Anda di halaman 1dari 6

JGC XII (1) (2023)

JURNAL GLOBAL CITIZEN


JURNAL ILMIAH KAJIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
http://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/
http://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/
Diterima : 12-03-2023, Disetujui : 10-05-2023, Dipublikasikan: 01-07-2023

MENINGK ATKAN PRESTASI BELAJAR PPK N KOMPE TENSI


DASAR HAK DAN KEWAJIBAN TERHADAP LINGKUNGAN MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SISWA KELAS IV
SDIT MUTIARA HATI NGARGOYOSO TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Agus Tugiyanto1, Anita Trisiana2, Siti Supeni3.


FKIP PPKn UNISRI
agustugiyanto86@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi prosedur dan cara menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas
IV SDIT Mutiara Hati Ngargoyoso.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas IV SDIT Mutiara Hati Ngargoyoso tahun pelajaran 2021/2022
yang terdiri dari 27 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari
empat tahapan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek
ini dipilih berdasarkan hasil nilai ulangan semester I yang menuujukkan bahwa kelas IV
mempunyai nilai rata-rata kelas dan ketuntasan kelas yang rendah. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah tes, observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Teknik analisis
data yang digunakan adalah deskriptis komparatif yang membandingkan antara nilai tes pada siklus
I (pertama), dengan nilai tes pada siklus II (kedua).
Kriteria keberhasilan tindakan untuk hasil belajar adalah dengan batas tuntas 75 (KKM =
75) dan ketuntasan kelas sebesar 85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
hasil belajar PPKn pada kondisi awal (tes kemampuan awal), siklus I, dan siklus II. Pada nilai tes
kemampuan awal rata-rata kelas hanya 77,44. Pada siklus I mengalami peningkatan yaitu rata-rata
kelas menjadi 79,22 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 berjumlah 24 siswa. Selanjutnya pada
siklus II juga mengalami peningkatan yaitu rata-rata kelas menjadi 85,11 dan ketuntasan kelas
menjadi 100% dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 berjumlah 27 siswa.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
berdasarkan masalah (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDIT Mutiara Hati
Ngargoyoso.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL), Prestasi Belajar, Hak dan
Kewajiban.

11
ABSTRACT

The Purpose of this was to identify procedures and way to apply the problem based learning
(PBL) model that could improve student achievement in class IV SDIT Mutiara Hati Ngargoyoso.
Thys type research is Classroom Action Research (CAR). The research subjects were
students in grade IV SDIT Mutiara Hati Ngargoyoso in the 2021/2022 academic year a total of 27
students. This research was conducted in two cycles. Each cycle cinsisted of four stages such a
planning, implementing, observing, and reflecting. The research subjects were selected based on
the result of the first semester test score. The result showed that class IV had a low-class average
and mastery grade. Data collection technique used was descriptive which compared the test score
in the first cycle with the test score in the second cycle.
The success criterion for learning outcomes was the minimum score of 75 (KKM = 75) and
minimum score of class was 85%. The result showed that there was an improvement in Civics
learning outcomes in the initial conditions (initil ability test), cycle 1 and cycle II. On theinital
ability test, the average value was only 77,44. In cycle 1, the average value has increased. The
result was that the average score was 79,22 and students who got scores ≥ 75 are 24 students.
Furthermore, in cycle II also experienced an increase. The result is that the average value became
85,11 and minimum score of class became 100%. Student who score ≥ 75 were 27 students.
Based on the results, it could be concluded that the implementation of the problem-based
learninng (PBL)model can improve student achievement in class IV SDIT Mutiara Hati
Ngargoyoso.

Keyword : Problem Based Learning (PBL) Model, Learning Achievement, Rights and Obligations

12
PENDAHULUAN di dalam proses tersebut. Keterlibatan siswa
Pendidikan merupakan komponen secara aktif dalam proses belajar mengajar
terpenting dalam kehidupan bangsa, yang disekolah sangat ditentukan oleh kemampuan
pada dasarnya sudah ada dan dibutuhkan saat guru dalam mengajar dan penggunaan metode
manusia mulai menghadapi masalah mengajar. (Ahmadi,2007:56)
kehidupan. Pendidikan yang dibutuhkan bagi Dalam perkembangannya seseorang
generasi mendatang tidak cukup hanya akan memerlukan keberadaan seorang guru
tingginya nilai akademik dengan cara yang mampu mengarahkan anak didik untuk
bagaimana menaikkan pencapaian nilai ujian, bertindak ke arah hal-hal yang bersifat positif
tetapi lebih dari itu, masa depan dan memahami apa yang diajarkan oleh
membutuhkan generasi muda yang menguasai seorang guru, namun tidak sedikit kita jumpai
keterampilan dasar yang dibutuhkan dalam banyak siswa mengalami kesulitan dalam
kehidupan sehari-hari. menerima pelajaran, hal ini dapat dilihat dari
Berbicara masalah pendidikan tidak nilai ulangan harian siswa tersebut. Hal
terlepas dari suatu lembaga yang menjadi inti seperti ini bisa terjadi karena ada berbagai
dari pendidikan itu sendiri, yaitu lembaga faktor, yaitu dari faktor guru, siswa, dan
sekolah dimana di sekolah tersebut anak-anak sarana pendukung dalam proses pembelajaran
didik menempatkan diri untuk menggali itu sendiri.
segala kemampuannya. Sekolah memiliki Salah satu cermin kualitas pendidikan di
peranan yang sangat penting dalam sekolah adalah hasil belajar siswa yang
mengembangkan potensi anak dengan segala dicapai oleh siswa di sekolah tersebut.
kemampuan yang dimiliki oleh anak. Dengan demikian hasil belajar siswa pada
Mengingat sekolah adalah lembaga formal suatu mata pelajaran tertentu merupakan salah
dimana anak-anak menuntut ilmu dari tingkat satu indikator kualitas pendidikan di sekolah
yang paling rendah hingga ke tingkat yang yang bersangkutan. Pembelajaran PPKn
paling tinggi. Sekolah memiliki peranan yang sebenarnya mempunyai peran yang sangat
sangat penting dalam proses tersampaikannya penting. Mata pelajaran PPKn diharapkan
informasi mengenai ilmu-ilmu pengetahuan akan mampu membentuk siswa yang ideal
untuk disampaikan oleh seorang guru kepada memiliki mental yang kuat, sehingga dapat
anak didik. mengatasi permasalahan yang akan dihadapi.
Belajar merupakan suatu proses yang Selama ini proses pembelajaran PPKn di
terjadi pada semua orang dan berlangsung kelas IV kebanyakan masih terpusat pada
seumur hidup. Setiap perkembangannya guru, sehingga siswa belum dapat berperan
manusia memiliki tahapan perkembangan, secara aktif. Guru mengajar dengan metode
setiap tahapan perkembangan tersebut konvensional yaitu metode ceramah dan
mengandung kecakapan dan tingkat-tingkat mengharapkan siswa duduk, diam, dengar,
pencapaian tertentu. Menurut Sunarso (2008: catat dan hafal (3DCH) sehingga Kegiatan
14) Civic Skills meliputi keterampilan Belajar Mengajar (KBM) menjadi monoton
intelektual (Intellectual skills) dan dan kurang menarik perhatian siswa. Kondisi
keterampilan berpartisipasi (participatory seperti itu tidak akan meningkatkan
skills). Keterampilan intelektual yang kemampuan siswa dalam memahami mata
terpenting bagi terbentuknya warga negara pelajaran PPKn. Akibatnya nilai akhir yang
yang berwawasan luas, efektif, dan dicapai siswa tidak seperti yang diharapkan.
bertanggung jawab antara lain adalah Berdasarkan uraian diatas maka
keterampilan berpikir kritis. Pendidikan penulis tertarik untuk mengangkat judul
merupakan proses pengembangan kepribadian “Meningkatkan Prestasi Belajar PPKn
yang tidak terlepas dari kegiatan proses Kompetensi Dasar Hak dan Kewajiban
belajar mengajar. Proses belajar mengajar Terhadap Lingkungan Melalui Model
yang berkembang di sekolah terutama di kelas Pembelajaran Problem Based Learning
umumnya di tentukan oleh peran guru dan Siswa Kelas IV SDIT Mutiara Hati
siswa sebagai individu yang terlibat langsung Ngargoyoso Tahun Pelajaran 2021/2022”.

13
KAJIAN PUSTAKA Kewarganegaraan yang berkembang secara
Kata prestasi berasal dari bahasa bersama-sama dengan perkembangan
Belanda yaitu prestatie yang diartikan sebagai pemikiran konseptual. Siswa pada awalnya
hasil usaha. Zainal Arifin (1990: 3) memahami konsep dalam hal karakteristik
mengemukakan, ”Prestasi belajar merupakan yang lebih konkret dan secara bertahap
suatu masalah yang bersifat perenial dalam memahami dimensi yang lebih abstrak
sejarah kehidupan manusia karena sepanjang tentang apa itu pancasila dan
rentang kehidupannya manusia selalu kewarganegaraan yang hal itu yang
mengejar prestasi menurut bidang dan dikemukakan Carretero, Castorina, &
kemampuan masing-masing”. Prestasi belajar Levinas, 2013; Van Sledright, 2008.
akan selalu digunakan sebagai wujud hasil Menurut Achmad Sanusi dalam C.S.T
seseorang dalam memperoleh kepuasan pada Kansil, (2003: 4). Pendidikan
tingkat dan jenis tertentu terutama prestasi Kewarganegaraan adalah “Kedudukan dan
yang dicapai. Bentuk konkret prestasi yang peranan warga negara dalam menjalankan hak
dimiliki dengan nilai rapor yang diberikan dan kewajibannya sesuai dan sepanjang batas-
kepada siswa setiap akhir program belajar. batas ketentuan konstitusi negara yang
Menurut Sutratinah Tirtonegoro bersangkutan”.
(2001: 43) mengemukakan, ”Prestasi belajar Mengacu pada definisi tersebut, PPKn
adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar mempunyai peranan yang penting dalam
yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, membentuk karakter warga Negara yang
huruf maupun kalimat yang dapat cerdas dan berkepribadian yang berorientasi
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh pada keyakinan baik buruk, benar salah, hak
setiap anak dalam periode tertentu”. Prestasi dan kewajiban yang mengacu pada nilai-nilai
belajar juga berarti hasil yang telah dicapai Pancasila untuk diyakini dan diamalkan
seseorang setelah melaksanakan serangkaian dalam kehidupan sehari-hari ditengah-tengah
kegiatan. keanekaragaman suku bangsa, agama, dan
Dari beberapa pendapat di atas dapat budaya yang ada.
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Dalam mata pelajaran PPKn yang diberikan
prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha di Sekolah yaitu mengenai tugas dan
kegiatan belajar yang dinyatakan dalam kewajiban warga negara terhadap pemerintah,
bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat masyarakat, keluarga, diri sendiri, misalnya
sebagai hasil yang sudah dicapai oleh siswa. mengenai akhlak, pendidikan, pengajaran dan
Dengan mengetahui prestasi belajar seorang ilmu pengetahuan. Pendidikan
siswa secara keseluruhan maka dapat kewarganegaraan merupakan mata pelajaran
diketahui kemampuan siswa itu sendiri, yang diajarkan kepada siswa yang dimulai
sehingga nantinya dapat mengetahui bidang semenjak dari Sekolah Dasar, Sekolah
apa yang disukai oleh siswa tersebut. Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas
Pendidikan Pancasila dan hingga jenjang Perguruan Tinggi.
Kewarganegaraan diibaratkan menjadi
wahana atau kendaraan bagi para peserta MODEL PEMBELAJARAN
didik dan semua warga negara Indonesia Problem Based Learning (PBL)
dalam mencapai tujuan yakni menjadi insan adalah suatu model pembelajaran yang
Indonesia yang mempunyai rasa cinta tanah menghadapkan siswa pada permasalahan-
air dan kebangsaan. Secara garis besar, permasalahan praktis sebagai pijakan dalam
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan belajar atau dengan kata lain siswa belajar
adalah salah satu komponen pendidikan yang melalui permasalahan-permasalahan (Made
digunakan untuk mewujudkan komitmen Wena, 2010: 91). Problem Based Learning
warga negara dalam berbangsa dan bernegara. menurut Sugiyanto (2010: 91) adalah
(Anita Trisiana, 2020:34). pembelajaran yang menyajikan masalah yang
Menurut Barrett, 2007 kemampuan autentik dan bermakna yang dapat
memahami konsep Pendidikan Pancasila dan memberikan kemudahan kepada siswa untuk

14
melakukan penyelidikan dan inkuiri. Trianto tatap muka, pertanyaan yang diberikan
(2010: 152) mendefinisikan Problem Based secara lisan dan jawabannya pun diterima
Learning sebagai pembelajaran yang secara lisan pula”. Lexy J. Moeleong
fokusnya tidak banyak pada apa yang (2001:135) mengemukakan bahwa
dikerjakan siswa tetapi apa yang siswa “Wawancara adalah percakapan dengan
pikirkan. Problem Based Learning menurut maksud tertentu, ini dilakukan oleh dua
Dutch (Taufiq Amir, 2009: 21) merupakan pihak, yaitu pewawancara yang
metode instruksional yang menantang siswa mengajukan pertanyaan dan yang
agar “belajar untuk belajar”,bekerjasama diwawancarai yang memberikan
dalam kelompok untuk mencari solusi bagi jawabannya atas pertanyaan itu.
masalah yang nyata. Sedangkan menurut Hopkins dalam
Observasi yaitu suatu teknik atau cara Rochiati Wiratmaja (2007:177)
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan “Wawancara adalah suatu cara untuk
pengamatan terhadap kegiatan yang sedang mengetahui situasi tertentu di dalam kelas
berlangsung (Nana Syaodih, 2012: 220). terlihat dari sudut pandang yang lain”.
Observasi dapat dilakukan menggunakan dua cara
Beberapa bentuk wawancara antara
yaitu secara partisipatif atau nonpartisipatif.
Dalam observasi partisipatif pengamat atau
lain :
peneliti ikut serta dalam kegiatan yang sedang a. Wawancara terstruktur adalah apabila
berlangsung. Dalam observasi nonpartisipatif bahan wawancara sudah dipersiapkan
pengamat atau peneliti tidak ikut serta dalam terlebih dahulu.
kegiatan. b. Wawancara setengah berstruktur,
adalah bentuk wawancara yang sudah
Teknik Pengumpulan Data disisipkan terlebih dahulu, akan tetapi
1. Observasi memberikan keleluasaan untuk
Observasi yaitu suatu teknik atau menerangkan lebih jauh, namun tidak
cara mengumpulkan data dengan jalan langsung pada topik bahasan, atau
mengadakan pengamatan terhadap mungkin mengajukan topik bahasan
kegiatan yang sedang berlangsung (Nana sendiri selama wawancara
Syaodih, 2012: 220). Observasi dapat berlangsung.
dilakukan menggunakan dua cara yaitu c. Wawancara tidak berstruktur, prakarsa
secara partisipatif atau nonpartisipatif. untuk memilih topik bahasan diambil
Dalam observasi partisipatif pengamat oleh responden
atau peneliti ikut serta dalam kegiatan Dalam penelitian ini yang diterapkan
yang sedang berlangsung. Dalam adalah pedoman wawancara terstruktur.
observasi nonpartisipatif pengamat atau Wawancara yang dilakukan peneliti berfokus
peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan. pada siswa dan guru. Teknik ini digunakan
Dalam penelitian ini, peneliti untuk memperoleh data dari informan
menggunakan observasi partisipatif, mengenai kesulitan yang dialami dalam
dimana peneliti ikut melakukan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan
pengamatan langsung. Data yang Kewarganegaraan, serta faktor-faktor
dikumpulkan dalam pengamatan adalah penyebabnya. Serta untuk mengetahui
proses penerapan model Problem Based tanggapan dan harapan siswa mengenai
Learning (PBL) dan prestasi belajar siswa metode pembelajaran yang diterapkan oleh
dengan berpedoman pada lembar guru.
observasi yang sudah dipersiapkan oleh 3. Tes
peneliti. Menuurut Suharsimi Arikunto (2002:25) ”Tes
2. Wawancara adalah serentetan pertanyaan, latihan atau alat
Menurut Nana Syaodih yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,
Sukmadinata (2003:222) “Wawancara pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau
atau interview merupakan teknik bakat yang dimiliki individu atau kelompok”.
pengumpulan data yang dilakukan secara Peneliti menggunakan tes dengan tujuan

15
untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa a. Penerapan model Problem Based
dalam menguasai materi hak dan kewajiban Learning (PBL) dalam proses
tehadap lingkungan. pembelajaran.
b. Guru melakukan pendekatan dan
HASIL DAN PEMBAHASAN monitoring yang merata pada semua
Dalam rangka meningkatkan prestasi kelompok saat didkusi berlangsung.
belajar siswa dapat menggunakan model c. Guru memberikan motivasi dan perhatian
pembelajaran Problem Based Learning pada siswa sehingga siswa terpacu
(PBL), yaitu model pembelajaran yang semangatnya dalam belajar.
berdasarkan pada suatu masalah dimana pada Guru melakukan evaluasi setelah
model pembelajaran Problem Based Learning pelaksanaan pembelajaran.
merupakan suatu model pembelajaran yang
menitikberatkan pada aktivitas siswa dalam DAFTAR PUSTAKA
belajar. Dalam proses pembelajaran dengan
metode ini, guru hanya bertindak sebagai Ahmadi. 2007, Metode dalam Proses Belajar
pembimbing dan fasilitator yang Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara.
mengarahkan siswa untuk menemukan Arie dkk. 2020. Model Pembelajaran
konsep, dalil, prosedur, dan sebagainya. Problem Based Learning Berbantuan
Peneliti menggunakan dua siklus Software Geogebra Untuk
pembelajaran dalam Penelitian Tindakan Kemampuan Komunikasi Matematis
Kelas (PTK) dengan menggunakan model dan Self Confidence Siswa SMA.
pembelajaran Problem Based Learning Makasar: Yayasan barcode.
(PBL). Setiap siklus direncanakan selama 2 Dimyati dan Mudjiono.2006. Belajar dan
pertemuan sehingga akan ada 4 kali Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
pertemuan dan pada tiap akhir siklus ada tes M. Taufik Amir. 2009. Inovasi Pendidikan
untuk memperoleh data prestasi siswa setelah Melalui Problem Based Learning.
dilakasanakan model pembelajaran Problem Bandung: Remadja Rosdakarya.
Based Learning (PBL). Nana Syaodih S. 2012. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: PT.Remaja
KESIMPULAN Rosdakarya
Berdasarkan data yang diperoleh dari Sugiyanto. 2010. Model-Model Pembelajaran
nilai siswa sebelum dan sesudah penelitian Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.
dapat disimpulkan bahwa penerapan model Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dkk. 2010.
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Bumi Aksara.
Nilai rata-rata kelas sebelum diterapkan Sumanto. 1995. Metodologi Penelitian Sosial
model pembelajaran Problem Based Learning dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi
(PBL) adalah 77,44. Siswa yang sudah tuntas Offset.
sebesar 78% atau 21 siswa, sedangkan siswa Sumarsono. 2006. Pendidikan
yang belum tuntas sebesar 22% atau 6 siswa. Kewarganegaraan. Jakarta: Balai
Pada prestasi belajar siswa siklus I nilai rata- Pustaka.
rata kelas menjadi 79,22 dan 85,11 pada Sunarso dkk. 2008. Pendidikan
siklus II. Pada pelaksanaan siklus I siswa Kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY
yang sudah tuntas sebesar 89% atau 24 siswa, Press.
sedangkan siswa yang belum tuntas sebesar Suroso. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.
11% atau 3 siswa. Pada pelaksanaan siklus II Jakarta: Bumi Aksara.
siswa yang sudah tuntas sebesar 100% atau Zainal Arifin. 2000. Pendekatan Dalam
sebanyak 27 siswa. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja
Peningkatan prestasi belajar tersebut Karya.
terjadi setelah guru melakukan beberapa
upaya antara lain:

16

Anda mungkin juga menyukai