Anda di halaman 1dari 63

PROPOSAL PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMTING DAN


MODEL PEMBELAJARAN CIRCUIT LEARNING TERHADAP

HASIL BELAJAR ADMINISTRASI UMUM SISWA KELAS

X AP SMKS TUNAS KARYA BATANG KUIS

T.A 2021/2022

Diajukan Untuk Memenuhi

Sebagian Persyaratan Mengikuti Seminar

Oleh :

KAREN NATHASIAH BR HASIBUAN

7183344002

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran

dan pelatihan. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan karena

pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan menggembangkan

kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu cara meningkatkan kualitas

pendidikan yaitu dengan mengikuti perkembangan zaman, dan teknologi yang

dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran.

Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003: pasal dan ayat

berapa??

Pendidikan nasional berfungsi menggembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Huda (2017:61) berpendapat bahwa “pembelajaran adalah suatu proses

komunikasi dua arah, mengajar yang dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik,

sementara belajar dilakukan oleh peserta didik”. Pembelajaran sebagai proses

belajar yang dibangun oleh guru untuk menggembangkan kreatifitas berpikir yang

dapat meningkatkan kemampuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan

yang baik terhadap materi pembelajaran.


Proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila siswa dapat

mencapai kompetensi yang optimal. Hal ini tidak dapat terlepas dari kemampuan

guru dalam segala kegiatan diantaranya, kemampuan guru dalam memilih dan

menerapkan model pembelajaran yang tepat dan efektif. Bila model pembelajaran

yang digunakan guru tidak tepat dan tidak efektif maka pencapaian hasil belajar

menjadi rendah. Selain ketidaktepatan dalam memilih model

pembelajaran ,rendahnya minat belajar dan kurangnya perhatian siswa juga

menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar.

Dari data hasil Ujian Tengah Semester ganjil tahun pelajaran 2021/2022

pada mata pelajaran Administrasi Umum kelas X OTKP sebagai berikut:

Tabel 1.1

Data Hasil Belajar Administrasi Umum Siswa Kelas X OTKP

Kelas Jumlah Siswa KKM Tuntas (%) Tidak Tuntas

(%)

X OTKP 1 33 Siswa 75 15 (45,45%) 18 (54,54%)

X OTKP 2 30 Siswa 75 13 (43,33%) 17 (56,66%)

Sumber :Guru Mata Pelajaran Administrasi Umum SMKS Tunas Karya

Dari table 1.1 diatas menunjukan bahwa hasil belajar X OTKP masih

rendah. Kelas OTKP 1 yang terdiri dari 33 siswa dengan jumlah 15 siswa

(45,45%) pada kategori tuntas dan sebanyak 18 (54,54%) siswa pada kategori

tidak tuntas. Kelas X OTKP 2 yang terdiri dari 30 siswa dengan jumlah 13 siswa
(43,33%) pada kategori tuntas dan sebanyak 17 (56,66%) siswa pada kategori

tidak tuntas.

Hasil belajar adalah tingkat kepuasan yang dicapai dalam proses

pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Hasil

belajar yang dicapai oleh setiap peserta didik biasanya berbeda dengan mata

pelajaran yang satu dengan yang lain. Hasil belajar akan optimal apabila proses

belajar mengajar berlangsung secara efektif dan siswa mengikuti proses

pembelajaran dengan aktif. Guru sebagai fasilitator dan motivator harus mampu

mentransfer setiap ilmu pengetahuan dan berusaha dalam mendesain

pembelajaran agar dapat meningkatkan minat belajar dan perhatian siswa dalam

proses pembelajaran yang diajarkan dapat diserap oleh siswa dengan mudah.

Rendahnya hasil belajar tersebut dikarenakan guru masih menggunakan

metode ceramah dimana peran guru yang cenderung lebih aktif sementara peserta

didik sangat pasif. Akibatnya, pembelajaran yang dilakukan guru terlalu monoton

dan tidak bervariasi, guru hanya memberikan teori dan tugas terus menerus. Dari

hasil pembelajaran yang dilakukan oleh guru,siswa terlihat kurang memberikan

perhatian dan memperlihatkan aktivitasnya dalam proses kegiatan belajar

mengajar. Selain itu, kekurangaktifan siswa terlibat dalam pembelajaran dapat

terjadi karena model pembelajaran yang digunakan kurang melibatkan aktivitas

siswa secara langsung. Dengan kurangnya keaktifan siswa tersebut berdampak

terhadap hasil belajar siswa yang secara umum kurang memuaskan. Jika hal ini

terus berlangsung tidak dicarikan alternatif pemecahannya, maka kondisi yang


sama juga dapat mempengaruhi hasil belajar administrasi umum menjadi rendah.

Coba cari alasan lain yang lebih rasional

Model pembelajaran yang akan dikembangkan oleh guru memiliki

pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian belajar siswa, karena guru harus

mengoperasionalkan kurikulum yang berlaku menjadi program pembelajaran

yang didukung oleh kompetensi pedagogic dan kompetensi professional.

Pemilihan model pembelajaran serta strategi mengajar yang efektif dalam proses

mengajar akan berpengaruh besar terhadap situasi pembelajaran yang yang

bervariasi dan siswa terhindar dari situasi pembelajaran yang membosankan

uraian yang semacam ini perlu bukti baik secara teori maupun empirik

Tetapi kenyataan yang ada , rendahnya mutu pendidikan salah satunya

disebabkan oleh proses pembelajaran yang belum aktif. Guru kurang melibatkan

siswa dalam kegiatan proses pembelajaran, dalam hal ini siswa menggunakan

waktunya hanya untuk mendengarkan, dan sulit mengaplikasikannya. Selain itu

siswa kurang mendapatkan persiapan tentang pembelajaran yang disampaikan.

Mana buktinyaa jangan hanya retorika

Berdasarkan hasil observasi penelitian di kelas X OTKP SMKS Tunas

Karya Batang Kuis pada tanggal 17 Desember 2021 yaitu wawancara dengan ibu

Sakila sebagai guru bidang studi Administrasi Umum diperoleh informasi bahwa,

hasil belajarnya tergolong rendah. Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk

mengamati bagaimana proses pembelajaran yang telah dilakukan guru terhadap

siswa kelas X OTKP di SMKS Tunas Karya Batang Kuis ternyata hasil belajar
siswa masih rendah, dimana masih banyak siswa yang belum mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 75

Rendahnya hasil belajar tersebut dikarenakan guru masih menggunakan

metode ceramah dimana peran guru yang cenderung lebih aktif sementara peserta

didik sangat pasif. Akibatnya, pembelajaran yang dilakukan guru terlalu monoton

dan tidak bervariasi , jangan mengulang ulang kalimat ! guru hanya memberikan

teori dan tugas terus menerus. Dari hasil pembelajaran yang dilakukan oleh

guru,siswa terlihat kurang memberikan perhatian dan memperlihatkan

aktivitasnya dalam proses kegiatan belajar mengajar. Selain itu, kekurangaktifan

siswa terlibat dalam pembelajaran dapat terjadi karena model pembelajaran yang

digunakan kurang melibatkan aktivitas siswa secara langsung. Dengan kurangnya

keaktifan siswa tersebut berdampak terhadap hasil belajar siswa yang secara

umum kurang memuaskan. Jika hal ini terus berlangsung tidak dicarikan alternatif

pemecahannya, maka kondisi yang sama juga dapat mempengaruhi hasil belajar

administrasi umum menjadi rendah.

Proses pembelajaran yang berkembang di kelas umumnya ditentukan oleh

peran guru dan siswa sebagai individu-individu yang terlibat langsung di dalam

proses tersebut. Proses belajar siswa itu sendiri sedikit banyak tergantung pada

cara guru menyampaikan pelajaran pada peserta didik. Oleh karena itu,

kemampuan serta kesiapan guru dalam mengajar memegang peranan penting bagi

keberhasilan proses pembelajaran pada siswa. Hal ini menunjukan adanya

keterkaitan antara hasil belajar siswa dengan model mengajar yang digunakan

oleh guru.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat disesuaikan dengan tingkat

perkembangan anak dan konsep yang akan diajarkan agar siswa lebih mudah

memahami pelajaran yang diajarkan dan tidak menimbulkan kebosanan.

Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta

didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan

sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru,

instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan

pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.

Apabila kondisi belajar yang seperti ini berlangsung secara terus-menerus,

maka kualitas belajar siswa akan sangat memperhatikan. Untuk mengatasi

masalah ini, salah satu alternatifnya yaitu dimana guru sebagai pengajar harus

merancang dan melaksanakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan untuk

meningkatkan hasil belajar administrasi umum siswa. Pembelajaran yang

melibatkan siswa dengan komunikasi multi arah, baik antara sesama siswa

ataupun komunikasi antara siswa dan guru. Sehingga siswa tidak hanya diam dan

mendengarkan guru melainkan ikut serta dalam proses pembelajaran sebagai

pelaku aktif bukan pelaku pasif. Dengan menerapkan model pembelajaran

Probing Promting dan model pembelajaran Circiut Learning dimana kedua model

ini membangun keaktifan, Kerjasama dan menggembangkan potensi siswa.

Model pembelajaran Probing Promting adalah salah satu model

pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dapat meningkatkan motivasi

dan hasil belajar siswa. Karena dengan model pembelajaran ini, siswa diharapkan

mampu memiliki konsentrasi tinggi dan aktif selama proses pembelajaran. Di


dalam model ini guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun

dan menggali sehingga terjadi proses berfikir yang mengaitkan pengetahuan siswa

dan pengalamannya dengan pengetahuan yang baru dan yang sedang dipelajari.

Pertanyaan-pertanyaan yang mengarah kepada siswa akan mendorong siswa untuk

selalu berpikirr aktif dan mengembangkan kemampuan berpikirnya.

Model pembelajaran ini akan mengarahkan siswa untuk membangun

pengetahuannya sendiri. Semua siswa dilibatkan dalam pertanyaan yang diberikan

oleh guru secara acak, sehingga seluruh siswa tidak bisa menghindar dari proses

pembelajaran. Pembelajaran dengan model Probing Promting ini akan mengikuti

perkembangan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kurang akan dibimbing dengan pertanyaan yang lebih mudah

kemudian akan diberikan pertanyaan yang sedikit lebih sulit jika siswa sudah

dapat menjawab pertanyaan guru. Bagi siswa yang lebih mampu cara berpikirnya

akan diarahkan dan ditingkatkan pemahamannya dengan pertanyaan yang lebih

sulit.

Model pembelajaran berikutnya yaitu model pembelajaran Circuit

Learning. Model pembelajaran Circuit Learning adalah kegiatan pembelajaran

kelompok dengan memaksimalkan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah

dan menggulang. Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk focus dalam

belajar agar siswa bisa mengulang kembali pelajaran yang telah dipelajari atau

yang sedang disampaikan.


Dalam model pembelajaran Circuit Learning setiap siswa siswa didalam

anggota kelompok lebih mudah dan lebih luas dalam menyampaikan masalah

yang dihadapi sehingga siswa dapat terpacu semangatnya untuk mempelajari

materi ajar dengan baik. Dan juga kemandirian siswa sangat dibutuhkan dalam

melakukan eksperimen sendiri, dengan mencari jawaban dari pertanyaan yang

diajukan guru. Sehingga dari hal ini siswa akan mampu untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis dan analitis sehingga menemukan jawaban

dengan penuh percaya diri.

Latar belakang berantakan tidak karuan, buat yang sistenmatis, dasarnya

fakta yang terjadi di sekolahan bukan dibuat buat semua harus afa data dan fakta

baik data sekolahan teori konsep dan bukti empiris

PERBAIKI DENGAN TELITI DAN BENAR JANGAN BURU-BURU

HASINYA MAKIN BERANTAKAN KALAU TIDAK DIPERBAIKI DENGAN

BENAR SAYA TIDAK MAU MEMBIMBING

Dengan penggunaan model pembelajaran Probing Promting dan Circuit

Learning diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan,

aktif dan menyeluruh. Sebab model pembelajaran ini memicu siswa untuk

berpikir secara kritis dan mampu bekerja sama secara kelompok. Guru pada

model pembelajaran ini akan berperan sebagai pembimbing sagar siswa dapat

belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. Siswa lebih memegang peranan

penting dalam pembelajaran, karena siswa merupakan individu yang belajar.


Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Probing Promting

dan Model Pembelajaran Circuit Learning Terhadap Hasil Belajar

Administrasi Umum Siswa Kelas X AP SMKS Tunas Karya Batang Kuis T.A

2021/2022”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka peneliti dapat

mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran yang masih bersifat konvensional khususnya

pada mata pelajaran Administrasi Umum

2. Pemilihan model pembelajaran menggunakan metode ceramah

sehingga tidak tepat dalam proses belajar mengajar APA BEDA 1

DAN 2

3. Kurangnya penggunaan model pembelajaran yang dilakukan oleh

guru

4. Hasil belajar yang rendah

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka agar

penelitian ini dapat lebih terarah dan mencapai sasaran yang diinginkan, maka

peneliti membatasi masalah penelitian hanya pada “Penerapan Model

Pembelajaran Probing Promting dan Model Pembelajaran Circuit Learning


Terhadap Hasil Belajar Administrasi Umum Siswa Kelas X AP SMKS Tunas

Karya Batang Kuis T.A 2021/2022”.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, yang menjadi rumusan

masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah melalui penerapan model pembelajaran Probing Promting dapat

meningkatkan hasil belajar siswa?

2. Apakah melalui penerapan model pembelajaran Circuit Learning dapat

meningkat kan hasil belajar siswa?

3. Apakah melalui penerapan model pembelajaran Probing Promting dan model

pembelajaran Circuit Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

JANGAN MENGULANG KALIMAT

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas , maka yang menjadi tujuan

penelitian adalah: Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan

model pembelajaran Probing Promting dan model pembelajaran Circuit Learning

pada mata pelajaran administrasi umum siswa kelas X AP SMKS Tunas Karya

Batang Kuis T.A 2021/2022. INI PENELITIAN EKSPERIMEN ATAU EKSPOS

FAKTO
1.6 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, diharapkan

penelitian ini dapat memberikan manfaat, manfaat tersebut diantaranya:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian

berikutnya mengenai model pembelajaran Probing Promting dan

model pembelajaran Circuit Learning terhadap Hasil Belajar.

2. Manfaat Praktis

1) Bagi peneliti, untuk menambah ilmu pengetahuan melalui

penelitian yang akan dibuat dalam bentuk laporan.

2) Bagi lembaga (Universitas Negeri Medan), hasil penelitian ini

diharapkan bermanfaat untuk menambah masukan dan dapat

digunakan sebagai pendukung referensi bagi perpustakaan dan

pihak (mahasiswa/i) yang ingin mengadakan penelitian yang

hampir sama.

3) Bagi SMKS Tunas Karya Batang Kuis, diharapkan dapat

memberikan masukan kepada guru dan siswa terkait dengan model

pembelajaran Probing Promting dan model pembelajaran Circuit

Learning dan hasil belajar Administrasi Umum kelas X SMKS

Tunas Karya Batang Kuis dapat di tingkatkan.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Hasil Belajar


Belajar adalah perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Hal ini

berarti adanya perubahan tingkah laku, baik yang mengakut pengetahuan,

keterampilan maupun sikap. Belajar juga hasil dari interaksi antara stimulus dan

respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dapat menunjukkan

perubahan perilaku baik itu secara formal maupun informal. Menurut Arif,

Sadiman (2011:20) “Belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan,

dengan serangkaian kegiatan seperti membaca, melihat, mendengarkan,

mendupilkat, dan lain sebagainya”. Menurut Slameto (2016:2) “Belajar adalah hal

yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengalaman dalam berinteraksi di

dalam lingkungan”. Hal ini peru diperhatikan bahwa perubahan-perubahan

tersebut terjadi karena pengalaman dan belajar membantu manusia menyesuaikan

diri (adaptasi) dengann lingkungannya.

Berdasarkan pendapat diatas disimpulkan bahwa belajar adalah usaha yang

dilakukan individu untuk mengetahui hal-hal yang belum diketahuinya dari hasil

pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru untuk melakukan suatu

perubahan perilaku secara keseluruhan dalam dirinya yang mencakup segala

sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan dari hasil pengalaman dan interaksinya

dengan lingkungan. Belajar memang pernanan penting dalam perkembangan,


kebiasaan, sikap, tujuan, kepribadian, presepsi dan tingkah laku manusia dalam

memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajar. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari

proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Menurut Sudjana (2014:3) mengatakan

bahwa, “Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.” Menurut Istarani (2016:17)

“Hasil belajar adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam

perilaku dan penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk

menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.” Sedangkan menurut Atika

(2013:2) “Hasil belajar merupakan realisasi atau pemikiran dari kecakapan-

kecakapan potensial yang dimiliki seseorang.”

Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar di

sekolah bukan semata-mata penguasaan pengetahuan mata pelajaran saja tetapi

juga keterampilan berfikir, dan keterampilan motoric dan pencapaian mutu hasil

belajar siswa.

KAMU PAHAMI APA ITU PARAGRAF, KALIMAT DAN JUGA CARA

MENGUTIP YANG BENAR BILA KUTIPAN ITU MEMILIKI MAKNA

YANG SAMA DARI PENDAPAT LEBIH DARI 2 ORANG


2.1.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil

Ditinjau dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, hasil belajar

dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor yang berasal dari diri siswa

(internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal). Istirani dan

Pulungan (2016:26) mengungkapkan terdapat dua faktor yang mempengaruhi

hasil belajar yaitu: GUNAKAN BAHASA YANG BAIK

1) Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang

mempengaruhi proses belajarnya. Faktor-faktor tersebut diantaranya sikap

terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, rasa percaya diri,

serta kebiasaan belajar.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa.

Adapun faktor tersebut yakni faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat,

baiknya hubungan antar anggota keluarga, tersedianya sarana dan

prasarana belajar di sekolah, bergaul dengan teman yang baik turut

mempengaruhi hasil belajar.

Berdasarkan pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh oleh peserta didik melalui proses

kegiatan belajar mengajar. JANGAN SEDIKIT SEDIKIT MEMBUAT

KESIMPULAN KALAU BEGITU TIDAK USAH MENELITI Hasil belajar tidak

mutlak berupa nilai, tetapi juga dapat berupa perubahan sikap, kebiasaan,

pengetahuan, kebiasaan dan lain sebagainya menuju ada perubahan yang positif.
Dengan adanya hasil belajar, dapat diketahuo sejauh mana peserta didik dalam

menangkap dan memahami materi pelajaran tertentu.

BACA DULU DAN DIPERBAIKI BARU SERAHKAN SAMA BAPAK,

SAYA TIDAK MAU YANG ACAK-ACAKAN KAYA GINI, JANGAN

SERAHKAN KESAYA KALAU BELUM DIPERBAIKI SEMUANYAA

SEETRUSNYA SILAHKAN DIBACA DULU Menurut Slameto

(2013:54) yang menyatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi belajar

adalah faktor inter dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri

individu yang sedang belajar. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar

diri individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:

1. Faktor-faktor Internal

a. Jasmaniah (kesehatan , cacat tubuh)

b. Psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan

kesiapan.

2. Faktor-faktor Eksternal

a. Keluarga ( cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,

suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar

belakang kebudayaan)

b. Sekolah ( metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi

siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajar, waktu sekolah, standar

pengajaran diatas ukuran, keadaan gedung, dan tugas rumah)

c. Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman

bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat)


Dari pengertian diatas dapat disimpulkan ada dua faktor yang mempengaruhi

hasil belajar yaitu internal dan eksternal. Dimana fator internal yaitu faktor yang

berasal dari dalam diri siswa seperti jasmaniah dan psikologis sedangkan faktor

eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti lingkungan, orang

tua, guru, fasilitas dan sarana serta bahan ajar.

2.1.2 Pengertian Model Pembelajaran


Keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran, tidak terlepas dari

kemampuan guru dalam menggembangkan model-model pembelajaran yang

berorientasi pada peningkatan keatifan siswa dalam proses pembelajaran.

Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk

menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat memungkinkan siswa dapat belajar

secara efektif dan menyenangkan, sehingga hasil belajar siswa dapat diraih secara

optimal.

Model pembelajaran didesain untuk mengubah sistem pembelajaran

tradisional dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Pembelajaran tradisional

adalah pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered), pembelajaran

seperti ini dianggapp tidak efektif. Menurut Sagala (2014:176) “Hakekat mengajar

adalah membantu para pelajar memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai,

cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan belajar bagaimana cara

belajat.”

Oleh sebab itu perlu perubahan paradigma baru, sistem pembelajaran yang

berpusat kepada guru (teacher centered) diubah menjadi pembelajaran berpusat


kepada siswa (student centered). Salah satunya cara yang dapat dilakukan adalah

dengan memilih model pembelajaran yang aktif dan sesuai dengan materi

pembelajaran.

Istarani (2014:1), mengatakan bahwa:

Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang


meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran
dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara
langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.
Hal ini senada dengan Istarani dan Intan (2015:248) menyatakan bahwa

“Model pembelajaran menjadi kerangka konseptual yang melukiskan

mekanisme yang sistematis mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu serta berfungsi menjadi pedoman bagi

perancang serta para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan

belajar mengajar.” Model pembelajaran merujuk pada sebuah pendekatan

pembelajaran tertentu, termaksud tujuannya, langkah-langkahnya

pembelajarannya, lingkungannya dan sistem pengelolaanya, Ngalimun

(2016:25)

Suyanto (2013:134) menyatakan bahwa:

Model pembelajaran dapat didefenisikan sebagai a plan or pattern that we


can use to design face-to-face teaching in classroom or tutorial settings
and to shape instructional material. (suatu perencanaan atau pola yang
dapat kita gunakan untuk merancang tatap muka di kelas atau
pembelajaran tambahan di luar kelas, serta untuk menyusun materi
pembelajaran).
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa: (1) model pembelajaran

adalah perencanaan aktivitas pembelajaran guru dengan siswa yang berupa urutan
kegiatan procedural dan dilaksanakan langsung dengan tatap muka di kelas; (2)

model pembelajaran adalah perancangan kegiatan pembelajaran di dalam kelas

yang menyangkut perangkat pembelajaran dan dapat menjadi pedoman bagi guru

untuk melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

adalah perencanaan aktivitas belajar mengajar yang berupa urutan kegiatan dalam

bentuk tutorial yang menjadi pedoman bagi pengajar dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran yang mana dalam perancangannya sesuai dengan

kurikulum.

2.1.2.1 Ciri-ciri Model Pembelajaran


Segala sesuatu memiliki barometer dan karakteristik untuk dapat

dinyatakan sebagai sesuatu. Istarani dan Intan (2015:248) model-model

pembelajaran baik memiliki ciri-ciri yang dapat dikenali secara khusus, yaitu:

1. Berisifat rasional teoritik yang disusun oleh penciptanya


2. Berorientasi pada mencapai tujuan pembelajaran
3. Berpijak pada cara khusus agar model tersebut sukses dilaksanakan
4. Berpijak pada lingkungan belajar kondusif agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
Berdasarkan ciri model pembelajaran maka dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran memiliki prosedur yang sistematis dan beruntun, model

pembelajaran memiliki tujuan yang jelas mengenai hasil yang akan dicapai siswa,

menetapkan lingkungan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

dan dapat menciptakan interaksi antar siswa, serta dapat mencapai tujuan dan

hasil belajar yang telah ditetapkan.


2.1.2.2 Fungsi Model Pembelajaran
Untuk lebih memahami ciri-ciri model pembelajaran yang ada, perlu
diketahui fungsi dari model pembelajaran tersebut sehingga akan saling berkaitan
dalam pengapilkasiannya dalam dunia pendidikan.

Suyanto (2013:137) ada beberapa fungsi dari sebuah model pembelajaran


yaitu sebagai berikut:

a. Pedoman. Model pembelajaran dapat berfungsi sebagai pedoman yang


dapat menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh guru. Dengan demikian,
mengajar menjadi sesuatu yang ilmiah, terencana, dan merupakan
rangkaian kegiatan yang mempunyai tujuan.
b. Penggembangan kurikulum. Model pembelajaran dapat membantu dalam
penggembangan kurikulum untuk satuan dan kelas yang berbeda dalam
pendidikan
c. Penempatan bahan-bahan pembelajaran. Model pembelajaran mentapkan
secara rinci bentuk-bentuk bahan pembelajaran yang berbeda yang akan
digunakan guru dalam membantu perubahan kepribadian siswa menjadi
lebih baik.
d. Perbaikan dalam pembelajaran. Model pembelajaran dapat membantu
proses pembelajaran dan meningkatkan keefektifan pembelajaran.
Berdasarkan fungsi model pembelajaran diatas, dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran berfungsi sebagai panduan dan petunjuk bagi seorang guru

dalam melakukan pembelajaran, sebagai penggembangan kurikulum,

menyesuaikan bentuk pembelajaran dengan kepribadian siswa,membantu dan

meningkatkan keefektifan dan kekondusifan dalam pembelajaran

2.1.3 Model Pembelajaran Probing Promting


Probing Promting terdiri dari dua kata yai tu Probing dan Promting.

Probing berarti penyelidikan, pemeriksaan dan Promting adalah mendorong dan

menuntun. Model pembelajaran merupakan pembelajaran yang menyajikan


sejumlah pertanyaan yang sifatnya menggali dan menuntun siswa agar dapat lebih

mudah untuk memahami materi pembelajaran.

Menurut Huda (2014:281) menyatakan bahwa:

Pembelajaran probing promting adalah pembelajaran dengan menyajikan


serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga
terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan
pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari
Selanjutnya menurut Ngalimun (2015:165) berpendapat bahwa “Probing

Promting adalah pembelajaran menggunakan cara guru menyajikan serangkaian

pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir

yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan

pengetahuan baru yang sedang dipelajari.”

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Probing

Promting merupakan pembelajaran dengan proses tanya jawab dimana guru

memberikan pertanyaan kepada siswa dan menunjuk siswa secara acak untuk

menjawab pertanyaann sehingga siswa harus berpartisipasi aktif selama proses

pembelajaran berlangsung

Pembelajaran probing promting ini sangat erat kaitannya dengan

pertanyaan. Dengan adanya pertanyaan guru dapat mengetahui seberapa jauh

pemahaman siswa tentang materi yang sedang diajarkan. Model pembelajaran

probing promting memberikan kesempatan memberikan kesempatan kepada

guru untuk memilih secara acak siswa yang akan menjawab pertanyaan. Tentu

hal ini akan membuat suasana di dalam kelas sedikit tegang, untuk mengatasi

kondisi seperti ini guru hendaknya menunjukan wajah yang ramah dan suara
dengan nada yang lembut saat memberikan pertanyaan dan saat menunjuk siswa.

Dan perlu diketahui, bahwa jawaban setiap siswa harus dihargai baik itu

jawaban yang benar maupun salah, karena siswa sedang belajar dan berusaha

untuk ikut berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran

Huda (2014:181), berpendapat bahwa “Pertanyaan-pertanyan yang

dilontarkan pada saat pembelajaran disebut probing question. Probing question

adalah pertanyaan yang bersifat menggali untuk menerima jawaban yang lebih

dalam dari siswa yang bermaksud untuk menggembagkan kualitas jawaban,

sebagai akibatnya jawaban berikutnya akan lebih kentara, akurat, dan beralasan.”

Pertanyaan yang diajukan guru akan memotivasi siswa untuk menemukan

jawaban yang tepat, dalam menemukan jawaban yang tepat siswa membutuhkan

waktu untuk berpikir.

Menurut Karunia eka lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara

(2015 :66-67), langkah-langkah model pembelajaran Probing Promting

dijabarkan melalui tujuh tahapan teknik sebagai berikut:

a. Guru menghadapkan siswa dalam sebuah situasi, misalnya pemberian soal


atau menunjukan sebuah gambar yang mengandung permasalahan.
b. Siswa diberi kesempatan untuk mengamati dan merumuskan jawaban.
c. Guru memberikan pertanyaan baru yang menuntut siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran
d. Siswa diberik an kesempatan untuk mengamati dan merumuskan jawaban.
e. Memberikan kesempatan bagi siswa yang ingin memberikan pertanyaan.
f. Jika jawaban yang disampaikan oleh siswa tepat maka guru meminta
kepada siswa lain untuk memberikan tanggapan. Namun jika jawaban
tidak sesuai, maka guru memberikan pertanyaan lain yang dapat
mendorong siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut
g. Guru memberikan pertanyaan terakhir kepada siswa untuk memastikan
bahwa indicator tujuan pembelajaran telah dipahami oleh siswa.

Selanjutnya menurut Istarani,dkk (2017:100) langkah-langkah model

pembelajaran probing promting adalah:

1. Mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dalam proses


belajar mengajar
2. Mengajukan pertanyaan kepada siswa secara acak dan siswa langsung
untuk menjawab pertanyaan yang diajukan tersebut.
3. Melontarkan hasil jawaban tersebut pada siswa lainnya, untuk mengetahui
bagaimana pendapatnya tentang hasil jawabannya temannya, begitu
seterusnya.
4. Guru menguraikan materi ajar, dengan merangkai pada jawaban yang
dijawab oleh siswa.
5. Mengambil kesimpulan.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan model pembelajaran

probing promting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian

pertanyaan yang sifatnya menuntut dan menggali sehingga terjadi proses berpikir

yang mengaitkan pengetahuan baru yang mengandung permasalahan dan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir atau berdiskusi dalam

merumuskan jawaban.. Pembelajaran dengan cara ini dapat menuntun siswa untuk

lebih akif dalam proses pembelajaran dan mempermudah siswa untuk

membangun pengetahuannya sendiri.

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Probing Promting

Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa


Fase 1 Guru memberikan pertanyaan (soal) Siswa menjawab soal

Mengetahui kepada siswa mengenai materi yang yang diberikan oleh guru

kemampuan telah dipelajari sebelumnya yang

awal siswa berhubungan dengan materi yang

akan diajarkan. Guru terus

memberikan pertanyaan untuk

mengetahui kemampuan awal siswa

terhadap materi tersebut

Fase 2 Guru menghadapkan siswa pada Siswa memperhatikan

Pengenalan situasi baru, misalnya dengan situasi yang diberikan

Situasi memperhatikan gambar, alat atau oleh guru dan

situasi lainnya yang mengandung merumuskan jawaban

teka-teki dan menunggu beberapa terhadap masalah

saat untuk memberikan kesempatan tersebut

kepada siswa berpikir atau

merumuskan jawabannya

Fase 3 Guru mengajukan pertanyaan sesuai Siswa berdiskusi dengan

Penyajian dengan tujuan pembelajaran kepada kelompoknya selama 10-

Pengetahuan seluruh siswa 20 menit untuk

menjawab pertanyaan

Fase 4 Apabila jawaban yang diberikan Siswa lain kembali

Pemberian relevan dan benar, maka guru menanggapi pertanyaan

Feedback meminta tanggapan siswa lain untuk yang diberikan untuk


menyakinkan bahwa seluruh siswa menyakinkan bahwa

terlibat dalam kegiatan jawaban tersebut sudah

pembelajaran. Apabila jawaban tepat. Siswa juga

siswa tidak relevan, guru menanggapi setiap

mengajukan pertanyaan susulan umpan balik yang

yang berhubungan dengan respon diberikan oleh guru.

pertama tersebut dimulai dari

pertanyaan yang bersifat

observasional, lalu diajukan dengan

pertanyaan yang menuntut siswa

berfikir pada tingkat yang lebih

tinggi sampai siswa dapat menjawab

pertanyaan tersebut.

Fase 5 Guru memberikan pertanyaan akhir Siswa menyimpulkan

pada siswa yang berbeda untuk materi pembelajaran

menekan bahwa tujuan yang telah dipelajari

pembelajaran tersebut benar-benar selama proses

dipahami oleh seluruh siswa pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran model pembelajaran Probing Promting juga

memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut Istarani,dkk (2017:100), kelebihan

dan kelemahan tersebut antara lain:


Kelebihan:

1. Setiap siswa dituntut untuk berpartisipasi aktif, karena siswa akan


menunggu giliran untuk mendapatkan pertanyaan.
2. Siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, karena setiap
siswa telah disiapkan pertanyaan oleh guru.
3. Setiap saat siswa bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab, karena
siswa bisa saja ditanya tanggapannya tentang hasil jawaban temannya.

Kelemahan:

1. Kemungkinan akan terjadi suasana yang tegang, karena siswa takut


untuk diajukan pertanyaan.
2. Membuat pertanyaan yang valid atau sesuai dengan kemampuan daya
pikir siswa yang sulit.
3. Siswa merasa ragu-ragu dalam menjawab pertanyaan, atau menjadi
merasa takut menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru kepada
siswa.

Menurut Shoimin (2018 :128-129), kelebihan dan kekurangan model


pembelajaran probing promting adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kelebihan dan Kelemahan Model Probing Promting

Kelebihan Kekurangan
1.Mendorong siswa aktif berpikir 1.Jumlah siswa yang banyak tidak
memungkinkan cukup waktu untuk
memberikan pertanyaan kepada setiap
siswa

2.Memberi kesempatan kepada siswa 2.Waktu sering banyak terbuang


untuk menanyakan hal-hal yang apabila siswa tidak dapat menjawab
kurang jelas sehingga guru dapat pertanyaan sampai dua atau tiga
menjelaskan kembali. orang.
3.Sebagai cara meninjau kembali 3.Siswa merasa takut apabila guru
(review) bahan pelajaran yang lampau. kurang dapat mendorong siswa untuk
berani, dengan menciptakan suasana
yang tidak tegang, melainkan akrab.

4.Mengembangkan keberanian dan 4. Tidak mudah membuat pertanyaan


keterampilan siswa dalam menjawab yang sesuai dengan tingkat berfikir
dan mengemukakan pendapat. dan mudah dipahami siswa.

5.Pertanyaan dapat menarik dan 5.Dapat mengambat cara berpikir


memusatkan perhatian siswa. siswa apabila guru tidak mampu
membawakan diri

Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran probing promting ini

adalah mampu memotivasi siswa untuk ikut berpartisipasi aktif dalam proses

pembelajaran dan melatih keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan dan

mengemukakan pendapat. Namun dengan jumlah siswa yang banyak tidak mudah

untuk membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkatan berpikir dan yang

mudah dipahami oleh siswa.

2.1.4 Model Pembelajaran Circuit Learning


Circuit Learning (Indriyani,2015) model belajar memutar merupakan

pembelajaran yang dikembangkang oleh Jhon Le Teller dengan memaksimalkan

pemberdayaan pikiran, dan perasaan melalui pola penambahan (adding) dan

pengulangan (repetition). Disebut model belajar memutar karena siswa benar-

benar menempuh informasi dalam pola yang sama setiap hari. Model ini sangat
menghemat waktu, karena dengan memaksimalkan waktu dalam kelas, maka akan

meminimalkan waktu belajar dirumah. Model circuit learning merupakan model

pembelajaran inovatif dan kreatif yang bercirikan proses Kegiatan Belajar

Mengajar (KBM) yang dilakukan berpusat pada siswa (Samsiyah,2016)

Menurut Huda (2017:206) pembelajaran circuit learning diawali dengan

tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari, penyajian peta konsep,

penjelasan mengenai peta konsep, pembagian kelompok, pengisian lembar kerja

peserta didik beserta peta konsep, penjelasan tentang cara pengisian, pelaksanaan

presentasi kelompok dan pemberian pujian atau hadiah (reward). Berdasarkan

Lestari dan Yudhanegara (2017:71 ) circuit learning atau belajar memutar

memuat tiga langkah berurutan: Pertama, situasi pembelajaran kondusif. Kedua,

membuat catatan kreatif sesuai pola pikir. Ketiga, tanya jawab dan refleksi.

Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Circuit Learning adalah

model pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga mereka dapat

memberdayakan pemikiran mereka mengenai pembelajaran dan membuat suatu

peta konsep dengan bahasanya sendiri, dan guru akan melengkapi bahasa yang

sudah dibuat siswa sehingga terciptalah pola menambah dan mengulang dalam

pembahasan materi.

Langkah-langkah model pembelajaran Circuit Learning menurut Shoimin

(2016:103) adalah mengkondisikan situasi belajar kondusif dan fokus, siswa

membuat catatan kreatif sesuai dengan pola pikirnya-peta konsep-bahasa

khusus,tanya jawab dan refleksi.


Adapun langkah-langkah dari model Circuit Learning menurut Ngalimun

(2017:206) antara lain:

1. Melakukan tanya jawab tentang apa saja yang menjadi materinya

2. Menempelkan peta konsep yang telah dibuat tentang materi

3. Menjelaskan peta konsep yang telah ditempel

4. Membagi siswa kedalam beberapa kelompok

5. Menjelaskan bahwa setiap mengisi lembar kerja siswa dengan mengisi

bagian dari peta konsep sesuai dengan bahasa sendiri

6. Menjelaskan bahwa peta konsep yang mereka kerjakan akan

dipresentasikan

7. Melaksanakan presentasi dari setiap kelompok bagian peta konsep yang

telah dikerjakan

8. Memberikan penguatan berupa pujian atau hadiah hasil presentasi yang

bagus serta memberikan semnagat kepada yang belum dapat pujian dan

hadiah untuuk lebih giat lagi

Dari kedua pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa langkah-

langkah model Circuit Learning adalah sebagai berikut:

1. Kondisikan situasi belajar yang kondusif dan focus.

2. Melakukan tanya jawab tentang apa saja yang menjadi materinya.

3. Menempelkan peta konsep yang telah dibuat tentang materi.

4. Menjelaskan peta konsep yang telah dibuat tentang materi.

5. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok.


6. Menjelaskan bahwa setiap mengisi lembar kerja siswa dan mengisi

begaian dari peta konsep sesuai dengan bahasa mereka sendiri.

7. Menjelaskan bahwa peta konsep yang mereka kerjakan akan

dipresentasikan.

8. Melaksanakan presentasi dari setiap kelompok bagian peta konsep yang

telah dikerjakannya.

9. Memberi penguatan berupa pujian atau hadiah sebagai hasil presentasi

yang bagus serta memberikan semangat kepada yangbelum dapat pujian

dan hadiah untuk berusaha lebih giat lagi.

Sedangkan Sintak dari model pembelajaran Circuit Learning sebagaimana

diungkapkan oleh Huda (2017:311-312) sebagai berikut:

1) Persiapan

a) Melakukan apersepsi.

b) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa

dalam pembelajaran hari ini.

c) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan.

2) Kegiatan Inti

a) Melakukan tanya jawab tentang topik yang dibahas.

b) Menempelkan gambar tentang topik tersebut dipapan tulis.

c) Mengajukan pertanyaan tentang gambar yang ditempel.

d) Menempelkan peta konsep yang telah dibuat.

e) Menejelaskan peta konsep yang telah ditempel.

f) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok.


g) Memberikan lembar kerja pada setiap siswa.

h) Menjelaskan bahwa setiap kelompok harus mengisi lembar kerja

siswa dan mengisi peta konsep sesuai dengan Bahasa mereka

sendiri.

i) Menjelaskan bahwa bagian peta konsep yang mereka kerjakan

akan dipresentasikan.

j) Melaksanakan presentasi bagian peta konsep yang telah dikerjakan.

k) Memberikan penguatan berupa pujian atau hadiah atas hasil

presentasi yang bagus serta memberikan semangat kepada mereka

yang belum dapat pujian atau hadiah untuk berusaha lebih giat lagi.

l) Menjelaskan kembali hasil diskusi siswa tersebut agar wawasan

menjadi lebih luas.

3) Penutup

a) Memancing siswa untuk membuat rangkuman.

b) Melakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa.

Kegiatan dalam pembelajaran Circuit Learning berdasrkan penjelasan diatas

adalah pembuatan peta konsep dan mencatat apa yang disajikan dengan berulang

setiap pembahasan materi. Berkaitan dengan peta pikiran sebagai teknik mencatat

(Indriyani,2015) menyatakan bahwa metode mencatat yang baik harus membantu

dalam mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap

materi, membantu mengorganisasikan materi, memberikan wawasan yang baru

dimana memungkinkan semua itu terjadi pada peta pikiran. Metode peta
pikiran/konsep dengan teknik mencatat dapat membantu siswa dalam mengingat,

memahami, mengorganisasikan dan memperoleh pengetahuan pada materi.

Menurut Shoimin (2018 :35) , model pembelajaran circuit learning memiliki

kelebihan dan kekurangan diantaranya yaitu :

Tabel 2.3 Kelebihan dan kekurangan Model Circuit Learning

Kelebihan Kekurangan
1.Kreativitas siswa dalam merangkai kata 1.Memerlukan waktu yang relative
dengan Bahasa sendiri dan lebih terasah lama

2.Konsentrasi yang terbangun membuat 2.Tidak semua pokok bahasan bisa


siswa focus dalam belajar disajikan dalam peta konsep

Sementara menurut Purwaningrum (2016:129) kelebihan dan kekurangan

model pembelajaran circuit learning ialah :

Tabel 2.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Circuit Learning

Kelebihan Kekurangan
1.Meningkatkan kemampuan koneksi 1.Penerapan model pembelajaran
sitematis siswa dalam tersebut perlu waktu yang relatif lama
menghubungkan informasi baru
dengan informasi lain yang dimiliki
siswa
2.Melatih siswa untuk tetap fokus 2.Tidak semua pokok pembahasan
terhadap masalah dan materi yang bisa disajikan dalam model tersebut
diberikan guru
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan model pembelajaran

circuit learning adalah pembelajaran yang memaksimalkan pemberdayaan pikiran

dengan pola pertambahan dan pengulangan. Pembelajaran yang membentuk

kelompok serta menyajikan peta konsep yang disajikan untuk dipresentasikan

kembali menjadikan model ini dapat menuntun serta meningkatkan kreativitas dan

konsentrasi siswa dalam proses pembelajaran.

2.2 Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan ini sangat diperlukan guna mendukung kajian

teoritis, adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini sebagai berikut:

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Frisca Octaviani Silitonga

(2018) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Probing Promting dan Team

Assisted Individualization Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran

Administrasi Umum SMKS Harapan Stabat T.P 2018/2019”. Dapat disimpulkan

bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Probing Promting dan

Team Assisted Individualization terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran

Administrasi Umum kelas X SMKS Harapan Stabat T.P 2018/2019. Hal tersebut

terefleksi dari beberapa indicator sebagai berikut:dari pengujian hipotesis

diperoleh nilai signifikansi model pembelajaran 0,000 < 0,05 , hal ini berarti

hipotesis diterima bahwa hasil belajar administrasi umum yang diajarkan dengan

model Probing Promting dan Team Assisted Individualization berpengaruh

terhadao hasil belajar administrasi umum.


Muzdalifah Lubis (2017) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran

Probing Promting Terhadap Hasil belajar Akuntansi Siswa Kelas XII IPS Di

SMA SWASTA YAYASAN PENDIDIKAN PANCASILA T.P 2017/2018”.

Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara hasil

belajar dengan model pembelajaran Probing Promting terhadap hasil belajar

akuntansi siswa kelas XII IPS SMKA Swasta Yayasan Pendidikan Pancasila

Sawit Seberang Tahun Pembelajaran 2017/2018. Menunjukan bahwa nilai rata-

rata pada kelas control 46,00 dengan SD=9,24. Sedangkan nilai post test sebesar

64,40 dengan SD=8,46 dan rata-rata hasil pre test pada kelas eksperimen adalah

48,40 dengan SD=7,60 dan nilai post test sebesar 76,40 dengan SD= 7,57.

Berdasarkan pengujian statistic menggunakan uji t ,dengan α=0,05 diperoleh

thitung=5,286 sedangkan ttabel=1,697 maka thitung>ttabel atau 5,286>1,697. Hasil

penelitian diatas membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan dengan menggunakan model pembelajaran Probing Promting terhadap

hasil belajar akuntansi siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Irwan Rizky LumbanTobing (2017) yang

berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Probing Promting Terhadap Hasil

Belajar Ekonomi Siswa Kelas X SMA N 4 Medan T.P 2016/2017.” Hasil

penelitianya menunjukan bahwa hasil belajar ekonomi yang diajarkan dengan

model pembelajaran Probing Promting lebih tinggi secara signifikan dibandingkan

hasil belajar yang diajarkan dengan metode konvensional.

Asriaty (2019) “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Circuit

Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Arab Di
MTS Swasta AL-Arafah”. Diperoleh hasil rxy=0,826 dengan menggunakan

pengujian statistic dengan thitung=7,76 diperoleh ttabel = 2,05 dan 2,76,dimana jika

thitung>ttabel hipotesis alternatif (Ha) dapat diterima karena 7,76≥2,05 dan 2,76 maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara model

pembelajaran circuit learning terhadap hasil belajar siswa pada Bahasa arab MTS

Swasta Al-Arafah.

Syahrial (2017), dengan judul penelitian “Penerapan Strategi Pembelajran

Circuit Learning Suatu Upaya Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”.

Berdasarkan hasil analisis data pada ranah kognitif dan afektif dapat disimpulkan

bahwa terdapat pengaruh penerapan strategi circuit learning terhadap hasil belajar

siswa matematika.

Penelitian Siti Fatimah dkk (2019) yang berjudul “ Pengaruh Model

Pembelajaran Circuit Learning CL Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata

Pelajaran IPS”.Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan yaitu

ada pengaruh yang signifikan pada model pembelajaran circuit learning yang

mempengaruhi hasil belajar IPS siswa , hal ini dapat dilihat dari hasil analisis

dimana dari 43 siswa diperoleh thitung=10,3041 serta ttabel dengan db N-1 = 43-1

=42 ,dimana taraf signifikan 0,05 sebesar =1,681 karena t hitung>ttabel yaitu

10,3041>1,681. Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Circuit

Learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

NO Nama/Tahun Judul Alat Temuan


Analisis
1. Frisca Pengaruh Model Uji T Hasil penelitian ini
Oktaviani
Silitonga Pembelajaran Probing dapat diperoleh
(2018) Promting dan Team bahwa penerapan
Assisted dengan model
Individualization pembelajaran
Terhadap Hasil Belajar Probing Promting
Pada Mata Pelajaran dan Team Assisted
Administrasi Umum Individualization
SMKS Harapan Stabat berpengaruh
T.P 2018/2019 terhadap hasil
belajar administrasi
umum
2. Muzdalifa Pengaruh Model Uji T Hasil penelitian
Lubis (2017) Pembelajaran Probing diperoleh bahwa
Promting Terhadap pembelajaran
Hasil Belajar Akuntansi menggunakan
Siswa Kelas XII IPS Di model
SMA Swasta Yayasan pembelajaran
Pendidikan Pancasila probing promting
T.P 2017/2018 meningkatkan hasil
belajar siswa
3. Irwan Rizky Pengaruh Model Uji F Penelitian ini
LumbanTobing Pembelajaran Probing dan Uji memperoleh hasil
(2017)
Promting Terhadap T yang menunjukan
Hasil Belajar Ekonomi bahwa hasil belajar
Siswa Kelas X SMA N siswa yang
4 Medan T.P menggunakan
2016/2017 model
pembelajaran
probing promting
lebih tinggi
dibandingkan
dengan
menggunakan
pembelajaran
konvensional
4. Asrianty Penggaruh Penggunan Uji T Penelitian ini
(2019) Model Pembelajaran menunjukan dari
Circuit Learning hasil thitung untuk
Terhadap Hasil Belajar variabel model
Siswa Pada Mata pembelajaran
Pelajaran Bahasa Arab circuit learning
Di MTS Swasta AL- mempunyai
Arafah kontribusi yang
sangat signifikan
terhadap hasil
belajar siswa
5. Syahrial Penerapan Strategi Uji T Penelitian ini
(2017) Pembelajaran Circuit dan Uji menunjukan hasil
Learning Suatu Upaya Z bahwa dengan
Dalam Meningkatkan penerapan model
Hasil Belajar Siswa pembelajaran
circuit learning
memiliki pengaruh
yang sangat besar
terhadap hasil
belajar siswa yaitu
sebesar 72,9 nilai
rata-rata pada
penerapan model
circuit learning dan
sebesar 66,9
dengan nilai rata-
rata yang tidak
melakukan
penerapan model
circuit learning
6. Siti Pengaruh Model Uji T Hasil penelitian
Fatimah,dkk Pembelajaran Circuit membuktikan
(2019)
Learning CL Terhadap bahwa model
Hasil Belajar Siswa pembelajaran
Pada Mata Pelajaran circuit learning
IPS memiliki pengaruh
terhadap hasil
belajar siswa
Sumber: (Frisca,2018: Muzdalifa,2017: Irwan,2017: Asriyanti,2019:
Syahrial,2017 : Siti Fatimah dkk , 2019)

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran Probing Promting dan Circuit Learning sangat berpengaruh dalam

kegiatan pembelajaran siswa. Hal itu tentunya pada akhirnya dapat mempengaruhi

hasil belajar para siswa. Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis merasa

perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

Probing Promting dan Model Pembelajaran Circuit Learning Terhadap Hasil

Belajar Administrasi Umum Siswa Kelas X AP SMKS Tunas Karya Batang Kuis

T.P 2021/2022”.

2.3 Kerangka Berpikir


Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Berhasil

atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses
belajar yang dialami siswa, baik ketika sedang berada di sekolah maupun di

lingkungan rumah atau keluarga sendiri.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah model

pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang tepat, akan menambah

motivasi dan minat belajar siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan hail

belajar siswa. Melalui model pembelajaran seperti model pembelajaran Probing

Promting dan model pembelajaran Circuit Learning didalam proses belajar

tentunya akan memberikan suasana belajar yang baru jika dibandingkan dengan

pembelajaran konvensional. Sehingga dengan diterapkannya model pembelajaran

di dalam belajar diharapkan dapat menambah pengetahuan siswa dan

meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran administrasi umum.

Penerapan model pembelajaran membantu guru dalam menciptakan kodisi

kelas yang menyenangkan. Model yang dapat diterapkan yakni model

pembelajaran Probing Promting dan model pembelajaran Circuit Learning

merupakan model pembelajaran yang akan membuat siswa bekerja dalam

kelompok dan dapat mempresentasikan hasil pelajaran melalui pendapat/ide siswa

tersebut.

Melalui penerapan model pembelajaran Probing Promting dan model

pembelajaran Circuit Learning siswa akan dilatih untuk bekerja sama kelompok,

mengingat kembali materi pembelajaran yang telah dipelajari. Selain itu siswa

juga dibiasakan untuk memberdayakan pemikiran, penambahan dan pengulangan


melalui peta konsep yang disajikan oleg guru dan pada akhirnya dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan dalam bagan kerangka

berpikir sebagai berikut:

Model Pembelajaran
Probing Promting (X1)

Hasil Belajar (Y)

Model Pembelajaran
Circuit Learning (X2)

Gambar 1. Kerangka Teoritis

2.4 Hipotesis Penelitian


Menurut Kuntjojo (2009:26) Secara etimologis, hipotesis berasal dari dua

kata hypo yang berarti “ kurang dari” dan thesis yang berarti “pendapat”. Jadi

hipotesis merupakan suatu pendapat atau kesimpulan yang belum final, yang

harus diuji kebenarannya.

2.4.1 Pengaruh Model Pembelajaran Probing Promting Terhadap Hasil Belajar


Model pembelajaran Probing Promting adalah pembelajaran dengan cara

guru menyampaikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan

menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan siswa


dan pengalamannya dengan pengetahuan yang baru yang sedang dipelajari. Pada

model pembelajaran ini siswa akan dilatih untuk menemukan pengetahuan baru

berdasarkan ide-ide dari pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa.

Dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, tentunya model pembelajaran

Probing Promting menarik dan efesien. Penerapan model pembelajaran Probing

Promting adalah salah satu cara alternatif pada proses belajar dan meningkatkan

kualitas pendidikan peserta didik. Disinilah penulis dapat mengetahui bahwa

model pembelajaran Probing Promting diperlukan dalam proses kegiatan belajar

mengajar.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muzdalifa Lubis (2017)

diketahui bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran Probing

Promting meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan teori dan bukti empiris maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

H1: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan model pembelajaran

Probing Promting terhadap hasil belajar administrasi umum siswa kelas X

AP SMKS Tunas Karya Batang Kuis.

2.4.2 Pengaruh Model Pembelajaran Circuit Learning Terhadap Hasil Belajar


Dengan diterapkannya model pembelajaran Circuit Learning membantu

siswa untuk dapat menguatkan respon dan pendapat dengan sistem penambahan

dan pengulanggan serta menuntut siswa untuk mampu berpikir secara kreatif,

Karena model pembelajaran ini memiliki strategi yang dimulai dari tanya jawab
tentang topik yang dipelajari, penyajian peta konsep dan penjelasan mengenai peta

konsep. Sehingga melalui model ini apabila siswa diperhadapkan dengan

kehidupan siswa mampu untuk membangun keterampilan dan mengatasi masalah

di kehidupan nyata, serta sudah memahami materi yang diajarkan melalui

penyajian peta konsep sehingga berdampak terhadap meningkatnya hasil belajar

siswa.

Penerapan model pembelajaran Circuit Learning terhadap hasil belajar

dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dibuktikan dari penelitian Syahrial

(2017), Asrianty (2019) yang menyimpulkan bahwa model pembelajaran Circuit

Learning mempunyai kontribusi yang sangat signifikan terhadap hasil belajar.

Berdasarkan teori dan bukti empiris maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

H2 : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan model pembelajaran

Circuit Learning terhadap hasil belajar administrasi umum siswa kelas X

AP SMKS Tunas Karya Batang Kuis.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SMK Tunas Karya Batang Kuis yang beralamat

di Jl. Batang Kuis Desa Tanjung Sari. Waktu penelitian dilakukan pada semester

Genap T.A 2022/2022.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X AP SMK

Tunas Karya Batang Kuis T.A 2021/2022 yang terdiri dari dua kelas, yaitu X

OTKP 1 sebanyak 33 orang dan X OTKP 2 sebanyak 30 orang, dengan jumlah

keseluruhan siswa sebanyak 63 orang.

Tabel 3.1
Jumlah siswa kelas X AP SMKS Tunas Karya Batang Kuis

NO Kelas Jumlah Siswa


1 X AP 1 33 Siswa
2 X AP 2 30 Siswa
Total 63 Siswa
Sumber : Tata Usaha SMK Tunas Karya Batang Kuis
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah sampel total (total sampling) yaitu seluruh

populasi yang berjumlah 60 orang dijadikan sampel. Jadi kelas X-AP 1 sebagai

eksperimen I yang akan diterapkan model pembelajaran Probing Promting yang

berjumlah 33 orang. Kelas X-AP 2 sebagai eksperimen II yang akan diterapkan

model pembelajaran Circuit Learning yang berjumlah 30 orang.

Tabel 3.2

Daftar Sampel Penelitian

Kelompok Penelitian Jumlah Siswa Perlakuan


X-AP 1(Eksperimen I) 33 Model Pembelajaran Probing
Promting
X-AP 2(Eksperimen II) 30 Model Pembelajaran Circuit
Learning
Sumber : Tata Usaha SMKS Tunas Karya Batang Kuis

3.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

3.3.1 Variabel Penelitian


Menurut Sugiyono (2018:38) “Variabel Penelitian adalah segala sesuatu

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.

Adapun dalam penelitian ini terdapat tiga variabel penelitian yaitu dua variabel

bebas dan satu variabel terikat, sebagai berikut:

a. Variabel Bebas

Menurut Sugiyono (2018:39) “Variabel bebas atau variabel independen

merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab


perubahannya atau timbulnya variabel dependen”. Dalam penelitian ini

yang menjadi variabel bebas yaitu model pembelajaran Probing

Promting (X1) dan model pembelajaran Circuit Learning (X2).

b. Variabel Terikat

Menurut Sugiyono (2018:39) “Variabel terikat atau dependen

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

adanya variabel bebas”. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

terikat yaitu hasil belajar (Y).

3.3.2 Defenisi Operasional


Defenisi operasional dari masing-masing variabel tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Model pembelajaran Probing Promting adalah pembelajaran yang

menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntut dan menggali

gagasan siswa sehingga dapat melejitkan proses berpikir yang mampu

mengaitkan pengetahuan dan pengalaman siswa dengan pengetahuan baru

yang sedang dipelajari.

b. Model pembelajaran Circuit Learning adalah strategi pembelajaran yang

memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola

penambahan (adding) dan pengulangan (repetition).

c. Hasil belajar Administrasi Umum adalah hasil yang diperoleh siswa

setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran

administrasi umum yang berupa ilmu pengetahuan, sikap, dan


keterampilan yang dihasilkan melalui evaluasi dan ditunjukan dalam

bentuk angka atau huruf.

3.4 Instrument Penelitian dan Rancangan Penelitian

3.4.1 Instrument Penelitian


Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar

siswa berupa tes bentuk pilihan ganda sebanyak 20 butir soal. Tes digunakan

untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan dan melihat

ketuntasan belajar. Setiap soal memiliki 5 option (a,b,c,d dan e) dan jawaban yang

benar diberi skor 4 sedangkan jawaban yang salah diberi skor 0. Pengambilan data

di awal (pretest) dan di akhir pembelajaran (posttest).

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siswa

Indikator Aspek Kognitif


C1 C2 C3 C4 C5 C6
1.Menjelaskan tata ruang 1,2 3
kerja/kantor

2.Menjelaskan macam- 20 5 11,15 6


macam tata ruang
kerja/kantor
3.Menjelaskan tujuan tata 16 9 17 18,19
ruang kerja/kantor
4.Menjelaskan azas-azas 13 4,10,14
tata ruang kerja/kantor
5.Menerapkan penataan 7 12 8
tata ruang kerja/kantor
Jumlah Soal 20
Sumber:Modul Pengantar Administrasi Perkantoran SMK Kelas X

Keterangan :

C1 : Pengetahuan C4 :Analisis

C2 : Pemahaman C5 :Sintesis

C3 :Aplikasi C6 :Evaluasi

3.4.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termaksud quasi eksperimen yang bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek yang

diteliti dengan mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam

kondisi yang terkendali (Sugiyono, 2012:109). Hal ini berarti eksperimen

merupakan kegiatan percobaan untuk meneliti suatu peristiwa atau gejala yang

muncul pada kondisi tertentu.

Adapun penelitian menggunakan metode eksperimen semu karena pada

kenyataanya sulit mendapatkan kelompok control yang digunakan untuk

penelitian, dan penelitian ini juga bertujuan hanya untuk mengetahui peningkatan

hasil belajar melalui model pembelajaran Probing Promting dan Circuit Learning

pada mata pelajaran administrasi umum.

3.4.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen, artinya pelaksanaan

melibatkan dua kelompok, kelompok pertama yaitu kelas eksperimen I (X-OTKP


1) dengan model pembelajaran Probing Promting dan kelompok kelas eksperimen

II yaitu kelas (X-OTKP 2) dengan model pembelajaran Circuit Learning. Desain

penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pre test dan post test

Tabel 3.4

Rancangan Penelitian

Kelompok Tes Awal (Pre Test) Perlakuan Tes Akhir(Post Test)


Eksperimen I T1 X1 T1
Eksperimen II T1 X2 T1
Keterangan :

T1 : Pre-Test

T2 : Post-Test

X1 : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Probing

Promting
X2 : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Circuit

Learning

Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian

Populasi

Sampel

Pre Test

Kelas eksperimen I Kelas Eksperimen II

Model pembelajaran Model pembelajaran


Probing Promting Circuit Learning
Post Test Post Test

Hasil Belajar Hasil Belajar


Yang menjadi objek penelitian ini adalah upaya meningkatkan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran administrasi umum dengan menerapkan model

pembelajaran Probing Promting dan model pembelajaran Circuit Learning.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa

sebelum dan setelah perlakuan pengajaran. Instrument yang digunakan untuk

mengumpulkan data adalah tes hasil belajar. Sebelum perlakuan diberikan tes

awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah proses memberikan

perlakuan selesai, maka diberikan tes akhir untuk mengetahui apakah ada

pengaruh penggunaan model pembelajaran Probing Promting dan model

pembelajaran Circuit Learning terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data adalah

test dalam pilihan berganda yang berjumlah 20 soal. Sebelum tes ini diberikan

kepada sampel sesungguhnya, maka tes ini terlebih dahulu diujicobakan untuk

mengetahui validitas, reabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran tes.

Ada berbagai metode pengumpulan data yang dapat dilakukan dalam

sebuah penelitian. Metode pengumpulan data ini dapat digunakan secara sendiri-
sendiri,namun dapat pula digunakan dengan menggabungkan dua metode atau

lebih.Beberapa metode pengumpulan data antara lain:

3.5.1 Observasi
Dalam hal ini observasi yang dilakukan peneliti yaitu melakukan

pengamatan langsung ke SMKS Tunas Karya Batang Kuis untuk memperoleh

data penelitian. Data yang dibutuhkan adalah data hasil belajar siswa pada mata

pelajaran Administrasi Umum sebelum dan setelah mendapat perlakuan

pengajaran.

3.5.2 Tes Hasil Belajar


Penelitian ini menggunakan tes hasil belajar sebagai alat pengumpulan data

test yang data test yang dilakukan untuk mengumpulkan data sebanyak dua kali

yaitu pretest dan posttest dalam bentuk pilihan berganda.

Instrument penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini adalah tes hasil belajar. Tes merupakan alat untuk mengukur ada

atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti atau alat untuk

mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. Bentuk tes berupa

pilihan berganda (multiple choise) sebanyak 20 soal.

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Materi Pembelajaran

Kompetensi Materi Indikator Penilaian


Dasar Pokok
Jenis Bentuk

3.9 A. Pengertian 3.9.1 Menjelaskan Tes Pilihan


Menerapkan Tata Ruang pengertian tata Tertulis Berganda

tata ruang Kerja/Kantor ruang kerja/kantor

kerja/kantor B. Macam- 3.9.2 Menjelaskan

(office macam Tata macam-macam tata

layout) Ruang ruang kerja/kantor

4.8 Kerja/Kantor 4.9.1 Menjelaskan

Melakukan C. Pedoman tujuan tata ruang

penataan tata Penataan Tata kerja/kantor

ruang Ruang Kerja 4.9.2 Menjelaskan

kerja/kantor D.Azas-azas azas-azas tata ruang

(Office Tata Ruang kerja/kantor

layout) Kerja/Kantor 4.9.3 Menerpkan

penataan tata ruang

kerja/kantor

Sumber :RPP SMK Tunas Karya

3.6 Uji Instrumen Penelitian


Instrument yang akan diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah

perlakuan atau pelaksanaan pengajaran dengan model pembelajaran Probing

Promting dan model pembelajaran Circuit Learning terlebih dahulu meguji

instrument tersebut. Pengujian instrument yang dimaksud dapat menggunakan

rumus seperti dibawah ini:

1. Uji Validitas Tes


Untuk uji validitas yang digunakan untuk mengetahui apakah instrument

yang digunakan untuk memperoleh data yang sudah valid atau belum. Pada

penelitian ini uji validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi Product

Moment sebagai berikut :

N ∑ XY −( ∑ X ) (∑Y )
rxy=
√{N ∑ X −( ∑ X ¿ } {N ∑Y −¿ ¿
2 2 2

(Arikunto,2013:87)

Dimana:

rxy =koefisien korelasi antar variabel X dan variabel Y

X =nilai untuk setiap item

Y =nilai total seluruh item

N =jumlah siswa

Y2 =jumlah kuadrat skor

X2 =jumlah kuadrat skor distribusi X

Untuk menafsirkan harga validitas tiap item pertanyaan tes, maka r

tersebut dibanding dengan harga kritik product moment dengan perhitungan

rhitung>rtabel pada α =0,05 maka dikatakan soal tersebut valid.

2. Uji Reliabilitas

Arikunto (2013:115) Uji reliabilitas test digunakan untuk mengukur

tingkat kepercayaan dari suatu instrument. Pada penelitian ini uji reliabilitas

dilakukan dengan menggunakan rumus Kudder-Ricardson (KR-20) yang

dinyatakan sebagai berikut :


( k −1 )( )
k v t −∑ pq
r11 =
vt

Dimana :

R11 =realibilitas tes secara keseluruhan


P =proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q =proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q =1-p)
∑pq =jumlah hasil perkalian antara p dan q
K =banyaknya butir pertanyaan
V1 varians total
=

Hasil perhitungan reliabilitas akan dikonsultasikan dengan nilai r hitung


dengan indeks korelasi sebagai berikut:
0,800-1,00 = Sangat tinggi 0,200-0,300 =rendah
0,600-0,700 =Tinggi <0,200 =sangat rendah
9,400-0,599 = Sangat Tinggi
Untuk menafsirkan harga realibilitas dari soal maka harga tersebut
dikonsultasikan ke table harga kritis rtabel dengan α= 0,005 jika rhitung>rtabel maka
soal dikatakan reliable.

3. Tingkat Kesukaran soal

Tingkat kesukaran soal menunjukan sukar mudahnya suatu soal. Indeks

kesukaran dilambangkan dengan P, dimana rumus yang digunakan untuk mencari

besar P adalah sebagai berikut :

B
P= (Arikunto,2013 :100)
JS

Dimana :

P =indeks taraf kesukaran yang akan dicari


B =banyaknya siswa yang menjawab soal yang benar
JS =jumlah siswa peserta tes
Data hasil perhitungan, tingkat kesukaran dapat dikategorikan sebagai

berikut:

P (sukar) =0,00-0,030
P (sedang) =0,31-0,70
P (mudah) =0,71-1,00

4. Daya pembeda soal

Untuk menghitung daya pembeda soal digunakan rumus yang dinyatakan oleh :

BA BB
DP= −
J A JB
(Arikunto,2013:228)

Dimana :

D =daya pembeda
BA =jumlah peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
BB =jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
JA =jumlah peserta kelompok atas
JB =jumlah peserta kelompok bawah
Dengan kriteria
SB :sangat baik (0,70 – 1,00 )
B :baik (0,40 - 0,69)
C :cukup (0,10- 0,39)
Negatif :semua tidak baik , sebaiknya soal dibuang saja
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk mengolah data agar penelitian dapat ditanggung

jawabkan kebenarnya. Sebelum dilakakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu

dilakukan uji persyaratan analisis data dalam hal ini dihitung uji normalitas data

dan uji homogenitas data. Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis

data sebagai berikut:

3.7.1 Menghitung Nilai Rata-Rata dan Standar Deviasi

Untuk menghitung nilai rata-rata dan standar deviasi skor tes awal dan tes
akhir pembelajaran pada dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen I dan
eksperimen II digunakan rumus :
a. Menentukan nilai rata-rata (mean)
∑ Xi
= (Sudjana 2014:67)
X N
Keterangan:
X =Mean atau nilai rata-rata
∑Xi =Jumlah skor soal
n =Banyaknya subjek

b. Standar Deviasi dapat dicari dengan rumus:

S=
√ n∑ X 2i −( ∑ X 1 ) 2
n ( n−1 )
(Sudjana 2014:94)

Keterangan :

S =Standar Deviasi

Xi =Jumlah seluruh skor

X =Rata-rata skor

n =Banyaknya subjek
3.7.2 Uji Normalitas
Untuk menguji apakah sampel berdistribusi normal atau tidaknya data

penelitian tiap variabel penelitian, uji normalitas Lilliefors Menurut Sudjana

(2012), Langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Menyusun skor siswa dari skor yang terendah ke skor yang

tertinggi.

2. Pangamatan X1,X2…..Xn, dijadikan bilangan baku Z1,Z2……Zn

X1
dengan menggunakan rumus Zscore = y
s
3. Untuk kemudian bilangan baku daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang.
F(Z) = P (Z ≤Zi)
4. Selanjutnya,dihitung proporsi Z1,Z2……Zn yang lebih kecil atau
sama dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan S (Zi),maka :
banyak Z 1 , Z 2 , … . X n
S(Zi)=
n
5. Menghitung selisih F(Zi)-S(Zi) kemudian menentukan harga
mutlaknya yang tersebar dinyatakan L0.

Mengambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih

tersebut. Dengan harga terbesar L0 dan nilai kritis L yang diambil dari daftar

Liliofors dengan taraf nyata 0,05 (5%)

Kriteria Penelitian :

1. Jika Lo<Ltabel maka data berdistribusi nor mal


2. Jika Lo>Ltabel maka data tidak berdistribusi normal

3.7.3 Uji Homogenitas Data


Uji homogenitas data dilakukan untuk apakah sampel yang diambil varians

yang homogen atau tidak. Uji homogenitas varians antara kelompok eksperimen

dimaksudkan untuk mengetahui keadaan varians kedua kelompok, sama atau

beda. Untuk menghitung homogenitas yaitu dengan menggunakan uji F dengan

rumus sebagai berikut:

2
s
varians terbesar
F= atau ƒ 1
varians terkecil 2
s2

(Sudjana,2012:250)

Dimana :

2
S = Varians dari kelompok yang lebih besar
1

2
S = Varians dari kelompok kecil
2

Kriteria pengujian:

Jika ƒhitung < ƒtabel : Kedua sampel mempunyai varians yang sama.

Jika ƒhiitung > ƒtabel : Kedua sampel tidak mempunyai varians yang sama.

3.7.4 Uji Hipotesis

Setelah hasil kedua data penelitian selesai kemudina dilakukan uji

hipotesis melalui uji t. Uji ini dapat dilakukan dengan cara mendistribusikan data

post-test Probing Promting dan kelas Circuit Learning ke dua kelas penelitian

tersebut. Pada penelitian ini, kelas eksperimen1 akan diberi perlakuan dengan

menggunakan model Probing Promting, sedangkan kelas eksperimen2 akan diberi

perlakuan dengan menggunakan model Circuit Learning. Test yang digunakan

rumus uji dua pihak sebagai berikut:



X1 X2
t= (Sudjana,2012:239)


2 1 1
+
n1 n2

dengan S adalah varians gabungan yang dihitung dengan rumus :

( n1−1 ) s21+ (−1) s 2

S = 2
2
2

( n1+ n2)−¿ ¿
(Sudjana,2012:239)

Dimana :

:Nilai rata-rata kelompok eksperimen 1


X1

:Nilai rata-rata kelompok eksperimen 2


X2
n1 :Banyaknya siswa kelas eksperimen
2
S1 :Varians nilai hasil belajar kelompok eksperimen 1

S22 :Varians nilai hasil belajar kelompok eksperimen 2


S2 :Varians dua kelas sampel
Selanjutnya mencari harga t pada table (ttabel) pada tingkat kepercayaan

95% atau α = 0,05ttabel dapat ditentukan bahwa:

Jika thitung<ttabel maka hipotesis ditolak

Jika thitung>ttabel maka hipotesis diterima


DAFTAR PUSTAKA

Arif, S dkk. 2017. Media Pendidikan,Pengertian,Pengembangan,dan

Pemanfaatnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Asrianty. 2019. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Circuit

Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Arab di

MTS Swasta AL-Arafah

Atika. Lovelly, D. 2013. Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Gaya

Mengajar dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Pada

Program Keahlian Akuntansi Siswa Kelas X di SMKN 1 Sawahlunto. Journal

Economic and Economic Education 2:1:1-10

Desiana, Rita dkk. 2021. Pengaruh Model Circuit Learning Pada Mata

Pelajaran Ekonomi di SMA. Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (J-KIP).

Volume 2, No. 3 Oktober 2021


Elvandari, Kasmadi. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Probing-

Promting Berbasis Active Learning Untuk Meningkatkan Ketercapaian

Kompetensi Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. Vol 10, No. 1 2016

Fatimah, Siti dkk. 2019. Pengaruh Model Circuit Learning CL Terhadap

Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS. International Journal Of

Elementary Education. Vol, 3. No, 3. 2019

Huda Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.

Yogyakarta: Pustaka Belajar

Huda Miftahul. 2017. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.

Malang: Pustaka Belajar

Indriyani, N. 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui

Model Circuit Learning Berbantuan Media Visual Pada Peserta Didik Kelas V B

SD Islam Siti Sulaechah Semarang. (Doctoral Dissertation, Universitas Negeri

Semarang)

Istarani. 2014. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada

Istarani & Intan. 2015. Ensiklopedia Pendidikan. Medan: Media Persada

Istarani. 2016. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada

Istarani, dkk. 2017. Strategi Pembelajaran Kooperatif (mengenal tipe

strategi, model dan teknik pembelajaran kooperatif). Medan: Media Persada

Istarani & Pulungan, I. 2016. Ensiklopedia Pendidikan Jilid I.

Medan:Media Persada
Kuntjojo. 2009. Metodologi Pendidikan. Kediri: Universitas Nusantara

PGRI

Lestari, K.E.,& Yudhanegara, M. R. 2017. Penelitian Pendidikan

Matematika. Bandung: PT. Rafika Aditama

Lubis Muzdalifa. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Generative

Learning dan Probing Promting Terhadap Hasil Belajar Administrasi Umum

Siswa Kelas X SMK PAB 12 Saentis Percut Sei Tuan T.a 2020/2021

Lumbantobing R, Irwan. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Probing

Promting Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X SMA N 4 Medan T.P

2016/2017

Ngalimun. 2015. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja

Pressindo

Ngalimun. 2016. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Asjawa

Pressindo

Ngalimun. 2017. Strategi Pembelajaran, Dilengkapi dengan 65 Model

Pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit Parama Ilmu

Putra, Andi Setiawan. 2019. Penerapan Model Pembelajaran Circuit

Learning Berbantuan Media PowerPoint Terhadap Hasil Belajar. Jurnal Bidang

Pendidikan (JBPD). Volume 3, No.1 Januari 2019

Purwaningrum, J. P. 2016. Kemampuan Koneksi Matematis Peserta Didik

SD Melalui Circuit Learning. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, 2 (2),125-137


Sagala, Syaiful. 2014. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:

Alvabeta

Samsiyah. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Circuit Learning

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Arab di MTS Swasta

AL-Arafah Tersedia: https://bit.ly/3vz23H6

Shoimin, Aris. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum

2013. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani

Shoimin, Aris. 2018. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum

2013. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.

Jakarta: Rineka Cipta

Slameto. 2016. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.

Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana. 2012. Metode Statiska. Bandung: PT. Tarsito

Sudjana. Nana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya

Sudjana. 2014. Metode Statistika. Bandung: Tarsito, Susanto

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta

Suyanto&Jihad. 2013. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Erlangga

Suyitno, Amin. 2007. Pemilihan Model-Model pembelajaran dan

Penerapannya di Sekolah. Jakarta: Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan

Wayan, Ni dkk. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Probing Promting

Berbantuan Media Video Hasil Belajar IPA. Indonesian Journal Of Educational

Researchand Review. Vol. 2 No. 2, juli 2019

Anda mungkin juga menyukai