Anda di halaman 1dari 11

Penerapan Model Pembelajaran CTL dengan Menggunakan

Media Konkret Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II


di SD Patria Dharma
Cintiya Dewi Parli Yati 1)
Wati Irnawati 2)
1)
Mahasiswa Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka
2)
Dosen Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka

ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan meningkatkan hasil belajar siswa kelas II pada mata pelajaran
PPKN tema 8 tentang persatuan dan keberagaman lewat penerapan model pembelajaran CTL
dengan media konkret. Subjek penelitian ialah siswa kelas II SD Patria Dharma yang
jumlahnya 20 orang. Jenis penelitian ini ialah penelitian tindakan kelas yang berfokus pada
proses pembelajaran di dalam kelas. Desain penelitian yang dipakai pada penelitian ini ialah
model penelitian tindakan kelas dari Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian dijalankan dengan
dua siklus, dengan mengumpulkan data melalui tes hasil belajar serta observasi. Data yang
diperoleh kemdudian dianalisis memakai analisis deskriptif kuantitatif serta analisis deskriptif
kualitatif. Kenaikan hasil belajar siswa dianggap berhasil apabila minimal 75% dari jumlah
siswa memperoleh predikat baik, dengan skor minat belajar setidaknya sama dengan 76. Hasil
penelitian ini ialah bahwa pada fase pra tindakan, persentase siswa yang mendapat nilai baik
hanya sebesar 20%. Setelah dilaksanakan siklus I, ditemukan terdapat peningkatan ipersentase
jumlah siswa iyang mencapai nilai baik pada hasil belajar yakni 55% serta makin meningkat
di siklus II mencapai 85%. Persentase ketuntasan pada siklus II ini sudah mampu memenuhi
kriteria keberhasilan yakni mencapai 75% dari jumlah seluruh siswa sehingga penerapan
model pembelajarn CTL dapat dikatakan telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa
seperti yang diharapkan.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Media Konkret, Model CTL

ABSTRACT
This research aims to improve the learning outcomes of class II students in PPKN subject
theme 8 concerning unity and diversity through the application of the CTL learning model
with concrete media. The research subjects were 20 students of class II SD Patria Dharma.
This type of research is classroom action research that focuses on the learning process in the
classroom. The research design used in this study was the classroom action research model
from Kemmis and Mc. Taggart. The research was carried out in two cycles, by collecting data
through learning achievement tests and observations. The data obtained were then analyzed
using quantitative descriptive analysis and qualitative descriptive analysis. An increase in
student learning outcomes is considered successful if at least 75% of the total number of
students gets a good rating, with a learning interest score of at least equal to 76. The results
of this study are that in the pre-action phase, the percentage of students who get good grades
is only 20%. After the first cycle was carried out, it was found that there was an increase in
the percentage of students who achieved good grades in learning outcomes, namely 55% and
it increased even more in cycle II, reaching 85%. The percentage of completeness in cycle II
has been able to meet the success criteria, namely reaching 75% of the total number of
students so that the application of the CTL learning model can be said to have succeeded in
increasing student learning outcomes as expected.

Keywords: Learning Outcomes, Concrete Media, CTL Model

1
PENDAHULUAN
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) ialah aspek yang krusial untuk
memastikan kelangsungan pembangunan bangsa serta pendidikan memegang peran yang
signifikan dalam mencapai tujuan tersebut. Kualitas SDM yang lebih baik menjadi semakin
krusial terutama dalam menghadapi persaingan global yang kian ketat, sehingga diperlukan
perhatian serius terhadap peningkatan kualitas SDM sejak dini.
Guru memainkan peran yang sangat krusial dalam pengembangan sumber daya manusia
(SDM) lewat pendidikan, sebab pendidikan ialah salah satu instrumen utama dalam
pengembangan SDM. Sebagai unsur krusial dalam pendidikan, guru memiliki tanggung jawab
untuk mengatasi masalah dan mengembangkan tugas mereka (Sutinah, 2022). Berhasil
maupun tidaknua implementasi stratehi pembelajaran dipengaruhi pada piawa atau tidaknya
guru menguasi kelas dengan metode yang ada.. Namun, seringkali pembelajaran kurang
inovatif dan variatif, dan fokus pada metode tertentu tanpa memperhatikan tingkat
pemahaman siswa. Hal ini berimbas pada siswa kurang termotivasi, kurang aktif pada proses
belajar, serta terlalu banyak menghafal sehingga tidak memahami konsep secara utuh. Masih
banyak pandangan bahwa pengetahuan sekedar terdiri dari fakta-fakta yang mesti dihafal dan
kelas masih berfokus dengan dogma bahwa guru ialah sumber utama dari pengetahuan.
Pada dunia pendidikan, salah satu tantangan yang ditemukan ialah proses pembelajaran
yang belum efektif. Proses pembelajaran belum mampu memotivasi siswa dan
membangkitkan semangat belajar mereka, yang menyebabkan hasil belajar siswa jauh di
bawah target minimal yang ditetapkan oleh kurikulum (Lufri, et.al, 2020). Di kelas, proses
pembelajaran sering difokuskan pada kemampuan siswa supaya menghafal informasi,
sehingga siswa terbiasa mengingat serta menumpuk informasi tanpa didorong supaya mencari
informasi lebih lanjut. Selain itu, kurang diperhatikannya minat serta ketertarikan siswa dalam
proses pembelajaran dapat memperparah masalah ini.
Peserta didik dapat merasa bosan dalam proses pembelajaran yang monoton, yang pada
akhirnya dapat menghasilkan hasil belajar yang rendah. Pembelajaran semestinya
menciptakan harmoni antar peserta didik, pendidik, juga sumber daya pada lingkungan belajar
(Irwan dan Hasnawi, 2021). Proses pembelajaran ialah dukungan yang diberikan oleh
pendidik untuk membantu siswa memperoleh pemahaman dan keterampilan, mengembangkan
sikap dan kepribadian, serta membentuk persepsi siswa terhadap dunia sekitar.
Dalam pembelajaran, salah satu mata pelajaran yang memiliki korelasi erat dengan
kehidupan yakni Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN). Dalam pembelajaran
PPKN, siswa diberi arahan supaya mengkorelasikan materi yang ada dengan kondisi

2
kehidupan nyata (Hidayat, 2022). Mata pelajaran PPKN sendiri mempunyai peran krusial
dalam membentuk warga negara yang berkualitas. Keberhasilan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan bukan hanya ditentukan oleh pemahaman teori yang dimiliki siswa, akan
tetapi juga perubahan sikap yang mampu ditampakkan oleh siswa (Soleha, et.al, 2021).
Berdasarkan hal tersebut, mampu dimaknai bahwa mata pelajaran PPKN memegang
peranan krusial akan kehidupan sehari-hari siswa dan menjadi salah satu mata pelajaran yang
wajib diberikan di Sekolah Dasar. Materi yang diajarkan pada PPKN mengajarkan siswa
supaya memahami serta melakukan aplikasi nilai-nilai ini di kehidupan sehari-hari mereka.
Materi tentang persatuan dan keberagaman ialah salah satu materi yang tidak kalah
krusial pada mata pelajaran PPKN. Hal ini disebabkan Indonesia ialah negara yang sangat
beragam, mulai dari agama, suku, budaya, dan bahasa (Rahayu, et.al, 2022). Oleh sebab itu,
krusial bagi tiap warga negara Indonesia supaya memahami dan menghargai keberagaman
tersebut agar tercipta persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh. Materi ini meliputi
penjelasan tentang keberagaman suku, agama, budaya, serta bahasa yang ada di Indonesia
serta bagaimana cara menjaga persatuan juga kesatuan bangsa dalam keragaman tersebut.
Selain itu, materi ini juga mengajarkan tentang krusialnya toleransi, menghargai perbedaan,
menghormati hak asasi manusia, dan menghindari tindakan diskriminasi terhadap sesama
warga negara Indonesia.
Pembelajaran materi tentang persatuan dan keberagaman di PPKN bertujuan untuk
membentuk sikap dan perilaku siswa yang menghormati serta menghargai perbedaan yang
ada di Indonesia, serta mengembangkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme (Hidayat, 2022).
Dalam pembelajaran materi ini, guru bisa menggunakan berbagai strategi serta metode
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif, supaya pemahaman siswa akan materi
menjadi semakin baik.
Observasi awal yang dilaksanakan pada 27 Maret 2023 menunjukkan bahwa hasil
belajar PPKN siswa kelas II di Sekolah Dasar Patria Dharma masih rendah. Hal ini terlihat
lewat hasil penelitian pra tindakan yang menunjukkan hanya 4 dari 20 siswa yang bisa
memperoleh nilai diatas KKM yang ditentukan yakni 75, atau dapat dikatakan hanya 20%
siswa yang bisa mencapai hasil yang baik pada mata pelajaran PPKN khsusunya pada materi
tema 8 yakni persatuan dan keberagamam. Berdasarkan wawancara yang peneliti laksanakan
bersama Ibu Nabila Khansa Putu, S.Pd selaku guru mata pelajaran kelas II SD Patria Dharma
menyatakan bahwa rendahnya hasil belajar PPKN siswa ini disebabkan siswa kurang tertarik
dengan materi yang diajarkan. Pelajaran PPKN khususnya pada materi persatuan dan

3
keberagaman dianggap hal yang terlalu sulit dipahami siswa yang berimbas pada siswa tak
mau memperhatikan apa yang dijelaskan guru.
Dari hasil observasi awal serta wawancara yang ditemukan, peneliti menyimpulkan
bahwa salah satu sebab rendahnya hasil belajar PPKN siswa kelas II di SD Patria Dharma
disebabkan oleh model pembelajaran yang monoton di dalam kelas. Pada model pembelajaran
ini, siswa tidak diajak supaya aktif serta kreatif dalam belajar. Sebaliknya, pembelajaran
diarahkan hanya pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi dan tidak memberikan
kesempatan pada siswa supaya melakukan pengembangan keterampilan serta pemahaman
yang lebih baik. Model pembelajaran yang monoton ini menyebabkan siswa merasa bosan
dan kehilangan minat dalam belajar, sehingga hasil belajar mereka tidak mencapai target
minimal yang diharapkan oleh kurikulum. Oleh sebab itu, dibutuhkan model pembelajaran
yang makin menarik serta interaktif supaya meningkatkan hasil belajar siswa di mata
pelajaran PPKN.
Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan salah satu
model yang mampu diterapkan untuk memperbaiki kondisi kelas. Pembelajaran yang
kontekstual ialah konsep pembelajaran yang menolong guru melakukan korelasi materi yang
diajarkan pada lingkungan siswa, sehingga siswa dapat membentuk korelasi antar
pengetahuan serta penggunaannya di kehidupan sehari-hari. Pembelajaran ini terdiri atas tujuh
komponen krusial untuk pembelajaran yang efektif, yakni: bertanya, konstruktivisme,
pemodelan, menemukan, masyarakat belajar, serta penilaian autentik (Ahrisya, et.al, 2019).
Model pembelajaran CTL ialah sebuah pendekatan yang mengkorelasikan materi
akademik pada kehidupan siswa. Pada prakteknya, siswa diminta untuk mengaitkan antara
pengetahuan dan pengalaman mereka pada kehidupan (Hermanto, 2022). Hal ini akan
membuat pembelajaran lebih mudah dipahami siswa serta dapat meningkatkan hasil belajar
mereka. Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, sesuai dengan kebutuhan
serta keinginan siswa, maka pembelajaran akan lebih mudah dipahami serta akan
meningkatkan hasil belajar siswa.
Tuken dan Pasinggi (2020) menyatakan bahwa, “Hasil belajar dipengaruhi oleh proses
belajar yang berkualitas, yang mencakup aspek emosional, kognitif, serta psikomotorik.”.
Hasil belajar mampu diekspresikan dengan menggunakan angka, simbol, kalimat, maupun
huruf yang mencerminkan kualitas aktivitas individu pada proses belajar. Pendapat lain
menyatakan hasil belajar ialah kemampuan milik peserta didik yang didapat sesuah mengikuti
kegiatan belajar (Ahrisya, et.al, 2019).

4
Banyak artikel penelitian telah membuktikan bahwasannya Model pembelajaran CTL
telah diterapkan di berbagai jenjang pendidikan, dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Khususnya pada pendidikan sekolah dasar, model pembelajaran CTL dianggap krusial dalam
membentuk kepribadian serta pola pikir anak-anak. Oleh sebab itu, penelitian ini berfokus
pada penerapan model pembelajaran CTL menggunakan benda konkret dalam rangka
meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SD Patria Dharma pada pembelajaran PPKN
khususnya pada tema 8 tentang persatuan dan keberagaman.

METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, diterapkan metode penelitian tindakan kelas yang berfokus pada
proses belajar di dalam kelas. Metode ini mampu dilaksanakan oleh guru atau siswa dengan
tujuan memperbaiki praktik pembelajaran di dalam kelas atau di seluruh sekolah. Lokasi
penelitian dilaksanakan di kelas II SD Patria Dharma Kota Bengkulu. Penelitian ini meneliti
terkait penerapan model pembelajaran CTL menggunakan benda konkret untuk meningkatkan
hasil belajar siswa di pembelajaran PPKN terkhusus tema 8 tentang persatuan dan
keberagaman. Subjek penelitian ialah 20 siswa kelas II SD Patria Dharma Kota Bengkulu
yang teridir atas 9 siswa laki-laki serta 11 siswi perempuan.
Desain penelitian yang dipakai pada penelitian ini ialah model penelitian tindakan kelas
dari Kemmis dan Mc. Taggart, di mana tiap siklus penelitian terdiri atas perencanaan,
tindakan dan observasi, serta dokumentasi. Apabila hasil yang diinginkan tidak tercapai pada
satu siklus, maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus berikutnya hingga mencapai tujuan
penelitian.

Gambar 1. Desain Penelitian Kelas oleh Kemmis dan Mc. Taggart

5
Data pada penelitian ini didapat lewat penggunaan skala, observasi, serta dokumentasi.
Dua jenis analisis data dipakai untuk menganalisis data, yakni analisis deskriptif kuantitatif
serta analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif dipakai dalam rangka
mengevaluasi skor minat belajar siswa berdasarkan hasil skala minat belajar. Sedangkan
analisis deskriptif kuantitatif melibatkan perhitungan skor, yang kemudian dimasukkan ke
dalam pedoman penilaian sesuai dengan beberapa modifikasi. Pedoman penilaian yang
dipakai dalam penelitian ini yakni:

Tabel 1. Pedoman Penilaian


No. Hasil Belajar Predikat
1. 86-100 Sangat Baik
2. 76-85 Baik
3. 60-75 Cukup
4. 55-59 Kurang
5. ≤ 54 Sangat Kurang

Kenaikan hasil belajar siswa di kelas II SD Patria Dharma Kota Bengkulu dengan
penggunaan model pembelajaran CTL menggunakan benda pada pembelajaran PPKN
khususnya pada tema 8 tentang persatuan dan keberagaman dianggap berhasil apabila
minimal 75% dari jumlah siswa mendapatkan predikat baik, dengan skor hasil belajar
setidaknya sama dengan 76.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan iobservasi ipembelajaran PPKN pada materi 8 tentang persatuan dan
keberagaman menunjukkan ibahwa isiswa ikurang iantusias iterhadap ipelajaran tersebut
disebabkan siswa tidak tertarik dengan pembelajaran yang masih sangat monoton serta tidak
memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan keterampilan serta pemahaman yang
lebih baik. Model pembelajaran yang monoton ini menyebabkan siswa merasa bosan dan
kehilangan minat dalam belajar, sehingga hasil belajar mereka tidak mencapai target minimal
yang diharapkan oleh kurikulum. Oleh sebab itu, perlu model pembelajaran yang makin
menarik serta interaktif untuk mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Penerapan model
pembelajaran yangmenarik serta interaktif diharapkan mampu membuat peningkatan hasil
belajar siswa di mata pelajaran PPKN pada materi persatuan serta keberagaman bagi siswa
kelas II di SD Patria Dharma.

6
Berdasarkan hasil pra tindakan yang dilaksanakan, tingkat hasil belajar siswa di mata
pelajaran PPKN materi 8 tentang persatuan serta keberagaman siswa kelas II SD Patria
Dharma masih rendah. Krusial untuk dicatat bahwa pra tindakan ini dilaksanakan sebelum
adanya intervensi atau perubahan model pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti. Hasil
ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam upaya
peningkatan hasil belajar siswa di mata pelajaran PPKN di kelas II SD Patria Dharma. Dari
data yang dikumpulkan, hanya 4 dari 20 siswa yang pencapaian nilainya melampaui KKM
yang telah ditentukan yakni sebesar 75. Dalam persentase, hal ini berarti hanya 20% siswa
yang mampu mencapai predikat baik pada materi tema 8 tentang persatuan dan keberagaman.
Tingkat hasil belajar siswa pada tahap pra tindakan mampu digambarkan pada gambar..

Gambar 2. Diagram Batang Hasil Belajar Siswa Pada Pra Tindakan

Berdasarkan gambar diatas, diketahui siswa yang perolehan nilainya 86-100 hanya 2
siswa dengan persentase110%, yang memperoleh nilai 76-85 juga hanya 2 siswa dengan
persentase 10%, untuk siswa yang memperoleh nilai 60-75 yakni 5 siswa dengan ipersentase
25%, isiswa iyang imemperoleh inilai i55-59 iyakni i7 isiswa idengan ipersentase i35% idan
siswa iyang imendapat inilai i≤ 54 yakni 4 siswa dengan persentase 20%. Setelah
mendapatkan data awal pra tindakan, penelitian dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus I.
Pada ipenelitian iini, penulis imenggunakan imodel ipembelajaran iCTL i(Contextual
Teaching iand iLearning) idengan imenggunakan ibenda ikonkret iuntuk imeningkatkan ihasil
belajar isiswa ipada ipembelajaran iPPKN itema i8 itentang ipersatuan idan ikeberagaman.
Hasil ipenelitian imenunjukkan ibahwa ipenerapan imodel ipembelajaran iCTL idengan
menggunakan ibenda ikonkret ipada isiklus iI isudah imenunjukkan iadanya ipeningkatan
hasil ibelajar isiswa. iHal iini idibuktikan idengan imeningkatnya ijumlah isiswa iyang
mencapai iKKM idari i4 isiswa ipada ipra itindakan imenjadi i11 isiswa ipada isiklus iI.
Penerapan model pembelajaran CTL dengan bantuan benda konkret pada siklus I juga
mempengaruhi minat belajar siswa. Dalam wawancara yang dilaksanakan peneliti, siswa
mengungkapkan bahwa mereka merasa lebih tertarik serta bersemangat untuk ikut
pembelajaran PPKN. Hal ini dapat dijelaskan dengan adanya penggunaan benda konkret yang
dapat memperjelas materi yang diajarkan dan memberikan pengalaman langsung kepada
siswa. Namun demikian, terdapat beberapa kendala yang ditemukan saat menerapkan model
pembelajaran CTL pada siklus I, seperti terbatasnya jumlah benda konkret yang tersedia dan
kesulitan dalam memotivasi siswa yang masih kurang berminat dalam pembelajaran yang
diberikan. Diagram di bawah ini menunjukkan hasil belajar siswa siklus I.

7
Gambar 3. Diagram Batang Hasil Belajat Siswa Pada Siklus I

Berdasarkan diagram tersebut, di siklus I ada 11 siswa (55%) yang sudah memenuhi
minimal predikat baik, yang terdiri dari 4 siswa (20%) yang mendapat predikat sangat baik
dan 7 siswa (35%) yang mendapat predikat ibaik. iTerdapat ipeningkatan ipersentase ijumlah
siswa iyang mencapai nilai baik pada hasil belajar mereka dari sebelumnya hanya 20%
meningkat 35% menjadi 55%. Meskipun telah terjadi peningkatan, namun persentase siswa
yang mencapai iminimal ipredikat ibaik ipada isiklus iI ibelum imencapai itarget i75% idari
seluruh ijumlah isiswa, isehingga iperlu idilaksanakan isiklus iselanjutnya iyakni siklus II.
Pada pelaksanaan siklus II, dilaksanakan beberapa perbaikan dan penyesuaian terhadap
penerapan model pembelajaran CTL menggunakan benda konkret yang dilaksanakan pada
siklus I. Salah satu perbaikan yang dilaksanakan ialah meningkatkan kualitas benda konkret
yang digunakan agar lebih variatif dan menarik perhatian siswa. Selain itu, dalam pelaksanaan
siklus II ini, guru juga memberi kesempatan lebih banyak bagi siswa supaya aktif melakukan
partisipasi pada proses pembelajaran lewat pemberian tugas-tugas yang melibatkan kolaborasi
antar siswa dan berfokus pada pengembangan keterampilan kreatif serta berpikir kritis. Hal ini
agar terjadi peningkatan kualitas pembelajaran serta hasil belajar siswa di materi PPKN
terkhusus pada tema 8 tentang persatuan dan keberagaman.
Hasil dari pelaksanaan siklus 2 menunjukkan peningkatan yang signifikan pada hasil
belajar siswa. Dari 20 siswa yang mengikuti pembelajaran, ada 17 siswa atau 85% dari total
siswa berhasil mencapai nilai minimal KKM yang ditetapkan. Hal ini b peningkatan sebanyak
30% dibandingkan hasil siklus I. Selain itu, siswa juga menunjukkan minat dan antusiasme
yang lebih tinggi dalam proses pembelajaran, terutama pada saat penggunaan benda konkret
dan kegiatan kolaboratif. Diagram di bawah ini menunjukkan hasil belajar siswa di tahap
siklus II.

Gambar 4. Diagram Batang Minat Baca Siswa Pada Siklus II

Dari igambar i3 idi iatas, iterlihat ibahwa ipada isiklus iII, ijumlah isiswa iyang
imencapai iminimal ipredikat ibaik imeningkat imenjadi i17 isiswa i(85%), idengan irincian
i8 isiswa i(40%) imencapai ipredikat isangat ibaik idan i9 isiswa i(45%) imencapai ipredikat
ibaik. Sementara siswa yang perolehan nilainya cukup yakni 2 siswa (10%), siswa yang
memperoleh nilai kurang yakni 1 siswa (5%) serta siswa yang perolehan nilainya sangat
kurang sudah tidak ada lagi (0%).iTerdapat ipeningkatan ipersentase ijumlah siswa iyang
mencapai nilai baik pada hasil belajar yang hanya 55% di siklus I mengalami peningkatan

8
sebanyak 30% menjadi 85% di siklus II. Presentase iketuntasan ipada isiklus iII iini itelah
imemenuhi kriteria ikeberhasilan iyakni imencapai i75% idari ijumlah iseluruh isiswa. iOleh
isebab iitu, penelitian itidak iperlu idilanjutkan ipada isiklus iberikutnya.
Berdasarkan iihasil iipelaksanaan isiklus iII, idapat idisimpulkan ibahwa ipenerapan
model ipembelajaran iCTL idengan imenggunakan ibenda ikonkret idan ipendekatan
kolaboratif mampu membuat peningkatan ihasil ibelajar isiswa idi imata ipelajaran iPPKN
khususnya ipada itema i8 itentang ipersatuan idan ikeberagaman. iModel ipembelajaran iini
mendorong isiswa iuntuk iaktif idan ikreatif idalam iproses ipembelajaran, isehingga idapat
meningkatkan ipemahaman idan iketerampilan isiswa isecara iholistik. i
Penerapan imodel ipembelajaran iCTL i(Contextual iTeaching iand iLearning) idengan
menggunakan ibenda ikonkret idan ipendekatan ikolaboratif itelah iterbukti iefektif idalam
meningkatkan ihasil ibelajar isiswa ipada imata ipelajaran iPPKN ikhususnya ipada itema i8
tentang ipersatuan idan ikeberagaman. iHal iini iterlihat idari ihasil ipelaksanaan isiklus iI dan
siklus iII iyang imenunjukkan iadanya ipeningkatan iskor ihasil ibelajar isiswa. iModel
pembelajaran iCTL imemungkinkan isiswa iuntuk ibelajar isecara iaktif idan ikreatif, idengan
mengaitkan imateri iyang idipelajari idengan isituasi ikehidupan isehari-hari i(Sunarsih,
2021). Selain itu, penggunaan benda konkret sebagai media pembelajaran mampu menolong
siswa supaya semakin memahami konsep yang abstrak. Pendekatan kolaboratif juga
memungkinkan siswa supaya saling belajar dan bekerja sama untuk melakukan penyelesaian
tugas-tugas pembelajaran.
Hasil belajar siswa yang meningkat setelah penerapan model pembelajaran CTL dengan
menggunakan benda konkret ini mampu menjadi alternatif bagi guru dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran PPKN di kelas. Dalam jangka panjang, diharapkan mampu
meningkatkan pemahaman serta kesadaran siswa tentang krusialnya persatuan dan
keberagaman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, mampu ditarik kesimpulan bahwasannya
penerapan model pembelajaran CTL dengan menggunakan benda konkret mampu membuat
peningkatan hasil belajar siswa di mata pelajaran PPKN terkhusus pada tema 8 tentang
persatuan dan keberagaman siswa kelas II SD Patria Dharma Kota Bengkulu. Dengan
menerapkan model pembelajaran CTL berbantu media konkret, siswa menjadi lebih aktif
serta kreatif pada proses pembelajaran. Oleh sebab itu, penerapan model pembelajaran CTL

9
dengan menggunakan benda konkret mampu diterapkan sebagai alternatif supaya mampu
meningkatkan hasil belajar siswa di mata pelajaran PPKN.
Pada penelitian ini, model pembelajaran CTL mampu meningkatkan pemahaman dan
keterampilan siswa secara holistik. Hal ini mampu diketahui lewat peningkatan nilai rata-rata
siswa di setiap siklus yang dilaksanakan. Di fase pra tindakan, persentase siswa yang
mendapat nilai baik hanya sebesar 20%. Setelah dilaksanakan siklus I, ditemukan terdapat
peningkatan ipersentase jumlah siswa iyang mencapai nilai baik pada hasil belajar yakni 55%
serta makin mengalami peningkatan di siklus II menjadi 85%. Persentase ketuntasan siklus II
ini sudah memenuhi kriteria keberhasilan yakni mencapai 75% dari jumlah seluruh siswa
sehingga penerapan model pembelajarn CTL dapat dikatakan telah berhasil meningkatkan
hasil belajar siswa menjadi semakin baik seperti yang diharapkan.

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan, peneliti mampu menyarankan
bahwasannya dalam penerapan model pembelajaran CTL lewat penggunaan benda konkret,
perlu diperhatikan aspek-aspek yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran seperti
motivasi siswa, ketersediaan sarana serta prasarana, juga dukungan dari orang tua serta
lingkungan sekitar. Oleh karenanya, diperlukan pengelolaan yang baik dan koordinasi yang
erat antara pihak sekolah, guru, serta orang tua siswa dalam rangka menjaga kesinambungan
dan keberhasilan penerapan model pembelajaran tersebut. Selain itu, guru sebagai fasilitator
dan penggerak utama dalam proses pembelajaran perlu mendapatkan pelatihan dan
pengembangan kompetensi yang terus-menerus untuk mampu menerapkan model
pembelajaran CTL dengan menggunakan benda konkret dan pendekatan kolaboratif secara
efektif dan efisien. Dalam hal ini, dapat dilaksanakan pelatihan-pelatihan rutin yang terjadwal
dan terstruktur secara berkala dalam rangka membuat peningkatan kualitas pengajaran serta
pembelajaran di kelas.
Terakhir, hasil penelitian ini mampu dipakai sebagai referensi serta acuan bagi pihak-
pihak terkait dalam pengembangan model pembelajaran yang lebih inovatif dan efektif di
masa depan. Dengan demikian, diharapkan kualitas pendidikan di Indonesia dapat terus
meningkat serta dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan kompetitif di
tingkat global.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ahrisya, Ledy, et.al. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (STLl) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar. JKTP: Jurnal
Kajian Teknologi Pendidikan. 2(4): 306-314

Hermanto, Muhammad. (2022). Pendekatan Contextual Teaching and Learning Pada Siswa
SMP. NTB: Penerbit P4I

Hidayat, Muhammad Taufik. (2022). Pembelajaran PKN SD Yang Efektif. Surakarta:


Muhammadiyah Univerity Press

Irwan, Hasnawi. (2021). Analisis Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
dalam Meningkatkan Hasil Belajar PPKN di Sekolah Dasar. EDUKATIF: Jurnal Ilmu
Pendidikan. 3(1): 235-245

Lufri, et.al. (2020). Metodologi Pembelajaran: Strategi, Pendekatan, Model, Metode


Pembelajaran. Malang: IRDH Book Publisher

Rahayu, Nora, et.al. (2022). Peran Guru Dalam Meningkatkan Keaktifan Siswa Dengan
Model Contextual Teaching and Learning (CTL) Muatan Pelajaran PKN di Sekolah
Dasar. Jurnal Sintaksis. 4(1): 89-96
Soleha, Fikriyatus, et.al. (2021). Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pkn di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu. 5(5): 3117-
3124

Sunarsih, Wiwin. (2021). Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning).


Indramayu: Penerbit Adab

Sutinah, Cucu. (2022). Belajar dan Pembelajaran. Pasuruan: Qiara Media

Tuken, Ritha dan Yonathan Saba’ Pasinggi. (2018). Penerapan Pendekatan Kontekstual
(CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Program Studi PGSD UNM
Kampus Parepare Pada Mata Kuliah PKn. Jurnal Publikasi Pendidikan. 8(2): 132-136

11

Anda mungkin juga menyukai