Anda di halaman 1dari 71

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, pendidikan menjadi salah satu bidang yang mempunyai

peranan yang penting dalam sentral kehidupan dan juga sebagai media

dalam membangun manusia yang unggul dan berdaya saing. Melalui

pendidikan manusia dibuat menjadi berpengetahuan dan berkarakter.

Oleh karena itu pendidikan menjadi sesuatu hal yang penting dalam

sebuah negara terkhusus di Indonesia. Di dalam UU No. 2 tahun 1989,

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di

masa yang akan datang.

Sementara itu didalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional, tercantum pengertian pendidikan: pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa

dan negara. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di

masa depan yaitu pendidikan yang mampu mengembangkan potensi

peserta didik yang mampu menerapkan sesuatu yang dipelajari di

1
2

sekolah dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari yang

dihadapi saat ini maupun yang akan datang.

Menghadapi tuntutan situasi perkembangan zaman dan

pembangunan nasional, sistem pendidikan nasional harus dapat

dilaksanakan secara tepat guna dalam berbagai aspek, dimensi,

jenjang, dan tingkat pendidikan. Keadaan semacam itu pada gilirannya

akan menuntut para pelaksana dalam bidang pendidikan diberbagai

jenjang untuk mampu menjawab tuntutan tersebut melalui fungsinya

sebagai guru. Guru merupakan ujung tombak yang berada pada garis

terdepan yang langsung berhadapan dengan siswa melalui kegiatan

pembelajaran di kelas ataupun di luar kelas. Para guru jelas dituntut

pula dapat melaksanakan seluruh fungsi profesionalnya secara efektif

dan efisien.

Pendidikan disekolah melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa

sebagai peserta didik sehingga dapat terjadi sebuah interaksi proses

belajar mengajar atau proses pembelajaran disekolah terutama dikelas.

Pada proses pembelajaran ini,seorang guru diharapkan mampu

meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dan kemandirian belajar

siswa sehingga hasil belajar siswa sendiri dapat meningkat. Oleh karna

itu diperlukan sebuah metode pembelajaran maupun model

pembelajaran yang mampu melibatkan siswa sebagai pusat informasi

selama pembelajaran dikelas (Student Center), dengan kata lain siswa

dapat berperan aktif selama dalam kegiatan pembelajaran dikelas.


3

Kualitas sumber daya manusia yang baik sangat ditentukan oleh

kulitas pendidikan. Sedangkan kulitas pendidikan sangat dipengaruhi

oleh kualitas pembelajaran karna proses pembelajaran merupakan

bagian yang paling pokok dalam kegiatan pendidikan disekolah.

Sejalan dengan pernyataan diatas mengenai kualitas pendidikan

berdasarkan undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

yang Maha Esa, berahlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berbagai macam model pembelajaran untuk meningkatkan hasil

belajar siswa, diantaranya yaitu model pembelajaran assure. Model

pembelajaran Assure merupakan salah satu petunjuk dan perencaan

yang bisa membantu untuk bagaimana cara merencanakan,

mengidentifikasi, menentuka tujuan, memilih metode dan bahan, serta

evaluasi. Model assure ini merupakan rujukan bagi pendidik dalam

membelajarkan peserta didik dalam pembelajaran yang direncanakan

dan disusun secara sistematis dengan mengintregrasikan teknologi dan

media sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna bagi

peserta didik.
4

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan

guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi

pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif didalam

proses pembelajaran.

Pada dasarnya setiap guru menginginkan agar materi

pembelajaran yang disampaikan kepada anak didik dapat dipahami

secara tuntas. Sementara setiap guru juga menyadari bahwa untuk

dapat memenuhi harapan tersebut bukanlah sesuatu yang dianggap

mudah, karna setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda baik dari

segi minat, kecerdasan, dan usaha siswa itu sendiri.

Penggunaan model belajar yang tepat dapat mendorong

tumbuhnya rasa senang siswa pada pelajaran khusunya pada mata

pelajaran Pendidika Pancasila dan Kewarganegaraan, menumbuhkan

dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan

kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga

memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang baik.

Proses belajar mengajar dengan menggunakan model penguasaan

diharapkan dapat memotivasi siswa agar berperan aktif dalam

peningkatan hasil belajar menjadi lebih baik. Faktor penilaian yang

diterapkan oleh guru dengan memperhatikan tugas-tugas yang

diberikan selama pembelajaran berlangsung.


5

Hasil observasi awal penulis kepada guru di SMP Negeri 4 Polewali

menemukan bahwa guru-guru masih menggunakan model-model

pembelajaran konvensional biasa yang dimana hanya guru yang

berperan penting dan cenderung pembelajaran berlangsung satu arah.

Akibatnya nilai akhir yang dicapai siswa tidak seperti yang

diharapkan yang berarti masih rendah atau kurang memuaskan.

Dengan demikian diketahui bahwa rendahnya tingkat pemahaman

konsep siswa ditandai dengan rendahnya nilai akhir siswa khususnya

pada mata pelajaran PPKn, seperti yang terjadi pada SMP Negeri 4

Polewali khususnya pada kelas VIII.

Untuk mengatasi permasalahan di atas maka perlu adanya

tindakan yang dapat mengubah pola pembelajaran sehingga

memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran dengan

menggunakan dua model pembelajaran yang akan menjadi tolak ukur

model pembelajaran paling efektif untuk meningkatkan keaktifan belajar

siswa. Adapun model pembelajaran itu adalah model pembelajaran

assure dengan sebagai strategi pembelajaran baik dalam menjelaskan

atau memberikan pembelajaran pada peserta didiknya. Selain

memudahkan peserta didik dalam memahami suatu konsep,

penggunaan dua model pembelajaran itu sendiri dapat memudahkan

pengajar atau guru untuk menyampaikan materi pembelajaran serta

dapat digunakan sebagai alat evaluasi terkhusus pada mata pelajaran

PPKn.
6

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pembelajaran

PPKn Menggunakan Model Pembelajaran Assure Kelas VIII di SMP

Negeri 4 Polewali”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang rumusan masalah yang menjadi

perhatian dalam penelitian adalah:

Bagamanakah perbandingan hasil belajar siswa pada pembelajaran

model assure dengan model pembelajaran konvensional?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa pada mata

pembelajaran PPKn dengan menggunakan model pembelajaran assure

dengan reciprocal teaching.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian yang dapat diambil dari penulisan karya ilmiah ini

ialah :

a) Secara Teoritis

a. Melatih peserta didik untuk berpikir kritis, kreatif dan inovatif dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi khususnya dalam

pembelajaran PPKn.
7

b. Dapat menjadi referensi Mahasiswa Program studi PPKn serta

menambah wawasan dan pengetahuan Mahasiswa Program

Study yang koheren.

c. Dalam rangka perbaikan mutu proses pembelajaran Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan di sekolah, semoga proposal

penelitian ini memiliki sumbangsih yang besar dalam peningkatan

tersebut .

b) Secara Praktis

a. Sebagai informasi bagi guru PPKn di SMP Neg.4 Polewali

mengenai proses pembelajaran siswa dengan menggunakan

model assure.

b. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi masyarakat

tentang pentingnya pemahaman tentang masalah pendidikan


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak lepas dari kehidupan

manusia. Kegiatan belajar dilakukan baik secara formal maupun non

formal. Perkembangan zaman yang begitu cepat menuntut setiap

individu untuk terus belajar agar mampu mengikuti dan menyesuaikan

diri dengan dinamika lingkungan hidup yang juga semakin maju dan

kompleks.

Woolfolk (Koohang, 2009: 92) menyatakan “learning is active

mental work, not passive reception of teaching,” yang artinya belajar

adalah proses mental yang aktif, bukan penerimaan pasif dari sebuah

pengajaran. Woolfolk juga menyatakan“... the students actively proces

to construct their own knowledge: the mind of the student mediates

input from the outside world to determine what the student will learn”

yang artinya belajar merupakan sebuah proses dimana siswa secara

aktif membangun pengetahuannya sendiri dengan cara memasukkan

apa yang ia peroleh dari dunia luar ke dalam pikirannya. Heinich

(Benny A. Pribadi, 2009: 6) mengungkapkan belajar merupakan sebuah

proses pengembangan pengetahuan baru, keterampilan, dan sikap

individu yang terjadi melalui sumber-sumber belajar.

Implementasi dari belajar yaitu hasil belajar. Menurut Sudjana

(2004: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

8
9

siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Adapun tiga macam

hasil belajar mengajar menurut Horwart Kingsley (Sudjana, 2004: 22)

yaitu: (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan

pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita. Belajar juga memiliki keterkaitan

dengan pembelajaran.

Pembelajaran diartikan oleh Gagne (Benny A. Pribadi, 2009: 9)

sebagai serangkaian kegiatan yang sengaja dilakukan dengan maksud

untuk memudahkan terjadinya proses belajar. Masnur Muslich (2011:

71) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan proses aktif bagi

siswa dan guru untuk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka

akan “tahu” terhadap pengetahuan dan akhirnya “mampu” untuk

melakukan sesuatu. Prinsip dasar pembelajaran adalah untuk

memberdayakan semua potensi yang dimiliki siswa sehingga mereka

akan mampu meningkatkan pemahamannya terhadap

fakta/konsep/prinsip dalam kajian ilmu yang dipelajarinya yang akan

terlihat dalam kemampuannya untuk berfikir logis, kritis, dan kreatif.

Permendikbud No. 103 tahun 2014 mengartikan bahwa

pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan

pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari sinergi

antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan

masyarakat. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan

yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap (spiritual dan


10

sosial), pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk

hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada

kesejahteraan hidup umat manusia.

Dari berbagai penjelasan tersebut, belajar dan pembelajaran saling

berkaitan. Belajar merupakan proses dimana siswa secara aktif

membangun pengetahuannya sendiri yang mengarah pada hasil belajar

melalui berbagai sumber belajar sedangkan pembelajaran merupakan

kegiatan pengembangan potensi siswa untuk memudahkan terjadinya

proses belajar sehingga mereka mampu meningkatkan

pemahamannya.

B. Model Pembelajaran

1. Pengertian model

Joyce dan Weil (Rusman, 2011 : 133) berpendapat bahwa model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat di

gunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka

panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing

pembelajaran dikelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat

dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model

pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan

pendidikannya.

Model pembelajaran dapat di artikan sebagai kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan


11

belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan

melaksanakan aktivitas pembelajaran,  Aunurrahman (2010 : 146).

Model pembelajaran juga dapat dimaknai sebagai perangkat rencana

atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan- bahan

pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran dikelas atau

ditempat lain yang melaksanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran,

(Martono, dkk. 2015 : 71).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diungkapkan bahwa

setidaknya ada empat makna atau arti dari model, antara lain:

1) Model merupakan pola yang menjadi contoh, acuan, dan ragam.

2) Model adalah orang yang dipakai sebagai contoh untuk dilukis.

3) Model adalah orang yang pekerjaannya memperagakan contoh

pakaian yang akan dipasarkan.

4) Model merupakan barang tiruan yang kecil dengan bentuk (rupa)

persis seperti yang ditiru, misalnya model pesawat terbang.

Sedangkan model dalam desain pembelajaran adalah pola

pembelajaran yang dijadikan sebagai contoh dan acuan oleh guru

sebagai pendidik professional dalam merancang pembelajaran yang

hendak difasilitasinya.Sebagai sebuah pola pembelajaran, model

tersebut memiliki berbagai tahapan-tahapan kegiatan dalam

merancang pembelajaran.
12

2. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran

Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan

dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus

dipertimbangkan guru dalam memilihnya, yaitu :

a) Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai.

b) Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi

pembelajaran.

c) Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa.

d) Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.

C. Model pembelajaran assure

1. Pengertian model pembelajaran assure

Model pembelajaran assure merupakan model yang

menggunakan teknologi secara sistematis dalam pembelajaran.

Model ini berfokus pada perencanaan teknologi yang memudahkan

guru dalam merancang dan melakukan perubahan pada lingkungan

pendidikan yang nantinya akan mendukung peserta didik.

Model assure merupakan langkah sistematis dalam

perencanaan pelaksanaan pembelajaran diruang kelas dengan

memadukan penggunaan teknologi dan media pembelajaran.

Tahapan dalam membuat perencanaan pembelajaran dapat dilihat

dari nama model tersebut yaitu ASSURE : A yang berarti Analyze


13

learners : S berarti State standard an objektives ; S yang ke dua

berarti Select strategy, technology, media and materials; U berarti

Utilize technology, media and materials; R berarti Require learner

participation ; E berarti Evaluated and revise.

a. Analyze learners (menganalisis siswa)

Smaldino et al (2005:48) menyatakan bahwa:

”The first step in planning is to identify the learners. You must

know your students to select the best medium to meet the

objectives. The audience can be analyzed in terms of (1)

general characteristics; (2) specific entry competencies

(knowledge, skills, and attitudes about the topic), and (3)

learning style.”

Beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam analisis siswa:

1) Karakteristik Umum

Karakteristik umum siswa dapat dilihat dari usia, tingkat

pendidikan, pekerjaan, budaya, dan sosial ekonomi. Siswa

dengan latar budaya tertentu mungkin akan lebih tertarik

dengan metode dan media tertentu sehubungan dengan

latar belakang budayanya. Siswa yang tidak tertarik dengan

mata pelajaran tertentu mungkin akan dapat diatasi dengan

penggunaan metode dan media belajar yang dapat menarik


14

perhatiannya seperti: media, video, simulasi permainan,

aktifitas berbasis teknologi, dan lain-lain.

Bagi pengajar yang telah mengenal karakter siswanya,

hal ini dapat dengan mudah dilalui. Bagi pengajar yang

belum mengenal karater siswanya hal ini terkadang

merupakan kegiatan yang tidak mudah dikarenakan perlu

waktu yang lebih untuk melakukan pengamatan dan

mencatat karakteristik siswa-siswanya.

2) Kemampuan Awal Siswa

Kemampuan awal siswa menunjuk pada pengetahuan

dan keterampilan yang telah dan belum dimiliki siswa.

Pengajar harus menguji atau memeriksa anggapan tentang

kemampuan awal siswa dengan dua cara. Informal

dengancara wawancara di luar kelas dan formal dengan cara

tesyang telah terstandar atau tes buatan pengajar sendiri.

Entrytest baik formal maupun informal merupakan cara

untukmengetahui apakah siswa telah memiliki kemampuan

prasyarat (prerequisites). Prerequisites merupakan

kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa untuk mengikuti

proses pembelajaran yang akan dilakukan. Prerequisites

harus dijabarkan dalam tujuan.


15

3) Gaya Belajar Siswa

Faktor ketiga adalah gaya belajar yang mengacu pada

aspek ciri psikologi dari siswa yang menjelaskan tentang

bagaimana siswa berinteraksi dan merespon secara

emosional pada lingkungan belajar. Para siswa belajar

dengan cara yang beragam antara lain tipe audio, visual,

audio-visual dan kinestetik. Gardner mengidentifikasi 9

aspek intelegensi manusia, yaitu:

(1) verbal/linguistik (bahasa);

(2) logika/matematika (sains);

(3) visual/spasial;

(4) musikal/ritmik;

(5) kinestesis (menari/atletik);

(6) interpersonal (memahami orang lain);

(7) intrapersonal (memahami diri sendiri);

(8) naturalis; dan

(9) eksistensialis.

Langkah pertama dalam merencanakan pemanfaatan

media di ruang kelas adalah dengan mengidentifakasi dan

menganalisis karakteristik siswa. Hasil yang didapatkan dari

proses identifikasi dan analisis ini akan menjadi patokan

dalam mengambil keputusan saat merancang kegiatan


16

pembelajaran. Hal yang perlu diperhatikan, di antaranya ; ( 1 )

karakteristik umum, ( 2 ) komptetensi dasar spesifik seperti

pengetahuan, keterampilan, sikap terhadap topik yang

dipelajari, dan ( 3 ) gaya belajar.

b. State Objectives (Merumuskan tujuan pembelajaran atau

kompetensi)

Menurut Smaldino et al (2005:48) bahwa “The objectives

may be derived from a course syllabus, stated in a text book,

taken from a curriculum guide, or developed by the

instructor”.Maksudnya bahwa tujuan pembelajaran dapat

diperoleh dari silabus atau kurikulum, informasi yang tercatat

dalam buku teks, atau dirumuskan sendiri oleh perancang atau

instruktur setelah melalui proses penilaian kebutuhan belajar.

Tujuan pembelajaran merupakan rumusan atau

pernyataan yang mendeskripsikan tentang kompetensi-

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang akan dimiliki oleh

siswa setelah menempuh proses pembelajaran. Tujuan

pembelajaran dapat menggunakan rumusan tujuan dengan

model ABCD yaitu Audience, Behavior, Condition, dan Degree.

Komponen audience berisi informasi tentang individu yang

belajar, misalnya siswa. Komponen behavior mendeskripsikan

tentang aspek kompetensi yang akan dimiliki oleh individu


17

setelah menempuh progam pembelajaran. Komponen condition

mencerminkan keadaan atau situasi yang perlu ada pada waktu

siswa atau individu yang belajar melakukan unjuk kinerja atau

performa pada saat dilakukan tes. Komponen ini dapat berupa

fasilitas, peralatan, perlengkapan dan objek, atau benda yang

merupakan komponen esensial dalam melakukan suatu tugas

atau pekerjaan. Komponen yang terakhir adalah

degreemenggambarkan tingkat atau standard yang perlu

diperlihatkan oleh siswa pada waktu menunjukkan kompetensi

spesifik yang telah dipelajari.

Pada perumusan tujuan pembelajaran, perlu dianalisis

terlebih dahulu terkait pembelajaran yang akan dilakukan

cenderung ke domain kognitif, afektif, psikomotor, atau

interpersonal. Dengan memahami hal tersebut, kita dapat

merumuskan tujuan pembelajaran dengan lebih tepat, dan tentu

saja akan menuntun penggunaan metode, strategi dan media

pembelajaran yang akan digunakan. Perbedaan individu

berkaitan dengan kemampuan individu dalam menuntaskan

atau memahami sebuah materi yang diberikan/dipelajari.

Individu yang tidak memiliki kesulitan belajar dengan yang

memiliki kesulitan belajar pasti memiliki waktu ketuntasan

belajar (mastery learning) yang berbeda. Kondisi ini dapat


18

menuntun kita merumuskan tujuan pembelajaran dan

pelaksanaannya dengan lebih tepat.

Tujuan pembelajaran perlu untuk ditentukan agar dapat

memilih media dengan tepat, mengatur lingkungan belajar yang

sesuai dengan tuntutan tujuan, menentukan teknik dan

instrumen penilaian/evaluasi. Unsur-unsur yang harus terdapat

dalam rumusan tujuan:

(1) Permormance atau capabilitas yang diharapkan dari siswa,

(2) Kondisi tingkah laku yang dapat diamati,

(3) Kriteria/standar minimal perilaku siswa.

c. Select Methods, Media and Materials (Memilih metode, media

dan bahan ajar)

Memilih metode, media dan bahan ajar berperan sangat

penting untuk digunakan dalam membantu siswa dalam

mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan. Menurut Smaldino et al (2005:56) menyatakan

bahwa :

”A systematic plan for using media certainly demands that

the methods, media and materials be selected

systematically in the first place. The selection process has

three steps: (1) deciding on the appropriate method for the

given learning tasks, (2) choosing a media format that is


19

suitable for carrying out the method, and (3) selecting,

modifying, or designing specific materials within that

media format”.

Suatu rencana yang sistematik dalam penggunaan media

dan teknologi tentu menuntut agar metode, media dan

materinya dipilih secara sistematis pula. Proses pemilihannya

melibatkan tiga langkah yaitu (1) menentukan metode yang

tepat untuk kegiatan belajar tertentu, (2) memilih format media

yang disesuaikan dengan metode yang diterapkan dan (3)

memilih, memodifikasi, atau merancang/memproduksi bahan

ajar.

Rincian proses pemilihan metode, media dan bahan ajar

adalah sebagai berikut.

1) Memilih Metode

Pemilihan metode yang bisa sesuai dengan gaya belajar

siswanya.

2) Memilih Format

Media Format media adalah bentuk fisik tempat

dimasukan dan dipajangkannya suatu media, misalnya flip

chart, slide, video, dan computer multimedia. Dalam

menentukan pemilihan format mediaperlu dipertimbangkan


20

sejumlah media dan teknologi yang tersedia, ragam

pebelajar dan tujuan yang ingin dicapai.

3) Menghasilkan Bahan Ajar Khusus

Smaldino et al (2005:58) menambahkan bahwa:

“Obtaining appropriate materials will generally involve one of

three alternatives: (1) selecting available materials, (2)

modifying exiting materials, or (3) designing new materials”.

Cara memilih metode, media, dan bahan ajar yang akan

digunakan dapat memilih satu dari tiga alternatif pilihan yang

ada yaitu : (1) membeli media pembelajaran yang ada; (2)

memodifikasi media pembelajaran yang telah tersedia; atau

(3) memproduksi media pembelajaran baru.

Siswa dapat memenuhi tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan jika bahan ajar itu sudah tersedia. Apabila bahan

ajar yang sudah ada ternyata tidak sepenuhnya sesuai

dengan tujuan, atau tidak cocok dengan siswa, pendekatan

alternatif adalah memodifikasinya. Jika masih belum cocok,

alternatif yang terakhir adalah merancang bahan ajar sendiri.

Pembuatan bahan ajar sendiri akan dapat sesuai dengan

siswa dan memenuhi tujuan yang telah ditetapkan meskipun

memerlukan biaya dan memakan banyak waktu. Dalam

merancang bahan ajar baru, unsur dasar yang harus


21

dipertimbangkan adalah tujuan, siswa, biaya, keahlian

teknis, peralatan, fasilitas dan waktu.

d. Utilize Media and Materials (Memanfaatkan media dan bahan

ajar)

Tahap keempat adalah penggunaan media dan bahan

ajar untuk pembelajaran. Smaldino et al (2005: 62-63)

mengajukan rumus 5P dalam pemanfaatan media dan bahan

ajar yaitu:

1) Preview the Materials (Mengkaji bahan ajar)

2) Prepare the Materials (Menyiapkan bahan ajar)

3) Prepare the Environment (Menyiapkan lingkungan

pembelajaran)

4) Prepare the Learners (Menyiapkan siswa)

5) Provide the Learning Experience (Tentukan pengalaman

belajar)

Langkah-langkah persiapan tersebut dilakukan sebelum

produk yang dikembangkan digunakan oleh siswa.

e. Require Lerner Participation (Melibatkan siswa dalam aktivitas

pembelajaran)

Tahap kelima adalah melibatkan partisipasi siswa dalam

aktivitas pembelajaran. Smaldino et al (2005:48) menyatakan

bahwa:
22

“… to be effective, materials based instruction should

require active mental engagement by learners. There

should be activities within the lesson that allow learners

to process the knowledge or skills and to receive

feedback on the oppropriateness of their efforts before

being formally assessed.”

Proses pembelajaran memerlukan adanya keterlibatan

mental siswa secara aktif dengan materi atau substansi yang

sedang dipelajari agar berlangsung efektif dan efisien.

Pemberian latihan soal merupakan contoh bagaimana

melibatkan aktivitas mental siswa dengan materi yang sedang

dipelajari. Siswa yang terlibat aktif dalam kegiatan

pembelajaran pada umumnya akan dengan mudah

mempelajari materi pembelajaran.

Setelah aktif melakukan proses pembelajaran, pemberian

umpan balik yang berupa pengetahuan tentang hasil belajar

akan memotivasi siswa untuk mencapai prestasi belajar yang

lebih tinggi.

f. Evaluate and Revise (Melakukan Evaluasi dan Revisi)

Smaldino, Sharon E, (et all) (2005:48) menyatakan

bahwa:
23

“After instruction, it is necessary to evaluate its impact

and effectiveness and to asses student learning. To get

the total picture, you must evaluate the entire

instructional process. Did the learners meet the

objectives? Did the methods and media assist the

trainees in reaching the objectives? Could all students

use the materials properly?”

Tahap evaluasi dan revisi dalam model desain

pembelajaran Assure ini dilakukan untuk menilai efektifitas

dan efisiensi program pembelajaran dan juga menilai

pencapaian hasil belajar siswa. Agar dapat memperoleh

gambaran yang lengkap tentang kualitas sebuah program

pembelajaran, perlu dilakukan proses evaluasi terhadap

semua komponen pembelajaran.

Pada model Assure, kegiatan mengevaluasi dan

merevisi ini terdiri dari:

1) Menilai Prestasi/ Hasil Belajar Siswa

Evaluasi hasil belajar/ prestasi siswa merupakan

evaluasi yang dilakukan untuk menilai pencapaian hasil

belajar siswa terhadap tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan pengujian


24

kompetensi atau kemampuan yang dimiliki oleh siswa

setelah menempuh aktivitas pembelajaran.

Metode dalam menilai prestasi bergantung pada sifat

dari tujuan belajar. Ada beberapa jenis alat ukur atau

instrumen yang dapat digunakan untuk menilai hasil belajar

siswa. Instrumen penilaian tersebut dapat dikategorikan

sebagai tes tertulis dan tes performa. Tes tertulis digunakan

untuk menilai kompetensi siswa yang terkait dengan aspek

kognitif. Sedangkan tes performa digunakan untuk mengukur

kinerja nyata dari aspek keterampilan.

2) Mengevaluasi dan Merevisi Strategi, Teknologi, dan Media

Pada dunia pendidikan tidak hanya hasil belajar siswa

saja yang dievaluasi dan direvisi, melainkan juga meliputi

evaluasi penilaian strategi, teknologi dan media. Evaluasi

strategi bertujuan agar guru mengetahui apakah strategi

pengajaran yang digunakan sudah berjalan efektif atau

belum, dari hasil evaluasi tersebut guru dapat melakukan

revisi terhadap strategi yang digunakan untuk ditingkatkan.

Evaluasi teknologi dan media bertujuan untuk mengetahui

apakah teknologi dan media yang digunakan dapat

membantu dan meningkatkan minat siswa dalam belajar.


25

Kegiatan evaluasi dan revisi dapat dilakukan dengan

bantuan pembelajar. Melalui pembelajar kegiatan evaluasi

dan revisi dapat dilakukan dengan wawancara dan diskusi.

Kegiatan evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru dapat

dilakukan dengan evaluasi diri sendiri melalui; (1) rekaman

audio atau video yang berisipengajaran yang dilakukan guru

yang bersangkutan; (2) komentar anonim para siswa; dan

(3) supervisi dengan rekan sejawat.

Pada tahap ini juga dilakukan evaluasi antara perencanaan

yang telah dibuat ditinjau aplikasinya dalam pembelajaran.Apakah

sudah sesuai dengan yang diharapkan atau belum, jika hasil

evaluasi terjadi perbedaan antara perencanaan dengan

pelaksanaan dalam proses pembelajaran maka akan ada

kesalahan. Temuan kesalahan-kesalahan dalam melakukan refleksi

evaluasi dilakukan perbaikan untuk melakukan pembelajaran

berikutnya atau pembelajaran ulang jika kompetensi dasar dan

tujuan belum tercapai.

2. Langkah-langkah dari implementasi model pembelajaran

Assure

Langkah pertama dari implementasi model Assure adalah

mengidentifikasi siswa. Kita harus mengetahui karakteristik siswa

untuk dapat merumuskan tujuan pembelajaran. Analisis


26

terhadapkarakteristik siswa meliputi:(1) karakteristik umum;

(2)kompetensi spesifik yang telah dimiliki siswa sebelumnya

(pengetahuan, keterampilan, dan cara berpikir tentang sebuah

topik) dan gaya belajar siswa.

Langkah ke dua adalah menyatakan standard dan tujuan

pembelajaran yang sespesifik mungkin. Tujuan yang di nyatakan

dengan baik akan memperjelas apa yang ingin di capai, perilaku

yang di harapkan, kondisi dan kinerja yang akan di amati,dan

tingkat pengetahuan atau kemampuan baru yang akan di kuasai

siswa.

Langkah ke tiga setelah menentukan standar dan tujuan

pembelajaran adalah memilih strategi, teknologi, media dan materi

dengan terlebih dahulu menentukan titik awal dan titik akhir suatu

pembelajaran. Titik awal meliputi pengetahuan siswa, keterampilan,

dan sikap, sedangkan titik akhir tujuan dilaksanakannya

pembelajaran.

Langkah ke empat adalah menjembatani kedua titik tersebut

dengan memilih strategi pembelajaran, teknologi dan media yang

sesuai, kemudian memutuskan materi yang akan di terapkan.

Langkah ke lima, yaitu melibatkan partisipasi siswa dalam

memanfaatkan teknologi, strategi dan materi mencapai tujuan

belajar. Agar efektif, pengajaran sebaiknya membuat siswaterlihat


27

aktif secara mental dengan mengadakan aktivitas yang

memungkinkan siswa mempraktikkan pengetahuan atau

keterampilan baru agar mendapatkan umpan balik sebelum

dilakukan penilaian secara formal.

D. Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologis

belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”.

Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah

kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Disini, usaha untuk

mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha usaha manusia

untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian

yang belum dipunya sebelumnya (Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni,

2008:13).

Belajar menurut teori behavioristik diartikan sebagai proses

perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut disebabkan oleh

seringnya interaksi antara stimulus dan respon. Menurut teori

behavioristik, inti belajar adalah melakukan respon terhadap stimulus

yang datang kepada dirinya.

Belajar menurut pandangan teori kognitif diartikan proses

untuk membangun persepsi seseorang dari sebuah obyek yang di


28

lihat. Belajar menurut teori ini lebih mementingkan proses daripada

hasil.

Adapun menurut pandangan teori konstruktivisme belajar

adalah upaya untuk membangun pemahaman atau persepsi atas

dasar pengalaman yang dialami siswa, oleh sebab itu belajar

menurut pandangan teori ini merupakan proses untuk memberikan

pengalaman nyata bagi siswa (Zainal Aqib, 2013:66)

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap

semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang

sebagi proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat

melalui berbagai pengalaman. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh

dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah

mengajar dan perilaku siswa adalah belajar yang terkait dengan

bahan pembelajaran yang mengarah pada perubahan yang

diinginkan tercapainya suatu tujuan (Rusman, 2017:84)

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk

mendapatkan perubahan dalam dirinya baik berupa perubahan

pengetahuan, sikap maupun keterampilan yang diperoleh melalui

pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman.


29

a) Ciri-Ciri Belajar

Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks.

Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.

Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada

di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari siswa berupa

keadaan alam, benda benda, hewan, tumbuhan-tumbuhan,

manusia, atau hal-hal yang di jadikan bahan belajar. Tindakan

belajar tentang sesuatu hal tersebut tampak sebagi prilaku belajar

yang tampak dari luar(Dimyati dan Mudjiono, 2009:07)

Hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada

perubahan tertentu yang dimaksudkan kedalam ciri-ciri belajar

yaitu:

1. Perubahan secara sadar, berarti individu yang belajar akan

menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya

individu tersebut merasakan telah terjadi suatu perubahan

dalam dirinya.

2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional,

sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri

seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan tidak

statis.

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, dalam

perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa


30

bertambah dan tertuju untuk memperoleh yang lebih baik dari

sebelumnya.

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, yaitu

perubahan yang bersifat menetap atau permanen berarti

tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah, ini berarti

bahwa perubahan yang terjadi karena ada tujuan yang akan

dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah

laku yang benar-benar disadari.

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, yaitu

perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses

belajar meliputi keseluruhan tingkah laku(Slameto, 2013:03-08)

b) Prinsip-Prisip Belajar

Prinsip belajar dapat disusun sebagai berikut :

1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi

aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk

mencapai tujuan instruksional.

b. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan

motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan

instruksional.
31

c. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak

dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan

belajar secara efektif.

d. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya

2. Sesuai hakikat belajar

a. Belajar itu proses kontiyu, maka harus tahap demi tahap

menurut perkembangannya.

b. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan

discovery.

c. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara

pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga

mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang

diberikan menimbulkan response yang diharapkan.

3. Sesuai dengan materi/bahan yang harus dipelajari

a. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki

struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah

menangkap pengertiannya.

b. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu

sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapai

4. Syarat keberhasilan belajar

a. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa

dapat belajar dengan tenang.


32

b. Repetisi dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar

pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada

siswa(Slameto, 2015:27-28)

c) Aktivitas-Aktivitas Belajar

Berikut ini dikemukakan beberapa contoh aktivitas belajar

dalam beberapa situasi.

Adapun beberapa aktivitas belajar yaitu: 1. Mendengarkan;

2. Memandang; 3. Meraba, mencium dan mencicipi/mencecap; 4.

Menulis atau mencatat; 5. Membaca; 6. Membuat ikhtisar atau

ringkasan dan menggarisbawahi; 7. Mengamati tabel-tabel,

diagram-diagram, dan bagan-bagan; 8. Menyusun paper atau

kertas kerja; 9. Mengingat/menghafal; 10. Berpikir; 11. Latihan atau

praktek(Wasty Soemanto, 2006: 107-113)

2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar yaitu berupa perubahan perilaku atau tingkah

laku. Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah

perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan, atau

penguasaan nilai-nilai (sikap). Hasil belajar harus menunjukkan

suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari

siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari(Sri

Anitah, 2008:19).
33

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah adanya perubahan tingkah laku atau perubahan kemampuan

yang di alami oleh seseorang setelah mengalami proses

pembelajaran atau interaksi dengan lingkungannya.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat

digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan

ekstern. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri

individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah

faktro yang ada di luar individu.

Faktor internal dibahas menjadi tiga kelompok, yaitu: faktor

jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Faktor ekstern

yang berpengaruh terhadap belajar, dapat di kelompokan

menjadi 3 faktor yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor

masyarakat(Slameto, 2015: 54-60)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar , yaitu:

1. Faktor-faktor intern diantaranya adalah faktor jasmani

(kesehatan, cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi,

perhatian, minat, bakat,motif, kematangan, kesiapan), faktor

kelelahan.

2. Faktor-faktor ekstern diantaranya adalah faktor keluarga,

faktor sekolah dan faktor masyarakat(Slameto, 2015:54-69)


34

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi belajar antara lain faktor dari dalam

diri siswa dan dari luar diri siswa.

b. Analisis Hasil Belajar

Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar.

Hasil belajar tiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil

belajar. Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar-

lembar jawaban soal ulangan atau ujian. Semua hasil belajar

tersebut merupakan bahan yang berharga bagi guru dan siswa.

Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk

melakukan perbaikan tindak mengajar dan evaluasi. Bagi siswa,

hasil belajar tersebut berguna untuk memperbaiki cara-cara

belajar lebih lanjut.

Adapun langkah-langkah analisis hasil belajar yaitu:

1. Merencanakan analisis sejak awal semester.

2. Merencanakan jenis-jenis pekerjaan siswa yang dipandang

sebagai hasil belajar.

3. Merencanakan jenis-jenis ujian dan alat evaluasi.

4. Mengumpulkan hasil belajar siswa.

5. Melakukan analisis secara statistik tentang angka-angka

perolehan ujian.
35

6. Mempertimbangkan hasil pengamatan pada kegiatan belajar

siswa.

7. Mempertimbangkan tingkat kesukaran bahan ajar bagi kelas.

8. Memperhatikan kondisi-kondisi ekstern yang berpengaruh

atau diduga ada pengaruhnya dalam belajar.

9. Guru juga melancarkan suatu angket evaluasi pembelajaran

pada siswa menjelang akhir semester(Dimyati dan

Mudjiono,2009: 256-257)

c. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian input adalah penilaian yang dilakukan sebelum

proses belajar mengajar dilakukan. Penilaian input bertujuan

untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik terhadap

materi atau kompetensi yang akan dipelajari. Penilaian input

biasanya dilakukan melalui pre tes.

Dengan demikian kompetensi awal peserta didik dapat

dipetakan. Hasil penilaian awal peserta didik dapat dijadikan

acuan guru dalam proses belajar mengajar sekaligus dapat

dibandingkan dengan penilaian proses dan hasil atau output.

Perbandingan hasil penilaian awal (input) dengan penilaian

proses dan hasil atau output menunjukan tingkat keberhasilan

pencapaian kompetensi peserta didik dengan KKM sebagai

acuan.
36

Penilaian proses proses adalah penilaian yang dilakukan

selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian proses

bertujuan untuk mengecek tingkat pencapaian kompetensi

peserta didik ketika proses belajar mengajar berlangsung. Hasil

penilaian proses biasa dilakukan secara individu maupun

kelompok. Tehnik penilaian bisa dilakukan dengan memberikan

soal latihan, pengamatan waktu diskusi kelompok, pekerjaan

rumah (PR), mengerjakan lembar (LKS) dan berbagai tehnik

lainnya yang relevan. Penilaian proses juga biasa dilakukan

untuk mengukur keaktivan dan perhatian peserta didik selama

proses belajar mengajar berlangsung. Dalam melakukan

penilaian proses, guru perlu membuat instrument, seperti lembar

observasi atau pengamatan.

Penilaian output adalah penilaian yang dilaksanakan

setelah proses belajar mengajar berlangsung. Penilaian output

bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi dari

peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar di kelas.

Hasil belajar atau penilaian output dibandingkan dengan KKM

yang telah ditentukan sebelumnya dan dianalisis berapa peserta

didik yang sudah tuntas (melampaui KKM) serta berapa peserta

didik yang belum tuntas (di bawah KKM). Penilaian output ini

bisa dilaksanakan dengan berbagai cara dengan menyesuaikan

dengan perkembangan peserta didik di sekolah selama proses


37

pembelajaran berlangsung. Bisa dilaksanakan dengan penilaian

formatif, UTS, UAS dan Ujian kenaikan kelas dengan melakukan

penilaian berupa tes(Kunandar, 2013:42-43)

Dari segi alatnya, penilain hasil belajar dapat dibedakan

menjadi tes dan bukan tes (non tes). Tes ini ada yang di berikan

secara lisan (menuntut jawaban secara lisan), ada tes tulisan

(menuntut jawaban secara tulisan), dan ada tes tindakan

(menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Soal-soal ada

yang disusun dalam bentuk objektif, ada juga yang dalam bentuk

essai atau uraian. Sedangkan bukan tes sebagai alat penilaian

mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala, sosiometri,

studi kasus.
38

E. Kerangka Pikir

Model Pembelajaran
Assure

Proses belajar
Siswa mengajar Hasil belajar

Model Pembelajaran Hasil belajar


Konvensional

Proses belajar
Siswa mengajar Hasil belajar

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian dan kajian di atas maka

disusun hipotesis penelitian sebagai berukut :

Ha : Ada perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn,

antara penerapan model pembelajaran Assure dengan model

pembelajaran Konvensional.
39

H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

PPKn, antara penerapan model pembelajaran Assure dengan

model pembelajaran Konvensional.


40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian

eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang

dimaksudkan untuk mengetahui ada dan tidaknya perbandingan dari

suatu kasus yang diselidiki atau subjek penelitian. penelitian

eksperimen yang digunakan merupakan penelitian quasi experimental.

Penelitian eksperimen ini mencoba meneliti ada tidaknya perbedaan

perbandingan satu atau lebih kelompok eksperimen yang diberi

perlakuan satu atau perlakuan dua. Penelitian ini menggunakan

kelompok-kelompok untuk perlakuan karena peneliti tidak dapat

memilih individu secara acak, hal ini disebabkan karena sampel tidak

dikontrol secara teliti, melainkan sampel hanya menggunakan kelas

yang memang sudah ada sebelumnya.

Desain penelitian adalah rancangan dan struktur penyelidikan yang

disusun sedemikian rupa sehingga peneliti memperoleh jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian. Desain dalam penelitin ini

menggunakan desain Nonequivalent Control Group Design (Sugiyono,

2010:116). Desain penelitiannya dapat digambarkan dengan rancangan

sebagai berikut

40
41

O1 X1 O2
----------------
O3 X2 O4

Keterangan :

O1 : Pretest Kelas Pertama

O2 : Posttest Kelas pertama

O3 : Pretest kelas kedua

O4 : Postest Kelas Kedua

X1 : Perlakuan Pertama

X2 : Perlakuan Kedua.

Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

menetapkan kelompok yang akan dijadikan sebagai kelompok

eksperimen 1, dimana kelompok itu sendiri menggunakan model

pembelajaran Assure. dan sebagai kelompok eksperimen 2 adalah

yang menggunakna model pembelajaran Konvensional.

Sebelum masing-masing diberi perlakuan, kelompok eksperimen 1

maupun kelompok eksperimen 2 diberikan pretst terlebih dahulu guna

mengetahui kemampuan awal siswa. Kemudian dilanjutkan dengan

memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen 1 menggunakan

model pembelajaran Assure dan pada kelompok eksperimen 2

menggunakan model pembelajaran Konvensional.


42

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 20 Juni sampai 11

Juli 2022

2. Tempat Penelitian

Adapun tempat penelitian ini adalah SMP Negeri 4 Polewali,

Kabupaten Polewali Mandar.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010:117), populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini

adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Polewali dengan jumlah

populasinya siswa yang terbagi menjadi dua kelas.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2010:118), sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam

penelitian ini adalah siswa kelas VIII, yang akan diambil dua kelas

sebagai subyek penelitian. Dimana kelas A menggunakan model

pemebelajaran Assure dan kelas B pembelajaran menggunakan


43

model pembelajaran Reciprocal Teaching. Setelah dilakukan

pengamatan ke SMP Negeri 4 Polewali, peneliti akhirnya memilih

teknik purposive sampling dengan kelas VIII A dan VIII B sebagai

sampelnya. Hal ini dikarenakan siswa kelas VIII A dan VIII B memiliki

karakter kelas yang hampir sama yakni memilki jumlah rata-rata

prestasi kelas.

D. Definisi Operasional Variabel

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:96) variabel dapat diartikan

sebagai objek penelitian atau apa yang menjari titik perhatian suatu

penelitian.

Variabel secara umum dapat dibagi menjadi dua yakni: variabel

bebas (independent variabel), yaitu faktor, hal, peristiwa, besaran yang

menentukan atau mempengaruhi variabel terikat sedangkan variabel

yang kedua adalah variabel terikat (dependent variabel), yaitu variabel

yang nilainya dapat ditentukan atau dipengaruhi oleh variabel bebas.

Penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent variabel)

yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Assure serta variabel

terikat (dependent variabel) yaitu hasil belajar siswa.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun social yang diamati (Sugiyono,

2010:148). Instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah :


44

1. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa merupakan salah satu panduan yang

digunakan untuk belajar dan mengerjakan tugas terkait dengan

materi tang disampaikan. LKS juga berisi tentang pedoman-

pedoman yang berupa soal atau pertanyaan membimbing siswa agar

dapat menemukan konsep yang dipelajari.

2. Tes Prestasi Belajar

Instrument yang digunakan untuk mengukur peningkatan

kemampuan kognitif siswa pada materi yang dipelajari berupa soal

pilihan ganda dengan empat alternative jawaban. Untuk memenuhi

validasi, penyusunan soal di dahului dengan pembuatan kisi-kisi soal

pemahaman konsep materi.

F. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dilakukan untuk

mengumpulkan data dalam penelitian. Suharsimi Arikunto, (2010)

menjelaskan bahwa alat evaluasi atau pengumpul data dapat

dibedakan menjadi dua, antara lain tes dan non tes.

1. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu, dapat berbentuk tulisan gambar atau karya seseorang

(Sugiyono, 2011). Tujuan dari dokumentasi ini adalah mencari


45

data-data atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini.

Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus

mata pelajaran PPKn Kelas VIII SMP Negeri 4 Pollewali.

2. Metode Eksperimen

Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

Kondisi Kondisi
Kelompok Perlakuan
awal akhir

Model pembelajaran
Eksperimen 1 Pretest Posttest
Assure

Modelpembelajaran
Eksperimen 2 Pretest Posttest
Konvensional

Pada kondisi awal kelompok eksperimen diberikan pretest

yang nantinya akan dijadikan sebagai dasar pembanding nilai

posttest. Selanjutnya perlakuan yang diberikan kepada kelompok

eksperimen adalah memberikan pembelajaran dengan Model

pembelajaran Assure, kemudian mengadakan posttest untuk

melihat hasil pembelajarannya. Pada kondisi awal kelompok kontrol

juga diberikan pretest yang nantinya akan dijadikan sebagai dasar

pembanding nilai post test. Selanjutnya perlakuan yang diberikan

adalah memberikan pembelajaran dengan model pembelajaran


46

Konvensional, kemudian juga mengadakan posttest untuk melihat

hasil pembelajarannya. Dimana soal pretest dan posttest yang

diberikan kepada kelompok eksperimen 1 tersebut sama dengan

soal pretest dan posttest yang diberikan kepada kelompok

eksperimen 2.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan di dapatkan dua jenis data yaitu

kemampuan awal dan data hasil belajar siswa. Kedua data digunakan

untuk menguji hipotesis yang diajukan pada penelitian ini. Teknik

analisis data yang digunakan ada dua yaitu analisis deskriptif data dan

analisis pengujian hipotesis penelitian. Penulis menggunakan teknik

analisis data dengan pendekatan metode kuantitatif deskriptif. Dimana

dalam pengolahan data secara kuantitatif ini mengolah data hasil

pretest dan posttest. Adapun langkah-langkah pengolahan datanya,

yaitu sebagai berikut :

1. Pemberian Nilai

Nilai untuk soal di jawab sesuai dengan materi pembelajaran

yang telah di berikan, jawaban untuk masing masing butir soal

diberikan skor sesuai dengan pedoman pemberian skor yang telah

peneliti buat, Adapun pedoman pemberian skor terlampir pada

lampiran.. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan rumus :


47

Keterangan :

S : Skor siswa

R : Jawaban siswa yang benar.

Untuk melakukan analisis deskriptif dan digunakan statistic

deskriptif dengan program SPSS 22 Sehingga diperoleh nilai rata-

rata, simpangan baku, modus, median, nilai maksimum dan nilai

minimum. Kemudian dilanjutkan dengan pengujian persyaratan

analisis yang meliputi uji homogenitas dan uji normalitas. Sedangkan

untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini digunakan uji statistik

independent sample t-test.

2. Persyaratan Analisis

a. Uji normalitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data dari

masing-masing kelompok sampel terdistribusi normal atau tidak.

Data-data yang diuji adalah data pretest kelas control dan kelas

eksperimen, posttest kelas control dan eksperimen, serta gain

kelas control daneksperimen. Uji normalitas dilakukan dengan uji

Kolmogorof Sminorf. Pedoman pengambilan keputusan dengan

mengambil nilai taraf signifikansi 5% adalah sebagai berikut:


48

1. Nilai signifikansi (sig) < 0,05, distribusi tidak normal.

2. Nilai signifikasi (sig) ≥ 0,05 distribusi normal

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui sampel

berasal dari populasi yang homogeny atau tidak dengan cara

membandingkan kedua variansnya. Uji yang digunakan adalah

uji homogenitas varians. Pengujian homogenitas dilakukan

dengan analisis Ttes of Homogenity of Varians menggunakan

program SPSSTM versi 22. Persyaratan homogen jika

probabilitasnya (Sig) > 0,05 dan jika probabilitasnya (Sig) < 0,05

maka data tersebut tidak homogen.

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui perbedaan

peningkatan hasil belajar siswa yang diberi perlakuan berbeda

antara dua kelas sampel. Uji hipotesis dapat dilakukan apabila

kelas eksperimen dan kelas kontrol telah tedistribusi normal dan

homogen.
49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Sekolah Asal

1. Kondisi Sekolah Awal

SMP Negeri 4 Polewali terletak di Jalan HOS Cokroaminoto

No.1 Pekkabata Polewali Mandar. Berdiri sejak tahun 1981, Letak

sekolah sangat strategis dan mudah di jangkau karena berada

persis di Ibukota Kabupaten Polewali Mandar. Ditinjau dari sisi

sosial budaya masyarakat di sekitar SMP Negeri 4 Polewali

merupakan masyarakat berpendidikan karena disekitarnya terdapat

beberapa kompleks perumahan yang dihuni oleh para pejabat,

mantan pejabat, PNS dan masyarakat menengah keatas. Juga

disekitarnya terdapat beberapa kantor pemerintah seperti

berhadapan dengan SMA Negeri 2 Polewali, di sebelah timur

terdapat kantor Polres Polewali Mandar dan beberapa kantor

lainnya, dibagian selatan terdapat kantor Perindag Kab. Polewali

Mandar dan beberapa kantor lainnya.

SMPN 4 Polewali memiliki jumlah tenaga pendidikan

sebanyak 42 orang, tenaga kependidikan 12 orang dengan jumlah

peserta didik sebanyak 800 orang. Menempati areal seluas ± 2 ha

sehingga mempunyai potensi yang besar dalam mendukung dan

49
50

mengembangkan pengelolaah SDM (sumber daya manusia),

dilingkungan secara maksimal dan berkesinambungan.

Dalam mengembangkan pendidikan karakter dan

berwawasan lingkungan, sekolah ini melalakukan berbagai keiatan

pembiasaan. Misalnya penjemputan siswa pada pagi hari dengan

senyum, salam dan sapa dengan tujuan menumbuhkan rasa kasih

sayang, perhatian sehingga peserta didik bisa mengawali kegiatan

paginya dengan penuh semangat, gembira dan percaya diri.

Kemudian kegiatan literasi berbasis lingkungan dilakukan sebelum

proses pembelajaran dimulai yaitu dengan membenahi kelas dan

lingkungannya, memilih dan memilah sampah sesuai dengan

tempatnya.

Upacara bendera wajib pada hari senin pagi, hal ini

dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa patriotisme dan

nasionalisme pada diri peserta didik. Kegiatan kerohanian

diantaranya shalat berjamaah sebelum peserta didik kembali ke

rumah masing-masing. Dan pada hari jumat pagi ada kegiatan zikir

bersama yang dipandu oleh guru. Selain pembiasaan masih

banyak kegiatan ekstrakurikuler lainnya seperti pramuka, PMR,

olahraga, seni musik, tari, bimbingan akademik dan kerohanian.

SMPN 4 Polewali sudah banyak memperoleh prestasi baik dalam

bidang akademik maupun ekstrakurikuler yang sampai di tingkat

Provinsi maupun Nasional.


51

Dalam mengembangkan pengelolaan lingkungan secara

maksimal dan berkesinambungan. Pada tanggal 25 November

2016 sekolah ini memperoleh predkat sebagai sekolah adiwiyata

Nasional. Dengan prestasi tersebut diharapkan seluruh warga

sekolah sudah terbentuk karakter peduli dan berbudaya lingkungan.

Berdasarkan predikat adiwiyata Nasional, maka oleh balai

lingkungan hidup SMPN 4 Polewali di usulkan menjadi calon

sekolah adiwiyata mandiri. Pada tahun yang sama (2016) SMPN 4

Polewali memperoleh predikat sebagai sekolah dengan

pengelolaan dana BOS terbaik III nasional, sungguh suatu

kebanggan tersendiri.

Pada masa pandemi dengan tetap mematuhi protokol

kesehatan sekolah ini masih terus berkarya dengan mengikuti

beberapa kegiatan kabupaten, provinsi dan nasional seperti di

tahun 2020 dan 2021 sekolah ini mengutus siswanya diajang

nasional pada bidang karate dan GSI, di tahun 2021 berhasil lolos

pada ajang FL2SN tingkat nasional pada ajang kretivitas tari dan

nyanyi solo dan lolos menjadi peserta satu-satunya dari SMP KSN

astronomi tingkat kabupaten di tahun 2021 dan berhak mengikuti

ajang selanjutnya di tingkat Provinsi. Karya inovasi terus dilakukan

sampai saat ini seperti memanfaatkan lokasi kosong dengan

pemeliharaan ikan air tawar, pemanfaatan limbah dengan membuat

pupuk BOKHASI (Bahan Organik Kaya Nutrisi). Dengan jumlah


52

produksi sebanyak 2 (dua) ton lebih setiap 4 bulan/sekali produksi

dan pemasaannya sampai keluar daerah.

Kegiatan pengelolaan lingkungan akan terus berlanjut dan

diimbaskan ke sekolah binaan dan mensosialisasikan ke instansi

lain melalui media masa, surat kabar, radio. Hal ini di harapkan

semua warga sekolah dan masyarakat umum dapat terbentuk

karakter peduli dan berbudaya lingkungan.

2. Visi SMP Negeri 4 Polewali

“Berimtaq, Berprestasi, Berkarakter, Berwawasan Lingkungan dan

Kewirausahaan”

3. Misi SMP Negeri 4 Polewali

a. Mengembangkan penghayatan dan pengamalan ajaran

agama dalam meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

b. Menyelenggarakan pembelajaran dan bimbingan dalam

memotivasi peserta didik untuk meraih prestasi akademik dan

non akademik

c. Mengembangkan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan

yang memadai.

d. Menyelenggarakan pembelajaran dan sistem penilaian


53

berbasis informasi teknologi (IT)

e. Menghasilkan lulusan yang berkualitas, berkepribadian,

berkarakter dan berbudi pekerti luhur.

f. Meningkatkan kedisiplinan warga sekolah.

g. Membudayakan hidup bersih dan sehat bagi seluruh warga

sekolah

h. Melestarikan lingkungan sekolah yang ASRI secara optimal

dan bertanggung jawab.

i. Menumbuhkembangkan budaya kewirausahaan dengan

menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral

j. Mengembangkan pengelolaan kegiatan produksi sekolah

sebagai sumber belajar peserta didik.

4. Tujuan

a. Umum

1) Standar kelulusan ujian nasional pada tahun pelajaran

2022/2023 minimal rata-rata 6,0 pada semua mata

pelajaran yang masuk pada ujian nasional

2) Standar kelulusan ujian sekolah pada tahun pelajaran

2022/2023 minimal rata-rata 6,0 pada semua mata

pelajaran yang masuk pada ujian sekolah

3) Kriteria Ketuntasan Minimal sebesar 78 untuk semua mata

pelajaran

4) Siswa yang drop out maksimal 0,6 %


54

5) Lulusan SMP Negeri 4 Polewali dapat diterima di

Sekolah Menengah Atas Negeri sebanyak 100 %

6) Mendapatkan minimal juara II pada setiap Olimpiade

MIPA pada tingkat Provinsi

7) Kegiatan ekstrakurikuler diikuti oleh semua siswa

8) Mendapatkan juara I pada lomba-lomba olah raga dan

juara I pada lomba- lomba seni, lomba Pramuka, PMR,

gerak jalan pada tingkat Kabupaten

9) Mendapatkan prestasi minimal X (sepuluh) besar pada

lomba-lomba seni dan Pramuka Tingkat Nasional

10) Tata Tertib Sekolah 100 % diketahui siswa dan dijalankan

secara maksimal

11) Terwujudnya kehidupan sekolah yang agamis, dan

berbudaya.

12) Peningkatan kelengkapan sarana dan prasarana 96 %

13) Terwujudnya hubungan yang harmonis dan dinamis antar

warga sekolah, masyarakat dan instansi terkait.

o Terwujudnya norma-norma dasar Adiwiyata dalam

kehidupan yang meliputi kebersamaan, keterbukaan,

kesetaraan, kejujuran, keadilan.

o Kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya

alam.
55

b. Khusus

1) Prosentase kelulusan siswa yang mengikuti ujian baik

Ujian Nasional maupun Ujian sekolah pada tahun

pelajaran 2020/2021 adalah 100 %;

2) Rata-rata ujian nasional pada tahun pelajaran 2020/2021

minimal kenaikan 1,5 dari rata-rata ujian nasional tahun

pelajaran 2019/2020;

3) Rata-rata ujian sekolah pada tahun pelajaran 2020/2021

minimal kenaikan 1,8 dari rata-rata ujian sekolah tahun

pelajaran 2019/2020;

4) Kriteria Ketuntasan Minimal sebesar 70 untuk semua mata

pelajaran;

5) Siswa yang drop out maksimal 0,9 %;

6) Lulusan SMP Negeri 4 Polewali dapat diterima di Sekolah

Menengah Atas Negeri sebanyak 100 %;

7) Memahami serta dapat mengaplikasikan teknologi

informasi dan komunikasi;

8) Terlaksananya 9K dan adiwiyata di sekolah;

9) Memiliki kelompok Karya Ilmiah Remaja (KIR) yang

menjadi finalis minimal ditingkat kabupaten;

10)Memiliki Tim O2SN yang berprestasi minimal ditingkat

kabupaten;
56

11)Meningkatkan kegiatan ekstrakurikuler yang berbasis

Religius;

12)Menumbuhkan ketaatan beribadah;

13)Mendapatkan juara lomba kegiatan ekstrakurikuler tingkat

kabupaten;

14)Menegakkan pelaksanaan tata tertib sekolah dan kelas;

15)Terwujudnya lingkungan sekolah yang bersih, nyaman dan

kondusif untuk belajar melalui lomba kebersihan kelas,

jumat bersih dan polisi sampah;

16)Terwujudnya kondisi yang lebih baik bagi sekolah untuk

menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga

sekolah yakni guru, orang tua/wali murid dan pekerja

lainnya dalam upaya perlidungan dan pengelolaan

lingkungan hidup ( PPLH ) seperti pengadaan pojok baca,

parkiran dan pohon pelindung;

17)Peningkatan kelengkapan sarana dan prasarana seperti

pengomposan, biopori, ruang daur ulang dan inovasi;

18)Terwujudnya hubungan yang harmonis dan dinamis antar

warga sekolah dan masyarakat dalam upaya pengelolaan

dan pelestarian lingkungan hidup ( PPLH );


57

5. Gambaran Umum

a. Data Sekolah

1 Nama sekolah : SMP Negeri 4 Polewali

2. NPSN : 40600689

3. Alamat : Jln. Hos Cokroaminoto No. 1

(Jalan/Kec.Kab/Kota ) Pekkabata

Kecamatan : Polewali

Kabupaten : Polewali Mandar

Provinsi : Sulawesi Barat

No. Tlp : 0428 – 21232

4. E-mail : smpnegeri4polewali@.gmail.com

Koordinat :-

5. Nama Yayasan (bagi :-

swasta)

6. Kepala Sekolah : Kamaluddin, S.Pd

NIP : 19811222 200502 1 004

No HP : 082344730281

7. Akreditasi / Kategori : A / SSN

Sekolah

8. Tahun Operasi : 1980

9. Kepemilikan : Milik Pemerintah

Tanah/Bangunan
58

a. Luas Tanah/ Status : 20.000 m²

dilampirkan) :

b. Luas Bangunan : 3.688 m²

10. No. Rekening Rutin : 0070-202-000001126-7

Sekolah

Pemegang Rekening : SMP NEGERI 4 POLEWALI

Nama Bank : BANK SULSELBAR

Cabang : POLEWALI

b. Data Siswa dalam 5 Tahun Terakhir

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah


Tahun
Jml Jml Jml Jml Jml Jml
Pelajaran
Sisw Romb Sisw Romb Sisw Romb Sisw Romb

a el a el a el a el

2016/201 302 8 297 8 219 8 818 24

2017/201 235 7 307 9 297 8 839 24

2018/201 251 8 261 7 286 9 798 24

9
59

2019/202 260 8 258 8 261 7 779 23

2020/202 204 7 260 8 258 8 722 23

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini membahas tentang penelitian dikelas eksperimen

yang menggunakan model pembelajaran assure dan kelas kontrol

menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar

siswa saat menggunakan model pembelajaran assure dan model

pembelajaran konvensional pada siswa kelas VIII SMPN 4 Polewali.

Data yang dikumpulkan berikut ini adalah data yang diperoleh dari

hasil yang penelitian yang di laksanakan pada kelas VII A( Kelas

Eksperimen) dan Kelas VII B Pada Kelas Kontrol.Data berupa nilai hasil

pree tes dan post tes yang diberikan pada masing masing kelas.

1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif

a. Hasil Post Tes Kelas Eksperimen

Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan di kelas

eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran assure

terlebih dahulu di berikan pre tes dengan menggunakan soal


60

essai yang berjumlah 5 butir soal dengan hasil perhitungan

sebagai berikut :

Tabel4.1 Analisis Deskriptif kelas Eksperimen

Jumlah Sampel Hasil Analisis Skor

30 Nilai Minimun 41

30 Nilai Maksimum 83

30 Standar Deviasi 12,50

30 Rata Rata 60,97

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 30

sampel yang di teliti diperoleh nilai minimum sebesar 41 dan

skor maksimum sebesar 83. Diperoleh pula standar deviasi

sebesar 12,50 dengan nilai rata rata sebesar 60,97.

b. Hasil Pre Tes Kelas Kontrol

Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan di kelas kontrol

dengan menggunakan model pembelajaran konvensional

terlebih dahulu di berikan pre tes dengan menggunakan soal

essai yang berjumlah 5 butir soal dengan hasil perhitungan

sebagai berikut :
61

Tabel4.2 Analisis Deskriptif kelas kontrol

Jumlah Sampel Hasil Analisis Skor

31 Nilai Minimun 43

31 Nilai Maksimum 90

31 Standar Deviasi 14,39

31 Rata Rata 68,83

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 31

sampel yang di teliti diperoleh nilai minimum sebesar 43 dan

skor maksimum sebesar 90. Diperoleh pula standar deviasi

sebesar 14,39 dengan nilai rata rata sebesar 68,83.

c. Hasil Pos Tes Kelas Eksperimen

Setelah proses pembelajaran dilaksanakan di kelas

eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran assure

peneliti memberikan tes berupa pos tes di berikan pos tes

dengan menggunakan soal essai yang berjumlah 5 butir soal

dengan hasil perhitungan sebagai berikut :

Tabel4.3 Analisis Deskriptif kelas Eksperimen

Jumlah Sampel Hasil Analisis Skor

30 Nilai Minimun 61

30 Nilai Maksimum 95
62

30 Standar Deviasi 9,48

30 Rata Rata 77,63

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 30

sampel yang di teliti diperoleh nilai minimum sebesar 61 dan

skor maksimum sebesar 95. Diperoleh pula standar deviasi

sebesar 9,48 dengan nilai rata rata sebesar 77,63.

d. Hasil Pos Tes Kelas Kontrol

Setelah proses pembelajaran dilaksanakan di kelas

eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran assure

peneliti memberikan tes berupa pos tes di berikan pos tes

dengan menggunakan soal essai yang berjumlah 5 butir soal

dengan hasil perhitungan sebagai berikut :

Tabel4.4 Analisis Deskriptif kelas Kontrol

Jumlah Sampel Hasil Analisis Skor

30 Nilai Minimun 61

30 Nilai Maksimum 97

30 Standar Deviasi 8,38

30 Rata Rata 82,80


63

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 30

sampel yang di teliti diperoleh nilai minimum sebesar 61 dan

skor maksimum sebesar 95. Diperoleh pula standar deviasi

sebesar 9,48 dengan nilai rata rata sebesar 77,63.

2. Hasil Analisis Statistik Inferensial

Dari pembahasan sebelumnya pada bagian terdahulu,bahwa

untuk menguji hipotesis harus melalui statistik inferensial uji t

dengan taraf signifikansi sebesar 0,05. Hal pertama yang harus

dilakukan untuk melakukan uji hipotesis adalah data yang diperoleh

harus berdistribusi normal dan mempunyai variansi homogen.Oleh

karna itu hal yang pertama kali dilakukan adalah melakukan uji

normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui data yang diteliti

apakah berdistribusi normal atau tidak.Untuk itu di lakukan uji

normalitas terhadap data pre tes dan post tes pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan Aplikasi

SPSS.
64

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas

Data Nilai Signifikansi Keteranagan

Pre Tes Kelas Eksperimen 0,200 Normal

Pre Tes Kelas Kontrol 0,200 Normal

Pos Tes Kelas Eksperimen 0,890 Normal

Pos Tes Kelas Kontrol 0,200 Normal

1) Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat di ketahui bahwa nilai

signifikan untuk pre tes kelas eksperimen sebesear 0,200

lebih besar dari 0,05 sehingga dapat di simpulkan bahwa

untuk data pre tes kelas eksperimen berdistribsi normal.

a) Uji Normalitas Pre tes Kelas Kontrol

Berdasarkan Tabel 4.5 pada pre tes kelas kontrol

didapati hasil yang serupa seperti yang terdapat pada

pre tes kelas eksperimen yakni sebesar 0,200 karena

nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dapat di

simpulkan bahwa untuk data pre tes kelas kontrol

berdistribusi normal.

b) Uji Normalitas Pos Tes Kelas Eksperimen

Hasil Berbeda diperoleh pada uji normalitas yang

dilakukan pada pos tes kelas eksperimen,berdasarkan


65

tabel 4.5 di peroleh nilai signifinasi sebesar 0,890 lebih

besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data

berdistribusi normal.

c) Uji Normalitas Pos Tes Kelas Kleas Kontrol

Berdasarkan Tabel 4.5 di peroleh nilai signifikansi

sebesar 0,200 Lebih besar dari 0,05 sehingga untuk

nilai pos tes kelas kontrol dapat disimpulkan bahwa

data berdistribusi normal.

b. Uji Homogen

Setelah diketahui bahwa data berdistribusi normal, maka

selanjutnya dilakukan uji homogenitas.Uji homogen dilakukan

untuk mengetahui apakah sampel yang dipilih dapat mewakili

seluruh populasi yang ada.

Tabel 4.6 Uji Homogen pre tes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Tes Of Homogenity of Variances

Nilai Pre tes kelas eksperimen dan kelas kontrol

Levene Statistic Df1 Df2 Sig.

1,306 6 12 0,326
66

Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh signifikansi 0,326 hal

tersebut menandakan bahwa nilai signifikansi lebih besar

daripada 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat perbedaan nilai pre tes kelas eksperimen dengan

kelas kontrol atau dengan kata lain data tersebut memiliki

variansi yang sama (homogen).

Tabel 4.7 Uji Homogen pre tes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Tes Of Homogenity of Variances

Nilai pos tes kelas eksperimen dan kelas kontrol

Levene Statistic Df1 Df2 Sig.

1,214 6 12 0,476

Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh signifikansi 0,476 hal

tersebut menandakan bahwa nilai signifikansi lebih besar

daripada 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat perbedaan nilai posa tes kelas eksperimen dengan

kelas kontrol atau dengan kata lain data tersebut memiliki

variansi yang sama (homogen).

c. Uji Hipotesis

Setelah uji normalitas dan uji homogen diketahui hasil dari

kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka dapat


67

dilakukan uji hipotesis.pengujian hasil pos tes kelas eksperimen

dan kelas kontrol menggunakan uji Program SPSS.

Tabel 4.8 uji hipotesis

Levene’s test for T test for equalitiy of

equlity of variances means

F Sig. T Df Sig.(2-tiled)

Equal variances 0,398 5,36 3,059 38 0,04

asumsed

Equal variances 3,059 37,934 0,04

not asumsed

Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh nilai signifikansi 0,04 lebih

kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara penggunaan model

pembelajaran assure terhadap model pembelajaran

konvensional atau dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran assure efektif untuk digunakan sebagai model

pembelajaran dalam embelajaran PPkn.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV bagian B

dapat diketahui bahwa sampel yang di gunakan dalam

penelitian ini berdistribusi normal,Hal itu dibuktikan melalui


68

uji normalitas menggunakan Aplikasi spss dengan nilai

signifikansi 0,200 untuk pengujian pre tes pada kelas

eksperimen,nilai yang sama juga di peroleh saat melakukan

uji normalitas pada pre tes kelas kontrol dan pos tes kelas

kontrol,Sedangkan nilai signifikansi saat dilakukan uji

normalitas pada pos tes kelas eksperimen diperoleh nilai

signifikansi sebesar 0,890.karena dari ke empat data yang

telah diuji nilai signifikasnsinya lebih besar dari 0,05 maka

dapat di simpulkan bahwa data pada penelitian ini (Sampel)

berdistribusi normal.

Setelah melakukan uji normalitas peneliti melakukan

uji homogen untuk melihat apakah data memiliki variansi

yang sama.Uji homogen dilakukan pada data pre tes kelas

kontrol terhadap kelas eksperimen dan pos tes kelas kontrol

terhadap kelas eksperimen.Setelah di lakukan uji

homogenitas menggunakan aplikasi spss di peroleh nilai

signifikansi sbesar 0,326 untuk nilai pretes kelas eksperimen

terhadap kelas kontrol dan 0,476 untuk nilai pos tes kelas

kontrol terhadap kelas eksperimen,Karena nilai signifikansi

masing masing uji lebih besar daripada 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa data bersifat homogen atau memiliki

vasriansi yang sama.


69

Setelah memperoleh hasil dari uji normalitas dan uji

homogen maka kita langsung dapat melakukan uji hipotesis

dari hasil pengujian hipotesis berdasarkan perhitungan

aplikasi SPSS diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,04

karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 mka dapat di

simpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara

model pembelajaran assure dengan model pembelajaran

konvensional atau dapat dikatakan bahwa model

pembelajaran assure efektif untuk digunakan dalam

pembeleajaran PPkn.
70

BAB V
Penutup

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di peroleh nilai signifikansi yang di

dapat lebih kecil dari nilai signifikan yang ditentukan sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara model

pembelajaran assure dan model pembelajaran konvensional sehingga

dapat dikatakan bahwa model pembelajaran assure efektif untuk

digunakan pada model pembembelajaran dam mata pembelajaran

PPkn.

B. Saran

1. Untuk siswa

Semoga dengan adanya penelitian ini siswa dapat menambah

refrensi mengenai model pembelajaran assure sehingga dapat

meningkatkan hasil belajarnya.Selain itu diharapkan siswa mampu

memanfaatkan teknologi yang ada seperti android maupun pc

sebagai sarana pembelajaran

2. Untuk Sekolah

Semoga dengan adanya penelitian ini dapat menjadi bahan

evalusi untuk sekolah dan menjadi bahan refrensi untuk guru

dalam memilih model pembelajaran yang efektif dan disukai oleh

peserta didik.
71

78

Anda mungkin juga menyukai