Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN


HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM MATERI KECEPATAN DAN DEBIT
Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Tutorial 1 Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas

NURSALAM NIM : 857492804


RISMAWATI NIM : 857503075
SOPA SAMROTUL FUADAH NIM : 857501516
TITA PITRASARI NIM : 857492352

UPBJJ UT BANDUNG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2022
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TERBUKA

TUGAS TUTORIAL 1 [TT-1]

Nama Mata Kuliah : Penelitian Tindakan Kelas


Nama Dosen/Tutor :
Nama Mahasiswa :
NIM :

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Belajar (Hamalik, 2008:154) adalah perubahan tingkah laku yang relatif berkat
latihan dan pengalaman. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari
hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja dan di mana saja, baik di sekolah, di
kelas, di jalanan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan sebelumnya.
Produk pembelajaran yang menjadi indikator untuk mengetahui keberhasilan proses
belajar mengajar adalah hasil belajar. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang
diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar (Anni, 2011:85). Hasil belajar
tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati
dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan
tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik
dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak
sopan menjadi sopan, dan sebagainya. Hasil belajar siswa dicerminkan dalam bentuk nilai
tes baik tes ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester. Jenis tes
ini untuk mengukur kemampuan belajar siswa terhadap suatu mata pelajaran. Masing-
masing pelajaran mempunyai standar kelulusan yang telah ditentukan, standar ini disebut
dengan KKM (kriteria ketuntasan 2 minimal). Siswa dikatakan tuntas hasil belajarnya
apabila hasil belajar siswa sama dengan atau di atas KKM.
Tinggi rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara garis
besar oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri maupun pengaruh dari
luar siswa. Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua,
yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang berasal dari dalam diri
sendiri antara lain faktor jasmaniah (kondisi fisik siswa), faktor psikologis (intelegensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kelelahan dan kematangan) dan faktor kelelahan. Faktor
ekstern adalah faktor yang berasal dari faktor keluarga yaitu faktor sekolah (model
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pengajaran atau media pembelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di
atas ukuran, keadaan gedung, model mengajar, tugas rumah) dan faktor masyarakat.
Sekolah dasar adalah awal dimana siswa menemukan hal-hal baru untuk
mengembangkan dirinya, mendapatkan pengetahuan, pengajaran, pengalaman yang tak
terhingga. Siswa akan berusaha untuk menggali dan meningkatkan potensi yang ada
dalam dirinya. Sekola dasar juga merupakan jenjang atau tingkatan pertama untuk siswa
belajar pengetahuan-pengetahuan awal seperti membaca, menulis, dan menghitung.
Semakin atas tingkatan kelas siswa maka semakin atas juga level pembelajarannya.
Misalnya pada mata pelajaran matematika siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran
serta berpikir kritis dalam berbagai pemecahan masalah yang ada.
Sekolah Dasar Negeri Mekarsari merupakan sekolah dasar yang berlokasi di Kp
Mekarsari Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya. Dari pengamatan peniliti
kondisi lingkungan di sekolah ini cukup baik. Letak gedung sekolah yang strategis cukup
jauh dari kebisingan jalan raya, serta tersedia sarana dan prasanan pembelajaran yang
cukup memadai. SD Negeri Mekarsari berupaya untuk menciptakan kondisi lingkungan
yang dapat mendukung belajar siswa dengan baik, namun dengan kondisi sekolah yang
baik ini ternyata masih ditemui permasalahan.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti pada siswa kelas V di SD
Negeri Mekarsari menemukan bahwa masih ada siswa yang mengalami kesulitan dalam
pembelajaran matematika, hal tersebut dibuktikan dengan ulangan harian pada ajaran
tahun 2021/2022 semester 1 bab kecepatan dan debit hasil ulangan harian siswa banyak
yang tidak mencapai KKM pada angka 70, yaitu sebagai berikut

Tabel 1.1
Data Hasil Nilai Ulangan Harian Siswa pada Mata Pelajaran Matematika
Materi Kecepatan dan Debit
Kelas V SD Negeri Mekarsari
Tahun Ajaran 2021/2022 Semester 1
% %
Tahun Tuntas Tidak Tuntas
Ketuntasan Tidak Tuntas
2021/2021 11 24 31,43 % 68,57 %

Sumber : Dokumen guru kelas V SD Negeri Mekarsari

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika
di kelas V SD Negeri Mekarsari masih rendah karena ada sebanyak 24 siswa yang tidak
tuntas atau tidak mencapai KKM dengan prsentase 68,57 %. Setelah melakukan analisi
masalah, hal tersebut disebabkan karena siswa sering lupa rumus beserta dengan langkah-
langkah penyelesaian soal, siswa tidak belajar di rumah, siswa malu bertanya jika ada
materi yang belum dipahaminya, terdapat soal yang sulit, dan guru hanya menggunakan
metode ceramah saat menjelaskan materi.
Perlu adanya perbaikan agar tidak terjadi lagi hal tersebut. Oleh karena itu dalam
pembelajaran pemilihan strategi dan metode pembelajaran adalah langkah yang harus
diperhatikan guru.
Menurut David (Wina Sanjaya, 2006:126) Strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk
mencapai tujuan tertentu. Sedangkan metode pembelajaran merupakan langkah penting
yang dapat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan. Untuk itu dalam pemilihan
metode haruslah kreatif dalam penyesuaiannya dengan tujuan pembelajaran (Sumiati dan
Asra, 2007:11). Menurut Slameto (2010:54) Pemilihan strategi dan metode pembelajaran
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yang termasuk ka
dalam faktor eksternal yaitu faktor sekolah.
Selain itu berdasarkan analisis masalah metode pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi siswa yaitu metode pembelajaran tutor sebaya, karena dengan tutor sebaya
bahwa ada sekolompok siswa yang lebih mudah bertanya terhadap temannya, lebih
terbuka dengan teman sendiri dibandingkan dengan gurunya. Dengan demikian, metode
pembelajaran tutor sebaya diharapkan dapat menjadi solusi metode pembalajaran yang
digunakan oleh guru dan dapat memberikan suasan baru bagi siswa dalam pembelajaran
matematika, diharapkan pula dapat meningkarkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan dari pembahasan diatas, maka penilit tertarik untuk mengadakan
penelitian yang berjudul “Upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri
Mekarsari dalam materi kecepatan dan debit dengan menggunakan metode pembelajaran
tutor sebaya”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti merumuskan masalah penelitian
ini sebagai berikut : “Bagaimana penerapan metode pembelajaran tutor sebaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V dalam materi kecepatan dan debit?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah
untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam materi kecepatan dan debit setelah
diterapkannya metode pembelajaran tutor sebaya.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penenlitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan alternatif metode pembelajaran yang efektif pada mata pelajaran
matematika sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Menumbuhkan sikap kerja sama dan rasa tanggung jawab antar anggota kelompok.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Memberikan referensi alternatif metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
b. Bagi Siswa
Sebagai sarana bertukar pikiran dan berdiskusi mengenai materi yang sedang
dipelajari, sehingga siswa bisa lebih terbuka dalam melakukan pembelajaran dan
hasil belajar siswapun dapat meningkat
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah agar lebih
memperhatikan dalam pemilihan metode pembelajaran yang lebih bervariatif dan
disesuaikan dengan kondisi siswa, sehingga siswa dapat mencapai kriteria
ketuntasan minimal.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Belajar dan Pembelajaran
2.1.1 Hasil Belajar
Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar menurut Anni (2011:85) merupakan
perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan
belajar. Suprijono (2011:5) menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola–pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2009:3) berpendapat hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijono (2011:5-6), hasil belajar berupa :
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis.
3. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang.
4. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah
dalam memecahkan masalah.
5. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
6. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut.
Menurut Bloom dalam Suprijono (2011:6-7) menyatakan: Hasil belajar
mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain Kognitif meliputi
knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan
danmeringkas), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan
hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan
baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima),
responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi),
characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine,
dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik,
sosial, manajerial dan intelektual.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku, kemampuan dan keterampilan siswa setelah mengalami
proses belajar.

2.1.2 Penilaian Hasil belajar


Hasil belajar merupakan perubahan perilaku peserta didik setelah mengalami proses
pembelajaran. Perubahan tersebut dapat diketahui dengan cara melakukan penilaian.
Penilaian (assesment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat
penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau
ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Pengertian lain dari
penilaian menurut Sudjana dalam Farhan (2011) adalah proses pemberian nilai terhadap
hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan
bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa.
Menurut Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 20 tahun 2007 tanggal 11 Juni
2007 menyebutkan mengenai Standar Penilaian Pendidikan yaitu :
1. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
2. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
3. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta
didik secara berkelanjutan dalam proses 19 pembelajaran, untuk memantau kemajuan,
melakukan perbaikan pembelajaran, dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik.
4. Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar
(KD) atau lebih.
5. Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8–9 minggu kegiatan
pembelajaran. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan
seluruh KD pada periode tersebut.
6. Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan meliputi
seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.
7. Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhir semester
genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap
pada satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan meliputi
seluruh indikator yang merepresentasikan KD pada semester tersebut.
8. Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta
didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi
belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. Mata
pelajaran yang diujikan adalah mata pelajaran kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan dalam ujian nasional dan aspek kognitif
dan/atau psikomotorik kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian yang akan diatur dalam
POS Ujian Sekolah/Madrasah.
9. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan pengukuran pencapaian
kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian Standar
Nasional Pendidikan.
10 Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang
ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk
kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas
ambang kompetensi.
Sudjana dalam Farhan (2011) mengutarakan tujuan penilaian hasil belajar antara
lain:
1. Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan
kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.
Dengan pendeskripsian 21 kecakapan tersebut dapat diketahui pula posisi kemampuan
siswa dibandingkan dengan siswa lainnya.
2. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa
jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku siswa ke arah tujuan pendidikan
yang diharapkan.
3. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan
penyempurnaan Dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta sistem
pelaksanaannya.
4. Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-
pihak yang berkepentingan. Penilaian menuntut guru agar secara langsung atau tak
langsung mampu melaksanakan penilaian dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Untuk menilai sejauhmana siswa telah menguasai beragam kompetensi, sehingga
berbagai jenis penilaian perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai,
seperti unjuk kerja (performance), penugasan (proyek), hasil karya (produk), kumpulan
hasil kerja siswa (portofolio) dan penilaian tertulis (paper and pencil test). Penilaian
tertulis dapat berupa tes formatif (ulangan harian) maupun tes sumatif (ulangan akhir
semester).
2.1.3 Macam-Macam Hasil Belajar
Hingsley (dalam Sudjana, 2009:4) memberi tiga macam hasil belajar :
a) Keterampilan dan kebiasaan
b) Pengetahuan dan pengertian
c) Sikap dan cita–cita
2.1.4 Ranah Hasil belajar
Hasil belajar dapat dilihat dari perubahan siswa, ketrampilan meningkat, bertambah
pengetahuan, sikap yang lebih baik. Bloom seperti yang dikutip oleh Anni (2011:7-12)
membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu:
a. Ranah kognitif yaitu berkenaan hasil belajar intelektual terdiri dari pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.
b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari penerimaan, penanggapan,
penilaian, pengorganisasian, pembentukkan pola hidup.
c. Ranah psikomotorik adalah berkaitan dengan hasil belajar persepsi, kesiapan, gerakan
terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian, kreativitas.
2.1.5 Tipe-tipe Hasil Belajar
Hasil belajar secara menyeluruh harus mencerminkan tujuan pendidikan. Bloom
dalam bukunya Sudjana (2009: 49-54) berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang hendak
dicapai dapat digolongkan menjadi tiga bidang atau ranah, yakni 1) bidang kognitif, 2)
bidang efektif dan, 3) bidang psikomotor.
a. Tipe hasil belajar bidang kognitif meliputi :
1. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge).
2. Tipe hasil belajar pemahaman (comprehension)
3. Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)
4. Tipe hasil belajar analisis
5. Tipe hasil belajar sintesis
6. Tipe hasil belajar evaluasi
b. Tipe hasil belajar bidang afektif Bidang efektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada
beberapa tingkatan bidang afektif yaitu :
1.Receiving atau Attending adalah semacam kepekaan dalam menerima rangsangan
(stimulasi) dari luar yang datang pada siswa, baik demi bentuk masalah situasi atau
gejala.
2. Responding atau jawaban adalah reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi
yang datang dari luar.
3. Valuing atau penilaian adalah berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala
atau stimulasi.
4. Organizing atau organisasi yakni pengembangan nilai kedalam satu sistem organisasi,
termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai yang lain, kemantapan dan
prioritas nilai yang telah dimiliki.
5. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai adalah keterpaduan dari sistem nilai yang telah
dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
c. Tipe hasil belajar Psikomotor
Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan ketrampilan yaitu :
a. Gerakan reflek
b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
c. Kemampuan berseptual termasuk di dalamnya membedakan visual membedakan auditif,
motorik dan lain-lain.
d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuasaan, keharmonisan, ketetapan dan lain-
lain.
e. Gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan
yang komplek.
f. Kemampuan seperti gerakan ekspresif, interprestasi dan sebagainya.
2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa belajar adalah hal yang menimbulkan proses
perubahan dalam tingkah laku dan kecakapan. Sampai dimana perubahan ini dapat tercapai
atau dengan kata lain, berhasil atau tidak tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar menurut Slameto (2010 : 54) dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu, mencakup :
1. Faktor jasmaniah, yang meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh
2. Faktor Psikologis, mencakup intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,
kesiapan
3. Faktor Kelelahan, dibedakan menjadi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat
psikis)
b. Faktor Ekstern adalah faktor yang ada di luar individu, meliputi :
1. Faktor Keluarga Siswa akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua
mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.
2. Faktor Sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar
dan tugas rumah.

2.2 Metode Pembelajaran


Dalam buku T.Taniredja, E.M.Faridli dan Sri Harmianto,(2015, hlm. 1) “Metode
pembelajaran adalah seperangkat komponen yang telah dikombinasikan secara optimal untuk
kualitas pembelajaran” (Riyanto, 2002, hal. 32). Pada dasarnya pembelajaran merupakan suatu
interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar yang saling bertukar informasi. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar berjalan dengan baik. Proses pembelajaran dialami
manusia sepanjang hayat, serta berlaku di mana pun dan kapan pun.
Pembelajaran disini identik dengan pengajaran, suatu kegiatan di mana guru mengajar
atau atau membimbing anak-anak menuju proses pendewasaan diri. Jadi istilah pembelajaran
setara dengan istilah teaching atau instruction. Artinya, kita tidak harus secara diametral
mempertentangkan antara pengajaran (teacher centered) dengan pembelajaran (student
centered), karena pada hakikatnya kedua kegiatan itu dapat berlangsung sinergis (Suyono &
Hariyanto, 2014, hlm. 183).
UU No. 20/2003, Pasal I Ayat 20“pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Sanjaya (2005, hlm. 32-33) mengemukakan
faktor-faktor pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Proses pembelajaran harus memberikan peluang kepada siswa agar mereka secara
langsung dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
b. Guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksi apa yang telah
dilakukannya.
c. Proses pembelajaran harus mempertimbangkan perbedaan individual.
d. Proses pembelajaran harus dapat memupuk kemandirian di samping kerjasama.
e. Proses pembelajaran harus terjadi dalam iklim yang kondusif baik iklim sosial maupun
iklim psikologis.
f. Proses pembelajaran yang dikelola guru harus dapat mengembangkan kreatifitas dan rasa
ingin tahu.
Berdasarkan kesimpulan di atas, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa
dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu pengetahuan,
penguasaan kemahiran, tabiat, pembentukan sikap dan kepercayaan diri pada peserta didik.

2.3 Metode Tutor Sebaya


2.3.1 Pengertian Tutor Sebaya
Tutor sebaya adalah bimbingan atau bantuan yang diberikan kepada orang lain
dengan umur yang sebaya. Belajar bersama dalam kelompok dengan tutor sebaya
merupakan salah satu ciri pembelajaran berbasis kompetensi, melalui kegiatan
berinteraksi dan komunikasi, siswa menjadi aktif belajar, mereka menjadi efektif.
Kerjasama dalam kelompok dengan tutor sebaya dapat dikaitkan dengan nilai sehingga
kerjasama makin intensif dan siswa dapat mencapai kompetensinya.
Dipandang dari tingkat partisipasi aktif siswa, keuntungan belajar secara
berkelompok dengan tutor sebaya mempunyai tingkat partisipasi aktif siswa lebih
tinggi.
1. Menurut Thomson proses belajar tidak harus berasal dari guru ke siswa, melainkan
dapat juga siswa saling mengajar sesama siswa lainnya. Bahkan Anita Lie
menyatakan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (tutor sebaya) ternyata lebih efektif
dari pada pengajaran oleh guru. Hal ini disebabkan latar belakang, pengalaman
semata) para siswa mirip satu dengan lainnya dibanding dengan skemata guru.
2. Menurut Suharsimi Arikunto adakalanya seorang siswa lebih mudah menerima
keterangan yang diberikan oleh kawan sebangku atau kawan yang lain karena tidak
adanya rasa enggan atau malu untuk bertanya, guru dapat meminta bantuan kepada
anak-anak yang menerangkan kepada kawan-kawannya. Pelaksanaan ini disebut tutor
sebaya karena mempunyai usia yang hampir sebaya.
3. Menurut Silbermen tutor sebaya merupakan salah satu dari strategi pembelajaran yang
berbasis active learning. Beberapa ahli percaya bahwa satu pelajaran benar-benar
dikuasai hanya apabila peserta didik mampu mengajarkan pada peserta didik lainnya.
Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan dan mendorong pada peserta didik
mempelajari sesuatu dengan baik, dan pada waktu yang sama ia menjadi narasumber
bagi yang lain.
4. Pembelajaran peer teaching merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan
kemampuan mengajar teman sebaya.

Inti dari pembelajaran tutor sebaya ini adalah pembelajaran yang pelaksanaannya
dengan membagi kelas dalam kelompok–kelompok kecil, yang sumber belajarnya bukan
hanya dari guru melainkan juga teman sebaya yang pandai dan cepat dalam menguasai
suatu materi tertentu. Dalam pembelajaran ini, siswa yang menjadi tutor hendaknya
mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman lainnya, sehingga
pada saat dia memberikan bimbingan ia sudah dapat menguasai bahan yang akan
disampaikan.

2.3.2 Tujuan Tutor Sebaya


Dasar pemikiran tentang tutor sebaya adalah siswa yang pandai dapat memberikan
bantuan kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat dilakukan kepada
teman sekelasnya di sekolah dan kepada teman sekelasnya di luar kelas. Jika bantuan
diberikan kepada teman sekelasnya di sekolah, maka:
1) Beberapa siswa yang pandai disuruh mempelajari suatu topik
2) Guru memberi penjelasan umum tentang topik yang akan dibahasnya
3) Kelas dibagi dalam kelompok dan siswa yang pandai disebar ke setiap kelompok
untuk memberikan bantuannya.
4) Guru membimbing siswa yang perlu mendapat bimbingan khusus
5) Jika ada masalah yang tidak terpecahkan, siswa yang pandai meminta bantuan kepada
guru
6) Guru mengadakan evaluasi.
Jika bantuan diberikan kepada teman sekelasnya di luar kelas, maka:
1) Guru menunjukkan siswa yang pandai untuk memimpin kelompok belajar di luar kelas
2) Tiap siswa disuruh bergabung dengan siswa yang pandai itu, sesuai dengan minat,
jenis kelamin, jarak tempat tinggal, dan pemerataan jumlah anggota kelompok
3) Guru memberi tugas yang harus dikerjakan para siswa di rumah
4) Pada waktu yang telah ditentukan hasil kerja kelompok dibahas di kelas
5) Kelompok yang berhasil dengan baik diberi penghargaan
6) Sewaktu-waktu guru berkunjung ke tempat siswa berdiskusi
7) Tempat diskusi dapat berpindah-pindah (bergilir).
Jadi tujuan penggunaan dengan tutor sebaya adalah sebagai berikut:
1) Dapat mengatasi keterbatasan media atau alat pembelajaran
2) Dengan adanya kelompok guru bertugas sebagai fasilitator karena kesulitan yang
dihadapi kelompok/siswa dapat diatasi melalui tutor sebaya yang ditunjuk guru karena
kepandaiannya
3) Dengan kerja kelompok anak yang kesulitan dapat dibantu dengan tutor sebaya tanpa
perasaan takut atau malu
4) Dapat meningkatkan partisipasi dan kerjasama siswa serta belajar bertanggung jawab
5) Dengan belajar kelompok tutor sebaya melatih siswa untuk belajar bersosialisasi
6) Menghargai orang lain

2.3.3 Langkah-Langkah Tutor Sebaya


Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Pilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri.
2) Bagilah para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak sub-
sub materi yang akan disampaikan guru. Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap
kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya.
3) Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi. Setiap kelompok
dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya.
4) Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas maupun di luar
kelas.
5) Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas
yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai narasumber utama.
6) Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara berurutan sesuai dengan
urutan sub materi, beri kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman siswa
yang perlu diluruskan.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V SD Negeri Mekarsari sebanyak 35
siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 19 siswi perempuan pada mata pelajaran
Matematika materi kecepatan dan debit.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Mekarsari yang beralamatkan
di Kp. Mekarsari desa/kec. Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini
dilaksanakan di kelas V (lima).
3.3 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom
Action Research (CAR). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebua tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi, 2009 : 3)
3.4 Sumber Data dan Jenis Data
Sumber dara dalam penlitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas V SD
Negeri Mekarsari tahun ajaran 2021/2022 serta lingkungan yang mendukung pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar. Ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti yaitu:
1. Data kuantitatif, berupa hasil tes siswa yang digunakan untuk mengetahui kondisi awal
kemampuan kongitif , nilai tes dan ketuntasan belajar siswa.
2. Data kualitatif, berupa lembar pengamatan atau lembar observasi. Data ini digunakan
untuk mengetahui peranan guru selama jalannya penelitian tindakan kelas.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data hasil tes siswa. Metode
pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Metode Observasi
Metode observasi digunakan untuk mengetahui kinerja guru dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya karena
pembelajaran dengan menggunakan tutor sebaya belum pernah dilaksanakan
sebelumnya. Lembar observasi berisi langkah-langkah pembelajaran dan aktivitas
siswa pada pembelajaran dengan metode tutor sebaya.
b. Metode Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok menurut Suharsimi (2009: 150). Metode ini akan
diperoleh data tentang hasil belajar kompetensi dasar laporan keuangan yang diajukan
dengan metode pembelajaran tutor sebaya. Metode tes yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes uraian.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar adalah menggunakan soal
uraian. Untuk soal-saol bentuk uraian skor untuk item bisa diberikan 3 (untuk jawaban
benar) dan 0 (untuk item jawaban salah).
Rumus yang digunakan :
S=R
Keterangan :
S = Skor yang diperoleh
R = Jawaban yang benar
Pengolahan dan perngubahan skor mentah menjadi standar, rumus yang digunakan :

Skor mentah
Nilai = x 100
skor maksimum

(Sudjono, 2005: 315)

3.6 Rancangan Penelitian


Dalam penelitian ini dirancang menggunakan dua siklus. Pada setiap siklusnya
dilaksanakan satu kali tindakan pembelajaran. Pada pembelajaran setiap siklus dilakukan
melalui empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau
observasi dan refleksi.
Berikut gambaran siklus tindakan pada penelitian ini :

Perencanaan

Refleksi Tindakan

Observasi

Gambar 3.1
Skema Alur Siklus

3.7 Prosedur Penelitian


Prosedur Penelitian Pada Siklus I
a. Perencanaan
Tahap ini berupa rencana kegiatan menetukan langkah– lngkah yang akan
dilakukan oleh peneliti untuk memecahkan masalah. Rencana kegiatan yang akan
dilakukan pada tahap ini adalah (1) menyiapkan materi siklus Pelaksanaan
Perencanaan Pengamatan Refleksi dan menyusun rencana pembelajaran, (2)
pembelajaran ekspositori, (3) membuat dan menyiapkan soal yang akan digunakan
untuk mengukur hasil belajar.
b. Tindakan
Tindakan adalah aktivitas yang dirancang dengan sistem untuk menghasilkan
adanya peningkatan atau perbaikan dalam proses pembelajaran. Tindakan yang akan
dilakukan dalam penelitian pada siklus I adalah guru membuka pelajaran melalui
appersepsi yang digunakan untuk menyiapkan siswa pada materi selanjutnya. Pada
kegiatan ini guru menjelaskan materi tanpa menggunakan media pembelajaran.
Kegiatan akhir guru menutup pelajaran dengan menyimpulkan materi yang
disampaikan. Selanjutnya siswa diberi soal untuk mengetahui hasil belajar siswa yang
baru saja diajarkan.
c. Observasi
Observasi adalah mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan
siswa selama proses kegiatan belajar mengajar yang meliputi kegiatan pemuatan
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Suharsimi,
2009: 157) observasi dapat dilakukan dengan dua cara :
1) Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak
menggunakan instrumen pengamatan.
2) Observasi sitematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman
sebagai instrumen pengamatan dalam hal ini peneliti menggunakan observasi
berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
Observasi yang dilakukan meliputi hasi belajar siswa sebelum dan sesudah
menggunakan metode tutor sebaya dalam materi kecepatan dan debit. Suharsimi
(2009: 101) menerangkan sasaran atau objek yang dijadikan pokok dalam penelitian
tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal–hal yang terjadi di dalam kelas.
d. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan untuk menggunakan kembali apa yang sudah terjadi
(Suharsimi, 2009: 99). Kegiatan mengulas secara kritis (Refleksi) tentang perubahan
yang terjadi pada siswa, guru, dan suasana kelas. Berdasarkan hasil refleksi ini,
peneliti dapat melakukan revisi terhadap rencana siklus II.
Pada tahap ini, peneliti menganalisis hasil tes siklus I dari hasil tersebut yang
nantinya akan dibandingkan dengan hasil tes siklus II. Masalah–masalah yang timbul
pada sikuls I akan dicarikan alternatif pemecahannya pada siklus II. Sedangkan
kelebihannya akan dipertahankan dan ditingkatkan lagi.
Prosedur Penelitian pada siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II didasarkan pada temuan hasil siklus I. Adapun
rencana yang akan dilakukan pada siklus II adalah membuat perencanaan yang
dikembangkan dari siklus I dan diberi inovasi seperti penerapan metode tutor sebaya.
Tahap ini berupa rencana kegiatan menetukan langkah-langkah yang akan dilakukan
oleh peneliti untuk memecahkan masalah. Rencana kegiatan yang akan dilakukan pada
tahap ini adalah (1) menyiapkan materi dan menyusun rencana pembelajaran, (2)
pembelajaran menggunakan metode tutor sebaya, (3) membuat dan menyiapakan soal
yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar.
b. Tindakan
Tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian pada siklus II adalah materi
umpan balik mengenai hasil yang diperoleh pada siklus I. Pada kegiatan ini guru
menjelaskan materi menggunakan media pembelajaran tutor sebaya. Kegiatan akhir
guru menutup pelajaran dengan menyimpulkan materi yang disampaikan. Selanjutnya
siswa diberi soal untuk mengetahui hasil belajar siswa yang baru saja diajarkan.
c. Observasi
Observasi yang dilakukan meliputi hasi belajar siswa sebelum dan sesudah
menggunakan metode tutor sebaya pada kompetensi dasar materi kecepatan dan debit.
Suharsimi (2009: 101) menerangkan sasaran atau objek yang dijadikan pokok dalam
penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal–hal yang terjadi di dalam
kelas.
d. Refleksi
Refleksi yang digunakan pada siklus II, yaitu merefleksi hasil belajar siswa
pada pembelajaran siklus II sehingga dapat dikatahui perbedaan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran pada siklus II.

3.8 Metode Analisis Data


3.8.1 Analisis Deskriptif
Metode analisis data pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan cara
membandingkan hasil belajar siswa setelah tindakan. Data dihitung dengan langkah-
langkah yaitu menghitung nilai rerata/presentase rerata hasil belajar siswa setelah
dilakukan tindakan pada siklus 1 dan siklus 2 untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar.
Menghitung rata-rata nilai

∑ Xi
X=
n

Keterangan :
X = Rata-rata nilai
∑ X = Jumlah seluruh nilai
n = Jumlah siswa

3.9 Menghitung Ketuntasan Belajar


Uji ketuntasan belajar yaitu untuk mengetahui sejauh mana suatu metode
pengajaran berperan dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi
pelajaran secara tuntas, sehingga metode tersebut dikatakan efektif. Seorang siswa
dikatakan tuntas belajar apabila siswa tersebut telah mencapai daya serap lebih dari atau
sama dengan 7,6. Jika siswa tersebut tidak mencapai nilai 7,6 maka siswa tersebut
dikatakan tidak tuntas belajar sehingga perlu perbaikan dan pengayaan. Untuk
mengetahui ketuntasan belajar digunakan rumus deskriptif sebagai berikut:
n
%= x 100%
N
Keterangan :
% = Tingkat Presentase yang dicapai
n = Jumlah skor yang diperoleh dari data
N = Jumlah skor maksimal
Dalam perhitungan ketuntasan belajar secara klasikal dengan rumus diatas maka
“n” merupakan simbol dari jumlah siswa yang memiliki nilai ≥ 70 dan “N” merupakan
simbol dari seluruh siswa peserta tes.
3.9.1 Menghitung Data Hasil Belajar (Kognitif) Siswa
Untuk menghitung hasil belajar secara klasikal maka dapat digunakan rumus
sebagai berikut :

Nilai akhir =
∑ jawaban benar x 100%
∑ jawaban salah
3.9.2 Menghitung Data Hasil Observasi
Hasil observasi guru, yang didapat dari hasil perolehan yang diisi pada lembar
observasi dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Nilai akhir =
∑ perolehan x 100%
∑ maksimum
3.9.3 Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan alat untuk mengumpulkan data berisi daftar
aspek-aspek yang akan diamati. Dalam proses observasi, pengamatan memberikan
tanda (√) pada kolom yang sudah tersedia sesuai dengan aspek yang diamati.
3.9.4 Lembar Observasi Keterampilan Kinerja Guru
a. Menghitung rata-rata kinerja guru
∑ Xi
X=
n

Keterangan :
X = Nilai rerata
∑ X = Jumlah skor total
n = Jumlah aspek yang diamati

b. Menghitung Presentase kinerja guru


skor yang diperolehdata
% perolehan=¿ =
skor minimal
Tabel 3.1
Kriteria Penilaian Kinerja Guru
Interval Keterangan
25-43% Kurang Baik
44-62% Cukup Baik
63-81% Baik
82-100% Sangat Baik

3.10 Indikator Keberhasilan


Indikator keberhasilan yang menjadi tolak ukur dalam penelitian ini adalah
seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai
kompetensi atau mencapai tujuan belajar minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran.
Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu
menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah
peserta didik yang ada dikelas tersebut. (Mulyasa, 2007:99). Untuk keberhasilan afektif
dan psikomotorik adalah sekurang-kurangnya 75% dari seluruh siswa yang ada di kelas.

Referensi :
Cahyowati, Mekarsari Eko. Pengaruh Pembelajaran Dengan Pemberian Balikan
Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Ekonomi Akuntansi Pada Siswa. Journal
Ilmiah Rinjani.Vol. 7 No.2 Tahun 2019. Kelas XII IPS 1 Di SMA Negeri
Labuhan Haji Tahun Pelajaran 2017/2018
Oemar Hamalik. (2005). Kurikulum dan Pembelaqjaran. Jakarta: Bumi
Aksara.Permendikbud No 21 Tahun 2016
Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Sumitro, Dwi S,dkk. (2006). Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Sumiyati, Asra. (2007). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima
Suyanto, Djihad Hasyim. (2000). Pendidikan Indonesia menanti Milenium III.
Yogyakarta: Adi Cipta Karya.
Syarifah Ety. (2009). Analisis dan Interpretasi Data dalam Penelitian Tindakan
Kelas. Semarang: Bandungan Institute.
UU No. 20 Tahun 2003 Wina Sanjaya. (2009). Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: Kencana Prenada.
Walisongo.ac.id, “Metode Tutor Sebaya”, 10 November 2021, 15:14.

Anda mungkin juga menyukai