Anda di halaman 1dari 9

Pemanfaatan Media Audiovisual dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) pada materi “Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara” Siswa
Kelas VIII-C di SMP Negeri 2 Batu Tahun Ajaran 2022/2023

Cici Kristiya Andayani


Universitas Muhammadiyah Malang
cicikristiya@gmail.com

ABSTRAK

Penggunaan media audiovisual dalam konteks pembelajaran telah menjadi sorotan utama
dalam upaya meningkatkan efektivitas dan keterlibatan peserta didik. Penelitian ini mengeksplorasi
penerapan strategi pembelajaran yang menggabungkan media Audiovisual dengan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) .Selama ini guru mengajar hanya dengan metode
ceramah dan alat belajar/sumber belajar yang dipakai cuma sekadar buku paket. Sehingga
diperlukan adanya perbaikan dan peningkatan baik dari segi model pembelajaran maupun sumber
atau media pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dengan memanfaatkan media audio visual
pada peserta didik kelas VIII-C di SMP Negeri 2 Batu pada materi "Semangat dan Komitmen
Kebangsaan Para Pendiri Negara". Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan 2 siklus melalui 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek
penelitian 31 peserta didik. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi,
dokumentasi, dan tes. Teknik analisis data menggunakan presentase. Keberhasilan belajar peserta
didik pada siklus pertama termasuk kategori cukup aktif dengan memiliki rata-rata nilai 74,03.
Nilai peserta didik meningkat sebesar 15,32 dari nilai tes awal 58,71. Pada siklus II aktivitas belajar
peserta didik meningkat menjadi rata-rata sebesar 82,58 meningkat sebesar 8,55 dibanding hasil
nilai tes pada siklus I. Berdasarkan indikator kerja, disimpulkan bahwa penguasaan konsep
Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara pada peserta didik kelas VIII-C SMPN
2 Batu dapat ditingkatkan melalui model Pembelajaran PBL dengan memanfaatkan media
Audiovisual.
Kata Kunci : Audiovisual , Semangat dan Komitmen Kebangsaan, Hasil Belajar

ABSTRACT

The use of audiovisual media in the context of learning has been a major focus in efforts to
enhance effectiveness and student engagement. This research explores the implementation of a
teaching strategy that combines audiovisual media with the Problem Based Learning (PBL) model.
Previously, teaching was primarily conducted through lecture methods, and the learning materials
utilized were limited to textbooks. Therefore, there is a need for improvement and enhancement,
both in terms of instructional models and learning resources or media. This study aims to determine
the improvement of learning outcomes in Pancasila and Civic Education (PPKn) by utilizing
audiovisual media for eighth-grade students (VIII-C) at SMP Negeri 2 Batu, focusing on the topic
of "The Spirit and Commitment of the Nation's Founding Fathers". This research employs a
Classroom Action Research (CAR) approach with two cycles involving four stages: planning,
implementation, observation, and reflection. The study subjects consist of 31 students. Data
collection techniques include observation sheets, documentation, and tests. Data analysis is
conducted using percentages. The success of student learning in the first cycle falls within the
category of being fairly active, with an average score of 74.03. Student scores increased by 15.32
points from the initial test score of 58.71. In the second cycle, student learning activities improved,
with an average score of 82.58, indicating an increase of 8.55 compared to the test results in the
first cycle. Based on performance indicators, it is concluded that the mastery of the concept of "The
Spirit and Commitment of the Nation's Founding Fathers" among eighth-grade students in SMPN 2
Batu can be enhanced through the Problem Based Learning (PBL) model using audiovisual media.

Keywords: Audiovisual, Spirit and Commitment of the Nation, Learning Outcomes

PENDAHULUAN

Pendidikan formal merupakan suatu proses dalam pembentukan karakter dan


menumbuhkan jiwa kebangsaan anak-anak Indonesia. Semangat dan komitmen kebangsaan
menjadi salah satu nilai yang harus ditanamkan dalam pendidikan kita saat ini. Hal tersebut dapat
diwujudkan melalui mata pelajaran PPKn yang memfokuskan pada pembentukan karakter warga
Negara serta mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) memainkan peran penting dalam membentuk
anak-anak Indonesia. PPKn memberikan kesempatan bagi siswa untuk memahami arti menjadi
warga negara Indonesia yang baik, cerdas, terampil, dan berkarakter. Oleh karena itu perlu disadari
bahwa pentingnya mengembangkan pembelajaran PPKn untuk mempersiapkan generasi penerus
yang berkualitas, memiliki kesadaran sosial tinggi, dan berkomitmen untuk berkontribusi dalam
membangun masa depan bangsa yang lebih baik.
Untuk mengembangkan pembelajaran PPKn yang efektif, perlu adanya dukungan dari
berbagai pihak, termasuk pemerintah, sekolah, guru, dan orang tua. Selain itu, penggunaan metode
pembelajaran yang interaktif, menyenangkan, dan relevan dengan konteks kehidupan siswa juga
penting agar siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Guru memiliki peran penting
dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan. Dengan
pendekatan pembelajaran yang tepat, siswa akan lebih terlibat, bersemangat, dan siap untuk
menghadapi tantangan pembelajaran dan kehidupan. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah
dapat menjadi alternative untuk menciptkan pembelajaran yang interaktif dan relevan dengan
kehidupan siswa. Pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan yaitu Problem Based Learning
(PBL) .
Pengajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu pendekatan
pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran (Nurhadi, 2004). Dalam PBL, siswa
dihadapkan pada masalah atau situasi nyata yang kompleks dan relevan dengan konteks kehidupan
atau bidang studi tertentu. Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran
yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah
sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut
dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah. Sehingga PBL merupakan salah
satu metode pembelajaran yang efektif dalam mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan
dunia nyata dan mengembangkan keterampilan yang relevan dengan kehidupan dan karier di masa
depan.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat hanyalah satu aspek dari proses pembelajaran
yang efektif. Penggunaan media yang tepat juga memiliki peran yang penting dalam meningkatkan
pengalaman belajar. Media pembelajaran adalah alat atau teknologi yang digunakan untuk
menyampaikan informasi, konten, atau pelajaran kepada peserta didik. Penggunaan media dalam
proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, meningkatkan motivasi
dan rangsangan kegiatan belajar bahkan kehadiran media dapat mewakili apa yang kurang mampu
guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu (Arif S. Sadiman, dkk, 2010: 190). Penting
untuk menggabungkan pemilihan model pembelajaran yang tepat dengan penggunaan media yang
sesuai untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang efektif dan menarik bagi peserta didik..
Salah satu media yang bisa digunakan adalah media audiovisual.
Media audiovisual adalah alat bantu atau media yang memiliki unsur gambar dan suara
(Rieza Hardyan Rahman, 2021: 50). Media audiovisual merupakan perpaduan antara media audio
dan visual dalam waktu yang bersamaan. Media audiovisual adalah merupakan media perantara
atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga
membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh penegtahuan, keterampilan,
atau sikap (Dwi Nugraini, 2021). Guru berperan sebagai fasilitator, yaitu memberi tambahan
penjelasan agar pesan yang hendak disampaikan melalui media tersebut mudah dimengerti oleh
peserta didik. Media audiovisual yang dapat digunakan merupakan media yang sesuai dengan
kebutuhan dan tingkat kemampuan peserta didik (Munaya Ulil Ilmi dan Muh Alif Kurniawan,
2021:93)
Media audiovisual, seperti video, animasi, dan presentasi visual, dapat memikat perhatian
peserta didik dengan cara yang lebih menarik dibandingkan dengan metode pengajaran
konvensional. Ini membantu meningkatkan keterlibatan dan minat peserta didik terhadap materi
pembelajaran. informasi yang disajikan melalui media audiovisual cenderung lebih mudah diingat
karena penggunaan elemen visual dan suara yang dapat merangsang indra secara bersamaan. Ini
membantu peserta didik memahami dan mengingat informasi lebih baik. Efektivitas penggunaan
media audiovisual juga bergantung pada pemilihan yang tepat sesuai dengan konteks
pembelajaran dan karakteristik peserta didik. Integrasi yang cermat antara media audiovisual dan
strategi pengajaran yang lebih luas akan membantu mencapai hasil belajar yang lebih baik. Dr.
Ikhsan El Khuluqo membagi jenis-jenis media audiovisual menjadi dua yaitu Media Audiovisual
Murni dan Media Audiovisual Tidak Murni. Media audiovisual murni merupakan media yang
dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, unsur suara maupun unsur gambar
tersebut berasal dari suatu sumber film bersuara, video dan Televisi. Sedangkan Media
Audiovisual Tidak Murni adalah media yang unsur suara dan gambarnya berasal dari sumber yang
berbeda (Ikshan El Khuluqo, 2017: 148).
Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan dalam beberapa semester terakhir, terjadi
penurunan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn di SMPN 2 Batu. Oleh karena itu, perlu
adanya tindakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi tersebut. Peneliti sebagai
mahasiswa PPG yang bertugas praktik mengajar di SMP Negeri 02 Batu mengamati bahwa proses
pembelajaran PPKn yang dilakukan oleh guru pamong masih bersifat tradisional atau berpusat pada
guru dan bersifat informatif. Hal ini sangat berpengaruh pada pencapaian kompetensi dasar
sebelumnya yang menunjukkan hasil belajar rata-rata yang dicapai oleh siswa masih belum
mencapai hasil maksimal. Dari pengamatan dan observasi diketahui bahwa faktor penyebab utama
ketidak berhasilan pembelajaran yang telah dilakukan pada kompetensi dasar sebelumnya adalah
guru hanya menggunakan metode ceramah dan diskusi bersifat informatif, guru tidak menggunakan
strategi yang tepat. Sehingga dari temuan permasalahan pada kegiatan observasi di kelas VIII C
maka peneliti memilih judul penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif (PTKK) Pemanfaatan Media
Audiovisual dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi
“Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara” Siswa Kelas VIII-C di SMPN 2
Batu Tahun Ajaran 2022/2023
METODE

Penelitian ini merupakan suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK termasuk penelitian
deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana
hasil yang diinginkan dapat dicapai (Akbar, 2009:19). Metode penelitian ini mengacu kepada
tindakan guru ketika melaksanakan pembelajaran sebagai upaya untuk memperbaiki kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suharjono (Arikunto,
2006:58) yang mengemukakan bahwa “penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang
dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik belajar”.
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII-C yang berjumlah 31 orang di
SMPN 2 Batu. Objek penelitiannya adalah pemanfaatan media audiovisual dalam pembelajaran
PPKn. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan Mei 2023 dengan 2 kali pertemuan
dan dilaksanakan dalam 2 siklus dengan empat rencana tindakan.
Desain penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu model siklus. Model siklus yang
digunakan yaitu model menurut Kemis dan Mc.Taggart (Suyanto, 1997 : 16) yaitu terdiri dari
empat komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yaitu:

Gambar 1. Alur Pelaksanaan PTK Model Kemis dan Mc. Taggart

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi, dokumentasi,


dan tes. Teknik analisis data menggunakan presentase. Untuk menganalisis tingkat
keberhasilan atau persentase keberhasilan peserta didik setelah proses belajar mengajar
setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada
setiap akhir siklus. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
1. Untuk menilai tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh peserta didik, yang selanjutnya
dibagi dengan jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-
rata tes formatif.
2. Untuk ketuntasan belajar
Kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal, yaitu seorang
peserta didik telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 75% atau nilai 75, dan kelas
disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap
lebih dari atau sama dengan 75 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini diawali dengan kegiatan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang
terjadi dalam proses pembelajaran dan sebagai upaya untuk mencari solusi. Peneliti melakukan
wawancara dan melihat hasil Penilaian Akhir Semester peserta didik kelas VIII-C SMPN 2 Batu
untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan hasil belajar peserta didik rendah. Data
menunjukkan hasil nilai rata-rata kelas VIII-C pada Penilaian Akhir Semester ganjil tahun pelajaran
2022/2023 belum mencapai KKM yaitu 67,74 %. Dari 31 orang peserta didik yang memenuhi
KKM hanya 10 orang peserta didik, dilihat pula dari hasil observasi dengan dilakukannya pretest di
kelas VIII-C dapat diketahui bahwa jumlah peserta didik yang tuntas lebih sedikit dibandingkan
peserta didik yang belum tuntas. Dari jumlah 31 peserta didik hanya 6 peserta didik yang berhasil
mencapai KKM, 25 peserta didik belum mencapai KKM sehingga prosentase ketuntasan yang
diperoleh sebesar 19,35 %. Nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik kelas VIII-C pada mata
pelajaran PPKn yaitu 58,71. Jadi masih belum mencapai KKM yang ditentukan oleh Sekolah. Nilai
rata-rata tersebut harus mencapai 75 atau lebih untuk dikatakan berhasil atau tuntas. Dengan
melihat hasil dari data di atas, maka perlu adanya tindakan perbaikan dalam pembelajaran sehingga
diharapkan hasil belajar peserta didik dapat meningkat. .

SIKLUS 1

Tahapan pertama dalam penelitian ini adalah perencanaan. Kegiatan perencanaan


mencakup penyusunan Modul Ajar dan materi bentuk Audiovisual dengan pendekatan Project
Based Leraning dan penyusunan lembar observasi yang difokuskan pada pendidik dan peserta
didik. Selanjutnya pada tahap pelaksanaan kegiatan tindakan dilaksanakan oleh peneliti yang
menjadi pendidik, sedangkan sebagai pengamat dibantu oleh rekan mahasiswa PPG lainnya.
Tahapan kegiatan pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan. Sebelum kegiatan
pembelajaran dimulai pendidik mengucapkan salam, mengabsen peserta didik dan mengkondisikan
semua peserta didik. Pada kegiatan inti pendidik memberikan penjelasan materi dengan
menggunakan LCD. Selanjutnya pendidik memberikan LKPD kepada peserta didik untuk
dikerjakan. Pada kegiatan ini pendidik membimbing peserta didik untuk mengerjakan LKPD.
Terlihat ada peserta didik yang aktif bertanya dan masih ada yang diam saja. Untuk selanjutnya,
pendidik dan peserta didik mendiskusikan materi yang sudah diberikan. Terakhir pendidik bersama
peserta didik melakukan refleksi.
Setelah melakukan tahapan pelaksanaan pembelajaran, selanjutnya dilakukan tahapan
observasi dan evaluasi siklus pertama. Pada siklus I hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik
belum sesuai dengan indikator keberhasilan atau target pencapaian yang telah ditentukan. Peneliti
melakukan Siklus II dengan harapan akan terjadi peningkatan sesuai dengan indikator
keberhasilan. Hasil test pada siklus I ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Hasil Tes Siklus 1

Jumlah Nilai Nilai Nilai Rata- Tuntas Tidak Tuntas


Siswa Tertinggi Terendah Rata Kelas Jumlah Persentase Jumlah Persentase
31 90 50 74,03 20 64,52% 11 35,48%

Pada siklus I, dapat diketahui bahwa dengan pembelajaran menggunakan model Problem
Based Learning (PBL) dengan media audiovisual pada materi semangat dan komitmen
kebangsaan para pendiri negara di kelas VIII-C SMPN 2 Batu pada siklus I diperoleh nilai rata-
rata peserta didik yaitu 74,03. Dari 31 peserta didik, sebanyak 11 peserta didik tidak tuntas karena
nilai yang diperoleh belum mencapai KKM yang diharapkan. Nilai KKM yang ditentukan oleh
Sekolah yaitu 75 sehingga persentase ketuntasan peserta didik yang diperoleh hanya sebesar 64,52
%. Hal ini masih kurang dari kriteria yang diharapkan, karena belum mencapai KKM yang
ditetapkan oleh Sekolah. Tahapan selanjutnya pada siklus pertama yaitu refleksi siklus pertama.
Pada tahap ini peneliti melakukan survei dan menelaah kekurangan-kekurangan yang ditemukan
dalam pelaksanaan tahapan siklus I dan akan direvisi pada tahapan berikutnya. Pada tahapan
siklus pertama ini, penerapan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL)
dengan media audiovisual masih belum optimal. Karena itu akan dilanjutkan pada tahapan siklus
II.

Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka dikembangkan siklus II. Pada siklus II ini
adalah memperbaiki hal-hal yang perlu diperbaiki dan dikembangkan dari siklus I agar hasilnya
sesuai dengan apa yang diharapkan. Pada dasarnya pada siklus II ini untuk mengetahui apakah
terjadi perubahan setelah memperoleh tindakan pada siklus I. Pada pembelajaran disiklus II akan
diperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I , dan pada siklus II ini diharapkan bisa berjalan
dengan lebih baik. Sehingga penelitian tidak perlu dilakukan padasiklus-siklus berikutnya.
Adapun Hasil test pada siklus II ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Hasil Tes Siklus II

Jumlah Nilai Nilai Nilai Rata- Tuntas Tidak Tuntas


Siswa Tertinggi Terendah Rata Kelas Jumlah Persentase Jumlah Persentase
31 95 70 82,58 28 90,32% 3 9,68%

Berdasarkan data pada tabel diperoleh nilai rata-rata peserta didik yaitu 82,58. Dari 31
peserta didik, sebanyak 3 peserta didik tidak tuntas karena nilai yang diperoleh belum mencapai
KKM yang diharapkan. Nilai KKM yang ditentukan oleh Sekolah yaitu 75 sehingga persentase
ketuntasan peserta didik yang diperoleh sebesar 90,32 %. Jadi dapat diketahui dari hasil tiap
peserta didik sudah banyak yang tuntas karena nilai yang diperoleh peserta didik telah mencapai
KKM yang ditetapkan oleh Sekolah. Sebagian besar peserta didik mempunyai minat tinggi dalam
pembelajaran dan peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran, merasa tertarik pada
pembelajaran guru yaitu dengan menggunakan media audiovisual yang lebih menarik.
. Tahap selanjutnya adalah tahapan refleksi. Kegiatan refleksi pada tes tahap siklus kedua,
menunjukkan bahwa penerapan model Problem Based Learning (PBL) dengan memanfaatkan
media audiovisual yang digunakan oleh pendidik pada kelas VIII-C SMPN 2 Batu memberikan
hasil yang sangat baik. Hal tersebut dilihat pada peserta didik yang bersungguh-sungguh dalam
kegiatan pembelajaran mulai bertambah. Tetapi masih ada peserta didik yang belum optimal
dalam pengerjaan LKPD, sehingga pendidik harus lebih memberikan motivasi kepada peserta
didik agar kegiatan pembelajaran dapat diikuti secara optimal.
Untuk mengetahui presentase ketuntasan belajar dari masing-masing siklus dapat dilihat
pada tabel 3 dan gambar 2 berikut ini:

Tabel 3. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik

No. Deskripsi Siklus I Siklus II


1. Jumlah peserta didik yang tuntas 20 28
2. Jumlah peserta didik yang tidak tuntas 11 3
3. Nilai Rata-rata 74,03 82,5
4. Persentase Ketuntasan 64,52% 90,32%

Ketuntasan hasil belajar peserta didik dari siklus I hanya 20 orang peserta didik saja yang
tuntas dengan nilai rata-rata kelas 74,03 dengan persentase ketuntasan 64,52%. Sedangkan pada
siklus II terjadi peningkatan yang signifikan yaitu dari semua peserta didik yang berjumlah 28
orang dikatakan tuntas hasil belajarnya dengan nilai rata-rata kelas 82,5 dengan persentase
ketuntasan 90,32%.

Gambar 2. Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar

Ketuntasan Hasil Belajar


100
80
60
40 Ketuntasan Hasil Belajar
20
0
Pra Siklus 1 Siiklus 2

Pada diagram di atas, terlihat bahwa hasil belajar peserta didik dari tes awal sampai tes
akhir pada siklus II terus mengalami peningkatan melebihi KKM yang telah ditetapkan. Menurut
Hamalik hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang
dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat
diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya
dan yang tidak tahu menjadi tahu (Oemar Hamalik, 2007:30). Hasil belajar peserta didik dapat
diketahui pada akhir evaluasi. Meningkatnya hasil belajar berarti ada selisih antara hasil belajar
awal dengan hasil belajar akhir. Adanya peningkatan hasil belajar dapat dikatakan bahwa
pembelajaran itu efektif (Fendika Prastiyo, 2019:10).
Implementasi model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menggunakan media
Audiovisual yang diterapkan di kelas VIII-C SMPN 2 Batu pada mata pelajaran PPKn tentang
“Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara” ternyata dalam pelaksanaannya
sangat antusias diterima oleh para peserta didik dan merekapun menjadi lebih semangat serta
termotivasi. Keantusiasan peserta didik diperlihatkan dengan nilai hasil belajar yang sangat
memuaskan, hampir seluruh peserta didik mencapai nilai di atas KKM yang ditetapkan oleh
sekolah yaitu 75 dan hanya tiga orang peserta didik yang memperoleh nilai pas diambang batas
KKM. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan penelitian tindakan kelas yang telah
ditetapkan telah tercapai. Oleh karena itu peneliti mengakhiri tes sampai tahapan tindakan siklus
kedua. Berdasarkan diagram pada gambar 2, dapat dikatakan pula bahwa penerapan Problem
Based Learning (PBL) menggunakan media audiovisual sudah dilaksanakan cukup optimal.

KESIMPULAN

Integrasi media audiovisual dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
telah terbukti memiliki dampak positif terhadap peningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami
dan menginternalisasi nilai-nilai kebangsaan pada mata pelajaran PPKn. Penelitian tindakan kelas
yang dilaksanakan menunjukkan bahwa pemanfaatan media berbasis audiovisual dengan
pendekatan Problem Based Learning (PBL) mampu menghasilkan peningkatan signifikan pada
hasil belajar peserta didik kelas VIII-C, khususnya dalam mencapai indikator pencapaian
kompetensi materi “Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara”. Hasil belajar yang
diperoleh mencapai tingkat sangat memuaskan, hampir seluruh peserta didik berhasil mencapai
nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah. Data hasil
penelitian menyatakan bahwa pada siklus I, nilai rata-rata peserta didik adalah 74,03, yang
kemudian mengalami peningkatan menjadi 82,58 pada siklus II. Selain itu, persentase ketuntasan
belajar peserta didik di kelas VIII-C meningkat dari 64,52% pada siklus I menjadi 90,32% pada
siklus II. Peningkatan hasil belajar tersebut tidak lepas dari pengelolaan kelas yang sangat baik dari
pendidik dan partisipasi aktif peserta didik selama proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian ini, direkomendasikan kepada para guru untuk
mempertimbangkan pemanfaatan media pembelajaran berbasis audiovisual sebagai alternatif yang
efektif dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn). Penggunaan media Audiovisual ini dapat membantu meningkatkan
semangat dan motivasi peserta didik untuk mengikuti pembelajaran, serta secara keseluruhan
mendukung pembelajaran yang interaktif dan sesuai dengan kebutuhan generasi muda, sehingga
mampu menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Oemar Hamalik. (2007). Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara.


Fendika Prastiyo. (2019). Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model
Kooperatif Tipe Jigsaw pada Materi Kalor. Skripsi. Universitas Negeri Malang.
Arif S. Sadiman, Arief S. Sadiman, dkk. (2010). Media Pendidikan: Pengertian,
Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Rajawali Pers. Hal.190.
Akbar, S. (2009). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Sebagai Pengembangan Profesi Guru.
Rineka Cipta. Hal.19.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Hal.58.
Suyanto. (1997). Penelitian Tindakan Kelas. Pustaka Pelajar. Hal.16.
Ikshan El Khuluqo. (2017). Pengantar Teknologi Pendidikan. Deepublish. Halaman 148.
Nurhadi. (2004). Inovasi Pendidikan Melalui Pendekatan Saintifik. Gava Media.
Rieza Hardyan Rahman. (2021). Pemanfaatan Media Audiovisual dalam Meningkatkan
Akhlak Anak Sekolah Dasar di Masa Panemi. Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman, Volume 21 No. 1,
Hal.50.
Nugraini, Dwi. (2021). Karakteristik Media Audio, Visual, dan Audio Visual
(https://retizen.republika.co.id/posts/14703/karakteristik-media-audiovisual-dan-audio-visual)
, diakses: 10 Juni 2023, 07.03)
Munaya Ulil Ilmi dan Muh Alif Kurniawan. (2021). Efektivitas Media Audio Visual dalam
Pembelajaran PAI Daring di MTs Negeri 9 Yogyakarta. Jurnal Pendidikan, Volume 4 No. 2,
Hal.93.
Mukaramah. (2022). Penerapan Media Audio Visual Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pai
Peserta Didik Kelas V Di SDN Sigi 1.Jurnal Pendidikan, e-ISSN: 2807-8632
Rahmaniah.(2022). Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Materi Mujahadah An-Nafs, Husnuzhan Dan Ukhuwwah Kelas X SMK Miftahussalam.
Jurnal Pendidikan, Volume 2 No. 2. e-ISSN: 2807-8632
Farida Luluk. (2022). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bentuk Aljabar Kelas VII-B
MTSN 5 Jombang Menggunakan Pendekatan Saintifik. Jurnal Inovasi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Volume 2 No. 4, E-ISSN : 2775-7188

Anda mungkin juga menyukai