Anda di halaman 1dari 12

1

KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN FISIKA DALAM MEMBEKALI KREATIVITAS


MAHASISWA CALON GURU FISIKA

Emha Hasiba Abud, Sukiswo Supeni Edie, Bambang Subali


Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang
Gedung D7 Lt. 2 Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
emhaabud25@gmail.com

Abstrak
Penelitian bertujuan mengungkap rancangan Kurikulum Pendidikan Fisika Unnes
terkait pengembangan kemampuan mahasiswa yang mengarah pada kreativitas serta
pembelajaran dalam melatih kreativitas mahasiswa yang dilaksanakan berdasarkan
Kurikulum Pendidikan Fisika Unnes. Metode penelitian menggunakan analisis
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif-kualitatif. Penelitian menggunakan teknik
triangulasi. CPL dan CPMK dalam Kurikulum Pendidikan Fisika Tahun 2015 sebagai
sampel analisis metode dokumentasi terkait pelatihan kreativitas mahasiswa serta
dilakukan wawancara pada mahasiswa dan pembagian angket untuk mengetahui
tingkat kreativitas mahasiwa. Hasil analisis menunjukkan Capaian Pembelajaran
Lulusan (CPL) dan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) rancangan kurikulum
memiliki kriteria kreativitas sangat tinggi dengan persentase 81%. Hasil tersebut
berbeda dengan hasil wawancara dan angket penelitian yang menunjukkan
pelaksanaan pembelajaran Kurikulum Pendidikan Fisika Tahun 2015 belum maksimal
dalam membekali kreativitas mahasiswa pendidikan fisika pada tingkat kreativitas
tertinggi. Dinyatakan perolehan hasil persentase rata-rata angket sebesar 68% dengan
kriteria kreativitas tinggi, dan wawancara sebesar 52% dengan kriteria kreativitas
sedang. Hasil uji T-test diperoleh nilai Sig. (0,002) < 0,05 yang menunjukkan
perbedaan signifikan antara tingkat kreativitas mahasiswa di lapangan dan tingkat
kreativitas dalam Rancangan Kurikulum Pendidikan Fisika Tahun 2015.

Kata Kunci: kajian, kurikulum pendidikan, fisika, kreativitas, calon guru.

Abstract
Research aims to reveal design of Unnes Physics Education Curriculum related to
development of student abilities who lead to creativity and learning in train student
creativity who carried out based on the Unnes Physics Education Curriculum. The
research method uses descriptive analysis with a quantitative-qualitative approach. The
study used triangulation techniques. CPL and CPMK in the 2015 Physics Education
Curriculum as samples of documentation method analysis related to train student
creativity and interviews to students and distribution questionnaires to find out the level
of students creativity. The results of the analysis show the Achievement of Graduate
Learning (CPL) and Achievement of Course Learning (CPMK) of curriculum design
has a very high creativity criteria with a percentage of 81%. These results are different
from interviews result and research questionnaires which show that the implementation
of the 2015 Physics Education Curriculum has not been maximized in equipping the
creativity of physics education students at the highest level of creativity. It was stated
that the results of the average percentage of questionnaires were 68% with high
creativity criteria, and interviews were 52% with moderate creativity criteria. The
results of the T-test obtained the Sig. (0.002) < 0.05 which indicates a significant
difference between the level of student creativity in the field and the level of creativity
in the 2015 Physics Education Curriculum design.

Keywords: studies, education curriculum, physics, creativity, prospective teachers.

1
2

PENDAHULUAN pembelajaran merupakan suatu proses interaksi


antara guru dan siswa. Proses interaksi antara
Di era global sekarang ini calon guru guru dan siswa inilah yang membutuhkan
harus mampu mengembangkan kemampuan keterampilan dan pelatihan sebelumnya.
berpikir tingkat tinggi. Berdasarkan hasil Keterampilan dan pelatihan pembelajaran
penelitian (Wiyanto, 2005-b; Gunawan, 2010; tersebut secara formal diperoleh pada saat
Utari, 2010) sebagian guru fisika masih seseorang mengikuti pendidikan keguruan di
mengandalkan aspek kognitif tanpa dibarengi perguruan tinggi. Perguruan tinggi merupakan
dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. lembaga yang menyiapkan calon guru agar
Munandar (1999) menjelaskan bahwa tingginya modal kemampuan dan sikap-sikap keguruan
aspek kognitif seseorang tanpa disertai dengan calon guru yang terbina secara mantap sejak
meningkatnya kemampuan berpikir tingkat awal sehingga usaha-usaha lanjutan untuk
tinggi, tidak cukup untuk berkompetisi di era meningkatkan kualitas guru dengan pembinaan
global dewasa ini; karena tantangan hidup tidak yang berkelanjutan akan semakin mudah. Hal ini
dapat diselesaikan hanya dengan kemampuan menunjukkan bahwa Kualitas guru pertama-
kognitif saja, tetapi diperlukan pemikiran yang tama ditentukan oleh pendidikan calon guru di
kreatif. Wattimena et al., (2014) menyatakan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
bahwa seseorang yang terampil dalam berpikir (LPTK).
kreatif akan mampu menghasilkan banyak ide, Program Studi dalam
membuat berbagai hubungan antar ide, memiliki menyelenggarakan pendidikan tentu ada aturan
banyak perspektif terhadap suatu masalah, selalu yang digunakan sebagai pedoman dalam
berimajinasi, dan peduli terhadap hasil yang melaksanakan proses pembelajaran yaitu
diperolehnya. Menurut Ibrahim, sebagaimana kurikulum. Hal ini sesuai dengan Kepmendiknas
dikutip oleh Dwijananti & Yulianti (2010) , No. 232. Tahun 2000 Kurikulum pendidikan
menjelaskan kemampuan berpikir merupakan tinggi adalah seperangkat rencana dan
salah satu modal yang harus dimiliki mahasiswa pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian
sebagai bekal dalam menghadapi perkembangan dan pelajaran serta cara penyampaian dan
ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman
sekarang ini. Menurut Nasution, sebagaimana penyelenggaraan kegiatan belajar - mengajar di
dikutip oleh Dwijananti & Yulianti (2010), perguruan tinggi. Secara umum dalam UU
kemampuan seseorang untuk dapat berhasil No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat (19), konstitusi
dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh menyatakan bahwa kurikulum adalah
kemampuan berpikirnya. kemampuan berpikir seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
juga sebagai sarana untuk mencapai tujuan tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
pendidikan yaitu agar siswa mampu digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
memecahkan masalah taraf tingkat tinggi. kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
Dalam upaya menjadi calon guru pendidikan tertentu.
profesional, mahasiswa harus mampu mengasah Pendidikan tinggi dalam menerapkan
kreativitasnya dan mampu berpikir tingkat kurikulum pada penyelenggarakan
tinggi. Hal tersebut tentu tidak melalui proses pembelajaran pada setiap mata kuliah tentu
yang singkat, tetapi melalui pengalaman yang diharapkan dapat membantu mahasiswa calon
diperoleh selama menempuh perkuliahan. guru dalam mengungkap kemampuan terbaik
Wattimena et al., (2014) mengatakan sejumlah dalam bidangnya terutama dalam melatih
pengalaman dapat melatih pengetahuan guru kreativitasnya. Peran dosen dalam pengguanaan
adalah ketika mereka menempuh pendidikan di metode pembelajaran sangat penting dalam
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan melatih kreativitas mahasiswa dan dosen juga
(LPTK). Menurut Dimyati dan Mudjiono, harus mengetahui metode yang tepat agar
sebagaimana dikutip oleh Chodijah et al., mahasiswa dapat secara mandiri mengungkap
(2012), belajar adalah kegiatan individu untuk kreativitasnya secara maksismal. Dosen
memperoleh pengetahuan, perilaku dan berperan penting dalam mengungkap kreativitas
keterampilan dengan cara mengolah bahan mahasiswa calon guru melalui metode
belajar. Menurut Jalal & Supriadi, sebagaimana pengajaran yang diterapkan berdasarkan
dikutip oleh Yulianti (2012), proses kurikulum yang berlaku sesuai dengan Undang-
3

undang Tahun 2012 nomor 12 Pasal 12 ayat (1) pendekatan kualitatif - kualitatif. Penggunaan
“Dosen sebagai anggota Sivitas Akademika metode analisis deskriptif ini dengan tujuan
memiliki tugas mentransformasikan ilmu dapat menjelaskan hubungan sebab akibat
Pengetahuan dan/atau Teknologi yang terhadap subyek yang akan diteliti, yaitu
dikuasainya kepada Mahasiswa dengan mengetahui seberapa besar pengaruh atau
mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran kontribusi pelaksanaan Kurikulum di Program
sehingga mahasiswa aktif mengembangkan Studi Pendidikan Fisika Unnes dalam
potensinya”. Dosen dituntut untuk lebih inovatif pengembangan kreativitas mahasiswa (calon
dalam menerapkan metode perkuliahan untuk guru fisika). Dalam pelaksaannya penelitian ini
melatih mahasiswa calon guru secara mandiri menggunakan metode kualitatif (triangulasi)
mengungkap kreativitasnya dalam bidang dengan alasan pokok masalah yang belum
pengetahuan fisika baik melalui pembelajaran diketahui dengan pasti. Maka dengan
teori praktik maupun pengalaman dilapangan. menggunakan metode kualitatif ini peneliti akan
Karena fisika merupakan peristiwa alam yang langsung masuk pada obyek untuk
sangat mudah dijumpai dalam kehidupan sehari- mengobservasi sehingga masalah akan dapat
hari. diketahui (Sugiyono, 2015: 35). Dalam analisis
Ada beberapa metode atau cara yang data penelitian digunakan pendekatan
masih belum tepat diterapkan dosen mata kuliah kuantitatif, yaitu pendekatan yang
dalam melatih kreativitas mahasiswa salah memungkinkan dialkukan pencatatan dana
satunya dalam mata kuliah eksperimen. Menurut analisis data menggunakan perhitungan statistik.
Khanafiyah & Rusilowati (2010) di jurusan Subyek pada penelitian ini melibatkan
pendidikan fisika, beberapa mata kuliah yang mahasiswa pendidikan fisika Universitas Negeri
mengintegrasikan praktikum ke dalamnya, Semarang sebagai responden, dan kurikulum
masih menggunakan petunjuk praktikum yang dengan rincian sebagai berikut. 1) Kurikulum
disiapkan oleh dosen. Dengan demikian, Pendidikan Fisika Unnes 2015 dan RPS
kreativitas mahasiswa untuk merancang (Rencana Pembelajaran Semester) mata kuliah
kegiatan praktikum serta untuk menemukan basic science (Mekanika, Gelombang,
konsep secara mandiri belum sepenuhnya Termodinamika, Optika, Listrik Magnet, Fisika
tercapai. Model pembelajaran seperti ini, apabila Modern) dan mata kuliah pendukung
dipertahankan hanya berfungsi “membunuh” pembelajaran fisika (Media Pembelajaran Fisika
kreativitas siswa karena lebih banyak Dan Lab. Fisika Pendidikan). 2) Mahasiswa
mengedepankan aspek verbalisme (Widowati, Pendidikan Fisika Unnes semester 5 dan 7.
sebagaimana dikutip oleh Khanafiyah & Dengan syarat responden merupakan mahasiswa
Rusilowati. 2010). aktif yang sedang atau telah menempuh mata
McDermott (1999) menyatakan bahwa kuliah basic science (Mekanika, Gelombang,
salah satu faktor penting yang turut Termodinamika, Optika, Listrik Magnet, Fisika
mempengaruhi rendahnya kinerja guru fisika Modern) dan mata kuliah pendukung
adalah kurang baiknya penyiapan mereka. pembelajaran fisika (Media Pembelajaran Fisika
Dengan demikian kurikulum yang diterapkan Dan Lab. Fisika Pendidikan).
pada setiap mata kuliah di pendidikan fisika Dalam penelitian ini menggunakan
diharapkan mampu membekali kreativitas sampel mahasiswa sebanyak 47 orang atau
mahasiswa dalam upaya penyiapan calon guru kurang lebih 25% dari total mahasiswa semester
fisika yang kreatif dalam bidang fisika. Dengan 5 dan 7. Menurut Arikunto S. (2006) “Apabila
mencetak mahasiswa calon guru yang kreatif subjek/ populasi kurang dari 100, maka lebih
dan mandiri diharap mampu berkontribusi baik diambil semua, sehingga penelitian
dalam mewujudkan visi dan misi dari program merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika
studi pendidikan fisika dari kreativitas- subjek besar, dapat diambil antara 10%-15%
kreativitasnya. atau 20%-25% atau lebih”. Penelitian ini
terdapat tiga tahap dalam pelaksanaannya, yaitu:
METODE PENELITIAN Tahap pertama, rancangan kurikulum
pendidikan fisika Unnes sebagai subyek
Penelitian ini merupakan penelitian dilakukan analisis pada capaian pembelajaran
dengan metode analisis deskriptif dengan lulusan dan mata kuliah terkait pengembangan
4

kreativitas mahasiswa (calon guru fisika). Tahap jawabannya, dan menerapkan kuesioner
kedua, 7 mahasiswa semester 5 dan 7 secara langsung yaitu responden menjawab tentang
acak diwawancara dan dimintai pendapat dirinya (Arikunto, 2010: 194). Skala Likert
terhadap pengaruh pelaksanaan pembelajaran digunakan sebagai acuan dalam menyusun
tiap mata kuliah terkait pengembangan instrumen angket. Skala Likert digunakan untuk
kreativitas pada dirinya. Tahap ketiga, 40 mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
mahasiswa mengisi lembar angket terkait seseorang. Instrumen angket dibuat dalam skala
pendapat mereka mengenai pengembangan Likert bentuk check-list (Sugiyono, 2015: 134-
kreativitas mahasiswa berdasarkan pelaksanaan 137). 3) Kurikulum pendidikan fisika Unnes
pembelajaran setiap mata kuliah yang mereka tahun 2015 sebagai sumber data penelitian.
terima. Menggunakan metode dokumentasi dengan
Metode pengumpulan data pada instrumen berupa pedoman dokumentasi yang
penelitian ini dilakukan dengan metode memuat garis-garis besar atau kategori yang
triangulasi. Moleong (2017: 330), triangulasi akan dicari datanya, dan berupa check-list yaitu
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya
memanfaatkan sesuatu yang lain. Menurut dan peneliti tinggal memberikan tanda setiap
Denzin, sebagaimana dikutip oleh Moleong pemunculan gejala yang dimaksud (Arikunto,
(2017), triangulasi dibedakan menjadi empat 2010: 201-202).
macam, yaitu triangulasi sebagai teknik Sebelum hasil penelitian dianalisis,
pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan maka dilakukan uji intrumen secara bertahap,
sumber, metode, penyidik, dan teori. Menurut yaitu 1) Uji validitas instrumen berguna untuk
Moleong (2017: 332), triangulasi merupakan mengetahui kevalidan suatu instrument tes
cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan - maupun non-tes. pada penelitian ini
perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam menggunakan rumus pearson korelasi Product
konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan Moment dari Karl Pearson. 2) Pengujian
data tentang berbagai kejadian dan hubungan reliabilitas berkaitan dengan tingkat
dari berbagai pandangan. Dengan triangulasi kepercayaan terhadap angket yang akan
peneliti dapat me-recheck temuannya dengan digunakan sebagai alat pengumpul data.
jalan membandingkannya dengan berbagai Instrumen penelitian yang reliabel akan
sumber, metode, penyidik, dan teori. Penelitian memperoleh hasil sama atau tetap apabila
dilakukan dengan jalan: 1) mengajukan berbagai instrumen tersebut diujikan pada waktu yang
macam variasi pertanyaan, 2) mengeceknya berbeda. Pengujian reabilitas pada penelitian ini
dengan berbagai sumber data, dan 3) menggunakan rumus Alpha Cornbach.
memanfaatkan berbagai metode agar Hasil penelitian dianalisis secara
pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan. bertahap. 1) Data dianalisis dengan
Metode triangulasi yang digunakan dalam menghitung rata-rata jawaban berdasarkan
penelitian ini yaitu melalui wawancara skor setiap jawaban dari responden. Berdasarkan
(interview), angket, dan dokumentasi skor yang telah ditetapkan dapat dihitung
(Sugiyono, 2015). persentase dengan kriteria sebagai berikut:
Instrumen yang digunakan dalam Tabel 3.2 Kriteria Tafsiran Skor (Persentase)
penelitian ini yaitu: 1) Beberapa daftar Angket
pertanyaan (pedoman wawancara) terkait Persentase Kriteria
pengembangan kreaativitas mahasiswa (calon 80% < x ≤ 100% Sangat Tinggi
guru fisika). 2) Angket untuk mengetahui 60% < x ≤ 80% Tinggi
tingkat kreativitas mahasiswa yang telah 40% < x ≤ 60% Sedang
divalidasi. Angket atau disebut juga kuisioner 20% < x ≤ 40% Rendah
merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang 0% < x ≤ 20% Sangat Rendah
digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya (Arikunto, 2009)
atau hal-hal yang ia ketahui. Angket yang Menurut Patton, sebagaimana dikutip
digunakan merupakan angket atau kuesioner oleh Moleong (2017), analisis yang digunakan
tertutup yang sudah disediakan jawabannya yaitu triangulasi sebagai teknik pemeriksaan
sehingga responden tinggal memilih yang memanfaatkan penggunaan sumber dan
5

metode. Triangulasi dengan sumber dapat dua sampel atau dua kelompok yang
dicapai dengan jalan: 1) membandingkan data berpasangan atau berhubungan. Uji paired
hasil pengamatan dengan data hasil wawancara sample t test merupakan bagian dari statistik
dan 2) membandingkan hasil wawancara dengan parametrik, oleh karena itu sebagaimana dalam
isi suatu dokumen yang berkaitan. Secara aturan statistik parametrik data penelitian
sederhana data hasil wawancara akan haruslah berdistribusi normal. Syarat
dibandingkan dengan hasil angket dan analisis pengambilan keputusan berdasarkan nilai
kurikulum, dan begitu pula sebaliknya untuk probabilitas (Sig.) dalam uji paired sample t test
data hasil dari lembar angket dan analisis ini yaitu jika nilai Sig. > 0.05 maka tidak
kurikulum yang kemudian akan ditarik terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua
kesimpulan. 2) Uji normalitas digunakan untuk sampel dan jika nilai Sig. < 0,05 maka terdapat
mengetahui apakah skor atau nilai terdistribusi perbedaan yang signifikan antara kedua sampel
dengan normal. Maka teknik statistik parametris data. Syarat lain dengan berdasarkan
dapat digunakan untuk uji analisis. Uji perbandingan antara t hitung dengan t tabel yaitu
normalitas dilakukan menggunakan uji regresi jika statistik hitung atau t hitung > t tabel maka
linier Shapiro-Wilk. Menurut Balogun et. al hipotesis awal (Ho) ditolak dan jika statistik
(2015) jika sampel yang digunakan kurang dari hitung atau t hitung < t tabel maka hipotesis awal
50 maka dapat digunakan uji Shapiro-Wilk. (Ho) diterima.
Razali dan Wah (2011) juga menyatakan bahwa
untuk ukuran sampel kurang dari 50 merupakan HASIL DAN PEMBAHASAN
batasan asli untuk uji Shapiro-Wilk Dengan
ketentuan pengambilan keputusan jika nilai Sig Analisis capaian pembelajaran lulusan
> 0,05 (taraf Signifikan α = 5% = 0,05) maka dan capaian pembelajaran mata kuliah pada
data terdistribusi normal. Jika nilai Sig < 0,05 Kurikulum Pendidikan Fisika 2015 didapatkan
maka data tidak terdistribusi normal. 3) Uji T- data tingkat kreativitas yang dikembangkan
test (Paired Sample Test) digunakan untuk setiap mata kuliah. Dapat dilihat pada Tabel 4.6
mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata sebagai berikut.

Tabel 4.6. Tingkat Kreativitas pada Kurikulum Pendidikan Fisika 2015


No Mata Kuliah Persentase (%) Kriteria
1 Mekanika 75 Tinggi
2 Gelombang 91 Sangat Tinggi
3 Termodinamika 88 Sangat Tinggi
4 Optika 85 Sangat Tinggi
5 Listrik Magnet 69 Tinggi
6 Fisika Modern 72 Tinggi
7 Media Pembelajaran Fisika 67 Tinggi
8 Lab. Fisika Pendidikan 100 Sangat Tinggi
Rata-rata 81 Sangat Tinggi

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Persentase Tingkat Kreativitas Mahasiswa Berdasarkan Kurikulum
Pendidikan Fisika 2015
No Persentase (%) Frekuensi
1 1 – 20 0
2 21 – 40 4
3 41 – 60 5
4 61 – 80 8
5 81 – 100 16
Jumlah 33
6

Tabel 4.7 merupakan distribusi frekuensi tingkat 80 sebanyak 8 dan pada interval > 80 dan ≤ 100
kreativitas yang terdapat dalam capaian sebanyak 16. Data di atas tersebut disusun
pembelajaran lulusan dan mata kuliah berdasarkan kalkulasi dari semua data distribusi
Kurikulum Pendidikan Fisika Tahun 2015 yang frekuensi hasil analisis kurikulum pada masing-
dinyatakan dalam persentase. Jika melihat Tabel masing mata kuliah.
3.2 Kriteria Tafsiran Skor (Persentase), dari data Lembar angket (kuesioner) didapatkan
di atas > 50% nilai persentase masuk pada data tingkat kreativitas mahasiswa pendidikan
kategori tinggi dan sangat tinggi. Dapat dilihat fisika yang disajikan dalam Tabel 4.9 sebagai
nilai yang berada pada interval skor > 60 dan ≤ berikut.
Tabel 4.9. Tingkat Kreativitas Mahasiswa pada Masing-masing Mata Kuliah Berdasar Data Angket
No Mata Kuliah Persentase (%) Kriteria
1 Mekanika 69 Tinggi
2 Gelombang 68 Tinggi
3 Termodinamika 68 Tinggi
4 Optika 68 Tinggi
5 Listrik Magnet 67 Tinggi
6 Fisika Modern 68 Tinggi
7 Media Pembelajaran Fisika 70 Tinggi
8 Lab. Fisika Pendidikan 70 Tinggi
Rata-rata 68 Tinggi

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Persentase Tingkat Kreativitas Mahasiswa Berdasarkan Data Angket
No Persentase (%) Frekuensi
1 1 – 20 0
2 21 – 40 0
3 41 – 60 35
4 61 – 80 285
5 81 – 100 0
Jumlah 320

Wawancara terhadap mahasiswa diperoleh data kreativitas peserta mata kuliah basic science
dan mata kuliah penunjang pembelajaran fisika yang disajikan dalam Tabel 4.12 sebagai berikut.

Tabel 4.12. Tingkat Kreativitas Mahasiswa pada Masing-masing Mata Kuliah Berdasar Data
Wawancara
No Mata Kuliah Persentase (%) Kriteria
1 Mekanika 49 Sedang
2 Gelombang 57 Sedang
3 Termodinamika 50 Sedang
4 Optika 56 Sedang
5 Listrik Magnet 51 Sedang
6 Fisika Modern 48 Sedang
7 Media Pembelajaran Fisika 52 Sedang
8 Lab. Fisika Pendidikan 55 Sedang
Rata-rata 52 Sedang
7

Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Persentase Tingkat Kreativitas Mahasiswa Berdasarkan Data
Wawancara

No Persentase (%) Frekuensi


1 1 – 20 0
2 21 – 40 7
3 41 – 60 35
4 61 – 80 13
5 81 – 100 0
Jumlah 56

Analisis uji beda data menggunakan 0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang
uji T-test (Paired Sample test). Pengolahan signifikan dan jika nilai Sig < 0,05 maka
data dibantu menggunakan aplikasi SPSS v22 terdapat perbedaan yang signifikan. Berikut ini
dengan taraf signifikan (α = 5% = 0,05). Syarat adalah hasil penghitungan data menggunakan
pengambilan keputusan yaitu, jika nilai Sig > uji T-test

Tabel 4.16. Korelasi Data Pelaksana dengan Data Kurikulum


Data N Korelasi Sig.
Pelaksana & Kurikulum 8 0,507 0,200

Tabel 4.16 merupakan hubungan atau korelasi antara data pelaksana dan data kurikulum.
Didapat nilai korelasi 0,507 dan nilai probabilitas atau Sig. 0,200.

Tabel 4.17. Uji Beda (T-test) Dua Sampel Berpasangan


Data t df Sig. (2-tailed)
Pelaksana & Kurikulum -4,821 7 0,002

Gambar 4.1. Histogram Tingkat Berdasarkan Kreativitas Data Pelaksana dan Data Kurikulum
8

Pengembangan Kreativitas dalam sebesar 60,4%. Antara kedua data tersebut


Rancangan Kurikulum Pendidikan Fisika terdapat selisih yang cukup besar yaitu sebesar
2015 20,6%. Data tersebut membuktikan bahwa
Kurikulum Pendidikan Fisika Tahun pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Fisika
2015 melalui rancangan pembelajaran telah Tahun 2015 secara garis besar belum
mengupayakan pembekalan kreativitas untuk sepenuhnya mampu membawa mahasiswa
mahasiswa (calon guru fisika). Setiap mata pendidikan fisika menuju kemandirian dalam
kuliah telah diuraikan dengan sejelas-jelasnya mengembangkan kreativitas. Hasil tersebut
capaian pembelajaran lulusan dan capaian tidak hanya dipengaruhi dari faktor eksternal
pembelajaran mata kuliah. (Pelaksanaan Kurikulum), tetapi faktor internal
Berpedoman pada hasil kriteria dari diri mahasiwa juga sangat mempengaruhi
kreativitas rancangan kurikulum didapati hasil pengembangan kreativitas. Sesuai dengan
yang tidak selaras dengan hasil penelitian pernyataan dari para ahli yaitu kreativitas
dilapangan. Penelitian yang dilakukan telah merupakan bagian dari kehidupan manusia yang
mampu secara langsung mengungkap keadaan dapat berkembang sepanjang hidup dan untuk
dan situasi pembelajaran yang diterima meningkatkannya perlu adanya suatu
mahasiswa pendidikan fisika dalam kesadaran terhadap lingkungan. Namun terlepas
pengembangan kreativitas. Berdasarkan data dari persoalan tersebut, setiap individu pasti
hasil penelitian yang diperoleh, secara garis memiliki kemampuan kreatif, namun
besar Kurikulum Pendidikan Fisika Tahun 2015 tingkatannya berbeda-beda antara individu yang
dalam melatih kreativitas mahasiswa (calon satu dengan yang lain (Rhosalia, et. al. 2016).
guru fisika) belum memperoleh hasil maksimal Maka dari pada itu sangat dibutuhan peran suatu
sesuai yang diharapkan oleh Program Studi sistem pembelajaran yang baik, dimana dalam
Pendidikan Fisika sesuai yang tercantum dalam proses pembelajarannya harus mampu memicu
capaian pembelajaran lulusan dan mata kuliah. motivasi mahasiswa dalam mengembangkan
Proses pembelajaran yang diterapkan kurikulum kemampuan terbaiknya khususnya dalam
belum mampu mengungkap kreativitas kreativitas.
mahasiswa secara maksimal pada level Data kurikulum yang ditunjukkan pada
kreativitas tertinggi. Gambar 4.1 terdapat beberapa kelompok mata
Sesuai dengan analisis yang peneliti kuliah yang berkontribusi besar dalam
lakukan dapat dilihat pada Tabel 4.17 Uji Beda mempengaruhi terjadinya perbedaan hasil yang
(T-test) Dua Sampel Berpasangan, diperoleh t = signifikan. Pada mata kuliah Gelombang
-4,821 dengan nilai probabilitas (Sig.) = 0,002. memiliki selisih persentase sebesar (+10%), dan
Berdasarkan syarat pengambilan keputusan mata kuliah Lab. Fisika Pendidikan terdapat
probabilitas yaitu, jika nilai Sig > 0,05 maka selisih sebesar (+18%) terhadap nilai rata-rata
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data kurikulum. Nilai kreativitas data kurikulum
kedua sampel dan jika nilai Sig < 0,05 maka tersebut jika dibandingkan data pelaksana
terdapat perbedaan yang signifikan. Maka dapat (angket dan wawancara) terdapat selisih cukup
diputuskan bahwa terdapat perbedaan yang besar yaitu (-29%) pada kelompok mata kuliah
signifikan antara data pelaksana dan data Gelombang, (-29%) pada kelompok mata
kurikulum dibuktikan dengan nilai Sig (0,002) < kuliah Termodinamika, dan (-37%) pada
0,05. Dari hasil analisis tersebut dapat diartikan kelompok mata kuliah Lab. Fisika Pendidikan.
masih terdapat kesenjangan antara hasil Berdasarkan hasil wawancara seperti
pelaksaan kurikulum dan tingkat kreativitas yang telah disajikan dalam Tabel 4.1 Distribusi
yang sesuai dengan capaian pembelajaran Frekuensi Data Wawancara, dari 56 data
lulusan dan capaian pembelajaran mata kuliah. responden 35 diantaranya berada pada
Dapat dilihat pada Gambar 4.1 Histogram kreativitas sedang, dan 7 data menunjukkan
Tingkat Kreativitas Data Pelaksana dan Data mahasiswa memiliki kreativitas rendah, dan
Kurikulum. Garis (1) merupakan nilai rata-rata hanya 13 data responden yang menunjukkan
kreativitas berdasarkan kurikulum (81%) dan mahasiwa memiliki kreativitas tinggi. Nilai
Garis (2) merupakan nilai rata-rata kreativitas tersebut masih cukup jauh dari target yang ingin
berdasarkan data pelaksanaan yang diperoleh dicapai sesuai yang tercantum dalam CPL dan
dari data angket dan data wawancara yaitu CPMK Kurikulum Pendidikan Fisika 2015.
9

Pembelajaran Melatih Kreativitas dalam dengan selisih (-29%). Aspek Critical Thinking
Kurikulum Pendidikan Fisika 2015 (CT) diperoleh nilai persentase 69%, terdapat
Kreativitas Mahasiswa Berdasarkan selisih sebesar (-19%) terhadap nilai kreativitas
Perolehan Data Angket yang diperoleh data kurikulum. Aspek
Pengembangan kreativitas dalam Synthesis/Reorganization (S/R) diperoleh
Kurikulum Pendidikan Fisika Tahun 2015 persentase kreativitas 66%. Hanya pada aspek
seperti yang disajikan dalam Tabel 4.6 S/R yang hasilnya melampaui perolehan nilai
menunjukkan kriteria kreativitas sangat tinggi. pada aspek yang sama dalam data kurikulum
Berdasar analisis yang dilakukan diketahui dengan selisih (+6%). Pada aspek Creative
tingkat kreativitas rata-rata sebesar 81% atau Problem Solving (CPS) diperoleh persentase
pada Gambar 4.1 Histogram Tingkat Kreativitas kreativitas 70%, terdapat selisih (-9%) terhadap
Data Pelaksana dan Data Kurikulum nilai kreativitas pada aspek yang sama dalam
ditunjukkan oleh Garis (1). Berikut ini data kurikulum. Selisih nilai dengan tanda minus
merupakan uraian tingkat kreativitas masing- (-) tersebut menandakan bahwa tingkat
masing aspek kreativitas pada Kurikulum kreativitas mahasiswa pada ketiga aspek
Pendidikan Fisika Tahun 2015 seperti yang kreativitas yaitu Generating Ideas, Critical
dikelompokkan Cueca, et. al (2016) yaitu, Thinking, dan Creative Problem Solving masih
Generating Ideas (GI) 97%, Critical Thinking cukup rendah dibandingkan dengan tingkat
(CT) 88%, Synthesis/Reorganization (S/R) kreativitas dalam CPL dan CPMK Kurikulum
60,1%, Creative Problem Solving (CPS) 79%. Pendidikan Fisika Tahun 2015.
Hasil tersebut berbeda dengan keadaan yang Kreativitas Mahasiswa Berdasarkan
peneliti temui di lapangan. Masih terdapat Perolehan Data Wawancara
mahasiswa yang berada pada tingkat kreativitas Wawancara dilakukan pada mahasiswa
sedang bahkan rendah. pendidikan fisika dengan tujuh mahasiswa
Data angket dalam Tabel 4.9 disajikan sebagai narasumber yang dipilih secara acak
data dari 40 mahasiswa sebagai responden. Pada tanpa melihat latar belakang prestasi mahasiswa
setiap kelompok peserta mata kuliah yang dirata- tersebut. Didapatkan hasil yang cukup berbeda
rata didapat nilai persentase kreativitas 68%. jika tingkat kreativitasnya dibandingkan dengan
Nilai tersebut menunjukkan bahwa sebagian hasil analisis kurikulum (Tabel 4.6). Nilai rata-
besar mahasiswa telah memiliki tingkat rata persentase tingkat kreativitas sebesar 52%,
kreativitas tinggi. Dapat diartikan bahwa tingkat seperti yang disajikan dalam Tabel 4.12. Nilai
kreativitas mahasiswa sudah tergolong pada tersebut menunjukan tingkat kreativitas
kriteria kreativitas tinggi. Dapat kita lihat juga mahasiswa pada tingkat kreativitas sedang. Hal
pada Tabel 4.10 distribusi frekuensi persentase ini menyatakan bahwa masih ada sebagian kecil
kreativitas mahasiswa secara menyeluruh, dari mahasiswa yang belum memiliki kreativitas
320 data, 285 data memperoleh nilai persentase tinggi seperti yang telah diterangkan pada
> 60% hingga ≤ 80% yang menunjukkan kriteria perolehan data kreativitas angket/kuesioner.
kreativitas tinggi, dan 35 data berada pada nilai Maka perlu adanya perhatian khusus terhadap
persentase > 40% hingga ≤ 60% yang mahasiswa yang masih tergolong pada tingkat
menunjukkan kriteria kreativitas sedang. Tetapi kreativitas sedang ataupun rendah. Berikut ini
dari hasil analisis data tersebut, nilai rata-rata data kreativitas mahasiswa yang telah
persentase tingkat kreativitas mahasiswa masih diwawancara, dapat kita lihat pada Tabel 4.13
kurang dari 81% yang merupakan nilai rata-rata ditunjukkan sebaran atau distribusi frekuensi
kriteria kreativitas sesuai dalam kurikulum. nilai persentase kreativitas mahasiswa. Dari 56
Perolehan nilai tersebut masih cukup rendah jika data responden, 35 data diperoleh nilai pada
dibandingkan dengan tujuan yang ingin dicapai interval > 40% hingga ≤ 60% yang menunjukkan
oleh Prodi Pendidikan Fisika melalui pelatihan nilai kriteria kreativitas sedang. Terdapat 7 data
kreativitas yang tercantum dalam Kurikulum responden pada kriteria kreativitas rendah
Pendidikan Fisika Tahun 2015. dengan interval perolehan nilai > 20% hingga
Pada aspek Generating Ideas (GI) ≤ 40%. Hanya ada 13 data responden yang
diperoleh persentase kreativitas 68%. Nilai masuk pada kriteria kreativitas tinggi dengan
tersebut cukup jauh selisihnya terhadap nilai memenuhi syarat interval nilai kreativitas yaitu
kreativitas yang diperoleh data kurikulum pada interval > 60 hingga ≤ 80%. Dengan
10

melihat perolehan data tersebut tentu masih mata kuliah lainnya.


cukup jauh dari yang diharapkan oleh Program Kelima, beberapa mahasiswa juga
Studi Pendidikan Fisika yang sesuai dalam mengatakan “saat diberikan soal latihan atau
rancangan kurikulum. tugas, sebagian dari mereka cenderung
Ada beberapa hal yang membuat menunggu teman yang lebih pandai selesai
kreativitas mahasiswa tidak dapat berkembang mengerjakan, mereka hanya meniru dan
secara maksimal. Tentu bukan hanya dari faktor menyalin saja tanpa paham maksud dan cara
eksternal saja, tetapi faktor internal juga pengerjaannya”.
sangat berpengaruh terhadap perkembangan Keenam, salah satu mahasiswa
kreativitas masing-masing individu. Berikut ini mengungkapkan “saat dosen menerangkan, dia
beberapa ungkapan mahasiswa Pendidikan hanya mendengar dan mencatat tapi terkadang
Fisika yang telah diwawancara terkait faktor tidak mengerti apa yang diungkapkan dosen,
yang menyebabkan rendahnya tetapi dia enggan untuk menanyakan”.
tingkat kreativitas mahasiswa tersebut. Dari beberapa uraian diatas, dapat
Pertama, mahasiswa masih merasa diketahui bahwa tingkat kreativitas mahasiswa
kesulitan dalam mencerna atau memahami dalam perkembangannya tidak hanya
materi perkuliahan terutama pada mata kuliah terpengaruh dari proses pembelajaran yang
Mekanika, Termodinamika, Listrik Magnet dan, diterapkan dari kurikulum, tetapi kemauan dan
Fisika Modern. Hal tersebut didukung dengan motivasi mahasiswa untuk meningkatkan
perolehan nilai persentase kreativitas mahasiswa kreativitasnya juga sangat berpengaruh.
yang rendah dibandingkan dengan nilai Berikut ini uraian kreativitas mahasiswa
persentase mata kuliah lainnya. Berikut nilai pada masing-masing aspek kreativitas secara
persentase yang diperoleh: Mekanika 49%, umum. Dari keempat aspek tersebut tidak ada
Termodinamika 50%, Listrik Magnet 51%, dan yang memperoleh nilai persentase lebih dari
Fisika Modern 48%. Dapat juga dilihat secara 60%. Pada aspek Generating Ideas (GI) hanya
lengkap pada Tabel 4.12. diperoleh 52%, Critical Thinking (CT) 49%,
Kedua, beberapa mahasiswa enggan Synthesis/Reorganization (S/R) 54%, Creative
untuk bertanya pada pokok bahasan materi yang Problem Solving (CPS) 54%. Jika dibandingkan
belum mereka pahami. Mereka cenderung dengan kreativitas data kurikulum tentu dari
mengabaikan materi yang sulit pada tiap bahasan keempat aspek tersebut akan diperoleh selisih
materi perkuliahan. minus (-) yang cukup besar. Hal ini
Ketiga, mereka menganggap metode membuktikan bahwa pelaksanaan kurikulum
yang diterapkan beberapa dosen mata kuliah belum mampu mengubah tingkat kreativitas
sangat membosankan. Salah satu mahasiswa mahasiswa sesuai dengan yang telah dijelaskan
mengungkapkan “ada beberapa dosen yang pada CPL dan CPMK Kurikulum Pendidikan
metode mengajarnya membosankan sehingga Fisika Tahun 2015.
sebagian mahasiswa cenderung mencari Berdasarkan analisis yang telah
kesibukan lain yang lebih menarik, seperti dijelaskan maka dapat disimpulkan bahwa
bermain Hp, ngobrol dengan teman sebelah tingkat kreativitas mahasiswa berdasarkan
bangku, tidur, dan menonton film disaat Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) dan
perkuliahan berlangsung tanpa sepengetahuan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
dosen”. belum terwujud atau tercapai sepenuhnya. Hal
Keempat, mereka mengungkapkan ini menunjukkan bahwa pelaksanaan Kurikulum
“hanya antusias pada beberapa mata kuliah yang Pendidikan Fisika Tahun 2015 belum secara
materinya mereka anggap lebih mudah untuk maksimal dalam membawa atau membekali
dipahami”. Misal pada mata kuliah Gelombang mahasiswa pada tingkat kreativitas tertinggi.
dan Optika. Hal ini dapat dilihat pada data Tabel Tentu dari hal ini perlu adanya evaluasi dan
4.12 metode wawancara dengan perolehan nilai pengubahan metode pengajaran dari pihak
persentase tingkat kreativitas mahasiswa paling penyelenggara dalam hal ini Program Studi
tinggi yaitu pada mata kuliah Gelombang dan Pendidikan Fisika untuk dapat memaksimalkan
Optika dengan masing-masing 57% dan 56%. pengembangan kreativitas bagi mahasiswa
Nilai persentase tersebut paling tinggi khususnya mahasiswa calon guru fisika untuk
dibandingkan dengan perolehan nilai persentase menuju kemandirian dalam mengembangkan
11

kreativitas pada level tertinggi. Sehingga dapat Chodijah, S., Fauzi, A., & Wulan, R. 2012.
berperan besar dalam mewujudkan visi dan misi Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Program Studi Pendidikan Fisika. Fisika Menggunakan Model Guided
Inquiry yang Dilengkapi Penilaian
SIMPULAN Portofolio pada Materi Gerak
Melingkar. Jurnal Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah Pembelajaran Fisika, 1(2012): 1-19.
dilakukan, didapatkan hasil Capaian Cuenca, L., Alarcon, F., Boza, A., Diego, M. F.,
Pembelajaran Lulusan (CPL) dan Capaian Ruiz, L., Gordo, M., Poler, R., &
Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) dalam Alemany, M. M. E. 2016. Rubric to
Rancangan Kurikulum Pendidikan Fisika Tahun Asses the Competence of Innovation,
2015 memiliki kriteria tingkat kreativitas sangat Creativity, and Entreprenuership In
tinggi dengan persentase 81%. Dengan Bachelor Degree. Brazilian Journal of
perolehan nilai rata-rata kreativitas pada Operations & Production Management,
masing-masing aspek kreativitas yaitu: 13 (1): 118-123.
Generating Ideas (GI) 97%, Critical Thinking Departemen Pendidikan Nasional. 2004.
(CT) 88%, Synthesis/Reorganization (S/R) 60%, Undang-undang Repubik Indonesia
Creative Problem Solving (CPS) 79%. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pelaksanaan pembelajaran Kurikulum Pendidikan Nasional. Jakarta:
Pendidikan Fisika Tahun 2015 belum mampu Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
secara maksimal membekali mahasiswa dan Menengah.
pendidikan fisika (calon guru fisika) untuk Dwijananti, P., & Yulianti, D. 2010.
mencapai tingkat kreativitas tertinggi. Pengembangan Kemampuan Berpikir
Dinyatakan dengan perolehan hasil nilai Kritis Mahasiswa Melalui Pembelajaran
persentase yang cukup rendah. Diperoleh nilai Problem Based Introction pada Mata
persentase rata-rata melalui angket sebesar 68% Kuliah Fisika Lingkungan. Jurnal
dengan kriteria kreativitas tinggi, dan melalui Pendidikan Fisika Indonesia, 6 (2010):
wawancara sebesar 52% dengan kriteria 108-114.
kreativitas sedang. Ditunjukkan hasil uji T-test Gunawan. 2010. Model Pembelajaran Berbasis
diperoleh nilai probabilitas (Sig.) < 0,05 yang MMI untuk Meningkatkan Penguasaan
menunjukkan terdapat perbedaan signifikan Konsep Calon Guru pada Materi
antara tingkat kreativitas mahasiswa di lapangan Elastisitas. Jurnal Penelitian
dengan tingkat kreativitas dalam CPL dan Pendidikan IPA, 2 (1): 11-21.
CPMK Rancangan Kurikulum Pendidikan Khanafiyah, S., & Rusilowati, A. 2010.
Fisika Tahun 2015. Penerapan Pendekatan Modified Free
Inquiry Sebagai Upaya Meningkatkan
DAFTAR PUSTAKA Kreativitas Mahasiswa Calon Guru
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Dalam Mengembangkan Jenis
Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Eksperimen dan Pemahaman Terhadap
Rineka Cipta. Materi Fisika. Berkala Fisika, 13 (2): 7-
_________. 2009. Penilaian Program 14.
Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. McDermott, C.L. 1999. A Perspective on
_________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Teacher Preparation in Physics and
Pendekatan Praktik (edisi revisi). Other Sciences. American Journal of
Jakarta: PT. Rineka Cipta. Physics. 58 (8).
Balogun, O. S., Akingbade, T. J. & Oguntunde, Moleong, L.J. 2017. Metodologi Penelitian
P. E., 2015. An Assesment Of The Kualitatif (Edisi revisi). Bandung: PT.
Performance Of Discriminant Analysis Remaja Rosdakarya.
And The Logistic Regression Methods Munandar, U. 1999. Kreativitas dan
In Classification Of Mode Of Delivery Keberbakatan. Jakarta: PT. Gramedia
Of An Expectant Mother. Journal Pustaka Utama.
Mathematical Theory and Modeling, Presiden Republik Indonesia. 2012. Undang-
5 (5): 147-154. undang Republik Indonesia Nomor 12
12

Tahun 2012, Tentang Pendidikan Menengah. Disertasi. Tidak diterbitkan.


Tinggi. Tersedia di http://unnes.ac.id/ Bandung: PPs Universitas Pendidikan
wp-content/uploads/uu-12-2012.pdf. Indonesia.
Razali, N. M. & Wah, Y. B., 2011. Power Wattimena, H.S., Suhandi, A., & Setiawan, A.
Comparison Of Shapiro-Wilk, 2014. Pengembangan Perangkat
Kolmogorov-Smirnov, Liliefors and Perkuliahan Eksperimen Fisika untuk
Anderson-Darling tests. Journal of Meningkatkan Kreativitas Mahasiswa
Statistical Modeling and Analytics, Calon Guru dalam Mendesain Kegiatan
2(1): 21-33. Praktikum Fisika Di SMA. Jurnal
Rhosalia, L. A., Laksono, K., & Sukartiningsih, Pendidikan Fisika Indonesia, 10 (2):
W. 2016. Kemampuan Berpikir Kreatif 128-139.
dalam Menulis Naratif Siswa Kelas V Wiyanto. 2005. Pengembangan Kemampuan
Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Merancang Kegiatan Laboratorium
Gayungan Surabaya. Jurnal Review Fisika Berbasis Inkuiri bagi Mahasiswa
pendidikan Dasar: Jurnal Kajian Calon Guru. Jurnal Universitas Negeri
Pendidikan dan Hasil Penelitian, 2 (2) Semarang Jurusan Fisika FMIPA.
(2016). Semarang.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Yulianti, L. 2012. Pembelajaran Aktif untuk
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan Menumbuh-Kembangkan Kompetensi
R & D. Bandung: Alfabeta. Calon Guru Fisika. Prosiding Seminar
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT. Nasional Penelitian, Pendidikan dan
Tarsito. Penerapan MIPA, Fakultas MIPA,
Utari, S. 2010. Pengembangan Program Universitas Negeri Yogyakarta.
Perkuliahan untuk Membekali Calon Yogyakarta: Universitas Negeri
Guru dalam Merencanakan Kegiatan Yogyakarta.
Eksperimen Fisika di Sekolah

Anda mungkin juga menyukai