivitas belajar (Sardirman, 2005).

Dalam proses pembelajaran guru dapat membangkitkan motivasi intrinsik siswa dengan membuatnya merasa memerlukan apa yang perlu dipelajari, namun motivasi intrinsik tidak dapat diharapkan sepenuhnya untuk mendukung kegiatan belajar. Terdapat situasi dimana suatu dorongan eksternal diperlukan u ntuk membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga guru harus mendorong dan memelihara motivasi intrinsik sambil menyiapkan motivasi ekstrinsik dengan tepat dalam melaksanakan pembelajaran. Jika dikaitkan dengan kegiatan belajar TIK, maka motivasi belajar dimaksudkan sebagai dorongan baik eksternal maupun internal yang memacu siswa untuk mempelajari TIK demi memperoleh hasil yang memuaskan. Jadi motivasi belajar TIK mencangkup dorongan yang berasal dari dalam diri siswa maupun yang berasal dari luar diri siswa yang menyebabkan

adanya perubahan perilaku siswa untuk berinteraksi dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran TIK di kelas. Siswa yang termotivasi untuk belajar hanya dapat diduga dari prilaku yang ditunjukkannya.

5. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni: (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang 20

telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori belajar, yakni: (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) startegi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek pertama, kedua dan ketiga termasuk kognitif tingkat rendah, sedangkan aspek keempat, kelima dan keenam termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni: (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketetapan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai bahan pengajaran.

5.1 Penilaian Hasil Belajar Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Misalnya untuk dapat mengatakan baik, sedang, kurang, diperlukan adanya ukuran yang jelas bagaimana yang baik, yang sedang, dan yang kurang. Ukuran itulah yang dinamakan kriteria. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa ciri penilaian adalah adanya objek atau program yang dinilai dan adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara apa yang dicapai dengan kriteria yang harus dicapai. Perbandingan bisa bersifat mutlak, bisa pula bersifat relatif. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar 21

dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa (kompetensi) menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian. Penilaian proses pebelajaran adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran.

5.2 Fungsi Penilaian Hasil Belajar Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa. Oleh sebab itu dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya. Dengan mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dapat diambil tindakan perbaikan proses pembelajaran dan perbaikan siswa yang bersangkutan. Misalnya dengan melakukan perubahan dalam strategi mengajar, memberikan bimbingan dan bantuan belajar kepada siswa. Dengan perkataan lain, hasil penilaian tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya perubahan tingkah laku siswa, tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya memperbaiki proses pembelajaran. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan proses pebelajaran dalam mengupayakan perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil belajar yang dicapai siswa merupakan akibat dari proses pembelajaran yang ditempuhnya (pengalaman belajarnya). Sejalan dengan pengertian diatas maka penilaian berfungsi sebagai berikut: a. Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan pembelajaran sebagai penjabaran dari kompetensi mata pelajaran. b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan atau pengalaman belajar siswa, strategi pembelajaran yang digunakan guru dan media pembelajaran. c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya. 22

6. Kerangka Berpikir Pada proses pembelajaran yang efektif, yang aktif dalam proses pembelajaran adalah siswa, guru merupakan fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran. Peran aktif siswa dalam proses pembelajaran akan mengkonstruksi pengetahuan yang dimiliki nantinya, yang akan berdampak pada hasil belajar siswa. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru mata pelajaran TIK Ketut Nusantari S.Pd, hasil belajar pada mata pelajaran TIK Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011 siswa kelas kelas VIII di SMP Negeri 1 Sawan tergolong masih rendah, rata-rata masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, rendahnya hasil belajar bidang studi TIK di kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan pada umumnya, hal itu disebabkan oleh beberapa faktor yaitu masih kurangnya rasa percaya diri siswa, masih kurangnya minat siswa terhadap bidang studi TIK dan kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Berbagai teknik dan metode dilakukan oleh guru TIK untuk mengatasi masalah tersebut, misalnya guru akan memberikan nilai bonus bagi setiap siswa yang aktif dalam proses pembelajaran, memberikan quis atau latihan-latihan soal, namun hal itu belum menunjukkan perubahan yang berarti untuk meningkatkan motivasi, percaya diri dan hasil belajar belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan. Dari beberapa permasalahan tersebut, agar tidak berdampak negatif terhadap proses pembelajaran TIK selanjutnya, maka perlu dilakukan perbaikan-perbaikan di dalam proses pembelajaran yaitu dengan memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan masalah tersebut. Sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut, adalah penggunaan model pembelajaran ARIAS. Langkah awal penggunaan model pembelajaran ARIAS adalah menekankan pada penanaman rasa percaya diri siswa dan menumbuhkan minat siswa sebelum siswa siap untuk melakukan proses pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran ARIAS dalam pembelajaran TIK sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan tahun pelajaran 2010/2011.

H. HIPOTESIS Berdasarkan kaitan antara masalah yang dirumuskan dengan teori yang dikemukakan maka dapat disusun suatu hipotesis awal adalah: 23

1. Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran ARIAS terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan. 2. Terdapat motivasi belajar siswa yang tinggi atau lebih dalam penggunaan model pembelajaran ARIAS. 3. Terdapat respon yang positif atau lebih dari siswa dalam penggunaan model pembelajaran ARIAS.

I. METODE PENELITIAN 1. DESAIN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian eksperimen. Sedangkan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi eksperiment) mengingat tidak semua variabel (gejala yang muncul) dan kondisi ekperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh model pembelajaran yang digunakan terhadap hasil belajar dalam pembelajaran untuk siswa k elas VIII SMP Negeri 1 Sawan.

2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sawan yang berada di Desa Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng dengan waktu

pelaksanaan penelitian pada semester genap tahun ajaran 2010/2011.

3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.1 POPULASI Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian, Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan tahun akademik 2010/2011. Distribusi populasi tersaji dalam tabel 1.3 berikut.

Tabel 1.3 Distribusi Populasi (sumber: Guru dan Tata Usaha SMP Negeri 1 Sawan) No 1 2 Nama Kelas VIII A1 VIII A2 Jumlah Siswa 33 32

24

3 4 5 6 7 8

VIII B1 VIII B2 VIII C1 VIII C2 VIII D1 VIII D2

39 39 39 37 37 37

3.2 SAMPEL Dalam penelitian sampel merupakan bagian dari populasi, yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel diambil dengan teknik pengambilan acak (random sampling). Karena jumlah kelas VIII di SMP Negeri 1 Sawan terdiri dari delapan kelas, maka untuk memperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol, kelas tersebut diundi. Setelah pengundian selesai maka akan diperoleh satu kelas yang mendapat perlakuan sebagai kelas eksperimen yang

menggunakan model pembelajaran ARIAS dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil pengundian dengan teknik random sampling, maka ditetapkan kelas VIII B2 sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII A2 sebagai kelas kelompok kontrol. Perbandingan kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada tabel 1.4.

Tabel 1.4 Distribusi Sampel Penelitian Kelompok Eksperimen Kontrol Jumlah Nama Kelas VIII B2 VIII A2 Jumlah Siswa 39 32 71

3.3 Variabel Penelitian Dalam suatu penelitian variabel merupakan atribut seseorang, atau objek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981). Secara umum, penelitian ini melibatkan dua buah variabel, yaitu variabel terikat 25

(Dependent Variable) dan variabel bebas (Independent Variable). Menurut (Margono, 2007) Variabel bebas merupakan kondisi atau karakteristik yang dimanipulasi oleh peneliti dalam rangka untuk menerangkan hubungan dengan fenomena yang diobservasi. Dalam penelitian ini variabel bebas terebut adalah model pembelajaran yang diterapkan pada kelompok eksperimen yaitu model pembelajaran ARIAS dan kelompok kontrol yaitu metode konvensional. Sedangkan variabel terikat merupakan kondisi atau karakteristik yang berubah atau muncul ketika peneliti mengintroduksi, mengubah atau mengganti variabel bebas (Margono, 2007). Dalam penelitian ini variabel terikat adalah hasil belajar dan motivasi belajar siswa bidang studi TIK pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan tahun ajaran 2010/2011.

4. RANCANGAN PENELITIAN Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan quasi eksperimen dengan rancangan Postest-Only Control Grup. Dalam rancangan ini

pengambilan sampel dilakukan dengan memilih kelas yang akan dijadikan sampel secara random. Rancangan ini dipilih karena selama melakukan eksperimen tidak memungkinkan mengubah kelas yang sudah ada. Rancangan dalam penelitian ini dapat dilihat seperti gambar berikut:
KE: X O1

KK:

O2

Gambar 2. Desain Penelitian Postest-Only Control Grup Design Keterangan: KE : Kelompok eksperimen KK : Kelompok control X : Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan Model pembelajaran ARIAS O1 : Postest untuk kelas eksperimen setelah perlakuan O2 : Postest untuk kelas kontrol setelah perlakuan

26

a. Prosedur penelitian Setiap penelitian harus ada tahap-tahap penelitian yang akan dilaksanakan untuk dapat mengungkapkan secara tuntas terkait permasalahan yang diajukan. Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.5.

Tabel 1.5 Tahapan Penelitian Model Pembelajaran ARIAS No 1 Tahapan Orientasi Uraian Kegiatan 1. Peneliti menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. 2. Peneliti melakukan penjajagan

kesekolah sekaligus minta ijin kepada kepala sekolah untuk mengadakan penelitian.. 3. Peneliti menetapkan kelas yang akan dijadikan Selanjutnya populasi peneliti penelitian. menentukan

sampel penelitian yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penentuan sampel ini dengan teknik random sampling. 4. Peneliti mengadakan sosialisasi

dengan guru mata pelajaran TIK bahwa peneliti akan mengadakan

penelitian di kelas tersebut. 2 Observasi awal 1. Mengobservasi kegiatan belajar

mengajar di kelas yang dijadikan kelas kontrol dan kelas eksperimen.

27

Merancang perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian

1. Peneliti

merancang

perangkat dengan dan

pembelajaran model

seperti RPP

pembelajaran

ARIAS

model pembelajaran langsung. 2. Peneliti merancang tes hasil belajar yang nantinya akan digunakan sebagai postest. 3. Mengadakan konsultasi dengan Dosen pembimbing tentang instrumen

penelitian yang akan dilakukan. 4 Uji coba instrumen penelitian 5 Revisi instrumen penelitian 7 Memberikan perlakuan 1. Setelah instrumen benar-benar siap, maka diadakan uji coba instrumen. 1. Mengadakan revisi terhadap instrumen yang telah diujikan. 1. Menerapkan model pembelajaran pada masing-masing pembelajaran kelas, ARIAS model (Assurance,

Relevance, Interest, Assessment and Satisfaction) pada kelas eksperimen dan model pembelajaran langsung pada kelas kontrol. 8 Mengadakan tes akhir (postest) 1. Peneliti mengadakan test akhir

(postest) pada kelas kontrol maupun pada kelas eksperimen. Pemberian test akhir ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mendapat perlakuan.

Mengadakan Quesioner

1. Peneliti

mengadakan

Quesioner

kepada siswa untuk memperoleh data respon siswa dan data motivasi belajar siswa terkait penerapan ARIAS model dengan

pembelajaran

menggunakan angket.

28

10

Analisis data dan pengujian hipotesis

1. Peneliti penelitian.

menganalisis

data

hasil

2. Peneliti menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. 11 Pembuatan laporan 1. Penyusunan laporan. 2. Ujian.

Untuk memperjelas tahapan-tahapan prosedur penelitian terebut, dapat dilihat dalam gambar 3 berikut.

29

Perancangan Peneli

Gambar 3. Prosedur penelitian

5. METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA 5.1 Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang diperlukan adalah sebagai berikut.

30

Implementasi rancan

a. Metode Tes Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK. Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan metode tes. Tes hasil belajar yang dikembangkan disesuaikan dengan jenjang kemampuan kognitif dan psikomotor. Dalam penelitian ini akan dilakukan test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang disebut dengan postest. postest dilakukan setelah kelas mendapat perlakuan yang berbeda, yaitu kelas eksperimen dengan menggunakan model ARIAS sedangkan kelas kontrol menggunakan model konvensional. Dalam penelitian ini bentuk tes kognitif yang digunakan adalah tes obyektif pilihan ganda (Multiple Choice Item Test). Untuk psikomotor akan digunakan rubrik penilaian tes psikomotor. b. Metode Angket Dalam suatu penelitian sering digunakan metode angket

(qustionnaire) yang digunakan untuk menghimpun data-data dengan menggunakan daftar pertanyaan dan pilihan yang sudah disediakan oleh peneliti. Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket tertutup, yaitu responden menjawab pertanyaan-pertanyaan berdasarkan jumlah pilihan jawaban yang telah disediakan. Dalam penelitian ini digunakannya metode angket karena ada dua alasan, yaitu Untuk memperoleh informasi-informasi yang relevan untuk penelitian dan Untuk memperoleh informasi-informasi atau data yang valid dan reliable. Dalam implementasinya, data-data yang sudah diperoleh mengenai respon siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran dan motivasi belajar siswa dengan menggunakan model ARIAS akan dikumpulkan untuk proses penelitian selanjutnya. Dalam penelitian ini ada 2 macam angket yang digunakan yaitu: 1. Angket Motivasi Belajar Siswa Untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar siswa dengan diterapkannya model pembelajaran ARIAS dalam pembelajaran TIK dilakukan dengan menggunakan angket

31

motivasi belajar siswa dan disebarkan kepada siswa di akhir pembelajaran. Angket motivasi belajar yang diberikan kepada siswa terdiri atas 20 item dengan pemberian skor minimal 1 dan skor maksimal 5 untuk setiap item angket yang dikelompokkan kedalam dua pernyataan yaitu pernyataan positif dan negatif. Jadi dalam implementasinya siswa memperoleh skor tanggapan dengan rentangan skor tertinggi 100 dan skor terendah 20. Selanjutnya dilakukan uji analisis terhadap data yang diperoleh. Pengolahan data motivasi belajar siswa ini dianalisis dengan rumus yang suda ada, dan diklasifikasikan menjadi 5 klasifikasi respon yaitu sangat positif, positif, kurang positif dan atau sangat kurang positif.

2. Angket Respon Siswa Angket respon siswa yang digunakan terdiri dari 10 item dengan pemberian skor minimal 1 dan skor maksimal 5 untuk setiap item angket. Jadi dalam implementasinya siswa

memperoleh skor tanggapan dengan rentangan skor tertinggi 50 dan skor terendah 10. Selanjutnya dilakukan uji analisis terhadap data yang diperoleh. Pengolahan data respon siswa ini dianalisis dengan rumus yang suda ada, dan diklasifikasikan menjadi 5 klasifikasi respon yaitu sangat positif, positif, kurang positif dan atau sangat kurang positif.

Data motivasi belajar dan respon siswa ini dikumpulkan pada akhir proses pembelajaran, dengan demikian nantinya peneliti akan tahu seberapa besar motivasi belajar dan respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran ARIAS dalam proses pembelajaran TIK setelah memberikan perlakuan.

5.2 Instrumen Penelitian Dalam suatu penelitian ada istilah instrumen penelitian. secara umum instrumen ini merupakan suatu alat ukur. Instrumen penelitian ini digunakan peneliti untuk mengukur variabel penelitian. Dengan demikian bisa 32

dikatakan bahwa instrumen penelitian ini merupakan hal yang cukup penting dalam suatu penelitian, dan dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar siswa. Instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda atau tes obyektif untuk postest. Peneliti menyusun tes ini dengan jumlah butir soal sebanyak 40 butir soal, masing-masing soal terdiri dari lima buah pilihan jawaban (a,b,c,d dan e) dengan skor 1 untuk jawaban yang bernilai benar dan skor 0 untuk jawaban yang salah. Peneliti memilih tes pilihan ganda dalam melakukan evaluasi dalam penelitian ini karena peneliti memiliki bebrapa alasan yaitu : 1. Tes pilihan ganda dapat menggunakan jumlah butir soal yang relatif banyak, mencakup hampir seluruh materi dan memudahkan responden dalam penyelesaiannya. 2. Dalam pemberian skor, peneliti dapat melakukannya dengan objektif. 3. Memudahkan peneliti untuk melakukan analisis butir soal 4. Mengurangi kemungkinan responden untuk menebak jawaban, karena pilihan jawaban tes pilihan ganda lebih dari dua pilihan. Dalam penyusunan tes hasil belajar yang akan digunakan untuk bahan evaluasi, ada beberapa langkah atau tahapan. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Identifikasi standar kompetensi 2. Identifikasi kompetensi dasar 3. Identifikasi indikator pembelajaran 4. Penyusunan kisi-kisi tes hasil belajar 5. Menentukan kriteria penilaian 6. Penulisan butir-butir tes 7. Uji ahli tes hasil belajar 8. Uji coba tes hasil belajar 9. Analisis data hasil uji coba tes hasil belajar 10. Revisi butir soal 11. Penyusunan instrumen final

Dalam penelitian ini, tes hasil belajar yang disusun disesuaikan dengan tahapan-tahapan tersebut diatas untuk menghasilkan suatu instrumen tes 33

hasil belajar yang benar-benar valid. Dalam pengembangan tes hasil belajar ini menggunakan taksonomi Bloom. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tes hasil belajar yang dikembangkan berdasarkan jenjang taksonomi Bloom pada ranah kognitif adalah sebagai berikut. a. Tipe hasil belajar : Pengetahuan (C1) Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual disamping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota. Dilihat dari segi proses istilahistilah tersebut memang perlu dihafalkan dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep konsep lainnya. b. Tipe hasil belajar : Pemahaman (C2) Tipe hasil belajar lebih tinggi dari pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan dari kasus lain. Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan. c. Tipe hasil belajar : Aplikasi (C3) Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongret atau khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori atau petunjuk teknis. Menerapkan abtraksi kedalam situasi baru disebut aplikasi. Aplikasi yang berulangkali dilakukan pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila terjadi proses pemecahan masalah. 34

d. Tipe hasil belajar : Analisis (C4) Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsurunsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan kemampuan analisis diharapkan siswa mempunyai pemahaman yang komprehensif tentang sesuatu dan dapat memilah atau memecahnya menjadi bagian-bagian yang terpadu baik dalam hal prosesnya, cara bekerjanya, maupun dalam hal sistematikanya. Dalam penyusunan instrumen soal pilihan ganda adalah ranah kognitif pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3) dan analisis (C4). Dari keempat aspek tersebut, peneliti menyusun contoh kisi-kisi dari instrumen soal pilihan ganda dapat dilihat dalam tabel 1.6 berikut ini.

Tabel 1.6 Kisi-kisi tes hasil belajar ranah kognitif Tipe Hasil Belajar Aplikasi (C3) Analisis (C4) 17.14 % 0 0 14 0 Pengetahuan (C1) Pemahaman (C2)

Kompetensi Dasar (KD)

Indikator

% Item Soal 31.43 % 21.43 % 30%

2.2 Menjelaskan fungsi menu dan ikon pada perangkat lunak pengolah angka 20%

a. Menjelaskan fungsi menu bar b. Menjelaskan menu dan fungsi ikon pada Toolbar 1. Standard 2. Formatting 3. Drawing c. Menjodohkan menu dan ikon sesuai dengan fungsinya

2 4

2 4

0 0

Jumlah Item 35

2.3.Menggunakan

menu a. Menggunakan sub menu pada menu bar dan ikon pokok pada b. Menggunakan menu dan perangka lunak ikon-ikon pada Toolbar : 1. Standard pengolah angka 2. Formatting 22,85 % 3. Drawing a. Membuat dokumen baru b. Mengatur width column dan high row c. Meletakkan data a. pada worksheet yang dikehendaki b. Pada folder yang

16

2.4 Membuat dokumen pengolah angka sederhana 57,15 %

1 1 1

0 1 1

1 2 2

0 0 2

40

dikehendaki d. Mengatur tampilan Border e. Mengedit column dan row f. Menyisipkan objek g. Mengatur format Angka h. Menggunakan rumus dan fungsi i. Mengatur Halaman j. Mencetak dokumen TOTAL ITEM TES 1 0 2 0

1 1 1

0 1 1

1 2 4

0 2 2

1 1 21

0 0 15

1 1 22

1 1 12

70

Tabel 1.6 di atas, merupakan kisi-kisi untuk tes hasil belajar untuk ranah kognitif yang menggunakan tes pilihan ganda. Total item tes hasil belajar untuk ranah kognitif sebanyak 70 item dengan persebaran merata pada tiap kompetensi dasar. Tes praktek (ranah psikomotor) yang akan diberikan berupa contoh kasus yang terkait dengan indikator pembelajaran yang telah diterapkan. Tes ketrampilan psikomotor terdiri dari 12 unjuk kerja. Tes hasil belajar yang dikembangkan berdasarkan jenjang taksonomi Bloom pada ranah

psikomotor adalah sebagai berikut. 36

a. Jenjang Kesiapan (P1) Jenjang kesiapan mencakup kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental. b. Gerakan Terbimbing (P2) Pada tahap gerakan terbimbing, siswa dapat menirukan seperti peniruan gerak mengikuti, mengulangi perbuatan yang dilakukan atau diperintahkan oleh orang lain. c. Gerakan Terbiasa (P3) Gerakan terbiasa mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.

Selanjutnya tes tersebut akan dikerjakan oleh masing-masing kelompok pada masing-masing komputer. Cara penilaian yang dilakukan oleh guru menggunakan rubrik psikomotor yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Kisi-kisi tes praktek (ranah psikomotor) dapat dilihat dalam tabel 1.7.

Tabel 1.7 Kisi-kisi tes hasil belajar ranah psikomotor


KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KETERAMPILAN P1 8,3 % P2 83,3 % P3 8,3% TOTAL UJI KETERAMPILAN

1. Menggunakan

a. Menggunakan sub menu pada menu menu dan ikon bar pokok pada b. Menggunakan menu dan ikonperangkat lunak ikon pada Toolbar pengolah angka 1. Standard 2. Formatting

2. Membuat dokumen pengolah angka sederhana

3. Drawing a. Membuat dokumen baru b. Mengatur width

10

1 37

column dan high row c. Meletakan data 1. Pada worksheet yang dikehendaki 2. Pada yang dikehendaki d. Mengatur tampilan Border e. Mengedit column dan row f. Menyisipkan objek g. Mengatur format Angka h. Menggunakan rumus dan fungsi i. Mengatur Halaman j. Mencetak dokumen Total Uji Keterampilan Ranah psiokomotor 0 0 1 folder

0 0

1 0

1 1

0 1

1 5

0 9 15

Dari hasil pemaparan di atas, metode dan instrumen pengumpulan data dapat disimpulkan pada tabel 1.8 sebagai berikut.

Tabel 1.8 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data Jenis Data Hasil belajar siswa (postest) Sumber Data Metode Instrumen Tes belajar Waktu Sifat Data Skor Rasio

Siswa dari kelas Tes eksperimen dan kontrol

hasil sesudah proses

kognitif dan pembelajaran psikomotor (postest)

38

(tes ganda

pilihan dan

keterampilan) Motivasi siswa Siswa kelompok Angket Eksperimen Angket Motivasi Belajar siswa Respon siswa Siswa kelompok Angket eksperimen Angket respon siswa Sesudah proses pembelajaran Sesudah proses pembelajaran Skor interval Skor interval

5.3 Uji Instrumen Penelitian Dalam sebuah penelitian sebelum instrumen penelitian digunakan, peneliti harus melakukan pengujian terhadap instrumen tersebut. Dalam penelitian ini instrumen penelitian untuk ranah kognitif diuji apakah sudah layak untuk digunakan dalam tes hasil belajar. Suatu instrumen penelitian bisa dikatakan sebagai sebuah instrumen yang baik, berkualitas dan sesuai jika instrumen tersebut telah memenuhi kriteria reliabilitas, validitas, kualitas item.

5.3.1 Uji Validitas Hal pertama dan paling penting yang harus dimiliki suatu instrumen adalah validitas. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas paling banyak diukur dengan menyelidiki bagaimana skor tes itu berhubungan dengan beberapa kriterium, yaitu beberapa perilaku, prestasi pribadi, atau karakteristik-karakteristik yang menunjukkan ciri-ciri yang ingin di ukur dari tes tersebut.

a. Validitas isi Gay (1987) menyatakan bahwa validitas isi (content validity) adalah derajat pengukuran yang mencerminkan domain isi yang diharapkan. Validitas isi penting untuk tes hasil belajar

(achievement test). Suatu skor kurang bahkan tidak mencerminkan hasil belajar siswa apabila instrumen tidak mampu mengukur 39

secara komprehensif apa yang telah dipelajari oleh siswa. Prosedur yang hendak ditempuh agar suatu tes hasil belajar mampu mencerminkan domain isi secara komprehensif adalah dengan menyusun kisi-kisi tes. Validitas isi suatu tes hasil belajar tidak terlalu penting untuk dikuantifikasi. Validitas isi cukup diestimasi berdasarkan

pertimbangan ahli isi. Sebagai ahli isi dapat ditunjuk seorang guru pada bidang studi yang sama yang memiliki kualifikasi dan pengalaman kerja yang cukup. Pertimbangan ahli tersebut dianggap cukup representatif sebagai dasar untuk memutuskan bahwa tes yang dikembangkan telah memenuhi syarat validitas isi. Di samping pemeriksaan oleh ahli isi, tes juga perlu diuji keterbacaannya ditinjau dari pemakai (siswa). Prosedur ini dilakukan melalui uji kelompok kecil dan kelas yang

sesungguhnya. b. Validitas isi tes hasil belajar TIK siswa Dalam suatu penelitian, sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang benar terhadap skor total, atau dengan kata lain, sebuah item mempunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran antara validitas item dengan skor total dapat diartikan sebagai korelasi. Sehingga untuk mengetahui validitas item digunakan rumus korelasi (Arikunto, 2002). Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan program Microsoft Office Excel. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan rpbis hitung dengan rpbis tabel dalam taraf signifikansi 5 %. Rumus yang digunakan untuk menguji validitas butir soal adalah koefisien korelasi biserial yang dirumuskan sebagai berikut.
 


..(i)

Keterangan : K pbis = koefisien korelasi poin biserial


p

= rata-rata skor untuk yang menjawab benar 40

= rata-rata skor total = Standar deviasi total = Proporsi yang menjawab benar (tingkat kesulitan) = Proporsi yang menjawab salah (1-p)

St
P q

Kriteria butir soal dalam katagori valid jika rpbs hitung > r pbs tabel pada taraf signifikan 5%.

5.3.2 Uji Reliabilitas Analisis butir tes standar tidak dapat ditentukan hanya oleh IKB, IDB, dan untuk tes pilihan ganda oleh keefektifan pengecoh, tetapi juga harus ditambah oleh analisis konsistensi internal baik konsistensi internal butir maupun konsistensi internal tes (reliabilitas tes). Gay (1987) menyatakan konsistensi internal butir adalah derajat konsistensi pengukuran yang ditampilkan oleh butir terhadap apa yang ingin diukur. Jadi konsistensi butir berkenaan dengan tingkatan atau derajat yang menunjukkan seberapa jauh butir dapat mengukur secara konsisten apa yang seharusnya diukur. Wiersma (1991) menyatakan konsistensi internal tes atau reliabilitas tes berarti konsistensi dari tes dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengukuran konsisten berarti akan memberikan hasil yang sama untuk subjek yang sama pada waktu yang berbeda. Koefesien reliabilitas tes dapat bernilai antara 0,00-1,00. Gay (1987) menyatakan reliabilitas tes adalah derajat pada mana suatu tes dapat mengukur secara konsistens apa yang seharusnya diukur. Konsistensi internal tes atau reliabilitas internal tes dapat ditentukan dengan beberapa metode diantaranya metode belah dua, metode Kuder-Rechadson 20 (K-R
20,K-R21)

dan koefisien alfa

Cronbach. Dalam penelitian ini uji reliabilitas menggunakan metode (K-R20). Karena skor-skor butir bersifat dikotomis, maka koefesien reliabilitas dihitung dengan Metode K-R 20 dengan formula (Mehrens & lehmann, 1984) sebagai berikut.
 

...(ii) 41

Keterangan n = jumlah butir tes p = persentase responden yang menjawab benar q = persentase responden yang menjawab salah
= varians keseluruhan tes

Untuk konversi uji reliabilitas tes dapat digunakan kriteria pengujian pada tabel 1.9.

Tabel 1.9. Kriteria Uji Reliabilitas Tes Rentangan Reliabilitas R11 < 0,20 0,40 0,60 0,80 < < < < R11 < R11 < R11 < R11 < 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 Kategori Derajat reliabilitas sangat rendah Derajat reliabilitas rendah Derajat reliabilitas sedang Derajat reliabilitas tinggi Derajat reliabilitas sangat tinggi

5.3.3 Uji Indeks Kesukaran Butir (IKB) Tes Dalam suatu tes, tingkat kesukaran butir dapat digunakan untuk mengukur bermutu atau tidaknya butir-butir tes tersebut. Butir yang baik adalah butir yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar sehingga dapat benar-benar menggambarkan kemampuan siswa tersebut. Tingkat kesukaran butir dalam tes pilihan ganda dapat menggunakan formula sebagai berikut.

  .....(iii)

Keterangan P = indeks kesukaran butir B = jumlah responden yang menjawab benar Js = jumlah responden seluruhnya

Klasifikasi indeks kesukaran butir yang umum digunakan adalah seperti pada tabel 1.10 berikut. 42

Tabel 1.10 Kriteria Uji Indeks Kesukaran Butir Rentangan IKB P1 0,00 0,30 0,70 < < < P1 P1 P1 P1 = < < < = 0,00 0,30 0,70 1,00 1,00 Kategori Terlalu sukar Sukar Sedang Mudah Terlalu mudah

Secara umum butir yang ditoleransi sebagai tes standar adalah yang memiliki P = 0,30-0,70.

5.3.4 Indeks Daya Beda Butir (IDB) Tes Daya beda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2002). Nilai IDB bergerak dari 1,00 s.d +1,00. Apabila IDB bernilai positif, butir tersebut memiliki dayabeda yang positif, yang berarti bahwa porsi siswa yang lebih tahu tentang jawaban benar lebih besar dibandingkan dengan porsi siswa tang tidak tahu. Apabila IDB bernilai nol, butir tersebut memiliki dayabeda nol, artinya butir tersebut tidak mampu membedakan antara siswa tahu jawaban benar dengan siswa yang tidak tahu. Hal ini terjadi, karena beberapa hal, yaitu: (1) butir terlalu mudah atau terlalu sukar, sehingga mungkin semua siswa salah atau semua siswa benar, (2) butir tersebut membingungkan sebagai akibat konstruksinya ambigu atau

menimbulkan penapsiran ganda. Apabila porsi siswa yang tidak tahu jawaban benar lebih banyak dibandingkan dengan yang tahu, maka IDB menjadi negatif. Hal ini bissa terjadi mungkin disebabkan karena konstruksi tes bersifat ambigu, atau kunci jawabannya yang salah. Secara umum, semakin tinggi IDB suatu butir semakin besar kemungkinan butir tersebut mampu membedakan antara siswa yang tahu jawaban benar dengan siswa yang tidak tahu. Kriteria yang

43

digunakan dalam menentukan daya pembeda tes adalah sebagai berikut (Subana dan Sudrajat, 2001).

Tabel 1.11 Kriteria Uji Indeks Daya Beda Butir Rentangan IKB DB 0,00 0,20 0,40 0,70 < < < < DB DB DB DB < < < < < 0,00 0,20 0,40 0,70 1,00 Kategori Sangat jelek Jelek Cukup Baik Sangat Baik

Untuk tes standar dianjurkan menggunakan tes yang memiliki IDB > 0,20. Indeks daya beda butir dapat menggunakan formula sebagai berikut.



..(iv)

Keterangan IDB = indeks daya beda butir = jumlah responden Kelompok Atas yang menjawab benar = jumlah responden Kelompok Bawah yang menjawab benar = jumlah responden seluruhnya.

5.3.5 Menentukan Keefektifan Penge oh (distracters effectiveness). Analisis distraktor di perlukan hanya untuk pembuat soal. Selain menghitung indeks kesukaran dan daya beda dalam analisis butir juga perlu di ketahui apakah distraktor atau pengecoh yang di sediakan tepat atau tidak benar. Apakah semua pilihan yang disediakan dipilih semua karena dianggap betul, jawaban terkumpul pada pilihan tertentu atau pilihan yang sama sekali tidak ada pemilihnya. Dengan memeriksa pola pilihan jawaban, dapat di tentukan hal hal sebagai berikut : (1). Berapa jumlah subjek yang menjawab betul; (2). Distraktor mana yang terlalu jelas atau menyolok sehingga sangat sedikit yang terkecoh untuk memilihnya; (3). Distraktor mana yang 44

justru menyesatkan subjek yang termasuk kelompok tinggi yang seharusnya tidak terkecoh; (4). Distraktor mana yang dapat menarik bagi subjek kelompok rendah, tetapi tidak cukup menarik bagi subjek dari kelompok tinggi. Pengecoh dikatakan efektif bila minimal dijawab oleh 5% peserta.

6. ANALISIS DATA Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data tersebut diolah menggunakan analisis statistik dan analisis non statistik. Data kuantitatif akan dianalisis dengan analisis statistik deskriptif untuk mendeskripsikan data hasil belajar siswa. Analisis statistik digunakan untuk men-genaralisasi hasil penelitian yang meliputi estimasi (perkiraan), uji prasyarat berupa uji normalitas dan uji homogenitas, serta uji hipotesis. Dalam menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini menggunakan uji t. Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol.

6.1 Deskripsi Data Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui tinggi rendahnya hasil belajar TIK. Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan cara menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka atau presentase, mengenai suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum. Analisis deskriptif dilakukan terhadap nilai rata-rata, modus, median, standar deviasi, varian, skor maksimum, skor minimum, dan jangkauan. Untuk menentukan tinggi rendahnya kualitas variabel-variabel tersebut dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata (mean) ideal dan standar deviasi (SD) ideal masing-masing variabel tersebut pada Tabel 1.12.

Tabel 1.12 Kriteria Uji Mean Ideal dan Standar Deviasi Ideal Nurkancana dan sunartana (1992) Variabel standar deviasi Kriteria

45

Mi + 2 Sdi Mi + 1 Sdi Mi - 1 Sdi Mi - 2 Sdi Mi - 3 Sdi

s.d Mi + 3,0 Sdi s.d Mi + 2 Sdi s.d Mi + 1 Sdi s.d Mi - 1 Sdi s.d Mi - 2 Sdi

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

Keterangan: Mi = Rata-rata ideal dihitung dengan rumus: 1 (S.MaXI + S.Min) 2 Sdi = Standar deviasi ideal dihitung dengan rumus: 1 (S.MaXI + S. Min) 6

6.2 Uji Asumsi Statistik 6.2.1 Uji Normalitas Sebaran Data Dalam sebuah penelitian, uji normalitas sebaran data dilakukan untuk menentukan langkah pengujian, yaitu dengan menggunakan uji statistik parametrik dan uji statistik non parametrik. Dalam penelitian ini, hipotesis yang akan diujikan adalah sebagai berikut. Ho = Data berdistribusi Normal. Ha = Data tidak berdistribusi Normal. Sedangkan dala uji normalitas untuk penskoran hasil belajar TIK siswa digunakan suatu analisis yang disebut uji Chi-Square dengan rumus pada persamaan 1.5 (Sudijono, 2001).


Keterangan: XI2 : Chi-Square f0 fe

........................................ ................................(v)

: frekuensi yang diperoleh sampel : frekuensi yang diharapkan Kriteria pengujian dapat berdistribusi normal jika XI2 hit < XI2

tab, dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan dk=(k-1).

46

6.2.2 Uji Homogenitas Uji homogenitas varians untuk kedua kelompok digunakan uji F dengan rumus pada persamaan 1.6 (Sudjana, 2002). Hipotesis yang akan diujikan adalah : Ho : Tidak ada perbedaan varians antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Ha : Ada perbedaan varians antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.


Keterangan:

................................. .............................. ...................(vi)

s12 = varians kelompok eksperimen s22 = varians kelompok kontrol

Kriteria pengujian, jika Fhit u FE n 1, n


1

1

maka sampel tidak

homogen dapat melakukan pengujian dengan menggunakan rumus polled varians, dan jika Fhit < FE n 1, n
1 2

1

maka sampel homogen

dapat melakukan pengujian dengan dengan menggunakan rumus separated varians. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1-1 dan derajat kebebasan untuk penyebut n2 -1.

6.2.3 Uji Hipotesis Penelitian Sesuai dengan hipotesis penelitian atau hipotesis alternatif (Ha) yang telah diajukan pada kajian teori, maka dapat dirumuskan hipotesis nol (H0 ) sebagai berikut.

Uji hipotesis untuk hasil belajar siswa H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam

penggunaan model pembelajaran ARIAS terhadap hasil belajar TIK siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan.

47

Ha

: Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran model pembelajaran ARIAS terhadap hasil belajar TIK siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan.

Pengujian hipotesis menggunakan t-test terdapat beberapa rumus yang digunakan (Sugiyono, 2008) yaitu sebagai berikut :

Rumus (separated varians)

t!

X1  X 2 s12 s2 2  n1 n2
................. ............................ ..................................(vii )

Rumus (polled varians)

t!

X1  X 2 (n1  1) s1  ( n 2  1) s 2 n1  n 2  2
2 2

1 1  n 1 n 2 (viii)

Keterangan :

X1

= Nilai rata-rata skor kelompok eksperimen

X 2 = Nilai rata-rata skor kelompok kontrol


n1 n2 s12 s2
2

= Banyaknya subjek kelompok eksperimen = Banyaknya subjek kelompok kontrol = varians sampel kelompok eksperimen = varians sampel kelompok kontrol

Pedoman penggunaan rumus-rumus t-test (Separated Varian, dan Polled Varian, yaitu sebagai berikut : 1. Bila jumlah anggota sampel n1 = n2, dan varian homogen

2 1

2 W 2 maka dapat digunakan rumus t-test baik untuk

48

Separated, maupun Polled Varian. Untuk melihat harga t-tabel digunakan dk = n1 + n2 - 2 2. Bila n1 n2, varian homogen
!

rumus t-test dengan Polled Varian. Derajad kebebasan (dk) = n1 + n2 2


2 3. Bila n1 = n2, varian tidak homogen 12 { W 2 , dapat digunakan W

rumus t-test dengan Separated Varian dan Polled Varian. Dengan dk = n1 1 atau n2 1. jadi dk bukan n1 + n2 2. 4. Bila n1 n2, varian tidak homogen

digunakan t-test dengan Separated Varian. Harga t sebagai pengganti t-tabel dihitung dari selisih harga t-tabel dengan dk (n1 1) dan dk (n2 1) dibagi dua, dan kemudian ditambahkan dengan harga t yang terkecil. Berdasarkan pedoman rumus di atas karena banyaknya subjek dalam penelitian ini antara kelompok ekperimen tidak sama dengan kelompok kontrol n1 n2 maka rumus t-test yang mungkin digunakan adalah nomor 2 dan 4

7. MOTIVASI BELAJAR SISWA Untuk mengetahui motivasi siswa terhadap penggunaan pembelajaran TIK setelah diterapkannya model pembelajaran ARIAS akan dianalisis secara deskriptif terhadap pendapat siswa yang tertuang dalam angket motivasi belajar siswa. Angket yang digunakan adalah skala Likert dengan 5 pilihan, yaitu a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S) c. Kurang setuju (KS) d. Tidak Setuju (TS) 49

2 1

2 2

dapat digunakan

2 1

2 2

untuk ini

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

Data motivasi belajar siswa dianalisis berdasarkan rata-rata skor motivasi belajar siswa M , mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI). Mean Ideal (MI ) Standar Deviasi Ideal (SDI ) = =
1 (skor maksimum + skor minimum). 2 1 (skor maksimum + skor minimum). 6

Rata-rata skor motivasi belajar siswa dianalisis dengan rumus :

M
M !
i !1

..(ix)

Keterangan :
M
n

= Rata-rata skor motivasi belajar siswa.


i

M
i !1

= Jumlah skor motivasi belajar siswa.

= Banyak siswa.

Rata-rata skor motivasi belajar siswa yang diperoleh dicocokkan dengan kriteria penggolongan berikut.

Tabel 1.13 Kriteria Penggolongan Motivasi Belajar Siswa (Ratumanan dalam Ari Septiana 2010) Kriteria
M u MI  1,5.S I MI  0,5.SDI e M MI  0,5.S I e M MI  1,5.SDI e M M MI  1,5.S I MI  1,5.SDI MI  0,5.S I MI  0,5.SDI

Kategori Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah

50

8. RESPON SISWA Respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran ARIAS dikumpulkan dengan menggunakan angket tanggapan siswa. Angket yang digunakan adalah skala Likert dengan 5 pilihan, yaitu a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S) c. Kurang setuju (KS) d. Tidak Setuju (TS) e. Sangat Tidak Setuju (STS)

Sedangkan untuk acuan respon negatif dilakukan dengan pemberian skor terbalik dengan item positif.

Tabel 1.14 Kriteria Pemberian Skor Respon Siswa Nilai Item Analisis Jawaban SS S KS TS STS Positif (+) 5 4 3 2 1 Negatif (-) 1 2 3 4 5

Untuk mencari skor rata-rata atau mean ( X ) dapat dilakukan dengan membagi jumlah semua skor (XI) dengan jumlah siswa (N) (Masidjo, 1995).

X=

X
N ........................................................................................ ...(xi)

Keterangan :
X

= Skor rata rata respon siswa = Jumlah skor respon siswa = Banyaknya siswa

X
N

51

Untuk mencari mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI) dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut. MI SDI = = 1 (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal) 2 1 (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal) 6

Respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran ARIAS yang diterapkan dapat diketahui berdasarkan tabel di bawah ini.

Tabel 1.15 Kategori Respon Siswa Masidjo (1992) Rentangan Skor MI + 1,5 SDI e X MI + 0,5 SDI e X MI - 0,5 SDI e X MI - 1,5 SDI e X
X

Kategori Sangat Positif Positif Cukup Positif Kurang Positif Sangat Kurang

MI + 1,5 SDI MI + 0,5 SDI MI - 0,5 SDI

MI - 1,5 SDI

52

No
1 2 3

Kegiatan
Orientasi dan observasi awal Pembuat proposal Merancang instrumen penelitian dan RPP

Januari 2011 1 2 3 4

Februari 2011 1 2 3 4

Maret 2011 1 2 3 4 1

April 2011 2 3 4 1

Mei 2011 2 3 4 1

Juni 2011 2 3 4 1

Juli 2011 2 3 4

4 5 6 7

Ujian proposal Uji coba instrumen penelitian Analisis butir soal Mengimplementasikan Model Pembelajaran

8 9 10

Analisis data dan pengujian hipotesis Pembuatan laporan Ujian Skripsi

53 53

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1988. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Kiranawati. 2007. Penerapan Pembelajaran ARIAS.Artikel. Tersedia http://gurupkn.wordpress.com. Didownload tanggal 04 Februari 2011.

pada

Keller, J. M. 2006. ARCS-Motivation teory. Artikel. Tersedia pada http//ide.ed.psu.edu. Didownload tanggal 04 Februari 2011. Keller, J. M. 2006. The Arcs Model of Motivation Design. Artikel. Tersedia pada http://www.googlebooks.com/Arcsmodel. Didownload tanggal 25 Februari 2011. Keller, J. M. & Suzuki, K 2004. Learner motivation and e-learning design: A multinationally validated process. Journal of Education Media, 29 (3), 175-189. Tersedia pada http//www.arcsmodel.com. Didownload tanggal 25 Februari 2011. Mariana, Anah. 2007. Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Konsep Pengelolaan Lingkungan Dengan Penerapan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar Model Conceptual Change. Jurusan Biologi, UNNES Semarang. Nurkancana dan Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional. Parsa, I Nyoman. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Arias Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas Viii Smp Negeri 5 Singaraja Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Fisika, UNDIKSHA Singaraja. Rumiati, 2007. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Pada Anak. Tersedia pada http://rumiati.wordpress.com. Didownload tanggal 28 Februari 2011. Saadah. 2010. Penerapan Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment And Satisfaction) Dalam Pembelajaran TIK. Kumpulan Skripsi Pendidikan Ilkom UPI. Sardiman, A. M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers. Sri Suwateriningsih, Ketut. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Arias Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Viib Smp Negeri 2 Singaraja Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Matematika, UNDIKSHA Singaraja.

54

Yuni, Ni Wayan. 2010. Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Tik Siswa Kelas Xi Bahasa1 Sma Negeri 3 Singaraja Tahun Ajaran 2009/2010. Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, UNDIKSHA Singaraja.

55

Anda mungkin juga menyukai